Anda di halaman 1dari 24

Tugas Kelompok

DIABETES MELLITUS

OLEH :
KELOMPOK 2
FATMAWATY ( K111 10 33 )
SUCI ANDRIANI ( K111 14 086 )
WILIS MILAYANTI ( K111 14 329)
RAZIA LATUCONSINA ( K111 15 701 )

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR (KELAS A)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah yang berjudul Penyakit Diabetes Melitus (DM) di
Indonesia.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan, akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak makas tantangan itu
bisa teratasi. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Makassar, April 2016

Kelompok 2

[Type text] Page 2


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................
B. Tujuan penulisan...............................................................................................
C. Manfaat ............................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Defenisi penyakit DM.......................................................................................
B. Etiologi/masa inkubasi......................................................................................
C. Patofisiologi......................................................................................................
D. Gejala dan tanda................................................................................................
E. Diagnosis.........................................................................................................
F. Pengobatan......................................................................................................
G. Pencegahan......................................................................................................

BAB III EPIDEMIOLOGY


A. Orang...............................................................................................................
B. Jenis kelamin...................................................................................................
C. Tempat.............................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
A. Orang...............................................................................................................
B. Jenis kelamin...................................................................................................
C. Tempat.............................................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................................

B. Saran...............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

[Type text] Page 3


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan
yang besar. Data dari studi global menunjukan bahwa jumlah penderita
Diabetes Melitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang. Jika
tidak ada tindakan yang dilakukam, jumlah ini diperkirakan akan
meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030 (IDF, 2011). Diabetes
mellitus telah menjadi penyebab dari 4,6 juta kematian. Selain itu
pengeluaran biaya kesehatan untuk Diabetes Mellitus telah mencapai 465
miliar USD (IDF, 2011). International Diabetes Federation (IDF)
memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahwa
mereka mengidap DM. Sebesar 80% orang dengan DM tinggal di negara
berpenghasilan rendah dan menengah, (IDF, 2011). Pada tahun 2006,
terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di Asia Tenggara
(IDF, 2009). Jumlah penderita DM terbesar berusia antara 40-59 tahun
(IDF, 2011).
Ada beberapa jenis Diabetes Mellitus yaitu Diabetes Mellitus Tipe
I, Diabetes Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional, dan
Diabetes Mellitus Tipe Lainnya. Jenis Diabetes Mellitus yang paling
banyak diderita adalah Diabetes Mellitus Tipe 2. Diabetes Mellitus Tipe 2
(DM Tipe 2) adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh
kenaikan gulah darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin) (Depkes,
2005).
Diabetes Mellitus biasa disebut dengan the silent killer karena
penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan
berbagai macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain
gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal,
impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi
paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak

[Type text] Page 1


jarang, penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh
karena terjadi pembusukan (Depkes,2005).
Melihat bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan dampak
terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan
yang cukup besar, maka sangat diperlukan program pengendalian Diabetes
Mellitus Tipe 2. Diabetes Mellitus Tipe 2 bisa dicegah, ditunda
kedatangannya atau dihilangkan dengan mengendalikan faktor resiko
(Kemenkes, 2010). Faktor resiko penyakit tidak menular, dibedakan
menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah
misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik. Yang kedua adalah
faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok (Bustan,
2000). Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyatakan
bahwa demografi, faktor perilaku dan gaya hidup, serta keadaan klinis atau
mental berpengaruh terhadap kejadian DM Tipe 2 (Irawan, 2010).
Berdasarkan analisis data Riskesdas tahun 2007 yang dilakukan oleh
Irawan, didapatkan bahwa prevalensi DM tertinggi terjadi pada kelompok
umur di atas 45 tahnun sebesar 12,41%. Analisis ini juga menunjukan
bahwa terdapat hubungan kejadian DM dengan faktor risikonya yaitu jenis
kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik,
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh, lingkar
pinggang, dan umur.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang penyakit Diabetes Melitus
2. Untuk mengetahui tentang klasifikasi penyakit Diabetes Melitus
3. Untuk mengetahui tentang epidemiologi penyakit Diabetes Melitus di
Indonesia

