Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Umat islam merupakan mayoritas penduduk Asia Tenggara, khususnya di
negara Indonesia. Proses konversi massal masyarakat dunia melayu ke dalam
Islam berlangsung secara damai. Konversi ke dalam Islam merupakan proses
panjang, yang masih terus berlangsung sampai sekarang. Di Indonesia, Islam
merupakan kekuatan sosial yang patut diperhitungkan, karena hampir seluruh
negara yang yang ada di Indonesia penduduknya baik mayoritas memeluk agama
Islam. Islam menjadi agama resmi. Di Indonesia, penduduknya mayoritas atau
sekitar 90% beragama islam.
Di indonesia sebagai wilayah yang paling banyak pemeluk agama Islam,
termasuk wilayah ini adalah pulau-pulau yang terletak di sebelah timur India
sampai lautan Cina. Sejarah masuknya islam di asia tenggara sampai saat ini
merupakan polemik panjang yang menimbulkan pro dan kontra antara sejarawan
agamawan, arkeolog dan intelektual. Namun yang menjadi referensi umum
masuknya islam di indonesia adalah melalui proses perdagangan internasional
yang berpusat diselat malaka melalui para pedagang muslim Persia dan Arab.
Namun proses masuknya islam di Indonesia sepenuhnya sama. Semuanya
memiliki karakteristik masing-masing budaya yang sama sekali berbeda. Ada juga
negara yang sudah menggunakan tradisi islam ala Persia dan Islam ala Arab. Oleh
karena, itu muncullah beberapa hal yang melatarbelakangi proses berkembangnya
Islam di Asia Tenggara yang sangat penting untuk ita ketahui. Islam berkembang
di Asia Tenggara melalui beberapa proses saluran, diantaranya saluran
perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, seni, dan politik.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan, diantaranya ialah :
1. Kapan mulai masuk dan berkembangnya agama Islam di Nusantara?
2. Bagaimana proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh islam di Indonesia dan asia tenggara?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui teori tentang kedatangan Islam di Indonesia, berbagai saluran
yang digunakan dalam penyebaran Islam, dan pengaruh Islam dalam
kebudayaan.
2. Mengetahui proses berkembangnya agama Islam di Nusantara.
3. Mengetahui pengaruh Islam di Nusantara.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyebaran Islam di Indonesia


Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka
sudah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan
perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia
Timur Jauh, Asia Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan
perdagangan internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China
melalui Selat Malaka itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan
berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907),
kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).
Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia
dan Arab sudah turut serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke
negeri China. Pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari
Dinasti Tang, telah datang empat orang Muslim dari jazirah Arabia. Yang
pertama, bertempat di Canton (Guangzhou), yang kedua menetap dikota Chow,
yang ketiga dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang Muslim pertama,
Saad bin Abi Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi Muhammad
SAW dalam sejarah Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto,
yang disebut masjid Wa-Zhin-Zi (masjid kenangan atas nabi).

B. Proses Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia


Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di
Indonesia. Hal ini tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi Anda, karena di media
mungkin Anda sudah sering mendengar atau membaca bahwa Indonesia adalah
negara yang memiliki penganut agama Islam terbesar di dunia. Agama Islam
masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke
daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Mengenai kapan
Islam masuk ke Indonesia dan siapa pembawanya terdapat beberapa teori yang
mendukungnya.
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut
Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan
Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.
1. Teori Gujarat
Teori ini berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad
13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini
adalah:
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran
Islam di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia
Cambay Timur Tengah Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang
bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan
Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan
perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan
Samudra Pasai.
2. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap
teori lama yaitu teori Gujarat.Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke
Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori
ini adalah:
a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab) dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab
sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga
sesuai dengan berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafii, dimana
pengaruh mazhab Syafii terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan
Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut
berasaldari Mesir. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur
dan T.W. Arnold.
3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan
pembawanya berasal dari Persia (Iran).
Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam
Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein
cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di
Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.
Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu
Al Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda
tanda bunyi harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama
salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein
Jayadiningrat.
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari
peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati.
Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali
yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
1. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi
menyebarkan Islam di Jawa Timur.
2. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di
daerah Ampel Surabaya.
3. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana
Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah
Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
5. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit
Giri (Gresik)
6. Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Jafar Shodik menyebarkan ajaran
Islam di daerah Kudus.
7. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya
menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar
Syaid menyebarkan Islamnya di daerah Gunung Muria.
9. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam
di Jawa Barat (Cirebon).
C. Saluran dan Cara-cara Islamisasi Islam di Indonesia
Kedatangan Islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan
rakyat umumnya dilakukan secara damai1. Apabila situasi politik suatu kerajaan
mengalami kekacauan dan kelemahan disebabkan perebutan kekuasaan di
kalangan keluarga istana, maka islam dijadikan alat politik bagi golongan
bangsawan atau pihak-pihak yang menghendaki kekuasaan itu. Mereka
berhubungan dengan pedagang-pedagang Muslim yang posisi ekonominya kuat
karena menguasai pelayaran dan perdagangan. Menurut Uka Tjandrasasmita,
saluran-saluran islamisasi yang berkembang ada enam2, yaitu :
a. Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan.
Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat
pedagang pedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam
perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia.
Saluran Islamisasi melaui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja
dan Bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi
pemilik kapal dan saham. Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan
mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya
anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya.
Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai
Bupati Majapahit yang ditempatka di pesisi Utara Jawa banyak yang masuk
Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi
karena faktor hubungan ekonomi dengan pedagang-rpedrarrgarng Muslim.
Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan
kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya3.

