Anda di halaman 1dari 8

Guyton dan Hall. (1997). Fisiologi Kedokteran.

Penerbit EGC, Jakarta

Pearce, Evelyn. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta

Darmadi. 2009. Menghitung Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih Pada Ikan
Lele (Clarias gariepinus).Bandung:Marine Science Padjadjaran University

Darah terbentuk pada jaringan ikat lalu terbawa oleh plasma. Lebih berat dan lebih kental
dibandingkan air. Rasa cenderung asin karena membawa garam-garam mineral bau khas (anyir).
Darah memiliki pH 7,35 7, 45. Warna darah adalah merah terang sampai kebiruan tergantung
kadar oksigen yang dibawa. Volume darah total 5 liter pada laki-laki dewasa, tergantung ukuran
tubuh, dan konsentrasi elektrolit dalam tubuh. Ada 3 tipe unsur-unsur darah ialah sel-sel darah
merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau leukosit dan keping-keping darah atau trombosit
(Kimball, 1999).
Darah adalah matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat terspesialisasi yang
dibentuk dari sel-sel bebas (Bryon and Doroth, 1973). Darah terdiri dari komponen cair yang
disebut plasma dan berbagai unsur yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah
terdiri dari eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut oksigen, leukosit atau sel
darah putih yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh dan trombosit yaitu
sel yang berperan dalam homeostasis (Frandson, 1986). Eritrosit mempunyai peran sebagai
media transport. Sedangkan leukosit berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh sehingga memiliki
sifat menembus jaringan tanpa merusak jaringan tersebut (Pearce, 1989). Elemen seluler yang
disebut leukosit terdiri atas : neutrofil 50-70%, eosinofil 2-4%, basofil < 1%, limfosit 20-30%
dan monosit 2-8% (Suripto, 2002). Transport oksigen dalam darah tergantung pada komponen
besi dalam pigmen respirasi biasanya haemoglobin. Haemoglobin merupakan bagian dari sel
darah merah yang mengikat oksigen. Darah terdiri atas sel-sel dan fragmen-fragmen sel yang
terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat cair yang disebut plasma darah. Sel-sel dari
fragmen sel merupakan unsur darah yang disebut unsur jadi. Sel ini berukuran cukup besar
sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Plasma darah merupakan bagian yang cair dari
darah yang terdiri dari 99 % air dan 8-9 % protein (Kimball, 1988). Darah sangat penting bagi
organisme, jika kekurangan atau kelebihan sel darah mengakibatkan tidak normalnya proses
fisiologis suatu organisme sehingga menimbulkan suatu penyakit (Pearce, 1989).
Eritrosit merupakan tipe sel darah yang jumlahnya paling banyak dalam darah. Sebagian
besar vertebrata mempunyai eritrosit berbentuk lonjong dan berinti kecuali mamalia (Guyton,
1976). Eritrosit berbentuk elips, pipih dan bernukleus yang berisi pigmen-pigmen pernafasan
yang berwarna kuning hingga merah, yang disebut haemoglobin yang berfungsi mengangkut
oksigen (Frandson, 1992). Eritrosit normal 5 juta-6 juta sel/cc. NSel darah merah terbentuk di
dalam sumsum tulang (Pearce, 2002).
Jumlah eritrosit sangat bervariasi antara individu yang satu dengan yang lainnya. Jumlah
eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian, dan keadaan stress.
Banyaknya jumlah eritrosit juga disebabkan oleh ukuran sel darah itu sendiri (Schmidt dan
Nelson, 1990). Dallman dan Brown (1987) menyatakan bahwa, hewan yang memiliki sel darah
kecil, jumlahnya banyak. Sebaliknya yang ukurannya lebih besar akan mempunyai jumlah yang
lebih sedikit. Jumlah sel darah merah yang banyak, juga menunjukkan besarnya aktivitas hewan
tersebut. Hewan yang aktif bergerak/beraktivitas akan memiliki eritrosit dalam jumlah yang
banyak pula, karena hewan yang aktif akan mengkonsumsi banyak oksigen, dimana eritrosit
sendiri mempunyai fungsi sebagai transport oksigen dalam darah(Guyton, 1995).
Jumlah eritrosit pada ikan adalah 50.000-3.000.000 sel/mm 3. Jumlah eritrosit ayam betina
adalah 2.720.000 sel/mm3, jumlah eritrosit ayam jantan adalah 3.230.000 sel/mm 3, jumlah
eritrosit mencit normal adalah berkisar4.000.000 - 6.000.000 sel/mm3. Jumlah normal leukosit
pada mamalia adalah rata-rata 4.000.000 - 11.000.000 sel/mm3, jumlah leukosit pada ayam
berkisar antara 16.000-40.000 sel/mm3dan jumlah leukosit ikan adalah 20.000-150.000
sel/mm3. Sedangkan untuk jumlah leukosit tikus putih normal adalah 16.000 40.000 sel /
mm3(Guyton, 1995).
Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian dan