[Type text] Page 2


C. Manfaat
1. Kita dapat mengetahui tentang penyakit Diabetes Mellitus
2. Kita dapat mengetahui tentang klasifikasi penyakit Diabetes Mellitus
3. Kita dapat mengetahui tentang epidemiologi penyakit Diabetes
Mellitus di Indonesia

[Type text] Page 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Penyakit DM
Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing
manis adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosadalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem
metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu
memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka
diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial,
aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati (Sylvia & Lorrain,
2006).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
akibat kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan jumlah hormone
insulin kurang atau jumlah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih,
tetapi kurang efektif (Sarwono, 2006).
Klasifikasi
American Diabetes Assosiation (2005) dalam Aru Sudoyo (2006)
mengklasifikasikan diabetes mellitus menjadi :
1. Diabetes mellitus tipe 1 ( diabetes yang tergantung kepada insulin,
IDDM
Dibagi dalam 2 subtipe yaitu autoimun, akibat disfungsi autoimun
dengan kerusakan sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti autoimun
dan tidak diketahui sumbernya.
2. Diabetes mellitus tipe 2 ( diabetes yang tergantung kepada insulin,
NIDDM )
Bervariasi mulai yang predominan resisten insulin disertai defisinsi
insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama
resisten insulin.
3. Diabetes mellitus Gestasional ( GDM )
Dikenali pertama kali selama kehamilan dan mempengaruhi 4%
dari semua kehamilan. Faktor risiko terjadinya GDM adalah usia tua,

[Type text] Page 4


etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat GDM
terdahulu
Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu usia
tua,etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat
gestasional terdahulu.Karena terjadi peningkatan sekresi beberapa
hormone yang mempunyai efek metabolic terhadap toleransi glukosa,
maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik
4. Diabetes mellitus tipe lain :

a. Defek genetik fungsi sel beta

b. Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe


A,leprechaunism, sindrom rabson mandenhall, diabetes
loproatrofik, dan lainnya

c. Penyakit eksokrin pankreas : pankreastitis, trauma /


pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis,
pankreatopati fibro kalkulus, dan lainnya.

d. Endokrinopati : akromegali, sindron cushing, feokromositoma,


hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya.

e. Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat,


glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxic,agonis adrenergic,
tiazid, dilantin, interferon alfa, dan lainnya.

f. Infeksi : rubella konginetal, dan lainnya.

g. Immunologi (jarang) : sindrom stiff-man , antibody


antireseptor insulin, dan lainnya.

h. Sindroma genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter,


sindrom turner, sindrom wolframs, ataksia friedriechs, chorea
Huntington, sindrom Laurence/moon/biedl, distrofi
miotonik,porfiria, sindrom pradelwilli, dan lainnya (ADA,
2005)

[Type text] Page 5


B. Etiologi / Masa Inkubasi
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui dengan
pasti tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah penyebab
utama dan faktor herediter memegang peranan penting.
1. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut
Juvenille Diabetes, yang gangguan ini ditandai dengan adanya
hiperglikemia (meningkatnya kadar gula darah) (Bare&Suzanne,2002).
Faktor genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM.
Oleh karena itu insiden lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari
lingkungan misalnya coxsackievirus B dan streptococcus sehingga
pengaruh lingkungan dipercaya mempunyai peranan dalam terjadinya
DM (Bare & Suzanne, 2002).
Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau - pulau
langerhans pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin. Dapat
pula akibat respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan
menyerang sel bata pankreas. Faktor herediter, juga dipercaya
memainkan peran munculnya penyakit ini(Bare & Suzanne, 2002).
2. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan
peranterjadinya NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang
sangat besar. Riset melaporkan bahwa obesitas salah satu faktor
determinan terjadinya NIDDM sekitar 80% klien NIDDM adalah
kegemukan. Overweight membutuhkan banyak insulin untuk
metabolisme. Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup
menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor
insulin menurun atau mengalami gangguan. Faktor resiko dapat
dijumpai pada klien dengan riwayat keluarga menderita DM adalah
resiko yangbesar.
Pencegahan utama NIDDM adalah mempertahankan berat badan
ideal. Pencegahan sekunder berupa program penurunan berat badan,
olah raga dan diet. Oleh karena DM tidak selalu dapat dicegah maka
sebaiknya sudah dideteksi pada tahap awal tanda-tanda atau gejala yang
ditemukan adalah kegemukan, perasaan haus yang berlebihan, lapar,

