Anda di halaman 1dari 97

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesejahteraan kesehatan yang baik adalah suatu kondisi

dimana tidak hanya bebas dari penyakit. Pergeseran fokus dari

sehat ke sakit sangat berarti karena sehat dan sakit merupakan

kualitas yang relatif, yang mempunyai beberapa tingkat, maka

akan lebih mudah bila sehat dan sakit ditentukan sesuai dengan

titik tertentu pada skala atau kontinum sehat-sakit. Konsep sehat

dan sakit adalah konsep yang berkompleks dan berinterpretasi.

Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit.

Sehat diartikan sebagai kondisi yang normal dan alami, yang

bersifat dinamis yang sifatnya terus menerus berubah. Menurut

WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna, baik

fisik mental dan sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit dan

kelemahan. Sedangkan sakit adalah keadaan tidak normal atau

sehat, secara sederhana dapat disebut penyakit yang merupakan

suatu bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal

(Asmadi, 2008).

Hipertensi menjadi salah satu masalah utama dalam ranah

kesehatan masyarakat di Indonesia maupun dunia. Hipertensi

adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan

diukurpaling tidak tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum

1
seorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan

darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg.( Elizabeth J Corwin,

2009). Dan sering di jumpai gejala yang menyertai pada

penyakit hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan, tanda

gejala yang sering di temukan pada hipertensi di antaranya


megeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas,

gelisah, mual, muntah, epitasis, dan kesadaran menurun

(Nurarif, 2012).

Diperkirakan, 80% kenaikan kasus hipertensi terutama

terjadi di negara berkembang pada tahun 2025, dari jumlah total

639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat

menjadi 1,2 miliar kasus ditahun 2025. Di Indonesia hipertensi

merupakan salah satu penyakit pembunuh nomor satu sampai

saat ini. Usia lanjut karna faktor degeneratif bahkan usia

produktif juga bisa terserang penyakit ini (Herlambang, 2013).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung pada

tahun 2014, prevalensi kejadian hipertensi menempati urutan

pertama dari sepuluh besar penyakit provinsi lampung tahun

2014 yaitu sekitar 814.017 (47,02 %) (Data Profil Dinkes. Provinsi

Lampung, 2014).

Hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya gaya

hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat, kurangnya

sarana prasarana penanggulangan hipertensi serta mahalnya

biaya untuk pengobatan (Kharisna, Dewi, dan Lestari, 2012).

Sering kali penderita hipertensi bertahun-tahun tanpa merasakan

sesuatu gangguan atau gejala untuk itu hipertensi sering disebut

sebagai silent killer atau pembunuh siluman. Tanpa disadari

penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti

2
jantung,otak,ataupun ginjal. Di saat tekanan darah sudah

mencapai angka tertentu,gejala- gejala akibat hipertensi seperti

pusing ,gangguan penglihatan,dan sakit kepala,sering kali terjadi

pada saat hipertensi sudah lanjut (Triyanto, 2014).

Kejadian hipertensi yang meningkat setiap tahun

mengindikasikan bahwa hipertensi perlu dan harus segera

ditangani. Tujuan dari perilaku perawatan tersebut supaya

terciptanya status kesehatan penderita hipertensi yang muncul

karena kurangnya pengetahuan keluarga (Agustin,2015). Di

masyarakat hipertensi menjadi penyakit yang sangat umum

karena tidak ada gejala khusus yang timbul,tetapi gejala yang

sering muncul adalah nyeri kepala yang secara mendadak.

Hipertensi merupakan pemicu berbagai penyakit apabila tidak

titangani dengan baik hipertensi akan mempunyai resiko yang

besar karena dapat menimbulkan komplikasi kardiovaskular

seperti stroke, jantung koroner, atau gagal ginjal

(Herlambang,2013).

Hipertensi akan timbul komplikasi kardiovaskuler karena

jantung mengalami arterosklerosis, yaitu keadaan yang

menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi dan akan

membahayakan arterikoroner dan menyebabkan serangan

jantung. Jika peristiwa tersebut terjadi di otak dapat

menyebabkan stroke. Hipertensi dan gagal ginjal memiliki

3
hubungan yang sangat erat, banyaknya mengkonsumsi garam,

obesitas, konstipasi, merokok, alkohol, stres berkelanjutan dan

diabetes menjadi pemicu timbulnya hipertensi. gejala hipertensi

yang tidak nyata membuat penderita merasa segalanya normal

tidak ada gangguan dalam kesehatannya, gejala hipertensi akan

timbul apabila sudah terjadi komplikasi (Irianto,2014). Hipertensi

membuat penderitanya asimtomatik yang apabila

penanganannya terlambat dan mengalami komplikasi jangka

panjang maka membutuhkan banyak medikasi agar tekanan

darah dapat terkendali (Dona dan Mary, 2014).

Maka perlunya dilakukan suatu pelayanan melalui

proses keperawatan keluarga oleh tenaga kesehatan sekitar

daerah setempat melalui proses keperawatan keluarga

dimana tenaga kesehatan memberikan pelayanan kepada

keluarga. Dimana definisi dari Keluarga adalah sekumpulan

dua orang atau lebih yang hidup bersama melalui ikatan

perkawinan, dan kedekatan emosi yang masing masing

mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Ekasari,

Mita Fatma dkk, 2007). Dimana definisi Keluarga adalah unit

terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala

keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dana tinggal

di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Sudiharto,

2007)

4
sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga

mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami

dan dilakukan ,tugas keluarga tersebut antara lain fungsi

keperawatan yaitu mengetahui kemampuan keluarga

mengenal masalah kesehatan sejauh mana keluarga

mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi

pengertian faktor penyebab,tanda dan gejala serta yang

mempengaruhi keluarga terhadap masalah,kemampuan

keluarga dapat mengenal masalah,tindakan yang dilakukan

oleh keluarga akan sesuai dengan tindakan

keperawatan.Untuk mengetahui kemempuan keluarga dalam

mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang

tepat.untuk mengetahui sejauhmana keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit, mengetahui sejauhmana

kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang

mana akan mendukung terhadap kesehatan seseorang.

(Harmoko,2012)

Pengkajian yang penulis lakukan di Jl. Nyunyai Indah,

Gang Bungsu II Keluraharan Raja Basa Kecamatan Raja Basa

Bandar Lampung terhadap keluarga Ny. S Pada hari Rabu

tanggal 25 Januari 2017 Ny. S menyatakan bahwa Ny.S memiliki

penyakit darah tinggi/ hipertensi, Ny. S mengetahuinya setelah

periksa ke puskesmas dan diberi tahu oleh dokter jaga dan ia

5
tidak tahu pasti tentang penyebab tanda dan gejala hipertensi.

Ny.S mengatakan darah tingginya sering kambuh dan terasa

nyeri kepala terutama ketika Ny. S banyak pikiran dan kelelahan

atau terlalu banyak aktivitas, ketika darah tingginya kambuh Ny.S

mengeluh kepala terasa pusing dan berat secara tiba-tiba dan

menjalar hingga ke tengkuk leher bagian belakang, nyeri yang

dirasakan seperti ditusuk tusuk.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk

menyusun laporan keperawatan komprehensif dengan judul

asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Ny.S. dengan

Hipertensi Di Jalan. Nyunyai Indah, Gang Bungsu II

Keluraharan Raja Basa Kecamatan Raja Basa Bandar Lampung

Tahun 2017.

1.1 Tujuan Penulisan

1.1.1 Tujuan Umum

Untuk meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan

pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan

keperawatan pada keluarga Ny.S dengan hipertensi

1.1.2 Tujuan Khusus

6
1.1.2.1 Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan

keluarga secara komprehensif pada keluarga Ny.S

1.1.2.2 Dapat merumuskan dan mengidentifikasi

diagnosa keperawatan keluarga pada keluarga

Ny.S

1.1.2.3 Dapat menentukan perencanaan keperawatan

keluarga pada keluarga Ny.S

1.1.2.4 Dapat melaksanakan tindakan keperawatan

keluarga pada keluarga Ny.S

1.1.2.5 Dapat melakukan evaluasi terhadap

keberhasilan proses keperawatan keluarga pada

keluarga Ny.S

1.1.2.6 Dapat mendokumentasikan tentang asuhan

keperawatan keluarga pada keluarga Ny.S

7
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. KONSEP KELUARGA

2.1.1. Pengertian

Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang

diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-

tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain

(Harmoko, 2012). Mubarak (2012) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua

atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan

atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam

peranannya dan menciptakan serta mempertahankan budaya.

Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang

hidup bersama melalui ikatan perkawinan dan kedekatan emosi

yang masing-masing mengidentifikasi diri sebagai bagian dari

keluarga (Ekasari, 2010).Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini,

2007) mengemukakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang

yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran

8
yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang

umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional

dan sosial setiap anggota.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan

dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,

adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga,

memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain

yang saling ketergantungan untuk menciptakan atau

mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka

mencapai tujuan bersama.

2.2.2.Struktur keluarga

1) Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas

sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,

dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan

ayah.
2) Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas

sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,

dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan

ibu.
3) Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal

bersama keluarga sedarah dari istri.


4) Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal

bersama keluarga sedarah dari suami.

9
5) Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai

dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak

saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena

adanya hubungan dengan suami istri.

Struktur keluarga oleh Friedman dalam (Harmoko, 2012)

sebagai berikut:

a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila

dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik

selesai, dan ada hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga

bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas

dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan

balik. Penerima pesan mendengarkan pesn, memberikan

umpan balik, dan valid.


b. Struktur peran
Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial

yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat

formal atau informal. Posisi/ status adalah posisi individu

dalam masyarakat misal status sebagai istri/ suami.


c. Struktur kekuatan
Kemampuan dari individu untuk mengontrol,

memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak

(legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper

power), hadiah (reward power_, paksa (coercive power),

dan effektif power.


d. Strukur nilai dan norma

10
a) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara

sadar atau tidak dapat mempersatukan annggota

keluarga.
b) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat

berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.


c) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat

dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk

menyelesaikan masalah.

2.2.3. Tipe Keluarga

Menurut (Friedman, 2010), adapun tipe keluarga sebagai

berikut :

1. Tipe keluarga tradisional


1) Keluarga Inti (The nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak

(kandung atau angkat).


2) Keluarga Dyad
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa

anak.
3) Single Parent
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak

(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan

oleh perceraian atau kematian.

11
4) Single adult living alone
Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa

hidup sendiri.
5) The childless
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa

disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.


6) Keluarga Besar (The extended family)
Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah

keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan

lain-lain.
7) Commuter family
Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa

berkumpul pada hari minggu atau hari libur saja.


8) Multi generation
Beberapa generasi atau kelompok umum yang tinggal

bersama dalam 1 rumah.


9) Kin-network family

Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling

berdekatan dan menggunakan barang-barang

pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.

10) Blended family


Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan

membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.


11) Keluarga usila
Keluarga terdiri dari suami dan istri yang ssudah usia

lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.


2. Tipe keluarga non tradisional
1) Keluarga Orang Tua Tunggal Tanpa Menikah (The

unmerrid teenage mother).


Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama

ibu dan anak dari hubungan tanpa nikah.

12
2) The step parents family
Keluarga dengan orang tua tiri
3) Commune family
Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan

monogami yang menggunakan fasilitas secara

bersama.
4) The nonmarrital hetero seksual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti

pasangan tanpa nikah.


5) Keluarga Homoseksual (Gay and lesbian family)
Seorang yang mempunyai persamaan seks tinggal

dalam 1 rumah sebagaimana pasangan suami istri.


6) Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan

perkawinan karena alasan tertentu.


7) Groupmarriage family
Beberapa orang dewasa yang telah merasa saling

menikah berbagi sesuatu termasuk seks dan

membesarkan anak.
8) Group nertwork family
Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan

aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan

barang yang sama dan bertanggung jawab

membesarkan anak.
9) Foster family
Keluaraga yang menerima anak yang tidak ada

hubungan saudara untuk waktu sementara.


10) Home less family
Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang

permanen karena keadaan ekonomi atau problem

kesehatan mental.

13
11) Gang
Keluarga yang dekstruktif dari orang-orang muda

yang mencari ikatan emosional, berkembang dalam

kekerasan dan kriminal.

