Anda di halaman 1dari 100

Peraturan Perundang-Undangan Yang

Berkaitan Dengan Listrik

Oleh:

Kelompok 2

Kelas B

Aldhila Liantika M. (R0012004)

Arda Chanaloka Z. (R0012008)

Desi Kurniawati (R0012020)

Dimas Ganung Ashary (R0012024)

Ira Pracinasari (R0012048)

Penny Damayanti (R0012070)

Romadona (R0012086)

Yesi Apriyani (R0012104)

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2014
Kumpulan Peraturan
Perundang-Undangan Yang Berkaitan
Dengan Listrik

1. UU No. 1 Tahun 1970

2. UU No 20 Tahuh 2002

3. UU No.30 Tahun 2009 BAB V


4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 62 Tahun


2012 Tentang Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik

6. SNI 04-0225-2000 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000


(PUIL 2000)

7. Per.Menaker No. 02/1989 - Instalasi Petir

8. Per.Menaker No. 03/1999 - Lif Listrik

9. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 6


Tahun 2012Tentang Ketenagalistrikan Dan Pemanfaatan Energi

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 2


Peraturan
Perundang-Undangan
Yang Berkaitan Dengan
Listrik

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 3


No. Regulasi Pasal/ Bagian Ayat Keterangan

1. SNI 04-0225-2000 2. Persyaratan Dasar 2.1 Proteksi untuk keselamatan


Persyaratan Umum 2.1.2 Proteksi dari kejut listrik

Instalasi Listrik 2000 2.1.2.1 Proteksi dari sentuh langsung


2.1.2.2 Proteksi dari sentuh tak langsung
(PUIL 2000)
2.1.3 Proteksi dari efek termal
2.1.3.1 Penyusunan Instalasi listrik
2.1.4 Proteksi dari arus lebih
2.1.4.1 Keselamatan bagi manusia /
ternak dari arus lebih serta
pengendaliannya
2.1.5 Proteksi dari arus gangguan
2.1.5.1 Fungsi dari penghantar, selain
penghantar aktif, dan bagian lain
2.1.6 Proteksi dari tegangan lebih ditujukan
kepada manusia / hewan
2.2 Proteksi perlengkapan dan instalasi listrik
2.2.1 Perlengkapan listrik
2.2.1.1 2.2.1.3 Pemeriksaan tanda
pengenal yg jelas, Persyaratan untuk
pemasangan dan beban sesuai
kemampuan.
2.2.2 Instalasi listrik
2.2.2.1 -2.2.2.2 Pemeriksaan, pengujian
serta pengoperasian instalasi listrik.
2.3 Perancangan instalasi listrik
2.3.1 Umum
2.3.1.1 tujuan merancang instalasi listrik
2.3.2 Karakteristik suplai
2.3.2.1 - 2.3.2.2 Macam-macam arus dan
jumlah penghantar
2.3.3 Macam kebutuhan akan listrik
2.3.3.1 Penentuan Jumlah dan jenis sirkit
untuk penerangan, pemanasan, daya,
kendali, sinyal, telekomunikasi

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 4


2.3.4 Suplai darurat (perlu diperhatikan)
2.3.5 Kondisi lingkungan
2.3.5.1 Faktor dan parameter lingkungan
2.3.6 Luas penampang penghantar
2.3.6.1 Ukuran penghantar
2.3.6.4 Penentuan Luas penampang
penghantar
2.3.7 Jenis pengawatan dan cara pemasangan
2.3.8 Gawai proteksi
2.3.8.1 Karakteristik gawai proteksi
berdasarkan fungsinya
2.3.9 Kendali darurat
2.3.9.2 pemutusan suplai bila keadaan
bahaya
2.3.10 Gawai pemisah
2.3.11 Pencegahan pengaruh timbal-balik
2.3.11.1 Pengharusan penataan Instalasi
listrik
2.3.12 Keterjangkauan perlengkapan listrik
2.3.12.1 Tujuan perlengkapan listrik
2.3.13 Ruang kerja di sekitar perlengkapan
listrik
2.3.13.1 Bagian yang perlu diperhatikan
2.4 Pemilihan perlengkapan listrik
2.4.2 Karakteristik
2.4.2.1 kesesuaian karakteristik nilai dan
kondisi
2.4.2.2 Tegangan (persyaratan tegangan)
2.4.2.3 Arus ( persyaratan arus)
2.4.2.4 Frekuensi (persyaratan frekuensi)
2.4.2.5 Daya (persyaratan daya)
2.4.3 Kondisi instalasi dan pencegahan
pengaruh yang merusak
2.4.3.1 perhatikan dalam menentukan
jenis, ukuran, tegangan dan
kemampuannya

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 5


2.4.3.2 Kondisi instalasi (pemilihan
perlengkapan listrik dengan kondisi
lingkungan)
2.4.3.3 Pencegahan dari efek yang
merusak
2.4.4 Gawai proteksi
2.4.4.1-2.4.4.2 persyaratan pemutus sirkit
dan Gawai proteks)
2.5 Pemasangan dan verifikasi awal instalasi
listrik
2.5.1.1 Persyaratan pemasangan Instalasi
listrik
2.5.1.2 Persyaratan pengawatan
2.5.1.3 Persyaratan perlengkapan listrik
2.5.1.4 Kondisi dalam proses
pemasangan
2.5.1.5 Perawatan perlengkapan listrik
2.5.2 Penandaan dan polaritas
2.5.3 Pemasangan dan penempatan
perlengkapan listrik
2.5.4 Sambungan listrik
2.5.5 Bagian aktif
2.5.6 Bagian yang menimbulkan percikan api
2.5.7 Nilai resistans isolasi instalasi tegangan
rendah
2.5.8 Pemeriksaan dan pengujian (verifikasi)
2.6 Pemeliharaan
2.6.1 Ruang lingkup
2.6.2 Ketentuan dasar
2. 3. Proteksi untuk 3.2 Proteksi dari kejut listrik
3.2.1 Ruang lingkup (penerapan tindakan yang
keselamatan
sesuai)
3.3 Proteksi dari sentuh langsung maupun tak
langsung (pengertian SELV dan PELV )
3.3.1 Proteksi dengan tegangan ekstra rendah :
SELV dan PELV
3.3.1.1 persyaratan terpenuhinya Proteksi

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 6


dari kejut listrik
3.3.1.2 Sumber untuk SELV dan PELV
3.3.1.3 Susunan sirkit
3.3.1.4 Persyaratan untuk sirkit tegangan
ekstra rendah yang tidak dibumikan
(SELV)
3.3.1.5 Persyaratan untuk sirkit yang
dibumikan (PELV)
3.3.2 Sistem PELV
3.3.2.1 Umum (Kombinasi tindakan)
3.3.2.2 Perlengkapan Proteksi dari sentuh
langsung
3.3.2.3 Perlengkapan Proteksi dari sentuh
tak langsung
3.3.2.4 Tusuk kontak dan kotak kontak
(persyaratan)
3.4 Proteksi dari sentuh langsung (proteksi
dari kejut listrik dalam pelayanan normal
atau proteksi dasar)
a. Pengertian sentuh langsung
b. Cara penanggulangan bahaya
sentuh langsung
c. Pengecualian cara
penaggulangan
3.4.1 Proteksi dengan isolasi bagian aktif
3.4.1.1 Bagian aktif harus seluruhnya
tertutup dengan isolasi yang hanya dapat
dilepas dengan merusaknya.
3.4.2 Proteksi dengan penghalang atau
selungkup
3.4.2.1 Proteksi manusia
3.4.2.4 Syarat pemasangan Penghalang
dan selungkup
3.4.2.5 Beberapa hal untuk membuka /
menutup selungkup
3.4.3 Proteksi dengan rintangan
3.4.3.1Pencegahan terhadap rintangan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 7


3.4.3.2 pelepasan rintangan tanpa kunci
3.4.4 Proteksi dengan penempatan di luar
jangkauan
3.4.4.1 Bagian berbeda potensial yang
dapat terjangkau secara simultan harus
berada di luar jangkauan tangan.
3.4.4.3 penambahan jarak pada benda
konduksi
3.4.5 Proteksi tambahan dengan Gawai
Proteksi Arus Sisa (GPAS)
3.4.6 Kode IP
3.4.6.1 Pengertian Kode IP
3.4.6.2 Susunan kode IP
3.4.6.3 Elemen kode IP dan artinya
3.4.6.4 Contoh penggunaan kode IP
3.5 Proteksi dari sentuh tak langsung
3.5.1 Umum
3.5.1.1 - 3.5.1.2 pengertian Sentuh tak
langsung dan BKT
3.5.1.3 Cara Pencegahan Kegagalan
isolasi
3.5.1.5 Pengertian Tegangan sentuh yang
terlalu tinggi
3.5.2 Cara proteksi
3.5.3 Jenis sistem distribusi
3.5.3.1 Karakteristik sistem distribusi
3.5.3.2 Jenis sistem penghantar aktif
(perhitungannya)
3.5.3.3 Jenis pembumian system
3.5.4 Sistem TN (lihat 3.13) (tiga jenis sistem
TN)
3.5.5 Sistem TT (lihat 3.12)
3.5.6 Sistem IT (lihat 3.14)
3.6 Ketentuan umum bagi proteksi dari
sentuh tak langsung
3.6.1 Penggunaan
3.6.1.1 Tindakan proteksi

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 8


3.6.1.2 Proteksi tidak diperlukan pada
instalasi dan perlengkapan listrik
3.6.2 Pelaksanaan
3.6.2.1 Memilih cara proteksi dan
mengusahakan proteksi yang efektif
3.6.2.2 Syarat Penghantar proteksi
3.6.2.3 Syarat Hubungan penghantar
proteksi melalui kontak tusuk
3.6.2.4 Syarat Perlengkapan listrik yang
memakai isolasi proteksi
3.6.2.5 Syarat perluasan atau
penyambungan instalasi listrik yang
memakai tindakan proteksi
3.6.3 Penghantar ikatan penyama potensial
3.6.3.1 Syarat Penghantar ikatan
penyama potensial.
3.7 Proteksi dengan pemutusan suplai secara
otomatis
3.7.1 Tindakan konvensional yang sesuai
dengan 3.7.1.1 (Pemutusan suplai) dan
3.7.1.2 (Pembumian) diberikan dalam
3.12 hingga 3.14 sesuai jenis pembumian
sistem.
3.7.2 Ikatan penyama potensial
3.7.2.1 Ikatan penyama potensial utama
3.7.2.2 Ikatan penyama potensial
suplemen
3.8 Proteksi dengan menggunakan
perlengkapan kelas II atau dengan isolasi
ekuivalen
3.8.1 Persyaratan Proteksi
3.8.2 Kelas perlengkapan
3.8.2.1 Perlengkapan kelas 0
3.8.2.2 Perlengkapan kelas I
3.8.2.3 Perlengkapan kelas II
3.8.2.4 Perlengkapan kelas III
3.9 Proteksi dengan lokasi tidak konduktif

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 9


3.9.1 Persyaratan BKT
3.9.2 Dalam lokasi yang tidak konduktif tidak
boleh ada penghantar proteksi
3.9.4 Resistans lantai dan dinding
berisolasi pada setiap titik pengukuran
dalam kondisi yang ditentukan pada 3.22
3.9.3 Syarat pada Ayat 3.9.2
3.9.4 Resistans lantai dan dinding berisolasi
pada setiap titik pengukuran dalam
kondisi yang ditentukan pada 3.22
3.9.5 Persyaratan susunan
3.9.6 Persyaratan Tindakan pencegahan
3.10 Proteksi dengan ikatan penyama
potensial lokal bebas bumi
3.10.1 Persyaratan Penghantar ikatan penyama
potensial
3.10.2 Sistem ikatan penyama potensial lokal
tidak boleh sentuh listrik secara langsung
dengan bumi melalui BKT atau melalui
BKE
3.10.3 Tindakan pencegahan
3.11 Proteksi dengan separasi listrik
3.11.2 Persyaratan
3.12 Sistem TT atau sistem Pembumian
Pengaman (sistem PP)
3.13 Sistem TN atau sistem Pembumian
Netral Pengaman (PNP)
3.13.2 Persyaratan
3.14 Sistem IT atau sistem Penghantar
Pengaman (sistem HP)
3.14.2 Persyaratan
3.15 Penggunaan Gawai Proteksi Arus Sisa
(GPAS)
3.15.1 Umum (Pengertian dan pemilihan GPAS)
3.15.2 Persyaratan
3.15.3 Contoh pemasangan Gawai Proteksi Arus
Sisa (GPAS), pada system TN dan TT.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 10


3.16 Luas penampang penghantar proteksi dan
penghantar netral
3.16.1 Luas penampang penghantar proteksi
3.16.2 Luas penampang penghantar fase dan
penghantar netral
3.17 Rekomendasi untuk sistem TT, TN dan
IT
3.18 Peraturan umum untuk elektrode bumi
dan penghantar bumi
3.18.1 Umum (Pengertian Elektrode bumi)
3.18.2 Jenis elektrode bumi (Elektrode pita,
Elektrode batang)
3.18.3 Resistans jenis tanah dan resistans
pembumian
3.18.43. Bahan dan ukuran electrode
18.5 Jenis elektrode lain
3.19 Pemasangan dan susunan elektrode bumi
dan penghantar bumi
3.19.1 Pemasangan dan susunan elektrode bumi
3.19.2 Penghantar bumi
3.20 Resistans isolasi suatu instalasi listrik
tegangan rendah
3.20.1 Pengertian Resistans isolasi
3.20.2 Cara pengukuran Resistans isolasi
3.20.3 Hasil perbandingan resistans isolasi yang
diukur dengan nilai tegangan uji
3.21 Pengujian sistem proteksi yang memakai
penghantar proteksi
3.21.1 Umum (Pengujian terhadap semua sistem
proteksi)
3.21.2 Pemeriksaan awal
3.21.3 Pengukuran dan pengujian
3.22 Pengukuran resistans isolasi lantai dan
dinding berkaitan dengan proteksi dengan
lokasi tidak konduktif.
3.22.1 Definisi dan nilai isolasi lantai dan
dinding

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 11


3.22.2 Pengukuran isolasi lantai dan dinding
3.23 Proteksi dari efek termal
3.23.1 Umum (perlengkapan listrik harus diberi
proteksi dari efek panas)
3.23.2 Proteksi dari kebakaran
3.23.3 Proteksi dari luka bakar
3.23.4 Proteksi dari panas lebih
3.24 Proteksi dari arus lebih
3.24.1 Umum (persyaratan Penghantar aktif)
3.24.2 Sifat gawai proteksi
3.24.3 Proteksi dari arus beban lebih
3.24.4 Proteksi dari arus hubung pendek
3.24.5 Koordinasi proteksi beban lebih dan
hubung pendek
3.24.6 Pembatasan arus lebih dengan
karakteristik suplai
3.25 Proteksi instalasi listrik dari tegangan
lebih akibat petir
3.25.2 Persyaratan (Proteksi instalasi listrik
4. 4 Perancangan
yang dihubungkan dengan penghantar
instalasi listrik saluran udara tegangan rendah)
4.1 Persyaratan umum
4.1.1 Ketentuan umum (persyaratan rancangan
instalasi listrik)
4.1.2 Ketentuan rancangan instalasi listrik
4.2.2 Ukuran dan jenis kabel dan penghantar
4.2.3 Susut tegangan
4.2.4 Batas suhu
4.2.5 Sambungan penghantar parallel
4.2.6 Arus pengenal gawai pengendali
4.2.7 Arus pengenal dan jenis gawai proteksi
4.2.8 Arus pengenal gawai proteksi
4.2.9 Pembatas arus gangguan
4.3 Cara perhitungan kebutuhan maksimum
di sirkit utama konsumen dan sirkit
Cabang
4.3.1 Cara menentukan kebutuhan maksimum

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 12


4.3.2 Perhitungan kebutuhan maksimum di
sirkit utama konsumen dan sirkit cabang
4.3.3 Penentuan kebutuhan maksimum dengan
penaksiran
4.3.4 Penentuan kebutuhan maksimum sirkit
utama konsumen dan sirkit cabang
dengan cara pengukuran atau pembatasan
4.3.5 Kebutuhan maksimum sirkit akhir
4.3.6 Sirkit akhir terpisah yang diperlukan
4.4 Jumlah titik beban dalam tiap sirkit akhir
4.4.1 Jumlah titik beban maksimum dalam tiap
sirkit akhir
4.4.2 Jumlah titik per sirkit akhir sirkit akhir
untuk aplikasi khusus dalam instalasi
bukan rumah
4.5 Sirkit utama konsumen
4.5.1 Penampang minimum
4.5.2 Sistem pengawatan
4.6 Susunan sirkit cabang dan sirkit akhir
4.6.1 Titik awal dari sirkit cabang dan sirkit
akhir
4.6.2 Penampang minimum sirkit
4.6.3 Penurunan kemampuan hantar arus di
sirkit cabang
4.6.4 Penurunan kemampuan hantar arus di
sirkit akhir
4.7 Penghantar netral bersama
4.7.1 Sirkit utama konsumen dan sirkit cabang
4.7.2 Sirkit akhir
4.8 Pengendalian sirkit yang netralnya
dibumikan langsung
4.8.1 Sakelar utama
4.8.2 Sakelar tambahan
4.8.3 Penyambungan sakelar utama
4.9 Proteksi sirkit yang netralnya dibumikan
langsung
4.9.1 Sirkit cabang dan sirkit akhir

