PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat islam merupakan mayoritas penduduk Asia Tenggara, khususnya di
negara Indonesia. Proses konversi massal masyarakat dunia melayu ke dalam
Islam berlangsung secara damai. Konversi ke dalam Islam merupakan proses
panjang, yang masih terus berlangsung sampai sekarang. Di Indonesia, Islam
merupakan kekuatan sosial yang patut diperhitungkan, karena hampir seluruh
negara yang yang ada di Indonesia penduduknya baik mayoritas memeluk agama
Islam. Islam menjadi agama resmi. Di Indonesia, penduduknya mayoritas atau
sekitar 90% beragama islam.
Di indonesia sebagai wilayah yang paling banyak pemeluk agama Islam,
termasuk wilayah ini adalah pulau-pulau yang terletak di sebelah timur India
sampai lautan Cina. Sejarah masuknya islam di asia tenggara sampai saat ini
merupakan polemik panjang yang menimbulkan pro dan kontra antara sejarawan
agamawan, arkeolog dan intelektual. Namun yang menjadi referensi umum
masuknya islam di indonesia adalah melalui proses perdagangan internasional
yang berpusat diselat malaka melalui para pedagang muslim Persia dan Arab.
Namun proses masuknya islam di Indonesia sepenuhnya sama. Semuanya
memiliki karakteristik masing-masing budaya yang sama sekali berbeda. Ada juga
negara yang sudah menggunakan tradisi islam ala Persia dan Islam ala Arab. Oleh
karena, itu muncullah beberapa hal yang melatarbelakangi proses berkembangnya
Islam di Asia Tenggara yang sangat penting untuk ita ketahui. Islam berkembang
di Asia Tenggara melalui beberapa proses saluran, diantaranya saluran
perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, seni, dan politik.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan, diantaranya ialah :
1. Kapan mulai masuk dan berkembangnya agama Islam di Nusantara?
2. Bagaimana proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh islam di Indonesia dan asia tenggara?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui teori tentang kedatangan Islam di Indonesia, berbagai saluran
yang digunakan dalam penyebaran Islam, dan pengaruh Islam dalam
kebudayaan.
2. Mengetahui proses berkembangnya agama Islam di Nusantara.
3. Mengetahui pengaruh Islam di Nusantara.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Badri Yatim, ,sejarah peradaban Islam dirasah Islamiyah II, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hlm. 200.
2
Ibid., hlm. 201.
3
Ibid., hlm. 2
b. Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang
lebih baik dari pada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama
puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu.
Sebelum dikawinkan mereka diIslamkan terlebih dahulu. Setelah mereka
mempunyai keturunan, lingkungan merek makin luas. Akhirnya timbul kampung-
kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim. Dalam perkembangan berikutnya,
ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan, tentu saja
setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini jauh lebih
menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan
atau anak raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu
kemudian turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara
Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai Manila. Sunan Gunung Jati
dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang
mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain. Tasawuf
merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses Islamisasi. Tasawuf
termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial
bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-bukti yang jelas pada tulisan tulisan
antara abad ke-13 dan ke-18. Hal itu bertalian langsung dengan penyebaran
Islam di Indonesia.
Dalam hal ini, para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka
selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di
tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian
untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Jalur tasawuf, yaitu proses
Islamisasi dengan mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya
bahkan ajaran agama yang ada yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan
tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam sehingga
mudah dimengerti dan diterima4.
d. Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun
pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di
pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat
pendidikan agama. Setelah keluar adari pesantren, mereka pulang ke kampung
masing-masing atau berdakwah ketempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya,
pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan
Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren ini banyak yang diundang ke Maluku
untuk mengajarkan Agama Islam5.
e. Saluran kesenian
Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau
ukir, seni tari, musik dan seni sastra. Misalnya pada seni bangunan ini terlihat
pada masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid
Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya6.
f. Saluran Politik
Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi.
Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti
jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai
panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Rakyat memiliki kepatuhan
yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi
rakyatnya. Misalnya di Sulawesi Selatan dan Maluku, kebanyakan
rakyatnya masuk Islam setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu. Di
samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur, demi
kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non
Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk
kerajaan bukan Islam itu masuk Islam7.
4
Kedatangan ahli tasawuf di Indonesia diperkirakan terutama sejak abad ke-13 yaitu masa perkembangan
dan persebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India. Perkembangan tasawuf yang paling nyata adalah
di Sumatra dan Jawa yaitu abad ke-16 dan ke-17. Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia
III, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1984, hlm. 218.
5
Dr. Badri Yatim, op.cit., hlm. 203.
6
Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm.
7
Dr. Badri Yatim, M.A, op.cit., hlm. 203-204.
8
Hamka, op.cit., hlm. 703.
9
Ibid, hlm.704.
