Anda di halaman 1dari 11

PERKEMBANGAN HUBUNGAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Psiskologi Perkembangan

Dosen Pengampu: Muhammad Rozikan, M.Pd.

Kelompok 10:

Siti Setiawati (23030150106)

Hilwa Khoirunnisa (23030150054)

Afidatus Solikah (23070150074)

PROGRAM STUDY TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2016

Daftar Isi

Daftar Isi..............................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................2
A. Latar Belakang........................................................................................2
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................4
A. Pengertian Perkembangan Interpersonal Peserta Didik..........................4
B. Hubungan Antara Peserta Didik dengan Keluarga..................................4
C. Hubungan Antara Peserta Didik dengan Teman Sebaya.........................6
D. Persahabatan............................................................................................7
E. Hubungan Antara Peserta Didik dengan Sekolah...................................9
BAB III PENUTUP............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hubungan interpersonal dapat di artikan sebagai hubungan antar pribadi.
Sebagai makhluk sosial, peserta didik senantiasa melakukan interaksi sosial
dengan orang lain. Interaksi sosial menjadi faktor utama dalam hubungan
interpesonal antara dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik
pula. Ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan,

1
tetapi kita juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita
tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship dari
segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik
hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya,
makin cermat perasepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga
makin efektif.
Oleh sebab itu maka penting bagi seorang guru untuk mengetahui dan
memahami tahapan perkembangan hubungan interpersonal peserta didik demi
tercapainya tujuan dari pendidikan. Seiring dengan perkembangan lingkungan
sosial seseorang, interaksi sosial meliputi lingkungan sosial yang luas, seperti
sekolah dan dengan teman-teman.
Berawal dari hal-hal di atas, dalam makalah ini akan dijelaskan tentang
bagaimana perkembangan interaksi sosial atau hubungan peserta didik dengan
keluarga, sekolah, dan dengan teman sebaya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalah,
yaitu:
1. Apa perkembangan interpersonal peserta didik ?
2. Bagaimana hubungan antara peserta didik dengan keluarga ?
3. Bagaimana hubungan antara peserta didik dengan teman sebaya ?
4. Apa itu persahabatan ?
5. Bagaimana hubungan antara peserta didik dengan sekolah ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka diperoleh beberapa tujuan
yaitu:
1. Mengetahui tentang perkembangan interpersonal peserta didik.
2. Menegetahui tentang hubungan antara peserta didik dengan keluarga.
3. Mengetahui tentang hubungan antara peserta didik dengan teman sebaya.
4. Mengetahui tentang persahabatan.
5. Mengetahui tentang hubungan antara peserta didik dengan sekolah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Interpersonal Peserta Didik


Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antar pribadi.
Sebagai mahluk sosial, peserta didik senantiasa melakukan interaksi sosial
dengan orang lain. Interaksi sosial menjadi faktor utama dalam hubungan
interpersonal antara dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi. Menurut
Ruben tahap perkembangan hubungan interpersonal disebut juga dengan tahap
eksplorasi, tahap ini merupakan pengembangan dari tahap inisiasi atau tahap
hubungan interpersonal paling awal dan terjadi tidak lama sesudah inisiasi
tersebut terjadi. Disini mulai dijajaki potensi yang ada dari setiap individu serta
dipelajari kemungkinan-kemungkinan yang ada dari suatu hubungan.
Menurut Knapp, interaksi sosial dapat menyebabkan seseorang menjadi
dekat dan merasakan kebersamaan, namun sebaliknya, dapat pula
menyebabkan seseorang menjadi jauh dan terselisih dari hubungan
interpersonal. Bagi peserta didik interaksi sosial terjadi pertama kali di dalam
keluarga, terutama dengan orang tua. Kemudian dengan seiring perkembangan
lingkungan sosial seseorang, interaksi sosial meliputi lingkup sosial yang luas,
seperti sekolah dan dengan teman-temannya.

B. Hubungan antara Peserta Didik dengan Keluarga


Keluarga merupakan unit sosial yang terkecil yang memiliki peranan
penting dan menjadi besar bagi perkembangan psikososial anak dalam konteks
sosial yang lebih luas. Oleh sebab itu dalam memahami perkembangan