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 13


4.9.2 Sirkit kendali
4.9.3 Pengaman lebur di penghantar netral
4.10 Pengendalian dan proteksi sirkit yang
netralnya dibumikan tidak langsung
4.11 Perlengkapan pengendalian api dan asap
kebakaran, perlengkapan evakuasi
darurat dan lif
4.11.1 Umum (Persyaratan ini dimaksud untuk
menjamin agar suplai listrik ke
perlengkapan yang diperlukan untuk
beroperasi dalam keadaan darurat, tidak
terputus karena tidak sengaja)
4.11.2 Perlengkapan penting (pengendalian api
dan asap kebakaran, evakuasi dan Lif )
4.11.3 Sakelar utama
4.11.4 Susunan
4.11.5 Pemberian tanda
4.11.6 Sistem pengawatan
4.11.7 Pemisahan
4.11.8 Persyaratan tambahan bagi motor pompa
kebakaran
4.12 Sakelar dan pemutus sirkit
4.12.1 Operasi
4.12.2 Sakelar di penghantar netral
4.13 Lokasi dan pencapaian PHB
4.13.1 Lokasi PHB
4.13.2 Pencapaian PHB
5. 5 Perlengkapan listrik
4.13.3 Jalan masuk ke dalam selungkup PHB
4.13.4 Jalan keluar dari daerah PHB

5.1 Ketentuan umum


5.1.1 Syarat umum
5.1.2 Proteksi dari gejala api
5.1.3 Perlengkapan
5.1.4 Bagian aktif
5.1.5 Proteksi dari tegangan sentuh
5.1.6 Proteksi terhadap tegangan lebih

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 14


5.1.7 Pengamanan gagang
5.1.8 Pelayanan
5.1.9 Pemberian tanda
5.2 Pengawatan perlengkapan listrik
5.2.1 Kabel fleksibel
5.2.2 Kabel lampu
5.3 Armatur penerangan, fiting lampu, lampu
dan roset
5.3.1 Proteksi terhadap sentuh langsung dan
tak langsung
5.3.2 Pembumian
5.3.3 Persyaratan dalam keadaan khusus
5.3.4 Syarat kotak sambung dan kap armature
5.3.5 Penunjang armature
5.3.6 Perkawatan armatur
5.3.7 Konstruksi
5.3.8 Fiting lampu dengan sakelar
5.3.10 Lampu dan perlengkapan bantu
5.3.11 Lampu tabung gas
5.3.12 Roset
5.4 Tusuk kontak dan kotak kontak
5.4.1 Konstruksi tusuk kontak
5.4.2 Ketentuan yang berkaitan dengan
keadaan lingkungan
5.5 Motor, sirkit dan kendali
5.5.1 Syarat umum
5.5.2 Keadaan lingkungan
5.5.3 Sirkit motor
5.5.4 Proteksi beban lebih
5.5.5 Proteksi hubung pendek sirkit motor
5.5.6 Proteksi hubung pendek sirkit cabang
5.5.7 Kendali
5.5.8 Sarana pemutus
5.5.9 Tegangan di atas 1000 V
5.5.10 Pencegahan terhadap sentuhan langsung
5.5.11 Pembumian
5.6 Generator

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 15


5.7 Peranti randah
5.7.1 Kabel penghubung pada terminal
5.7.2 Pembumian
5.8 Transformator dan gardu transformator
5.8. 1 Umum
5.8.2 Ketentuan khusus yang dapat berlaku
pada bermacam-macam transformator
5.8.3 Ketentuan untuk kubu transformator
5.9 Akumulator
5.9.1 Ruang lingkup dan definisi
5.9.2 Perkawatan
5.9.3 Penyekatan dan isolasi
5.9.4 Rak dan baki
5.9.5 Ruang akumulator
5.9.6 Pengisi akumulator
5.9.7 Pemberian tanda
5.10 Kapasitor
5.10.1 Instalasi
5.10.2 Penghantar
5.10.3 Pemasangan
5.10.4 Pembumian dan perlindungan
5.10.5 Pemberian tanda
5.11 Resistor dan reactor
5.12 Peranti pemanas
5.12.1 Peranti pemanas harus dirancang,
dipasang, dihubungkan, dan/atau
dilindungi sedemikian rupa.
5.12.2 Bahan peranti pemanas harus memenuhi
ketentuan
5.12.3 Pembumian
5.12.4 Pemberian tanda
5.12.5 Lengkapan
5.12.6 Konstruksi
5.12.7 Gawai pembatas
5.12.8 Pemanas zat cair
5.12.9 Keadaan ruang
5.13 Perlengkapan pemanas induksi dan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 16


dielektrik
5.13.1 Ruang lingkup dan umum
5.13.2 Perlengkapan motor generator
5.13.3 Perlengkapan bukan motor generator
5.13.4 Perlindungan, pembumian dan penandaan
5.14 Pemanfaat dengan penggerak
elektromekanis
5.15 Mesin las listrik
5.15.2 Mesin las busur listrik yang
menggunakan transformator, penyearah,
dan motor generator
5.15.3 Mesin las resistans
5.16 Mesin perkakas
5.16.2 Penghantar
5.17 Perlengkapan sinar X
5.17.2 Kendali
5.17.3 Transformator dan kapasitor
5.17.4 Perlindungan dan pembumian
5.18 Lampu busur

6.
6. Perlengkapan 6.1 Ruang lingkup
Hubung Bagi dan
6.1.1 Bab ini mengatur persyaratan PHB
Kendali (PHB)
yang meliputi, pemasangan, sirkit,
serta komponennya
ruang
pelayanan, penandaan untuk semua
jenis PHB, baik tertutup, terbuka, dan
pasangan dalam,
maupun pasangan luar.
6.1.2 Bab ini mengatur juga persyaratan
khusus untuk komponen yang
merupakan bagian
PHB.
6.2 Ketentuan umum
6.2.1 Penataan PHB
6.2.2 Ruang pelayanan dan ruang bebas
sekitar PHB pemeriksaan, perbaikan,

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 17


pelayanan dan lalulintas dapat
dilakukan dengan mudah dan aman.
6.2.3 Penandaan
6.2.4 Pemasangan sakelar masuk
6.2.5 Pemasangan sakelar keluar
6.2.6 Pengelompokan perlengkapan sirkit
6.2.7 Penempatan pengaman lebur, sakelar,
dan rel
6.2.8 Pemasangan pemisah
6.2.9 Jarak minimum antar bagian yang
telanjang
6.3 Perlengkapan Hubung Bagi dan
Kendali (PHB) tertutup
6.3.1 Umum
6.3.2 PHB tertutup pasangan dalam
6.3.3 PHB tertutup pasangan luar
6.4 Perlengkapan Hubung Bagi dan
Kendali (PHB) terbuka
6.4.1 Syarat umum
6.4.2 PHB terbuka pasangan dalam
6.4.3 PHB terbuka pasangan luar
6.5 Lemari hubung bagi, kotak hubung
bagi dan meja hubung bagi
6.5.1 Bentuk
6.5.2 Pemasangan
6.5.3 Konstruksi lemari dan panelnya
6.6 Komponen yang dipasang pada
Perlengkapan Hubung Bagi dan
Kendali (PHB)
6.6.1 Syarat umum
6.6.2 Sakelar, pemisah, pengaman lebur dan
pemutus
6.6.3 Instrumen ukur dan indikator

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 18


6.6.4 Penghantar rel
6.6.5 Komponen gawai kendali
6.6.6 Terminal dan sepatu kabel

7. 7. Penghantar dan 7.1 Umum


pemasangannya 7.1.1 Persyaratan umum penghantar
7.1.2 Kabel
7.1.3 Kabel tanah
7.1.4 Penghantar udara di sekitar bangunan
7.1.5 Penghantar jenis lain
7.2 Identifikasi penghantar dengan warna
7.2.1 Ketentuan umum
7.2.2 Penggunaan warna loreng hijau-
kuning
7.2.3 Penggunaan warna biru
7.2.4 Penggunaan warna untuk pengawatan
dengan kabel berinti tunggal
7.2.5 Pengenal untuk inti atau rel
7.2.6 Warna untuk kabel berselubung
berinti tunggal
7.2.7 Warna selubung kabel
7.3 Pembebanan penghantar
7.3.1 Pembebanan terus menerus kabel
instalasi dengan isolasi tunggal
7.3.2 Pembebanan terus menerus kabel
instalasi dengan isolasi dan selubung
PVC
dan kabel fleksibel
7.3.3 Pembebanan terus menerus dan
proteksi kabel berisolasi dan
berselubung
jenis lain
7.3.4 Pembebanan terus menerus kabel
tanah berisolasi PVC

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 19


7.3.5 Pembebanan terus menerus kabel
tanah berisolasi kertas, berpelindung
logam
(timbal atau aluminium)
7.3.6 Pembebanan terus menerus kabel
tanah berisolasi XLPE
7.3.7 Pembebanan terus menerus
penghantar udara di luar bangunan
7.4 Pembebanan penghantar dalam
keadaan khusus
7.4.1 Definisi
7.4.2 Perhitungan pembebanan singkat dan
intermiten
7.5 Proteksi arus lebih
7.5.1 Ketentuan umum
7.5.2 Penempatan gawai proteksi arus lebih
7.5.3 Penempatan gawai proteksi arus
hubung pendek
7.5.4 Proteksi penghantar yang
dihubungkan paralel
7.6 Proteksi penghantar dari kerusakan
karena suhu yang sangat tinggi atau
7.7 sangat rendah
7.7.1 Proteksi sirkit listrik
7.5.4 Sirkit penerangan
Proteksi penghantar yang
7.6 dihubungkan paralel
Proteksi penghantar dari kerusakan
7.7 karena suhu yang sangat tinggi atau
7.7.1 sangat rendah
7.8 Proteksi sirkit listrik
7.8.1 Sirkit penerangan
7.8.2 Isolator, pipa instalasi dan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 20


7.8.3 lengkapannya
7.8.4 Umum
7.8.5 Isolator
7.9 Pipa instalasi
7.9.1 Pemasangan isolator
7.9.2 Memasang pipa instalasi
7.9.3 Jalur pengantar
7.9.4 Umum
7.9.5 Jenis jalur pengantar
7.10 Penggunaan
Syarat umum
7.10.1 Syarat penerangan
7.10.2 Syarat umum pemasangan penghantar
(sampai dengan 1.000 volt)
Daerah penggunaan
Pemasangan penghantar harus
7.10.3 dilaksanakan demikian rupa sehingga
tercapai suatu keseluruhan yang baik
dan aman serta kelangsungan kerja
terjamin.
Pemasangan penghantar harus
dilaksanakan demikian rupa sehingga
7.10.4 instalasi itu tahan terhadap pengaruh
gaya elektrodinamik dan pembebanan
termis yang merusak akibat arus
hubung pendek yang mungkin timbul.
Untuk melaksanakan pemasangan
yang baik, harus dipilih penghantar
7.10.5 yang
memenuhi persyaratan ditinjau dari
KHA, kekuatan isolasi, dan
pembebanan mekanis sesuai Tabel-
tabel 7.1.3, 7.1.4, 7.1.5, 7.1.6, 7.1.7

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 21


dan 7.1.10.
Penghantar harus dilindungi terhadap
kerusakan mekanis dengan cara
7.10.6 pemasangannya yang tepat atau
dengan selubung khusus. Pada jarak
yang masih
terjangkau oleh tangan, penghantar
harus diberi perlindungan yang
memenuhi syarat
7.10.7 terhadap kerusakan mekanis, kecuali
pada tempat tertutup.
Penghantar yang boleh dipasang di
dalam pipa instalasi ialah penghantar
7.10.8 berisolasi dengan bahan isolasi yang
sesuai dengan keperluan itu dan
dengan kemampuan
isolasi yang cukup, sesuai yang
tercantum pada Tabel 7.1.3.
Yang boleh dipasang di dalam tanah
atau di dalam air hanya kabel yang
dibuat
khusus untuk itu (lihat Tabel 7.1-5 dan
7.10.9 7.1-6).
Kabel instalasi (misalnya NYM) di
dalam dan di bawah plesteran, pada
atau di
atas langit-langit dan di dalam dinding
7.10.10 berongga dapat dianggap sebagai
instalasi di luar jangkauan tangan serta
dianggap telah dilindungi secara
mekanis. Di tempat-tempat tersebut di
atas, kabel instalasi harus dipasang
7.10.11 tegak lurus atau mendatar.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 22


Pada pemasangan kabel berisolasi dan
berinti tunggal (misalnya kabel rumah
NYA) di dalam pipa, yang boleh
dipasang di dalam suatu pipa hanya
7.10.12 kabel dari satu sirkit daya dan atau
sirkit bantu.
Pada pemasangan kabel atau kabel
tanah yang berinti banyak, boleh
dipasang
lebih dari satu sirkit daya dalam satu
pipa instalasi, berikut sirkit bantu yang
7.10.13 diperuntukkanbagi sirkit daya itu.
Kalau sirkit bantu dipasang terpisah
dari sirkit daya, maka penghantar dari
beberapa sirkit bantu tersebut boleh
disatukan di dalam satu pipa atau
7.10.14 dipakai kabel tanah berinti banyak.
Apabila beberapa sirkit daya yang
dipasang di dalam satu pipa
mempunyai
tegangan yang berbeda-beda, maka
kabel atau kabel tanah berinti banyak
yang digunakan untuk itu haruslah
dipilih dari yang sesuai dengan
tegangan kerja yang tertinggi.
7.10.15 Penghantar satu sirkit daya tidak boleh
dibagi ke dalam beberapa pipa, kabel
atau
kabel tanah berinti banyak yang
berbeda-beda, yang mengandung juga
sirkit daya yang lain.
Pada pemasangan kabel berinti
banyak, penghantar netral dari suatu

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 23


7.10.16 sirkit tidak
boleh digunakan sebagai penghantar
netral sirkit yang lain, kecuali pada
perlengkapan
hubung bagi asalkan luas penampang
7.10.17 penghantar netral itu minimum sama
dengan jumlah luas penampang
normal dari penghantar netral masing-
masing sirkit daya.
Beberapa sirkit daya selama tidak
terpotong penghantarnya boleh
dilewatkan
bersama-sama melalui satu kontak
tarik tanpa menggunakan isolasi
7.10.18 pemisah. Isolasi pemisah diperlukan
pada kotak tarik tersebut bila
dilakukan penyambungan sirkit daya
termaksud di atas. Untuk itu harus
7.10.19 diperhatikan ketentuan 7.11.1.2.
Sambungan kabel, selubung logam,
pelindung konsentris dan lapisan
pelindung
mekanis harus saling
dihubunghantarkan dengan baik,
kecuali bila disyaratkan bahwa gawai-
gawai itu dipisahkan.
Pada pencabangan atau
penyambungan dari penghantar yang
selubung atau
pelindung logamnya dibumikan,
pelindung logam tersebut harus
7.10.20 dihubunghantarkan dengan baik,
kecuali jika masing-masing bagian

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 24


dari selubung atau pelindung logam
itu telah dibumikan dengan baik pada
kedua sisi pencabangan atau
penyambungannya.
7.10.21 Bumi tidak boleh sekali-kali
digunakan sebagai penghantar balik
untuk instalasi
arus kuat, untuk hal semacam itu harus
digunakan penghantar tersendiri
Di dalam bangunan pada persilangan
7.10.22 atau pendekatan antara kabel arus kuat
dan
kabel arus lemah harus diambil
tindakan untuk melindungi penghantar
listrik arus lemah (telekomunikasi)
terhadap pengaruh yang berbahaya
atau merusak dengan membuat jarak
minimum sebesar 1 cm atau dengan
satu dinding pemisah. Klem dari
7.10.23 instalasi arus kuat dan arus lemah
yang letaknya berdekatan harus di
susun terpisah dan diletakkan
demikian rupa
sehingga mudah dibedakan yang satu
dengan yang lain.
7.10.24 Di luar bangunan penghantar listrik
arus kuat dan bagian konstruksi yang
bersangkutan, sedapat mungkin
7.10.25 berjarak minimum 1 m dari
penghantar listrik arus lemah
(telekomunikasi) yang tidak dilindungi
oleh pelindung elektromagnetik.
Sistem penghantar penyalur arus harus

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 25


merupakan sirkit yang tidak terputus.
Pipa
gas, pipa air, bumi, dan benda logam
lain yang kegunaan utamanya bukan
untuk penyalur arus tidak
7.11 diperbolehkan dipakai sebagai
7.11.1 pengganti penyalur arus.
7.11.2 Penghantar netral atau penghantar nol
7.11.3 sistem penghantar penyalur arus
7.11.4 dalam
bangunan pada seluruh panjangnya
7.11.5 harus berisolasi, yang memenuhi
7.12 ketentuan yang sama dengan yang
7.12.1 disyaratkan untuk penghantar kutub
7.12.2 atau penghantar fase dari sistem yang
7.12.3 bersangkutan, kecuali jika penghantar
7.12.4 kutub atau penghantar fase ini juga
7.12.5 tidak berisolasi.
7.12.6 Penghantar netral dan penghantar nol
7.13 dalam bangunan, termasuk pula semua
penghantar cabang yang dihubungkan
7.13.1 padanya harus dapat dikenal secara
jelas dan seragam pada seluruh
7.13.2 panjangnya sesuai dengan 7.2.2 dan
7.2.3.
Pada penghantar netral atau
penghantar nol tidak boleh dipasang
sakelar, kecuali
7.13.3 sesuai dengan 4.12.2.
Penghantar yang terpasang akan tetapi
tidak dipakai lagi, harus dibebaskan
dari
7.13.4 sumber tegangan. Penghantar tersebut

