BAB XII
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT
A. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang dilaksanakan adalah Belanja Modal Pembangunan Labor SMAN 1
Pariaman (Lanjutan) perincian bagian pekerjaan yang dilaksanakan didasarkan
pada gambar rencana. BO dan RKS yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari rencana kerja dan syarat syarat ini.
B. SYARAT-SYARAT UMUM
PASAL 1. STANDARD
STANDARD YANG BERLAKU
1. Semua pekerjaan dalam RKS ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan
memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam Persyaratan
Normalisasi Indonesia (NI) dan peraturan-praturan Nasional maupun peraturan-
peraturan setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang
bersangkutan yaitu.
a) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
b) Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 39/KPTS/M/2003
tanggal 31 Desember 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa
Konstruksi oleh Instansi Pemerintah.
c) Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor :
332/KPTS/M/2002 tanggal 21 Agustus 2002 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
d) Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor : 10/KPTS/2000 tanggal 1
Maret 2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran
Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
e) Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor : 11/KPTS/2000 tanggal 1
Maret 2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di
Perkotaan.
f) Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
g) Standar/pedoman teknis yang berlaku seperti :
PUBI 1982 : Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
NI 8 : Peraturan Semen Portland Indonesia
PPI 1983 : Peraturan pembebanan Indonesia
ASTM : American Society for Testing & Materials
NI 10 : Bata Merah Sebagai bahan bangunan
PBI 1971 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia
SII : Standar Industri Indonesia
PPBBI : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia
AV 1941 : Algemene Voorwarden
AISC : American Institute of Steel Construcion
AWS : American Welding Society
AASTHO : American Association of State Highway and
Transportation Officials
SNI : Standar Nasional Indonesia
Peraturan Nasional Pembangunan Indonesia
Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia (PKKI NI-5/1961).
Peraturan Direktorat Jendral Perawatan Depnaker tentang penggunaan
Tenaga Kerja, Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja.
Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia disingkat
DTPI 1980.
Pedoman Tata cara Penyelenggaraan Pembangunan Gedung Negara oleh
Departemen Pekerjaan Umum.
Peraturan - peraturan Pembangunan Pemda setempat.
h) Peraturan Daerah tentang Tata Bangunan
c. Dalam - dalam
d. Luar - dalam
5. Perbedaan Gambar
a. Bila gambar kerja tidak sesuai dengan RKS, maka yang mengikat adalah RKS
atau ditentukan kemudian oleh Direksi Pekerjaan.
b. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin
kerja, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang
berlaku/mengikat
c. Bila ada beberapa gambar dengan tanggal pengeluaran yang berbeda untuk
satu masalah, maka gambar dengan gambar yang termuda/terbaru yang
mengikat/berlaku
d. Bila ada perbedaan antara gambar kerja arsitektur dengan struktur, maka yang
berlaku/mengikat adalah gambar kerja arsitektur sepanjang tidak mengurangi
segi konstruksi dan kekuatan struktur
e. Bila ada perbedaan antara gambar kerja arsitektur dan gambar kerja elektrikal
& mekanikal, maka yang dipakai sebagai pegangan adalah ukuran fungsional
dalam gambar kerja arsitektur
f. Bila perbedaan-perbedaan itu, ketidakjelasan maupun kesimpangsiuran
menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan dapat menimbulkan
kesalahan, maka Penyedia Jasa diwajibkan menyampaikan kepada Direksi Teknis
Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan
g. Ketentuan di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Penyedia Jasa untuk
memperpanjang waktu pelaksanaan maupun mengajukan claim biaya
pekerjaan tambah.
PASAL 2. PENJELASAN
GAMBAR DAN RKS
Kontraktor wajib meneliti semua gambar kerja (Detail Perencanaan) dan RKS (Rencana
Kerja dan Syarat-syarat) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan
dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
Bilamana terdapat ketidak sesuaian antara gambar dengan RKS, maka yang mengikat
dan berlaku adalah RKS. Bilamana suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang
lain, maka gambar yang mempunyai skala lebih besar yang berlaku.