1
Badri Yatim, ,sejarah peradaban Islam dirasah Islamiyah II, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hlm. 200.
2
Ibid., hlm. 201.
3
Ibid., hlm. 2

b. Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang
lebih baik dari pada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama
puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu.
Sebelum dikawinkan mereka diIslamkan terlebih dahulu. Setelah mereka
mempunyai keturunan, lingkungan merek makin luas. Akhirnya timbul kampung-
kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim. Dalam perkembangan berikutnya,
ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan, tentu saja
setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini jauh lebih
menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan
atau anak raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu
kemudian turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara
Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai Manila. Sunan Gunung Jati
dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang
mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain. Tasawuf
merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses Islamisasi. Tasawuf
termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial
bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-bukti yang jelas pada tulisan tulisan
antara abad ke-13 dan ke-18. Hal itu bertalian langsung dengan penyebaran
Islam di Indonesia.
Dalam hal ini, para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka
selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di
tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian
untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Jalur tasawuf, yaitu proses
Islamisasi dengan mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya
bahkan ajaran agama yang ada yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan
tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam sehingga
mudah dimengerti dan diterima4.
d. Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun
pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di
pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat
pendidikan agama. Setelah keluar adari pesantren, mereka pulang ke kampung
masing-masing atau berdakwah ketempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya,
pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan
Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren ini banyak yang diundang ke Maluku
untuk mengajarkan Agama Islam5.
e. Saluran kesenian
Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau
ukir, seni tari, musik dan seni sastra. Misalnya pada seni bangunan ini terlihat
pada masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid
Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya6.
f. Saluran Politik
Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi.
Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti
jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai
panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Rakyat memiliki kepatuhan
yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi
rakyatnya. Misalnya di Sulawesi Selatan dan Maluku, kebanyakan
rakyatnya masuk Islam setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu. Di
samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur, demi
kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non
Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk
kerajaan bukan Islam itu masuk Islam7.

4
Kedatangan ahli tasawuf di Indonesia diperkirakan terutama sejak abad ke-13 yaitu masa perkembangan
dan persebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India. Perkembangan tasawuf yang paling nyata adalah
di Sumatra dan Jawa yaitu abad ke-16 dan ke-17. Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia
III, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1984, hlm. 218.
5
Dr. Badri Yatim, op.cit., hlm. 203.
6
Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm.
7
Dr. Badri Yatim, M.A, op.cit., hlm. 203-204.

