Anda di halaman 1dari 13

INSTRUMENTASI DAN TEKNIK PENGUKURAN

PENGUKURAN TEGANGAN MENGGUNAKAN PERALATAN


TEMPERATURE MEASURMENT
(TM II)

LAPORAN TETAP
DISUSUN OLEH :

Arananda Dwi Putri 061540411570


Djiquatan Abrar 061540411574
Herlin Linia 061540411912
Nyayu Laras Islami 061540411586
Susilo Eko Pebrianto 061540411925
Zhelin Restiana 061540411592
Kelas : 3 EG B
Dosen Pembimbing : Yohandri Bow, S.T., M.Si.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2017
MENGUKUR TEGANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT
TEMPERATURE MEASURMENT
(TM II)

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan diharapkan mahasiswa dapat :
Mengetahui dan mempelajari perubahan derajat Celsius ke satuan tegangan

II. ALAT DAN BAHAN


- Alat yang digunakan
1. Satu set Temperature Measurment
2. Thermometer Air Raksa
3. Stop Watch
4. Botol Aquadest
- Bahan yang digunakan
Air/Aquadest

III. DASAR TEORI


Thermocouple adalah perangkat yang terdiri dari dua konduktor yang
berbeda, biasanya paduan-paduan logam (metal-alloys), yang menghasilkan
tegangan yang berbanding lurus dengan perbedaan suhu antara kedua ujung
pasangan konduktor. Thermocouple adalah jenis sensor suhu yang banyak
digunakan uktuk pengukuran dan control, dan juga dapat digunakan untuk
mengubah gradient panas menjadi listrik. Keterbatasan utama dengan termokopel
adalah akurasi dan kesalahan sistem kurang dari satu derajat Celcius bisa sulit
untuk tercapai.
Pada 1821, fisikawan Jerman-Estonia Thomas Johann Seebeck menemukan
prinsip efek Seebeck bahwa ketika konduktor apapun dikenakan gradient termal,
maka akan menghasilakn tegangan, fenomena ini sekarang dikenal sebagai efek
termoelektrik atau efek Seebeck. Untuk mengukur tegangan ini selalu melibatkan
atau menghubungkan konduktor lain dengan ujung hot (panas). Konduktor
tambahan ini kemudian akan juga mengalami gradien suhu, dan menimbulkan
tegangan sendiri yang berlawanan dengan tegangan yang asli. Untungnya, besarnya
efek tergantung pada logam yang digunakan.
Dengan menggunakan logam yang berlainan untuk melengkapi rangkaian
membentuk rangkaian dimana kedua ujungnya menghasilakan tegangan yang
berbeda, meninggalkan perbedaan tegangan kecil yang tersedia untuk pengukuran.
Perbedaan tegangan semakin besar mengikuti kenaikan suhu, dan perbedaan
tegangan itu sebesar 1 dan 70 microvolts per derajat Celcius untuk kombinasi
logam standar. Tegangan itu tidak dihasilkan pada junction dari dua logam dari
termokopel melainkan pada sebagian dari panjang dua logam berlainan yang
dikenakan gradient suhu. Karena kedua panjang logam yang berlainan itu
mengalami gradient suhu yang sama, hasil akhirnya adalah pengukuran suhu pada
junction dari termokopel seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
Metal A

+
e AB

Metal B
- eAB = SEEBECK VOLTAGE
Hubungan antara tegangan dan pengaruhnya terhadap suhu masing-masing
titik pertemuan dua buah kawat adalah linear. Walaupun begitu, untuk perubahan
suhu yang sangat kecil, tegangan pun akan terpengaruh secara linear, atau
dirumuskan sebagai berikut :
V =S . T

Dengan :
V = Perubahan Tegangan,
S = Koefisien Seebeck,
T = Perubahan Suhu
Nilai S akan berubah dengan perubahan suhu, yang berdampak pada nilai keluaran
berupa tegangan termokopel tersebut, dan nilai S akan bersifat non-linear di atas
rentang tegangan dari termokopel tersebut. Termokopel diberi tanda dengan huruf
besar yang mengindikasikan komposisinya berdasarkan aturan American Standard
Institude (ANSI), seperti di bawah ini :