Bila perbedaan-perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam
pelaksanaan dapat menimbulkan kesalahan, Kontraktor wajib menanyakan kepada
Pimpinan Proyek atau Pengawas Lapangan yang ditunjuk owner dan mengikuti
keputusannya.
PASAL 3. LAPORAN
Kontraktor wajib membuat Laporan Harian, Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan
sebagai resume dari laporan harian dan mingguan selama masa pelaksanaan, yang
akan diperiksa dan disetujui oleh Pengawas Lapangan dan Pimpinan Proyek yang
memuat hal-hal:
1. Jumlah tenaga menurut jenis/jabatan
2. Jumlah dan jenis bahan yang masuk yang disetujui dan ditolak
3. Kegiatan, volume dan satuan pekerjaan secara terperinci.
PASAL 4. SUSUNAN
PERSONIL LAPANGAN
Kontraktor wajib menetapkan seorang kuasanya di lapangan atau biasa disebut Site
Manager, yang cakap untuk memimpin, bertanggung jawab penuh terhadap
pelaksanaan pekerjaan dan memiliki pengalaman teknis dalam pekerjaan bangunan.
Penetapan ini harus dikuatkan dengan Surat Tugas/ Surat Pengangkatan resmi
Kontraktor ditujukan kepada Direksi Lapangan/Owner.
PASAL 5. JAMINAN
KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN
Sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis menurut syarat-syarat Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dalam keadaan siap pakai harus selalu tersedia di
lapangan.
Bilamana terjadi musibah atau kecelakaan di lapangan pada memerlukan perawatan
serius, Kontraktor harus segera membawa korban ke Rumah Sakit terdekat dan
melaporkan kejadian tersebut kepada Pemimpin Proyek atau Pengawas Lapangan.
Kontraktor wajib menyediakan air minum yang bersih dan cukup, serta memenuhi
syarat-syarat kesehatan bagi semua petugas/pekerja, baik yang berada dibawah
kekuasaannya maupun yang berada dibawah pihak ketiga.
Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak bagi semua
petugas dan pekerja di lapangan.
Kecuali untuk menjaga keamanan, membuat tempat penginapan bagi para pekerja
tidak diperkenankan berada di areal pekerjaan.
Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja, wajib
diberikan oleh Kontraktor sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
PASAL 6. KEAMANAN
PROYEK
Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan, terhadap barang miliknya yang berada di
lapangan, dan milik Owner yang ada di lapangan baik terhadap pencurian maupun
pengerusakan.
Bila diperlukan, untuk maksud-maksud tersebut, Kontraktor dapat membuat pagar
pengaman dari tiang kayu meranti/seng gelombang dan dicat.
Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang atau pekerjaan, tetap
menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam biaya
pekerjaan tambah atau pengunduran waktu pelaksanaan.
Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk itu
Kontraktor harus menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap pakai.
Kontraktor wajib mengasuransikan seluruh pekerjaan dan pihak-pihak yang terlibat
didalamnya (all risk) pada perusahaan Umum Asuransi. Maka pertanggungan
ditetapkan sejak tanggal diterbitkannya SPMK sampai dengan tanggal berakhirnya
masa pemeliharaan.
PASAL 7. ALAT-ALAT
PELAKSANAAN
Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan, baik berupa alat-alat kecil maupun
besar, harus disediakan oleh Kontraktor dalam keadaan baik dan siap pakai sebelum
pekerjaan fisik bersangkutan dimulai.
PASAL 9. PENYIMPANAN
BAHAN/MATERIAL
Penyimpanan bahan-bahan/material bangunan yang telah diperiksa dan disetujui oleh
Pengawasa Lapangan, harus diatur penempatannya sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam pengambilan dan menjaga agar tetap memenuhi syarat-syarat
penyimpanan untuk menghindari kerusakan atau menurunnya mutu bahan/material
bangunan tersebut.
Tempat penimbunan bahan/material bangunan tersebut harus mendapat persetujuan
Pengawasa Lapangan, penimbunan bahan/material yang ada dalam gudang maupun
yang berada di lapangan terbuka dalam areal proyek harus diatur sedemikian rupa
agar tidak mengganggu kelancaran dan keamanan umum, juga memudahkan jalannya
pemeriksaan dan penelitian bahan/material oleh Pengawas Lapangan.
