Anda di halaman 1dari 24

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

Rencana Kerja dan


Syarat-Syarat (RKS)

BAB XII
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

A. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dilaksanakan adalah Belanja Modal Pembangunan Labor SMAN 1
Pariaman (Lanjutan) perincian bagian pekerjaan yang dilaksanakan didasarkan
pada gambar rencana. BO dan RKS yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari rencana kerja dan syarat syarat ini.

B. SYARAT-SYARAT UMUM

PASAL 1. STANDARD
STANDARD YANG BERLAKU
1. Semua pekerjaan dalam RKS ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan
memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam Persyaratan
Normalisasi Indonesia (NI) dan peraturan-praturan Nasional maupun peraturan-
peraturan setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang
bersangkutan yaitu.
a) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
b) Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 39/KPTS/M/2003
tanggal 31 Desember 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa
Konstruksi oleh Instansi Pemerintah.
c) Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor :
332/KPTS/M/2002 tanggal 21 Agustus 2002 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
d) Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor : 10/KPTS/2000 tanggal 1
Maret 2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran
Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
e) Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor : 11/KPTS/2000 tanggal 1
Maret 2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di
Perkotaan.
f) Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
g) Standar/pedoman teknis yang berlaku seperti :
PUBI 1982 : Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
NI 8 : Peraturan Semen Portland Indonesia
PPI 1983 : Peraturan pembebanan Indonesia
ASTM : American Society for Testing & Materials
NI 10 : Bata Merah Sebagai bahan bangunan
PBI 1971 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia
SII : Standar Industri Indonesia
PPBBI : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia
AV 1941 : Algemene Voorwarden

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 1


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)


AISC : American Institute of Steel Construcion

AWS : American Welding Society

AASTHO : American Association of State Highway and
Transportation Officials
SNI : Standar Nasional Indonesia
Peraturan Nasional Pembangunan Indonesia
Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia (PKKI NI-5/1961).
Peraturan Direktorat Jendral Perawatan Depnaker tentang penggunaan
Tenaga Kerja, Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja.
Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia disingkat
DTPI 1980.
Pedoman Tata cara Penyelenggaraan Pembangunan Gedung Negara oleh
Departemen Pekerjaan Umum.
Peraturan - peraturan Pembangunan Pemda setempat.
h) Peraturan Daerah tentang Tata Bangunan

2. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standard-standard yang


tersebut diatas, maupun standard Nasional lainnya maka diberlakukan standard
Internasional yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak tidaknya
berlaku standard-standard persyaratan teknis dari Negara-negara asal bahan
pekerjaan yang bersangkutan. Atau penyedia Barang/Jasa harus mengajukan salah
satu persyaratan berikut ini guna mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
a) Standar/Normal/Pedoman yang bisa diterapkan pada bagian pekerjaan yang
bersangkutan yang diterbitkan oleh instansi, asosiasi, lembaga pengujian
ataupun badan lainnya yang berwenang.
b) Brosur Teknis dari produsen yang dilengkapi dengan sertifikat dari lembaga
pengujian

3. Sebelum setiap memulai pekerjaan pembangunan dan pemasangan


bahan/material dimulai, Pemborong wajib dan harus menyerahkan :
a) Time Schedule
b) Spesifikasi bahan/material dari pabrik pembuatan untuk bahan material
tertentu sesuai dengan perintah Direksi Pengawas dan Konsultan Perencana.
c) Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing).
d) Contoh bahan, warna termasuk mock-up untuk pekerjaan tertentu sesuai
dengan permintaan Direksi, Pengawas, dan Konsultan Perencana.
a) Referensi, lisensi, sertifikat khusus dari pihak yang berwenang untuk pekerjaan
tertensu sesuai permintaan Direksi/Pengawas dan Konsultan Perencana.
e) Izin Pelaksanaan dari Direksi Pengawas diperlukan untuk diteliti dan disetujui
oleh Direksi Pengawas jika tidak memenuhi syarat akan ditolak dan harus
diganti sampai memenuhi syarat yang diminta atas tanggung jawab dan biaya
Pemborong.
4. Ukuran
Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam gambar kerja adalah ukuran jadi
meliputi ukuran :
a. As - as
b. Luar - luar
By:CV.SURYA CONSULTING XII - 2
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

c. Dalam - dalam
d. Luar - dalam

5. Perbedaan Gambar
a. Bila gambar kerja tidak sesuai dengan RKS, maka yang mengikat adalah RKS
atau ditentukan kemudian oleh Direksi Pekerjaan.
b. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin
kerja, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang
berlaku/mengikat
c. Bila ada beberapa gambar dengan tanggal pengeluaran yang berbeda untuk
satu masalah, maka gambar dengan gambar yang termuda/terbaru yang
mengikat/berlaku
d. Bila ada perbedaan antara gambar kerja arsitektur dengan struktur, maka yang
berlaku/mengikat adalah gambar kerja arsitektur sepanjang tidak mengurangi
segi konstruksi dan kekuatan struktur
e. Bila ada perbedaan antara gambar kerja arsitektur dan gambar kerja elektrikal
& mekanikal, maka yang dipakai sebagai pegangan adalah ukuran fungsional
dalam gambar kerja arsitektur
f. Bila perbedaan-perbedaan itu, ketidakjelasan maupun kesimpangsiuran
menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan dapat menimbulkan
kesalahan, maka Penyedia Jasa diwajibkan menyampaikan kepada Direksi Teknis
Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan
g. Ketentuan di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Penyedia Jasa untuk
memperpanjang waktu pelaksanaan maupun mengajukan claim biaya
pekerjaan tambah.

PASAL 2. PENJELASAN
GAMBAR DAN RKS
Kontraktor wajib meneliti semua gambar kerja (Detail Perencanaan) dan RKS (Rencana
Kerja dan Syarat-syarat) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan
dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
Bilamana terdapat ketidak sesuaian antara gambar dengan RKS, maka yang mengikat
dan berlaku adalah RKS. Bilamana suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang
lain, maka gambar yang mempunyai skala lebih besar yang berlaku.
Bila perbedaan-perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam
pelaksanaan dapat menimbulkan kesalahan, Kontraktor wajib menanyakan kepada
Pimpinan Proyek atau Pengawas Lapangan yang ditunjuk owner dan mengikuti
keputusannya.
PASAL 3. LAPORAN
Kontraktor wajib membuat Laporan Harian, Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan
sebagai resume dari laporan harian dan mingguan selama masa pelaksanaan, yang
akan diperiksa dan disetujui oleh Pengawas Lapangan dan Pimpinan Proyek yang
memuat hal-hal:
1. Jumlah tenaga menurut jenis/jabatan
2. Jumlah dan jenis bahan yang masuk yang disetujui dan ditolak
3. Kegiatan, volume dan satuan pekerjaan secara terperinci.

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 3


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

4. Keadaan cuaca dan kejadian-kejadian lain


5. Peralatan yang dipakai
6. Anjuran/perintah kepada Kontraktor.
Laporan harian ini dibuat dalam rangkap dan bentuk yang telah ditetapkan oleh
Owner.

PASAL 4. SUSUNAN
PERSONIL LAPANGAN
Kontraktor wajib menetapkan seorang kuasanya di lapangan atau biasa disebut Site
Manager, yang cakap untuk memimpin, bertanggung jawab penuh terhadap
pelaksanaan pekerjaan dan memiliki pengalaman teknis dalam pekerjaan bangunan.
Penetapan ini harus dikuatkan dengan Surat Tugas/ Surat Pengangkatan resmi
Kontraktor ditujukan kepada Direksi Lapangan/Owner.

PASAL 5. JAMINAN
KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN
Sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis menurut syarat-syarat Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dalam keadaan siap pakai harus selalu tersedia di
lapangan.
Bilamana terjadi musibah atau kecelakaan di lapangan pada memerlukan perawatan
serius, Kontraktor harus segera membawa korban ke Rumah Sakit terdekat dan
melaporkan kejadian tersebut kepada Pemimpin Proyek atau Pengawas Lapangan.
Kontraktor wajib menyediakan air minum yang bersih dan cukup, serta memenuhi
syarat-syarat kesehatan bagi semua petugas/pekerja, baik yang berada dibawah
kekuasaannya maupun yang berada dibawah pihak ketiga.
Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak bagi semua
petugas dan pekerja di lapangan.
Kecuali untuk menjaga keamanan, membuat tempat penginapan bagi para pekerja
tidak diperkenankan berada di areal pekerjaan.
Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja, wajib
diberikan oleh Kontraktor sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

PASAL 6. KEAMANAN
PROYEK
Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan, terhadap barang miliknya yang berada di
lapangan, dan milik Owner yang ada di lapangan baik terhadap pencurian maupun
pengerusakan.
Bila diperlukan, untuk maksud-maksud tersebut, Kontraktor dapat membuat pagar
pengaman dari tiang kayu meranti/seng gelombang dan dicat.
Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang atau pekerjaan, tetap
menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam biaya
pekerjaan tambah atau pengunduran waktu pelaksanaan.
Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk itu
Kontraktor harus menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap pakai.
Kontraktor wajib mengasuransikan seluruh pekerjaan dan pihak-pihak yang terlibat
didalamnya (all risk) pada perusahaan Umum Asuransi. Maka pertanggungan
ditetapkan sejak tanggal diterbitkannya SPMK sampai dengan tanggal berakhirnya
masa pemeliharaan.