2.2.4. Fungsi Keluarga

Menurut (Friedman, 2010), mengidentifikasi lima fungsi dasar

keluarga yaitu:
1. Fungsi afektif
1) Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga

yang merupakan basis kekuatan keluarga. Berguna

untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan

melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagian

dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap

anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang

positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangan

melalui interaksi dan hubungan dalam kelurga. Dengan

demikian kelurga yang berhasil melaksanakan fungsi

afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan

konsep diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi

oleh keluarga dalam fungsi afektif adalah :


a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling

menerima, saling mendukung antar anggota

keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih

sayang dan dukungan dari anggota yang lain maka

14
kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan

maningkat yang pada akhirnya tercipta hubungan

yang hangat dan saling mendukung. Hubungan

intim didalam keluarga merupakan modal dasar

memberi hubungan dengan orang lain diliat

keluarga atau masyarakat.


b. Saling menghargai bila anggota keluarga saling

menghargai dan mengakui keberadaan dan hak

setiap anggota keluarga serta selalu

mempertahankan iklim yang positif maka fungsi

afektif akan tercapai.


c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak

pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan

anggota keluarga dikembangkan melalui proses

identifikasi dan penyesuian pada berbagai aspek

kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus

mengemban proses identifikasi yang positif

sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang

positif tersebut.
d. Fungsi afektif merupakan sumber energi yang

menentukan kabahagian keluarga keretakan

keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau

masalah kelurga timbul karena fungsi afektif

keluarga tidak terpenuhi.


2. Fungsi sosialisasi

15
Individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan

belajar berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi

dimulai sejak lahir, keluarga merupakan tempat

individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan

perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui

interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang

diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar

disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku

melalui hubungan dan interaksi dengan keluaarga.


3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan

menambah sumber daya manusia.


4. Fungsi ekonomi
Keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang

seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain

sebagainya.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek

asuhan kesehatan yaitu mencegah terjadinya

gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga

yang sakit. Kemampuan keluarga memberikan asuahan

kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.

Kesanggupan kelurga melaksanakan pemeliharaan

kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga

yang dilaksanakan.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
a. Mengenal masalah.

16
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat.
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga

yang sakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana

rumah yang sehat.


e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas

kesehatan masyarakat.

2.2.5. KonsepTahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap I ( keluarga pasangan baru/ beginning family)


Keluarga baru di mulai pada saat masing-masing individu,

yaitu suami istri membentuk keluarga melalui perkawinan

yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing,

secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki

keluarga baru (Harmoko, 2012).

Tugas perkembangan:

1. Membina hubungan intim yang memuaskan

kehidupan baru.

2. Membina hubungan dengan teman lain, keluarga

lain.

3. Membina keluarga berencana.

Masalah kesehatan: masalah seksual, peran perkawinan,

kehamilan yang kurang direncanakan.

2. Tahap II ( keluarga dengan kelahiran anak pertama/ child

bearing famly)

17
Tahap II mulai dengan kelahiran anak pertama dan

berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi ke masa

menjadi orangtua adalah salah satu kunci dalam siklus

kehidupan keluarga. Dengan kelahiran anak pertama,

keluarga menjadi kelompok trio, membuat sistem yang

permanen pada keluarga untuk pertama kalinya (yaitu,

sistem berlangsung tanpa memerhatikan hasil akhir dari

pernikahan). ( McGoldrick, Heiman, & Carter, 1993 dalam

Marilyn M. Friedman, 2010)

Tugas perkembangan:

1. Perubahan peran menjadi orang tua.

2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga.

3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan

dengan pasangannya.

Masalah kesehatan: pendidikan meternitas,

perawatan bayi yang baik, pengenalan dan

penanganan masalah kesehatan fisik secara dini,

imunisasi, tumbuh kembang dan lain-lain.

3. Tahap III ( keluarga dengan anak prasekolah/ families with

prescholl)
Tahap III siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak

pertama berusia 2 tahun dan diakhiri ketika anak

berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga

18
sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-

ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-

saudara perempuan. Keluarga menjadi lebih kompleks dan

berbeda ( Duvall & Miller, 1985 dalam Marilyn M.

Friedman, 2010).
Tugas perkambangan:

1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga.

2. Membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan

lingkungan.

3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara

kebutuhan anak yang lain juga harus dipenuhi.

4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di

dalam maupun di luar keluarga.

5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan

anak-anak.

6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan

kembang anak.

Masalah kesehatan:

1. Masalah kesehatan fisik: penyakit menular pada

anak.

19
2. Masalah kesehatan psikososial: hubungan

perkawinan, perceraian.

3. Persaingan antara kakak adik.

4. Pengasuhan anak.

4. Tahap IV ( keluarga dengan anak sekolah/ families with

children)
Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki

sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12

tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah

anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat

sibuk. Selain aktifitas sekolah, masing-masing anak

memiliki aktifitas di sekolah, masing-masing akan memiliki

aktifitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang

mempunyai aktifitas berbeda dengan anak (Harmoko,

2012).

Tugas perkembangan:

1. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga,

sekolah dan lingkungan.

2. Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia.

3. Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin

meningkat.

4. Meningkatkan komunikasi terbuka.

20
5. Tahap V ( keluarga dengan anak remaja/ families with

teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap V dari siklus

atau perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya

tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun,

walaupun dapat lebih singkat jika anak meningglakan

keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal

di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Anak

lainnya yang tinggal di rumah biasanya anak usia sekolah.

Tujuan utama keluarga pada tahap anak remaja adalah

melonggrakan kebebasan remaja yang lebih besar

dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa

muda (Duvall & Miller, 1985 dalam Marilyn M. Friedman,

2010).

Tugas perkembangan:

1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan

tanggung jawab, meningkatkan otonominya.

2. Mempererat hubungan yang intim dalam keluarga.

3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak

dan orang tua.

21
4. Mempersiapkan perubahan sistem peran dan

peraturan anggota keluarga untuk memenuhi

kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

Masalah kesehatan: penyalahgunaan obat-obatan dan

penyakit jantung

6. Tahap VI ( keluarga dengan anak dewasa/ launching center

families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan

rumah. Lama tahap ini bergantung pada jumlah anak

dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga

dan tetap tinggal bersama orangtua. Tujuan utama pada

tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk

tetap berperan dalam melepaskan anaknya untuk hidup

sendiri (Harmoko, 2012).

Tugas perkembangan:

1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

2. Mempertahankan keintiman pasangan.

3. Membantu orang tua yang sedang sakit dan

memasuki masa tua

4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat

5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

Masalah kesehatan:

22
1. Masa komunikasi dewasa muda dengan orang tua

tidak lancar.

2. Transisi peran suami istri.

3. Memberi perawatan.

4. Kondisi kesehatan kronis

5. Masalah menopause

6. Efek dari obat-obatan, merokok, diet dan lain-lain.

7. Tahap VII ( keluarga usia pertengahan/ middle age

families)
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir

meningglakan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah

satu pasangan meninggal. Beberapa pasangan pada fase

ini akan dirasakan sulit karena masalah usia lanjut,

perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal sebagai

orang tua. Pada tahap ini semua anak meninggallkan

rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan

kesehatan dengan berbagai aktifitas (Harmoko, 2012).

Tugas perkembangan:

1. Mempertahankan kesehatan.

2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan

dengan teman sebaya dan anak-anak.

23
3. Meningkatkan keakraban pasangan.

Masalah kesehatan:

1. Promosi kesehatan.

2. Masalah hubungan dengan perkawinan.

3. Komunikasi dan hubungan dengan anak cucu dan

lain-lain.

4. Masalah hubungan dengan perawatan.

8. Tahap VIII ( keluarga usia lanjut)


Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan

pensiun salah satu atau kedua pasangan, dan berakhir

dengan kematian pasangan lainnya (Duvall & Miller, 1985

dalam Marilyn M. Friedman, 2010).

2.2.6. Keluarga Sebagai Sistem


Lingkungan

Masukan Proses Keluaran

Umpan Balik

Gambar di atas dapat diuraikan sebagai berikut (Harmoko,

2012):

a. Masukan (input) terdiri atas: anggota keluarga, fungsi

keluarga, aturan dari keluarga(masyarakat) sekitar (luas),

budaya, agama, dan sebagainya.

24
b. Proses (throughput) merupakan proses yang terjadi dalam

melaksanakan fungsi keluarga.


c. Keluaran (output) adalah hsil dari suatu proses yang

berbentuk perilaku keluarga yang terdiri atas perilaku

sosial, perilaku kesehatan, perilaku sebagai warga negara,

dan lain-lain
d. Umpan balik (feedback) adalah pengontrol dalam masukan

dan proses yang berasal dari keluaran.

2.2.7. Tugas Keluarga

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya


b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam

keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai

dengan kedudukannya masing- masing


d. Sosialisasi antara para anggotanya
e. Pemeliharaan antara keterlibatan anggota keluarga
f. Pengaturan jumlah anggota keluarga
g. Membangkitkan dorongan dan semangat para

anggotanya.

2.2.8. Ciri Ciri Keluarga

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan


b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan

dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau

dipelihara
c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama termasuk

garis keturunan

25
d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk

oleh anggota-anggotanya berkaitan dengan kemampuan

untuk mempunyai keturunan dan membesarkannya.

2.2.9. Ciri Keluarga Indonesia

a. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi

semangat gotong royong


b. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran
c. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses

pemutusan dilakukan secara musyawarah


d. Berbentuk monogram
e. Bertanggung jawab
f. Mempunyai semangat gotong royong

2.2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

2.2.1. Pengertian

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang

komplek dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk

bekerja sama dengan keluarga dan indivisu sebagai anggota

keluarga.(Harmoko, 2012)

2.2.2. Pengkajian

1) Data umum
a. Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika

ada, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga,

komposisi keluarga, yang terdiri atas nama atau

inisial, jenis elamin, tanggal lahir atau umur, hubungan

dengan kepala keluarga, status imunisasi dari masing-

26
masing anggota keluarga, dan genongram (genogram

keluarga dalam tiga generasi)


b. Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta

kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe

keluarga tersebut.
c. Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga

tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa

terkait dengan kesehatan


d. Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta

kepercayaan yang dapat memengaruhi kesehatan.


e. Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh

pendapatan, baik kepala keluarga maupun anggota

keluarga maupun anggota keluarga lainnya.


f. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi

keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjung tempat rekreasi,

namun menonton TV dan mendengarkan radio juga

merupakn aktivitas rekreasi.


2) . Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh

anak tertua dari keluarga inti.


b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,

menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang

belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.


c) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan

pada keluarga inti, meliputi:


- Riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan

masing-masing, anggota, dan sumber

27
- Pelayanan yang digunakan keluarga seperti

perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang.


d) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal

keduanya orang tua (seperti apa kehidupan keluarga

asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang

tua dari kedua orang tua.


3) Pengkajian lingkungan
a) Karakteristik rumah
Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah,

kamar mandi, dapur, kamar tidur, kenersihan dan sanitasi

rumah, pengaturan privasi dan perasaan secara

keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah

mereka
b) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau

desa, tipe tempat tinggal, keadaan tempat tinggal dan

jalan raya, sanitasi jalan dan rumah, fasilitas-fasilitas

ekonomi dan transportasi.


c) Mobilitas geografis keluarga
Ditentukan apakah keluarga tiggal di daerah ini atau

apakah sering mempunyai kebiasaan berpindah-pindah

tempat tinggal.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada.


e) Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber

dukungan dari anggota keluarga dan jaminan

pemeliharaan kesehtan yang dimiliki keluarga.

28
4) Struktur keluarga
a) Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai

cara berkomunikasi antar anggota keluarga


b) Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota

keluarga untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang

lain untuk merubah perilaku


c) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-

masing anggota keluarga baik formal/informal


d) Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan

mengenai nilai dan norma yang dianut keluarga yang

berhubungan dengan kesehatan.


5) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yang

dimiliki
b) Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga,

sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma,

budaya dan prilaku


c) Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga

dalam mengenal masalah kesehatannya dan memelihara

kesehatannya.
d) Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana

keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga


e) Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi

kebutuhan sandang, pangan dan papan.

6) Stress dan koping keluarga


a) Stressor jangka pendek dan panjang
- Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami <

6 bulan

29
- Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami >

6 bulan
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/

stressor, kaji sejauh mana keluarga berespon terhadap

situasi
c) Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi

koping yang digunakan keluarga bila menghadapi

permaslahan
d) Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai

strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga

dalam menghadapi masalah.

2.2.3. Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai

individu, keluarga, atau masyarakat yang diperoleh

melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa data

secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan

tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab

untuk melaksanakannya (Harmoko, 2012)

Tipologi dari diagnosa keperawatan (Harmoko, 2012)

a. Diagnosis aktual: Masalah keperawatan yang sedang

dialami oleh keluarga dan memerlukan waktu yang

cepat
b. Diagnosis resiko tinggi: masalah keperawatan yang

belum terjadi tetapi maslah keperawatan aktual dapat

terjadi dengan cepat

30
c. Diagnosis potensial: suatu keadaan sejahtera ketika

keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan

kesehatannya

Menentukan Prioritas Masalah

N Kriteria Nilai Bobot


o

1. Sifat masalah : 3 1
Tidak/kurang sehat 2
Ancaman kesehatan 1
Keadaan sejahtera/krisis

2. Kemungkinan masalah dpt 2 2


diubah :
1
Mudah
0
Sebagian
Tidak dapat

3. Potensial masalah untuk 3 1


dicegah :
2
Tinggi
1
Cukup
Rendah

4. Menonjolnya masalah: 2 1
Masalah berat harus segera 1
ditangani
0
Ada masalah tetapi tdk perlu
segera ditangani
Masalah tidak dirasakan

31
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosa

keperawatan dengan cara :


- Tentukan skor untuk setiap kriteria yg telah dibuat
- Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi

kemudian dikalikan dengan bobot

Skor
Angka tertinggi
- X Bobot
Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor
- Tertinggi adalah 5 sama dengan seluruh bobot.