Selama berlangsungnya pembangunan/pekerjaan fisik, kebersihan areal kerja,
direksikeet, gudang, bangsal/los kerja dan bangunan lainnya yang ada dalam areal
proyek harus tetap terjaga, tertib dan rapi.
Bahan/material yang telah ditolak oleh Pengawasa Lapangan harus dikelurkan dari
areal proyek secepatnya selambat-lambatnya pada hari yang sama saat penolakan
dinyatakan. Terhadap kelalaian ini Pimpinan Proyek dapat memberhentikan seluruh
pekerjaan, dan seluruh akibat dari pemberhentian tersebut seluruhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
gambar kerja. Di atasnya dicantumkan indikasi peil +/- 0,00 sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan.
e. Untuk daerah yang mempunyai perbedaan elevasi sangat tajam, diperlukan
patok ukur tambahan yang dapat dipakai sebagai patokan elevasi-elevasi di
daerah tersebut.
f. Patok ukur dibuat permanent, tidak dapat diubah diberi tanda dengan jelas dan
dijaga keutuhannya sampai pekerjaan selesai. Pembongkaran hanya dapat
dilaksanakan bila ada instruksi tertulis dari Direksi Pekerjaan.
g. Kontraktor harus menyediakan tenaga yang ahli dalam cara-cara pengukuran
dengan alat-alat penyipat datar (theodolith, waterpass dan sebagainya) dan
lain-lain peralatan yang diperlukan.
h. Pengawas Lapangan dan Kontraktorakan menetapkan tempat/posisi patok
penandaan permanen (bench mark) sebagai referensi pengukuran bangunan,
dan dituangkan dalam Berita Acara Penentuan Titik 0 (nol).
i. Pergeseran patok hanya dapat dilakukan atas persetujuan Pengawas Lapangan
dan tetap merujuk pada pergeseran patok awal.
j. Berdasarkan patok tersebut Kontraktormenentukan level bangunan dan jarak as
bangunan pada setiap pekerjaan sesuai dengan gambar kerja.
k. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga
phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui
oleh Direksi Pengawas
l. Segala pekerjaan pengukuran persiapan menjadi tanggung jawab Kontraktor
dengan biaya sesuai kontrak
2. Pembersihan Lapangan
a. Area pekerjaan harus dibersihkan dari hal hal (benda/tumbuhan) yang akan
menggangu pelaksanaan pekerjaan.
b. Rerumputan, organic atau pun top soil harus di bersihkan dan dibuang dari
lokasi pekerjaan
c. Jika terdapat pekerjaan penebangan pohon, maka pohon harus di gali akarnya
sampai bersih.
d. Material buangan harus di buang atau ditempatkan pada lokasi yang tidak
menggangu aktivitas pekerjaan konstruksi
b. Kolom
c. Balok Latei
d. Ring Balok
e. Plat Dak
f. Tempat-tempat lain yang mempergunakan beton bertulang sesuai dengan gambar
rencana.
2.3.2 Agregat
Agregat yang digunakan harus sesuai dengan
Peraturan Beton Bertulang Indonesia SKSNI-1991. Penyedia Jasa harus
mengajukan sample dan hasil test material yang akan digunakan sebelum
agregat tersebut dikirim ke lokasi pekerjaan
Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada
saringan no. 5, agregat halus adalah agregat yang lolos saringan no. 5. Kedua
jenis agregat ini harus dikombinasikan dalam suatu proporsi yang baik,
sehingga menghasilkan beton dengan mutu terbaik.
Agregat kasar harus bersih dari lumpur dan bahan-
bahan kimia yang dapat mempengaruhi mutu beton, memiliki ukuran yang
beragam, keras dan memiliki bentuk yang baik
Agregat halus yang dimaksud adalah pasir yang
bersih, bebas dari segala jenis kerak, silk, clay, garam dan bahan-bahan lain.