keadaan stres. Banyaknya jumlah eritrosit yang banyak juga menunjukan besarnya aktivitas
hewan tersebut. Hewan yang aktif bergerak akan memiliki eritrosit yang banyak karena akan
mengkonsumsi banyak oksigen, sebab eritrosit berfungsi sebagai transport oksigen dalam
darah (Leeson, 1990).
Jangka hidup sel darah merah kira- kira 120 hari. Sel- sel darah merah yang telah tua
akan ditelan oleh sel- sel fagostik yang terdapat dalam hati dan limpa. Jumlah sel darah merah
pada wanita normal kira- kira 4,5 juta sel / mm 3 darah. Sedangkan untuk laki- laki normal 5 juta /
mm3 darah. Meskipun demikian nilai-nilai ini dapat turun-naik dalam suatu kisaran yang luas
sekali, tergantung pada faktor-faktor seperti ketinggian tempat seorang hidup dan kesehatan
(Kimball, 1999).
Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Luekosit ini
sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit dan monosit serta sedikit limfosit) dan sebagian
lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam
darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah
putih ialah bahwa kebanyakan ditranspor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami
peradangan serius, jadi, menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan
infeksius yang mungkin ada (Guyton, 1995).
Leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan rasio 1 : 700
(Frandson, 1992). Leukosit adalah bagian dari sel darah yang berinti, disebut juga sel darah
putih. Di dalam darah normal didapati jumlah leukosit rata-rata 4000- 11.000 sel/cc. Jika
jumlahnya lebih dari 11000 sel/mm3 maka keadaan ini disebut leukositosis dan bila jumlah
kurang dari 4000 sel/mm3 maka disebut leucopenia. Fluktuasi jumlah leukosit pada tiap individu
cukup besar pada kondisi tertentu seperti stres, umur, aktifitas fisiologis dan lainnya. Leukosit
berperan penting dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap benda-benda asing.
Jumlah leukosit lebih banyak diproduksi jika kondisi tubuh sedang sakit apabila dalam sirkulasi
darah jumlah leukositnya lebih sedikit dibanding dengan eritrositnya (Pearce, 1989). Sel darah
putih berperan dalam melawan infeksi (Kimball,1988).
Leukosit dalam keadaan hidup tampak sangat berbeda dengan leukosit yang terlihat pada
sajian apus kering. Pada sajian irisan, leukosit tampak bulat seperti di dalam sirkulasi darah,
tetapi diameternya lebih kecil dari pada dalam keadaan hidup akibat pengerutan. Pada sajian
apus sel-sel menjadi pipih dan tampak lebih besar daripada dalam keadaan hidup dan banyak
struktur halus berubah atau rusak (Leeson, 1990).
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit adalah tergantung pada
spesies, kondisi pakan, kandungan bahan organik seperti glukosa, lemak, urea, dan asam urat,
kondisi lingkungan, musim, serta umur hewan.
Hewan yang terinfeksi akan mempunyai
jumlah leukosit yang banyak, karena leukosit
berfungsi melindungi tubuh dari infeksi. Penurunan
jumlah leukosit dapat terjadi karena infeksi usus,
keracunan bakteri, septicoemia, kehamilan, dan
partus. Jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi
tubuh, stress, kurang makan atau disebabkan oleh
faktor lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
eritrosit dan leukosit yaitu tergantung pada spesies dan
kondisi pakannya, selain itu juga bahan organik yang
terkandung seperti glukosa, lemak, urea, asam urat,
dan lainnya. Umur, kondisi lingkungan dan musim
juga sangat mempengaruhi jumlah eritrosit dan
leukosit (Pearce, 1989). Turunnya jumlah protein
mungkin dapat dijadikan media tambahan untuk menghentikan senyawa agar meningkatkan
pemenuhan senyawa energi oleh ikan untuk mengatasi kondisi lingkungan yang tidak terlindungi
dari racun(Ramesh,2008).
Hematologi merupakan cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ pembentuk
darah dan penyakitnya. Hematologi digunakan sebagai petunjuk keparahan suatu penyakit.
Perubahan hematologi dan kimia darah baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat
menentukan kondisi kesehatan hewan. Sel dan plasma darah mempunyai peran fisiologis yang
sangat penting dalam diagnosis, prognosis, dan terapi suatu penyakit(Soetrisno,1987).
Metode pengukuran eritrosit, leukosit, dan
kadar Hb. Cara menghitung eritrosit, dan leukosit
sama kecuali larutan yang digunakan. Untuk
pengukuran eritrosit digunakan larutan Hayem, untuk
pengenceran eritrosit. Sedangkan untuk
mengencerkan leukosit dengan menggunakan larutan
Turk. Sebelum darah digunakan untuk percobaan, darah ditambah dengan larutan EDTA agar
darah tidak mudah menggumpal(Darmadi,2009).

Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan terkait penghitungan jumlah eritrosit
dan leukosit hewan Homoiotermik dan Polikilotermik. Dengan dilakukannya praktikum ini maka
memiliki tujuan khusus yaitu agar praktikan mampu untuk menghitung jumlah eritrosit dan
leukosit pada hewan uji coba yang telah dipersiapkan. Adapun hewan uji coba yang akan dipakai
adalah Kadal(kelompok hewan polikiloterm) dan Tikus Putih (kelompok hewan Homeotermik).
Pada perhitungan jumlah eritrosit dan leukosit, praktikan secara khusus menggunakan
beberapa alat yang teriri dari pipa Thoma dan Hemosytometer. Kedua alat ini memiliki peran
masing-masing. Pipa Thoma yang digunakan dalam praktikum kali ini ada dua jenis, yaitu pipa
Thoma putih dan Pipa Thoma Merah. Perbedaan antara pipa Thoma putih dan pipa Thoma merah
terletak pada warna tempat penghisap pada pipa, warna butiran pengocok yang ada didalam pipa
Thoma. Jika warna penghisap pipa Thoma dan warna butiran pengocok juga merah, maka pipa
Thoma itu digunakan untuk mengmbil eritrosit. Sedangkan, jika warna penghisap pipa Thoma
dan warna butiran pengocok juga putih, maka pipa Thoma itu digunakan untuk mengmbil
Leukosit. Dengan demikian maka secara khusus dalam praktikum ini pipa Thoma digunakan
untuk mengambil darah dan sekaligus tempat pengenceran darah dengan metode hisapan
kemudian kocokan. Selanjutnya, alat yang digunakan adalah Hemocytometer. Hemocytometer
adalah alat utama dalam praktikum ini, karena dengan alat ini praktikan dapat menentukan dan
menghitung jumlah sel darah. Hemositometer adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk
melakukan perhitungan sel secara cepat dan dapat digunakan untuk konsentrasi sel yang
rendah. Bentuknya terdiri dari 2 counting chamber dan tiap chamber-nya memiliki garis-garis
mikroskopis pada permukaan kaca. Luas total dari chamber adalah 9 mm2. Chamber tersebut
nantinya akan ditutup dengan coverslip dengan ketinggian 0.1 mm di atas chamber
floor. Pada chamber terdapat 9 kotak besar berukuran 1 mm2 dan kotak-kotak kecil, di mana satu
kotak besar sama dengan 25 kotak kecil sehingga satu kotak besar tersebut memiliki volume
sebesar 0.0001 ml. Adapaun kotak yang paling kecil berfungsi untuk mempermudah perhitungan
sel. Dalam praktikum ini, kotak yang digunakan untuk menghitung eritrosit adalah kotak R
(kotak kecil yang terletak di tengah terbagi menjadi 25 bujur sangkar dengan sisi 1/5 mm). Kotak
ini lebih kecil dari pada kotak perhitungan leukosit, yaitu kotak W (kotak kecil yang terletak di
bagian pojok dan masing-masing terbagi lagi menjadi 16 kotak dengan sisi mm) karena
ukuran leukosit lebih besar dibandingkan eritrosit dan jumlahnya juga jarang maka kotak
pengamatannya juga harus lebih besar sehingga mudah untuk diamati. Kotak R digunakan untuk
eritrosit karena eritrosit ukurannya lebih kecil daripada leukosit. Jika eritrosit diamati pada kotak
W akan terlalu banyak sel yang terlihat dan luas daerah hitung terlalu besar sehingga akan
menyulitkan perhitungan.