2.2.4. Perencanaan

Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan

tindakan yang direncanakan perawat untuk dilaksanakan

dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah

kesehatan/masalah keperawatan yang telah di identifikasi

(Harmoko, hal 93; 2012).

Langkah-langkah mengembangkan rencana asuhan

keperawatan keluarga (Harmoko; 2012)

a. Menentukan sasaran atau goal


b. Menentukan tujuan dan objek
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan

yang akan dilakukan


d. Menentukan kriteria dan standar kriteria

2.2.5. Implementasi

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses

keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan

kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga dalam

32
mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat

(Harmoko, hal 97; 2012)

Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah

ini (Harmoko,2012)

a. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga

mengenai kebutuhan kesehatan dengan cara

memberikan informasi kesehatan, mengidentifikasi

kebutuhan, dan harapan tentang kesehatan, serta

mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah


b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara

perawatan yang tepat dengan cara mengidentifikasi

konsekuensi untuk tidak melakukn tindakan,

mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga,

dan mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan


c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota

keluarga yang sakit dengan cara mendemonstrasikan

cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada

di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan


d. Membantu keluaga untuk menemukan cara membuat

lingkungan menjadi sehat dengan menemukan sumber-

sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan

perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin


e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan

fasilitas kesehatan dengan cara mengenalkan

33
fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga cara

menggunakan fasilitas tersebut.

2.2.6.Evaluasi

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan,

tahap penilaian diberikan untuk melihat keberhasilannya.

Bila tidak/ belum berhasil, maka perlu disusun rencana

baru yang sesuai (Harmoko,2012).

2.3. KONSEP PENYAKIT HIPERTENSI

2.3.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat

abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang

berbeda. Secara umum, seseorang dianggap mengalami

hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90

mmHg. Hipertensi juga sering diartikan sebagai suatu

keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg

dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Ardiansyah, 2012).

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah

sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari

80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada

pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin

tingginya tekanan darah. (Arif Muttaqin, 2009).

Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan oleh

darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh.

34
Tekanan darah dinyatakan dalam satuan millimeter air raksa

(mm Hg). Secara umum tekanan darah dipengaruhi oleh

curah jantung dan tahanan perifer total (Guyton, 2007)

2.3.2 Klasifikasi Hipertensi

Ada banyak pengklasifikasian hipertensi menurut para ahli,

dan kamidirekomendasikan untuk menggunakan klasifikasi

menurut JNC .
Berikut adalah klasifikasi menurut JNC :

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan

Darah

Klasifikasi Sistolik Diastolik

(mmHg) (mmHg)
Normal 90 - 119 60 79
Prehipertensi 120 - 139 80 89
Hipertensi Tahap I 140 - 159 90 99
Hipertensi Tahap II 160 100
Isolated Systolic 140 < 90

Hypertension
(Muttaqin, 2009).

2.3.3 Etiologi

Berdasarkan faktor penyebab hipertensi dibagi menjadi 2

macam yaitu :
1. Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer.
Penyebab dari hipertensi ini belum diketahui, namun faktor

risiko yang diduga kuat adalah karena beberapa faktor

berikut ini (Riyadi,S. 2011) :

35
a. Keluarga dengan riwayat hipertensi
b. Pemasukkan sodium berlebih
c. Konsumsi kalori berlebih
d. Kurangnya aktivitas fisik
e. Pemasukkan alkohol berlebih
f. Rendahnya pemasukkan potasium
g. Lingkungan
Selain faktor-faktor diatas adapula faktor yang diduga

berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial

diantaranya ( Ardiansyah,M. 2012) :

a. Genetik
b. Jenis kelamin
c. Diet tinggi garam atau kandungan lemak
d. Berat badan atau obesitas
e. Gaya hidup mengkonsumsi alkohol dan merokok
2. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal.
Penyebab dari hipertensi jens ini secara spesifik seperti ;

penggunaan ekstrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler

renal, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan

(Riyadi,S. 2011).

2.3.4 Manifestasi klinis

Biasanya tanpa ada gejala atau tanda-tanda yang spesifik.

Pada kasus hipertensi berat, gejala yang mungkin dialami

klien antara lain adalah ( Riyadi,S. 2011) :


1. Sakit kepala
2. Pendarahan hidung
3. Vertigo
4. Mual muntah
5. Perubahan penglihatan
6. Kesemutan pada kaki dan tangan
7. Sesak napas
8. Kejang atau koma
9. Nyeri dada

36
2.3.5 Patofisiologi

Price dan Wilson (2009), Menurunnya tonus vaskuler

merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis.

Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah, dan

apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi

sekresi pada rennin yang berkaitan dengan angiotensinogen.

Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen,

berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh

darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah. Selain itu

juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang

menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut berakibat pada

peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan

darah maka akan menimbulkan kerusakan organ seperti

jantung.

Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan

resistensi darah dari ventrikel kiri, akibatnya kerja jantung

menjadi bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertrofi

ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Tapi

kekuatan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung

dengan hipertropi kompensasi akhirnya dilampaui dan terjadi

dilatasi dan gagal jantung. Jantung menjadi semakin

terancam oleh peningkatan proses aterosklerosis koroner. Bila

proses berlanjut, maka suplai oksigen ke miokardium

37
berkurang. Kebutuhan miokardium akan oksigen meningkat

akibat dari hipertrofi ventrikel dan peningkatan beban kerja

jantung sehingga mengakibatkan angina atau infark

miokardium atau gagal jantung.

2.3.1.4 Pathways Hipertensi

38
Sumeber : Smeltzer and bare, 2007

2.3.7 Komplikasi Hipertensi

39
Hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbagai

penyakit diantaranya adalah stroke hemorragik, penyakit

jantung hipertensi, penyakit arteri koronaria anuerisma,

gagal ginjal, dan ensefalopati hipertensi (Shanty, 2011).

1. Stroke
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan

karena berkurangnya atau terhentinya suplai darah

secara tiba-tiba. Jaringan otak yang mengalami hal ini

akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang pula

stroke disebut dengan CVA(cerebrovascular

accident). Hipertensi menyebabkan tekanan yang lebih

besar pada dinding pembuluh darah, sehingga dinding

pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah

rentan pecah. Namun demikian, hemorrhagic stroke juga

dapat terjadi pada bukan penderita hipertensi. Pada

kasus seperti ini biasanya pembuluh darah pecah karena

lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba

karena suatu sebab tertentu, misalnya karena

makanan atau faktor emosional. Pecahnya pembuluh

darah di suatu tempat di otak dapat menyebabkan sel-

sel otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen

dan nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah

tersebut menjadi kekurangan nutrisi dan akhirnya mati.

40
Darah yang tersembur dari pembuluh darah yang pecah

tersebut juga dapat merusak sel-sel otak yang berada

disekitarnya.

2. Penyakit Jantung

Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan

resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri,

sebagai akibatnya terjadi hipertropi ventrikel untuk

meningkatkan kekuatan kontraksi. Kebutuhan oksigen

oleh miokardium akan meningkat akibat hipertrofi

ventrikel, hal ini mengakibat peningkatan beban kerja

jantung yang pada akhirnya menyebabkan angina dan

infark miokardium. Disamping itu juga secara sederhana

dikatakan peningkatan tekanan darah mempercepat

aterosklerosis dan arteriosklerosis.

3. Penyakit Arteri Koronaria

Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama

penyakit arteri koronaria, bersama dengan diabetes

mellitus. Plak terbentuk pada percabangan arteri yang

ke arah aterikoronaria kiri, arteri koronaria kanan dan

agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah kedistal

dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun

sementara yang di sebabkan olehakumulasi plak atau

penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar

obstruksiarteromasus yang menghambat pertukaran gas

41
dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasikolateral

untuk menyediakan suplai oksigen yang adekuat ke sel

yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria.

4. Aneurisme

Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada

yang terpisah sehingga memungkinkan darah masuk.

pelebaran pembuluh darah bisa timbul karena dinding

pembuluh darah aorta terpisah atau disebut aorta

disekans. kejadian ini dapat menimbulkan penyakit

aneurisma diamana gejalanya adalah sakit kepala yang

hebat, sakit di perut sampai ke pinggang belakang dan di

ginjal. aneurisme pada perut dan dada penyebab

utamanya pengerasan dinding pembuluh darah karena

proses penuaan (aterosklerosis) dan tekanan darah tinggi

memicu timbulnya aneurisme.

2.3.8 Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari :

1. Test darah rutin.


2. Glukosa darah (sebaiknya puasa).
3. Kolestrol total serum.
4. Kolestrol LDH dan HDL serum.
5. Trigliserida serum (puasa).
6. Asam urat serum.
7. Kreatinin serum.
8. Kalium serum.
9. Hemoglobin dan hematokrit.
10. Urinalisis (uji carik celup serta sedimen urin).
11. Elektrokardiogram (EKG).

(Yogiantoro, 2006 : 600).

42
Sedangkan menurut (Gray dkk, 2005), pemeriksaan

penunjang untuk hipertensi adalah :

1. Urinalisis untuk darah, protein, elektrolit, dan

kreatinin darah.
2. Glukosa darah.
3. Kolestrol HDL dan kolestrol total serum.
4. EKG.

2.3.9 Penatalaksanaan Hipertensi

Menurut Gunawan (2007), penatalaksanaan hipertensi

primer meliputi :

1. Modifikasi gaya hidup.

Semua pasien dan individu yang mengalami hipertensi

primer perlu dinasehati mengenai perubahan gaya hidup

seperti mengurangi konsumsi garam, menghindari

kegemukan, membatasi konsumsi lemak, olahraga

teratur, tidak merokok dan tidak mengomsumsi alkohol,

berusaha membina hidup yang positif.

2. Terapi obat.

Jenis obat obatan anti hipertensi seperti :

a. Deuretika.

Adalah obat yang memperbanyak kencing, dengan

turunya Na, maka tekanan darah akan turun.

b. Alfa-blocker.

43
Adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan

menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunya

tekanan darah.

c. Beta-blocker.

Obat ini diduga kerjanya berdasarkan beta blokase

pada jantung sehingga mengurangi daya dan frekuensi

kontraksi jantung.

d. Obat yang bekerja sentral.

Obat ini mengurangi pelepasan noradrenalin sehingga

menurunkan syaraf perifer dan turunya tekanan darah.

e. Vasodilator.

Obat ini dapat langsung mengembangkan dinding

arteriol sehingga daya tahan pembuluh perifer

berkurang dan tekanan darah menurun.

f. Antagonis kalsium.

Obat ini menghambat pemasukan ion kalsium ke dalam

sel otot polos pembuluh darah dengan efek fasodilatasi

dan turunnya tekanan darah.

g. Penghambat ACE.

Obat ini menurunkan tekanan darah dengan cara

menghambat Angiotensis Converiting Enzyme.

Menurut Ardiansyah (2012), terapi obat pada penderita

hipertensi dimulai salah satu obat berikut yaitu:

44
1. Farmakologi.
a. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg perhari

dengan dosis tanggal pada pagi hari (pada

hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila

disertai hemokonsentrasi/udiem paru).


b. Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis

tungal.
c. Propanolol mulai dari 10 mg dua kali sehari

dapat dinaikan 20 mg dua kali sehari (kontraindikasi

untuk penderita asma).


d. Captropil 12,5-25 mg sebanyak dua sampai

tiga kali sehari (kontraindikasi pada kehamilan

selama janin hidup dan penderita asma).


e. Nifedipin mulai dari 5 mg dua kali sehari, bisa

dinaikan 10 mg dua kali sehari.


2. Non-farmakologi.

Langkah awal biasanya adalah dengan mengubah pola

hidup penderita, yakni dengan cara:

a. Menurunkan berat badan sampai batas ideal.


b. Mengubah pola makan pada penderita diabetes,

kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi.


c. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari

2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida

setiap harinya (disertai dengan asupan

kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup).


d. Mengurangi konsumsi alkohol.
e. Berhenti merokok.
f. Olahraga yang teratur.