Apabila kadar lumpur agregat halus melebihi 5% dan agregat kasar melebihi
1%, maka agregat harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan. Sesuai
dengan trial mix yang dilaksanakan agregat yang digunakan untuk campuran
beton harus berasal dari satu sumber yang telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
Agregat harus disimpan dalam keadaan terpisah
satu sama lain berdasarkan ukurannya di atas permukaan yang keras, sehingga
terhindar dari kemungkinan tercampur dengan lumpur maupun tanah. Harus
dibuatkan pula saluran air di sekitar tempat penyimpanan agar kadar air dari
agregat tidak berubah terlalu banyak.
2.3.3 Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak
mengandung minyak, bahan kimia, asam alkali, garam, bahan-bahan organis
atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam
hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum yang berasal dari PAM
atau sumber lain yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan
Peraturan Beton Bertulang Indonesia SKSNI-1991.
Apabila dianggap perlu air dapat ditampung di
tempat kerja, tetapi harus terjaga dari pencemaran.
2.6.2 Penyedia Jasa harus menyediakan vibrator concrete untuk menjamin efisiensi tanpa
adanya penundaan. Pada waktu pengecoran balok, kolom, dan pelat, vibrator
concrete harus dapat masuk ke dalam bekisting sehingga didapatkan pemadatan
yang baik. Waktu pengecoran, vibrator concrete tidak boleh mengenai baja
tulangan yang dapat menyebabkan perpindahan posisinya.
2.6.3 Vibrator concrete tidak boleh digunakan untuk meratakan beton secara horizontal,
setelah beton dipadatkan dan diratakan dengan baik, beton harus dibiarkan sampai
mengeras.
menggunakan peralatan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat, patah, retak-
retak dan sebagainya.
Sebelum penyetelan dan pemasangan dimulai, Penyedia Jasa harus membuat rencana
kerja pemotongan dan pembengkokan baja tulangan (bar cutter dan bar bending schedule)
yang sebelumnya harus diserhakan kepada Direksi Pekerjaan. Pemasangan dan penyetelan
berdasarkan peil-peil sesuai dengan gambar dan sudah diperhitungkan terhadap toleransi
penurunannya.
Pemasangan dengan menggunakan pelindung beton (beton decking) sesuai dengan
gambar. Apabila hal tersebut tidak tercantum dalam gambar atau dalam spesifikasi ini,
maka dapat digunakan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 sesuai dengan tabel
berikut :
2.15 Acuan
2.15.1 Umum
Acuan, baik yang sementara maupun yang permanen, dimaksudkan untuk
membentuk struktur-struktur beton dengan segala detailnya. Acuan yang dibuat
harus dapat dipertahankan bentuknya baik selama pemasangan tulangan
maupun pengecoran beton
Perancah termasuk segala jenis unsur-unsurnya seperti pengaku, balok, pengikat
dan tiang, juga termasuk pondasi sementara yang diperlukan untuk memikul
acuan tanpa menimbulkan settlement. Baik acuan maupun perancah harus
direncanakan oleh Penyedia Jasa untuk menyangga berat maupun tekanan dari
beton dalam keadaan basah dan peralatan yang mungkin ada di atasnya serta
beban-beban kejut dan getaran. Kesemuanya ini harus direncanakan dengan
metode ereksi dan pembongkaran yang sederhana sehingga memudahkan
pemasangan, penambahan maupun pembongkarannya.
Defleksi (lendutan) yang diizinkan terjadi adalah 1/900 bentang dan balok
kantilever lendutan yang dizinkan adalah 1/300 bentang. Bracing-bracing harus
3 PEKERJAAN DINDING
3.1 Lingkup Pekerjaan
3.1.1 Dinding Bata
Pemasangan dinding bata merah setebal bata dilakukan untuk dinding
bangunan, septicktank, dan saluran keliling bangunan seperti tertera dalam
gambar dan dijelaskan dalam gambar detail.
terpasang harus diberi perawatan dengan cara membasahi secara terus menerus
paling sedikit 7 hari setelah pemasangannya.
4 PEKERJAAN PLESTERAN
4.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan plesteran dilakukan pada seluruh pasangan bata dan beton bertulang.
4.2 Persyaratan Bahan
Bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam pasal
beton bertulang.