E. Kerajaan Islam di Nusantara


1. Kerajaan Samudra Pasai
Agama Islam yang semakin berkembang, mampu mendirikan kerajaan
Islam di Samudera pasai pada tahun 1292 M dibawah seorang raja Al-Malikus
Saleh. Bukti adanya kerajaan ini ialah ditemukannya makam-makam Raja-raja
Samudra Pasai di dekat sebuah kampung yang terletak di tepi sebuah sungai yang
bernama Pase, yang bermuara ke teluk Lho Seumawe. Makam-makam tersebut di
nisannya berukirkan tulisan Arab huruf Riqah, yang tertua diantaranya ialah
bertarikh Hijrah 629, bersetuju dengan tahun 1292 Masehi8. Jelaslah tertulis nama
raja pertama itu, yaitu Al-Malikus Saleh.
Kerajaan Islam Samudera Pasai ada pengaruh dari kerajaan Mamalik di
Mesir. Persamaan nama dan gelar yang dipakai tidak jauh berbeda dengan
gelar yang dipakai di Masir. Gelar Al-Malikus Saleh adalah gelar yang
dipakai oleh pembangun Kerajaan Mamalik yang pertama di Mesir yaitu Al-
Malikus Saleh Ayub.
Kerajaan Pasai mengalami perkembangan pesat dimasa pemerintahan Al-
Malikuz Zahir II tahun 1326-1348 M. Al-Malikuz Zahir mendalami ilmu agama.
Ia banyak melakukan kegiatan-kegiatan untuk memajukan agama. Keterangan
yang diberikan Ibnu Batutah9 dalam kisah perjalanannya tentang Sultan Al-
Malikuz Zahir itu sangatlah penting didalam menyusun sejarah. Ibnu Batutah
menceritakan bahwasannya sultan itu sangatlah teguh memegang agama dan
baginda bermazhab Syafii. Selain itu sultan pun rupanya mempunyai armada
kapal dagang yang bersar.

2. Kerajaan Malaka (803-917 H/1400-1511M)


Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Sebutan ini diberikan
mengingat peranannya sebagai jalan lalu lintas bagi pedagang-pedagang asing
yang berhak masuk dan keluar pelabuahan-pelabuhan Indonesia. Letak geografis
Malaka sangat menguntungkan, yang menjadi jalan silang antara AsiaTimur dan
asia Barat. Dengan letak geografis yang demikian membuat Malaka menjadi
kerajaan yang berpengaruh atas daerahnya10.
Awalnya wilayah ini diperintah oleh para pemimpin-pemimpin hindu,
hingga akhirnya Pangeran Iskandar Syah memeluk Islam, lalu diikuti oleh
rakyatnya. Setelah itu Malaka menjadi pusat dakwah Islam, disamping juga
sebaga Malaka kemudian berkembang menjadi kekaisaran yang memiliki wilayah
yang luas, mencangkup semenanjung Melayu seluruhnya dan sebagian besar
sumatera. Bendera islam juga dibawa keluar Malaka, lalu tersebar di kepulauan-
kepulauan Asia Selatan dan Timur.
Kerajaan Malaka menjalin hubungan baik dengan Jawa, mengingat bahwa
Malaka memerlukan bahan-bahan pangan dari Jawa. Di mana hal ini untuk
memenuhi kebutuhan kerajaannya sendiri. Persediaan dalam bidang pangan dan
rempah-rempah harus selalu cukup untuk melayani semua pedagang-pedagang.
Pusat perdagangan penting. Iskandar Syah wafat pada tahun 828 H/1424 M11.
Penguasa Malaka dengan sendirinya sangat besar hati. Meskipun
penguasa belum memeluk agama Islam namun pada abad ke-15 mereka telah
mengizinkan agama Islam berkembang di Malaka. Penganut-penganut agama
Islam diberi hak-hak istimewa bahkan penguasa membuatkan bangunan masjid12.
Diantara sultan-sultan Malaka yang terkenal adalah Muhammad Syah,
Manshur Syah, dan Mahmud Syah. Malaka jatuh ke tangan penjajah Protugis
setelah ditemukannya jalur Rosu ar-Rojaus Salih pada tahun 917/1511 M13.