3
psikososial peserta didik, perlu dipelajari bagaimana hubungan anak dengan
keluarga, diantaranya:
1) Karakteristik hubungan anak usia sekolah dengan keluarga
Masa usia sekolah dipandang sebagai masa untuk pertama kalinya
anak memulai kehidupan sosial mereka yang sesungguhnya. Keluarga tidak
lagi menjadi subjek tunggal dalam pergaulan anak, namun orangtua tetap
menjadi bagian penting dalam proses perubahan yang terjadi pada anak,
karena mereka yang menjadi figur sentra dalam kehidupan anak. Hubungan
orangtua dan anak akn berkembang dengan baik apabila kedua pihak saling
menumpuk keterbukaan.
Sesuai dengan perkembangan kognitifnya yang semakin matang,
maka pada usia sekolah, anak secara berangsur-angsur lebih banyak
mempelajari mengenai sikap-sikap dan motivasi orangtuanya, serta mematui
aturan-aturan keluarga, sehingga mereka menjadi lebih mampu untuk
mengendalikan tingkah lakunya. Perubahan ini mempunyai dampak yang
besar terhadap kualitas hubungan antara anak-anak usia sekolah dan
orangtua mereka.
2) Karakteristik hubungan remaja dengan keluarga
Perubahan-perubahan fisik, kognitif dan sosial yang terjadi dalam
perkembanagan remaja mempunyai pengaruh yang besar terhadap relasi
orangtua dengan remaja. Salah satu ciri yang menonjol dari remja yang
mempengarhi relasnya dengan orangtua adalah perjuangan untuk
memperoleh otonomi, baik secara fisik dan psikologis. Karena remaja
meluangkan lebih sedikit waktunya bersama orangtua dan lebih banyak
menghabiskan waktu untuk saling berinteraksi dengan dunia yang lebih
luas, maka mereka berhadapan degan bermacam-macam nilai dan ide.
Akibatnya remaja mulai mempertanyakan dan menentang pandangan-
pandangan orangtua serta mengembangkan ide-ide mereka sendiri.
Sejumlah teoritis dan penelitian kontemporer menyatakan bahwa
otonomi yang baik berkembang dari hubungan orangtua yang positif dan
suportif. Karena halini memungkinkan untuk mengungkapkan perasaan
postif dan negatif, yang membantu perkembangan kompetensi sosial dan
otonomi yang bertanggung jawab. Dengan demikian ketrekaitan dengan

4
orangtua selama masa remaja dapat berfungsi adaptif, yang menyediakan
landasan yang kokoh dimana remaja dapat menjelajahi dan menguasai
lingkunga-lingkungan baru dan suatu dunia sosial yang luas dengan cara-
cara yang sehat secara psikologis.
C. Hubungan antara Peserta Didik dengan Teman Sebaya
Teman sebaya (peer) mempunyai fungsi yang hampir sama dengan
orangtua untuk anak usia sekolah. Sebab teman bisa memberikan ketenangan
ketika mengalami kekhawatiran. Tidak jarang terjadi seorang anak yang
tadinya penakut berubah menjadi pemberani berkat teman sebaya. Beberapa
aspek perkembangan hubungan peserta didik dengan teman sebaya:
1) Karakteristik hubungan anak usia sekolah dengan teman sebaya
Menurut Barker dan Wright (Desmita, 2009: 224) mecatat bahwa
anak-anak usia 2 tahun menghabiskan 10% dari waktu siangnya untuk
berinteraksi dengan teman sebaya. Pada usia 4 tahun, waktu yang
dihabiskan untuk berinteraksi dengan teman sebaya meningkat menjadi
20%. Sedangkan anak usia 7 hingga 11 meluangkan lebih dari 40%
waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebaya.
2) Pembentukan kelompok
Interaksi teman sebaya dari kebanyakan anak usia sekolah ini terjadi
dalam grup atau kelompok, sehingga periode ini sering disebut usia
kelompok. Pada usia ini, anak tidak lagi puas bermain sendirian di rumah,
atau melakukan kegiatan-kegiatan dengan anggota keluargnya. Hal tersebut
membuktikan bahwa anak memiliki keinginan untuk diterima sebagai
anggota kelompok, serta merasa tidak puas bila tidak bermain bersama
teman-temannya. Dalam pembentukan kelompok ini tercatat adanya
perubahan sifat dari kelompok teman sebaya pada usia sekolah.
3) Popularitas, penerimaan sosial dan penolakan
Pada anak usia sekolah dasar mulai terlihat adanya usaha untuk
mengembangkan suatu penilaian terhadap orang lain dengan berbagai cara.
Kemudan pemilihan teman dari anak-anak ini terus meningkat dengan lebih
mendasarkan pada kualitas pribadi, seperti kejujuran, kebaikan hati, humor,
dan kreativitas. Para ahli membedakan anak-anak menjadi dua, yaitu anak-
anak populer (popular) dan anak-anak yang tidak populer (unpopular).

