Anda di halaman 1dari 23

Metanogen (4 dan 5)

Metanogen ini unik domain dari mikroba diklasifikasikan sebagai archeae , bakteri dibedakan
dari sejumlah karakteristik , termasuk kepemilikan membran lipid , tidak adanya dasar karakteristik
seluler ( e. g. peptidoglycan ) dan kekhasan ribosomal RNA .Metanogen adalah obligat anaerob dan
dianggap sebagai sebuah jenis Reksi pembatas dalam pengolahan limbah cair anaerobik. Selain itu ,
metanogen bekerjasama atau bersaing dengan bakteri pengurangan sulfat untuk substrat di pengolahan
anaerobik dari sarat sulfat limbah cair.

Dua kelas metanogen yang memetabolisme asetat metana adalah:

- Methanosaeta (nama lama Methanotriks): Bentuk batang, Ks rendah, afinitas tinggi


- Methanosarcina ( juga dikenal sebagai m . Mazei ): Bentuk bulat , ks tinggi , afinitas
rendah

Bakteri metanogen termasuk salah satu golongan Archaebacteria selain halofilik, dan
termofilik, sesuai dengan nama golongannya Archaebacteria merupakan mikroorganisme yang tahan
hidup di daerah ektrim seperti perairan dengan kadar garam tinggi (halofil) contoh Halobacterium,
serta daerah dengan temperatur tinggi seperti hydrothermal vent (extreme thermofil) contoh
Sulfolobus, Pyrodictium. Bakteri metanogen bersifat anaerob obligat, terbagi menjadi tiga group.
Group I Methanobacterium dan Methanobrevibacter , Group II meliputi Methanococcus, dan Group
III termasuk genera Methanospirillum dan Methanosarcina . Semuanya ada di lingkungan air tawar
yang anaerob seperti sedimen serta pada saluran pencernaan hewan. (Dubey, 2005).

Kinetika Pertumbuhan dari Methanosaeta dan Methanosarcina


*) keterangan : sb X : Konsentrasi Asetat, mg COD/L

sb Y: Laju Spesifik Pertumbuhan, , d-1

Kondisi yang ideal untuk efisiensi pengolahan anaerobic

- Hindari udara yang berlebihan


- Tidak beracun / senyawa penghambat ada dalam influen
- Mempertahankan pH antara 6,8 -7,2
- Alkalinitas yang cukup ( terutama bikarbonat )
- Asam lemak volatil rendah (VFAs)
- Suhu sekitar kisaran mesofilik (30-38 0C)
- Cukup nutrisi ( N & P ) dan bekas logam terutama , fe , co , ni , dll .COD:N:P = 350:7:1
( untuk beban sistem tinggi) 1000: 7: 1 (beban sistem rendah)
- SRT/HRT >>1 ( penggunaan reaktor anaerobik laju tinggi )

Industri limbah cair terbaik untuk pengolahan anaerobic

- Produksi Alkohol
- Bir dan Anggur
- Pengolahan Gula
- Pati (jeli, jagung, kentang, gandum, tapioca.
- Pengolahan Makanan
- Pabrik Roti
- Bubur kertas dan Kertas
- Produk Susu
- Rumah Jagal
- Limbah Petrokimia

Faktor Lingkungan

Keberhasilan sebuah operasi reaktor anaerobik tergantung pada mempertahankan faktor


lingkungan dekat dengan kenyamanan mikroorganisme yang terlibat dalam proses.

Suhu

Proses anaerobik seperti proses biologis lainnya beroperasi di rentang suhu tertentu.
Dalam sistem anaerob: tiga suhu optimal berkisar:
Psychrophilic (5 15 0C)
Mesofilik (35 - 40 0C)
Termofilik (50-55 0C)

Pengaruh Temperatur dalam Aktivitas Anaerob

sb X : Suhu (0C)
sb Y : Laju
Pertumbuhan
Metanogen

Aturan dipegang: tingkat reaksi dua kali lipat untuk setiap kenaikan
suhu 10 0C hingga suhu yang optimal dan kemudian menurun dengan
cepat

pH

Terdapat dua domain mikroba dalam hal pH optimal yaitu acidogen dan metanogen. Rentang
pH terbaik untuk acidogen adalah 5,5 - 6,5 dan untuk metanogen adalah 7,8 - 8,2. PH operasi untuk
gabungan 6,8 - 7,4 dengan pH netral menjadi optimal. Karena metano-genesis dianggap sebagai
langkah laju pembatasan, perlu untuk mempertahankan pH reaktor dekat dengan netral.