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 26


tidak boleh tinggal bersama-sama
dengan
penghantar yang masih bertegangan,
7.13.5 kecuali jika kedua ujungnya diproteksi
secara baik dari sentuh langsung
(misalnya ujung kabelnya ditutup
dengan isolasi secara baik atau
7.13.6 dihubungkan dengan klem yang
tertutup).
Sambungan dan hubungan
Umum
Sambungan kabel dan kabel tanah
Cara menghubungkan
Hubungan kabel instalasi permanen
7.13.7 dengan perlengkapan listrik
Penutupan ujung kabel tanah yang
terbuka
Instalasi dalam bangunan
Kabel rumah tanpa selubung
Kabel instalasi berselubung
Pemasangan kabel instalasi pipih
7.13.8 Penghantar telanjang
Pemasangan kabel instalasi yang
fleksibel
Pemasangan kabel fleksibel
Pemasangan penghantar dalam pipa
instalasi
7.13.9 Hanya kabel rumah yang tidak rusak
boleh dipasang di dalam pipa instalasi.
Di dalam pipa instalasi tidak boleh ada
sambungan penghantar;
penyambungan
penghantar ini harus dilaksanakan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 27


dalam kotak sambung atau kotak
cabang yang
diperuntukkan bagi maksud itu.
Kabel rumah berisolasi karet (NGA)
dan berisolasi PVC (NYA) harus
dipasang di
7.14 dalam pipa instalasi; jika tidak, maka
7.14.1 harus ditempuh cara-cara tersebut
dalam 7.12.1.
Kabel rumah dan kabel instalasi hanya
boleh dimasukkan/ditarik ke dalam
pipa
instalasi setelah pipa untuk setiap
sirkit daya terpasang lengkap.
7.14.2 Kabel rumah dan kabel instalasi tidak
boleh dipasang dalam pipa sebelum
pekerjaan kasar, antara lain
pembetonan dan plesteran,
diselesaikan.
Jumlah kabel rumah berisolasi karet
(NGA) dan berisolasi PVC (NYA)
7.14.3 yang
dipasang dalam pipa, harus
memungkinkan penarikan dengan
mudah. Jumlah kabel rumah
tersebut, tidak boleh melebihi apa
7.14.4 yang tercantum dalam Tabel 7.8-1 dan
7.8-2.
Untuk macam kabel rumah tersebut
yang mempunyai diameter luar lebih
besar
dari apa yang terdapat dalam tabel,
jumlahnya harus dikurangi sehingga

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 28


penarikan yang dimaksud di atas dapat
dilakukan dengan mudah, dengan
7.15 memperhatikan 7.13.1.8.
7.15.1 Untuk jenis penghantar, yang
7.15.2 ukurannya tidak tercantum dalam
Tabel 7.8-1 dan
7.8-2, jumlah dan ukuran penghantar
7.15.3 yang boleh dimasukkan dalam satu
pipa instalasi
7.15.4 harus ditentukan sehingga faktor
pengisian tidak lebih dari ketentuan
Kabel rumah dari sistem arus bolak-
7.15.5 balik yang dipasang di dalam pipa
yang
7.15.6 bersifat magnetis (misalnya: pipa
7.16 instalasi dari baja) harus
dikelompokkan sehingga kabel rumah
7.16.1 yang tersebut di bawah ini berada
7.16.2 dalam pipa yang sama :
7.16.3 Pada sistem fase tiga : Kabel rumah
dari ketiga fase dan kawat netralnya
7.16.4 (kalau ada)
Pada sistem fase dua :Kabel rumah
7.16.4 dari kedua fase dan kawat netralnya
(kalau ada)
Pada sistem fase tunggal : Kabel
7.16.6 rumah dari fase dan kawat netralnya.
Penghantar seret dan penghantar
7.16.7 kontak
7.16.8 Penghantar telanjang yang
bertegangan dari penghantar seret dan
7.16.9 penghantar
kontak dan bagian telanjang yang

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 29


7.16.10 tergolong di dalamnya, harus
dilindungi secara baik dan tepat dari
7.17 sentuhan, dengan cara pemasangannya
atau dengan pertolongan perlengkapan
khusus.
Di tempat yang dekat dan mudah
terlihat dari penghantar seret dan
penghantar
kontak harus terdapat perlengkapan
pengaman yang dapat dilayani dari
bawah, yang dapat membuat
penghantar tersebut bebas tegangan
dan mem-pertahankannya tetap bebas
tegangan.
Jika penghantar seret dan penghantar
kontak terbagi dalam dua bagian atau
lebih
maka masing-masing bagian harus
dapat dibuat bebas tegangan dan
dipertahankan tetap bebas tegangan.
Kedudukan kerja sakelar bagian atau
pemisah bagian harus dapat dilihat
jelas dari tempat pelayanannya,
sedang kedudukan terbukanya harus
dapat dijamin dengan cara
menguncinya atau cara lain yang
sekurang-kurangnya sederajat, dan
anak kuncinya diserahkan kepada
pegawai ahli yang bertanggung jawab
dan ditugaskan untuk itu.
Pemasangan kabel tanah
Umum
Persilangan dan pendekatan kabel

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 30


tanah dengan kabel tanah instalasi
telekomunikasi
Persilangan dan pendekatan kabel
tanah dengan jalan kereta rel dan jalan
raya
Persilangan dan pendekatan kabel
tanah dengan saluran air dan bangunan
Pengairan
Pendekatan kabel tanah dengan
instalasi listrik di atas tanah
Kabel tanah yang keluar dari tanah
Pemasangan penghantar udara di
sekitar bangunan
Umum
Penghantar udara
Jarak penghantar udara tegangan
rendah dengan tanah dan dengan
benda lain
Penghantar udara telanjang tegangan
rendah di atas atap bangunan
Proteksi penghantar udara tegangan
rendah dari hubung pendek, tegangan
lebih dan beban mekanis
Perlindungan terhadap gas, uap dan
lain-lain
Kawat tambat dan tiang sangga
Penghantar udara berisolasi dipasang
pada tembok dan lain-lain
Jarak bagian konstruksi penghantar
udara terhadap kabel tanah
Penghantar udara yang tidak bekerja
atau yang tidak digunakan
Pemasangan penghantar khusus

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 31


8. 8. Ketentuan untuk 8.1 Ruang lingkup
berbagai ruang dan 8.2 Ruang kerja listrik
instalasi khusus 8.2.1 Umum
8.2.2 Perlindungan
8.2.3 Instalasi
8.3 Ruang kerja listrik terkunci
8.3.1 Umum
8.4 Ruang uji bahan listrik dan
8.4.1 laboratorium listrik
8.4.2 Umum
8.4.3 Instalasi
8.5 Ruang dengan bahaya kebakaran dan
ledakan
8.5.1 Umum
8.5.2 Klasifikasi ruang
8.5.3 Kelompok perlengkapan
8.5.4 Penggunaan dan penandaan
8.5.5 Pemilihan perlengkapan listrik
8.5.6 Perlengkapan yang digunakan dalam
setiap zone
8.5.7 Proteksi dari pembusuran yang
membahayakan
8.5.8 Penyama potensial
8.5.9 Sistem pengawatan
8.5.10 Sistem kabel
8.5.11 Sistem konduit untuk selungkup tahan
8.5.12 api
8.6 Tanda
8.6.1 Ruang lembab termasuk ruang
8.6.2 pendingin
8.7 Ruang lembab
8.8 Ruang pendingin
8.8.1 Ruang sangat panas
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 32
8.8.2 Ruang berdebu
Definisi
8.9 Ruang berdebu merujuk ke Publikasi
IEC 1241-1-2, 1241-2-1 dan 1241-2-2
8.9.1 Ruang dengan gas, bahan atau debu
yang korosif
Untuk ruang dengan gas atau debu
yang korosif mengacu ke Publikasi
8.9.2 IEC 1241-1-1, IEC 1241-1-2, IEC
1241-2-1 dan IEC 1241-2-2.
Mesin, pesawat, dan penghantar
listrik, serta pelindung yang
bersangkutan harus
didesain, dilindungi, dipasang dan
8.10 dihubungkan sedemikian rupa
8.10.1 sehingga tahan terhadap pengaruh
8.10.2 yang merusak dari bahan, debu, atau
8.10.3 gas yang korosif itu.
8.10.4 Ruang radiasi
8.10.5 Ruang sinar X
8.10.6 Ruang radiasi tinggi
8.10.7 Ruang mikroskop elektron
8.11 Sel radioaktif
8.11.1 Ruang gama
Ruang linac (linear accelerator)
8.11.2 Ruang neutron
8.11.3 Perusahaan kasar
8.12 Perlengkapan Hubung Bagi dan
Kendali (PHB)
8.12.1 Penghantar
8.12.2 Peranti lain
8.13 Pekerjaan dalam ketel uap, tangki dan
bejana logam lainnya
8.13.1 Batas tegangan dan pembumian
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 33
Penghantar
Peluncur, dok, galangan kapal dan
sebagainya
8.13.2 Jika pada peluncur, dok, galangan
kapal dan sebagainya, digunakan
tenaga listrik,
badan kapal dari logam harus
8.13.3 dibumikan dengan baik.
Untuk pemasangan instalasi listrik
8.13.4 pada peluncur, dok, galangan kapal
dan
sebagainya, berlaku ketentuan dalam
8.6 dan 8.11.
Untuk penghantar mesin dan pesawat
8.14 randah berlaku juga ketentuan dalam
8.14.1 8.12.
8.14.2 Ketentuan dalam 8.13.3.1 tidak
8.14.3 berlaku untuk penghantar mesin dan
pesawat
8.15 randah, yang dipasang untuk waktu
8.15.1 lama pada suatu tempat dan di luar
8.16 jangkauan tangan.
Derek dan lif listrik
Pencegahan bahaya tegangan sentuh
8.16.1 Instalasi
8.16.2 Perlengkapan Hubung Bagi dan
8.16.3 Kendali (PHB)
8.16.4 Instalasi rumah dan gedung khusus
8.16.5 Umum
8.17 Gedung pertunjukan, gedung
8.17.1 pertemuan, musium, pasar, toko dan
8.17.2 gedung umum lainnya
8.17.3 Umum
8.18 Penghantar
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 34
8.18.1 Penerangan ruangan
8.18.2 Penerangan darurat
8.18.3 Perlengkapan listrik
8.19 Instalasi listrik desa
8.19.1 Umum
Instalasi-rumah sederhana di desa
Sambungan Rumah Desa (SRD)
Instalasi sementara
8.19.2 Umum
Penghantar
Penerangan pesta
Instalasi semi permanen
Instalasi semi permanen untuk
tegangan menengah seluruhnya harus
8.20 memenuhi ketentuan umum yang
berlaku untuk tegangan itu.
8.20.1 Instalasi semi permanen untuk
tegangan rendah harus memenuhi
ketentuan yang berlaku untuk instalasi
8.20.2 permanen. Penghantar yang digunakan
sekurang-kurangnya harus dari jenis
penghantar berisolasi karet atau PVC.
Instalasi dalam masa pekerjaan
pembangunan
Sepanjang dalam pasal ini tidak
8.20.3 ditetapkan lain, berlaku 8.18 dengan
memperhatikan 9.13.4.1.
Instalasi listrik di tempat yang lembab,
seperti dalam galian, dalam ruang
8.20.4 bawah
tanah dan sebagainya harus dipasang
sedemikian rupa sehingga instalasi
8.20.5 tidak kena air, dan sedapat mungkin di
luar jangkauan tangan.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 35
Penghantar suplai yang tidak untuk
dipindah-pindahkan sedapat mungkin
8.20.6 harus memenuhi ketentuan umum
yang berlaku.
8.20.7 Bagian luar dari fiting lampu harus
dibuat dari bahan porselin, atau bahan
isolasi
8.20.8 lain yang setara.
Untuk melindungi perlengkapan harus
8.21 dipasang pengaman lebur atau gawai
8.21.1 proteksi lain pada sirkit yang
8.21.2 bersangkutan.
8.21.3 Lemari hubung bagi harus diberi
8.22 perlindungan terhadap percikan air.
8.22.1 Penghantar berisolasi harus dipasang
8.22.2 sedemikian rupa sehingga tidak
8.22.3 mengganggu lalu lintas
8.22.4 orang.Sambungan pada penghantar
8.22.5 berisolasi harus diberi isolasi yang
8.22.6 cukup.
8.22.7 Instalasi generator (genset) darurat
8.23 Umum
8.23.1 Syarat bangunan/ruang
8.23.2 Generator darurat
8.23.3 Instalasi penerangan darurat
8.23.4 Ruang lingkup
8.24.5 Persyaratan pokok
Jenis penerangan
8.24.6 Jenis sistem
Sistem instalasi listrik
8.24.7 Sumber daya darurat
8.24.8 Sistem kendali
Instalasi listrik di dalam kamar mandi
8.24.9 Umum
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 36
8.24 Klasifikasi zone
8.24.1 Proteksi dari kejut listrik
8.25 Ikatan penyama potensial suplemen
8.25.1 Penerapan tindakan proteksi dari kejut
8.25.2 listrik
8.25.3 Pemilihan dan pemasangan
8.25.4 perlengkapan listrik
8.25.5 Pengawatan
8.25.6 Perlengkapan Hubung Bagi dan
8.25.7 Kendali (PHB)
8.25.8 Perlengkapan lain yang dipasang
Instalasi ruang terbuka
Umum
Kolam renang dan kolam lainnya
8.26 Umum
8.26.1 Klasifikasi
8.26.2 Proteksi untuk keselamatan
Persyaratan khusus untuk setiap zone
8.26.3 Pengaruh luar
Pengawetan
8.27 Perlengkapan listrik untuk air mancur
8.27.1 Persyaratan khusus untuk instalasi
8.27.2 perlengkapan listrik tegangan rendah
8.27.3 dalam Zone 1 pada kolam renang dan
8.27.4 juga kolam lainnya.
Penerangan tanda dan penerangan
8.27.5 bentuk
8.27.6 Umum
8.28 Penerangan tanda dan penerangan
bentuk tegangan rendah
Penerangan tanda dan penerangan
bentuk tegangan menengah
Fasilitas pelayanan kesehatan
Ruang lingkup dan klasifikasi ruang
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 37
Cara pengawatan dan perlengkapan
Tindakan proteksi
Tindakan proteksi terhadap bahaya
ledakan dan kebakaran
Catu Daya Pengganti Khusus (CDPK)
Menguji instalasi
Jenis ruang khusus
9. Bagian 9 9.1 Ruang lingkup (meliputi perancangan,
Pengusahaan pembangunan,pemasangan,
instalasi listrik pelayanan, pemeliharaan, pemeriksaan
dan pengujian instalasi listrik serta
9.2 pengamanannya)
9.2.1 Izin
Setiap orang atau badan perancang,
pemasang dan pemeriksa atau penguji
instalasi listrik harus mendapat izin
9.2.2 kerja dari instansi yang berwenang.
Setiap instalasi listrik harus dilengkapi
dengan rancangan instalasi yang
dibuat oleh
9.3 perancang yang mendapat izin kerja
9.4 dari instansi yang berwenang.
9.4.1 Pelaporan
9.4.2 Proteksi pemasangan instalasi listrik
Pencegahan bahaya kebakaran
9.4.3 Perlengkapan listrik yang diperbaiki
9.4.4 atau diganti
9.4.5 Pemeriksaan dan pengujian instalasi
9.4.6 listrik
Pemasangan gambar instalasi
9.5 Pemasangan papan dan tanda
9.5.1 peringatan
9.5.2 Pemasangan instrumen ukur dan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 38


gawai kendali
Pemasangan instalasi listrik
9.5.3 Persyaratan umum (persyaratan
9.5.4 pekerjaan instalasi listrik di luar atau
9.5.5 di dalam gedung)
Perancang, pemasang dan pemeriksa
9.5.6 atau penguji instalasi listrik
9.5.7 Tenaga kerja
9.5.8 Tempat kerja pemasangan instalasi
9.6 listrik
9.6.1 Pamasangan rambu bahaya dan papan
9.6.2 pemberitahuan
Pemeriksaan dan pengujian instalasi
listrik
Uji coba instalasi listrik
9.6.3 Wewenang dan tanggung jawab
Pengaturan instalasi bangunan
bertingkat
Fungsi PHB Utama
9.7 Pada setiap lantai gedung bertingkat
9.7.1 harus dipasang sakelar masuk untuk
pengaturan seluruh instalasi pada
9.7.2 lantai yang bersangkutan.
Pada setiap unit rumah tinggal dari
9.7.3 setiap lantai harus dipasang sakelar
masuk untuk
pengaturan instalasi unit rumah
tinggal tersebut.
Pemasangan kabel tanah
9.8 Sebelum dipasang, kabel tanah harus
diperiksa dahulu
9.8.1 Hal-hal yang harus dilakukan setelah
9.8.2 kabel terpasang dalam parit galian.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 39


Untuk keselamatan manusia dan
9.8.3 keandalan kabel tanah yang sudah
ditanam, sebelum kabel itu diberi
tegangan kerja, resistans isolasinya
9.9 harus diukur dan kabelnya diuji
9.9.1 pada tegangan ujinya.
9.9.2 Pemasangan penghantar udara
9.9.3 tegangan rendah (TR) dan tegangan
9.9.4 menengah (TM)
9.10 Syarat Pada sambungan listrik
9.10.2 berderet
9.10.3 Syarat Untuk menjaga keselamatan
9.10.4 pembongkaran salah satu bangunan
Bangunan berderet yang rapat, seperti
9.10.5 antara lain rumah petak, dikecualikan
9.10.6 dari
9.10.7 ketentuan dalam 9.8.2 di atas.
9.11 Keselamatan dalam pekerjaan
9.11.1 Memasuki ruang kerja listrik
Bekerja pada keadaan tidak
bertegangan
9.11.2 Bekerja pada keadaan bertegangan
Bekerja di dekat instalasi yang
bertegangan
Pelayanan
9.11.3 Petugas pelayanan
9.11.4 Ruang bebas
Pengusahaan instalasi besar (di atas
200 kVA)
9.12 Cara membebaskan tegangan
9.12.1 Mengamankan keadaan tidak
9.12.2 bertegangan
9.12.3 Cara memulihkan tegangan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 40


9.12.4 Hal yang tidak dibenarkan dalam
9.12.5 pelayanan
9.13 Orang yang tidak berwenang dilarang
9.13.1 melayani atau mendekati bagian
9.13.2 instalasi
9.13.3 yang dapat menimbulkan bahaya
9.13.4 Dilarang melayani instalasi listrik
tanpa perintah dari penanggung jawab,
kecuali
dalam keadaan darurat sebagaimana
tersebut pada 9.10.5.2.
Dilarang melayani instalasi listrik
Pada instalasi rumah, seseorang yang
mengerti listrik dapat melayani
instalasi
listrik seorang diri.
Pemeliharaan
Ketentuan
Gejala kerusakan
Penerangan di tempat perlengkapan
listrik
Pengingat
Rambu peringatan
Pemeliharaan ruang dan instalasi
khusus
Ruang dengan bahaya ledakan
Bahan mudah terbakar
Instalasi darurat
Instalasi sementara
SNI 04-0225-2000 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 41