45
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA NY. S

3.1 DATA DASAR


3.1.1 Kepala Keluarga
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 60 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SD
f. Pekerjaan : Tidak bekerja
g. Alamat : Jl. Nyunyai Indah, Gang Bungsu II
Keluraharan Raja Rasa Bandar Lampung

3.1.2 Komposisi Keluarga


No Nam Umu L/ Agam Pendidika Pekerjaa Hubung Status
a r P a n n an Perkawin
Dengan an

46
KK
1 Tn. S 23 th L Islam SD Buruh Anak Belum
Kawin

3.1.3 Genogram

KETERANGAN:
: Laki-Laki

: Perempuan

: Klien

: Laki-Laki Meninggal

: Perempuan Meninngal

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

: Tinggal Serumah

3.1.4 Tipe Keluarga


Keluarga Ny.S termasuk kedalam keluarga single parent

karena Ny.S hanya tinggal bersama satu orang anaknya.

Suami Ny.S sudah meninggal 9 tahun yang lalu.


3.1.5 Latar Belakang Budaya

47
Ny. S mengatakan bahwa dia adalah keturunan Jawa

Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh Ny.S dan anaknya

adalah bahasa Indonesia. Tidak ada kebiasaan suku yang

berpengaruh terhadap kesehatan, Suku dilingkungan

tempat tinggal Ny.S tidak berpengaruh terhadap kehidupan

Ny.S. Apabila sakit keluarga Ny.S menggunakan fasilitas

kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, dan lain-lain.


3.1.6 Identifikasi Agama
Keluarga Ny.S menganut agama Islam dan tidak ada

perbedaan anggota keluarga dalam keyakinan dan praktek

ibadahnya. Keluarga Ny.S aktif melaksanakan ibadah.

Keluarga Ny. S menjadikan agama sebagai keyakinan dan

nilai dalam menjalani hidup.


3.1.7 Rekreasi Keluarga
Keluarga Ny. tidak memiliki kebiasaan untuk berekreasi,

waktu senggang yang dilakukan Ny.S hanya menonton Tv

dan kadang berkunjung kerumah anak nya yang dekat

dengan rumah Ny. S

3.2 RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


No Pemeriksa Ny. S Tn. S
an
1 Kesadaran Composmetis composmetis
2 Kepala Bentuk simetris, Rambut hitam ,
Rambut Panjang, bersih, tidak ada
beruban dan kelainan, tidak ada
bersih, tidak ada keluhan
kelainan, tidak ada gatal, ketombe tidak

48
keluhan ada, tidak ada
gatal, ketombe tida nyeri/massa
k ada, , dan tidak
terdapat nyeri/
massa
3 Mata Bentuk mata Bentuk simetris Seklera
Simetris, Seklera anikterik, konjungtiva
anikterik, ananemis, penglihatan
konjungtiva baik , tidak ada
ananemis, fungsi gangguan, tidak
penglihatan baik menggunakan alat bantu
dan tidak penglihatan
menggunankan alat
bantu penglihatan,
Ny.S mengeluh
matanya kadang-
kadang kabur dan
berkunang-kunang
4 Telinga Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bersih
Bersih tidak ada tidak ada serumen dan
serumen dan tidak tidak ada luka,
ada luka, dan fungsi dan fungsi pendengaran
pendengaran baik, baik, tidak menggunakan
tidak menggunakan alat bantu pendengaran
alat bantu
pendengaran
5 Hidung Bentuk simetris, Bentuk simetris, Bersih
Bersih tidak ada tidak ada sekret, tidak
sekret, tidak ada ada nyeri/massa,tidak
nyeri/massa,tidak ada pernapasan cuping
ada pernapasan hidung, fungsi

49
cuping hidung, penciuman baik
fungsi penciuman
baik
6 Mulut Gigi berwarna Gigi berwarna
putih, banyak yang putih, stomatitis tidak
tanggal, ada nyeri, keadaan
stomatitis tidak mulut bersih, dan tidak
ada, tidak ada terdapat karies.
nyeri, bersih, dan
tidak terdapat karies
7 Leher dan Bentuk Bentuk simetris, tidak
Tenggorok simetris, tidak ada ada Nyeri, tidak terdapat
an Nyeri, tidak terdapat pembesaran kelenjar
pembesaran limfe dan tidak ada
kelenjar limfe dan pemebsaran vena
tidak jugularis , dan tidak ada
adaoemebesaran kesulitan menelan.
vena jugularis, dan
tidak ada kesulitan
menelan , Ny.S
mengeluh Terkadang
nyeri di pundak
menjalar ke leher.
8 Dada Pergerakan dada Pergerakan dada
simetris, Tidak ada simetris, tidak ada
nyeri tekan, Suara ronchi, tidak ada
nafas vesikuler, wheezing , penggunaan
otot bantu
tidak ada
pernafasan tidak
ronchi , tidak ada
ada, tidak ada
wheezing, tidak ada
batuk, dan tidak ada
penggunaan otot

50
bantu keluhan sesak.
pernafasan, batuk ti
dak ada, dan tidak
ada keluhan sesak,
Ny. S mengeluh
kadang jantung
berdebar-debar jika
sedang sakit/nyeri.
9 Abdomen Bentuk simetris Bentuk simetris kanan
kanan dan kiri , dan kiri , bising usus 10
bising usus 10 x/ x/ menit, dan tidak ada
menit, dan tidak ada nyeri/massa
nyeri/massa
10 Extremitas Simetris kanan dan Simetris kann dan kiri,
kiri Tidak ada Tidak ada kelainan, tidak
kelainan, tidak ada ada luka, fungsi
luka, fungsi pergerakan baik, dan
pergerakan baik, kekuatan otot 5 disetiap
dan kekuatan otot 5 ekstremitas.
disetiap
ekstremitas. Ny. S
mengeluh sering
kesemutan di
tangan dan kaki nya
11 Kulit Warna kulit Warna kulit kecoklatan,
kecoklatan, Bersih, Bersih, tidak ada bekas
tidak ada bekas luka, tidak ada jamur
luka, tidak ada dan luka infeksi, turgor <
jamur dan luka 2 detik
infeksi, turgor < 2
detik
12 Kuku Pendek dan bersih, Pendek dan bersih,

51
sianosis tidak ada, sianosis tidak ada,
13 BB 45 kg 62 kg
14 TB 150 cm 160 cm
15 Tanda Vital TD : 180/100 mmhg TD : 110/70 mmhg
Nadi : 72 x/mnt Nadi : 65 x/mnt
RR : 18 x/mnt RR : 21 x/mnt
Suhu : 36.5C S: 36.1C

3.3 RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

3.4.1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Keluarga Ny. S sedang berada dalam tahap perkembangan

VI ( keluarga dengan anak dewasa/ launching center families). Tugas tahap

perkembangan yaitu Memperluas keluarga inti menjadi

keluarga besar, Membantu orang tua yang sedang sakit

dan memasuki masa tua, Membantu anak untuk mandiri di

masyarakat, Penataan kembali peran dan kegiatan rumah

tangga.

3.4.2. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi

Ny.S mengatakan ada tahap perkembangan keluarga yang

belum terpenuhi oleh Keluarga Ny.S yaitu memperluas

siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga

baru yang didapat melalui perkawinan anak-anak dimana

didalam keluarga Ny. S yaitu Tn. S belum menikah jadi

tugas tahap perkembangan ini belum dapat dilakasanakan

oleh keluarga Ny. S.

52
3.4.3. Pengetahuan Keluarga Tentang Tahap Perkembangan

Keluarga

Keluarga Ny.S mengetahui tugas perkembangan keluarga

saat ini, seperti Membantu orang tua yang sedang sakit

dan memasuki masa tua dapat dilihat dari peran anak Ny. S

yaitu Tn. S yang menggantikan Ny. S sebagai pencari

nafkah untuk kebutuhan keluarga Karena Tn. S sadar jika

Ny. S sudah tua dan mempunyai penyakit hipertensi

sehingga tidak bisa bekerja lagi, Membantu anak untuk

mandiri di masyarakat, , mempertahankan komunikasi

terbuka antara anak dan orang tua dalam hal ini

diantaranya diwujudkan dengan keluarga Ny.S selalu

mendiskusikan masalah-masalah yang ada dalam keluarga

untuk dicari bersama-sama jalan keluarnya, serta Penataan

kembali peran dan kegiatan rumah tangga

danmempersiapkan perubahan sistem peran hal ini

diantaranya ditunjukkan dengan dalam keluarga selalu

berusaha sebaik mungkin melaksanakan perannya masing-

masing dan bertanggung jawab terhadap peran yang ada

dalam anggota keluarga.

3.4.4. Riwayat Keluarga Inti

Ny. S menyatakan bahwa Ny.S memiliki penyakit darah

tinggi/ hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, Ny. S

53
mengetahuinya setelah periksa ke puskesmas dan diberi

tahu oleh dokter dan ia tidak tahu pasti tentang hipertensi,

penyebab tanda dan gejala hipertensi. Ny.S mengatakan

darah tingginya sering kambuh dan terasa nyeri kepala

terutama ketika Ny. S kelelahan atau terlalu banyak

aktivitas, ketika darah tingginya kambuh Ny.S mengeluh

kepala terasa pusing dan berat secara tiba-tiba dan

menjalar hingga ke tengkuk leher bagian belakang, nyeri

yang dirasakan seperti ditusuk tusuk


Keluarga Ny. S mengatakan tidak mengetahui cara

mengatasi dan mencegah penyakit darah tinggi yang

dideritanya dan Tn. S mengatakan kurang mengetaui cara

merawat ibunya. Ny.S mengatakkan bahwa dalam

keluarganya saat ini ada anggota keluarga yang menderita

penyakit yang sama dengan Ny. S yaitu Menantu atau anak

Istri anak kedua Ny. S juga menderita darah tinggi.


Tidak ada pencegahan khusus yang dilakukan keluarga

terhadap penyakit, keluarga hanya makan 3 kali sehari

dengan lauk seadanya. Dan hanya kadang- kadang makan

dengan sayur seadanya seperti sayur sawi dan kangkung..

Keluarga Ny. S mengatakan menggunakan fasilitas

kesehatan puskesmas dan rumah sakit jika ada anggota

keluarganya yang sakit dan membutuhkan pertolongan

lebih lanjut.

54
3.4.5. Riwayat Keluarga Sebelumnya

Ny.S mengatakan dari keluarga suami tidak ada yang

memiliki penyakit keturunan atau penyakit menular.

Sedangkan keluarga Ny.S ada yang memiliki penyakit

keturunan yaitu almarhumah Ibu dari Ny. S yang

mempunyai penyakit hipertensi. Ny.S mengatakan dalam

keluarga Ny.S maupun almarhum suami Ny.S tidak ada

yang mengalami riwayat operasi.

3.4 LINGKUNGAN
3.4.1 Karakteristik Rumah
Tipe rumah permanen dengan status kepemilikan rumah

adalah milik sendiri tetapi tanahnya milik orang lain Ny. S

hanya menumpang. Luas rumah kurang lebih 8 m 2.

Mempunyai 5 ruangan yang terdiri ; 3 kamar tidur, 1 ruang

tamu,1 ruang santai yang bercampur dengan dapur, kamar

mandi dan toilet berada diluar rumah dan kloset jongkok .

Jumlah jendela 3 buah ; 2 di kamar tidur dan 1 diruang

santai tetapi keluarga mengatakan jendelanya jarang

dibuka terlihat jendela tidak dibuka sehingga

menyebabkan sirkulasi udara dalam rumah kurang baik,

keluarga mengatakan mempunyai binatang ternak dan

terlihat jarak antara rumah dan kandang kurang dari 5

meter. Pemanfaatan ruangan kurang maksimal dan

peletakan perabotan rumah tangga kurang rapi. Sumber air

55
untuk kebutuhan sehari-hari mandi, cuci, kakus

menggunakan air Sumur . Sedangkan air minum yang

digunakan oleh keluarga Ny.T adalah air yang berasal dari

sumur dan direbus, jarak septic tank dirumahnya dengan

sumber air lebih dari 5 meter.


Denah rumah
Kamar
Mandi
Kamar
tidur Tv

Kanda
ng
3.4.2 Karakteristik Tetangga Dan
Ruang Tamu KamarKomunitas Rw
Kamar ternak
Tipe hunian dilingkungan sekitar adalah termasuk
Tidur Tidur
dilingkungan perumahan. Penduduk disekitar rumah Ny. S

ramah, tidak ada kesepakatan atau norma penduduk

setempat. Tidak ada budaya setempat yang

mempengaruhi kesehatan.
3.4.3 Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Ny.S tinggal ditempat tersebut sudah 11 tahun.

Keluarga juga tidak berpindah-pindah tempat.