PH rendah mengurangi aktivitas metanogen menyebabkan akumulasi VFA dan H 2. Pada


tekanan parsial lebih tinggi dari H2, asam propionat merusak bakteri akan sangat menghambat
sehingga menyebabkan akumulasi berlebihan berat molekul yang lebih tinggi VFAs seperti asam
propionat dan butirat dan pH turun . Jika situasi ini dibiarkan tidak diperbaiki, proses tersebut
mungkin akhirnya gagal. Kondisi ini dikenal sebagai akan "SOUR" atau STUCK " (Asam atau Diam).
Langkah-langkah perbaikan: Mengurangi tingkat beban dan penambahan bahan kimia untuk
menyesuaikan pH: bahan kimia alkali seperti NaHCO3, NaOH, Na2CO3, kapur (CaO), kapur mati
[Ca(OH)2], batu kapur (atau lumpur) CaCO3, dan NH3 dapat digunakan.

Ketergantungan pada pH Metanogen

Relative activity of methanogens to pH


1.3

1.0

0.8
Activity 0.5

0.3

0.0
3 4 5 6 7 8 9 10 11

pH

*) keterangan :
Aktivitas Relaitf dari methanogens
untuk ph
Sb Y : Aktivitas

Penyangga Alami

Sebuah sistem pengolahan anaerobik memiliki kapasitas penyangga sendiri terhadap


penurunan pH karena alkalinitas yang dihasilkan selama pengolahan limbah: misalnya degradasi
protein dalam limbah melepaskan NH3, yang bereaksi dengan CO 2 membentuk amonium karbonat
sebagai alkalinitas.

NH3 + H2O + CO2 NH4HCO3

Degradasi garam asam lemak dapat menghasilkan beberapa alkalinitas.

CH3COONa + H2O CH4 + NaHCO3

Pengurangan Sulfat dan Sulfit juga menghasilkan alkalinitas.

CH3COO- + SO42- HS- + HCO3- + 3H2O

Ketika pH mulai turun karena akumulasi VFA, alkalinitas ada dalam sistem menetralkan asam
dan mencegah penurunan lebih lanjut dalam pH. Jika alkalinitas tidak cukup untuk buffer pH sistem,
perlu tambahan eksternal.

Nutrisi dan Bekas logam

Semua proses mikroba termasuk anaerobik membutuhkan makro (N, P dan S) dan mikro
(bekas logam) nutrisi dalam konsentrasi yang cukup untuk mendukung sintesis biomassa. Mikro-
organisme anaerob, terutama metanogen, memiliki persyaratan tertentu bekas logam seperti Ni, Co,
Fe, Mo, Se dll. Nutrisi dan persyaratan bekas logam untuk proses anaerobik jauh lebih rendah karena
hanya 4 - 10% dari COD yang dihilangkan adalah dikonversi ke biomassa.

COD:350:7:1 (untuk Beban system Tinggi) 1000:7:1 (Beban system ringan)

Toksisitas

Toksisitas ini disebabkan oleh zat yang ada dalam limbah atau produk sampingan dari
kegiatan metabolik. Logam berat, senyawa terhalogenasi, dan sianida adalah contoh dari jenis pertama
sedangkan sulfida dan VFAs terakhir.

Toksisitas adalah tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan terhadap organisme. Toksisitas
dapat mengacu pada dampak terhadap seluruh organisme, seperti hewan, bakteri, atau tumbuhan, dan
efek terhadap substruktur organisme, seperti sel (sitotoksisitas) atau organ tubuh seperti hati
(hepatotoksisitas). Secara metafora, kata ini bisa dipakai untuk menjelaskan dampak beracun pada
kelompok yang lebih besar atau rumit, seperti keluarga atau masyarakat.