PASAL 7. ALAT-ALAT
PELAKSANAAN

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 4


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan, baik berupa alat-alat kecil maupun
besar, harus disediakan oleh Kontraktor dalam keadaan baik dan siap pakai sebelum
pekerjaan fisik bersangkutan dimulai.

PASAL 8. DIREKSI KEET


Kontraktor harus menyediakan bangunan/kantor ruang kerja di lapangan untuk
Kontraktor, sesuai dengan kebutuhan.
Kantor lapangan tersebut dilengkapi dengan peralatan-peralatan kantor.
Kontraktor harus membuat bangsal kerja, tempat istirahat pekerja, tempat makan dan
gudang penyimpanan barang-barang.
Penempatan bangunan tersebut di atas akan ditentukan kemudian oleh Kontraktor
atas persetujuan Pimpinan Proyek.
Segala biaya yang diperlukan untuk pembuatan bangunan tersebut di atas dan
peralatan yang dibutuhkan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan dianggap telah
termasuk harga kontrak/borongan.

PASAL 9. PENYIMPANAN
BAHAN/MATERIAL
Penyimpanan bahan-bahan/material bangunan yang telah diperiksa dan disetujui oleh
Pengawasa Lapangan, harus diatur penempatannya sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam pengambilan dan menjaga agar tetap memenuhi syarat-syarat
penyimpanan untuk menghindari kerusakan atau menurunnya mutu bahan/material
bangunan tersebut.
Tempat penimbunan bahan/material bangunan tersebut harus mendapat persetujuan
Pengawasa Lapangan, penimbunan bahan/material yang ada dalam gudang maupun
yang berada di lapangan terbuka dalam areal proyek harus diatur sedemikian rupa
agar tidak mengganggu kelancaran dan keamanan umum, juga memudahkan jalannya
pemeriksaan dan penelitian bahan/material oleh Pengawas Lapangan.
Selama berlangsungnya pembangunan/pekerjaan fisik, kebersihan areal kerja,
direksikeet, gudang, bangsal/los kerja dan bangunan lainnya yang ada dalam areal
proyek harus tetap terjaga, tertib dan rapi.
Bahan/material yang telah ditolak oleh Pengawasa Lapangan harus dikelurkan dari
areal proyek secepatnya selambat-lambatnya pada hari yang sama saat penolakan
dinyatakan. Terhadap kelalaian ini Pimpinan Proyek dapat memberhentikan seluruh
pekerjaan, dan seluruh akibat dari pemberhentian tersebut seluruhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

PASAL 10. PEKERJAAN


PERSIAPAN
1. Mobilisasi dan Demobilisasi
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Penyedia Barang/Jasa harus
melaksanakan mobilisasi peralatan dan tenaga kerja yang menunjang pelaksanaan
pekerjaan, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK) diterbitkan. Mobilisasi dilakukan sesuai dengan lingkup pekerjaan meliputi:
a. Mendatangkan peralatan-peralatan terkait yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
b. Mempersiapkan fasilitas seperti kantor proyek, bengkel, gudang dan
sebagainya.
c. Mendatangkan personil-personil.

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 5


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

Pekerjaan demobilisasi dilaksanakan apabila pekerjaan dianggap telah selesai dan


dengan persetujuan dari Pihak Pengguna Jasa/Direksi Pekerjaan.

2. Pengadaan Air Untuk Pelaksanan Pekerjaan


Untuk penampungan air kerja disiapkan drum penampung, air harus memenuhi
kualitas yang ditentukan dalam PBI 1991. Pengadaan air untuk pelaksanaan
pekerjaan diambil dari sumber air terdekat, kemudian ditampung dalam drum-
drum yang telah disediakan. Kebutuhan air ini harus disediakan dalam jumlah yang
cukup selama pelaksanaan pekerjaan. Air harus memenuhi syarat yang tercantum
dalam PBI NI 2.

3. Pembuatan Papan Plank Nama Proyek


Untuk papan nama proyek digunakan tiang dari kayu dan papan tebal 2,5 cm dicat
putih, dengan ukuran 200 x 100 cm. Didirikan tegak diatas kayu 5/10 cm setinggi
240 cm. Diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum. Papan nama proyek
memuat :
a. Nama Proyek
b. Pemilik Proyek
c. Lokasi Proyek
d. Jumlah Biaya (Nilai Kontrak)
e. Nama Konsultan Perencana
f. Nama Konsultan Pengawas
g. Nama Penyedia Jasa (Kontraktor)
h. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dimulai tanggal, bulan, tahun

C. SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN


1 PEKERJAAN PENDAHULUAN
1. Pengukuran
a. Sebelum memulai pekerjaan pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa diwajibkan
mempelajari dengan seksama rencana tapak dan titik mula/awal pembangunan
dan referensi koordinat, pengukuran beda tinggi dan peta situasi lapangan
sesuai dengan petunjuk Pihak Direksi Pekerjaan atau seperti yang tercantum
dalam gambar kerja.
b. Bila terdapat ketidaksesuaian ukuran di lapangan terhadap gambar kerja,
Penyedia Jasa wajib memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan secara tertulis
untuk mendapatkan cara penyelesaian yang terbaik.
c. Jumlah tugu/patok ukur yang harus dibuat oleh Penyedia Jasa minimal 2 (dua)
buah, lokasi pemasangan sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis Pekerjaan
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu dan atau terganggu selama
pekerjaan berlangsung.
d. Patok ukur dibuat tertancap kuat di tanah dengan bagian yang muncul di atas
muka tanah cukup untuk memberikan indikasi peil P +/- 0,00 sesuai dengan

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 6


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

gambar kerja. Di atasnya dicantumkan indikasi peil +/- 0,00 sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan.
e. Untuk daerah yang mempunyai perbedaan elevasi sangat tajam, diperlukan
patok ukur tambahan yang dapat dipakai sebagai patokan elevasi-elevasi di
daerah tersebut.
f. Patok ukur dibuat permanent, tidak dapat diubah diberi tanda dengan jelas dan
dijaga keutuhannya sampai pekerjaan selesai. Pembongkaran hanya dapat
dilaksanakan bila ada instruksi tertulis dari Direksi Pekerjaan.
g. Kontraktor harus menyediakan tenaga yang ahli dalam cara-cara pengukuran
dengan alat-alat penyipat datar (theodolith, waterpass dan sebagainya) dan
lain-lain peralatan yang diperlukan.
h. Pengawas Lapangan dan Kontraktorakan menetapkan tempat/posisi patok
penandaan permanen (bench mark) sebagai referensi pengukuran bangunan,
dan dituangkan dalam Berita Acara Penentuan Titik 0 (nol).
i. Pergeseran patok hanya dapat dilakukan atas persetujuan Pengawas Lapangan
dan tetap merujuk pada pergeseran patok awal.
j. Berdasarkan patok tersebut Kontraktormenentukan level bangunan dan jarak as
bangunan pada setiap pekerjaan sesuai dengan gambar kerja.
k. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga
phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui
oleh Direksi Pengawas
l. Segala pekerjaan pengukuran persiapan menjadi tanggung jawab Kontraktor
dengan biaya sesuai kontrak

2. Pembersihan Lapangan
a. Area pekerjaan harus dibersihkan dari hal hal (benda/tumbuhan) yang akan
menggangu pelaksanaan pekerjaan.
b. Rerumputan, organic atau pun top soil harus di bersihkan dan dibuang dari
lokasi pekerjaan
c. Jika terdapat pekerjaan penebangan pohon, maka pohon harus di gali akarnya
sampai bersih.
d. Material buangan harus di buang atau ditempatkan pada lokasi yang tidak
menggangu aktivitas pekerjaan konstruksi

2 PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG


2.1 Lingkup Pekerjaan
Semua pekerjaan beton dilaksanakan berdasarkan Peraturan Beton Indonesia SKSNI-1991.
Pengguna Jasa harus mempelajari terlebih dahulu metode kerja dari pekerjaan beton
dengan mengacu kepada peraturan dan spesifikasi ini. Kegagalan pekerjaan beton yang
terjadi akibat menyimpang dari spesifikasi ini harus diperbaiki dan seluruh biayanya
menjadi tanggung jawab pihak Penyedia Jasa.
Secara umum elevasi dari permukaan lantai beton adalah 3 cm di bawah elevasi arsitektur,
kecuali pada pekerjaan-pekerjaan lain yang tidak menggunakan finishing arsitektur, elevasi
struktur adalah sama dengan elevasi arsitektur. Perbedaan elevasi pada daerah toilet dan
lain-lainnya seperti gambar kerja kecuali ada ketentuan lain.
Pekerjaan Beton bertulang terbuat dari beton dengan campuran disesuaikan dengan
analisa pada perhitungan anggaran biaya, Sebelum dilaksanakan pekerjaan pengecoran
beton Penyedia Jasa harus mengajukan sampel bahan yang akan digunakan dan mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Pekerjaan beton bertulang terdiri :
a. Slof

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 7


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

b. Kolom
c. Balok Latei
d. Ring Balok
e. Plat Dak
f. Tempat-tempat lain yang mempergunakan beton bertulang sesuai dengan gambar
rencana.