No. Regulasi Pasal Ayat Keterangan
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
1 1 1 Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012 Daerah adalah Provinsi Kalimantan
2 1 2
Tentang Tengah.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Pemerintah Daerah adalah Gubernur,
Nomor 6 Tahun 2012 Bupati/Walikota, dan perangkat daerah
3 1 3
Tentang sebagai unsur penyelenggara
Ketenagalistrikan Dan Pemerintahan Daerah.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Menteri adalah Menteri yang tugas dan
Nomor 6 Tahun 2012
4 4 tanggung jawabnya dibidang
Tentang
ketenagalistrikan dan energi.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012 Gubernur adalah Gubernur
5 Tentang 5 Kalimantan Tengah.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi

Peraturan Daerah Provinsi


Daerah Kabupaten dan Daerah Kota
Kalimantan Tengah
6 6 adalah Daerah Kabupaten dan Daerah
Nomor 6 Tahun 2012
Kota dalam Provinsi Kalimantan
Tentang

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 42


Ketenagalistrikan Dan Tengah.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Bupati/Walikota adalah
Nomor 6 Tahun 2012
7 7 Bupati/Walikota yang berada di
Tentang
wilayah Provinsi Kalimantan Tengah.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Dinas adalah Dinas yang tugas dan
Nomor 6 Tahun 2012 tanggungjawabnya dibidang
8 8
Tentang ketenagalistrikan dan energi di
Ketenagalistrikan Dan Provinsi Kalimantan Tengah.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Kepala Dinas adalah Kepala Dinas
Nomor 6 Tahun 2012 yang tugas dan tanggungjawabnya
9 9
Tentang dibidang ketenagalistrikan dan energi
Ketenagalistrikan Dan di Provinsi Kalimantan Tengah.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Ketenagalistrikan adalah segala
Nomor 6 Tahun 2012 sesuatu yang menyangkut penyediaan
10 10
Tentang dan pemanfaatan tenaga listrik serta
Ketenagalistrikan Dan usaha penunjang tenaga listrik.
Pemanfaatan Energi

Peraturan Daerah Provinsi Tenaga Listrik adalah suatu energi


Kalimantan Tengah sekunder yang dibangkitkan,
Nomor 6 Tahun 2012 ditransmisikan dan distribusikan untuk
11 11
Tentang segala macam keperluan tidak
Ketenagalistrikan Dan termasuk listrik yang dipakai untuk
Pemanfaatan Energi komunikasi elektronika atau isyarat.
Peraturan Daerah Provinsi
Penyediaan Tenaga Listrik adalah
Kalimantan Tengah
12 12 pengadaan tenaga listrik mulai dari
Nomor 6 Tahun 2012
pembangkitan sampai dengan titik
Tentang

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 43


Ketenagalistrikan Dan pemakaian.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012 Pembangkitan Tenaga Listrik adalah
13 13
Tentang kegiatan memproduksi tenaga listrik.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Transmisi Tenaga Listrik adalah
Kalimantan Tengah
penyaluran tenaga listrik dari suatu
Nomor 6 Tahun 2012
14 14 sumber pembangkit ke suatu sistem
Tentang
distribusi atau kepada konsumen atau
Ketenagalistrikan Dan
penyaluran tenaga listrik antar sistem.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Distribusi Tenaga Listrik adalah
Nomor 6 Tahun 2012 penyaluran tenaga listrik dari sistem
15 15
Tentang transmisi atau dari sistem
Ketenagalistrikan Dan pembangkitan kepada konsumen.
Pemanfaatan Energi

Peraturan Daerah Provinsi Sistem Tenaga Listrik adalah


Kalimantan Tengah rangkaian instalasi tenaga listrik dari
Nomor 6 Tahun 2012 pembangkitan, transmisi dan distribusi
16 16
Tentang yang dioperasikan secara serentak
Ketenagalistrikan Dan dalam rangka penyediaan tenaga
Pemanfaatan Energi listrik.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012 Pemanfaatan Tenaga Listrik adalah
17 17
Tentang penggunaan tenaga listrik.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Konsumen adalah setiap orang atau
Kalimantan Tengah
18 18 badan usaha yang menggunakan
Nomor 6 Tahun 2012
tenaga listrik.
Tentang

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 44


Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Penjualan Tenaga Listrik adalah
Nomor 6 Tahun 2012
19 19 kegiatan usaha untuk penjualan tenaga
Tentang
listrik kepada konsumen.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Usaha Penjualan Tenaga Listrik adalah
Kalimantan Tengah
penyelenggaraan kegiatan usaha
Nomor 6 Tahun 2012
20 20 penjualan tenaga listrik kepada
Tentang
konsumen yang tersambung pada
Ketenagalistrikan Dan
tegangan rendah.
Pemanfaatan Energi

Peraturan Daerah Provinsi Harga Jual Tenaga Listrik adalah


Kalimantan Tengah harga tenaga listrik yang disepakati
Nomor 6 Tahun 2012 antara penjual dan pembeli tenaga
21 21
Tentang listrik atau harga tenaga listrik kepada
Ketenagalistrikan Dan konsumen yang ditetapkan oleh
Pemanfaatan Energi Pemerintah Daerah.
Rencana Umum Ketenagalistrikan
Nasional adalah rencana
Peraturan Daerah Provinsi
pengembangan, transmisi dan
Kalimantan Tengah
distribusi tenaga listrik yang meliputi
Nomor 6 Tahun 2012
22 22 bidang pembangkitan, transmisi dan
Tentang
distribusi tenaga listrik yang
Ketenagalistrikan Dan
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
Pemanfaatan Energi
tenaga listrik di suatu wilayah, antar
wilayah atau secara nasional.
Peraturan Daerah Provinsi
Rencana Umum Ketenagalistrikan
Kalimantan Tengah
Daerah adalah rencana pengembangan
Nomor 6 Tahun 2012
23 23 sistem penyediaan tenaga listrik yang
Tentang
meliputi bidang pembangkitan
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
transmisi dan distribusi tenaga listrik

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 45


yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga listrik di suatu
daerah atau antar daerah.

Peraturan Daerah Provinsi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga


Kalimantan Tengah Listrik atau RUPTL adalah pedoman
Nomor 6 Tahun 2012 pelaksanaan penyediaan tenaga listrtik
24 24
Tentang bagi pemegang izin usaha penyedia
Ketenagalistrikan Dan tenaga listrik dan pemegang izin
Pemanfaatan Energi operasi.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Izin Operasi yang selanjutnya
Nomor 6 Tahun 2012 disingkat IO adalah izin untuk
25 25
Tentang melakukan penyediaan tenaga listrik
Ketenagalistrikan Dan untuk kepentingan sendiri.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Izin Usaha Penyedian Tenaga Listrik
Kalimantan Tengah
yang selanjutnya disingkat IUPTL
Nomor 6 Tahun 2012
26 26 adalah izin untuk melakukan usaha
Tentang
penyediaan tenaga listrik untuk
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
kepentingan umum.

Pemegang Izin Usaha Penyediaan

Peraturan Daerah Provinsi Tenaga Listrik yang selanjutnya


Kalimantan Tengah disingkat PIUPTL adalah
Nomor 6 Tahun 2012 BUMN/BUMD, Koperasi, Badan
27 27
Tentang Hukum Swasta, yang telah mendapat
Ketenagalistrikan Dan izin untuk melakukan usaha
Pemanfaatan Energi penyediaan tenaga listrik untuk
kepetingan umum.
Peraturan Daerah Provinsi
Pemegang Izin Operasi untuk
Kalimantan Tengah
kepentingan sendiri yang selanjutnya
Nomor 6 Tahun 2012
28 28 disingkat PIO adalah Koperasi, Badan
Tentang
Hukum Swasta, BUMN/BUMD atau
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Lembaga Negara lainnya yang telah

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 46


mendapat izin operasi dari Kepala
Daerah untuk melakukan usaha
penyediaan tenaga listrik untuk
kepentingan sendiri.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Usaha Penunjang Tenaga Listrik
Nomor 6 Tahun 2012
29 29 adalah usaha yang menunjang
Tentang
penyediaan tenaga listrik.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik
dan Industri Penunjang Tenaga Listrik
adalah usaha yang menunjang
Peraturan Daerah Provinsi
penyediaan tenaga listrik meliputi
Kalimantan Tengah
konsultasi, pembangunan dan
Nomor 6 Tahun 2012
30 30 pemasangan instalasi tenaga listrik,
Tentang
pemeliharaan instalasi tenaga listrik
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
penelitian dan pengembangan,
pendidikan dan pelatihan, usaha jasa
lain yang langsung berkaitan dengan
penyediaan tenaga listrik.
Persyaratan Umum Instalasi Listrik
yang selanjutnya disingkat PUIL
Peraturan Daerah Provinsi
Tahun 2000 adalah hasil
Kalimantan Tengah
penyempurnaan dari Peraturan Umum
Nomor 6 Tahun 2012
31 31 Instalasi Listrik 1987 dengan
Tentang
memperhatikan standar IEC
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
(International Electrotechnical
Commision) dan standar internasional
lainnya yang berkaitan.
Peraturan Daerah Provinsi Pemegang Izin Usaha Penunjang
Kalimantan Tengah Tenaga listrik yang selanjutnya
32 32
Nomor 6 Tahun 2012 disingkat PIUPTL adalah Koperasi,
Tentang Badan Usaha, Badan Usaha

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 47


Ketenagalistrikan Dan Ketenagalistrikan yang telah
Pemanfaatan Energi mendapatkan Izin Usaha Penunjang
Tenaga Listrik.
Konsultasi dalam bidang tenaga listrik
adalah yang berhubungan dengan
penyediaan dan pemanfaatan tenaga
listrik, yang selanjutnya disebut
konsultasi ketenagalistrikan adalah
Peraturan Daerah Provinsi segala kegiatan yang bersifat non fisik
Kalimantan Tengah yang meliputi studi kelayakan
Nomor 6 Tahun 2012 perencanaan, rekayasa, pengawasan,
33 33
Tentang inspeksi dan pengujian di bidang
Ketenagalistrikan Dan
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan
Pemanfaatan Energi
Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan Pemanfaatan
Energipenyediaan dan pemanfaatan
tenaga listrik.
Pembangunan dan Pemasangan
Peraturan Daerah Provinsi
Instalasi Tenaga Listrik adalah segala
Kalimantan Tengah
kegiatan fisik pelaksanaan pekerjaan
Nomor 6 Tahun 2012
34 34 pembangunan dan pemasangan
Tentang
instalasi ketenagalistrikan termasuk
Ketenagalistrikan Dan
pengadaannya yang berdasarkan
Pemanfaatan Energi
kepada perencanaan tertentu
Peraturan Daerah Provinsi
Pengujian Instalasi Tenaga Listrik
Kalimantan Tengah
adalah kegiatan pengukuran dan
Nomor 6 Tahun 2012
35 35 penilaian untuk kerja suatu instalasi
Tentang
hasil pembangunan dan pemasangan
Ketenagalistrikan Dan
termasuk hasil pemeliharaan.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi Konsuil adalah Komite Nasional
36 36
Kalimantan Tengah Keselamatan Untuk Instalasi Tenaga

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 48


Nomor 6 Tahun 2012 Listrik.
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi

Peraturan Daerah Provinsi Laik operasi instalasi adalah kelaikan


Kalimantan Tengah suatu instalasi baik instalasi yang baru
Nomor 6 Tahun 2012 dipasang atau hasil perbaikan atau
37 37
Tentang renovasi baik secara teknis yang
Ketenagalistrikan Dan mengacu pada Standar Nasional
Pemanfaatan Energi Indonesia (SNI).
Pengoperasian Instalasi Tenaga Listrik
Peraturan Daerah Provinsi
adalah kegiatan usaha untuk
Kalimantan Tengah
mengendalikan dan
Nomor 6 Tahun 2012
38 38 mengkoordinasikan antar sistem
Tentang
pembangkitan, transmisi dan distribusi
Ketenagalistrikan Dan
serta membuat rencana pengembangan
Pemanfaatan Energi
sistem tenaga listrik.
Pemeliharaan Instalasi Tenaga Listrik
adalah segala kegiatan yang meliputi
pemeriksaan, perawatan, perbaikan
dan pengujian yang meliputi
pemeriksaan, perawatan, perbaikan
Peraturan Daerah Provinsi
dan pengujian atas instalasi
Kalimantan Tengah
pembangkit jaringan transmisi,
Nomor 6 Tahun 2012
39 39 jaringan distribusi dan instalasi
Tentang
pemanfaatan tenaga listrik, dengan
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
maksud agar instalasi tetap berada
dalam keadaan baik dan bersih
sehingga penggunaanya aman serta
segala gangguan dan
kerusakan dapat diketahui, dicegah
dan diperkecil.
Peraturan Daerah Provinsi
40 40 Penelitian dan Pengembangan adalah
Kalimantan Tengah

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 49


Nomor 6 Tahun 2012 kegiatan yang mencakup penelitian
Tentang dan pengembangan teknologi untuk
Ketenagalistrikan Dan memperbaiki mutu dan meningkatkan
Pemanfaatan Energi
kemampuan secara ekonomi atas
peralatan atau instalasi
ketenagalistrikan dalam rangka
penyediaan dan pemanfaatan tenaga
listrik.

Peraturan Daerah Provinsi Perencanaan adalah suatu kegiatan


Kalimantan Tengah membuat rancangan yang berupa suatu
Nomor 6 Tahun 2012 berkas gambar instalasi dan uraian
41 41
Tentang teknik yang digunakan sebagai dasar
Ketenagalistrikan Dan untuk melaksanakan pembangunan
Pemanfaatan Energi dan pemasangan instalasi.

Peraturan Daerah Provinsi Instalasi Tenaga Listrik adalah


Kalimantan Tengah bangunan sipil, elektromekanik, mesin,
Nomor 6 Tahun 2012 peralatan, saluran dan perlengkapan
42 42
Tentang yang di gunakan untuk pembangkitan,
Ketenagalistrikan Dan konversi transformasi, distribusi dan
Pemanfaatan Energi pemanfaatan tenaga listrik.
Tenaga Teknik adalah orang yang

Peraturan Daerah Provinsi mempunyai sertifikat keahlian khusus


Kalimantan Tengah yang diperlukan dalam pelaksanaan
Nomor 6 Tahun 2012 pekerjaan, konsultasi, pembangunan
43 43
Tentang dan pemasangan atau pemeliharaan
Ketenagalistrikan Dan instalasi ketenagalistrikan yang
Pemanfaatan Energi berhubungan dengan penyediaan dan
pemanfaatan tenaga listrik.
Peraturan Daerah Provinsi
Lembaga Sertifikasi adalah lembaga
Kalimantan Tengah
yang telah diakreditasi oleh instansi
Nomor 6 Tahun 2012
44 44 yang berwenang dalam rangka
Tentang
penerbitan sertifikat keahlian,
Ketenagalistrikan Dan
sertifikasi keterangan dan sertifikat
Pemanfaatan Energi

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 50


operasi.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Jaringan Distribusi adalah jaringan
Nomor 6 Tahun 2012
45 45 tenaga listrik yang bertegangan kerja
Tentang
sampai dengan 35000 Volt.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Jaringan Transmisi adalah jaringan
Nomor 6 Tahun 2012
46 46 tegangan listrik yang bertegangan
Tentang
kerja di atas 35000 Volt.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Pembangkit adalah pembangkit tenaga
Kalimantan Tengah
listrik termasuk gedung dan
Nomor 6 Tahun 2012
47 47 perlengkapan yang dipakai untuk
Tentang
maksud itu beserta alat- alat yang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
diperlukan.

Peraturan Daerah Provinsi Koperasi adalah badan usaha yang


Kalimantan Tengah beranggotakan orang seorang atau
Nomor 6 Tahun 2012 badan hukum Koperasi dengan
48 48
Tentang melandaskan kegiatannya berdasarkan
Ketenagalistrikan Dan prinsip dan azas kekeluargaan sebagai
Pemanfaatan Energi gerakan ekonomi rakyat.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Swasta adalah badan hukum yang
Nomor 6 Tahun 2012 didirikan dan berdasarkan hukum di
49 49
Tentang Indonesia yang berusaha di bidang
Ketenagalistrikan Dan tenaga listrik.
Pemanfaatan Energi

Peraturan Daerah Provinsi Ganti Kerugian adalah penggantian


Kalimantan Tengah atas nilai tanah berikut bangunan,
50 50
Nomor 6 Tahun 2012 tumbuh-tumbuhan dan atau benda-
Tentang benda lain yang terkait dengan tanah

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 51


Ketenagalistrikan Dan sebagai akibat pelepasan atau
Pemanfaatan Energi penyerahan hak atas tanah.