[Type text] Page 6


diuresis dan kehilangan berat badan, bayi lahir lebih dari berat badan
normal, memiliki riwayat keluarga DM, usia diatas 40 tahun, bila
ditemukan peningkatan gula darah (Bare & Suzanne, 2002)

C. Fatofisiologi
Diabetes Melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh
adanya kekuranganinsulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi
insulin dapat terjadi melalui 3jalan, yaitu :
1. Rusaknya sel-sel pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat
kimiatertentu, dll).
2. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar
pankreas.
3. Desensitasi/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di
jaringan perifer(Manaf, 2009).

Aktivitas insulin yang rendah akan menyebabkan :

1. Penurunan penyerapan glukosa oleh sel-sel, disertai


peningkatanpengeluaran glukosa oleh hati melalui proses
glukoneogenesis danglikogenolisis. Karena sebagian besar sel
tubuh tidak dapat menggunakanglukosa tanpa bantuan insulin,
timbul keadaan ironis, yakni terjadikelebihan glukosa ekstrasel
sementara terjadi defisiensi glukosa intrasel -kelaparan di
lumbung padi.
2. Kadar glukosa yang meninggi ke tingkat dimana jumlah
glukosa yangdifiltrasi melebihi kapasitas sel-sel tubulus
melakukan reabsorpsi akanmenyebabkan glukosa muncul pada
urin, keadaan ini dinamakanglukosuria.
3. Glukosa pada urin menimbulkan efek osmotik yang menarik
H2Obersamanya. Keadaan ini menimbulkan diuresis osmotik
yang ditandaioleh poliuria (sering berkemih).
4. Cairan yang keluar dari tubuh secara berlebihan akan
menyebabkandehidrasi, yang pada gilirannya dapat
menyebabkan kegagalan sirkulasiperifer karena volume darah
turun mencolok. Kegagalan sirkulasi, apabilatidak diperbaiki

[Type text] Page 7


dapat menyebabkan kematian karena penurunan alirandarah ke
otak atau menimbulkan gagal ginjal sekunder akibat
tekananfiltrasi yang tidak adekuat.
5. Selain itu, sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami
dehidrasi akibatperpindahan osmotik air dari dalam sel ke
cairan ekstrasel yang hipertonik.Akibatnya timbul polidipsia
(rasa haus berlebihan) sebagai mekanismekompensasi untuk
mengatasi dehidrasi.f
6. Defisiensi glukosa intrasel menyebabkan sel kelaparan
akibatnya nafsumakan (appetite) meningkat sehingga timbul
polifagia (pemasukanmakanan yang berlebihan).
7. Efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak menyebabkan
penurunansintesis trigliserida dan peningkatan lipolisis. Hal ini
akan menyebabkanmobilisasi besar-besaran asam lemak dari
simpanan trigliserida.Peningkatan asam lemak dalam darah
sebagian besar digunakan oleh selsebagai sumber energi
alternatif karena glukosatidak dapat masuk kedalam sel.
8. Efek insulin pada metabolisme protein menyebabkan
pergeseran nettokearah katabolisme protein. Penguraian
protein-protein otot menyebabkanotot rangka lisut dan
melemah sehingga terjadi penurunan berat badan(Sherwood,
2001).
D. Gejala dan Tanda
Gejala Akut Penyakit Diabetes Mellitus
Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain
bervariasi bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun
sampai saat tertentu.
1. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba
banyak (Poli), yaitu:
1) Banyak makan (poliphagia).
2) Banyak minum (polidipsia).
3) Banyak kencing (poliuria).
2. Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul
gejala:
1) Banyak minum.

[Type text] Page 8


2) Banyak kencing.
3) Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan
cepat (turun 5 10 kg dalam waktu 2-4 minggu).
4) Mudah lelah.
5) Bila tidak segera diobati, akan timbul rasa mual, bahkan
penderita akan jatuh koma .