5
a. Anak yang populer yakni, populeritas seorang anak ditentukan oleh
berbagai kualitas pribadi yang dimiliknya. Anak yang populer ialah anak
yang ramah, suka bergaul, bersahabat, sangat peka secara sosial, dan
sangat mudh bekerjasama dengan orang lain. Popularitas juga
dihubungkan dengan IQ an prestasi akademik. Karena anak-anak lebih
menyukai anak yang memiliki prestasi sedang, mereka sering menjauh
dari anak yang sangat cerdas dan yang sangat rajin di sekolah, demikian
juga halnya dengan mereka yang pemalas secara akademis.
b. Anak yang tidak populer, dibedakan menjadi dua tipe:
1) Anak-anak yang ditolak (rejected children) yaitu anak-anak yang
tidak disukai oleh teman-teman sebaya mereka. Karena mereka
cenderung bersifat mengganggu, egois, dan sedikit mempunyai sifat
positif. Tidak semua anak yang ditolak bersifat agresif. Namun kira-
kira 10 sampai 20% anak-anak yang ditolak adalah anak-anak yang
pemalu.
2) Anak-anak yang diabaikan (neglected children) yaitu anak yang
menerima sedikit perhatian dari teman-teman sebaya mereka, tetapi
bukan berarti mereka tidak disenangi oleh teman-teman sebayanya.

D. Persahabatan
Persahabatan (friendship) yaitu pola hubungan anak usia sekolah dengan
teman sebayanya dan munculnya keinginan untuk menjalin hubungan
pertemanan yang lebih akrab. Menurut Mc Devvit dan Ormrod (Desmita, 2009:
227) membedakan persahabatan dengan bentuk hubungan teman sebaya
lainnya menjadi tiga, yaitu:
1) They are voluntary relationships (adanya hubungan yang dibangun atas
adasar suka rela).
2) They are powered by shared routines and customs (hubungan persahabatan
dibangun atas dasar kesamaan kebiasaan).
3) They are reciprocal relationships (persahabatan dibangun atas dasar
hubungan timbal balik).

Fungsi penting dari persahabatan menurut Santrock (Desmita, 2009:228):

6
a. Sebagai kawan (companionship), di mana persahabatan memberi anak
seorang teman akrab, teman yang bersedia meluangkan waktu bersama
mereka dan bergabung dalam melakukan kegiatan-kegiatan bersama.
b. Sebagai pendorong (stimulation), di mana persahabatan memberikan pada
anak informasi-informasi yang menarik, kegembiraan dan hiburan.
c. Sebagai dukungan fisik (physical support), di mana persahabatan
memberikan waktu, kemampuan-kemampuan dan pertolongan.
d. Sebagai dukungan ego (ego support), di mana persahabatan menyediakan
harapan atau dukungan, dorongan dan umpan balik yang dapat membantu
anak mempertahankan kesan atas dirinya sebagai individu yang mampu,
menarik, dan berharga.
e. Sebagai perbandingan sosial (social comparison), dimana persahabatan
menyediakan informasi tentang bagaimana cara berhubungan dengan orang
lain, dan apakah anak melakukan sesuatu dengan baik.
f. Sebagai pemberi keakraban dan perhatian (intimacy/affection), dimana
persahabatan memberi anak-anak suatu hubungan yang hangat, erat, saling
mempercayai dengan anak lain, yang berkaitan dengan pengungkapan diri
sendiri.
Tiga tahap perkembangan gagasan anak tentang persahabatan menurut
Hetherington dan Parke:
1. Reward-cost stage (7-8 tahun). Anak menyebutkan ciri-ciri sahabta sebagai
teman yang menawarkan bantuan, melakukan kegiatan bersama-sama, bisa
memberikan ide-ide, dekat secara fisik, dan memiliki kesamaan
demografis, dal lain sebagainya.
2. Normative stage (10-11 tahun). Anak mengharapkan sahabatnya bisa
menerima dan mengagumi dirinya, serta mengekspresikan nilai dan sikap
yang sama terhadap aturan-aturan dan sanksi.
3. Emphatic stage (11-13 tahun). Anak mengharapkan kesungguhan dan
potensi intimacy dari sahabt, mengharapkan sahabat untuk memahami dan
terbuka terhadap dirinya, berbagi inat dan mempertahankan sikap dan nilai
yang sama.
Adapun karakteristik hubungan remaja dengan teman sebaya,
perkembangan kehidupan sosial remaja juga ditandai dengan gejala
meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Dua ahli teori

7
yang berpengaruh, yaitu Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan, menekankan
bahwa melalui hubungan teman sebaya anak dan remaja belajar tentang
hubungan timbal balik yang simetris. Mereka juga mempelajari secara aktif
kepentingan-kepentingan dan perspektif teman sebaya dalam rangka
memuluskan integrasi dirinya dalam aktivitas teman sebaya yang
berkelanjutan. Fungsi dari teman sebaya menurut Kelly dan Hansen yaitu:
a. Mengontrol implus-implus agresif.
b. Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih
independen.
c. Meningkatkan ketrampilan-ketrampilan sosial, belajar untuk
mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara yang lebih matang.
d. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis
kelamin.
e. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai.
f. Meningkatkan harga diri (self-esteem).