2.2 Elemen Struktur


2.2.1 Sloof ukuran, tulangan pokok dan tulangan geser sesuai dengan gambar.
2.2.2 Kolom praktis ukuran , tulangan pokok dan tulangan geser sesuai dengan gambar
2.2.3 Ring balok ukuran, tulangan pokok dan tulangan geser sesuai dengan gambar.
2.2.4 Plat Dak Atap
2.2.5 Dak atap tebal sama dengan gambar kerja dengan sistem penulangan 2 arah (two
way slab), dengan perhitungan menggunakan Peraturan Beton Bertulang Indonesia
SKSNI-1991.

2.3 Bahan yang digunakan


2.3.1 Semen
Digunakan Portland Cement Type I menurut NI-8
tahun 1972 dan memenuhi S-400 menurut Standart Cement Portland yang
digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972).
Semen harus dikirim ke lokasi pekerjaan dalam
keadaan tertutup rapat dalam kemasan aslinya dari pabrik ,sesuai dengan yang
telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Semen harus diletakkan dalam silo atau
ruangan, sehingga tidak mendapat pengaruh langsung dari perubahan cuaca
dan kelembaban. Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari
tempat yang lembab agar semen tidak mengeras. Tempat penyimpanan semen
harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m. Setiap semen baru
yang masuk harus dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian
semen dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.
Semen yang telah mengeras sebagian maupun
seluruhnya dalam satu zak semen, tidak diperkenankan pemakaiannya sebagai
bahan campuran.

2.3.2 Agregat
Agregat yang digunakan harus sesuai dengan
Peraturan Beton Bertulang Indonesia SKSNI-1991. Penyedia Jasa harus
mengajukan sample dan hasil test material yang akan digunakan sebelum
agregat tersebut dikirim ke lokasi pekerjaan
Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada
saringan no. 5, agregat halus adalah agregat yang lolos saringan no. 5. Kedua
jenis agregat ini harus dikombinasikan dalam suatu proporsi yang baik,
sehingga menghasilkan beton dengan mutu terbaik.
Agregat kasar harus bersih dari lumpur dan bahan-
bahan kimia yang dapat mempengaruhi mutu beton, memiliki ukuran yang
beragam, keras dan memiliki bentuk yang baik
Agregat halus yang dimaksud adalah pasir yang
bersih, bebas dari segala jenis kerak, silk, clay, garam dan bahan-bahan lain.
Apabila kadar lumpur agregat halus melebihi 5% dan agregat kasar melebihi
1%, maka agregat harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan. Sesuai
dengan trial mix yang dilaksanakan agregat yang digunakan untuk campuran
beton harus berasal dari satu sumber yang telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
Agregat harus disimpan dalam keadaan terpisah
satu sama lain berdasarkan ukurannya di atas permukaan yang keras, sehingga
terhindar dari kemungkinan tercampur dengan lumpur maupun tanah. Harus
dibuatkan pula saluran air di sekitar tempat penyimpanan agar kadar air dari
agregat tidak berubah terlalu banyak.

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 8


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

Penyedia Jasa harus melakukan pengujian


laboratorium dari agregat yang akan digunakan, dari sumber yang telah
disetujui. Pengujian dilakukan oleh badan yang independen. Test periodik dapat
dilakukan terhadap permintaan Direksi Pekerjaan untuk melakukan cek
terhadap kadar aiar dari agregat. Seluruh biaya pengujian ini merupakan
tanggung jawab Penyedia Jasa.

2.3.3 Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak
mengandung minyak, bahan kimia, asam alkali, garam, bahan-bahan organis
atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam
hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum yang berasal dari PAM
atau sumber lain yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan
Peraturan Beton Bertulang Indonesia SKSNI-1991.
Apabila dianggap perlu air dapat ditampung di
tempat kerja, tetapi harus terjaga dari pencemaran.

2.3.4 Bahan Tambahan


Bahan tambahan campuran beton harus
digunakan sesuai dengan petunjuk dari produsen bahan tersebut.
Apabila Penyedia Jasa menganggap perlu
menggunakan bahan tambahan campuran beton, maka harus mendapat
persetujuan Pengguna Jasa/Direksi Pekerjaan. Metode pemakaian, jumlah yang
akan digunakan dan jenis bahan tambahan campuran beton ini harus diajukan
oleh Penyedia Jasa pada Direksi Pekerjaan.

2.3.5 Pasir Beton


Pasir beton harus berupa butir-butir tajam dan
keras, bebas dari bahan-bahan organis, lumpur dan sejenisnya serta memenuhi
komposisi butir serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum
dalam SKSNI T-15-1991-03.
2.3.6 Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan adalah baja polos
dengan mutu U-32 (tegangan leleh karakteristik minimum 3200 kg/cm2) untuk
penulangan sloof, balok induk, balok silang, ring balok, kolom, plat lantai dan
tangga.
Daya lekat baja tulangan harus dijaga dari
kotoran, lemak, minyak, karat lepas dan bahan lainnya. Besi beton harus
disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan diudara
terbuka dalam jangka waktu panjang
Membengkok dan meluruskan tulangan harus
dilakukan dalam keadaan batang dingin. Tulangan harus dipotong dan
dibengkokkan sesuai gambar dan harus diminta persetujuan Direksi terlebih
dahulu.
Jika Pemborong tidak berhasil memperoleh
diameter besi sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat
dilakukan penukaran dengan diameter yang terdekat dengan catatan: harus
ada persetujuan Direksi Pekerjaan Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah
besi ditempat tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar
(dalam hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas). Biaya tambahan yang
diakibatkan oleh penukaran diameter besi menjadi tanggungjawab pemborong.
Baik baja tulangan polos maupun baja ulir yang
digunakan harus sesuai dengan SII (Standar Industri Indonesia), Baja U-24
digunakan untuk penulangan geser/sengkang.

2.3.7 Cetakan dan Acuan

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 9


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

Bahan yang digunakan untuk kayu bekisting


digunakan papan klas II tebal minimal 2,5 cm atau triplek tebal 9 mm dengan
tulangan-tulangan kayu 4/6 cm yang cukup jumlahnya. Untuk penyangga/stoot
werk digunakan kayu balok 5/7 cm. Cetakan dan acuan harus dipasang rapi dan
teliti sehingga pada waktu pembongkaran, beton menghasilkan bidang yang
rata dan hanya memerlukan sedikit finishing/penghalusan.
Pembuatan cetakan dan acuan harus memenuhi
ketentuan-ketentuan didalam pasal 5.1. SK SNI T-15.1991.03.
2.3.8 Campuran Beton
Campuran beton yang digunakan adalah beton
dengan kekuatan karakteristik BO untuk pekerjaan beton tumbuk digunakan
untuk struktur, sesuai dengan yang tercantum dalam gambar dan bestek.
Kekuatan karakteristik yang dimaksud adalah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Beton Bertulang SKSNI T-15-1991-03.
Dalam menentukan campuran beton, terutama
gradasi agregat dan kekentalannya yang perlu diperhatikan pula peruntukan
beton tersebut dan ukuran potongan beton yang akan dicor, agar beton dapat
dipadatkan dengan baik dan tidak terjadi pemisahan agregat.
Beton juga harus diperhitungkan untuk tidak
mengalami pengendapan selama pengangkutan dan pengecorannya. Beton
yang mudah mengendap tidak diperkenankan dipergunakan.
Ukuran maksimum agregat untuk beton struktur
adalah 2 cm. Untuk struktur-struktur dengan penampang tipis, ukuran agregat
maksimum yang dipakai adalah 1 cm, sedangkan untuk struktur yang memiliki
ukuran penampang dan jarak antar tulangan yang besar, ukuran agregat yang
dapat dilihat pada tabel.

Type Struktur Minimum Cement


Content
Setiap M Beton
Beton di dalam ruang bangunan dengan
keadaan keliling korosif disebabkan oleh 325
kondensasi atau uap-uap korosif
Beton di luar ruang bangunan terlindung
dari hujan terik matahari langsung 275

Beton yang masuk ke dalam tanah dan


mendapat pengaruh sulfat alkali dari 375
arah tanah atau air tanah
Tabel 3.1 Jumlah semen minimum dalam setiap M beton
Setelah Penyedia Jasa mendapat persetujuan dari
Direksi Pekerjaan tentang campuran beton yang dipakai, serta bahan-bahan
yang akan digunakan dalam campuran beton tersebut. Penyedia Jasa harus
tetap menggunakan campuran serta bahan-bahan tadi, selama pekerjaan
beton, kecuali apabila dilakukan trial mix yang baru dan mendapat persetujuan
dari Direksi Pekerjaan.

Type Struktur Slum


Minimum Maximum
Konstruksi Bawah Tanah 2,5 9,0
Balok, Kolom dan Pelat 7,5 15,0

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 10


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

Tabel 3.2 Nilai Slump untuk setiap pekerjaan beton


Type Struktur Hubungan Dengan Keliling
Non Korosif Korosif
Beton di dalam ruang bangunan 0,60 0,52
Beton di luar ruang bangunan 0,60 0,60
Beton yang masuk ke dalam tanah 0,55 0,52
Beton yang kontinu berhubungan 0,57 0,52
dengan air
Tabel 3.3 Nilai Faktor Air Semen Maksimum
2.4 Campuran Beton yang dilakukan di lapangan
2.4.1 Dalam melakukan pencampuran beton baik semen, agregat, maupun air harus
dicampur dengan perbandingan berat. Apabila akan dilakukan dengan
perbandingan volume, Penyedia Jasa harus mengajukan metode dan alat penakar
kepada Direksi Pekerjaan untuk disetujui.
2.4.2 Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk beton (concrete
mixer/mesin molen). Metode pengadukan, kecepatan pengadukan harus
disesuaikan dengan rekomendasi dari pabrik pembuat mesin tersebut. Kapasitas
mesin pengaduk tidak boleh dilampaui.