Jenis toksisitas

Umumnya ada tiga jenis zat beracun, yaitu kimia, biologi, dan fisika:
o Zat beracun kimiawi meliputi zat-zat inorganik seperti timah, merkuri, asbestos, asam
hidrofluorat, dan gas klorin, serta zat-zat organik seperti metil alkohol, sebagian besar obat-
obatan, dan racun dari makhluk hidup.
o Zat beracun biologis meliputi bakteri dan virus yang dapat menciptakan penyakit di dalam
organisme hidup. Toksisitas biologis sulit diukur karena "batas dosis"-nya bisa berupa satu
organisme tunggal. Secara teori, satu virus, bakteri, atau cacing dapat bereproduksi dan
mengakibatkan infeksi parah. Akan tetapi, di dalam inang yang memiliki sistem kekebalan
tetap, toksisitas yang tertanam di dalam organisme diseimbangkan oleh kemampuan inang
untuk melawan balik; toksisitas yang efektif adalah gabungan dari kedua belah hubungan
tersebut. Keadaan sejenis juga dapat terjadi pada beberapa jenis agen beracun lainnya.
o Zat beracun fisik adalah zat-zat yang karena sifat alamiahnya mampu mengganggu proses
biologis. Misalnya, debu batu bara dan serat asbestos yang dapat mematikan jika dihirup.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Toksisitas)

Tipe Reaktor Anaerobik

Reaktor Anaerobik Laju-Rendah Reaktor Anaerobik Laju-Tinggi

Kolam/Penampung Anaerobik Proses Kontak Anaerobik

Penyaring Anaerobik (AF)

Tangki Septik Aliran atas anaerobik lapisan lumpur (UASB)

Fluidized bed reactor


Tangki Imhof
Hybrid reactor: UASB/AF

Tingkat standar anaerobik dapat dicerna Anaerobic sequencing batch


reactor (ASBR)

Proses Kontak Anaerobik (ACP)

Proses kontak anaerob pada dasarnya adalah proses lumpur aktif anaerob. Ini terdiri dari
reaktor pencampur diikuti oleh tank pengendapan. Biomassa yang mengendap didaur ulang kembali
ke reaktor. Oleh karena itu ACP mampu mempertahankan konsentrasi tinggi biomassa dalam reaktor
Tangki Pengendapan

Biogas

dan SRT terlepas dari HRT. Degasifikasi memungkinkan penghilangan gelembung biogas (CO 2, CH4)
melekat pada lumpur yang mungkin sebaliknya mengapung ke permukaan.

Biogas Degasifikasi

ACP awalnya dikembangkan untuk pengolahan limbah cair encer seperti pabrik daging
kemasan yang memiliki kecenderungan untuk membentuk flok. ACP cocok untuk pengolahan limbah
cair yang mengandung padatan tersuspensi yang membuat mikroorganisme untuk membentuk
gumpalan tetap.

Konsentrasi biomassa dalam rentang reaktor dari 4-6 g / L dengan konsentrasi maksimum
setinggi 25-30 g / L tergantung pada lumpur yang mengendap. Tingkat pembebanan berkisar antara
0,5 - 10 kg COD / m3 hari. SRT yang diperlukan dapat dipertahankan oleh mengendalikan laju daur
ulang mirip dengan proses lumpur aktif.

Penyaringan secara Anaerobik

Dikembangkan oleh Young dan McCarty pada akhir 1960-an untuk mengobati limbah encer
organik terlarut. Filter dipenuhi dengan batu-batu yang mirip dengan trickling filter. Air limbah
didistribusikan di bagian bawah dan aliran itu ke arah atas melalui batu. Seluruh Filter terendam
sepenuhnya.