10
Daerah yang berada di bawah kekuasaan Malaka kebanyakan terletak di Sumatera diantaranya: Kampar,
Minangkabau, Siak, dan kepulauan Riau-Lingga. (Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 18).
11
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam sejak zaman Nabi Adam hingga abad xx, Akbar Media, Jakarta, 2013,
hlm. 337.
12
Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 19.
13
Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 337.
3. Kerajaan Aceh (920-1322 H/1514-1904 M)
Pada abad ke-16, Aceh mulai memegang peranan penting dibagin utara
pulau Sumatra, pada tahun 1521 kerajaan Samudra Pasai ditaklukan oleh portugis
yang menduduki selama tiga tahun. Pada tahun 1524 M dianeksasi oleh kerajaan
Aceh yang kemudian kerajaan Pasai berada di bawah kekuasaan Aceh. Dari Pasai
dan Aceh Islam kemudian memancar ke seluruh peloksok nusantara yang
terjangkau oleh juru dakwahnya14.
Kerajaan ini terletak disebelah utara Sumatera15, wilayah ini memiliki
posisi yang sangat penting karena dua hal, yaitu karena penyebaran Islam dan
perlawanan terhadap penjajah. Raja pertamanya adalah Ali Mughit Syah ( 920-
935 H / 1514-1520 M). Kebesaran kerajaan Aceh ketika diperintah oleh Alauddin
Riayat Syah. Kekuasaannya sampai ke wilayah Barus. Dua putra Alauddin Riayat
Syah kemudian diangkat menjadi Sultan Aru dan sultan Parlaman dengan nama
resmi Sultan Ghori dan Sultan Mughal. Aceh menjalin hubungan yang baik
dengan Turki, hal ini terbukti di mana ketika Aceh mengahadapi bala tentara
Portugis Aceh meminta bantuan Turki tersebut. Dalam membangun angkatan
perangnya yang baik hal ini pun berkat bantuan Turki16.
Masa kesultanan Iskandar Muda (1016-1047 H / 1607-1637 M)
merupakan masa paling gemilang bagi Aceh. Kemudian kondisi negeri mulai
mengalami penurunan disebabkan oleh banyaknya peperangan dan krisis ekonomi
juga karena peperangan yang terus menerus melawan Barat, yang menyebabkan
penderitaan yang sangat berat bagi Aceh. Namun akhirnya dia berhasil keluar dari
ujian dan rintangan ini. Akhirnya negeri ini jatuh ketangan Belanda pada tahun
132 H/1904 M17
4. Kerajaan Demak (Jawa) (918-920 H / 1512-1552 M)
Di Jawa Islam disebarkan oleh para wali songo (wali sembilan) 18, para
wali menjadikan Demak sebagai pusat penyebaran Islam dan sekaligus
menjadikannya sebagai kerajaan Islam. Demak merupakan salah satu kerajaan
yang bercorak Islam yang berkembang di pantai utara Pulau Jawa, kerajaan ini
hanya berumur pendek, namun para rajanya merupakan pahlawan-pahlawan
mujahid terbaik. Raja pertama mereka adalah Raden Fatah, yang berhasil
menjadikan negerinya sebagai sebuah negara independen pada masanya. Setelah
itu anaknya Patih Yunus berkuasa, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah
kerajaan. Dia menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang
pada saat itu sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang
Protugis.
Setelah wafatnya patih Yunus pada tahun 938 H / 1531 M 19,
memerintahlah raja paling terkenal dari kerajaanini yaitu Raden Trenggono. Dia
adalah seorang mujahid besar yang diantara hasil usahanya yang terkenal adalah
masuknya islam ke daerah Jawa Barat. Dia wafat pada tahun 953 H / 1546 M.
5. Kerajaan Banten (960-1096 H/1552-1684 M)
Banten merupakan kerajaan Islam yang mulai berkembang pada abad ke-
16, setelah pedagang-pedagang India, Arab, persia, mulai menghindari Malaka
yang sejak tahun 1511 telah dikuasai Portugis. Dilihat dari geografinya, Banten
merupakan pelabuhan yang penting dan ekonominya mempunyai letak yang
strategis dalam penguasa Selat Sunda, yang menjadi urat nadi dalam pelayaran
dan perdagangan melalui lautan Indonesia dibagian selatan dan barat Sumatera.
Kepentingannya sangat dirasakan terutama waktu selat Malaka dibawah
pengawasan politik Portugis di Malaka20.
14
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 195.
15
Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 449.
16
Badri Yatim, op.cit., hlm. 209.
17
Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 449.
18
Di Jawa berdasarkan cerita tradisional dan babad-babad, yang mendapat gelar wali dianggap sebagai
pembawa dan penyebar Islam di daerah-daerah pesisir. Tidaklah semua wali yang tergolong Wali sango atau
wali sembilan berasal dari negeri luar. Bahkan sebagian besar dari wali sango menurut cerita dalam babad-
babad berasal dari Jawa sendiri. (Uka Tjandrasasmita (ED.),op.cit., hlm. 197.)