2.5 Pengecoran Beton


2.5.1 Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis Direksi
Pekerjaan. Selama pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan berjalan-
jalan diatas penulangan. Untuk dapat sampai ketempat-tempat yang sulit dicapai
harus digunakan papan-papan berkaki yang tidak membebani tulangan. Kaki-kaki
tersebut harus sudah dapat dicabut pada saat beton dicor.
2.5.2 Sebelum pengecoran dimulai semua pekerjaan acuan/bekisting, baja-baja tulangan,
tarikan pipa-pipa instalasi air dan listrik serta angker-angker yang harus ditanam di
dalam beton, harus sudah selesai terpasang dan mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan. Seluruh bagian yang akan dicor harus dibersihkan dari segala kotoran-
kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lain-lain) serta dibasahi dengan air semen.
2.5.3 Setiap 5 M3 pengecoran beton harus dibuat sampel kubus beton (benda uji) ukuran
15x15x15 cm, minimal 1 hari pengecoran satu buah benda uji untuk diadakan
pengujian kekuatan tekan karakteristik beton yang didapat di laboratorium. Kecuali
pada permulaan pengecoran, kubus beton (benda uji) diambil setiap 3 M3
pengecoran atau kurang dari itu dengan interval yang sama sampai benda uji
mencapai jumlah 20 (dua puluh) buah
2.5.4 Setiap bagian pekerjaan pengecoran beton harus dilaksanakan secara terus
menerus sampai selesai untuk mendapatkan struktur konstruksi yang monolit.
Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat penghentiannya harus
disetujui oleh Direksi. Untuk melanjutkan bagian pekerjaan yang diputus tersebut,
bagian permukaan yang mengeras harus dibersihkan dan dibuat kasar kemudian
diberi additive yang memperlambat proses pengerasan. Kecuali pada pengecoran
kolom, adukan tidak boleh dicurahkan dari ketinggian yang lebih tinggi dari 1,5 m
2.5.5 Beton tidak diperkenankan dicor dalam keadaan hujan. Penyedia Jasa harus
menyediakan pelindung, atau metode lain pada saat hujan.
2.5.6 Untuk pengecoran kolom atau struktur lain yang tinggi, pengecoran harus di bantu
dengan menggunakan talang atau pintu pengecoran untuk mencegah segregasi
beton karena jatuh bebasnya material campuran beton.

2.6 Pemadatan Beton


2.6.1 Hasil pekerjaan pengecoran dipadatkan menggunakan vibrator concrete selama
pengecoran berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak
acuan maupun posisi tulangan

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 11


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

2.6.2 Penyedia Jasa harus menyediakan vibrator concrete untuk menjamin efisiensi tanpa
adanya penundaan. Pada waktu pengecoran balok, kolom, dan pelat, vibrator
concrete harus dapat masuk ke dalam bekisting sehingga didapatkan pemadatan
yang baik. Waktu pengecoran, vibrator concrete tidak boleh mengenai baja
tulangan yang dapat menyebabkan perpindahan posisinya.
2.6.3 Vibrator concrete tidak boleh digunakan untuk meratakan beton secara horizontal,
setelah beton dipadatkan dan diratakan dengan baik, beton harus dibiarkan sampai
mengeras.

2.7 Beton Pada Suhu Udara Tinggi.


2.7.1 Penyedia Jasa harus mengambil tindakan-tindakan pencegahan terhadap
kemungkinan beton mengalami perubahan akibat suhu udara yang tinggi terutama
terhadap sifat plastis dan kekuatan tekan beton tersebut
2.7.2 Pada suhu udara yang terlalu tinggi Direksi Pekerjaan dapat menunda pengecoran
atau menginstruksikan Penyedia Jasa untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu
sebelum pengecoran dimulai
2.7.3 Apabila suhu udara sekeliling melebihi 320 C, suhu beton harus diusahakan
serendah mungkin dengan cara menghindari penyinaran langsung matahari
terhadap agregat dan mixer atau dengan menggunakan air pencampur yang dingin.
Acuan (bekisting) harus disemprot dahuu dengan air untuk menurunkan suhunya,
dengan memperhatikan aliran keluarnya air tersebut dari dalam acuan
2.7.4 Apabila dianggap perlu Direksi Pekerjaan dapat meminta monitoring terhadap suhu
beton maupun suhu udara sekeliling
2.7.5 Apabila suhu udara siang hari ternyata terlalu tinggi, Penyedia Jasa harus
melaksanakan pengecoran pada malam hari. Beton harus dicor secepat mungkin
setelah pengadukan untuk menghindari pengaruh panas matahari
2.7.6 Untuk pengecoran beton dalam volume yang besar, Penyedia Jasa harus
memperhitungkan kemungkinan crack akibat suhu yang tinggi dari beton

2.8 Construction Joint


2.8.1 Posisi pengaturannya harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan
2.8.2 Siar dalam kolom sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan bidang bawah
dari balok tertinggi.
2.8.3 Siar dalam balok dan pelat ditempatkan ditengah-tengah bentang
2.8.4 Siar vertikal dinding sebaiknya dihindari, siar harus dibuat sekecil mungkin dan atas
persetujuan Direksi Pekerjaan
2.8.5 Sebelum pengecoran beton baru permukaan dari beton lama harus dibersihkan
terlebih dahulu dari segala macam kotoran dan dikasarkan. Kotoran-kotoran
disingkirkan dengan cara penyemprotan permukaan dengan air dan menyikat
sampai agregat kasar tampak. Setelah permukaan siar tersebut bersih, bubur
semen (grout) yang tipis dilapiskan merata ke seluruh permukaan
2.8.6 Penyedia Jasa harus memasang water stop untuk semua siar pelaksanaan pada
pelat basement dan dinding yang berada di bawah muka air tanah

2.9 Pemeliharaan Beton (Curing)


2.9.1 Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan kelembaban untuk
paling sedikit 14 (empat belas) hari
2.9.2 Beton harus dilindungi selama berlangsungnya proses pengerasan terhadap
matahari, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan pengrusakan secara
mekanis atau pengeringan sebelum waktunya
2.9.3 Semua permukaan beton yang terbuka harus dijaga tetap basah, selama 24 hari
dengan menyemprotkan air atau menggenangi dengan air pada permukaan beton
tersebut atau menggunakan karung-karung goni yang senantiasa basah sebagai
penutup beton
2.9.4 Metode pemeliharaan beton harus diajukan oleh Penyedia Jasa kepada Direksi
Pekerjaan untuk disetujui. Selain menggunakan air apabila diperlukan pemeliharaan

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 12


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

beton dapat dilakukan dengan campuran kimia untuk pemeliharaan beton.


Campuran kimia ini harus benar-benar telah dibersihkan pada saat pekerjaan
finishing selesai.

2.10 Test Material


2.10.1 Beton
Test mutu beton maupun material-material beton
harus dilaksanakan oleh laboratorium independen yang telah disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
Pengujian slump dan kubus beton harus
memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971) atau
SKSNI T-15-1991-03.
Untuk pengujian mutu beton di lapangan
digunakan pengujian slump dengan menggunakan kerucut Abrams. Selama
pelaksanaan harus ada pengujian slump, ketinggian slump yang disyaratkan
oleh Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 berkisar antara 7,5 cm sampai
dengan 15 cm. Cara pengujian slump adalah sebagai berikut : adukan beton
diambil saat sebelum dituangkan ke dalam cetakan beton (bekisting), cetakan
slump dibasahi air dan ditempatkan di atas kayu yang rata atau plat baja.
Masukkan adukan beton ke dalam cetakan dalam 3 lapis yang kira-kira sama
tebalnya. Setiap lapis dipadatkan dengan menusuk-nusuk tongkat pemadat
16 mm panjang 60 cm dengan ujungnya yang bulat (seperti peluru). Masing-
masing 25 kali. Ratakan permukaan adukan beton dan biarkan selama 30 detik.
Selama waktu menunggu ini cetakan dan plat slump dibersihkan dari adukan
beton yang berjatuhan. Angkat cetakan perlahan-lahan. Dalam pengangkatan,
posisi cetakan harus dijaga tetap dalam keadaan vertikal. Ukur penurunan dari
adukan beton (slump), pengukuran dilakukan pada 4 titik, yang nilai
penurunannya diambil harga rata-rata
Sedangkan pengujian mutu beton di laboratorium
digunakan test kuat tekan yang berbentuk kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15
cm
Pengambilan adukan beton, pencetakan dan
curingnya harus di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan. Prosedurnya harus
memenuhi Syarat-Syarat Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 dan SKSNI
T-15-1991-03.
Pengambilan beton untuk kubus uji dilakukan
sedekat mungkin pada lokasi yang akan dicor, untuk menggunakan concrete
pump, kubus diambil setelah beton dipompa
Untuk pembuatan campuran beton di lapangan,
maka pengambilan kubus uji sebagai berikut : 3 kubus uji harus diambil dari
setiap 5 M beton yang dicor, serta 1 slump test untuk setiap sample test.
Jumlah minimal kubus uji yang harus diambil adalah 20 buah. Kubus tersebut
digunakan untuk test kuat tekan beton umur 3, 7, 21 dan 28 hari.
Direksi Pekerjaan berhak meminta setiap saat
kepada Penyedia Jasa untuk membuat uji coba dari adukan yang dibuat
Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan
kubus uji menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
Kubus uji harus ditandai untuk identifikasi dengan
suatu kode yang ada menunjukan tanggal pengecoran, pembuatan adukan,
bagian struktur yang bersangkutan dan lain-lain setelah selesai percobaan
Cara pembuatan kubus beton adalah sebagai
berikut : Isi cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, setiap lapis diisi kira-
kira 1/3 isi cetakan. Masing-masing lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat
sebanyak 25 kali secara merata. Kemudian ratakan permukaan beton. Biarkan
beton dalam cetakan selama 24 jam dan letakan pada tempat yang bebas
getaran. Setelah waktu 24 jam, keluarkan benda uji dari cetakan dan rendam
benda uji dalam bak yang berisi air, agar proses pemeliharaan (curing) beton

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 13


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

berlangsung baik, maka perendaman dilakukan sampai batas waktu pengujian


kuat tekan.