Mikroorganisme anaerob menumpuk di dalam pori media (batuan atau media plastik lainnya).
Media mempertahankan atau tahan biomassa aktif dalam filter. Tidak terpasang biomassa dalam celah
Masuk Keluar
bentuk lebih besar, gumpalan bentuk granular akibat naiknya gelembung gas / cairan. Biomassa non-
Reaktor Pencampur
terpasang kontribusi signifikan terhadap pengolahan limbah. Biomassa terpasang tidak menjadi
bagian utama dari biomassa total, 64% terpasang dan 36% tidak-terpasang

Daur
Anaerobic Filter (atau Ulang
dikenal jugaLumpur
dengan sebutan Fixed Bed atau Fixed Film Reactor)
Limbah Lumpur
mempunyai prinsip yang berbeda dengan septic tank & imhoff tank, karena sistem ini justru
diharapkan untuk memoroses bahan bahan yang tidak terendapkan dan bahan padat terlarut (dissolved
solid) dengan cara mengkontakkan dengan surplus mikro organisme. Mikro organisme tersebut akan
menguraikan bahan organic terlarut (dissolved organic) dan bahan organic yg ter dispersi (dispersed
organic) yang ada didalam limbah.

Sebagian besar mikro organisme (untuk selanjutnya disebut sebagai bakteria) tersebut
cenderung tidak mobil. Artinya mereka tidak seperti singa yang lari kesana kemari than aktif untuk
mencari makan, tetapi cenderung diam dan menunggu makanan yang di dekat kan
kepadanya.Bakteria ini cenderung menumpel pada dinding atau tempat lain yang permukaannya dapat
digunakan untuk tempelan.

Karena itu yang dimaksudkan sebagai filter disini adalah media dimana bakteria dapat
menempel dan limbah dapat mengalir/Iewat diantaranya. Selama aliran ini kandungan organik akan
diuraikan oleh berbagai bakteria dan hasilnya adalah pengurangan kandungan organik pada
effluent.Media yang digunakan bermacam macam tetapi prinsipnya lebih luas permukaan akan lebih
baik fungsinya. Misalnya koral, kerikil, plastik yang dibuat khusus sebagai media, ijuk, pasir, dlsb.

Media yang baik luas permukaannya (surface area) kira kira 100 300 m2 per m3 volume
yang ditempatinya.Dengan pola pikir itu maka kita cenderung untuk memilih media yang mempunyai
surface area yang besar dengan harapan hasilnya akan baik sekali. Misalnya tepung arang, pasir, dlsb.

Tetapi biasanya media dengan butiran terlampau kecil akan memberikan performance yang
baik beberapa hari saja. Seterusnya terjadi blocking diakibatkan oleh lapisan bakteria yang menempel
dipermukaannya. Setelah terjadi blocking unjuk kerja nya malahan buruk sekali.Padahal bila terjadi
blocking, urusan membongkar dan membersihkannya merupakan pekerjaan yang paling
menjengkelkan. Karena itu media harus sedemikian agar surface areanya cukup luas tetapi tidak
sampai tersumbat / blocking / clogging.

Istilah teknis nya adalah media yang mempunyai SSA (specific surface area) yang luas dan
VR (void ratio) yang tinggi.Urusan media inilah yang kemudian di kutak katik oleh para ahli teknis
dengan mencari bahan serta bentuk yang memberikan surface area luas tetapi void ratio nya
tinggi.Yang dihasilkan terus diberi nama perdagangan khusus untuk memukau pembeli. Misalnya ada
bentuk seperti seng plastik yang di tekuk tekuk dengan model tertentu dan dibuat oleh perusahaan
Pemanas Biogas
Jerman. Terus diberi nama Bioreactor made in Germany.
Katup Sampel Kiri
Palate Berpori
(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/anaerobic-filter)

Keluar
Bak Air
Aliran Atas Penyaringan
Pompa secara Anaerobik
Peristaltik Media

Suhu tetap Lumpur yang dib


Tangki
jalur resirkulasi
Pompa
Peristaltik
Kemasan Penyaring Anaerob

Awalnya, batu yang digunakan sebagai kemasan media dalam anaerobik filter. Namun karena
sangat rendahnya Volume void (40-50%), masalah terjadi penyumbatan serius. Sekarang, banyak
media kemasan sintetis terdiri dari plastik; ubin keramik konfigurasi yang berbeda telah digunakan
dalam anaerobik filters. volume kosong dalam rentang media ini 85-95%. Selain itu, media ini
memberikan tinggi luas permukaan spesifik, biasanya 100 m2 / m3, atau di atas, yang meningkatkan
pertumbuhan biofilm.