Peraturan Daerah Provinsi Kompensasi adalah pemberian


Kalimantan Tengah sejumlah uang kepada pemegang hak
Nomor 6 Tahun 2012 atas tanah, bangunan-bangunan dan
51 51
Tentang atau penyerahan hak atas tanah,
Ketenagalistrikan Dan bangunan-bangunan dan atau benda-
Pemanfaatan Energi benda lain yang terkait dengan tanah.
Peraturan Daerah Provinsi
Perusahaan Jasa Inspeksi ialah
Kalimantan Tengah
perusahaan yang bergerak dalam
Nomor 6 Tahun 2012
52 52 bidang jasa inspeksi ketenagalistrikan
Tentang
yang diakreditasi oleh Lembaga yang
Ketenagalistrikan Dan
berwenang.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Rencana Umum Energi Daerah adalah
Nomor 6 Tahun 2012 rencana pengembangan energi
53 53
Tentang didaerah sesuai potensi yang ada guna
Ketenagalistrikan Dan memenuhi kebutuhan energi didaerah.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Energi adalah kemampuan untuk
Nomor 6 Tahun 2012 melakukan kerja yang dapat berupa
54 54
Tentang panas, cahaya, mekanik, kimia dan
Ketenagalistrikan Dan elektromagnetika.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Sumber energi adalah suatu yang dapat
Nomor 6 Tahun 2012 menghasilkan energi, baik secara
55 55
Tentang langsung maupun melalui proses
Ketenagalistrikan Dan konversi atau transformasi.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Energi alternatif adalah energi selain
56 Kalimantan Tengah 56
minyak bumi.
Nomor 6 Tahun 2012

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 52


Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Sumber Energi Baru adalah sumber
energi yang dapat dihasilkan oleh
Peraturan Daerah Provinsi
teknologi baru baik yang berasal dari
Kalimantan Tengah
sumber energi terbarukan maupun
Nomor 6 Tahun 2012
57 57 sumber energi tak terbarukan, antara
Tentang
lain nuklir, gas metana batu bara (coal
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
bed methan ), batubara tercairkan (
liguified coal ), dan batubara tergaskan
(gasified coal ).
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012 Energi Baru adalah energi yang
58 58
Tentang berasal dari sumber energi baru.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Sumber energi terbarukan adalah
Peraturan Daerah Provinsi
sumber energi yang dihasilkan dari
Kalimantan Tengah
sumber energi yang berkelanjutan jika
Nomor 6 Tahun 2012
59 59 dikelola dengan baik, antara lain panas
Tentang
bumi, angin, bioenergi, sinar matahari,
Ketenagalistrikan Dan
aliran dan terjunan air, serta gerakan
Pemanfaatan Energi
dan perbedaan suhu lapisan laut.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012 Energi terbarukan adalah energi yang
60 60
Tentang berasal dari sumber energi terbarukan.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Sumber energi tak terbarukan adalah
Kalimantan Tengah
61 61 sumber energi yang dihasilkan dari
Nomor 6 Tahun 2012
sumber energi yang akan habis jika
Tentang

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 53


Ketenagalistrikan Dan dieksploitasi secara terus menerus,
Pemanfaatan Energi antara lain minyak bumi, gas bumi,
batubara, gambut, dan serpih bitumen.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Energi tak terbarukan adalah energi
Nomor 6 Tahun 2012
62 62 yang berasal dari sumber energi tak
Tentang
terbarukan.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Energi primer adalah energi yang
Nomor 6 Tahun 2012 langsung diberikan oleh alam dalam
63 63
Tentang wujud aslinya dan belum mengalami
Ketenagalistrikan Dan perubahan/konversi.
Pemanfaatan Energi
BAB II
Penyelenggaraan usaha
ketenagalistrikan dan pemanfaatan

Peraturan Daerah Provinsi energi menganut asas manfaat,


Kalimantan Tengah efisiensi, optimasi ekonomi dalam
Nomor 6 Tahun 2012 pemanfaatan sumberdaya alam secara
64 2 -
Tentang adil dan berkelanjutan, percaya pada
Ketenagalistrikan Dan kemampuan sendiri, keamanan dan
Pemanfaatan Energi keselamatan serta kelestarian fungsi
lingkungan.
(ASAS, TUJUAN DAN RUANG
LINGKUP )
Penyelenggaraan usaha
Peraturan Daerah Provinsi
ketenagalistrikan dan pemanfaatan
Kalimantan Tengah
energi memiliki tujuan :
Nomor 6 Tahun 2012
65 3 - a. untuk menjamin tersedianya tenaga
Tentang
listrik dalam jumlah cukup, kualitas
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
yang baik dan harga yang wajar untuk
meningkatkan kesejahteraan dan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 54


kemakmuran masyarakat secara adil
dan merata;
b. mendorong peningkatan kegiatan
ekonomi yang berkelanjutan;
c. mendorong terciptanya kegiatan
usaha ketenagalistrikan dan
pemanfaatan energi di daerah lebih
efektif, efisien dan mandiri agar
mampu berperan dan bersaing secara
kompetitif.
Ruang Lingkup Peraturan Daerah ini
meliputi :
a. wewenang dan tanggung jawab;
Peraturan Daerah Provinsi
b. perencanaan;
Kalimantan Tengah
c. perizinan;
Nomor 6 Tahun 2012
66 4 - d. penyediaan;
Tentang
e. pengelolaan;
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
f. pembinaan dan pengawasan;
g. pemanfaatan;
h. evaluasi; dan
i. sanksi.
BAB III
Kewenangan dan tanggung jawab

Peraturan Daerah Provinsi pengelolaan usaha ketenagalistrikan


Kalimantan Tengah dan pemanfaatan energi dilaksanakan
Nomor 6 Tahun 2012 oleh Gubernur/Bupati/Walikota sesuai
67 5 -
Tentang lingkup kewenangan masing- masing
Ketenagalistrikan Dan yang diatur dan ditetapkan dalam
Pemanfaatan Energi Peraturan Daerah.
(WEWENANG DAN TANGGUNG
JAWAB)
Peraturan Daerah Provinsi PERENCANAAN
68 6 1
Kalimantan Tengah KETENAGALISTRIKAN

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 55


Nomor 6 Tahun 2012 Pemerintah Daerah menyusun
Tentang Rencana Umum Ketenagalistrikan
Ketenagalistrikan Dan Daerah.
Pemanfaatan Energi
Dalam menyusun Rencana Umum
Ketenagalistrikan Daerah, Pemerintah
Peraturan Daerah Provinsi
Provinsi menampung dan
Kalimantan Tengah
mengikutsertakan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2012
69 2 Kabupaten/Kota, pikiran serta
Tentang
pandangan yang hidup dalam
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
masyarakat dengan berpedoman pada
petunjuk teknis yang ditetapkan oleh
Menteri.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Dalam menyusun RUPTL Pihak
Nomor 6 Tahun 2012 PIUPTL maupun PIO wajib
70 3
Tentang memperhatikan masukan yang dibuat
Ketenagalistrikan Dan oleh Pemerintah Daerah dalam RUKD.
Pemanfaatan Energi

Peraturan Daerah Provinsi Apabila RUKD Pemerintah Daerah


Kalimantan Tengah belum tersedia, maka pihak PIUPTL
Nomor 6 Tahun 2012 maupun PIO sebelum menetapkan
71 4
Tentang RUPTL, terlebih dahulu wajib
Ketenagalistrikan Dan meminta masukan kepada Pemerintah
Pemanfaatan Energi Daerah melalui Dinas.

Peraturan Daerah Provinsi PERIZINAN USAHA


Kalimantan Tengah KETENAGALISTRIKAN Bagian
Nomor 6 Tahun 2012 Kesatu Jenis Usaha
72 7 1
Tentang Usaha ketenagalistrikan terdiri dari :
Ketenagalistrikan Dan a. usaha penyediaan tenaga listrik; dan
Pemanfaatan Energi b. usaha penunjang tenaga listrik.
Peraturan Daerah Provinsi Usaha penyediaan tenaga listrik
73 Kalimantan Tengah 2 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Nomor 6 Tahun 2012 huruf a di atas meliputi jenis usaha :

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 56


Tentang a. pembangkitan tenaga listrik;
Ketenagalistrikan Dan b. transmisi tenaga listrik; c. distribusi
Pemanfaatan Energi tenaga listrik;
d. penjualan tenaga listrik.
Peraturan Daerah Provinsi
Usaha Penunjang Tenaga Listrik
Kalimantan Tengah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Nomor 6 Tahun 2012
74 5 huruf b terdiri atas : a. usaha jasa
Tentang
penunjang tenaga listrik; dan b.
Ketenagalistrikan Dan
industri penunjang tenaga listrik.
Pemanfaatan Energi
Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a di atas meliputi :
a. konsultasi dalam bidang tenaga
listrik;

Peraturan Daerah Provinsi b. pembangunan dan pemasangan


Kalimantan Tengah instalasi tenaga listrik;
Nomor 6 Tahun 2012 c. pengujian instalasi tenaga listrik;
75 6
Tentang d. pengoperasian instalasi tenaga
Ketenagalistrikan Dan listrik;
Pemanfaatan Energi e. pemeliharaan instalasi tenaga listrik;
f. penelitian dan pengembangan ;
g. pendidikan dan pelatihan;
h. usaha jasa lain yang secara langsung
berkaitan dengan penyediaan tenaga
listrik.
Peraturan Daerah Provinsi
Industri Penunjang Tenaga Listrik
Kalimantan Tengah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
Nomor 6 Tahun 2012
76 7 huruf b di atas meliputi : a. industri
Tentang
peralatan tenaga listrik; dan b. industri
Ketenagalistrikan Dan
pemanfaatan tenaga listrik.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi Bagian Kedua
77 8 1
Kalimantan Tengah Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 57


Nomor 6 Tahun 2012 dan Izin Operasi
Tentang Izin usaha untuk menyediakan tenaga
Ketenagalistrikan Dan listrik terdiri atas :
Pemanfaatan Energi
a. izin usaha penyediaan tenaga listrik;
dan b. izin operasi.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Setiap orang yang menyelenggarakan
Nomor 6 Tahun 2012 penyediaan tenaga listrik untuk
2
Tentang kepentingan umum wajib memiliki
Ketenagalistrikan Dan IUPTL.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Setiap orang yang menyelenggarakan
Nomor 6 Tahun 2012 penyediaan tenaga listrik untuk
3
Tentang kepentingan sendiri wajib memiliki
Ketenagalistrikan Dan izin operasi.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
IUPTL untuk kepentingan umum
Nomor 6 Tahun 2012
4 berlaku dalam jangka waktu 5 (lima)
Tentang
tahun dan dapat diperpanjang kembali.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah IO penyediaan listrik untuk
Nomor 6 Tahun 2012 kepentingan sendiri berlaku dalam
5
Tentang jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat
Ketenagalistrikan Dan diperpanjang kembali.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Permohonan perpanjangan IUPTL dan
Nomor 6 Tahun 2012 IO diajukan selambat- lambatnya 1
6
Tentang (satu) bulan sebelum habis masa
Ketenagalistrikan Dan berlakunya.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi 9 1 IUPTL sebagaimana dimaksud dalam

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 58


Kalimantan Tengah Pasal 8 ayat (1) huruf a ditetapkan
Nomor 6 Tahun 2012 sesuai jenis usahanya sebagaimana
Tentang dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2).
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Ketentuan mengenai prosedur, syarat-
Kalimantan Tengah
syarat serta besaran kapasitas IO
Nomor 6 Tahun 2012
2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
Tentang
ayat (1) huruf b diatur lebih lanjut
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
dengan Peraturan Gubernur.

Peraturan Daerah Provinsi


IUPTL dan IO sebagaimana dimaksud
Kalimantan Tengah
dalam Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3)
Nomor 6 Tahun 2012
10 1 diberikan setelah memenuhi
Tentang
persyaratan teknis dan persyaratan
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
administrasi.

Peraturan Daerah Provinsi Ketentuan mengenai syarat dan tata


Kalimantan Tengah cara permohonan dan pemberian
Nomor 6 Tahun 2012 IUPTL, terlebih dahulu dikeluarkan
2
Tentang Izin Prinsip kepada Badan Usaha yang
Ketenagalistrikan Dan telah memenuhi persyaratan
Pemanfaatan Energi administrasi dan persyaratan teknis
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Tata cara penerbitan IUPTL akan
Nomor 6 Tahun 2012
3 diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Tentang
Gubernur.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
IUPTL dicabut atau dibatalkan apabila
Nomor 6 Tahun 2012
4 melanggar ketentuan atau peraturan
Tentang
perundang-undangan yang berlaku.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 59


Bagian Ketiga
Kewenangan Penerbitan Izin Usaha

Peraturan Daerah Provinsi Penyedia Tenaga Listrik dan Izin


Kalimantan Tengah Operasi
Nomor 6 Tahun 2012 Penyediaan tenaga listrik untuk
11 1
Tentang kepentingan sendiri apabila
Ketenagalistrikan Dan fasilitasnya lintas Kabupaten/Kota
Pemanfaatan Energi dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha
setelah mendapatkan IO dari
Gubernur.
Penerbitan IO tenaga listrik untuk
Peraturan Daerah Provinsi
kepentingan sendiri yang tidak lintas
Kalimantan Tengah
Kabupaten/Kota namun Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2012
2 Kabupaten/Kota belum
Tentang
melaksanakannya, maka Pemerintah
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Provinsi wajib memberikan asistensi
kepada Kabupaten/Kota.
Penerbitan IUPTL dan IO tenaga

Peraturan Daerah Provinsi listrik yang tidak lintas


Kalimantan Tengah Kabupaten/Kota dapat dilakukan oleh
Nomor 6 Tahun 2012 Pemerintah Provinsi setelah ada
3
Tentang penyerahan secara tertulis dari
Ketenagalistrikan Dan Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai
Pemanfaatan Energi dengan peraturan perundang-
undangan.
Izin Usaha Penunjang Tenaga

Peraturan Daerah Provinsi Listrik


Kalimantan Tengah Kegiatan Usaha Jasa Penunjang
Nomor 6 Tahun 2012 Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud
12 1
Tentang dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan
Ketenagalistrikan Dan huruf b dapat dilaksanakan oleh Badan
Pemanfaatan Energi Usaha setelah mendapat Izin Usaha
Penunjang Tenaga Listrik dari

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 60


Gubernur.
Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a. usaha konsultasi dalam bidang
listrik;
b. usaha pembangunan dan

Peraturan Daerah Provinsi pemasangan instalasi tenaga listrik;


Kalimantan Tengah c. usaha pengujian instalasi tenaga
Nomor 6 Tahun 2012 listrik;
2
Tentang d. usaha pengoperasian instalasi tenaga
Ketenagalistrikan Dan listrik;
Pemanfaatan Energi e. usaha pemeliharaan instalasi tenaga
listrik; f. usaha penelitian dan
pembangunan;
g. usaha pendidikan dan pelatihan; dan
h. usaha jasa lain yang secara langsung
berkaitan dengan penyediaan tenaga
listrik.
Ketentuan mengenai persyaratan
Peraturan Daerah Provinsi
teknik, tata cara permohonan,
Kalimantan Tengah
klasifikasi jenis usaha, penggolongan
Nomor 6 Tahun 2012
3 dan lingkup layanan bidang pekerjaan
Tentang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Ketenagalistrikan Dan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemanfaatan Energi
Gubernur.
Peraturan Daerah Provinsi
Untuk Jenis-Jenis Usaha Penunjang
Kalimantan Tengah
Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud
Nomor 6 Tahun 2012
4 pada ayat (4) yang berkaitan dengan
Tentang
jasa kontruksi diatur tersendiri dalam
Ketenagalistrikan Dan
Undang-Undang Jasa Kontruksi.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi Biaya pemasangan instalasi ditetapkan
5
Kalimantan Tengah oleh Gubernur atas usulan dari

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 61


Nomor 6 Tahun 2012 masing-masing lembaga usaha jasa
Tentang penunjang.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Bagian Kelima

Peraturan Daerah Provinsi Izin Pengoperasian Instalasi Tenaga


Kalimantan Tengah Listrik
Nomor 6 Tahun 2012 Setiap instalasi tenaga listrik yang
13 1
Tentang akan dioperasikan secara komersial
Ketenagalistrikan Dan atau pribadi wajib memiliki Sertifikat
Pemanfaatan Energi Uji Laik Operasi yang dituangkan
dalam Berita Acara Uji Laik Operasi.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Penerbitan sertifikat laik operasi untuk
Nomor 6 Tahun 2012 instalasi tegangan rendah dilaksanakan
2
Tentang oleh lembaga independen yang sifat
Ketenagalistrikan Dan usahanya nirlaba.
Pemanfaatan Energi
Pemeriksaan dan pengujian instalasi

Peraturan Daerah Provinsi pemanfaatan tenaga listrik konsumen


Kalimantan Tengah tegangan menengah dan instalasi
Nomor 6 Tahun 2012 pemanfaatan tenaga listrik tegangan
3
Tentang rendah yang dimiliki oleh konsumen
Ketenagalistrikan Dan tegangan menengah dilakukan oleh
Pemanfaatan Energi lembaga inspeksi teknik yang telah
terakreditasi.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Syarat laik operasi harus sesuai PUIL
Nomor 6 Tahun 2012 Tahun 2000 dan peralatan yang
4
Tentang digunakan harus berlabel Standar
Ketenagalistrikan Dan Nasional Indonesia.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Biaya untuk pelaksanaan uji laik
Kalimantan Tengah 5
operasi dibebankan kepada pemohon
Nomor 6 Tahun 2012

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 62


Tentang pemegang IO dan pemegang IUPTL
Ketenagalistrikan Dan yang jumlahnya sesuai peraturan yang
Pemanfaatan Energi berlaku.

Peraturan Daerah Provinsi HARGA JUAL TENAGA LISTRIK


Kalimantan Tengah Pemegang IO dapat menjual kelebihan
Nomor 6 Tahun 2012 tenaga listriknya untuk kepentingan
14 1
Tentang umum setelah mendapat persetujuan
Ketenagalistrikan Dan dari Gubernur atau Bupati/Walikota
Pemanfaatan Energi sesuai dengan kewenangannya.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Harga Jual Tenaga Listrik didasarkan
Nomor 6 Tahun 2012
2 kepada kesepakatan kedua belah
Tentang
pihak.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Harga Jual Tenaga Listrik kepada
Kalimantan Tengah
masyarakat yang telah disepakati
Nomor 6 Tahun 2012
3 dalam mata uang rupiah dan harus
Tentang
mendapat persetujuan
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Gubernur/Bupati/Walikota.