2.10.2 Core Test


Apabila ternyata hasil test 28 hari tidak memenuhi
syarat kekuatan, pihak Direksi Pekerjaan berhak meminta core test untuk
struktur-struktur beton yang tidak memenuhi syarat tersebut. Peralatan coring
dan metode-metodenya harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan
Seluruh biaya pengambilan sample untuk core test
dan biaya pengetesannya menjadi tanggung jawab Penyedia jasa
Evaluasi hasil test
Apabila ternyata hasil test 28 hari tidak memenuhi
syarat, Penyedia Jasa harus membongkar dan mengganti seluruh volume beton
yang dicor dan segala biaya yang menjadi konsekwensinya menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa. Sebelum melakukan pembongkaran struktur Penyedia
Jasa dapat mengusulkan untuk melakukan core test pada struktur-struktur yang
sudah selesai dicor
Penyedia Jasa juga dapat mengusulkan untuk
melaksanakan loading test pada struktur tertentu. Metode pelaksanaan loading
test maupun core test harus terlebih dahulu disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Semua biaya pengetesan, pembongkaran maupun pengecoran kembali menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa
2.10.3 Baja Tulangan
Penyedia Jasa menggunakan baja tulangan dengan mutu sesuai dengan yang
disyaratkan dalam bestek yaitu sesuai dengan Standar Industri Indonesia (SII).

2.11 Kegagalan Pekerjaan Beton


Penyedia Jasa harus segera memeriksa seluruh permukaan beton setelah beton dibuka dan
melaporkan kepada Direksi Pekerjaan apabila ditemukan ada permukaan beton yang
keropos. Apabila kekeroposan beton tersebut mengakibatkan pengurangan kekuatan tekan
beton, keretakan atau creep dan shrinkage, atas instruksi dari Penyedia Jasa bagian beton
tersebut dibongkar dan dicor ulang tempat pemotongan dan construction joint ditentukan
oleh Direksi Pekerjaan
Apabilan kekeroposan masih dapat diperbaiki tanpa pembongkaran, Penyedia Jasa harus
mengajukan metode kerjanya kepada Direksi Pekerjaan untuk disetujui. Perbaikan
(penambahan) tidak boleh dilaksanakan sebelum diperiksa dan metode kerja
penambahannya disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Apabila kekeroposan beton ini mengakibatkan kekuatan beton berkurang dari yang
dispesifikasikan, Direksi Pekerjaan dapat menghentikan pekerjaan pengecoran lain yang
mempunyai relevansi dengan unsur struktur tersebut.

2.12 Water Stop


Water stop harus dipasang sesuai dengan gambar-gambar dan pada setiap construction
joint dari unsur-unsur basement dan unsur-unsur lain yang berada di bawah muka air.
Water stop yang digunakan harus dari produsen yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan
dengan merk yang setara dengan Expandite.
Water stop dipasang horizontal seperti pada pertemuan antara dinding dan pelat yang
terletak di bawah tanah harus ditempatkan pada as-nya. Water stop yang digunakan untuk
construction joint maupun expansion joint harus merupakan type yang memungkinkan
terhadap pergerakan. Water stop harus dipasang dan disambung pada posisi yang
sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengecoran beton dan pemadatannya.
Penyedia Jasa harus mengajukan jenis material, metode pemasangan dan shop drawing
tentang water stop ini untuk disetujui Direksi Pekerjaan.

2.13 Pembengkokan dan Pemasangan Baja Tulangan


Pembengkokan besi beton harus dilakukan secara hati-hati dan teliti, tepat pada ukuran
posisi pembengkokan sesuai dengan gambar dan tidak menyimpang dari Peraturan Beton
Bertulang Indonesia 1971. Pembengkokan itu dilakukan oleh tenaga yang ahli, dan dengan

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 14


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

menggunakan peralatan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat, patah, retak-
retak dan sebagainya.
Sebelum penyetelan dan pemasangan dimulai, Penyedia Jasa harus membuat rencana
kerja pemotongan dan pembengkokan baja tulangan (bar cutter dan bar bending schedule)
yang sebelumnya harus diserhakan kepada Direksi Pekerjaan. Pemasangan dan penyetelan
berdasarkan peil-peil sesuai dengan gambar dan sudah diperhitungkan terhadap toleransi
penurunannya.
Pemasangan dengan menggunakan pelindung beton (beton decking) sesuai dengan
gambar. Apabila hal tersebut tidak tercantum dalam gambar atau dalam spesifikasi ini,
maka dapat digunakan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 sesuai dengan tabel
berikut :

Bagian Kostruksi Tebal Selimut Beton Minimum


(cm)
- Pelat 1,5
- Dinding 2,0
- Balok 2,5
- Kolom 3,0
Tabel 4.4 Selimut Beton
Pembengkokan kembali besi ulir tidak diperkenankan. Apabila baja polos yang sudah dicor
beton, jari-jari pembengkokan minimal harus 2 kali diameter dari tulangan tersebut.
Semua pemotongan, pembengkokan dan toleransi pembengkokan harus sesuai dengan
Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. Semua tulangan harus diikat dengan baik
dengan kawat beton sehingga tidak mengalami perubahan posisi saat pengecoran beton.
Akhir dari tulangan harus dibengkokan ke arah dalam minimal 5 kali diameter tulangan
dan tidak diperkenankan menembus ke selimut beton.
Pemotongan atau ketentuan penempatan sambungan harus sesuai dengan gambar atau
ditempat yang ditentukan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Tulangan yang telah
terpasang tetapi belum dicor harus dilindungi sepenuhnya terhadap korosi, sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan.
Apabila tulangan selesai dipasang, Penyedia Jasa harus melaporkan kepada Direksi
Pekerjaan untuk diperiksa dan disetujui. Penyedia Jasa tidak diperkenankan melakukan
pengecoran sebelum tulangan yang terpasang diperiksa dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, tidak boleh diubah tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan.

2.14 Pengelasan Tulangan


Pengelasan tulangan hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Direksi Pekerjaan. Apabila
pengelasan diizinkan, pencegahan terhadap kebakaran harus sebaik mungkin dengan
mempersiapkan fire extinguiher sedekat mungkin dengan lokasi pengelasan. Pengelasan
harus dilakukan oleh personil yang berpengalaman. Sebelum melakukan pengelasan,
Penyedia Jasa harus mengajukan metode kerja dan sistem pengelasan yang dipakai untuk
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

2.15 Acuan
2.15.1 Umum
Acuan, baik yang sementara maupun yang permanen, dimaksudkan untuk
membentuk struktur-struktur beton dengan segala detailnya. Acuan yang dibuat
harus dapat dipertahankan bentuknya baik selama pemasangan tulangan
maupun pengecoran beton
Perancah termasuk segala jenis unsur-unsurnya seperti pengaku, balok, pengikat
dan tiang, juga termasuk pondasi sementara yang diperlukan untuk memikul
acuan tanpa menimbulkan settlement. Baik acuan maupun perancah harus
direncanakan oleh Penyedia Jasa untuk menyangga berat maupun tekanan dari
beton dalam keadaan basah dan peralatan yang mungkin ada di atasnya serta
beban-beban kejut dan getaran. Kesemuanya ini harus direncanakan dengan
metode ereksi dan pembongkaran yang sederhana sehingga memudahkan
pemasangan, penambahan maupun pembongkarannya.
Defleksi (lendutan) yang diizinkan terjadi adalah 1/900 bentang dan balok
kantilever lendutan yang dizinkan adalah 1/300 bentang. Bracing-bracing harus

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 15


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

dipasang untuk menghindari pergerakan horizontal, transversal maupun


longitudinal yang terjadi. Gambar-gambar yang menunjukkan detail dari acuan
maupun perancah, perhitungan perancah, elevasi dari acuan maupun perancah
harus diajukan oleh Penyedia Jasa untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan
2.15.2 Bekisting yang Digunakan
Acuan dibuat dari multiplek dengan ketebalan minimum 10 mm atau material
lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Acuan yang dipakai harus bersih dari
segala macam kotoran, apabila akan digunakan kembali acuan harus bersih,
acuan yang sudah rusak dan tidak lurus lagi tidak diperkenankan dipakai
kembali.
Untuk mempercepat pekerjaan pengecoran, disyaratkan agar Penyedia Jasa
membuat panel-panel bekisting yang standar untuk acuan bagian konstruksi
yang tipikal.