Sensitivitas (
0
Tipe Material (+ dan -) Temp. Kerja ( C)
V / C )

E Ni-Cr dan Ni-Cu -270-1000 60,9


J Fe dan Cu-Ni 210-1200 51,7
K Ni-Cr dan Ni-Al 270-1350 40,6
T Cu dan Cu-Ni -270-400 40,6
R Pt dan Pt (87%)-Rh (13%) -50-1750 6
S Pt dan Pt (90%)-Rh (10%) -50-1750 6
H Pt (70%)-Rh (30%) dan -50-1750 6
Pt (94%)-Rh (96%)

Sensor merupakan piranti yang digunakan untuk mendeteksi dan mengukur


magnitude sesuatu. Sensor merupakan tranduser yang digunakan untuk mengubah
variasi mekanis, magnetis, panas, menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor
dikategorikan sebagai pengukur dan mempunyai peranan penting dalam
pengendalian proses pabrikasi otomatis.
Termokopel merupakan sensor suhu yang terdiri atas sepasang penghantar
yang berbeda disambung las atau dileburkan bersama pada satu sisi membentuk
penghantar hot atau sambungan pengukuran yang ada ujung ujung bebasnya
untuk menghubungkan dengan penghantar cold atau sambungan referensi.
Perbedaan suhu antara sambungan pengukuran dan sambungan referensi alat ini
berfungsi sebagai termokopel dan bisa membangkitkan tegangan dc yang kecil.
Tegangan output termokopel hampir berbanding lurus dengan perbedaan suhu
antara sambungan pengukuran (hot) dan sambungan referensi (cold). Perbandingan
yang konstan dinamakan Koefisien Seeback dan berkisar antara 5 sampai 50 V per
derajat celcius.
Tipe-Tipe dan Jenis Termokopel

Ketika memilih termokopel kita harus juga mempertimbangankan jenis


pengisolasian dan konstruksi probenya. Karena semua ini akan memiliki efek pada
suhu kisaran, akurasi suhu terukur, dan keandalan pembacaannya. Di bawah ini
dapat dilihat jenis-jenis termokopel yang secara umum dipakai dikalangan industri.

Tipe K (Chromel / Alumel)

Tipe K adalah termokopel yang berbiaya murah dan umum digunakan, karena
popularitasnya itu termokopel jenis ini tersedia dalam berbagai macam
probe.termokopel tersedia untuk rentang suhu di -200 C sampai +1200 C.
Sensitivitasnya adalah kira-kira 41 v / C.

Tipe E (Chromel / konstanta)

Tipe E memiliki output yang tinggi (68 v / C) yang membuatnya cocok


untuk digunakan pada suhu rendah (cryogenic). Properti lainnya dari tipe E ini
adalah tipe non magnetik.

Tipe J (Iron / konstanta)

Jangkauan pengukurnnya terbatas, hanya -40 hingga 750 C membuat


termokopel jenis ini kurang populer dibandingkan dengan tipe K. Termokopel tipe J
ini tidak boleh digunakan di atas 760 C.

Tipe N (Nicrosil / Nisil)

Stabilitas tinggi dan ketahanannya terhadap oksidasi suhu tinggi membuat


tipe N cocok untuk pengukuran suhu tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu
di atas 1200 C. Sensitifitasnya sekitar 39 V/C pada 900 C, sedikit di bawah tipe
K. Tipe N merupakan perbaikan dari tipe K Termokopel tipe B, R dan S adalah
termokopel 'logam mulia'.

Semuanya (tipe B,R,S) adalah yang paling stabil dari semua termokopel yang
ada, namun karena sensitivitasnya yang rendah (kira-kira 10 v / C), mereka
biasanya hanya digunakan untuk pengukuran suhu tinggi (> 300 C).
Tipe B (Platinum / Rhodium)

Cocok untuk pengukuran suhu tinggi hingga 1800 C. Disebut termokopel


"B" karena bentuk suhu / tegangan kurva mereka yang menyerupai huruf "B", dan
memberikan output yang sama pada 0 C dan 42 C. Hal ini membuat mereka
tidak bisa ddigunakan pada suhu di bawah 50 C.