8
Hamka, op.cit., hlm. 703.
9
Ibid, hlm.704.
10
Daerah yang berada di bawah kekuasaan Malaka kebanyakan terletak di Sumatera diantaranya: Kampar,
Minangkabau, Siak, dan kepulauan Riau-Lingga. (Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 18).
11
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam sejak zaman Nabi Adam hingga abad xx, Akbar Media, Jakarta, 2013,
hlm. 337.
12
Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 19.
13
Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 337.
3. Kerajaan Aceh (920-1322 H/1514-1904 M)
Pada abad ke-16, Aceh mulai memegang peranan penting dibagin utara
pulau Sumatra, pada tahun 1521 kerajaan Samudra Pasai ditaklukan oleh portugis
yang menduduki selama tiga tahun. Pada tahun 1524 M dianeksasi oleh kerajaan
Aceh yang kemudian kerajaan Pasai berada di bawah kekuasaan Aceh. Dari Pasai
dan Aceh Islam kemudian memancar ke seluruh peloksok nusantara yang
terjangkau oleh juru dakwahnya14.
Kerajaan ini terletak disebelah utara Sumatera15, wilayah ini memiliki
posisi yang sangat penting karena dua hal, yaitu karena penyebaran Islam dan
perlawanan terhadap penjajah. Raja pertamanya adalah Ali Mughit Syah ( 920-
935 H / 1514-1520 M). Kebesaran kerajaan Aceh ketika diperintah oleh Alauddin
Riayat Syah. Kekuasaannya sampai ke wilayah Barus. Dua putra Alauddin Riayat
Syah kemudian diangkat menjadi Sultan Aru dan sultan Parlaman dengan nama
resmi Sultan Ghori dan Sultan Mughal. Aceh menjalin hubungan yang baik
dengan Turki, hal ini terbukti di mana ketika Aceh mengahadapi bala tentara
Portugis Aceh meminta bantuan Turki tersebut. Dalam membangun angkatan
perangnya yang baik hal ini pun berkat bantuan Turki16.
Masa kesultanan Iskandar Muda (1016-1047 H / 1607-1637 M)
merupakan masa paling gemilang bagi Aceh. Kemudian kondisi negeri mulai
mengalami penurunan disebabkan oleh banyaknya peperangan dan krisis ekonomi
juga karena peperangan yang terus menerus melawan Barat, yang menyebabkan
penderitaan yang sangat berat bagi Aceh. Namun akhirnya dia berhasil keluar dari
ujian dan rintangan ini. Akhirnya negeri ini jatuh ketangan Belanda pada tahun
132 H/1904 M17
4. Kerajaan Demak (Jawa) (918-920 H / 1512-1552 M)
Di Jawa Islam disebarkan oleh para wali songo (wali sembilan) 18, para
wali menjadikan Demak sebagai pusat penyebaran Islam dan sekaligus
menjadikannya sebagai kerajaan Islam. Demak merupakan salah satu kerajaan
yang bercorak Islam yang berkembang di pantai utara Pulau Jawa, kerajaan ini
hanya berumur pendek, namun para rajanya merupakan pahlawan-pahlawan
mujahid terbaik. Raja pertama mereka adalah Raden Fatah, yang berhasil
menjadikan negerinya sebagai sebuah negara independen pada masanya. Setelah
itu anaknya Patih Yunus berkuasa, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah
kerajaan. Dia menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang
pada saat itu sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang
Protugis.
Setelah wafatnya patih Yunus pada tahun 938 H / 1531 M 19,
memerintahlah raja paling terkenal dari kerajaanini yaitu Raden Trenggono. Dia
adalah seorang mujahid besar yang diantara hasil usahanya yang terkenal adalah
masuknya islam ke daerah Jawa Barat. Dia wafat pada tahun 953 H / 1546 M.
5. Kerajaan Banten (960-1096 H/1552-1684 M)
Banten merupakan kerajaan Islam yang mulai berkembang pada abad ke-
16, setelah pedagang-pedagang India, Arab, persia, mulai menghindari Malaka
yang sejak tahun 1511 telah dikuasai Portugis. Dilihat dari geografinya, Banten
merupakan pelabuhan yang penting dan ekonominya mempunyai letak yang
strategis dalam penguasa Selat Sunda, yang menjadi urat nadi dalam pelayaran
dan perdagangan melalui lautan Indonesia dibagian selatan dan barat Sumatera.
Kepentingannya sangat dirasakan terutama waktu selat Malaka dibawah
pengawasan politik Portugis di Malaka20.