Penyaringan secara Anaerobik

Karena filter anaerob mampu mempertahankan biomassa tinggi, panjang SRT dapat
dipertahankan. Biasanya HRT bervariasi 0,5-4 hari dan tingkat pembebanan bervariasi 5-15 kg COD /
m3 hari. pemborosan Biomassa umumnya tidak diinginkan dan kondisi hidrodinamik memainkan
peran penting dalam retensi biomassa dalam ruang kosong.

Aliran bawah Penyaringan secara Anaerobik


Filter aliran bawah anaerobik mirip dengan trickling filter dalam operasi. DAF lebih dekat
dengan reaktor film yang tetap seperti di biomassa / lumpur dalam ruang kosong yang berpotensi
dicuci keluar dari reaktor. Luas permukaan spesifik media yang lebih penting dalam DAF dari UAF.
Ada kurang dari masalah penyumbatan dan air limbah dengan beberapa konsentrasi SS dapat diolah
dengan menggunakan DAF.

Aliran Atas Anaerobik Lapisan Lumpur (UASB)

UASB dikembangkan pada 1970-an oleh Lettinga di Belanda.UASB pada dasarnya adalah
sebuah sistem pertumbuhan tersuspensi di mana hidrolik dan organik laju pembebanan yang tepat
dipertahankan dalam rangka memfasilitasi agregasi biomassa padat yang dikenal sebagai granulasi.
Ukuran butiran sekitar 1-3 mm diameter. Karena butiran yang lebih besar dalam ukuran dan berat,
mereka akan mengendap dalam reaktor. Konsentrasi biomassa dalam reaktor dapat menjadi setinggi
50 g / L. Jadi SRT sangat tinggi dapat dicapai bahkan pada HRT yang sangat rendah dari 4 jam.

Butiran terdiri dari bakteri hidrolitik, acidogen / acetogens dan metanogen. Butiran merusak
karbohidrat menunjukkan struktur berlapis dengan lapisan permukaan hidrolitik / fermentatif
acidogens. Sebuah pertengahan lapisan koloni syntrophic dan interior dengan metanogen acetogenic.

Reaktor UASB

Effluent

Granula Lumpur Anaerobik

Influent

Statik Granular Bed Reaktor (SGBR)


Dikembangkan di Iowa State University oleh Drs. Ellis dan Kris Mach. Berlawanan dengan
UASB; aliran dari atas ke bawah dan tempat unggun statis, tidak perlu tiga fase pemisah atau
distributor aliran. Sederhana dalam operasi dengan bagian yang bergerak lebih sedikit. Isu utama:
Hilang tekan karena untuk mengangkat padatan.

Pengaruh sulfat pada produksi metana

Ketika limbah mengandung sulfat, sebagian dari COD akan bereaksi dengan sulfat, sehingga
COD total yang tersedia untuk produksi metana akan berkurang sangat besar

SO42- + COD HS + CO2

sulfat substrat organic sulfida karbondioksida

Sulfida juga dapat mengurangi toksisitas metanogen pada konsentrasi 50-250 mg/L sebagai sulfida
bebas

Stokiometri reaksi pada reduksi sulfida

8e +8H+ + SO42- S2- + 4H2O

8e +8H+ + 2O2 4H2O

2O2/ SO42- = 64/96 ~ 0.67

COD/SO42- ~ 0.67

Secara teori, 1 gram COD dibutuhkan untuk mengurangi 1.5 gram sulfat

Contoh 2:

Sebuah reactor UASB digunakan untuk mengolah limbah cair hasil dari pengolahan makanan
pada suhu 20 0C. laju alir masuknya sebesar 2 m 3/hari dengan kelarutan COD rata-rata
sebesar 7000 mg/L. hitung laju pembentukan CH4 maksimum dalam m3/hari. Bagaimana jika
laju pembentukan biogas pada efisiensi pengurangan COD sebesar 85% dan 10% dari COD
yang dikeluarkan digunakan untuk sintesis biomasa? Kandungan rata-rata CH 4 dalam biogas
adalah 80%. Jika limbah cair mengandung 2.0 g/L sulfat, secara teori berapa banyak CH 4
yang dihasilkan?