2.15.3 Pelaksanaan Pekerjaan


Multipleks yang digunakan untuk acuan harus ditumpu sepanjang pinggirnya.
Kaso-kaso, pengaku dan penumpu harus dipasang sedemikian rupa sehingga
dapat dipertahankan kelurusannya dan kekuatannya selama pekerjaan
pengecoran maupun pemadatan beton dilakukan
Pengaku, acuan serta perancah yang dibuat harus dipersiapkan terhadap
kemungkinan settlement dari perancah tersebut. Acuan harus diperbaiki apabila
ternyata perancah mengalami settlement.
Semua tiang perancah harus dipasang dengan pengaku vertikal horizontal
maupun diagonal. Bracing lateral harus dari 2 arah dan bracing diagonal harus 2
sisi, baik horizontal maupun vertikal. Apabila tiang penyangga perlu disambung,
pemasangan bracing harus diatur sesuai dengan lokasi penyambungan tersebut.
Acuan untuk beton pra-tegang harus diperhitungkan dapat menahan gaya-gaya
yang mungkin terjadi selama penarikan (stressing) berlangsung.
Sebelum pekerjaan pengecoran beton dilaksanakan, semua unsur yang harus
berada di dalam beton tersebut harus sudah ditempatkan secara benar,
termasuk pengaturan selimut betonnya. Seluruh perancah dan acuan harus
diperiksa kembali pada saat pengecoran beton akan dimulai. Apabila ternyata
ada bagian perancah atau acuan yang berubah posisi, perancah maupun acuan
tersebut harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum pengecoran dilaksanakan.

2.15.4 Waktu Untuk Membongkar Bekisting


Acuan dapat dilepaskan dari beton apabila pembongkarannya dapat dipastikan
tidak mengakibatkan kerusakan beton, dan acuan tersebut sudah mudah
dilepaskan dari beton. Waktu untuk membongkar acuan dan perancah
tergantung dari cuaca, metode pemeliharaan beton, kekuatan beton type dari
struktur dan beban rencana. Dalam segala hal, waktu untuk melepas acuan dan
perancah tidak kurang dari :

Unsur Struktur Waktu


Samping balok, dinding, kolom yang tidak 24 Jam
dibebani 3 hari
Pelat (acuannya saja) 7 hari
Balok (acuannya saja) 7 hari
Perancah pelat diantara balok 14 hari
Perancah balok dan plat slab 28 hari
Perancah kantilever
Pekerjaan pembongkaran bekisting harus dilaporkan dan disetujui sebelumnya
oleh Direksi Pekerjaan.

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 16


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

2.16 Finishing Beton


2.16.1 Permukaan yang Kelihatan
Beton yang permukaannya kelihatan (exposed) harus difinishing dengan adukan.
Lobang-lobang yang terjadi pada beton harus difinishing dengan adukan. Untuk
dinding penahan tanah, lobang pengikat acuan tidak diperkenankan. Lobang-
lobang pada permukaan beton tidak boleh lebih besar dari 3 mm, lobang yang
lebih besar diameter 3 mm tapi lebih kecil dari 20 mm tidak boleh melebihi 0,5%
dari permukaan beton tersebut. Lobang yang lebih besar dari 20 mm tidak
diperkenankan. Apabila terdapat lobang yang ternyata lebih besar dari 20 mm,
harus dikonsultasikan dengan Direksi Pekerjaan.
Jika permukaan beton tidak cacat, adukan yang digunakan untuk perbaikan
harus berwarna sama dengan beton disekelilingnya. Sample harus dibuat
terlebih dahulu sebelum perbaikan permukaan beton tersebut dimulai.
2.16.2 Pelat
Permukaan pelat harus merupakan permukaan yang rata tanpa adanya
kelebihan adukan ataupun lobang-lobang pada permukaan pelat tersebut, di luar
batas toleransi yang diizinkan.
Apabila penambahan permukaan finishing tersebut langsung dilakukan sebelum
beton mengeras secara total, semua kelebihan air, adukan maupun kotoran-
kotoran lain dibersihkan dengan cara disikat hati-hati untuk mencegah ikut
terbawanya agregat yang sudah dicorkan.
Apabila plat tidak difinishing dengan adukan, permukaan beton tersebut harus
dibuat kasar sesuai dengan schedule finishing yang ada. Permukaan beton
tersebut harus diratakan sehingga memiliki level yang sama, tidak melewati
batas toleransi yang diizinkan.

2.17 Toleransi Pekerjaan Pengecoran


Toleransi pelaksanaan dari seluruh pekerjaan beton, dalam segala hal tidak boleh
melebihi schedule toleransi di bawah ini :
Posisi as kolom dan as dinding 6 mm dalam 3 meter panjang nilai
penahan geser (posisi bangunan) maksimum 1 cm untuk seluruh panjang
Posisi pondasi dan pile cap 2% dari lebar pondasi dengan nilai
maksimum 5 cm
Dimensi pondasi dan pile cap Minus 1 cm sampai plus 5 cm minus 5%
sampai plus 10% dengan nilai maksimum 5
cm
Dimensi unsur-unsur vertikal dan 5 mm dalam 5 mm dengan nilai maksimum 1
miring cm untuk seluruh panjang
Deviasi horizontal kolom dan dinding 1,2 cm dari ketinggian 30 meter 2 cm dari
geser dari ketinggiannya ketinggian 60 meter 2,5 cm dari ketinggian
90 meter
Jarak lantai ke lantai 3 meter, deviasi = 6 mm
Jarak lantai ke lantai 6 meter, deviasi 6
Level rata-rata meter, deviasi = 1,2
Jarak lantai ke lantai lebih dari 12 meter,
deviasi = 2 mm
Deviasi level dari permukaan pelat 6 mm dari 3 meter panjang 1 cm dari 6 meter
panjang dengan nilai maksimum 2 cm untuk
panjang keseluruhan
Deviasi potongan (plat, balok kolom Dimensi < 15 cm + 1 cm sampai 3 mm
maupun dinding geser) Dimensi >= 15 cm + 1,2 cm sampai - mm
Bukaan pada dinding dan plat 6 mm

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 17


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

3 PEKERJAAN DINDING
3.1 Lingkup Pekerjaan
3.1.1 Dinding Bata
Pemasangan dinding bata merah setebal bata dilakukan untuk dinding
bangunan, septicktank, dan saluran keliling bangunan seperti tertera dalam
gambar dan dijelaskan dalam gambar detail.

3.2 Persyaratan Bahan


3.2.1 Bata
Mutu bata yang digunakan dari jenis klas I menurut NI 10 dengan bentuk standar
batu bata adalah prisma empat persegi panjang, bersudut siku-siku dan tajam,
permukaannya rata dan tidak menampakkan adanya retak-retak yang merugikan.
Bata merah dibuat dari tanah liat dengan atau campuran bahan lainnya, yang
dibakar pada suhu cukup tinggi hingga tidak hancur bila direndam air.
3.2.2 Pasir
Harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, butit-butir harus bersifat kekal,
artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan
hujan. Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5% berat.
3.2.3 Semen dan Air
Untuk persyaratan kedua bahan tersebut, mengikuti persyaratan yang telah
digariskan pada pasal beton bertulang.
3.2.4 Papan digunakan bahan kayu kelas II yang tidak cacat, dan untuk triplek
digunakan produksi dalam negeri.
3.3 Pedoman Pelaksanaan
3.3.1 Pekerjaan dinding mempunyai dua macam pasangan, yaitu :
Pasangan kedap air/transtram (1 PC : 2 Psr)
Semua pasangan bata dimulai diatas sloof sampai setinggi 30 cm
diatas lantai
Pasangan adukan 1 PC : 4 Psr berada diatas pasangan kedap air
tersebut.
3.3.2 Persyaratan Adukan
Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati, diaduk dalam bak kayu yang
memenuhi syarat. Mencampur semen dengan pasir harus dalam keadaan kering
yang kemudian diberi air sampai didapat campuran yang plastis. Adukan yang
telah mengering akibat tidak habis digunakan sebelumnya, tidak boleh dicampur
lagi dengan adukan yang baru.
3.3.3 Pengukuran (Uit-Zetten) harus dilakukan oleh Kontraktor secara teliti dan sesuai
gambar, dengan syarat :
Semua pasangan dinding harus rata (horizontal), dan pengukuran harus
dilakukan dengan benang.
Pengukuran pasangan benang antara satu kali menaikkan benang tidak boleh
melebihi 30 cm, dari pasangan bata yang telah selesai.
3.3.4 Lapisan bata yang satu dengan lapisan bata diatasnya harus berbeda setengah
panjang bata. Bata setengah tidak dibenarkan digunakan ditengah pasangan bata,
kecuali pasangan bata pada sudut.
3.3.5 Pengakhiran sambungan pada satu hari kerja harus dibuat bertangga menurun dan
tidak tegak bergigi untuk menghindari retak dikemudian hari. Pada tempat-tempat
tertentu sesuai gambar diberi kolom-kolom praktis yang ukurannya disesuaikan
dengan tebal dinding.
3.3.6 Lubang untuk alat-alat listrik dan pipa yang ditanam dalam dinding, harus dibuat
pahatan secukupnya pada pasangan bata (sebelum diplester). Pahatan tersebut
setelah dipasang pipa/alat, harus ditutup dengan adukan plesteran yang
dilaksanakan secara sempurna, dikerjakan bersama-sama dengan plesteran seluruh
bidang tembok.
3.3.7 Dalam mendirikan dinding yang kena udara terbuka, selama waktu hujan lebat
harus diberi perlindungan dengan penutup yang sesuai (plastik). Dinding yang telah

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 18


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

terpasang harus diberi perawatan dengan cara membasahi secara terus menerus
paling sedikit 7 hari setelah pemasangannya.