Eritrosit = sel x 5 x 10 x 200


Keterangan :
Ne : Jumlah SDM dalam 5 kotak (bilik hitung R)
P : Besar pengenceran
50 : 1/Volume kotak R (4000) dibagi jumlah bujursangkar ( 5 kotak R = 80)
Sedangkan untuk menghitung jumlah Leukosit,praktikan terlebuh dahulu menentuan
kotak besar yang berada di dekat kotak kecil tersebut. Caranya yaitu mengambil 4 kotak besar
pada masing masing pojok kanan kiri atas dan bawah. Selanjutnya jumlah Leukosit dihitung
dengan rumus berikut:

Leokosit = sel x 10 x 10
4
Keterangan :
Nl : Jumlah SDP dalam 4 kotak (bilik hitung W)
P : Besar Pengeceran
2,5 : 1/ Volume kotak A (160) dibagi jumlag bujur sangkar (4 kotak)
Selanjutnya, untuk mendukung keberhasilan praktikum kali ini, maka praktikan
menggunakan beberapa bahan-bahan kimia yaitu Larutan Hayem, Larutan Truck, Larutan Ether,
dan Zat Koagulan. Bermacam-macam bahan yang digunakan ini, memiliki peran masing-
masing. Larutan hayem yang memiliki fungsi antara lain mengencerkan darah, merintangi
pembekuan, bentuk bentuk eritrosit terlihat jelas, sedangkan bayangan leukosit dan trombosit
lenyap. Komposisi larutan hayem adalah Natrium sulfat kristal (5,0 gram), natrium klorida (1,0
gram), merkuri klorida (0,5 gram) dan air suling (200 ml). Larutan Truck berfungsi untuk
pengenceran, melisiskan eritrosit, dan mencegah koagulasi darah, selain itu larutan Turk
berfungsi sebagai pewarna leukosit karena adanya gentian violet yang terkandung dalam larutan
Turk tersebut. Larutan Ether berfungsi untuk membuat hewan percobaan lemas dan pingsan
sehingga tidak merasakan sakit ketika dibunuh, kerja larutan Ether ini mirip dengan obat Bius.
Selanjutnya adalah zat Koagulan,zat koagulan ini merupakan zat EDTA (natrium ethylen diamin
tetra acetic acid)yang berfungsi mencegah penggumpalan darah.
Dalam praktikum ini ada beberapa perlakuan yang dilakukan oleh praktikan, diantaranya
adalah praktikan melakukan penusukan dibagian pembuluh dekat jantung,hal ini bertujuan untuk
mendapatkan sumber darah yang banyak untuk tahap perhitungan darah. Selanjutnya dilakukan
penyedotan larutan Hayem untuk pipa Thoma merah (untuk eritrosit) dan penyedotan larutan
Truck untuk pipa Thoma putih (untuk Leukosit), kemudian dilakukan Pengocokann secara
Horizontal. Setelah darah dan larutan tercampur homogen maka dilakukan pengeluaran
campuran sebanyak 2 tetes pada Tisuue, hal ini dilakukan agar dalam hemaecitometer benar
benar mengandung sel darah merah atau sel darah putih bukan larutan hayem atau larutan Truck
saja. Dengan demikian maka masing masing sel darah dapat diletakkan di Hemositometer dan
diamati dibawah mikroskop.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh kelompok 1,2,3,4,5 dan 6 maka
pada praktikum kali ini pada percobaan 1,2 dan 3 dengan menggunakan hewan uji yang sama
yaitu Rattus sp. (Tikus Putih) memperlihatkan hasil bahwa jumlah eritrosit dari percobaan 1,2
dan 3 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah Leukositnya, yaitu jumlah eritrosit pada
percobaan 1 adalah 900.000 serta leukositnya adalah 900. Percobaan 2 menghasilkan data jumlah
eritrosit sebanyak 450.000 dan leukosit sebanyak 9.300. sedangkan pada percobaan 3
menghasilkan data jumlah eritrosit sebanyak 10.400.000 dan leukositnya sebanyak 7.500. hal ini
sesuai dengan dasar teori yang menyebutkan bahwa Eritrosit merupakan tipe sel darah yang
jumlahnya paling banyak dalam darah. Leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada
eritrosit dengan rasio 1 : 700. Selanjutnya menurut dasar teori yang lain, jumlah eritrosit Tikus
putih adalah berkisar 4.000.000-6.000.000 sel / mm3 ,dengan demikian maka perhitungan yang