Gejala Kronik Diabetes Mellitus


Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes
Mellitus adalah sebagai berikut:
1) Kesemutan.
2) Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum.
3) Rasa tebal di kulit.
4) Kram.
5) Capai.
6) Mudah mengantuk.
7) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata.
8) Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita.
9) Gigi goyah mudah lepas, kemampuan seksual menurun,
impotensi.
10) Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian
janin dalam kandungan, atau dengan berat lahir lebih dari 4
kg (Jhonson, 1998 ).

E. Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan dengan mengadakan pemeriksaan
kadarglukosa darah. Untuk penentuan Diagnosis DM, pemeriksaan
glukosa darah yangdianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan darahplasma vena. Penggunaan bahan darah
utuh (whole blood), vena ataupun kapilertetap dapat dipergunakan
dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostikyang berbeda
sesuai pembakuan WHO, sedangkan untuk pemantauan
hasilpengobatan dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
kapiler
Kriteria diagnosis DM menurut menurut ADA tahun 2007 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:

[Type text] Page 9


[Type text] Page 10
Tabel 1 Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus

Kriteria Diagnosis DM
a. Gejala klasik DM + Kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/ dl
(11.1mmol/L).Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu haritanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Gejala klasik
adalah: poliuria,polidipsia, polifagia, dan berat badan turun tanpa sebab.
b. Gejala klasik DM + Kadar glukosa darah puasa 126 mg/ dl (7.0
mmol/L).Puasa adalah pasien tak mendapat kalori sedikitnya 8 jam.
c. Kadar glukosa darah 2 jam PP 200 mg/ dl (11,1 mmol/L)TTGO dilakukan
dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gr
glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.

F. Pengobatan
Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi
insulin (Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang
berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya
serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet).
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan
pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas
fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci
program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan
berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka
pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan
insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar
gula darah.

G. Pencegahan

Mengingat jumlah pasien yang semakin meningkat dan besarnya


biayaperawatan pasien penderita Diabetes Melitus yang terutama
disebabkan olehkarena komplikasi, maka upaya yang paling baik
adalah pencegahan. MenurutWHO tahun 1994, upaya pencegahan
pada penderita Diabetes Melitus ada 3tahap, yaitu :
1. Pencegahan Primer

[Type text] Page 11


Pencegahan primer adalah suatu upaya yang ditujukan pada
orang-orangyang termasuk resiko tinggi, yakni mereka yang belum
menderita DiabetesMelitus, tetapi berpotensi untuk menderita
Diabetes Melitus. Pencegahan inimerupakan suatu cara yang
sangat sulit karena yang menjadi sasarannya adalahorang-orang
yang belum sakit artinya mereka masih sehat sehingga
cakupannyamenjadi sangat luas (Noer, 1996).
Yang bertanggung jawab dalam hal ini bukan hanya profesi
tetapi semuapihak, untuk mempromosikan pola hidup sehat dan
menghindari pola hidupberesiko, seperti : kampanye makanan
sehat dengan pola tradisional yangmengandung lemak rendah atau
pola makan seimbang, menjaga berat badan agartidak gemuk
dengan olah raga secara teratur. Cara tersebut merupakan
alternatifterbaik dan harus sudah ditanamkan pada anak-anak
sekolah sejak taman kanakkanak.Hal ini merupakan salah satu
upaya pencegahan primer yang sangat murahdan efektif (Noer,
1996).
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan atau
menghambattimbulnya komplikasi dengan deteksi dini dan
memberikan pengobatan sejak awal penyakit. Deteksi dini
dilakukan dengan tes penyaringan terutama pada populasiresiko
tinggi. Menurut WHO (1994) untuk negara berkembang
termasukIndonesia kegiatan tersebut memerlukan biaya yang
sangat besar (PERKENI,2002). Pada pencegahan sekunder
penyuluhan tentang perilaku terhadap sehatseperti pada
pencegahan primer harus dilaksanakan ditambah dengan
peningkatanpelayanan kesehatan primer di pusat-pusat pelayanan
kesehatan, disamping itujuga diperlukan penyuluhan kepada pasien
dan keluarganya tentang berbagai halmengenai penatalaksanaan
dan pencegahan komplikasi.
3. Pencegahan Tertier