3.4.4 Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat
Keluarga sering berinteraksi dengan masyarakattetapi

kadang dikarenakan kesibukan kerja hanya saling sapa jika

bertemu saja. Tetapi kadang- kadang keluarga

bersosialisasi dengan tetangga yang dekat dengan tempat

tinggalnya.
3.5 STRUKTUR KELUARGA
3.5.1 Pola Dan Proses Komunikasi Keluarga

56
Dalam keluarga Ny. S yang paling berperan dalam

berbicara. Ny. S dan anaknya berkomunikasi setiap saat

dengan ibunya, seperti pada pagi sebelum berangkat kerja

dan malam hari saat nonton TV dan makan. Keluarga Ny.S

merasa tidak ada masalah dalam hal komunikasi antara

Ny.S dan anaknya. Keluarga Ny.S mengatakan dalam

keluarga sudah terbiasa untuk berdiskusi dan bertukar

pendapat jika ada masalah tentang keluarga atau masalah

yang lainnya.
3.5.2 Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam pengambilan keputusan keluarga selalu

bermusyawarah, Ny. S bermusyawarah dengan anaknya

yaitu Tn. S.
3.5.3 Struktur Peran
Ny.S terkadang mengeluh tentang perannya, dan sering

pasrah dengan keadaan dalam hal ekonomi keluarga.

Tetapi Ny.S hanya bisa berdoa untuk usaha anaknya. Anak

Ny.S yaitu Tn. S bereperan sebagai anak dan mencari

nafkah untuk keluarga, anak Ny.S menjalankan kewajiban

nya dalam mencari nafkah untuk keluarga karena anak Ny.

S sadar kalau Ny. S sudah tua dan mempunyai penyakit

jadi tidak memungkinkan untuk bekerja oleh karena itu

tugas anak Ny.S yang bekerja mencari nafkah untuk

keluarga, Tn. S sudah menjalankan perannya dengan baik

57
sebagai anak dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan

hidup keluarga dan berbakti kepada orang tua.


3.6 FUNGSI KELUARGA
3.6.1 Fungsi Afektif
Keluarga Tn. A termasuk keluarga yang harmonis, interaksi

dalam keluarga terjalin baik. Antara anggota keluarga

saling memiliki, memperhatikan, menghormati, dan

menyayangi
3.6.2 Fungsi Sosialisasi
Hubungan antara keluarga baik tetapi hubungan interaksi

dengan warga sekitar tempat keluarga tinggal sedikit

kurang interaksi karena kesibukan masing-masing.


3.6.3 Fungsi Ekonomi
Hanya anak Ny.S yaitu Tn.S dalam keluarga yang

mempunyai penghasilan karena Ny.S sudah lanjut usia dan

mempunyai penyakit hipertensi sehingga tidak bekerja

lagi. Penghasilan perbulan sekitar 1 juta rupiah.

Pengeluaran perbulan tidak pasti tergantung kebutuhan,

tetapi Ny.S mengatakan kasihan dengan anak nya Karena

bekerja sendirian. Keluarga tidak mempunyai tabungan.


3.6.4 Fungsi Perawatan Keluarga
a. Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah Kesehatan.

Keluarga mengatakan ketika sakit harus dibawa ke

tenaga kesehatan. Karena keluarga tidak mengerti

tentang penyakit. Keluarga mengatakan tidak

mengetahui secara baik tentang pengertian, tanda-

gejala, penyebab, cara perawatan serta akibat lanjut

58
dari penyakit hipertensi. Hal itu terbukti ketika keluarga

ditanya tentang pengertian, tanda-gejala, penyebab,

cara perawatan serta akibat lanjut dari penyakit

hipertensi, keluarga tampak bingung dan tidak bisa

menjawabnya.

b. Kemampuan Keluarga Mengambil Keputusan


Keluarga kurang memahami tentang penyakit. Keluarga

merasakan masalah kesehatan seperti Ny.S yang

hipertensinya sering kambuh. Keluarga tidak menyerah

terhadap masalah yang dialami, keluarga mengatakan

jika ada anggota keluarga yang sakit namun tidak

mempunyai uang, keluarga hanya membeli obat warung

untuk mengurangi gejala penyakit yang dialami, namun

jika memang kondisinya membutuhkan pertolongan

yang lebih lanjut, keluarga membawanya ke fasilitas

kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit atau ke

pelayanan kesehatan lainnya.

c. Kemampuan Keluarga Merawat Anggota Keluarga Yang

Sakit
Apabila ada anggota keluarga yang sakit, keluarga

mengatakan selalu berusaha merawat dengan baik

namun karena keterbatasan pengetahuan keluarga

mengenai penyakit yang diderita, keluarga sering

merasa kebingungan dalam merawat anggota keluarga

59
yang sakit. Ny. S mengatakan tidak mengetahui cara

mengatasi dan mencegah penyakit darah tinggi yang

dideritanya .
d. Kemampuan Keluarga Memelihara Lingkungan
Keluarga mengatakan tahu akan pentingnya kesehatan

ligkungan yang dapat memenuhi kesehatan seperti

menyediakan WC. Kondisi rumah cukup bersih namun

ventilasi udaraya kurang baik karena jendela dirumah

jarang dibuka, membuang limbah rumah tangga di

belakang rumah dan jaraknya kurang dari 5 meter dan

jarak antara kandang ternak kurang dari 5 meter dan

kondisi kandang tampak kotor, bau, dan berantakan

karena tidak pernah dibersihkan, keluarga mengatakan

tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan perilaku

hidup bersih dan sehat terlihat ketika ditanya Ny. S

tampak bingung .
e. Kemampuan Keluarga Menggunakan Fasilitas Pelayanan

Kesehatan.
Keluarga mengatakan jika salah satu anggota keluarga

yang sakit dan membutuhkan pertolongan lebih lanjut,

keluarga membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat

seperti puskesmas dan rumah sakit yang dapat

dijangkau oleh keluarga.

3.7 KEBUTUHAN HIDUP SEHARI-HARI


3.7.1 Pola Nutrisi

60
Ny. S mengatakan keluarga makan 3 kali sehari. Menu

makanan yang dikonsumsi seadanya dan yang paling

sering adalah tempe, mie instan dan telor karena mencari

yang cepat dimasak, Cara pengolahan makanan selalu

dimasak terlebih dahulu Ny. S mengatakan tidak ada diet

makanan khusus dan makan tanpa pantangan. Komposisi

makanan yang dikonsumsi

Jenis Makanan Tidak Kadang- Selal


Pernah Kadang u
Makanan Pokok V
Protein Nabati V
Sayur-sayuran V
Buah V
Susu V

Ny. S mengatakan tidak ada anggota keluarga yang

mempunyai alergi terhadap makanan. Dalam penyajian

makanan dimasukan kedalam lemari karena takut dimakan

kucing.
3.7.2 Kebersihan Diri Anggota Keluarga
Keluarga Ny.S biasa mandi 2 kali sehari , menggosok gigi

setiap pagi, dan mencuci rambut setiap hari serta keluarga

Ny.T rajin memotong kuku setiap kukunya panjang.


3.7.3 Istirahat dan tidur
Ny.S mempunyai kebiasaan tidur jam 10 malam dan

bangun jam 5 pagi. Sedangkan Tn.A mempunyai kebiasaan

tidur jam 11 malam dan bangun jam 6 pagi. Rata-rata Ny.T

tidur 7 jam dalam sehari, sedangkan anaknya juga 8 jam

61
sehari. Kebiasaan sebelum tidur keluarga Ny. T selalu

nonton tv terlebih dulu.


3.8 STRESS DAN KOPING KELUARGA
Keluarga merasakan tidak ada masalah dalam kurun waktu 6

bulan terakhir kecuali masalah kesehatan Ny. S. Tetapi Ny. S

sering merasakan keputusasaan terhadap kondisi ekonomi

keluarganya semenjak suaminya meninggal dunia. Semuanya

dirasakan berat karena semua kebutuhan keluarga

ditanggung oleh anak Ny. S yaitu Tn. S, tetapi Ny. S hanya bisa

pasrah dan terus berdoa untuk kesehatan dan kelancaran

rezeki keluarganya.
3.9 HARAPAN KELUARGA
Keluarga Ny. S mengatakan senang bila ada petugas

kesehatan yang melakukan kunjungan ke rumah. Keluarga

sangat berharap masalah yang berhubungan dengan

kesehatan yang dialami keluarga dapat di atasi dengan

diberikannya informasi yang dibutuhkan oleh keluarganya.

Keluarga Ny.S juga berharap mendapat bantuan pengobatan

jika keluarganya sakit.


3.10 ANALISA DATA
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS: kurangnya Ketidakmamp
- Ny. S mengatakan tidak tahu pengetahuan uan keluarga
pasti tentang hipertensi,
mengenai mengenal
penyebab, tanda dan gejala
hipertensi. informasi masalah
- Keluarga Ny. S mengatakan tentang hipertensi
tidak mengetahui cara
mengatasi dan mencegah hipertensi.
penyakit darah tinggi yang

62
dideritanya
- Tn. S mengatakan kurang
mengetaui cara merawat
ibunya
- Ny. S mengatakan Tidak ada
pencegahan khusus yang
dilakukan keluarga terhadap
penyakit,
- Ny. S mengatakan tidak ada
diet khusus atau pantangan
makanan
DO :
- ketika keluarga ditanya
tentang pengertian, tanda-
gejala, penyebab, cara
perawatan serta akibat lanjut
dari penyakit hipertensi,
keluarga tampak bingung
dan tidak bisa menjawabnya.
- TD : 180/100 mmhg
- Nadi : 72 x/mnt
- RR : 18 x/mnt
- Suhu : 36.5C
DS : Resiko terjadi Ketidak
- Ny. S menyatakan darah komplikasi mampuan
tingginya sering kambuh dan
penyakit keluarga
terasa nyeri
- Ny.S mengatakan ketika darah hipertensi mengenal
tinggi kambuh kepala terasa masalah
pusing dan berat secara tiba-
tiba dan menjalar hingga ke kesehatan
tengkuk leher bagian pada anggota
belakang, keluarga yang
- Ny. S mengatakan nyeri yang
dirasakan seperti ditusuk sakit
tusuk
- Ny. S mengatakan nyeri kepala
dirasakan ketika Ny. S
banyak pikiran dan kelelahan
atau terlalu banyak aktivitas.
- Ny. S mengatakan tidak

63
mengetahui cara mengatasi
dan mencegah penyakit
darah tinggi yang dideritanya
- Tn. S mengatakan kurang
mengetaui cara merawat
ibunya.
- Ny. S mengatakan Tidak ada
pencegahan khusus yang
dilakukan keluarga terhadap
penyakit,
- Ny. S mengatakan tidak ada
diet khusus atau pantangan
makanan
- Ny. S mengatakan kadang
jantung berdebar-debar jika
sedang sakit/nyeri.
- Ny. S mengatakan sering
kesemutan di tangan dan
kaki nya
- Ny.S mengatakan matanya
kadang-kadang kabur dan
berkunang-kunang
- Tn. S mengatakan keluarga
sering merasa kebingungan
dalam merawat anggota
keluarga yang sakit.
DO:
- Keluarga tidak ada yang
mampu merawat dan
mengidentifikasi tanda-tanda
komplikasi yang terjadi pada
ibu S.
- Keluarga tampak bingung
ketika ditanya tentang
penyakit yang diderita Ny. S
- TD : 180/100 mmhg
- Nadi : 72 x/mnt
- RR : 18 x/mnt
- Suhu : 36.5C
DS: Kurangnya Ketidakmamp
- keluarga mengatakan tidak
pengetahuan uan

64
mengetahui apa yang keluarga Ny. S memelihara
dimaksud dengan perilaku tentang lingkungan
hidup bersih dan sehat pemeliharaan rumah yang
- Keluarga mengatakan
lingkungan dapat
membuang sampah
rumah. mempengaru
dibelakang rumah
hi kesehatan
- Keluarga mengatakan
dan
mempunyai binatang ternak
- keluarga mengatakan perkembanga
jendelanya jarang dibuka n anggota
DO :
keluarga
- Ketika ditanya Ny. S tampak
bingung
- Keluarga Ny. S membuang
limbah rumah tangga di
belakang rumah dan jaraknya
kurang dari 5 meter
- Jarak antara kandang ternak
kurang dari 5 meter dan
kondisi kandang tampak
kotor, bau, dan berantakan
karena tidak pernah
dibersihkan
- Ventilasi rumah kurang baik
karena jendela jarang dibuka

3.11 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Kurangnya pengetahuan mengenai informasi tentang
hipertensi
berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah hipertensi
2. Resiko terjadi komplikasi penyakit hipertensi
berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga
yang sakit

65
3. Kurangnya pengetahuan keluarga Ny. S tentang
pemeliharaan lingkungan rumah berhubungan dengan
Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang
dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan
anggota keluarga.

3.12 SKORING MASALAH KEPERAWATAN


Diagnosa 1
KRITERIA BOBOT PEMBENARAN
1. Sifat masalah 3x1 =1 Masalah sudah terjadi
- Tidak/kurang
3 dan menjadi
sehat (3)
penyebab timbulnya
- Ancaman
berbagai masalah
Kesehatan (2)
- Keadaan lainya. Nyeri kepala
sejahtera (1) dirasakan ibu S
karena peningkatan
tekanan vaskuler
serebral yang ditandai
dengan TD : 170/90
mmHg.