14
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 195.
15
Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 449.
16
Badri Yatim, op.cit., hlm. 209.
17
Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 449.
18
Di Jawa berdasarkan cerita tradisional dan babad-babad, yang mendapat gelar wali dianggap sebagai
pembawa dan penyebar Islam di daerah-daerah pesisir. Tidaklah semua wali yang tergolong Wali sango atau
wali sembilan berasal dari negeri luar. Bahkan sebagian besar dari wali sango menurut cerita dalam babad-
babad berasal dari Jawa sendiri. (Uka Tjandrasasmita (ED.),op.cit., hlm. 197.)
19
Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 45.
20
Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm.
Kerajan ini terpisah dari kerajaan Demak. Mencapai puncak kejayaannya
pada masa Sultan Hasanuddin, yang merupakan raja pertamanya (960-978 H /
1552-1580 M). Melalui kekuasaan anaknya, Sultan Yusuf ( 978-988 H / 1575-
1580 M), penyebaran Islam di Jawa semakin bertambah.Kerajaan ini menjadi
pusat perdagangan yang penting21.
6. Kerajaan Mataram Islam
Pada tahun 1583 M kerajaan ini diperintah oleh seorang muslim yang
bernama Sinopati22. Dia berorientasi untuk menyebarkan Islam di seluruh Jawa,
juga berhasrat membentuk sebuah kerajaan yang bersatu. Raja Mataram yang
paling terkemuka adalah Sultan Agung, cucu sang pendiri Mataram. Masa
kekuasaannya berlangsung antara tahun 1022-1056 H / 1613-1646 M. Dia
berhasil memperluas kekuasaannya ke banyak negeri, menyebarkan islam di Jawa
Tengah serta Memantapkan kedudukannya di wilayah ini.
7. Kerajaan Gowa (Makassar) (1078 H / 1667 M hingga abad ke-13 H / 19 M)
Kerajaan ini berada di kepulauan Sulawesi yang dahulu merupakan kota
pelabuhan yang penting. Kerajaan Gowa mengadakan ekspansi ke Bone tahun
1611, namun ekspansi itu menimbulkan permusuhan antara Goa dan Bone23.
Penyebaran Islam yang dilakukan oleh Gowa berhasil, hal ini merupakan tradisi
yang mengharuskan seorang raja untuk menyampaikan hal baik kepada yang lain.
Oleh karena itu kerajaan gowa menyampaikan pesan Islam kepada
kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu yang lebih tua, Wajo, Sopeng, dan Bone. Raja
Luwu segera menerima pesan Islam itu. Sementara itu tiga kerajaan: wajo,
Soppeng, dan Bone yang terkait dalam aliansi Tallumpoeco (tiga kerajaan) dalam
perebutan hegemoni dengan gowa-Tallo, Islam kemudian melalui peperangan.
Wajo menerima Islam tanggal 10 Mei 1610 dan Bone tanggal 23 November 1611.
Raja Bone yang pertama masuk Islam adalah yang dikenal Sultan Adam.

21
Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 45.
22
Ibid., hlm. 451.
23
Ada dua kemungkinan mengapa Kerajaan Goa-Tallo mengadakan ekspansi diantaranya :1) kemungkinan diakibatkan
oleh dorongan agama Islam yang baru masuk. 2) kemungkinan karena kekayaan yang diperoleh dari perdagangan yang
ramai di pelabuhannya yang merupakan pelabuhan transit. (Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tulisan mengenai masuk dan berkembangnya
kebudayaan Islam di Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
Islam masuk ke Asia Tenggara melalui jalur perdagangan yang di bawa oleh para
pedagang muslim Arab, India maupun dari Cina.
Islam masuk ke indonesia mulai dari abad ke 1 H/ 7 M yang dibawa oleh
pedagang-pedagang muslim yang berlayar ke indonesia, yang pertama kali
berlabuh di pesisir pulau Sumatra tepatnya di Pesisir Pasai (Aceh). Islam
kemudian berkembang menjdi kerajaan kerajaan islam pada abad ke 8 H / 14 M.
Diantara kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia yang memiliki peranan besar dalam
perkembangan Islam di Indonesia ialah kerajaan Samudra Pasai, kerajaan Malaka,
kerajaan Aceh Darussalam, kerajaan Demak, kerajaan Banten, kerajaan Mataram
Islam, kerajaan Gowa (Gowa-Tallo), serta kerajaan semenanjung melayu. Islam
mudah diterima dalam masyarakat Indonesia karena islam memiliki keistimewaan
diantaranya adalah Konsep Tuhan yang esa, keadilan hak individu dan
masyarakat, kehidupan yang harmoni, menyinggung akhlak mulia, berfikir secara
rasional, memandang derajat sesama makhluk tanpa perbedaan derajat, serta tidak
bersifat memaksa. Kedatangan islam membawa pengaruh yang sangat besar
dalam kehidupan sosial, ekonomi maupun politik di kawasan Indonesia.
B. Saran
Berdasarkan pemaparan kesimpulan diatas, penulis memberikan beberapa uraian
saran untuk dijadikan bahan pertimbangan, diantaranya ialah
1. Untuk mengetahui asal-muasal agama Islam di Indonesia maka perlu
diketahui sejarah dan bukti-bukti dari peradaban islam.
2. Untuk melestarikan sejarah Islam, maka perlu sekali diketahui dan dipelajari
dan mencari informasi tentang sejarah peradaban islam.

Anda mungkin juga menyukai