Jawaban:

Laju pembentukan CH4 :

Penguraian sempurna dari material organik dalam limbah cair akan menghasilkan
pembentukan metana yang maksimal dan juga laju pembentukan metana yang optimal secara
teoritis

( 7000 x 106 )
Total COD yang dikeluarkan = 3
x ( 2 ) kg /hari
10

= 14 Kg/hari

Dari pers (3) di contoh soal 1 kita dapat:

1 Kg COD menghasilkan 0.35 m3 CH4 kondisi STP

14 Kg COD menghasilkan~ 0.35 x 14 = 4.9 m3 CH4/hari kondisi STP

Pada keadaan 20C, gas CH4 yang dihasilkan = 4.9 x(293/273)


= 5.3 m3/hari

Jadi, laju pembentukan maksimum CH4 adalah = 5.3 m3/hari

Laju pembentukan Biogas

Tidak semua COD (material organik) sempurna terurai. COD yang terpakai selama proses pengolahan
anaerobik dapat dilihat sebagai:

COD yang tersisa

COD yang terkonversi menjadi gas CH4

COD yang dialihkan ke sintesis biomasa

COD yang dipakai untuk reaksi sulfat (jika ada sulfat)

( 7000 x 106 )
Total COD yang dikeluarkan = x 2 x 0.85 kg/hari
103

= 11.9 kg/hari

Karena 10% COD yang dikeluarkan telah digunakan untuk sintesis biomassa sehingga tersisa 90%
COD yang di konversi menjadi gas CH4

COD yang dipakai untuk pembentukan CH4= 11.9 x 0.9 kg/hari

= 10.71 kg/d

Dari pers (3) di contoh soal 1 kita mendapatkan

1 Kg COD menghasilkan 0.35 m3 CH4 pada keadaan STP

10.71 Kg COD menghasilkan ~ 0.35 x 10.71 = 3.75 m3 CH4/hari keadaan STP

Pada suhu 20C, gas CH4 yang terbentuk = 3.75 x (293/273)

= 4.02 m3/hari

Laju pembentukan biogas lebih besar dari laju CH 4 karena mengandung CO2 dan H2S
3
4.02 m /hari
Laju pembentukan biogas = 0.8

= 5.03 m 3/hari

Laju pembentukan metana jika terkandung sulfat

Ketika limbah mengandung sulfat, sebagian dari COD dipakai untuk mereduksi sulfat
sehingga COD total yang tersedia untuk memproduksi metana akan menurun besar

Materi organik + Nutrisi + SO42- H2S + H2O + HCO3- + biomassa

Secara teoritis, 1 gram dibutuhkan untuk mereduksi 1.5 gram sulfat. Dalam permasalahan ini 2.0
gram/L sulfat.

Total COD yang dipakai dalam reduksi sulfat = 1.33 g = 1330 mg

COD yang tersedia untuk produksi metana = (7000 1330) mg/L

= 5670 mg/L

5666.67 x 106
Total COD yang tersedia untuk pembentukan CH4 = x 2 kg/hari
103

= 11.33 kg/hari

Dari pers(3) contoh 1, kita mendapatkan :

1 Kg COD menghasilkan 0.35 m3 CH4 pada keadaan STP

11.33 Kg COD menghasilkan ~ 0.35 x 11.33 = 3.97 m3 CH4/hari keadaan STP

Pada suhu 20C, gas CH4 yang terbentuk = 3.97 x (293/273)