Type R (Platinum / Rhodium)

Cocok untuk pengukuran suhu tinggi hingga 1600 C. Sensitivitasnya yang


rendah (10 v / C) dan biayanya yang tinggi, membuat termokopel ini tidak cocok
untuk digunakan pada pengukuran umum.

Type S (Platinum / Rhodium)

Cocok untuk pengukuran suhu tinggi hingga 1600 C. Sensitivitasnya yang


rendah (10 v / C) dan biayanya yang tinggi membuat mereka tidak cocok untuk
digunakan pada pengukuran umum. Karena tipe S sangat tinggi stabilitasnya, maka
sering digunakan sebagai standar kalibrasi untuk titik leleh emas (1064.43 C).

Type T (Copper / Constantan)

Cocok untuk pengukuran antara 200 to 350 C. Konduktor positif terbuat


dari tembaga, dan yang negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai sebagai alat
pengukur alternatif sejak penelitian kawat tembaga. Type T memiliki sensitifitas
~43 V/C Ketika memilih jenis termokopel, anda harus memastikan bahwa
peralatan ukur anda tidak membatasi rentang suhu yang dapat diukur. Kisaran suhu
yang dapat diukur adalah 8 channel Pico TC-08. Perhatikan juga bahwa termokopel
dengan sensitivitas rendah (B, R dan S), memiliki resolusi yang lebih rendah.

Hubungan Tegangan dan Suhu


Hubungan antara perbedaan suhu dengan tegangan yang dihasilkan
termokopel bukan merupakan fungsi linier melainkan fungsi interpolasi
polynomial.

Penggunaan Termokopel

Termokopel paling cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu yang


luas, hingga 2300C. Sebaliknya, kurang cocok untuk pengukuran dimana
perbedaan suhu yang kecil harus diukur dengan akurasi tingkat tinggi, contohnya
rentang suhu 0--100 C dengan keakuratan 0.1 C. Untuk aplikasi ini, Termistor
dan RTD lebih cocok. Contoh Penggunaan Termokopel yang umum antara lain :

- Industri besi dan baja


- Pengaman pada alat-alat pemanas
- Untuk termopile sensor radiasi
- Pembangkit listrik tenaga panas radioisotop, salah satu aplikasi termopile.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


Pemanasan Air
1. Mengisi air pada water bath (aquadest)
2. Meletakkan thermometer air raksa, platinum, bimetal,termokopel dan
thermometer transmitor pada tutup water bath
3. Menghubungkan kabel pada Temperature Measurement ke stop kontak
4. Memutar Main Suplay pada posisi on, lampu indicator main on akan menyala
5. Memutar tombol merah pada Water bath pada skala 100C
6. Menekan tombol hijau pada Water bath bersamaan dengan menghidupkan Stop
watch
7. Memasukkan kabel tester tombol hitam ke hitam dan tombol merah ke merah
secara bergantian pada termokopel, platinum dan thermistor
8. Mencatat kenaikan volt dan arus
9. Bila thermometer air raksa telah menunjukkan 100C, menekan tombol hijau
pada water bath
10. Mematikan alat dengan cara memutar Main suplay pada posisi off
11. Mencabut kabel dari stop kontak
12. Membersihkan water batch

V. DATA PENGAMATAN

No Waktu Termometer Air Termokopel


(menit) Raksa Suhu (0C) Tegangan
(mV)
(0C)
1. 0 27 28,7 -0,098
2. 1 32 29,3 0,134
3. 2 36 33,3 0,229
4. 3 42 38,3 0,469
5. 4 48 44,0 0,746
6. 5 54 49,0 0,984
7. 6 59 55,0 1,256
8. 7 64 59,4 1,398
9. 8 69 64,3 1,520
10
9 74 70,4 1,805
.
11
10 79 76,2 2,098
.
12
11 82 80,0 2,189
.
13
12 88 84,5 2,315
.
14
13 93 89,8 2,457
.
15
14 97 96,3 2,745
.
16
15 100 100,0 3,152
.
Gafik Hubungan Temperatur terhadap Tegangan
pada Termokopel

f(x) = 0.04x - 1.11


R = 0.99

Hubungan Temperatur
terhadap Tegangan
Linear (Hubungan
Tegangan (mV) Temperatur terhadap
Tegangan)