66
2. Kemungkinan 2x2 = 2 Masalah dapat diatasi
masalah dapat di 2 dengan mengatasi
ubah gejala dan penyebab
- Mudah (2)
hipertensi dan kontrol
- Sebagian (1)
- Tidak dapat (0) teratur.

3. Potensi masalah 3x1 = 1 Tinggi, kesulitan


dapat di cegah 3 masalah mudah untuk
- Tinggi (3)
diatasi anggota
- Cukup (2)
- Rendah (1) keluarga mendukung
dan peduli terhadap
anggota keluarga
yang sakit.

4. Menonjolnya 2x1 = 1 Keluarga


masalah 2 menyadari ibu S
- Berat, harus mempunyai masalah
segera ditangani dampak dari
(2) hipertensi maka
- Ada masalah
segera mengatasi
tetapi tidak perlu
masalah tersebut
segera ditangani
(1)
- Masalah tidak
dirasakan (0)
Jumlah 5

Diagnosa 2
KRITERIA BOBOT PEMBENARAN
1. Sifat masalah 2 x 1 = 2/3 Ancaman kesehatan
- Tidak/kurang 3
yang memerlukan
sehat (3)
tindakan yang cepat
- Ancaman

67
kesehatan (2) dan tepat untuk
- Keadaan
menghindari bahaya
sejahtera (1)
lebih lanjut.
2. Kemungkinan 2x2=2 Dengan mudah
2
masalah dapat di sumber dan tindakan
ubah untuk memecahkan
- Mudah (2)
masalah dapat
- Sebagian (1)
- Tidak dapat (0) dijangkau oleh
keluarga, kesadaran
dan motivasi dari
keluarga sudah cukup
kuat.
3. Potensi masalah 3x1=1 Tinggi, kesulitan
3
dapat di cegah masalah mudah untuk
- Tinggi (3)
diatasi anggota
- Cukup (2)
- Rendah (1) keluarga mendukung
dan peduli terhadap
anggota keluarga
yang sakit.

4. Menonjolnya 2 x1 = 1 Masalah berat harus


2
masalah ditangani keluarganya
- Berat, harus
menyadari dan perlu
segera ditangani
segera mengatasi
(2)
masalah tersebut.
- Ada masalah
tetapi tidak perlu
segera ditangani
(1)
- Masalah tidak
dirasakan (0)
Jumlah 4 2/3

68
Diagnosa 3
KRITERIA BOBOT PEMBENARAN
1. Sifat masalah 2 x 1 = 2/3 Ancaman kesehatan
- Tidak/kurang
3
sehat (3)
- Ancaman (2)
- Keadaan
sejahtera (1)
2. Kemungkinan 1x2=1 Ada kemauan
masalah dapat di 2 keluarga untuk
ubah membersihkan
- Mudah (2)
rumah
- Sebagian (1)
- Tidak dapat (0)
3. Potensi masalah 2x1 = 2/3 Kepekaan terhadap
dapat di cegah 3 penyakit dapat
- Tinggi (3)
dicegah.
- Cukup (2)
- Rendah (1)
4. Menonjolnya 0x1 = 0 Keluarga menyadari
masalah 2 masalah tapi beban
- Berat, harus
segera diberikan
segera
ditangani (2)
- Ada masalah
tetapi tidak
perlu segera
ditangani (1)
- Masalah tidak
dirasakan (0)
Jumlah 2 1/3

3.13 PRIORITAS MASALAH


1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
mengenai informasi tentang hipertensi

69
2. Resiko terjadi komplikasi penyakit hipertensi berhubungan
dengan Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan pada anggota keluarga yang sakit
3. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang
dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan
anggota keluarga berhubungan dengan Kurangnya
pengetahuan keluarga Ny. S tentang pemeliharaan
lingkungan rumah.

RENCANA KEPERAWATAN

NO. EVALUASI
TUM TUK KRITERIA STANDAR
DX.KEP
1 Setelah Setelah dilakukan Respon 1. Keluarga dapat meny
dilakukan tindakan selama 3 x verbal kembali pengertian H
tindakan 30 menit keluarga dengan singkat
Hipertensi adalah pen
keperawatan mampu :
selama 3x 1.Mengetaui tekanan dalam p

kunjungan pengertiaan darah. Dikatakan h

diharapkan hipertensi, jika tekanan darah


2.Mengetahui penyebab mmHg
keluarga Ny.S
hipertensi 2. Keluarga dapat menyeb
mengenal
3.Mengetahui tanda dan dari penyebab hiperten
masalah 1.
gejala serta akibat
kesehatan Gaya hidup tidak sehat
lanjut
keluarga 4.Mengetahui cara a. konsumsi garam
b. merokok
merawat anggota c. minum beralkoho
keluarga yang sakit d. kurang olahraga
2. Kegemukan
dengan hipertensi 3. Stress / banyak pik
3. Keluarga dapat menyeb
dari tanda , gejala hiper
1. Sakit kepala
2. Rasa berat di teng
3. Keletihan, nafas
terengah enga
nafas
4. Telinga berdengin
5. Sulit tidur
6. Mudah lelah dan l

70
4. Keluarga dapat menyeb
dari cara merawat
keluarga yang sakit
hipertensi
Cara medis dan tradis
2 Setelah Setelah dilakukan Respon 1. Keluarga dapat meny
dilakukan tindakan selama 3 x verbal kemungkinan p
tindakan 30 menit keluarga terjadinya peningkatan
keperawatan mampu : darah.
1.
selama 3x 1. Mengetahui tentang
Gaya hidup tidak sehat
kunjungan kemungkinan
e. konsumsi garam
diharapkan penyebab terjadinya f. merokok
g. minum beralkoho
resiko terjadinya peningkatan
h. kurang olahraga
komplikasi tidak tekanan darah tinggi 4. Kegemukan
2. Mengetahui akibat 5. Stress / banyak pik
terjadi
2. Keluarg dapat meny
yang terjadi bila
akibat yang terjadi bila
tekanan darah tidak
darah tidak terkontrol.
terkontrol.
1. Penyakit jantung
2. Stroke (serangan
3. Penglihatan menu
4. Gangguan gera
keseimbangan
5. Kerusakan ginjal
6. Kematian

3 Setelah Setelah diberikan Respon 1. Keluarga mampu menye


dilakukan asuhan penkes selama 3x30 verbal pengertian rumah seha
Rumah sehat adalah rum
keperawatan menit diharapkan
yang memenuhi persya
keluarga Ny.S, keluarga Ny.S mampu
kesehatan sehingga ter
diharapkan mengenal
suatu keadaan yang am
keluarga Ny.S pemeliharaan
nyaman dihuni, sehingg
mampu lingkungan rumah
dapat menimbulkan gan
menerapkan dengan cara
kesehatan
pemeliharaan menyebutkan:
2. Keluarga mampu menye
lingkungan 1. Pengertian rumah
syarat syarat rumah se
rumah di sehat Tersedianya fasilitas k
2. Syarat syarat Mendapatkan penera
lingkungan
rumah sehat yang cukup
rumahnya.
3. Manfaat rumah pertukaran udara yan
sehat 3. Keluarga mampu menye

71
4. Upaya menjadikan manfaat rumah sehat
anggota keluarga ya
rumah sehat
tinggal merasa nyam
tentram di rumah
Lingkungan rumah b
dalam rumah maupu
luar menjadi bersih
Terhindar dari segala
penyakit
Tercipta lingkungan yan
4. Keluarga mampu menye
upaya menjadikan ruma
Membuka jendela set
Membersihkan rumah
halaman rumah seti
Kamar mandi dijaga
kebersihan nya
Membuang sampah p
tempatnya
Mendapat peneranga
cukup
Dinding diusahan tera
Menata rapi barang d

3.15 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO.DX.
TUK WAKTU IMPLEMENTASI PARAF
KEP

72
1 Setelah dilakukan Kamis 1. Mengkaji pengetahuan S:
tindakan selama 3 x 02/02/20 keluarga tentang - Keluarg
30 menit keluarga 17 penyakit hipertensi penje
2. Meningkatkan - Keluarg
mampu :
pengetahuan keluarga cara
5.Mengetaui
tentang hipertensi sakit
pengertiaan
3. Memberikan penkes - Keluarg
hipertensi,
tentang hipertensi cara-
6.Mengetahui
4. Mendiskusikan bersama
mem
penyebab
keluarga strategi-strategi
O:
hipertensi
yang tepat untuk
7.Mengetahui tanda - Keluarg
merawat anggota
dan gejala serta maha
keluarga yang sakit - Keluarg
akibat lanjut
5. Memberikan dukungan
1. Mengetahui cara tanda
dan dorongan agar
merawat anggota pence
keluarga mampu - Keluarg
keluarga yang
mencapai keberhasilan mera
sakit dengan
A:
hipertensi
Masa
meng
P:
- Anjurka
mem
keten
(Pusk
- Anjurka
petug
belum
keseh
- Anjurka
mene
maha
ment
tingg
2 Setelah dilakukan Kamis 1. S:
tindakan selama 3 x 02/02/20 Mengkaji pengetahuan -Keluarg
30 menit keluarga 17 keluarga tentang tent
-Keluarg
mampu : komplikasi.
2. tent
3. Mengetahui

73
tentang Meningkatkan pengetahuan pen
-Keluarg
kemungkinan keluarga tentang
tent
penyebab komplikasi dari hipertensi
3. O :
terjadinya
Memberikan penkes tentang -Keluarg
peningkatan
komplikasi hipertensi men
tekanan darah
4. -Keluarg
tinggi
Mendiskusikan bersama pen
Mengetahui akibat
keluarga strategi-strategi teka
yang terjadi bila
-Keluarg
yang tepat untuk merawat
tekanan darah -kompli
anggota keluarga yang
tidak terkontrol. A:
menderita hipertensi
-Masala
5.
hipe
Memberikan dukungan dan
P:
dorongan agar keluarga
- An
mampu mencapai
me
keberhasilan
- ajak dan anjurkan ke
keluarga untuk un
- An
melakukan terapi obat
me
tradisional agar
Ny
keluarga mau memberi
obat yang nantinya
resiko komplikasi tidak
terjadi.
3 Setelah diberikan Jumat 1. Mendiskusikan S:
penkes selama 3x30 03/02/20 bersama keluarga - Keluarg
menit diharapkan 17 Ny.S tentang peng
keluarga Ny.S mampu pengertian, manf
- Keluarg
mengenal syarat,manfaat,
upay
pemeliharaan upaya apa saja
- Keluarg
lingkungan rumah yang menjadikan
mene
dengan cara rumah sehat, peran
sehat
menyebutkan: serta dalam upaya
O:
1. Pengertian rumah kesehatan dengan
- Keluarg
sehat menggunakan
peng
2. Syarat syarat
leaflet.
sehat
rumah sehat 2. Menanyakan
3. Manfaat rumah lingku
kembali pada

74
sehat keluarga Ny.S serta - Keluarg
4. Upaya menjadikan
beri motivasi agar maha
rumah sehat
mau menyebutakan sehat
- Keluarg
pengertian, syarat,
kemb
manfaat, dan upaya
A:
menjadikan rumah
- Masalah
sehat dengan
lingku
menggunakan
mem
lembar balik.
3. Memberkan perke
reinforcement P:
positifatas jawaban - Anju
yang benar. pem
- Anju
kepa
hal
pem

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Pembahas
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan

Keperawatan Keluarga Ny.S Dengan Hipertensi Di Jalan.

Nyunyai Indah, Gang Bungsu II Keluraharan Raja Basa

Kecamatan Raja Basa Bandar Lampung Tahun 2017

prinsip pembahasan ini adalah memfokuskan keluarga

sebagai klien. Proses keperawatan adalah sekumpulan

tindakan yang dipilih secara matang dalam usaha

memperbaiki status kesehatan keluarga atau pasien serta

75
manambah kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatannya.
Dalam proses keperawatan terdapat langkah-langkah

yang harus dilalui secara urut dari pengkajian, perumusan

diagnosis keperawatan, rencana asuhan keparawatan,

implementasi dan evaluasi (Mubarak, 2012). .


4.1.1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian Keluarga merupakan suatu tahapan

dimana perawat dimana suatu perawat mengambil

informasi dari keluarga dengan pendekatan sistematis

untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga

dapat di ketahui kebutuhan keluarga yang di binanya.

Metode dalam pengkajian bisa melalui wawancara,

observasi vasilitas dan keadaan rumah, pemeriksaan fisik

dari anggota keluarga dan measurement dari data

sekunder (hasil lab, papsmear, dll). (Susanto, 2012).