HAK DAN KEWAJIBAN


PEMEGANG IZIN USAHA
PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
DAN KONSUMEN TENAGA
Peraturan Daerah Provinsi
LISTRIK
Kalimantan Tengah
Untuk kepentingan umum, pemegang
Nomor 6 Tahun 2012
15 1 Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
Tentang
dalam melaksanakan usaha penyediaan
Ketenagalistrikan Dan
tenaga listrik sebagaimana dimaksud
Pemanfaatan Energi
dalam Pasal 7 ayat 2 huruf a, huruf b
dan huruf c diberi kewenangan untuk :
a. melintasi sungai atau danau baik
diatas maupun dibawah permukaan;

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 63


b. melintasi laut baik di atas maupun
dibawah permukaan;
c. melintasi jalan umum dan jalan
kereta api.
Sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang- undangan yang
berlaku, maka untuk kepentingan
umum pemegang Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik juga diberi
kewenangan untuk :
2 a. masuk ke tempat umum atau
perorangan dan menggunakannya
untuk sementara waktu;
b. menggunakan tanah, melintas
diatas atau di bawah tanah;
c. menebang atau memotong tumbuh-
tumbuhan yang menghalanginya.

Peraturan Daerah Provinsi Dalam melaksanakan kegiatan


Kalimantan Tengah sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Nomor 6 Tahun 2012 pemegang IUPTL harus mendapat
3
Tentang persetujuan terlebih dahulu dari pihak
Ketenagalistrikan Dan yang berhak atas tanah, bangunan
Pemanfaatan Energi dan/atau tumbuh-tumbuhan.
Pemegang Izin Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik wajib :

Peraturan Daerah Provinsi a. menyediakan tenaga listrik sesuai


Kalimantan Tengah standar mutu yang berlaku;
Nomor 6 Tahun 2012 b. memberikan pelayanan yang
16 -
Tentang sebaik-baiknya kepada masyarakat dan
Ketenagalistrikan Dan memperhatikan hak-hak konsumen
Pemanfaatan Energi sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku di bidang perlindungan
konsumen;

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 64


c. memperhatikan keselamatan
ketenagalistrikan.
Konsumen tenaga listrik mempunyai
hak untuk :
a. mendapat tenaga listrik secara terus
menerus dengan mutu dan keandalan
yang baik;
Peraturan Daerah Provinsi
b. memperoleh listrik dengan harga
Kalimantan Tengah
listrik wajar; c. mendapatkan
Nomor 6 Tahun 2012
17 1 pelayanan untuk perbaikan apabila ada
Tentang
gangguan tenaga listrik; dan d.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
mendapat ganti rugi apabila terjadi
pemadaman yang diakibatkan
kesengajaan dan/atau kelalaian
pengoperasian oleh pemegang IUPTL
sesuai syarat-syarat yang diatur dalam
perjanjian jual beli tenaga listrik.
Konsumen tenaga listrik mempunyai
kewajiban :
a. melaksanakan pengamanan terhadap

Peraturan Daerah Provinsi bahaya yang mungkin timbul akibat


Kalimantan Tengah pemanfaatan tenaga listrik;
Nomor 6 Tahun 2012 b. menjaga dan memelihara keamanan
2
Tentang instalasi ketenagalistrikan;
Ketenagalistrikan Dan c. memanfaatkan tenaga listrik sesuai
Pemanfaatan Energi dengan peruntukannya;
d. membayar uang langganan atau
harga tenaga listrik sesuai ketentuan
atau perjanjian.
Peraturan Daerah Provinsi
Konsumen tenaga listrik bertanggung
Kalimantan Tengah
jawab apabila karena kelalaiannya
Nomor 6 Tahun 2012 3
mengakibatkan kerugian Pemegang
Tentang
Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.
Ketenagalistrikan Dan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 65


Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Konsumen tenaga listrik wajib
Nomor 6 Tahun 2012
4 mentaati persyaratan teknis di bidang
Tentang
ketenagalistrikan.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
PENGGUNAAN TANAH OLEH
PEMEGANG IZIN USAHA
BIDANG KETENAGALISTRIKAN

Peraturan Daerah Provinsi Untuk kepentingan umum, pihak yang


Kalimantan Tengah berhak atas tanah, bangunan dan
Nomor 6 Tahun 2012 tumbuh-tumbuhan mengizinkan
18 1
Tentang Pemegang Izin Usaha Penyediaan
Ketenagalistrikan Dan Tenaga Listrik melaksanakan
Pemanfaatan Energi kewenangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (2), dengan
mendapatkan ganti kerugian atau
kompensasi.

Peraturan Daerah Provinsi Ganti kerugian sebagaimana dimaksud


Kalimantan Tengah pada ayat (1) adalah untuk tanah yang
Nomor 6 Tahun 2012 dipergunakan secara langsung oleh
2
Tentang pemegang IUPTL dan untuk bangunan
Ketenagalistrikan Dan serta tumbuh- tumbuhan di atas tanah
Pemanfaatan Energi dimaksud.
Peraturan Daerah Provinsi
Kompensasi sebagaimana dimaksud
Kalimantan Tengah
pada ayat (1) adalah untuk tanah,
Nomor 6 Tahun 2012
3 bangunan dan tumbuh-tumbuhan yang
Tentang
terkena lintasan pembangunan
Ketenagalistrikan Dan
transmisi tenaga listrik.
Pemanfaatan Energi

Peraturan Daerah Provinsi Apabila tanah yang digunakan


Kalimantan Tengah 4 Pemegang Izin Usaha Penyediaan
Nomor 6 Tahun 2012 Tenaga Listrik terdapat bagian-bagian

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 66


Tentang tanah yang dikuasai oleh pemegang
Ketenagalistrikan Dan hak atas tanah atau memakai tanah
Pemanfaatan Energi negara, maka sebelum memulai
kegiatan, pemegang Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik wajib
menyelesaikan masalah tanah tersebut
sesuai peraturan perundang-undangan
di bidang pertanahan.
Dalam hal tanah yang digunakan
Pemegang Izin Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik terdapat tanah ulayat

Peraturan Daerah Provinsi dan yang serupa dari masyarakat


Kalimantan Tengah hukum adat maka penyelesaiannya
Nomor 6 Tahun 2012 dilakukan oleh Pemegang Izin Usaha
5
Tentang Penyediaan Tenaga Listrik dengan
Ketenagalistrikan Dan masyarakat hukum adat yang
Pemanfaatan Energi bersangkutan menurut ketentuan
perundang-undangn yang berlaku
dengan tetap memperhatikan hukum
adat setempat.
Dalam hal penyelesaian sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)
Peraturan Daerah Provinsi
belum dapat mencapai tahap akhir,
Kalimantan Tengah
Pemegang IUPTL dapat melaksanakan
Nomor 6 Tahun 2012
6 kegiatan, dengan ketentuan bahwa
Tentang
Pemegang IUPTL memberikan
Ketenagalistrikan Dan
jaminan penyelesaian yang disetujui
Pemanfaatan Energi
oleh pemegang hak atas tanah atau
pemakai tanah negara.
Peraturan Daerah Provinsi
Penyelesaian atas tanah dari
Kalimantan Tengah
masyarakat pemilik tanah sebagaimana
Nomor 6 Tahun 2012 7
dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6)
Tentang
dilakukan berdasarkan musyawarah.
Ketenagalistrikan Dan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 67


Pemanfaatan Energi
Kewajiban untuk memberikan ganti
rugi atau kompensasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1)
Peraturan Daerah Provinsi
tidak berlaku terhadap mereka yang
Kalimantan Tengah
bertujuan untuk memperoleh ganti rugi
Nomor 6 Tahun 2012
19 - atau kompensasi dengan cara
Tentang
mendirikan bangunan, menanam
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
tumbuh- tumbuhan dan lain-lain di
atas tanah yang sudah memiliki izin
lokasi dan peruntukan tanah untuk
usaha penyediaan tenaga listrik.

Peraturan Daerah Provinsi Penetapan, tata cara dan pembayaran


Kalimantan Tengah ganti rugi atau kompensasi
Nomor 6 Tahun 2012 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
20 1
Tentang ayat (1) dilakukan sesuai dengan
Ketenagalistrikan Dan ketentuan peraturan perundang-
Pemanfaatan Energi undangan di bidang pertanahan.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah Ganti rugi atau kompensasi
Nomor 6 Tahun 2012 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
2
Tentang ayat (1) dibebankan kepada Pemegang
Ketenagalistrikan Dan IUPTL.
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Dalam pelaksanaan pemberian
Kalimantan Tengah
kompensasi atau ganti rugi seperti
Nomor 6 Tahun 2012
3 dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2)
Tentang
harus diketahui oleh Pemerintah
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Daerah.

Peraturan Daerah Provinsi


PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Kalimantan Tengah
Pemerintah Daerah melakukan
Nomor 6 Tahun 2012 21 1
pembinaan dan pengawasan terhadap
Tentang
usaha penyedia tenaga listrik sesuai
Ketenagalistrikan Dan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 68


Pemanfaatan Energi dengan kewenangannya dalam hal :
a. penyediaan dan pemanfaatan
sumber energi untuk pembangkit
listrik;
b. pemenuhan kecukupan pasokan
tenaga listrik;
c. pemenuhan aspek perlindungan
lingkungan hidup;
d. pemenuhan persyaratan keteknikan;
e. pemenuhan persyaratan perizinan;
f. penerapan tarif tenaga listrik;
g. pemenuhan mutu jasa yang
diberikan oleh usaha penunjang tenaga
listrik; h. pemenuhan aspek
perlindungan konsumen.
Dalam melakukan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pemerintah Daerah dapat :
a. melakukan inspeksi pengawasan
Peraturan Daerah Provinsi
lapangan;
Kalimantan Tengah
b. meminta laporan pelaksanaan usaha
Nomor 6 Tahun 2012
2 di bidang ketenagalistrikan;
Tentang
c. melakukan penelitian dan evaluasi
Ketenagalistrikan Dan
atas laporan pelaksanaan usaha di
Pemanfaatan Energi
bidang ketenagalistrikan; d.
memberikan sanksi administrasi
terhadap pelanggaran ketentuan
perizinan.
Peraturan Daerah Provinsi
Dalam melaksanakan pengawasan
Kalimantan Tengah
keteknikan sebagaimana dimaksud
Nomor 6 Tahun 2012
3 pada ayat (1), Pemerintah Daerah
Tentang
dibantu oleh inspektur
Ketenagalistrikan Dan
ketenagalistrikan dan/atau Penyidik
Pemanfaatan Energi

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 69


Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Daerah Provinsi
Gubernur melalui Dinas Pertambangan
Kalimantan Tengah
dan Energi Provinsi Kalimantan
Nomor 6 Tahun 2012
4 Tengah melakukan pembinaan dan
Tentang
pengawasan terhadap kegiatan usaha
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
jasa penunjang.

Peraturan Daerah Provinsi


Kalimantan Tengah
Ketentuan mengenai pembinaan dan
Nomor 6 Tahun 2012
5 pengawasan diatur lebih lanjut dengan
Tentang
Peraturan Gubernur.
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
PEMANFAATAN ENERGI
Kewenangan dan tanggung jawab
Gubernur melakukan pemanfaatan
energi yang meliputi :
a. menyusun program Pemerintah
Daerah dalam bidang energi yaitu
program diversifikasi energi,
intensifikasi energi, konservasi energi
Peraturan Daerah Provinsi
dan program pemanfaatan energi yang
Kalimantan Tengah
berwawasan lingkungan dalam rangka
Nomor 6 Tahun 2012
22 - menunjang kebijakan pemerintah
Tentang
daerah di bidang energi;
Ketenagalistrikan Dan
b. mengumpulkan, mengolah dan
Pemanfaatan Energi
mengevaluasi data sumber energi dan
pemanfaatan energi daerah;
c. menyelenggarakan penyuluhan di
bidang energi;
d. menggalakkan Pemanfaatan Energi
Baru Terbarukan sebagai sumber
energi listrik dengan teknologi baru
untuk energi pedesaan; dan e.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 70


menyampaikan laporan pelaksanaan
penyelenggaraan program dan
penerapan kebijakan energi kepada
Menteri.
Sumber energi primer yang terdapat di
Peraturan Daerah Provinsi
daerah dan/atau berasal dari luar
Kalimantan Tengah
daerah harus dimanfaatkan secara
Nomor 6 Tahun 2012
23 1 optimal sesuai dengan kebijakan
Tentang
energi daerah untuk menjamin
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
penyediaan tenaga listrik yang
berkelanjutan.
Peraturan Daerah Provinsi
Pemanfaatan sumber energi primer
Kalimantan Tengah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Nomor 6 Tahun 2012
2 harus dilaksanakan dengan
Tentang
mengutamakan sumber energi baru
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
dan energi terbarukan.

Peraturan Daerah Provinsi


Pemanfaatan sumber energi primer
Kalimantan Tengah
yang terdapat di daerah sebagaimana
Nomor 6 Tahun 2012
3 dimaksud pada ayat (2) diutamakan
Tentang
untuk kepentingan ketenagalistrikan
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
daerah.

Peraturan Daerah Provinsi


Kalimantan Tengah Pemerintah Daerah dalam
Nomor 6 Tahun 2012 mempercepat pembangunan kelistrikan
24 1
Tentang desa wajib mengutamakan sumber
Ketenagalistrikan Dan energi baru dan terbarukan.
Pemanfaatan Energi

Peraturan Daerah Provinsi Dalam Pemanfaatan sumber energi


Kalimantan Tengah baru dan terbarukan oleh pihak swasta
Nomor 6 Tahun 2012 dan perorangan, Pemerintah Daerah
24 2
Tentang wajib memberikan kemudahan dan
Ketenagalistrikan Dan insentif sesuai peraturan perundang-
Pemanfaatan Energi undangan yang berlaku.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 71


No Regulasi Pasal Ayat keterangan
1 Peraturan Pemerintah 1 1 Pengertian Usaha penyediaan tenaga
Republik Indonesia listrik
Nomor 14 Tahun 2012 2 Pengertian Pembangkitan tenaga
tentang Kegiatan Usaha listrik
Penyediaan Tenaga 3 Pengertian Transmisi tenaga listrik
Listrik 4 Pengertian konsumen
5 Pengertian Usaha penjualan tenaga
listrik
6 Pengertian Usaha penjualan tenaga
listrik
7 Pengertian Rencana umum
ketenagalistrikan
8 Pengertian Izin usaha penyediaan
tenaga listrik
9 Pengertian Izin operasi
10 Pengertian Ganti rugi hak atas tanah
11 Pengertian kompensasi
12 Pengertian instalasi tenaga listrik
13 Menteri yang melaksanakan
ketenagalistrikan
2 Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
terdiri atas : untuk kepentingan umum
dan kepentingan sendiri
3 1 Usaha penyediaan tenaga listrik
untuk kepentingan umum meliputi
jenis usaha:
a. pembangkitan tenaga listrik;
b. transmisi tenaga listrik;
c. distribusi tenaga listrik; dan/atau
d. penjualan tenaga listrik.
2 Usaha penyediaan tenaga listrik
secara terintegrasi
4 1 Usaha transmisi tenaga listrik wajib
membuka kesempatan pemanfaatan
bersama jaringan transmisi untuk
kepentingan umum.
2 Kewajiban membuka kesempatan
pemanfaatan bersama jaringan
transmisi
3 Pemanfaatan bersama jaringan
transmisi dilaksanakan sesuai dengan
kemampuan kapasitas jaringan
transmisi.
4 Harga atas sewa jaringan transmisi
tenaga listrik wajib mendapatkan
persetujuan Menteri, gubernur, atau

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 72


bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
5 1 Usaha distribusi tenaga listrik
2 Kesempatan pemanfaatan bersama
jaringan distribusi
3 Pemanfaatan bersama jaringan
distribusi
4 Harga atas sewa jaringan distribusi
tenaga listrik

Ketentuan lebih lanjut mengenai


pemanfaatan bersama jaringan
transmisi
7 Usaha distribusi tenaga listrik, usaha
penjualan tenaga listrik, dan usaha
penyediaan tenaga listrik secara
terintegrasi dilakukan dalam 1 (satu)
wilayah usaha oleh satu badan usaha.
8 1 Usaha penyediaan tenaga listrik
untuk kepentingan umum
dilaksanakan sesuai dengan Rencana
Umum Ketenagalistrikan dan
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik.
9 1 Badan usaha sebagaimana meliputi
badan usaha milik negara, badan
usaha milik daerah, badan usaha
swasta yang berbadan hukum
Indonesia, koperasi, dan swadaya
masyarakat yang berusaha di bidang
penyediaan tenaga listrik.
2 Badan usaha milik negara
3 Badan usaha milik negara tidak dapat
memenuhi prioritas yang diberikan
10 1 Izin Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik untuk kepentingan umum
2 Izin usaha penyediaan tenaga listrik
oleh:
a. Menteri untuk badan usaha yang:
b. Gubernur untuk badan usaha
c. Bupati/walikota untuk badan
usaha
11 Izin usaha penyediaan tenaga listrik
dapat diberikan untuk jangka waktu
paling lama 30 (tiga puluh) tahun dan
dapat diperpanjang.
12 1 Jual beli atau sewa jaringan tenaga

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 73


listrik tidak perlu izin usaha.
2 Harga jual tenaga listrik atau sewa
jaringan tenaga listrik wajib
mendapat persetujuan Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
13 1 Untuk memperoleh izin usaha
penyediaan tenaga listrik pemohon
harus memenuhi persyaratan
administratif, teknis, dan lingkungan.
2 Persyaratan administratif meliputi:
a. identitas pemohon;
b. profil pemohon;
c. Nomor Pokok Wajib Pajak;
d. kemampuan pendanaan.
3 Persyaratan teknis meliputi:
a. studi kelayakan usaha penyediaan
tenaga listrik;
b. lokasi instalasi kecuali untuk usaha
penjualan tenaga listrik;
c. diagram satu garis;
d. jenis dan kapasitas usaha yang
akan dilakukan;
e. jadwal pembangunan; dan
f. jadwal pengoperasian.
4 Izin usaha penyediaan tenaga listrik
diajukan untuk usaha pembangkitan.
5 Izin usaha penyediaan tenaga listrik
diajukan untuk usaha transmisi atau
usaha distribusi.
6 Izin usaha penyediaan tenaga listrik
diajukan untuk usaha distribusi, usaha
penjualan, atau usaha penyediaan
tenaga listrik yang terintegrasi.
7 Persyaratan lingkungan
14 1 Rencana usaha penyediaan tenaga
2 Rencana usaha penyediaan tenaga
listrik disahkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
3 Tata cara penyusunan rencana usaha
penyediaan tenaga listrik diatur
Peraturan Menteri.
15 1 Permohonan yang memenuhi
persyaratan diberikan izin usaha
penyediaan tenaga listrik.
2 Pemberian izin diberikan bersamaan
dengan pengesahan rencana usaha