30 50 70 90 110
20 40 60 80 100

Temperatur (0C)
V. ANALISA DATA
Percobaan minggu ke-dua menggunakan temperature measurment dimana
dilakukan pengukuran nilai tegangan. Thermometer yang digunakan adalah
termokopel yang pada pengujian minggu sebelumnya membuktikan bahwa
termokopel cocok untuk mengukur kenaikan temperature pada air panas
(pemanassan air).
pengukuran dilakukan setiap 1 menit sekali sampai menit ke-15 dimana
suhu tepat menunjukkan 100oC, untuk pengukuran suhu digunakan juga
thermometer air raksa sebagai pembanding pada pengukuran suhu terhadap
termokopel. Pada proses pencapaian menuju suhu 100 oC antara thermometer air
raksa dan termokopel menunjukkan kenaikan yang tidak sama. Hal ini
dikarenakan perbedaan sensor terhadap panas yang berbeda, namun pada menit
ke-15 kedua thermometer ini sama-sama menunjukkan angka yang sama yaitu
100oC.
Untuk pengukuran tegangan yang menjadi objek utama dalam percobaan
ini digunakanlah termokopel, dilihat dari teori yang ada menunjukkan bahwa
termokopel cocok digunakan untuk mengukur tegangan.
Dilihat dari grafik hubungan antara temperatur terhadap tegangan
menggunakan termokopel ternyata berbanding lurus (linier) yang menunjukkan
tingginya tegangan suhu yang dihasilkan akan menunjukkan tingginya tegangan
yang terjadi. Sehingga teori dari efek seebeck terbukti, efek seebeck memiliki

rumus dimana V = S. T, jadi tegangan akan besar jika temperaturnya

tinggi sesuai dengan grafik yang dihasilkan dari percobaan tadi.


Dari grafik yang terlampir didapatkan intersep sebesar -1,112 dan nilai
slop sebesar 0,0413. Sedangkan untuk nilai keterkaitan hubungan antara suhu dan
tegangan ditunjukkan dengan nilai R2=0,9924 dan terlihat bahwa angka
keterkaitannya mendekati angka 1 sehingga dapat dianaisa bahwa data yang
didapatkan memiliki hubungan yang erat dan saling mempengaruhi.
VI. KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:


- Pengukuran tegangan digunakan alat temperature measurement
- Thermometer yang digunakan untuk percobaan kali ini adalah :
a. Thermometer air raksa : sebagai pembanding terhadap thermometer lain
b. Termokopel : sebagai media pengukuran tegangan
- Hubungan antara temperatur dengan tegangan adalah linier :
Semakin tinggi temperature maka tegangan yang dihasilkan akan besar dan
sebaliknya jika temperatur menunjukkan angka yang rendah maka tegangan
yang dihasilkan akan kecil
- Persamaan garis dari grafik hubungan antara temperatur dan tegangan :
Y = 0,0413x 1,112
R2 = 0,9924
DAFTAR PUSTAKA

Sitompul, Abellio N. 2015. Laporan Praktikum Instrumentasi Dan Pengukuran


Konversi Temperatur Ke Arus Dan Tegangan Menggunakan Peralatan Time
Measurement, (online). (http://dokumen.tips/documents/konversi-temperatur-
ke-arus-dan-tegangan-maya-elvisa.html, diakses 6 dan 14 Januari 2017)

Tim Laboratorium Instrumentasi dan Teknik Pengukuran. 2016. Penuntun Praktikum


Instrumentasu dan Teknik Pengukuran. Palembang: Polsri

Deviana, Wahyu Sisilia. 2015. Laporan Efek Seebeck, (online).


(http://deviana.blogspot.co.id/laporan-efek-seebeck/html?=1, diakses 6 Januari
2017)
GAMBAR ALAT

Satu Set Temperature Measurement

Termometer Raksa Multimeter

Anda mungkin juga menyukai