Pengkajian keluarga merupakan proses yang ditandai

dengan pengumpulan informasi keluarga yang terus-

menerus dan keputusan profesional yang mengandung

arti terhadap informasi yang dikumpulkan. Dengan kata

lain, data dikumpulkan secara sistematik dengan

menggunakan alat pengkajian keluarga, kemudian

diklasifikasikan dan dianalisis untuk menginterprestasikan

artinya. (Mubarak, 2010)

73
Dari data umum yang penulis kumpulkan adalah Ny.S

sebagai kepala keluarga, berumur 60 tahun, tempat

tinggal di Jalan. Nyunyai Indah, Gang Bungsu II

Keluraharan Raja Basa Kecamatan Raja Basa Bandar

Lampung, Ny. S tidak bekerja dan pendidikan terakhir Ny.

S adalah SD. Keluarga Ny. S beranggotakan Ny. S dan 1

orang anaknya yaitu Tn.S Suaminya sudah meninggal 9

tahun yang. Tipe keluarga Ny. T adalah keluarga single

parent. Hal ini didukung oleh teori menurut single parent

umumnya merupakan hasil dari perceraian, menjanda

(karena kematian), dan ditinggalkan. Kematian itu sendiri

tidak hanya mempengaruhi orang yang mati, namun juga

mereka 4 yang ditinggalkan (Upton, 2013)

Menurut Mubarak (2012), Pengkajian status sosial

ekonomi keluarga yaitu Mengkaji sejauh mana keluarga

memenuhi kebutuhan sandang pangan dan papan.

Pengkajian status sosial ekonomi keluarga,Ny. S

mengatakan pendapatan seluruh keluarga kurang lebih Rp.

1.000.000 per bulan dan Pengeluaran perbulan tidak pasti

tergantung kebutuhan. KeluargaNy. S tidak mempunyai

tabungan..

Pengkajian tahap perkembangan keluarga saat ini,

didapatkan bahwa Ny. S mengatakan mempunyai delapan

74
orang anak tetapi tujuh anak nya sudah menikah dan satu

orang anak terahir yaitu Tn.S yang berumr 23 tahun yang

belum menikah. Maka tahap perkembangan keluarga Ny.S

adalah keluarga dengan anak dewasa/ launching center

families. Didukung oleh teori keluarga Carter dan Mc

Goldrick (1988) dalam Achjar (2010), Tugas perkembangan

keluarga pada tahap VI yaitu memperluas siklus keluarga

dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat

melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk

memperbaharui hubungan perkawinan, membantu orang

tua lanjut usia dan sakit sakitan dari suami maupun istri,

membantu anak mandiri, mempertahankan komunikasi,

memperluas hubungan keluarga antara orang tua dan

menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga

setelah ditinggalkan anak.

Menurut Mubarak (2012), pada riwayat kesehatan

keluarga inti hal yang dikaji adalah riwayat kesehatan

keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing anggota

keluarga, perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit,

upaya dan pengalaman keluarga terhadap pelayanan

kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

kesehatan.. Dalam pengkajian yang penulis dapatkan

pada keluarga, Ny.S memiliki penyakit darah tinggi/

75
hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, Ny.S mengatakan

darah tingginya sering kambuh dan terasa nyeri kepala

terutama ketika Ny. S kelelahan atau terlalu banyak

aktivitas, ketika darah tingginya kambuh Ny.S mengeluh

kepala terasa pusing dan berat secara tiba-tiba dan

menjalar hingga ke tengkuk leher bagian belakang, nyeri

yang dirasakan seperti ditusuk tusuk Keluarga Ny. S

mengatakan tidak mengetahui cara mengatasi dan

mencegah penyakit darah tinggi yang dideritanya dan Tn.

S mengatakan kurang mengetaui cara merawat ibunya.

Sedangkan dari keluarga Ny. S ada yang mempunyai

penyakit keturunan yaitu almarhumah ibu Ny. S juga

mempunyai penyakit hipertensi. Sesuai dengan teori hal

yang perlu dikaji riwayat generasi diatas orang tentang

riwayat penyakit keturunan, upaya generasi tersebut

tentang upaya penanggulangan penyakit, upaya

kesehatan yang di pertahankan sampai saat ini (Suprajitno

2004).

Menurut Suprajitno (2004), hal-hal yang perlu di kaji

sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan tugas dan

perawatan keluarga adalah mengetahui kemampuan

keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Hal yang

dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari

76
masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala,

faktor penyebab dan faktor yang mempengaruhi serta

persepsi keluarga terhadap masalah terutama yang

dialami oleh salah satu anggota keluarga. Dalam

pengkajian didapatkan keluarga Ny. S tidak tahu pasti

tentang hipertensi penyebab tanda dan gejala hipertensi.

Serta keluarga Ny. S tidak mengetahui cara mengatasi dan

mencegah dan merawat penyakit darah tinggi yang

diderita Ny. S

Hasil pengkajian kemampuan keluarga pada keluarga

Ny.S dalam mengambil keputusan adalah, Keluarga Ny. S

mengatakan jika salah satu anggota keluarga yang sakit

dan membutuhkan pertolongan lebih lanjut, keluarga

membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat seperti

puskesmas dan rumah sakit yang dapat dijangkau oleh

keluarga. sesuai dengan teori menurut Mubarak dkk,

(2012), hal yang dikaji antara lain kemampuan keluarga

dalam memahami sifat dan luasnya masalah, masalah

dirasakan keluarga atau tidak, keluarga merasa pasrah

terhadap masalah yang dialami, keluarga merasa takut

terhadap akibat dari masalah kesehatan yang dialami

anggota keluarga, keluarga tidak mendukung upaya

kesehatan, keluarga mempunyai kemampuan untuk

77
menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan, dan

kepercayaan terhadap tenaga kesehatan.

Pemeriksaan fisik pada Ny.S yang dilakukan penulis di

fokuskan pada keluhan sering mengalami nyeri kepala

dan kepala terasa pusing dan berat secara tiba-tiba dan

menjalar hingga ke tengkuk leher bagian belakang, nyeri

yang dirasakan seperti ditusuk tusuk, nyeri yang

dirsakan ketika darah tinggi kambuh yaitu ketika Ny S

kelelahan atau terlalau banyak aktivitas dan Ny. S Ny.S

mengeluh matanya kadang-kadang kabur dan berkunang-

kunang dan Ny. S juga mengeluh sering kesemutan di

tangan dan kaki nya. Hal ini sejalan dengan teori dari

Potter dan Perry (2010) menyatakan Hipertensi

definisinya jika tekanan darah sistolik 140 mmHg atau

lebih dengan tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg.

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang

mengalami kenaikan tekanan darah. hipertensi

dikarenakan tekanan darah lebih dari 180/110 mmHg

yang dapat menyebabkan nyeri akut pada bagian

tengkuk. Nyeri akan dirasakan terutama pada saat

kelelahan (Sukarmin, 2012).


Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi

adalah meningkatnya tekanan darah > 140/90 mmHg,

78
sakit kepala, epistaksis, pusing/migraine, rasa berat

ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, lemah

dan lelah. (Jajauli, 2010). Terjadi peningkatan tekanan

darah kadang merupakan satu-satunya gejala. Gejala lain

yang dirasakan sakit kepala, kelelahan, sesak nafas,

gelisah, pandangan menjadi kabur, mata berkunang-

kunang, mudah marah, telinga berdengung, sulit tidur,

rasa berat ditengkuk, nyeri di daerah bagian belakang,

nyeri di dada, denyut jantung kuat dan cepat, pusing. Dan

akan timbul keluhan lain apabila terjadi komplikasi pada

ginjal, otak dan jantung (Widian, 2009). Menurut Price dan

Wilson (2009) bahwa perjalanan penyakit hipertensi

sangat perlahan, dalam keadaan ini penderita hipertensi

mungkin tak menunjukkan gejala yang spesifik selama

bertahun-tahun. Kemudian apabila terjadi gejala pada

penderita maka biasanya hanya bersifat non-spesifik,

misalnya sakit kepala atau pusing, tetapi masa laten ini

menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi

kerusakan organ yang bermakna

4.1.2. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik

tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang

masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana

79
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat

secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan

memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga,

menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status

kesehatan klien (Herdman, 2012).


Pengkajian terhadap keluaraga Ny. S yang menyatakan

bahwa Ny.S memiliki penyakit darah tinggi/ hipertensi sejak

2 tahun yang lalu, Ny. S mengetahuinya setelah periksa ke

puskesmas dan diberi tahu oleh dokter dan ia tidak tahu

pasti tentang hipertensi, penyebab tanda dan gejala

hipertensi. Ny.S mengatakan darah tingginya sering

kambuh dan terasa nyeri kepala terutama ketika Ny. S

kelelahan atau terlalu banyak aktivitas, ketika darah

tingginya kambuh Ny.S mengeluh kepala terasa pusing dan

berat secara tiba-tiba dan menjalar hingga ke tengkuk

leher bagian belakang, nyeri yang dirasakan seperti

ditusuk tusuk. Keluarga Ny. S mengatakan tidak

mengetahui cara mengatasi dan mencegah penyakit darah

tinggi yang dideritanya dan Tn. S mengatakan kurang

mengetaui cara merawat ibunya Ny. S mengatakan Tidak

ada pencegahan khusus yang dilakukan keluarga terhadap

penyakit, Ny. S mengatakan tidak ada diet khusus atau

pantangan makanan. Dari hasil pengkajian ini maka penulis

80
mengangkat masalah Ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah hipertensi. Menurut teori, kemampuan keluarga

dalam mengenal masalah kesehatan dapat ditentukan dari

sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari masalah

kesehatan, meliputi pengertian, penyebab, tanda dan

gejala, dan faktor yang mempengaruhi serta persepsi

keluarga terhadap masalah kesehatan terutama yang

dialami anggota keluarga (Suprajitno 2011)


NY. S Ny. S mengatakan nyeri kepala dirasakan ketika

Ny. S banyak pikiran dan kelelahan atau terlalu banyak

aktivitas, Ny. S mengatakan Ny. S mengatakan kadang

jantung berdebar-debar jika sedang sakit/nyeri. Ny. S

mengatakan sering kesemutan di tangan dan kaki nya Ny.S

mengatakan matanya kadang-kadang kabur dan

berkunang-kunang, Keluarga tidak mengetahui cara

mengatasi dan mencegah penyakit darah tinggi yang

dideritanya,Ny. S mengatakan Tidak ada pencegahan

khusus yang dilakukan keluarga terhadap penyakit, Ny. S

mengatakan tidak ada diet khusus atau pantangan

makanan, Tn. S mengatakan keluarga sering merasa

kebingungan dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

Dari hasil pengkajian ini maka penulis mengangkat

masalah Resiko terjadi komplikasi penyakit hipertensi.

81
Dari hasil pengkajian tentang kesehatan lingkungan

didapatkan data bahwa keluarga Ny. S mengatakan tidak

mengetahui apa yang dimaksud dengan perilaku hidup

bersih dan sehat, Keluarga mengatakan membuang

sampah dibelakang rumah dan jaraknya kurang dari 5

meter, Keluarga mengatakan mempunyai binatang ternak

dan Jarak antara kandang ternak kurang dari 5 meter,

kondisi kandang tampak kotor, bau, dan berantakan karena

tidak pernah dibersihkan keluarga mempunyai 3 jendela

dirumah dan jendelanya jarang dibuka sehinga membuat

ventilasi rumah kurang baik karena jendela jarang dibuka.

Dari hasil pengkajian ini maka penulis mengangkat

masalah Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah

yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan

anggota keluarga
4.1.3. Intervensi Atau Rencana Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan merupakan

kesimpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk

dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah kesehatan

dan masalah atau diagnosis keperawatan yang ditetapkan

(Zaidin 2010).
Dengan ditegakkannya diagnosa keperawatan

Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai

82
informasi tentang hipertensi maka penulis merencanakan

tindakan keperawatan dengan tujuan Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3x kunjungan diharapkan

keluarga Ny.S mengenal masalah kesehatan keluarga

dengan kriteria keluarga mampu merawat anggota

keluarga yang sakit dengan Keluarga dapat menyebutkan

kembali pengertian, penyebab, tand adna gejala serta cara

merawat keluarga dengan hipetensi. Dengan intervensi

pertama yaitu Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit

hipertensi dan perawatannya dimaksudkan untuk

mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga tentang

hipertensi. Intervensi kedua tingkatkan pengetahuan

keluarga tentang hipertensi dengan meningkatkan

pengetahuan diharapkan pengetahuan keluarga tentang

penyakit hipertensi menjadi meningkat. Intervensi ketiga

yaitu berikan penkes tantang hippertensi ini dimaksudkan

sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan

memberikan pembelajaran bagaimana merawat anggota

keluarga dengan hipertensi. Intervensi keempat

mendiskusikan dengan keluarga strategi-strategi yang

tepat untuk menangani hipertensi ini dimaksudkan dengan

kondisi keluarga saat ini keluarga dapat memilih perawatan

hipertensi yang tepat dan mudah dilakukan. Intervensi

83
kelima yaitu berikan dukungan dan dorongan agar keluarga

mampu mencapai keberhasilan ini dimaksudkan agar

keluarga mempunyai motivasi untuk bisa merawat anggota

keluarga yang sakit.