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 74


penyediaan tenaga listrik.
3 Rencana usaha penyediaan tenaga
digunakan oleh pemegang izin usaha
penyediaan tenaga listrik sebagai
pedoman pelaksanaan kegiatan usaha.
16 1 Rencana usaha penyediaan tenaga
listrik dievaluasi secara berkala setiap
satu tahun oleh pemegang izin usaha.
2 Hasil evaluasi diperlukan perubahan,
sesuai dengan kewenangannya untuk
memperoleh pengesahan.
17 1 Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota memerintahkan
kepada pemegang izin usaha
penyediaan tenaga listrik untuk
mengubah rencana usaha penyediaan
tenaga listrik
2 Pemegang izin usaha penyediaan
tenaga listrik wajib mengubah
rencana usaha penyediaan tenaga
listrik.
3 Perubahan rencana usaha penyediaan
tenaga listrik disampaikan kepada
Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya untuk memperoleh
pengesahan.
18 Tata cara pemberian izin usaha
penyediaan tenaga listrik diatur oleh
Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
19 1 Untuk usaha distribusi, usaha
penjualan, dan usaha penyediaan
tenaga listrik yang terintegrasi,
permohonan izin usaha penyediaan
tenaga listrik diajukan oleh pemohon
setelah memperoleh wilayah usaha
yang ditetapkan oleh Menteri
2 Untuk memperoleh wilayah usaha
pemohon mengajukan permohonan
kepada Menteri setelah memperoleh
rekomendasi dari gubernur atau
bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
3 Rekomendasi dikecualikan bagi
pemohon yang akan melakukan usaha
20 1 Permohonan harus memenuhi
persyaratan administratif dan teknis.
2 Persyaratan administratif meliputi:

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 75


a. identitas pemohon;
b. profil pemohon;
c. Nomor Pokok Wajib Pajak;
d. kemampuan pendanaan;
e. rekomendasi dari gubernur atau
bupati/walikota
3 Persyaratan teknis meliputi:
a. batasan wilayah usaha dan peta
lokasi; dan
b. analisis kebutuhan dan rencana
usaha penyediaan tenaga listrik di
wilayah usaha yang diusulkan.
4 Tata cara permohonan wilayah usaha
diatur dengan Peraturan Menteri.
21 1 Pemegang izin wajib menyediakan
tenaga listrik secara terus menerus
yang memenuhi standar mutu dan
keandalan tenaga listrik.
2 Hal tertentu pemegang izin usaha
penyediaan tenaga listrik dapat
menghentikan sementara penyediaan
tenaga listrik,
3 Pemegang izin usaha penyediaan
tenaga listrik harus memberitahukan
pelaksanaan
4 Pemegang izin usaha penyediaan
tenaga listrik tidak memberikan ganti
rugi kepada konsumen atas
penghentian sementara
5 Ketentuan mengenai standar mutu
dan keandalan tenaga listrik) diatur
dengan Peraturan Menteri.
22 1 Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota menetapkan tingkat
mutu pelayanan tenaga listrik.
2 Pemegang izin usaha penyediaan
tenaga listrik wajib memenuhi tingkat
mutu pelayanan tenaga listrik .
23 1 sanksi pemegang izin usaha berupa
pembayaran kompensasi mutu
pelayanan kepada konsumen.
2 Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota menetapkan besaran
kompensasi mutu pelayanan
24 1 Pemegang izin usaha penyediaan
tenaga listrik dapat melakukan
pembelian tenaga listrik, sewa
jaringan tenaga listrik, dan
interkoneksi jaringan tenaga listrik.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 76


2 Interkoneksi jaringan tenaga listrik
dilakukan lintas negara berdasarkan
izin Menteri.
3 Ketentuan interkoneksi jaringan
tenaga listrik lintas negara diatur
dengan Peraturan Menteri.
25 1 Pembelian tenaga listrik dan/atau
sewa jaringan tenaga listrik oleh
pemegang izin usaha
2 Pembelian tenaga listrik melalui
pelelangan umum.
3 Pembelian tenaga listrik dapat
dilakukan melalui pemilihan
langsung.
4 Pembelian tenaga dapat dilakukan
melalui penunjukan langsung.
5 Penetapan kondisi krisis atau darurat
penyediaan tenaga listrik
6 Lokasi pusat pembangkit tenaga
listrik
26 Pemegang izin usaha wajib
menggunakan produk dan potensi
dalam negeri
27 1 Usaha penyediaan tenaga listrik
untuk kepentingan sendiri :
a. pembangkitan tenaga listrik;
b. pembangkitan tenaga listrik dan
distribusi tenaga listrik; atau
c. pembangkitan tenaga listrik,
transmisi tenaga listrik, dan distribusi
tenaga listrik.
2 Pelaksana Usaha penyediaan tenaga
listrik untuk kepentingan sendiri
28 1 Pelaksanaan Usaha penyediaan
tenaga listrik untuk kepentingan
sendiri n setelah mendapatkan izin
operasi.
2 Kapasitas tertentu diatur dengan
Peraturan Menteri.
3 Pemberian izin operasi untuk
Menteri, Gubernur, Bupati/ walikota.
29 1 Izin operasi memenuhi persyaratan
administratif, teknis, dan lingkungan.
2 Persyaratan administratif meliputi:
a. identitas pemohon;
b. profil pemohon; dan
c. Nomor Pokok Wajib Pajak.
3 Persyaratan teknis meliputi:

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 77


a. lokasi instalasi;
b. diagram satu garis;
c. jenis dan kapasitas instalasi
penyediaan tenaga listrik;
d. jadwal pembangunan; dan
e. jadwal pengoperasian.
4 Persyaratan lingkungan sesuai
peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
30 1 Izin operasi paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan dapat diperpanjang.
2 Izin operasi menurut sifat
penggunaannya, yaitu:
penggunaan utama, cadangan,
darurat, sementara.
31 1 Kelebihan Pemegang izin operasi
2 Penjualan kelebihan tenaga listrik
kepada masyarakat
3 Penjualan kelebihan tenaga listrik
mendapat persetujuan dari Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota.
32 Ketentuan dan tata cara permohonan
izin operasi diatur oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota.
33 Penggunaan tanah oleh pemegang
izin usaha penyediaan tenaga listrik.
34 1 Ganti rugi diberikan untuk tanah yang
dipergunakan secara langsung oleh
pemegang izin usaha.
2 Ganti rugi dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pertanahan.
35 Kompensasi diberikan untuk
penggunaan tanah secara tidak
langsung oleh pemegang izin usaha.
36 1 Kompensasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 33 diberikan untuk
penggunaan tanah secara tidak
langsung oleh pemegang izin usaha
2 Ketentuan ruang bebas jaringan
transmisi tenaga listrik diatur dengan
Peraturan Menteri.
37 1 Besaran kompensasi kepada
pemegang hak atas tanah, bangunan,
dan tanaman
2 Perhitungan besaran kompensasi.
38 Ketentuan mengenai formula
perhitungan dan tata cara pembayaran

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 78


kompensasi tanah, bangunan, dan
tanaman diatur Peraturan Menteri.
39 1 Persetujuan Harga jual tenaga listrik
dan sewa jaringan tenaga listrik wajib
mendapatkan.
2 Persetujuan harga jual tenaga listrik
dapat berupa harga patokan.
3 Harga jual tenaga listrik dan sewa
jaringan tenaga listrik dinyatakan
dalam mata uang rupiah atau mata
uang asing.
4 Kesepakatan harga jual tenaga listrik
dan sewa jaringan tenaga listrik.
5 Persetujuan penyesuaian harga jual
tenaga listrik dan sewa jaringan
tenaga listrik.
40 1 Pengajuan tertulis harga jual tenaga
listrik dan sewa jaringan tenaga
listrik.
2 Tata cara permohonan persetujuan
harga jual tenaga listrik dan sewa
jaringan tenaga listrik diatur dengan
Peraturan Menteri.
41 1 Penetapan tarif tenaga listrik untuk
konsumen oleh Menteri, Geburnur,
Bupati/walikota.
2 Syarat menetapkan tarif tenaga listrik
3 Pengaturan biaya lain yang terkait
dengan penyaluran tenaga listrik yang
akan dibebankan kepada konsumen.
4 penetapan tarif tenaga listrik untuk
konsumen.
5 Ketentuan dan tata cara permohonan
tarif tenaga listrik dan biaya lain yang
terkait dengan penyaluran tenaga
listrik.
42 1 Setiap kegiatan usaha
ketenagalistrikan wajib memenuhi
ketentuan keselamatan
ketenagalistrikan.
2 Ketentuan keselamatan
ketenagalistrikan
3 Ketentuan keselamatan
ketenagalistrikan meliputi:
a. pemenuhan standardisasi peralatan
dan pemanfaat tenaga listrik;
b. pengamanan instalasi tenaga
listrik; dan
c. pengamanan pemanfaat tenaga

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 79


listrik.
4 Ketentuan tentang keselamatan
ketenagalistrikan diatur dengan
Peraturan Menteri.
43 1 Menteri memberlakukan standar
wajib di bidang ketenagalistrikan.
2 standar wajib Menteri memperhatikan
kesiapan sarana dan prasarana.
3 Ketentuan tentang standardisasi di
bidang ketenagalistrikan diatur
Peraturan Menteri.
44 1 Menteri menetapkan peralatan tenaga
listrik yang wajib dibubuhi tanda
Standar Nasional Indonesia.
2 Menteri menetapkan pemanfaat
tenaga listrik yang wajib dibubuhi
tanda keselamatan.
3 Dalam menetapkan peralatan tenaga
listrik dan pemanfaat tenaga listrik
Menteri memperhatikan kesiapan
sarana dan prasarana.
4 Ketentuan dan tata cara pembubuhan
tanda Standar Nasional Indonesia dan
tanda keselamatan diatur dengan
Peraturan Menteri.
45 1 Instalasi tenaga listrik terdiri atas
instalasi penyediaan tenaga listrik dan
instalasi pemanfaatan tenaga listrik.
2 Macam Instalasi penyediaan tenaga
listrik
3 Macam Instalasi pemanfaatan tenaga
listrik
46 1 Instalasi tenaga listrik yang
beroperasi wajib memiliki sertifikat
laik operasi.
2 Syarat memperoleh sertifikat laik
operasi.
3 Akreditasi diberikan oleh Menteri.
4 Daerah belum terdapat lembaga
inspeksi teknik yang terakreditasi,
dapat menunjuk lembaga inspeksi
teknik.
5 Daerah belum terdapat lembaga
inspeksi teknik menunjuk pejabat
yang bertanggung jawab mengenai
kelaikan operasi.
6 Pemeriksaan dan pengujian instalasi
tenaga listrik oleh lembaga inspeksi
teknik terakreditasi.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 80


7 Pemeriksaan dan pengujian instalasi
tenaga listrik oleh lembaga inspeksi
teknik dan ditetapkan oleh Menteri.
8 Penerbitan Sertifikat laik operasi
9 Ketentuan mengenai instalasi tenaga
listrik diatur dengan Peraturan
Menteri.
47 1 Tenaga teknik dalam usaha
penyediaan tenaga listrik wajib
memenuhi standar kompetensi yang
dibuktikan dengan sertifikat
kompetensi.
2 Sertifikat kompetensi diberikan oleh
lembaga sertifikasi kompetensi yang
terakreditasi.
3 Akreditasi diberikan oleh Menteri.
4 Daerah belum terdapat lembaga
sertifikasi kompetensi yang
terakreditasi dapat menunjuk lembaga
sertifikasi kompetensi.
5 Daerah belum terdapat lembaga
sertifikasi kompetensi yang dapat
ditunjuk dapat menunjuk pejabat
yang bertanggung jawab mengenai
sertifikasi kompetensi.
6 Menteri menetapkan standar
kompetensi tenaga teknik.
7 Ketentuan mengenai standardisasi
kompetensi tenaga teknik diatur
dengan Peraturan Menteri.
48 Dalam pelaksanaan akreditasi
Menteri dapat dibantu oleh panitia
akreditasi ketenagalistrikan.
49 Ketentuan mengenai instalasi tenaga
listrik, sertifikasi kompetensi, tata
cara pemberian sertifikat dan diatur
dengan Peraturan Menteri.
50 1 Pemanfaatan jaringan tenaga listrik .
2 Ketentuan pemanfaatan jaringan
tenaga listrik.
3 Macam Pemanfaatan jaringan tenaga
listrik .
4 Syarat memperoleh izin pemanfaatan
jaringan.
5 Ketentuan mengenai tata cara
permohonan izin pemanfaatan
jaringan tenaga listrik.
51 1 Pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 81


2 Ketentuan melaksanakan
pengawasan.
3 Dalam melaksanakan pengawasan
keteknikan dibantu oleh inspektur
ketenagalistrikan.
52 Menteri menetapkan norma, standar,
prosedur, dan kriteria di bidang usaha
penyediaan tenaga listrik.
53 1 Pelanggaran ketentuan akan
mendapat sansi administratif.
2 pemegang izin operasi yang
melanggar ketentuan dalam Pasal 31
ayat (3) dikenai sanksi administratif.
3 Ketentuan Sanksi administratif.
4 Sanksi administratif
5 Sanksi tertulis yang melanggar
ketentuan
6 pemegang izin usaha penyediaan
tenaga listrik atau izin operasi yang
mendapat sanksi teguran tertulis.
7 Sanksi administratif berupa
pembekuan kegiatan sementara untuk
jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan.
8 Ketentuan pencabutan Sanksi
administratif
9 Sanksi administratif berupa
pencabutan izin.
54 1 Peraturan pelaksanaan di bidang
ketenagalistrikan.
2 Peraturan Pemerintah yang berlaku
saat ini.
55 Peraturan Pemerintah ini mulai
berlaku pada tanggal diundangkan.

No. Regulasi Pasal Ayat Keterangan


1. PERATURAN 2 - Usaha jasa penunjang tenaga listrik
PEMERINTAH Pelaksana usaha jasa penunjang
1
REPUBLIK tenaga listrik
INDONESIA NOMOR 3
Izin pelaksanaan usaha jasa
62 TAHUN 2012 2
penunjang tenaga listrik
TENTANG Jasa konsultasi dalam bidang instalasi
USAHA JASA 1
penyediaan tenaga listrik
PENUNJANG Klasifikasi bidang usaha jasa
TENAGA LISTRIK 4 2
konsultasi
Klasifikasi dalam subbidang usaha
3
jasa konsultasi di bidang

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 82


pembangkitan tenaga listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
4 konsultasi di bidang transmisi tenaga
listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
5 konsultasi di bidang distribusi tenaga
listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
6 konsultasi di bidang instalasi
pemanfaatan tenaga listrik
Klasifikasi dalam bidang usaha jasa
1 pembangunan dan pemasangan
instalasi penyediaan tenaga listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
2 jasa pembangunan dan pemasangan
dibidang pembangkitan tenaga listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
3 jasa pembangunan dan pemasangan
dibidang tranmisi tenaga listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
4 jasa pembangunan dan pemasangan
5 dibidang distribusi tenaga listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pembangunan dan pemasangan
5
dibidang instalasi pemanfaatan
tenaga listrik
Ketentuan peraturan tentang
Klasifikasi, Kualifikasi, dan
sertifikasi perencana, pelaksana, dan
6 pengawas bangunan sipil dan gedung
untuk instalasi penyediaan tenaga
listrik

Klasifikasi dalam bidang usaha dan


1 jasa pemeriksaan dan pengujian
instalasi tenaga listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
2 jasa pemeriksaan dan pengujian di
bidang pembangkitan tenaga listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
3 jasa pemeriksaan dan pengujian di
6
bidang transmisi tenaga listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
4 jasa pemeriksaan dan pengujian di
bidang distribusi tenaga listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pemeriksaan dan pengujian di
5
bidang instalasi pemanfaatan tenaga
listrik

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 83


Klasifikasi dalam bidang usaha jasa
1
pengoprasian instalasi tenaga listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
2 jasa pengoprasian di bidang
pembakitan tenaga listrik
7 Klasifikasi dalam subbidang usaha
3 jasa pengoprasian di bidang transmisi
tenaga listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
4 jasa pengoprasian di bidang distribusi
tenaga listrik
Klasifikasi dalam bidang usaha jasa
1
pemeliharaan instalasi tenaga listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
2 jasa pemeliharaan di bidang
pembangkitan tenaga listrik
8 Klasifikasi dalam subbidang usaha
3 jasa pemeliharaan di bidang transmisi
tenaga listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
4 jasa pemeliharaan di bidang distribusi
tenaga listrik
Klasifikasi dalam bidang usaha jasa
1
pendidikan dan pelatihan
Klasifikasi dalam subbidang usaha
2 jasa pendidikan di bidang
pembangkitan tenaga listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
3 jasa pendidikan di bidang transmisi
tenaga listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
4 jasa pendidikan di bidang distribusi
9
tenaga listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
5 jasa pendidikan di bidang instalasi
pemanfaatan tenaga listrik
6 Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pendidikan di bidang asesor
ketenagalistrikan
Klasifikasi dalam subbidang usaha
7 jasa pendidikan di bidang industri
penunjang tenaga listrik
Klasifikasi dalam bidang usaha jasa
1 sertifikasi kompetisi tenaga teknik
ketenagalistrikan
10 Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa sertifikasi kompetensi tenaga
2
teknik ketenagalistrikan di bidang
pembangkitan tenaga listrik

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 84


Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa sertifikasi kompetensi tenaga
3
teknik ketenagalistrikan di bidang
transmisi tenaga listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa sertifikasi kompetensi tenaga
4
teknik ketenagalistrikan di bidang
distribusi tenaga listrik
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa sertifikasi kompetensi tenaga
5
teknik ketenagalistrikan di bidang
instalasi pemanfaatan tenaga listrik
Pengklasifikasian menurut
1
perundang-undangan
11
Pengklasifikasian menurut peraturan
2
menteri
Kualifikasi usaha jasa penunjang
1
tenaga listrik
Kualifikasi usaha jasa penunjang
2
12 tenaga listrik pada ayat (1)
Ketentuan lebih lanjut mengenai
3 kualifikasi usaha jasa penunjang
tenaga listrik
Usaha jasa penunjangan tenaga listrik
pasal 2 hurur f,h,dan i
1
dikualifikasikan sesuai dengan
perundang-undangan
13
Kualifikasi untuk usaha jasa
penunjang tenaga listrik dalam pasal
2
2 huruf k diatur dalam peraturan
menteri
Sertifikat pada pasal 3 (1) diperoleh
1
melalui sertifikasi badan usaha
Sertifikat pada pasal 2 a,b,c,d,e dan j
2 diberikan oleh lembaga srtifikasi
badan usaha yang terakreditasi
Sertifikasi pada pasal 2 huruf
14 f,g,h,i,dan k diberikan sesuai dengan
3
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara sertifikasi badan usaha diatur
4
dalam Peraturan Menteri.