E. Hubungan Peserta Didik dengan Sekolah


Sekolah merupakan lingkungan artifisial yang sengaja dibentuk guna
mendidik dan membina generasi muda kearah tujuan tertentu, terutama untuk
membekali anak dengan pengetahuan dan kecakapan hidup yang dibutuhkan
dikemudian hari. Sekolah mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
perkembangan anak. Anak-anak dan remaja hampir sepertiga waktunya remaja
berada di sekolah. Menurut Sntrock (1998), berbagai peristiwa hidup yang
dialami oleh remaja selama berada di sekoalah tersebut sangat mungkin
mempengaruhi perkembangannya, seperti perkembangan identitasnya,
keyakinan terhadap kompetensi diri sendiri, gambaran hidup dankesempatan
berkarir, hubungan-hubungan sosial, batasan mengenai bagaimana system
sosial yang ada di luar lingkup keluarga berfungsi.
Dusek (1991) mencatat ada dua fungsi utama sekolah bagi remaja yaitu:
1. Memberi kesempatan bagi remaja untuk tumbuh secara sosial dan
emosional, dan
2. Membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
untuk menjadi orang yang mandiri secara ekonomi dan menjadi anggota
masyarakat yang produktif.

8
Sekolah memperngaruhi perkembangan anak, terutama perkembangan
identitas, melalui dua kurikulum yaitu kurikulum formal dan nonformal.
Kurikulum formal meliputi sejumlah tuntunan akademik yang dapat
membantu anak memperoleh pengetahuan akademis dan kemampuan
intelektual yang dibutuhkan untuk keberhasilan berpartisipasi dalam
masyarakat. Kurikulum nonformal meliputi sejumlah prilaku yang ditampilkan
oleh para guru yang berkenan dengan prestasi akademis, motivasi belajar, serta
pengambilan tanggung jawab, kepemimpinan dan otoritas.
Sekolah memainkan peranan penting bagi perkembangan anak, anak
dihadapkan pada sejumlah tugas dan keharusan untuk mengikuti sejumlah
aturan yang membatasi perilaku, perasaan dan sikap mereka. Interaksi dengan
guru dan teman sebaya di sekolah memberikan suatu peluang yang besar bagi
remaja untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan ketrampilan sosial,
memperoleh pengetahuan tentang dunia serta mengembangkan konsep diri
yang lebih posotif.

BAB III
PENUTUP

Kesimpilan
Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa interaksi
sosial dapat menyebabkan seseorang menjadi dekat dan merasakan kebersamaan,
namun sebaliknya, dapat pula menyebabkan seseorang menjadi jauh dan terselisih
dari hubungan interpersonal. Bagi peserta didik interaksi sosial terjadi pertama
kali di dalam keluarga, terutama dengan orang tua.
Dalam memahami perkembangan psikososial peserta didik, perlu dipelajari
bagaimana hubungan anak dengan keluarga, diantaranya: karakteristik hubungan
anak usia sekolah dengan keluarga, karakteristik hubungan remaja dengan
keluarga. Setelah mengetahui tentang hubungan anak dengan keluarga, kemudian

9
beranjak pada hubungan antara peserta didik dengan teman sebaya. Adapun
beberapa aspek perkembangan hubungan peserta didik dengan teman sebaya:
1. Karakteristik hubungan anak usia sekolah dengan teman sebaya
2. Pembentukan kelompok
3. Popularitas, penerimaan sosial dan penolakan
Perkembangan interpersonal peserta didik adapula istilah persahabatan
(friendship) yaitu pola hubungan anak usia sekolah dengan teman sebayanya dan
munculnya keinginan untuk menjalin hubungan pertemanan yang lebih akrab.
Persahabatan mempunyai 6 fungsi, yaitu: Sebagai kawan, sebagai pendorong,
sebagai dukungan fisik, sebagai dukungan ego, sebagai perbandingan sosial,
sebagai pemberi keakraban dan perhatian.
Hubungan peserta didik dengan sekolah, sekolah mempunyai pengaruh yang
cukup besar terhadap perkembangan anak. Anak-anak dan remaja hampir
sepertiga waktunya remaja berada di sekolah. Fungsi utama sekolah bagi remaja
yaitu: Memberi kesempatan bagi remaja untuk tumbuh secara sosial dan
emosional, dan membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk menjadi orang yang mandiri secara ekonomi dan menjadi
anggota masyarakat yang produktif.
DAFTAR PUSTAKA

Desmita, 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik Cet. 1. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.
Mahmudi Hamdi, 2006. Cara Mendidik Anak Berdasarkan Al-Quran, As-Sunnah
dan Psikologi. Bandung: Hikmah.

10

Anda mungkin juga menyukai