19
Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 45.
20
Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm.
Kerajan ini terpisah dari kerajaan Demak. Mencapai puncak kejayaannya
pada masa Sultan Hasanuddin, yang merupakan raja pertamanya (960-978 H /
1552-1580 M). Melalui kekuasaan anaknya, Sultan Yusuf ( 978-988 H / 1575-
1580 M), penyebaran Islam di Jawa semakin bertambah.Kerajaan ini menjadi
pusat perdagangan yang penting21.
6. Kerajaan Mataram Islam
Pada tahun 1583 M kerajaan ini diperintah oleh seorang muslim yang
bernama Sinopati22. Dia berorientasi untuk menyebarkan Islam di seluruh Jawa,
juga berhasrat membentuk sebuah kerajaan yang bersatu. Raja Mataram yang
paling terkemuka adalah Sultan Agung, cucu sang pendiri Mataram. Masa
kekuasaannya berlangsung antara tahun 1022-1056 H / 1613-1646 M. Dia
berhasil memperluas kekuasaannya ke banyak negeri, menyebarkan islam di Jawa
Tengah serta Memantapkan kedudukannya di wilayah ini.
7. Kerajaan Gowa (Makassar) (1078 H / 1667 M hingga abad ke-13 H / 19 M)
Kerajaan ini berada di kepulauan Sulawesi yang dahulu merupakan kota
pelabuhan yang penting. Kerajaan Gowa mengadakan ekspansi ke Bone tahun
1611, namun ekspansi itu menimbulkan permusuhan antara Goa dan Bone23.
Penyebaran Islam yang dilakukan oleh Gowa berhasil, hal ini merupakan tradisi
yang mengharuskan seorang raja untuk menyampaikan hal baik kepada yang lain.
Oleh karena itu kerajaan gowa menyampaikan pesan Islam kepada
kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu yang lebih tua, Wajo, Sopeng, dan Bone. Raja
Luwu segera menerima pesan Islam itu. Sementara itu tiga kerajaan: wajo,
Soppeng, dan Bone yang terkait dalam aliansi Tallumpoeco (tiga kerajaan) dalam
perebutan hegemoni dengan gowa-Tallo, Islam kemudian melalui peperangan.
Wajo menerima Islam tanggal 10 Mei 1610 dan Bone tanggal 23 November 1611.
Raja Bone yang pertama masuk Islam adalah yang dikenal Sultan Adam.
21
Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 45.
22
Ibid., hlm. 451.
23
Ada dua kemungkinan mengapa Kerajaan Goa-Tallo mengadakan ekspansi diantaranya :1) kemungkinan diakibatkan
oleh dorongan agama Islam yang baru masuk. 2) kemungkinan karena kekayaan yang diperoleh dari perdagangan yang
ramai di pelabuhannya yang merupakan pelabuhan transit. (Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tulisan mengenai masuk dan berkembangnya
kebudayaan Islam di Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
Islam masuk ke Asia Tenggara melalui jalur perdagangan yang di bawa oleh para
pedagang muslim Arab, India maupun dari Cina.
Islam masuk ke indonesia mulai dari abad ke 1 H/ 7 M yang dibawa oleh
pedagang-pedagang muslim yang berlayar ke indonesia, yang pertama kali
berlabuh di pesisir pulau Sumatra tepatnya di Pesisir Pasai (Aceh). Islam
kemudian berkembang menjdi kerajaan kerajaan islam pada abad ke 8 H / 14 M.
Diantara kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia yang memiliki peranan besar dalam
perkembangan Islam di Indonesia ialah kerajaan Samudra Pasai, kerajaan Malaka,
kerajaan Aceh Darussalam, kerajaan Demak, kerajaan Banten, kerajaan Mataram
Islam, kerajaan Gowa (Gowa-Tallo), serta kerajaan semenanjung melayu. Islam
mudah diterima dalam masyarakat Indonesia karena islam memiliki keistimewaan
diantaranya adalah Konsep Tuhan yang esa, keadilan hak individu dan
masyarakat, kehidupan yang harmoni, menyinggung akhlak mulia, berfikir secara
rasional, memandang derajat sesama makhluk tanpa perbedaan derajat, serta tidak
bersifat memaksa. Kedatangan islam membawa pengaruh yang sangat besar
dalam kehidupan sosial, ekonomi maupun politik di kawasan Indonesia.
B. Saran
Berdasarkan pemaparan kesimpulan diatas, penulis memberikan beberapa uraian
saran untuk dijadikan bahan pertimbangan, diantaranya ialah
1. Untuk mengetahui asal-muasal agama Islam di Indonesia maka perlu
diketahui sejarah dan bukti-bukti dari peradaban islam.
2. Untuk melestarikan sejarah Islam, maka perlu sekali diketahui dan dipelajari
dan mencari informasi tentang sejarah peradaban islam.