Akreditasi sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 14 ayat (2) diberikan
1 oleh Menteri.
15

2 pelaksanaan akreditasi pada ayat (1),

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 85


Menteri dapat dibantu oleh panitia
akreditasi ketenagalistrikan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara akreditasi diatur dalam Peraturan
3
Menteri.

Akreditasi usaha jasa penunjang


tenaga listrik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf f, huruf g, huruf
16 -
h, huruf i, dan huruf k dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Izin usaha jasa penunjang tenaga
1
listrik
Penerima izi usaha jasa penunjang
2
tenaga listrik
Izin usaha jasa penunjang tenaga
17
3 listrik yang diberikan oleh
bupati/walikota
Izin untuk usaha pemeriksaan dan
4 pengujian di bidang instalasi
pemanfaatan tenaga listrik
Tata cara untuk mendapatkan izin
1
usaha jasa penunjang tenaga listrik
2 Syatar untuk permohonan izin
18 3 Persyaratan administratif
4 Persyaratan teknis
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
5
cara permohonan izin
Tenaga teknik wajib memiliki
1
sertifikat kompetensi
2 Penanggung jawab teknik
Sertifikat harus memenuhi standar
3
kompetensi
Lembaga wajib diakreditasi oleh
4
menteri
Pelaksanaan akreditasi dapat dibantu
19 5 oleh panitia akreditasi
ketenagalistrikan
Standar kompetensi ditetapkan oleh
6
menteri
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara Sertifikasi Kompetensi Tenaga
7 Teknik diatur dalam Peraturan
Menteri.

Pemegang izin usaha jasa penunjang


20 -
tenaga listrik
21 1 Kewenangan melakukan pembinaan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 86


dan pengawasan usaha jasa
penunjang tenaga listrik
Pembinaan dan pengawasan yang
2
harus dipenuhi
Pembinaan dilakukan dengan bentuk
3 penyuluhan, bimbingan dan
pelatihan.
Ketentuan dalam melakukan
4
pengawasan
Melaksanakan pengawasan harus
5 sesuai dengan kewenangan dibantu
oleh inspektur ketenagalistrikan
Penunjukan penanggung jawab di
6 bidang ketenagalistrikan untuk
melakukan pengawasan
Menteri menetapkan norma, standar,
22 - prosedur dan kriteria di bidang usaha
jasa penunjang tenaga listrik.
1 Sanksi administratif
2 Bentuk sanksi administratif
3 Sanksi teguran tertulis
Sanksi teguran dilakukan apabila
4 membahayakan keselamatan
ketenagalistrikan
23
Apbila jangka waktu teguran tertulis
sudah berakhir, tetapi belum
5 melaksanakan, maka dapat diberikan
sanksi administratif berupa
pembekuan kegiatan sementara
6 Jangka waktu sanksi administratif
Sanksi administratif berupa
7
pencabutan izin
8 Pencabutan izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) tidak
menghapus kewajiban pemegang izin
usaha jasa penunjang tenaga listrik
kepada pihak ketiga.

24 1&2 Ketentuan peralihan


Setelah peraturan pemerintah ini
berlaku, maka peraturan sebelumnya
25 dinyatakan tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan
ini
Padasaat peraturan pemerintah ini
mulai berlaku,dan peraturan
26
sebelumnya dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku
27 Peraturan Pemerintah ini mulai

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 87


berlaku pada tanggal diundangkan.
No Regulasi Pasal Ayat Keterangan
1 (1)Pemerintah 25 1 Menyusun rencana umum daerah
Daerah berwenang
menyusun Rencana
Umum
Energi Daerah. Keikutsertaan kabupaten/kota dalam
(2) Dalam 2 menampung aspirasi masyarakat.
menyusun Rencana
Umum Energi
Daerah, Pemerintah
Provinsi
mengikutsertakan
Pemerintah
Kabupaten/Kota
untuk
menampung
pemikiran serta
pandangan hidup
dalam
masyarakat dengan
berpedoman pada
petunjuk teknis
yang
ditetapkan oleh
Menteri.
2 Dalam merancang 26 1 Pemerintah membentuk Dewan
dan merumuskan Energi Daerah.
kebijakan energi
daerah
yang akan
dituangkan dalam
perencanaan energi
daerah,
Pemerintah Daerah
dapat membentuk
Dewan Energi 2 Gubernur menetapkan stakeholder
Daerah. yang dipilih oleh Dewan Energi
(2) Anggota Dewan Daerah.
Energi Daerah
melibatkan semua
stakeholder
yang ditetapkan
melalui keputusan
Gubernur.

3 Guna mendukung 27 1 Pemerintah daerah wajib menyusun


pulau Kalimantan perencanaan induk kelistrikan.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 88


sebagai salah satu
lumbung energi
nasional maka
Pemerintah Daerah
wajib
menyusun
perencanaan induk
ketenagalistrikan. Pemanfaatan energi guna menjadikan
(2) Pemanfaatan 2 kalimantan sebagai lumbung energi.
sumber energi guna
mendukung pulau
Kalimantan sebagai
lumbung energi
Pemerintah Daerah
wajib
memperhatikan
masukan yang
tertuang dalam
Rencana Umum
Energi Daerah
(RUED).
4 Setiap kegiatan 28 1 Setiap kegiatan usaha
usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi
ketenagalistrikan ketentuan mengenai keselamatan
wajib memenuhi ketenagalistrikan.
ketentuan mengenai Ketentuan keselamatan
keselamatan ketenagalistrikan.
ketenagalistrikan. 2
(2) Ketentuan
keselamatan
ketenagalistrikan
sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1) meliputi
standarisasi,
pengamanan
instalasi tenaga
listrik dan
pengamanan
pemanfaatan tenaga
listrik untuk
mewujudkan
kondisi andal bagi
instalasi dan
kondisi aman dari Peralatan dan pemanfaatan listrik
bahaya bagi harus diberi tanda keselamatan.
manusia serta 3
kondisi ramah
lingkungan.
(3) Setiap peralatan Pewajiban pemenuhan ketentuan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 89


dan pemanfaatan pengelolaan lingkungan hidup.
tenaga listrik yang
akan
diperjualbelikan 4
harus memiliki
tanda keselamatan. Ketentuan keselamatan kelistrikan
(4) Setiap kegiatan dan lingkungan hidup.
usaha
ketenagalistrikan
wajib memenuhi
ketentuan mengenai 5
pengelolaan
lingkungan hidup.
(5) Ketentuan
mengenai
keselamatan
ketenagalistrikan
dan
lingkungan hidup
sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1), ayat
(2), ayat (3) dan
ayat (4) sesuai
dengan peraturan
perundangundangan
yang berlaku.
5. Apabila Pemegang 29 1 Izin usaha penyediaan tenaga listrik.
Izin Usaha
Penyediaan Tenaga
Listrik dalam
mengoperasikan
pembangkit
listriknya tanpa
dilakukan uji laik
operasi dan
lingkungan
dikenakan sanksi
sesuai dengan
peraturan
perundang- Pertanggungjawaban pelaanggaran.
undangan yang 2
berlaku.
(2) Dalam hal
terjadinya
pelanggaran yang
dilakukan oleh
Pemegang IUPTL
dan Pemegang Izin
Usaha Penunjang Sanksi dministrasi.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 90


Tenaga
Listrik dikenakan 3
sanksi administrasi
dan/atau pidana.
(3) Sanksi
administrasi
sebagaimana Hal lain diluar pelanggaran.
dimaksud pada ayat
(2) 4
adalah berupa
pencabutan izin.
(4) Selain
pelanggaran
sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1), bagi
tindakan yang
mengakibatkan
kerusakan dan
pencemaran
lingkungan
dikenakan ancaman
pidana sesuai
dengan
peraturan
perundang-
undangan yang
berlaku.
6. Setiap orang yang 30 1 Sanksi administratif tanpa memiliki
melakukan usaha izin usaha penyedia tenanga listrik.
penyediaan tenaga
untuk
kepentingan umum
tanpa memiliki izin
usaha penyedia
tenaga
listrik sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (2)
dipidana
dengan pidana
penjara paling lama
3 (tiga) tahun dan Sanksi administratif tanpa memiliki
denda izin usaha penyedia tenanga listrik.
paling banyak Rp. 2
2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah).
(2) Setiap orang
yang melakukan
usaha penyediaan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 91


tenaga listrik
tanpa izin operasi
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 9 ayat
(2) dipidana penjara Sanksi administratif tanpa memiliki
paling lama 5 izin usaha penyedia tenanga listrik.
(lima) tahun dan
denda
paling banyak Rp. 3
4.000.000.000,00
(empat miliar
rupiah).

(3) Setiap orang


yang
mengoperasikan
instalasi tenaga
listrik Sanksi administratif tanpa memiliki
tanpa sertifikat izin usaha penyedia tenanga listrik.
layak operasi
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (1)
dipidana dengan 4
pidana penjara
paling lama 5
(lima) tahun dan
denda paling
banyak Rp.
500.000.000,00
(lima ratus juta
rupiah).
(4) Setiap orang
yang memproduksi,
mengedarkan, atau
memperjual belikan
peralatan dan
pemanfaatan tenaga
listrik Sanksi administratif tanpa memiliki
yang tidak sesuai izin usaha penyedia tenanga listrik.
dengan Standar
Nasional Indonesia
dan
tanda keselamatan
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 13 5
ayat (5) dan Pasal
25 ayat (3) dipidana

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 92


dengan pidana
penjara
paling lama 5
(lima) tahun dan
denda paling
banyak Rp.
5.000.000.000,00
(lima miliar
rupiah).
(5) Setiap orang
yang melakukan
kegiatan usaha jasa
penunjang
tenaga listrik tanpa
izin sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal
12 ayat (2) dipidana
penjara paling lama
5 (lima) tahun dan
denda paling
banyak Rp.
2.000.000.000,00
(dua miliar
rupiah).
(6) Pemegang izin
usaha penyediaan
tenaga listrik yang
tidak
mentaati ketentuan
pelaksanaan
sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 19
dipidana sesuai
dengan peraturan
perundangundang
yang berlaku.
(7) Selain pidana
dan denda
sebagaimana
dimaksud pada ayat
(6),
pemegang izin
usaha dapat
dikenakan sanksi
tambahan
berupa pencabutan
IUPTL.
7. Selain Penyidik 31 1 Pihak terkait tentang usaha

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 93


Umum tindak penyediaan tenanga listrik.
pidana, penyidikan
atas tindak
pidana sebagaimana
dimaksud dalam
Peraturan Daerah
ini
serta
pelaksanaannya
dapat juga
dilakukan oleh
Penyidik
Pegawai Negeri
Sipil Bidang
Ketenagalistrikan Penyidik yang terkait
yang diangkat 2
dengan peraturan
perundang-
undangan yang
berlaku.
(2) Penyidik
sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1) berwenang :
a. melakukan
pemeriksaan atas
kebenaran laporan
atau
keterangan
berkenaan dengan
tindak pidana dalam
kegiatan usaha
ketenagalistrikan;
b. melakukan
pemeriksaan
terhadap orang atau
badan yang
diduga melakukan
tindak pidana dalam
kegiatan usaha
ketenagalistrikan;
c. memanggil orang
untuk didengar dan
diperiksa sebagai
saksi atau tersangka
dalam perkara
tindak pidana
kegiatan
usaha
ketenagalistrikan;

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 94


d. menggeledah
tempat yang diduga
digunakan untuk
melakukan tindak
pidana dalam
kegiatan usaha
ketenagalistrikan;
e. melakukan
pemeriksaan sarana
dan prasarana
kegiatan
usaha
ketenagalistrikan
dan menghentikan
penggunaan
peralatan yang
diduga digunakan
untuk melakukan
tindak
pidana;
f. menyegel
dan/atau menyita
alat kegiatan usaha
ketenagalistrikan
yang digunakan
untuk melakukan
tindak
pidana sebagai alat Penyidik yang terkait
bukti; dan 3
g. mendatangkan
tenaga ahli yang
diperlukan dalam
hubungan dengan
pemeriksaan
perkara tindak
pidana
dalam kegiatan
usaha
ketenagalistrikan.
3) Penyidik
Pegawai Negeri
Sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat
(2)
memberitahukan
dimulainya
penyidikan kepada
kepolisian
dan menyerahkan
hasil penyidikan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 95


kepada Penuntut
Umum
sesuai dengan
ketentuan KItab
Undang-Undang
Hukum Acara
Pidana.
8. Pembiayaan 32 Pembiayaan kegiatan pembinaan,
kegiatan pengendalian dan pengawasan
pembinaan, usaha ketenagalistrikan
pengendalian dan
pengawasan
usaha
ketenagalistrikan
serta pemanfaatan
energi dibebankan
pada
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Daerah
Provinsi
Kalimantan
Tengah dan
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Negara.
9. Pembiayaan 33 Pembiayaan kegiatan pembinaan,
kegiatan pengendalian dan pengawasan
pembinaan, usaha ketenagalistrikan
pengendalian dan
pengawasan
usaha
ketenagalistrikan
serta pemanfaatan
energi dibebankan
pada
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Daerah
Provinsi
Kalimantan
Tengah dan
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Negara.
10. (1) IO, IUPTL dan 35 Regulasi izin usaha penyedia tenaga
Izin Usaha listrik.
Penunjang Tenaga
Listrik yang
dimiliki oleh

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 96


BUMN/BUMD,
Koperasi, Badan
Hukum Swasta
atau Badan Usaha
lainnya yang
mempunyai hak
berdasarkan
peraturan yang ada
sebelum berlakunya
Peraturan Daerah
ini,
wajib mendaftarkan
ulang untuk
diklarifikasikan
keabsahan dan
kelengkapan
dokumen perizinan
yang dimilikinya
sesuai dengan
ketentuan yang
berlaku.
(2) Bagi yang tidak
dapat membuktikan
keabsahan dan
kelengkapan
dokumen perizinan
sebagaimana
dimaksud pada
ayat (2) akan
dikenakan tindakan
penertiban.
(3) Dengan
berlakunya
Peraturan Daerah
ini, maka IO dan
Izin
Kerja yang telah
diberikan sebelum
ditetapkan
Peraturan Daerah
ini, dinyatakan
tetap berlaku
sampai dengan
berakhirnya masa
berlakunya.
11. Hal-hal yang belum 35 Peraturan lanjutan ditetapkan oleh
diatur dalam Gubernur.
Peraturan Daerah
ini,
sepanjang

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 97


mengenai teknis
pelaksanaannya
akan diatur lebih
lanjut dan
ditetapkan dengan
Peraturan
Gubernur.
12. Peraturan Daerah 36 Setiap orang wajib mematuhi perda
ini berlaku pada ini.
tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan
Peraturan Daerah
ini dengan
penempatannya
dalam Lembaran
Daerah Provinsi
Kalimantan
Tengah.

No Regulasi Pasal Ayat Keterangan

1 UU no 1 th 1970 Bab 2 2 Dari pembangkitan listrik,Jaringan


II transmisi teg.extra tinggi
(TET),Jaringan tegangan
tinggi,Jaringan tegangan
menengah,Jaringan tegangan
rendah,Dan sampai ketempat kerja

2 UU no 1 th 1970 3 1 Dengan peraturan perundangan


huruf q ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk mencegah
terkena aliran listrik
berbahaya.(objektif)

3 UU no 1 th 1970 2 1 Setiap tempat dimana listrik


huruf q dibangkitkan,ditransmisikan,
dibagi-bagikan, disalurkan dan
digunakan.(ruang lingkup)

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 98


4 UU no 1 th 1970 5 1 Pegawai pengawas dan ahli
huruf q keselamatan kerja ditugaskan
menjalankan pengawasan langsung
terhadap ditaatinya undang-undang
ini dan membantu pelaksanaannya.

5 No 20 Th 2002 Pengusahaan Listrik

6 UU no.30 th 2009 5 1 Kewenangan Pemerintah di bidang


bab V ketenagalistrikan

no Regulasi PasalAyat Ayat Keterangaan

1 UU RI No 30 42 Tentangkewajibanusahaketenagalist
Tahun 1999 rikanmemenuhipersyaratanlingkung
TentangKetenagali anhidup
strikan
44 2 Memuattujuanketentuankeselamata
nketenagalistrikan

44 3 Memuatketentuankeselamatanketen
agalistrikan

46 2 Ketentuanpengawasanterhadapusah
aketenagalistrikanolehpemerintah

47 1, 2 Kewenanganpenyidikusahaketenag
alistrikan

48 1, 2, 3 Sanksi administrative bagi yang


melanggarketentuan yang
terteraalamUU RI No 30 Tahun
1999 TentangKetenagalistrikan

49 1,2,3 Ketentuanpidanabagi yang


melanggarketentuan yang
terteraalam UU RI No 30 Tahun
1999 TentangKetenagalistrikan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 99


Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 100

Anda mungkin juga menyukai