4 PEKERJAAN PLESTERAN
4.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan plesteran dilakukan pada seluruh pasangan bata dan beton bertulang.
4.2 Persyaratan Bahan
Bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam pasal
beton bertulang.
4.3 Pedoman Pelaksanaan
4.3.1 Sebelum plesteran dilakukan, maka :
Dinding dibersihkan dari semua kotoran
Dinding dibasahi dengan air
Semua siar permukaan dinding batu bata dikorek sedalam 0,5 cm
Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar bahan plesteran dapat
merekat dengan baik.
4.3.2 Adukan plesteran pasangan bata kedap air dipakai campuran 1 PC : 2 Psr,
sedangkan plesteran bata lainnya dipergunakan campuran 1 PC : 4 Psr.
4.3.3 Untuk afwerking beton digunakan adukan/spesi 1 PC : 1 Psr, sebelumnya
permukaan beton dikasarkan dan dilabur dengan air semen terlebih dahulu agar
adukan plesteran betul-betul melekat pada bidang beton yang diafwerking.
4.3.4 Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama tebalnya dan
tidak diperbolehkan berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50 cm. Untuk mencapai
tebal plesteran yang rata sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang dengan
menggunakan mistar kayu panjang yang digerakan secara horizontal dan vertikal.
4.3.5 Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan
memperbaikinya secara keseluruhan. Bidang-bidang yang harus diperbaiki
hendaknya dibongkar secara teratur (dibuat bongkaran berbentuk segi empat) dan
plesteran baru harus rata dengan sekitarnya.
4.3.6 Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama seminggu sejak
permulaan plesteran.
4.3.7 Pekerjaan plesteran baru boleh dilaksanakan setelah pekerjaan penutup atap
selesai dipasang dan setelah pipa-pipa listrik selesai dipasang.

5 PEKERJAAN KAYU
5.1 Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan kayu meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat bantu yang
diperlukan, sehingga konstruksi kayu selesai dilaksanakan. Lingkup pekerjaannya
antara lain:
o Pekerjaan kusen pintu dan jendela
o Pasangan Listplank
o Pekerjaan yang menggunakan bahan kayu

5.2 Persyaratan Bahan


5.2.1 Untuk rangka atap termasuk, ventilasi jalusi kayu dan papan roiter terbuat dari
kayu yang sesuai dengan perencanaan yang terdapat dalan anggaran biaya,
dimana kayu cukup kering dengan kualitas terbaik. Untuk kusen pintu dan
jendela, daun pintu panil dan jendela, dan list plank papan terbuat dari kayu yang
sesuai dengan perencanaan yang terdapat dalan anggaran biaya dengan mutu
terbaik.
5.2.2 Ukuran kayu yang tertera dalam gambar merupakan ukuran terpasang. Kayu
harus betul-betul kering, tidak keropos, lurus, tidak cacat/bermata.

5.3 Pedoman Pelaksanaan


5.3.1 Kusen pintu dan jendela

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 19


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

Kayu untuk kusen terbuat dari kayu yang sesuai dengan perencanaan yang
terdapat dalan anggaran biaya dengan ukuran jadi (sesudah diketam) minimal
5/14 cm, sedangkan ukuran lubang kusen sesuai gambar.
Konstruksi sambungan kayu harus rapi, tidak longgar ikatan perkuatan harus
menggunakan pen kayu keras yang sebelumnya bidang sambungan ini harus
dilumuri dengan lem kayu, agar sambungannya dapat melekat dengan baik.
Setiap kusen pintu harus dilengkapi angker minimal 3 buah untuk kiri kanan
kusen yang melekat ke tembok. Untuk kusen jendela 2 buah di kiri kanan
kusen yang melekat ke dinding. Khusus untuk kusen pintu di bawah kusen
dilengkapi dengan dork yang diangkar ke dalam neut beton.
Semua bidang kusen yang melekat dengan pasangan dinding/beton dibuat
alur-alur kapur, kemudian bidang tersebut diawetkan dengan cat menie 2 (dua)
lapis untuk menjaga agar kusen tetap kelihatan bagus maka sambungan
dinding dengan kusen diberi nat sebesar 1 cm.
5.3.2 Daun pintu
Daun pintu dibuat dengan dari kayu yang sesuai dengan perencanaan yang
terdapat dalan anggaran biaya, disyaratkan agar utamanya Penyedia Jasa
memesan langsung pada tempat khusus pembuat pintu atau pada toko.
Penyedia Jasa diperkenankan membuat sendiri di lapangan pekerjaan apabila
memungkinkan.
5.3.3 Lisplank dibuat dari papan dengan lebar sesuai gambar. Pemasangannya
dipakukan langsung pada gording. Pemasangan harus rapi dan lurus. Apabila
dijumpai pemasangan yang tidak lurus, maka bagian tersebut harus dibongkar dan
diperbaiki kembali atas beban Penyedia Jasa.
5.3.4 Untuk semua daun pintu dan daun jendela digunakan dari kayu yang sesuai
dengan perencanaan yang terdapat dalan anggaran biaya kualitas terbaik.

6 PEKERJAAN LANTAI
6.1 Lingkup Pekerjaan
6.1.1 Meliputi pengadaan material/bahan dan pemasangan semua jenis penutup
lantai seperti tertera dalam gambar atau disebutkan dalam persyaratan.
6.1.2 Mengerjakan timbunan dan pemadatan dasar lantai.
6.1.3 Mengadakan koordinasi kerja yang berkaitan dengan pekerjaan pemasangan
penutup lantai, seperti instalasi air, listrik dan lain-lain.

6.2 Persyaratan dan Bahan


6.2.1 Ukuran lantai keramik ruangan 40 x 40 cm dengan kualitas setara Mulia atau
KIA atau sejenis dengan warna Putih corak awan yang disetujui oleh Pengawas
Lapangan maupun Direksi.
6.2.2 Ukuran, klas dan warna harus sama, mekanis kuat dan mengikat sedikit saja
air.
6.2.3 Bahan dan contoh harus disetujui oleh Pengawas Lapangan.
6.2.4 Keramik yang telah diterima Sub-Kontraktor di lapangan, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Sub-Kontraktor.

6.3 Pelaksanaan
6.3.1 Dasar Lantai :
Sebelum pemasangan keramik, tanah dasar lantai harus dipadatkan kemudian
dilapisi pasir urug dan dipadatkan.
Dasar lantai harus rata dan pada kemiringan yang tepat kearah pembuangan
air
6.3.2 Pemasangan

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 20


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

Pemasangan keramik untuk pola, tipe dan ukurannya harus sesuai dengan
gambar kerja dan petunjuk Pengawas Lapangan..
Setelah dasar lantai siap, maka keramik yang akan dipasang diseleksi sesuai
dengan warna-warna yang sama. Apabila diperlukan pemotongan dilaksanakan
dengan rapi dengan memakai mesin pemotong dan pinggirannya diasah
dengan batu pengasah.
Sebelum pemasangan, keramik harus direndam air hingga tercapai kondisi
jenuh air untuk menghindari pengeringan adukan mortar/spesi yang terlalu
cepat.
Keramik dipasang dengan menggunakan adukan mortar 1 Pc : 4 Ps dalam
perbandingan volume. Pemasangan dengan jalur-jalur (joints) yang lurus dan
apabila terjadi ketidakteraturan jalur diisi dengan pasta semen. Sesudah cukup
kering keramik dicuci dengan lap basah sampai bersih, dan apabila ada bagian-
bagian yang lepas harus cepat diperbaiki.
Selama pemasangan dan sebelum kering yang cukup, lantai harus dihindari
dari injakan dan gangguan lain. Kotoran-kotoran dan lainnya yang menempel
pada permukaan lantai harus segera dibersihkan sebelum menjadi kering.
Pemasangan keramik lantai yang tidak lurus atau tidak rata atau cacat atau
tidak sesuai gambar kerja dapat dilakukan perintah pembongkaran oleh
Pengawas Lapangan, dan biaya yang timbul akibat pembongkaran tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung Sub-Kontraktor.

7 PEKERJAAN PENGECATAN
7.1 Lingkup Pekerjaan
9.1.1 Menie untuk rangka plafond
9.1.2 Cat tembok untuk dinding yang diplester, bidang-bidang beton dan plafon.
9.1.3 Cat kayu untuk listplank, dan lis profil.
9.1.4 Cat waterproofing untuk pekerjaan pada plat beton.
7.2 Bahan-bahan yang digunakan harus berkualitas baik, seperti :
7.2.1 Residu yang sesuai SNI
7.2.2 Menie kayu sekualitas Platone atau Ftalit.
7.2.3 Cat kayu sekualitas, Platone atau Ftalit
7.2.4 Cat tembok sekualitas Matex (plafond)
7.2.5 Cat tembok sekualitas Matex
7.3 Pedoman Pelaksanaan
7.3.1 Pekerjaan pengecatan dilaksanakan setelah pemasangan plafond.
7.3.2 Pekerjaan meni harus betul-betul rata, berwarna sama, pengecatan minimal 2
(dua) kali.
7.3.3 Pekejaan cat kayu harus dilakukan lapis demi lapis dengan memperhatikan
waktu pengeringan jenis bahan yang digunakan.
2 (dua) kali pengerjaan menie kayu/cat dasar.
1 (satu) kali lapis pengisi dengan plamur kayu.
Penghalusan dengan amplas
Finishing dengan cat kayu sampai rata minimal 2 (dua) kali.
7.3.4 Pengecatan dinding harus dilakukan menurut proses sebagai berikut :
Penggosokan dinding dengan batu gosok sampai rata dan halus, setelah
itu dilap dengan kain basah hingga bersih.
Jika pengecatan menggunakan cat tembok biasa, maka dinding harus
dilapisi dengan plamur tembok, dipoles sampai rata. Setelah betul-betul
kering digosok dengan amplas halus dan dilap dengan kain kering yang
bersih.
Jika menggunakan cat tembok setara dulux, maka dindning tidah boleh
dilapisi dengan puty, dinding harus di oleskan dengan rata alkali, jika ada
bagian dinding yang telah dilapisi puty maka lapisan itu harus dibersihkan
dengan baik.