= 4.3 m3/hari

Laju pembentukan CH4 jika limbah mengandung sulfat = 4.3 m3/hari

Adanya sufat dalam limbah mengurangi peroleha metana sebesar 19%


Bagaimanapun biogas akan mengandung H2S sehingga akan menambah volume

EXPANDED BED REACTOR (EBR)

Expanded bed reactor atau reaktor unggun yang mengembang adalah sistem pertumbuhan
menempel dengan beberapa biomassa tersuspensi. Biomassa tersebut menempel pada media bio-
carrier seperti pasir, polyvinyl klorida serbuk

Bio-carrier tersebut akan mengembang keatas karena dorongan aliran limbah cair dan efek
sirkulasi. Dalam EBR kecepatan aliran dijaga agar dapat mengembangkan unggun 15-30%. EBR
memiliki masalah penyumbatan yang lebih rendah dan substrat yang lebih baik dalam biofilm. bio-
carrier mendapat sebagian bantuan dari laju alir dan sebagian lagi dari kontak dengan bio-carrier
lainnya.

gambar skema dari EBR

Fludized Bed Reactor (FBR)

FBR menyerupai dengan EBR. Tetapi dalam FBR biomassa akan terlepas dikarenakan
kecepatan aliran atas yang tinggi. Volume ekspansi dalam unggun 25-300% daripada saat diam.
Sehingga membutuhkan kecepatan aliran keatas yang lebih tinggi (10-25 m/jam). Bio-carrier akan
didorong sepenuhnya oleh kecepatan aliran sehingga memungkinkan untuk bergerak bebas di dalam
unggun. FBR bebas dari masalah penyumbatan dan substrat yang lebih baik dalam biofilm.
Gambar skema
FBR
Sistem gabungan : UASB/AF

Sistem ini menggabungkan lapisan lumpur pada butiran (bawah) dan penyaring anaerobik
(atas). Sistem ini dipakai agar mencegah pembilasan pada biomassa di dalam reactor. Lebih lanjut lagi
penambahan pengolahan di atas unggun dikarenakan rentannya lumpur pada butiran untuk lepas dari
bawah lumpur unggun. Masalah pada reactor UASB yaitu lepasnya lumpur aktif terus-menerus dapat
diatasi dengan cara ini. Sistem gabungan dapat dikombinasi dengan tipe reactor yang lainnya
Gambar skema reactor gabungan UASB dan AF

Anaerobik Baffled Reactor/Reaktor Anaerobik berdinding batas

Dalam reaktor ini, air limbah melewati bagian atas dan bawah dinding pembatas atau baffle.
Biomassa akan terakumulasi diantara baffle dimana seiring waktu akan terbentuk butiran. Baffle
memberikan pergerakan horizontal biomassa dalam reaktor .sehingga konsentrasi biomassa dapat
dijaga di dalam reactor tersebut
Biogas

Sludge

Gambar skema anaerobic baffle reactor

Anaerobic Sequential Bed Reactor/Reaktor Unggun Anaerobik Tersusun

BIOGAS RECYCLE
BIOGAS

SUPERNATANT

DECANT
PORTS
SETTLED
BIOMASS

SETTLE DECANT FEED REACT


EFFLUENT FEED

Gambar skema reaktor unggun anaerobic tersusun

Perancangan Proses Anaerobik

Perancangan berdasarkan VOLR (volumetric organic loading rate)/ laju volumetrik


pengisian organik
S 0 .Q
VOLR=
V

VOLR= laju volumetrik pengisian organik (kg COD/m3-hari)

S0 = COD limbah terurai secara biologis (mg/L)

Q = laju alir limbah cair (m3/hari)

V = volume reaktor biologis (m3)

Dalam metode ini Q dan S0 dapat dicari diukur


dengan mudah sedangkan VOLR dicari
dengan membuat grafik VOLR terhadap
persentase efisiensi seperti dibawah ini:
Efciency, %

VOLR

Perancangan Berdasarkan Laju Pengisian Hidrolik


V = a . Q

a .Q
A= H

Permissible superficial velocity (Va)