Begitu juga dengan diagnosa keperawatan Resiko

terjadi komplikasi penyakit hipertensi berhubungan dengan

Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

pada anggota keluarga yang sakit maka penulis

merencanakan tindakan keperawatan dengan tujuan

setelah dilakukan 3 kali kunjungan kerumah resiko

terjadinya komplikasi tidak terjadi dengan kriteria hasil

keluarga dapat menyebutkan kemungkinan penyebab

terjadinya peningkatan tekanan darah dan keluarga dapat

menyebutkan akibat yang terjadi bila tekanan darah tidak

terkontrol. Dengan intervensi pertama yaitu mengkaji

pengetahuan keluarga tentang komplikasi hipertensi

dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan

keluarga tentang komplikasi hipertensi agar dapat

dilanjutkan intervensi kedua yaitu berikan penkes tentang

komplikasi hipertensi untuk penderita hipertensi. Intervensi

ketiga yaitu diskusikan dengan keluarga bagaimana

pengobatan dan pencegahan dimaksudkan agar keluarga

bisa memberi obat atau cara pencegahan agar tidak terjadi

84
komplikasi. Kemudian intervensi yang terakhir adalah ajak

dan anjurkan keluarga untuk melakukan terapi obat

tradisional agar keluarga mau member iobat yang nantinya

resiko komplikasi tidak terjadi.

Diagnosa selanjutnya yaitu Ketidakmampuan

memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi

kesehatan dan perkembangan anggota keluarga

berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan keluarga Ny.

S tentang pemeliharaan lingkungan rumah, dengan

diagnosa ini penulis merencanakan tindakan keperawatan

dengan tujuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan

keluarga Ny.S, diharapkan keluarga Ny.S mampu

menerapkan pemeliharaan lingkungan rumah di

lingkungan rumahnya. dengan kriteria hasil keluarga

mampu menyebutkan Pengertian rumah sehat, Syarat

syarat rumah sehat, Manfaat rumah sehat, Upaya

menjadikan rumah sehat. Dengan intervensi pertama

Diskusikan bersama keluarga Ny.S tentang pengertian,

syarat,manfaat, upaya apa saja yang menjadikan rumah

sehat, peran serta dalam upaya kesehatan dengan

menggunakan leaflet untuk meningkatkan pengetahuan

keluarga tentang rlingkungan ruah sehat. intervensi kedua

Tanyakan kembali pada keluarga Ny.S serta beri motivasi

85
agar mau menyebutakan pengertian, syarat, manfaat, dan

upaya menjadikan rumah sehat dengan menggunakan

lembar balik untuk mengkaji ulang tentang penyampaian

materi apakah sudah bisa dipahami oleh keluarga atau

belum. . Kemudian intervensi yang terakhir Berkan

reinforcement positifatas jawaban yang benar untuk

meningkat rasa kepercayaan diri dan merupakan dorongan

secara psikologis kepada keluarga.


4.1.4. Implementasi
Penulis melakukan implementasi sesuai dengan

rencana tindakan yang penulis buat. Tindakan

keperawatan dilakukan dalam 3 kali kunjungan rumah.

Pada kegiatan implementasi perawat perlu melakukan

kontrak sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosis

keperawatan) untuk pelaksanaan yang meliputi kapan

dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi

atau topik yang didiskusikan, siapa yang melaksanakan,

anggota keluarga yang perlu mendapat informasi (sasaran

langsung implementasi), dan (mungkin) peralatan yang

perlu disiapkan keluarga (Suprajitno 2011). Implementasi

yang penulis berikan kepada keluarga Ny.T sesuai dengan

perencanaan keperawatan yang telah penulis buat.


4.1.5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah sebagai langkah akhir dari proses

keperawatan, yaitu suatuupaya untuk menentukan apakah

86
seluruh proses keperawatan sudah berjalan dengan baik

dan apakah tindakan berhasil dengan baik (Zaidin 2010).


Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat

dilaksanakan oleh perawat, yaitu evaluasi formatif yang

bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara

bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai

kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan

menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis

keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan

sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi atau

dihentikan (Suprajitno 2011).


Evaluasi pada kunjungan terakhir tanggal 03 Februari

2017 di rumah Ny. S pukul 10.30 WIB dengan prioritas

diagnosa utama tentang hipertensi didapatkan data

subyektif keluarga mengatakan sudah paham dengan

penjelasan tentang hipertensi keluarga mengatakan sudah

mengetahui cara merawat anggota keluarga yang sakit

hipertensi dan keluarga mengatakan akan melakukan cara-

cara yang sudah dijelaskan jika memang sakit terjadi. Data

obyektif Keluarga mampu menjawab pertanyaan

mahasiswa seputar hipetensi, Keluarga dapat menjelaskan

pengertian, tanda dan gejala, komplikasi, pencegahan dan

pengobatan, hipertensi, Keluarga sudah mampu

menjelaskan cara merawat anggota keluarga yang sakit

87
Sehingga dapat dianalisa bahwa Masalah Ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah hipertensi teratasi intervensi

dapat dihentikan.
Selain itu didapatkan juga data subyektif Keluarga

mengatakan sudah mengerti tentang apa yang sudah

dijelaskan, Keluarga mengatan sudah mengetahui tentang

penyebab terjadi nya peningkatan tekanan darah, Keluarga

mengatakan sudah mengetahui tentang komplikasi dari

hipertensi. Data obyektif Keluarga tampak paham dan

dapat menjawab semua pertanyaan, Keluarga dapat

menjelaskan tentang penyebab terjadinya peningkatan

tekanan darah, Keluarga dapat menjelaskan tentang,

komplikasi dari hipertensi. Sehingga dapat dianalisa bahwa

Masalah Resiko terjadi komplikasi penyakit hipertensi

teratasi dan intervensi dapat dihentikan.


Selanjutnya saat kunjungan terakhir didapatkan data

subyektif Keluarga mengatakan sudah paham dengan

pengertian pengertian,syarat dan manfaat rumah sehat,

Keluarga mengatakan sudah mengetahui upaya

menciptakan rumah sehat, Keluarga mengatakan akan

mencoba menerapkan lingkungan rumah yang sehat. Data

obyektif Keluarga dapat menjelaskan tentang pengertian ,

syarat dan manfaat rumah sehat serta upya menciptakan

lingkungan rumah sehat, Keluarga mampu menjawab

88
pertanyaan mahasiswa seputar lingkungan rumah sehat,

Sehingga dapat dianalisa bahwa Masalah ketidakmampuan

memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi

kesehatan dan perkembangan anggota keluarga teratasi

dan intervensi keperawatan dapat dihentikan

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Pengkajian adalah pengumpulan data untuk merumuskan suatu masalah.

Pada tahap pengkajian salah satu faktor yang harus dikaji adalah tahap

perkembangan. Pada saat melakukan pengkajian tentang tahap perkembangan

pada keluarga Ny.S yaitu tahap perkembangan dengan anak dewasa dapat dilihat

dari anak tehair Ny. S yaitu Tn. S berusia 23 tahun dan belum menikah,. Penyebab

hipertensi yang dialami Ny.T karena faktor keturunan, kelelahan dan usia.

89
Diagnosa keperawatan yang diangkat berfokus pada lima fungsi keluarga

dan merupakan masalah utama yang dapat dilaksanakan oleh keluarga. Diagnosa

yang diangkat yaitu Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

mengenai informasi tentang hipertensi, Resiko terjadi komplikasi

penyakit hipertensi berhubungan dengan Ketidak mampuan

keluarga mengenal masalah kesehatan pada anggota keluarga

yang sakit, Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang

dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anggota

keluarga berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan keluarga

Ny. S tentang pemeliharaan lingkungan rumah. Karena ditemukan

data-data yang kuat untuk diagnosa tersebut penulis merencanakan mengatasi

masalah dari ketiga diagnosa tersebut.

Pada saat pelaksanaan keperawatan, faktor pendukung yang ditemukan

yaitu keluarga Ny.S kooperatif sehingga dapat menyelesaikan masalah kesehatan

didalam keluarga Ny. S. Faktor penghambat yaitu Ny.S yang memiliki

keterbatasan ekonomi sehingga ada beberapa masalah yang kurang optimal

penyelesaiannya.

Implementasi dilakukan dengan menggunakan bahasa yang mudah dapat

dimengerti oleh keluarga, menggunakan leaflet dan lembar balik sehingga

keluarga dapat memahami apa yang telah disampaikan untuk mencapai hasil yang

maksimal, memberi kesempatan kepada keluarga untuk bertanya dan memberi

pujian positif saat keluarga berespon pada saat memberikan penyuluhan.

90
Pada tahap evaluasi keperawatan, keluarga mengatakan sudah memahami

semua penyuluhan yang dijelaskan dan berjanji akan melaksanakannya.

5.2 Saran

Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat bekerjasama dengan setiap kader

dan keluarga untuk mengadakan penyuluhan kesehatan sesuai dengan pendidikan

masyarakat setempat, untuk melakukan pendeteksian lebih dini masalah-maslah

kesehatan yang ada dimasyarakat dengan cara kontrol kesehatan setiap bulan

untuk mencegah terjadinya akibat lebih lanjut.

Bagi petugas pemerintah setempat seperti RT, RW, Lurah dan lain-lain,

sekiranya lebih proaktif dan selektif dalam memberikan bantuan-bantuan fasilitas

kesehatan untuk masyarakat yang kurang mampu seperti KIS (Kartu Indonesia

Sehat) JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat), JAMKESKOT (Jaminan

Kesehatan Kota), BPJS warga kurang mampu atau jenis fasilitas kesehatan

lainnya yang bisa digunakan oleh warga yang kurang mampu, sehingga warga

yang kurang mampu bisa mendapat jaminan kesehatan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henny. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan


Keperawatan Keluarga Cetakan I. Jakarta : Sagung Seto.
Ali, Zaidin. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta :
EGC.
Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa.
Yogyakarta: Diva Press.
Asmadi. ( 2008 ), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung (2014), Profil Kesehatan
Provinsi Lampung, Depkes RI, diakses 28 Januar 2017

91
Ekasari, Mita Fatma dkk, 2010.Panduan Pengalaman Belajar
Lapangan. Jakarta : EGC
Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga :
Riset, Teori dan Praktek. Jakarta : EGC
Gray, H.H., Dawkins, K.D., Morgan, J.M., dan Simpson, I.A., 2007.
Kardiologi : Lecture Notes. ed 4. Jakarta : Penerbit Erlangga
Gunawan, S. G. 2007, Farmakologi dan Terapi, FKUI. Jakarta.
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Edisi 9. Jakarta: EGC.
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Penerbit:
pustaka Pelajar. Yogyakarta Mansjoer, Arif. (2007).
Herdman,H.T. (2012). Diagnosis Keperawatan Defenisidan
Klasifikasi. Jakarta : EGC
Herlambang, Susatyo, 2013, Pengantar Manajemen (cara mudah
memahami ilmu manajemen), Gosyen Publishing,
Yogyakarta
Indriyani, Widian Nur. 2009. Deteksi Dini Kolesterol, Hipertensi
Dan Stroke.Yogyakarta: Millestone
Irianto Koes. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung:
Alfabet.
JNC VII. 2003. The seventh report of the Joint National Committee
on prevention, detection, evaluation, and treatment of high
blood pressure. Hypertension
Mubarak, Iqbal Wahit, 2012, Asuhan Keperawatan Komunitas,
Gerontik dan Keluarga, Jakarta: Salemba Medika
Muttaqin, Arif, 2009. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC
NOC Jilid 2. Jakarta:EGC
Price and Wilson. 2009. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
6. Vol.2. Jakarta : EGC.
Shanty, Meita. 2011. Silent Killer Deseases. Yogyakarta :
Javalitera.
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2007, Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8,

92
Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo(dkk), EGC,
Jakarta.
Sudiharto.(2007). Asuhan Keperawatan keluarga dengan
pendekatan keperawatan transkultural ; editor, Esty
Whayuningsih Jakarta : EGC
Sujono Riyadi, S. M. 2011. Buku Keperawatan Medikal
Bedah.Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Supartini, Y. 2007. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.
Jakarta : EGC
Suprajitno, 2011, Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam
praktik, Jakarta : EG 1 Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar
Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata
Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.2005
Susanto, Tantut. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga:
Aplikasi Teori Pada Praktik Asuhan Keperawatan Keluarga.
Jakarta: Trans Info Media.
Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita
Hipertensi secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Upton, Penney (2013), Psikologi Perkembangan, Penerbit
Erlangga
Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi ke IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Jakarta. 2012

93

Anda mungkin juga menyukai