4.3 Pedoman Pelaksanaan
4.3.1 Sebelum plesteran dilakukan, maka :
Dinding dibersihkan dari semua kotoran
Dinding dibasahi dengan air
Semua siar permukaan dinding batu bata dikorek sedalam 0,5 cm
Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar bahan plesteran dapat
merekat dengan baik.
4.3.2 Adukan plesteran pasangan bata kedap air dipakai campuran 1 PC : 2 Psr,
sedangkan plesteran bata lainnya dipergunakan campuran 1 PC : 4 Psr.
4.3.3 Untuk afwerking beton digunakan adukan/spesi 1 PC : 1 Psr, sebelumnya
permukaan beton dikasarkan dan dilabur dengan air semen terlebih dahulu agar
adukan plesteran betul-betul melekat pada bidang beton yang diafwerking.
4.3.4 Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama tebalnya dan
tidak diperbolehkan berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50 cm. Untuk mencapai
tebal plesteran yang rata sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang dengan
menggunakan mistar kayu panjang yang digerakan secara horizontal dan vertikal.
4.3.5 Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan
memperbaikinya secara keseluruhan. Bidang-bidang yang harus diperbaiki
hendaknya dibongkar secara teratur (dibuat bongkaran berbentuk segi empat) dan
plesteran baru harus rata dengan sekitarnya.
4.3.6 Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama seminggu sejak
permulaan plesteran.
4.3.7 Pekerjaan plesteran baru boleh dilaksanakan setelah pekerjaan penutup atap
selesai dipasang dan setelah pipa-pipa listrik selesai dipasang.
5 PEKERJAAN KAYU
5.1 Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan kayu meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat bantu yang
diperlukan, sehingga konstruksi kayu selesai dilaksanakan. Lingkup pekerjaannya
antara lain:
o Pekerjaan kusen pintu dan jendela
o Pasangan Listplank
o Pekerjaan yang menggunakan bahan kayu
Kayu untuk kusen terbuat dari kayu yang sesuai dengan perencanaan yang
terdapat dalan anggaran biaya dengan ukuran jadi (sesudah diketam) minimal
5/14 cm, sedangkan ukuran lubang kusen sesuai gambar.
Konstruksi sambungan kayu harus rapi, tidak longgar ikatan perkuatan harus
menggunakan pen kayu keras yang sebelumnya bidang sambungan ini harus
dilumuri dengan lem kayu, agar sambungannya dapat melekat dengan baik.
Setiap kusen pintu harus dilengkapi angker minimal 3 buah untuk kiri kanan
kusen yang melekat ke tembok. Untuk kusen jendela 2 buah di kiri kanan
kusen yang melekat ke dinding. Khusus untuk kusen pintu di bawah kusen
dilengkapi dengan dork yang diangkar ke dalam neut beton.
Semua bidang kusen yang melekat dengan pasangan dinding/beton dibuat
alur-alur kapur, kemudian bidang tersebut diawetkan dengan cat menie 2 (dua)
lapis untuk menjaga agar kusen tetap kelihatan bagus maka sambungan
dinding dengan kusen diberi nat sebesar 1 cm.
5.3.2 Daun pintu
Daun pintu dibuat dengan dari kayu yang sesuai dengan perencanaan yang
terdapat dalan anggaran biaya, disyaratkan agar utamanya Penyedia Jasa
memesan langsung pada tempat khusus pembuat pintu atau pada toko.
Penyedia Jasa diperkenankan membuat sendiri di lapangan pekerjaan apabila
memungkinkan.
5.3.3 Lisplank dibuat dari papan dengan lebar sesuai gambar. Pemasangannya
dipakukan langsung pada gording. Pemasangan harus rapi dan lurus. Apabila
dijumpai pemasangan yang tidak lurus, maka bagian tersebut harus dibongkar dan
diperbaiki kembali atas beban Penyedia Jasa.
5.3.4 Untuk semua daun pintu dan daun jendela digunakan dari kayu yang sesuai
dengan perencanaan yang terdapat dalan anggaran biaya kualitas terbaik.
6 PEKERJAAN LANTAI
6.1 Lingkup Pekerjaan
6.1.1 Meliputi pengadaan material/bahan dan pemasangan semua jenis penutup
lantai seperti tertera dalam gambar atau disebutkan dalam persyaratan.