[Type text] Page 12


Upaya mencegah komplikasi dan kecacatan yang
diakibatkannya terdiridari 3 tahap, antara lain :
1) Mencegah timbulnya komplikasi.
2) Mencegah berlanjutnya komplikasi untuk tidak terjadi
kegagalan organ.
3) Mencegah terjadinya kecacatan oleh karena kegagalan organ
atau jaringan.
Dalam upaya ini diperlukan kerja sama yang baik antara pasien
dan doktermaupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter
yang terkait dengan komplikasinya. Dalam hal ini peran
penyuluhan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi
pasien untuk mengendalikan diabetesnya (Soegondo,2004).

[Type text] Page 13


BAB III
EPIDEMIOLOGI
a. Orang

b. Jenis Kelamin

c. Tempat

[Type text] Page 14


[Type text] Page 15
Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita
diabetes terbesar didunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan

prevalensi 8,4% dari total penduduk, diperkirakan pada tahun 1995


terdapat 4,5 juta pengidap diabetes dan pada tahun 2025 diperkirakan
meningkat menjadi 12,4 juta penderita.

[Type text] Page 16


BAB IV

PEMBAHASAN

1. Menurut Orang
Pada negara berkembang, DM cenderung diderita oleh penduduk usia
45-64 tahun, sedangkan pada negara maju penderita DM cenderung
diderita oleh penduduk usia di atas 64 tahun. Penderita DM Tipe 1
biasanya berumur < 40 tahun dan penderita DM Tipe 2 biasanya berumur
40 tahun. Diabetes sendiri merupakan penyakit kronis yang akan diderita
seumur hidup sehingga progresifitas penyakit akan terus berjalan, pada
suatu saat dapat menimbulkan komplikasi.
Diabetes Mellitus (DM) biasanya berjalan lambat dengan gejala-gejala
yang ringan sampai berat, bahkan dapat menyebabkan kematian akibat
baik komplikasi akut maupun kronis. Dengan demikian Diabetes bukan
lah suatu penyakit yang ringan. Menurut beberapa review, Retinopati
diabetika, sebagai penyebab kebutaan pada usia dewasa muda, kematian
akibat penyakit kardiovaskuler dan stroke sebesar 2-4 kali lebih besar ,
Nefropati diabetic sebagai penyebab utama gagal ginjal terminal, delapan
dari 10 penderita diabetes meninggal akibat kejadian kardiovaskuler dan
neuropati diabetik, penyebab utama amputasi non traumatic pada usia
dewasa muda.
Hasil penelitian Ditjen Yanmed Depkes RI pada tahun 2002, diperoleh
data bahwa DM berada di urutan keenam dengan PMR sebesar 3,6% dari
sepuluh penyakit utama yang ada di Rumah Sakit yang menjadi penyebab
utama kematian. Dan penelitian Ditjen Yanmed Depkes pada tahun 2005
menyatakan bahwa DM menjadi penyebab kematian tertinggi pada pasien
rawat inap akibat penyakit metabolik, yaitu sebanyak 42.000 kasus dengan
3.316 kematian (CFR 7,9%). Berdasarkan penelitian Junita L.R marpaung
di RSU Pematang Siantar tahun 2003- 2004 terdapat 143 orang (80,79 %)
pasien DM yang berusia 45 tahun dan 34 orang (19,21 %) yang berusia
< 45 tahun.26 Menurut penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth tahun

[Type text] Page 17


2007 terdapat 239 orang (96 %) pasien DM yang berusia 40 tahun dan
10 orang (4 %) yang berusia < 40 tahun.
2. Menurut Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah suatu konsep analisis yang digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari sudut non
biologis, yaitu dari aspek social, budaya maupun psikologis
(sitimutmainah, 2006).
Jenis kelamin laki-laki memiliki risiko diabetes meningkat lebih
cepat. Para ilmuwan dari University of Glassgow, skotlandia mengungkap
hal itu setelah mengamati 51.920 laki-laki dan 43.137 perempuan.
Seluruhnya merupakan pengidap diabetes type 2 dan umumnya memiliki
indeks massa tubuh (IMT) diatas batas kegemukan atau overweight. Laki-
laki terkena diabetes pada IMT rata-rata 31,83 kg/m2 sedangkan
perempuan baru mengalaminya pada IMT 33,69 kg/m2. Perbedaan risiko
ini dipengaruhi oleh distribusi lemak tubuh. Pada laki-laki, penumpukan
lemak terkonsentrasi di sekitar perut sehingga memicu obesitas sentral
yang lebih berisiko memicu gangguan metabolisme (Pramudiarja,2011).