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 21


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

Pekerjaan cat tembok harus menghasilkan warna merata sama dan tidak
terdapat belang-belang atau noda-noda mengelupas.
7.3.5 Pengecatan plafond harus dilakukan menurut proses berikut :
Membersihkan bidang plafond yang akan dicat.
Mengecat plafond 2 (dua) kali, sehingga menghasilkan bidang pengecatan
yang merata sama dan tidak terdapat belang-belang atau noda-noda
mengelupas.
7.3.6 Warna yang digunakan disesuaikan dengan warna cat yang telah setujui oleh
pihak direksi teknis

8 PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK DAN ARMATUR


8.1 Umum
Penyedia Jasa harus mengikuti dan terikat pada semua persyaratan yang tercantum
dalam spesifikasi teknis, gambar rencana dan berita acara penjelasan pekerjaan.
Sumber daya listrik diambil dari Main Distribution Panel (MDP) dan Panel Emergency
yang ada di plant room. Fasilitas instalasi listrik tersebut digunakan untuk :
Penerangan di dalam bangunan
Penerangan di luar gedung
Peralatan-peralatan listrik lainnya
8.2 Persyaratan Penyedia Jasa
Harus memiliki SIKA PLN yang masih berlaku
Disetujui oleh Pengguna Jasa/Direksi Pekerjaan
Penyedia jasa diwajibkan membuat gambar-gambar kerja (shop drawing) dan
rencana kerja sebelum melaksanakan, terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan Pengguna Jasa/Direksi Pekerjaan. Gambar serta rencana kerja ini
tersedia di ruang Penyedia Jasa dan mudah diperiksa sewaktu-waktu oleh
Pengguna Jasa dan Direksi Pekerjaan. Setelah pekerjaan selesai Penyedia Jasa
harus menyerahkan gambar instalasi yang telah direvisi dan disahkan oleh PLN
dilampiri surat tanda good keur yang menyatakan bahwa pemasangan instalasi
tersebut telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan.

8.3 Pekerjaan instalasi listrik


Pekerjaan instalasi listrik meliputi pemasangan seluruh jaringan instalasi di dalam
bangunan, pemasukan arus yang bersumber dari instalasi PLN (Perusahaan Listrik
Negara) atau Genset, penyediaan bola lampu, kabel-kabel, pipa-pipa PVC, tiang listrik,
dan sebagainya sehingga listrik menyala. Jumlah titik lampu dan stop kontak yang
harus dipasang disesuaikan dengan jumlah yang tertera dalam gambar. Titik Lampu
dan Stop Kontak mengandung maksud tempat mata lampu dan stop kontak yang
telah dipasang kabel-kabel yang diperlukan sehingga arus listrik sudah berfungsi pada
titik tersebut.

8.4 Bahan-bahan yang digunakan


8.4.1 Bola lampu pijar, TL dan armaturnya adalah produksi Nasional merk Philips,
atau yang sekualitas, dengan syarat-syarat berikut :
Lampu TL :
Body dari plat besi, tebal minimum 0,9 mm, dicat putih didepan, abu-abu di
belakang.
Balast merk Sinar atau sejenisnya
Stater Merek Philips atau sejenisnya
Fitting :
Bagi TL 20 W/220 V besarnya 2,5 micro F + 10 %
Pengabelan di dalam harus disolder
Kap merek SUN atau sekualitas.
8.5 Pedoman Pelaksanaan
8.5.1 Pemasangan instalasi listrik dan tata letak titik lampu/stop kontak serta jenis
armatur lampu yang dipakai harus dikerjakan sesuai dengan gambar instalasi
listrik. Sedangkan sistem pemasangan pipa-pipa listrik pada dinding maupun
beton harus ditanam (sistem inbouw) dan penarikan kabel (jaringan kabel)

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 22


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

diatas plafon diikat dengan isolator khusus dengan jarak 1,00 atau 1,20 m,
atau jaringan kabel diatas plafon tersebut dimasukkan dalam pipa PVC.
Khusus untuk instalasi stop kontak harus dilengkapi kabel arde (pentanahan)
sesuai dengan peraturan yang berlaku (mencapai dan terendam air tanah).
8.5.2 Untuk pekerjaan instalasi listrik, atas persetujuan direksi, pemborong boleh
menunjuk pihak ketiga (instalatur) yang telah memiliki izin usaha instalasi
listrik atau izin sebagai instalatur yang masih berlaku dari Perum Listrik
Negara (PLN). Pemborong tetap bertanggung jawab penuh atas pekerjaan ini
sampai listrik tersebut menyala (siap dipergunakan), termasuk biaya
pengujian dengan pihak PLN
8.5.3 Pengujian instalasi listrik harus dilakukan kontraktor pada beban penuh
selama 1 X 24 jam secara terus menerus. Semua biaya yang timbul akibat
pengujian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.

9 PEKERJAAN LAIN-LAIN
9.1 Lingkup pekerjaannya adalah Pekerjaan Administrasi/dokumentasi, Biaya
Keamanan/jaga malam, obat-obatan/P3K. Penjelasan masing-masing lingkup pekerjaan
ini telah dijabarkan pada masing-masing pasal diatas, kecuali pekerjaan administrasi
proyek berupa :
(i) Laporan berkala mengenai pekerjaan secara keseluruhan dan segala
sesuatunya yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut dalam kontrak.
(ii) Catatan yang jelas mengenai kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan
dan jika diminta oleh DIREKSI PEKERJAAN/PEMILIK untuk keperluan pemeriksaan
sewaktu-waktu dapat diserahkan.
(iii) Dokumen Foto :
KONTRAKTOR diwajibkan membuat dokumen foto-foto, sebelum pekerjaan
dimulai sampai pada pekerjaan selesai 100 % dan tiap tahap permintaan
angsuran disertai keterangan lokasi, arah pengambilan dan tahap pelaskanaan
pembangunan serta disusun secara rapih dan diketahui oleh DIREKSI
PEKERJAAN/PEMILIK dan Pengelola Teknis.
Syarat-syarat foto dokumentasi :
a) Tiap Unit Bangunan diambil dari empat arah,
b) Gambar menyeluruh pandangan dari empat arah,
c) Sudut pengambilan gambar dari tiap tahap harus tetap pada sudut
pengambilan tersebut pada butir (a).
Gambar dimasukkan dalam album diserahkan kepada PEMILIK melalui
DIREKSI PEKERJAAN rangkap 5 (lima).
Biaya dokumen merupakan tanggung jawab Kontraktor, Foto-foto tersebut
harus dibuat dan menjadi lampiran setiap permohonan angsuran
pembayaran.
Segala laporan atau catatan tersebut dalam Ayat (i) dan (ii) Pasal ini, dibuat
dalam bentuk buku harian rangkap 5 (lima) diisi pada formulir yang telah
disetujui oleh DIREKSI PEKERJAAN/PEMILIK dan harus selalu berada di tempat
pekerjaan.

9.2 Penyedia Jasa harus menyerahkan pada Pengguna Jasa as built drawing.
9.3 As built drawing adalah gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan
yang harus diselesaikan 4 minggu setelah serah terima pekerjaan untuk pertama kali,
dalam bentuk kalkir.
9.4 Apabila ada pekerjaan yang tidak tersebutkan dalam uraian ii, yang ternyata
pekerjaan tersebut harus ada agar mendapatkan hasil akhir yang sempurna, maka
pekerjaan tersebut harus dilaksanakan oleh Kontraktor atas perintah tertulis Pemimpin
Bagian Proyek.
9.5 Rencana kerja dan syarat-syarat ini menjadi pedoman dan harus ditaati oleh
Kontraktor dan Pemimpin Bagian Proyek dalam melaksanakan pekerjaan ini.

10 PEKERJAAN PENUTUP

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 23


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS)

Meskipun dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis ini tidak semua items pekerjaan
yang spesifikasinya dicantumkan satu persatu dalam uraian atau syarat-syarat teknis
bestek ini, maka itu sudah dianggap mencakup seluruh uraian kegiatan pekerjaan yang
harus dilaksanakan nanti di lapangan dan bukan merupakan suatu pekerjaan tambahan.

Pariaman,
.2016
Konsultan Perencana
CV. SURYA CONSULTING

SURYA KURNIA, ST
Wakil Direktris

By:CV.SURYA CONSULTING XII - 24

Anda mungkin juga menyukai