6.1.2 Mengerjakan timbunan dan pemadatan dasar lantai.
6.1.3 Mengadakan koordinasi kerja yang berkaitan dengan pekerjaan pemasangan
penutup lantai, seperti instalasi air, listrik dan lain-lain.
6.3 Pelaksanaan
6.3.1 Dasar Lantai :
Sebelum pemasangan keramik, tanah dasar lantai harus dipadatkan kemudian
dilapisi pasir urug dan dipadatkan.
Dasar lantai harus rata dan pada kemiringan yang tepat kearah pembuangan
air
6.3.2 Pemasangan
Pemasangan keramik untuk pola, tipe dan ukurannya harus sesuai dengan
gambar kerja dan petunjuk Pengawas Lapangan..
Setelah dasar lantai siap, maka keramik yang akan dipasang diseleksi sesuai
dengan warna-warna yang sama. Apabila diperlukan pemotongan dilaksanakan
dengan rapi dengan memakai mesin pemotong dan pinggirannya diasah
dengan batu pengasah.
Sebelum pemasangan, keramik harus direndam air hingga tercapai kondisi
jenuh air untuk menghindari pengeringan adukan mortar/spesi yang terlalu
cepat.
Keramik dipasang dengan menggunakan adukan mortar 1 Pc : 4 Ps dalam
perbandingan volume. Pemasangan dengan jalur-jalur (joints) yang lurus dan
apabila terjadi ketidakteraturan jalur diisi dengan pasta semen. Sesudah cukup
kering keramik dicuci dengan lap basah sampai bersih, dan apabila ada bagian-
bagian yang lepas harus cepat diperbaiki.
Selama pemasangan dan sebelum kering yang cukup, lantai harus dihindari
dari injakan dan gangguan lain. Kotoran-kotoran dan lainnya yang menempel
pada permukaan lantai harus segera dibersihkan sebelum menjadi kering.
Pemasangan keramik lantai yang tidak lurus atau tidak rata atau cacat atau
tidak sesuai gambar kerja dapat dilakukan perintah pembongkaran oleh
Pengawas Lapangan, dan biaya yang timbul akibat pembongkaran tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung Sub-Kontraktor.
7 PEKERJAAN PENGECATAN
7.1 Lingkup Pekerjaan
9.1.1 Menie untuk rangka plafond
9.1.2 Cat tembok untuk dinding yang diplester, bidang-bidang beton dan plafon.
9.1.3 Cat kayu untuk listplank, dan lis profil.
9.1.4 Cat waterproofing untuk pekerjaan pada plat beton.
7.2 Bahan-bahan yang digunakan harus berkualitas baik, seperti :
7.2.1 Residu yang sesuai SNI
7.2.2 Menie kayu sekualitas Platone atau Ftalit.
7.2.3 Cat kayu sekualitas, Platone atau Ftalit
7.2.4 Cat tembok sekualitas Matex (plafond)
7.2.5 Cat tembok sekualitas Matex
7.3 Pedoman Pelaksanaan
7.3.1 Pekerjaan pengecatan dilaksanakan setelah pemasangan plafond.
7.3.2 Pekerjaan meni harus betul-betul rata, berwarna sama, pengecatan minimal 2
(dua) kali.
7.3.3 Pekejaan cat kayu harus dilakukan lapis demi lapis dengan memperhatikan
waktu pengeringan jenis bahan yang digunakan.
2 (dua) kali pengerjaan menie kayu/cat dasar.
1 (satu) kali lapis pengisi dengan plamur kayu.
Penghalusan dengan amplas
Finishing dengan cat kayu sampai rata minimal 2 (dua) kali.
7.3.4 Pengecatan dinding harus dilakukan menurut proses sebagai berikut :
Penggosokan dinding dengan batu gosok sampai rata dan halus, setelah
itu dilap dengan kain basah hingga bersih.
Jika pengecatan menggunakan cat tembok biasa, maka dinding harus
dilapisi dengan plamur tembok, dipoles sampai rata. Setelah betul-betul
kering digosok dengan amplas halus dan dilap dengan kain kering yang
bersih.