Va = H/ untuk limbah cair terlarut dengan COD < 1,000 mg/L

H : tinggi reakt or (m)

a: waktu tinggal hidrolik yang diperkenankan (jam)

Q: laju alir limbah cair (m3/jam)

A: luas permukaan reaktor (m2)

Waktu Tinggal Padatan/ Solid Retention Time (SRT)

Sebuah alat pengurai anaerobik adalah reaktor pengaduk dimana SRT dan waktu tinggal
hidolik (HRT) adalah sama.

laju alir masuk (Q), m3/hari

volume V ( m3 )
HRT, hari = laju alir =
Q ( m3 /hari )

Untuk SRT (HRT), ukuran reaktor dapat dicari dengan mudah jika Q diketahui.
Volume pengurai, V (m3) = Laju alir x SRT ( c)

Laju Pengisian Padatan Mudah Menguap

Ukuran dari pengurai dapat dicari berdasarkan dari laju pengisian padat menguap yang dalam satuan
kg VS/m3-hari.

laju alir masuk kg/har

kg
Influent VS( )
Laju pengisian padatan menguap = hari
3
volume reaktor ( m )

untuk laju pengisian padatan menguap, ukuran reaktor dapat dicari jika laju masuk VS diketahui

kg
laju alir masuk ( )
day
volume penguraian, V (m3) = kgVS
laju pengisian padatan menguap( 3
)
m hari
Pengolahan Biogas Pada Kotoran Sapi

Pada gambar diatas menjelaskan tentang pengolahan dari limbah kotoran sapi atau hewan
ternak dapat diolah menjadi biogas yang dapat digunakan sebagai kebutuhan energi sehari-hari.
kotoran sapi tersebut ditampung dalam tempat pembentukan biogas. biogas dalam tempat tersebut
dialirkan ke dalam rumah untuk dijadikan bahan bakar untuk memasak atau sebagai pemanas.

Metana Untuk Produksi Energi


Sebuah fasilitas senilai 4.9 juta dollar dekat west amana memproduksi biogas metana yang
menggerakkan 4 generator listrik. Sistem tersebut memproduksi sekitar 2.6 MW daya atau 15% dari
kebutuhan listrik Amana Service Co pada musim dingin dan 10% pada musim panas. Alat pengurai
tersebut mengolah dari kotoran hewan ternak dari peternakan di Amana dan limbah industri dan
pengolahan makanan seperti dari Genencor Internasional, Cargill and International paper cedar di
Cedar Rapids.

Masalah Dari Pengolahan Limbah Ini

Kebanyakan dari kesalahpahaman tentang alat pengurai anaerobik ini dan proses penguraian
termasuk hasil biogas akan mengurangi jumlah pupuk dan jumlah nutrisi pada pupuk. padahal proses
tersebut tidak akan menghilangkan kandungan pupuknya. seringkali volume material sisa dari
penguraian akan meningkat karena membutuhkan air sebagai pengencer untuk mempermudah
pemompaan atau operasi penguraian. Rata-rata hanya 4% umpan yang diubah kedalam biogas. Sisa
dari penguraian tersebut akan stabil, kaya nutrisi, bebas dari benih rumput liar, berkurangnya bakteri
patogen, dan mendekati tidak berbau. Artinya sebuah peternakan yang mengolah 1000 galon perhari
kotoran akan mendapatkan 960 galon material sisa yang ekonomis dan sangat bermanfaat. Hal
tersebut tergantung pada rancangan pengurai dan operasinya, padatan juga akan mengendap di dasar
pengurai dan atau membentuk buih terapung. keduanya harus dikeluarkan dari pengurai secara
mekanik untuk menjaga kinerja pengurai tesebut. ketika mengevaluasi kinerja sebenarnya dan operasi
pengurai, adalah hal penting untuk menentukan jumlah dan tipe material yang dipakai dalam pengurai
dan harga dari kehilangan volume dan pembersihan.

untuk informasi lebih lanjut dapat dicari di: www.biogas.psu.edu

Penulis : Patrick A. Topper, Pennsylvania State University

Anda mungkin juga menyukai