paling menekati adalah 10.400.000 sedangkan yang paling jauh adalah 450.000. Hal ini
dikarenakan karena pada saat perhitungan eritrosit pada kelompok 2 ada beberapa kesalahan
yaitu kotak Hemositometer yang dihitung adalah salah dalam hal posisinya, sehingga
menyebabkan jumlah eritrosit sedikit. Sedangkan untuk jumlah leukosit tikus putih normal
adalah 16.000 40.000 sel / mm3 menurut dasar teori, sehingga data yang didapat dalam
perhitungan leukosit dalam praktikum ini adalah dibawah jumlah leukosit normal.
Selanjutnaya untuk percobaan berikutnya adalah percobaan 4,5 dan 6 dengan
menggunakan hewan uji Kadal. Kadal merupakan kelompok hewan polikilotermik. Berdasarkan
hasil pengamatan jumlah eritrosit pada percobaan 4,5 dan 6 lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah Leukositnya, yaitu jumlah eritrosit pada percobaan 4 adalah1.010.000 serta leukositnya
adalah 10.500. Percobaan 5 menghasilkan data jumlah eritrosit sebanyak 1.580.000 dan leukosit
sebanyak 15.350. sedangkan pada percobaan 6 menghasilkan data jumlah eritrosit
sebanyak 1.310.000 dan leukositnya sebanyak 20.800. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang
menyebutkan bahwa Eritrosit merupakan tipe sel darah yang jumlahnya paling banyak dalam
darah. Leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan rasio 1 : 700.
Selanjutnya menurut dasar teori yang lain, jumlah eritrosit Kadal adalah berkisar50.000
3.000.000 sel / mm3 ,dengan demikian maka perhitungan yang paling mendekati
adalah 1.580.000sedangkan yang jauh dibawah angka normal adalah 1.010.000. Sedangkan
untuk jumlah leukosit kadal normal adalah 20.000-150.000 sel / mm3 menurut dasar teori,
sehingga data yang didapat dalam perhitungan leukosit dalam praktikum ini memiliki kemiripan
jumlah dengan jumlah normal eritrosit pada dasar teori yaitu 20.800 perhitungan ini diperoleh
dari percobaan ke 6. Sedangkan untuk hasil percobaan yang lain menunjukkan nilai dibawah
jumlah normal namun sedikit mendekati.
Jumlah eritrosit sangat bervariasi antara individu yang satu dengan yang lainnya. Jumlah
eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian, dan keadaan stress.
Banyaknya jumlah eritrosit juga disebabkan oleh ukuran sel darah itu sendiri. Menurut dasar
teori hewan yang memiliki sel darah kecil, jumlahnya banyak. Sebaliknya yang ukurannya lebih
besar akan mempunyai jumlah yang lebih sedikit. Jumlah sel darah merah yang banyak, juga
menunjukkan besarnya aktivitas hewan tersebut. Hewan yang aktif bergerak/beraktivitas akan
memiliki eritrosit dalam jumlah yang banyak pula, karena hewan yang aktif akan mengkonsumsi
banyak oksigen, dimana eritrosit sendiri mempunyai fungsi sebagai transport oksigen dalam
darah.
Hewan yang terinfeksi akan mempunyai jumlah leukosit yang banyak, karena leukosit
berfungsi melindungi tubuh dari infeksi. Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi karena infeksi
usus, keracunan bakteri, septicoemia, kehamilan, dan partus. Menurut Soetrisno (1987), jumlah
leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stress, kurang makan atau disebabkan oleh faktor lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit yaitu tergantung pada spesies dan
kondisi pakannya, selain itu juga bahan organik yang terkandung seperti glukosa, lemak, urea,
asam urat, dan lainnya. Umur, kondisi lingkungan dan musim juga sangat mempengaruhi jumlah
eritrosit dan leukosit (Pearce, 1989). Menurut Ramesh (2008), turunnya jumlah protein mungkin
dapat dijadikan media tambahan untuk menghentikan senyawa agar meningkatkan pemenuhan
senyawa energi oleh ikan untuk mengatasi kondisi lingkungan yang tidak terlindungi dari racun.