3. Menurut Tempat
Di Negara berkembang, Diabetes mellitus sampai sat ini masih
merupakan faktor yang terkait sebagai penyebab kematian sebanyak 4- 5
kali lebih besar. Menurut estimasi data WHO maupun IDF, prevalensi
Diabetes di Indonesia pada tahun 2000 adalah sebesar 5,6 juta penduduk,
tetapi pada kenyataannya ternyata didapatkan sebesar 8,2 juta. Tentu saja
hal ini sangat mencengangkan para praktisi, sehingga perlu dilakukan
upaya pencegahan secara komprehensif di setiap sektor terkait.
Pada Tahun 2000, lima Negara dengan jumlah penderita Diabetes
mellitus terbanyak pada kelompok 20-79 tahun adalah India (31,7 juta),
Cina (20,8 juta), Amerika (17,7 juta), Indonesia (8,4 juta), dan Jepang (6,8
juta). Berdasarkan survei lokal, prevalensi DM di Pulau Bali pada tahun
2004, mencapai angka 7,2%. Pada tahun 2005, di DKI Jakarta telah
dilakukan survei, dan diperoleh prevalensi DM sebesar 12,8%.
Menurut laporan PERKENI tahun 2005 dari berbagai penelitian
epidemiologi di Indonesia, menunjukkan bahwa angka prevalensi DM

[Type text] Page 18


terbanyak terdapat di kota-kota besar, antara lain : Jakarta 12,8 %,
Surabaya 1,8 %, Makassar 12,5 %,dan Manado 6,7 %. Sedangkan
prevalensi DM terendah terdapat di daerah pedesaan antara lain
Tasikmalaya sebesar 1,8 % dan Tanah Toraja sebesar 0,9 %. Adanya
perbedaan prevalensi DM di perkotaan dengan di pedesaan menunjukkan
bahwa gaya hidup mempengaruhi kejadian DM.

[Type text] Page 19


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka
diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan
postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati.
2. Penyakit diabetes mellitus terdiri dari Diabetes mellitus tipe 1
(IDDM), Diabetes mellitus tipe 2 (NIDDM ), Diabetes mellitus
Gestasional ( GDM ), dan Diabetes mellitus tipe lain.
3. Penyakit Diabetes Melitus cenderung diderita oleh penduduk usia 45-
64 tahun, sedangkan pada negara maju penderita Diabetes Melitus
cenderung diderita oleh penduduk usia di atas 64 tahun.

B. Saran
1. Selalu berhati-hatilah dalam menjaga pola hidup. Sering berolah raga
dan istirahat yang cukup.
2. Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan
atau minuman yang terlalu manis, karena itu dapat menyebabkan kadar
gula melonjak tinggi.

[Type text] Page 20


DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29762/4/Chapter%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33760/4/Chapter%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21460/4/Chapter%20II.pdf

http://usupress.usu.ac.id/files/Penyakit-Penyakit%20yang%20Memengaruhi
%20Kehamilan%20dan%20Persalinan%20Edisi%20Kedua_Normal_bab
%201.pdf

https://pusparima.wordpress.com/2013/05/31/makalah-diabetes-melitus/

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwit
uf2Ek_rLAhUDrJQKHQ6NB18QFggdMAA&url=http%3A%2F
%2Fwww.depkes.go.id%2Fdownload.php%3Ffile%3Ddownload%2Fpusdatin
%2Finfodatin%2Finfodatin-
diabetes.pdf&usg=AFQjCNEmZSftVhTQChqhgrqb8w2W6eTL2w&sig2=TJpkbs
AfwBHqkAxs-HFgBw&bvm=bv.118443451,d.dGo

[Type text] Page 21

Anda mungkin juga menyukai