Kesalahan perhitungan dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu teknis, sampling,


peralatan. Kesalahan teknis yaitu adanya gelembung saat mengambil darah atau
larutan pengencer sehingga bisa mempengaruhi volume pengenceran, penyedotan
yang terlalu kuat sehingga volume darah yang diambil tidak sesuati dengan skala
yang ditentukan, pengocokan yang kurang homogen menyebabkan sel darah akan
sulit diamati karena bertumpuk atau tidak ada karena yang masuk pada
haemacytometer adalah larutan pengencernya. Kesalahan peralatan bisa
dikarenakan mikroskop yang memiliki fokus kurang tepat sehingga sel darah sulit
diamati, pipet toma yang digunakan tidak berfungsi dengan baik sehingga sulit
digunakan dalam penyedotan darah dan larutan pengencernya. Kesalahan sampling
antara lain pada jari terdapat alkohol yang belum kering sehingga membuat darah
yang keluar cepat beku, terdapat air pada pipet toma yang baru dibersihkan.

Bryon, A. S and S. Doroth. 1973. Text Book of Physiology. Japan : St Burst The Moshy Co Toppon Co
Ltd.

Dallman, H. D dan E. M Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner I. Jakarta : UI Press.

Darmadi. 2009. Menghitung Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih Pada Ikan Lele
(Clarias gariepinus).Bandung:Marine Science Padjadjaran University

Frandson, R. D. 1986. Anatomy and physiology of Farm Animals. Philadelphia.:Lea and Febiger.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta:UGM Press.

Guyton, A. C. 1976. Text Book of Medical Physiology. Toronto: W. B. Saunders Company Philadelphia
London.

Guyton dan Hall. (1997). Fisiologi Kedokteran. Jakarta :Penerbit EGC.

Kimball, J.W. 1988. Biologi. Jakarta.:Erlangga

Kimball, Jhon W. 1999. Biologi. Jakarta.:Erlangga


Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ramesh, M. et al, 2008. Haematological and Biochemical Response in a Freshwater Fish Cyprinus
carpioExposed to Chorlpyrifos. International journal of Integrative Biology. India.

Schmidt, W. and Nelson, B. 1990. Animal Physiology. New York: Harper Collins Publisher.

Soetrisno. 1987. Diktat Fisiologi Ternak. Purwokerto: Fakultas Peternakan Unsoed.

Suripto. 2002. Fisiologi Hewan.Bandung:ITB.

Anda mungkin juga menyukai