Jika menggunakan cat tembok setara dulux, maka dindning tidah boleh
dilapisi dengan puty, dinding harus di oleskan dengan rata alkali, jika ada
bagian dinding yang telah dilapisi puty maka lapisan itu harus dibersihkan
dengan baik.
Pekerjaan cat tembok harus menghasilkan warna merata sama dan tidak
terdapat belang-belang atau noda-noda mengelupas.
7.3.5 Pengecatan plafond harus dilakukan menurut proses berikut :
Membersihkan bidang plafond yang akan dicat.
Mengecat plafond 2 (dua) kali, sehingga menghasilkan bidang pengecatan
yang merata sama dan tidak terdapat belang-belang atau noda-noda
mengelupas.
7.3.6 Warna yang digunakan disesuaikan dengan warna cat yang telah setujui oleh
pihak direksi teknis
diatas plafon diikat dengan isolator khusus dengan jarak 1,00 atau 1,20 m,
atau jaringan kabel diatas plafon tersebut dimasukkan dalam pipa PVC.
Khusus untuk instalasi stop kontak harus dilengkapi kabel arde (pentanahan)
sesuai dengan peraturan yang berlaku (mencapai dan terendam air tanah).
8.5.2 Untuk pekerjaan instalasi listrik, atas persetujuan direksi, pemborong boleh
menunjuk pihak ketiga (instalatur) yang telah memiliki izin usaha instalasi
listrik atau izin sebagai instalatur yang masih berlaku dari Perum Listrik
Negara (PLN). Pemborong tetap bertanggung jawab penuh atas pekerjaan ini
sampai listrik tersebut menyala (siap dipergunakan), termasuk biaya
pengujian dengan pihak PLN
8.5.3 Pengujian instalasi listrik harus dilakukan kontraktor pada beban penuh
selama 1 X 24 jam secara terus menerus. Semua biaya yang timbul akibat
pengujian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.
9 PEKERJAAN LAIN-LAIN
9.1 Lingkup pekerjaannya adalah Pekerjaan Administrasi/dokumentasi, Biaya
Keamanan/jaga malam, obat-obatan/P3K. Penjelasan masing-masing lingkup pekerjaan
ini telah dijabarkan pada masing-masing pasal diatas, kecuali pekerjaan administrasi
proyek berupa :
(i) Laporan berkala mengenai pekerjaan secara keseluruhan dan segala
sesuatunya yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut dalam kontrak.
(ii) Catatan yang jelas mengenai kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan
dan jika diminta oleh DIREKSI PEKERJAAN/PEMILIK untuk keperluan pemeriksaan
sewaktu-waktu dapat diserahkan.
(iii) Dokumen Foto :
KONTRAKTOR diwajibkan membuat dokumen foto-foto, sebelum pekerjaan
dimulai sampai pada pekerjaan selesai 100 % dan tiap tahap permintaan
angsuran disertai keterangan lokasi, arah pengambilan dan tahap pelaskanaan
pembangunan serta disusun secara rapih dan diketahui oleh DIREKSI
PEKERJAAN/PEMILIK dan Pengelola Teknis.
Syarat-syarat foto dokumentasi :
a) Tiap Unit Bangunan diambil dari empat arah,
b) Gambar menyeluruh pandangan dari empat arah,
c) Sudut pengambilan gambar dari tiap tahap harus tetap pada sudut
pengambilan tersebut pada butir (a).
Gambar dimasukkan dalam album diserahkan kepada PEMILIK melalui
DIREKSI PEKERJAAN rangkap 5 (lima).
Biaya dokumen merupakan tanggung jawab Kontraktor, Foto-foto tersebut
harus dibuat dan menjadi lampiran setiap permohonan angsuran
pembayaran.
Segala laporan atau catatan tersebut dalam Ayat (i) dan (ii) Pasal ini, dibuat
dalam bentuk buku harian rangkap 5 (lima) diisi pada formulir yang telah
disetujui oleh DIREKSI PEKERJAAN/PEMILIK dan harus selalu berada di tempat
pekerjaan.
9.2 Penyedia Jasa harus menyerahkan pada Pengguna Jasa as built drawing.
9.3 As built drawing adalah gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan
yang harus diselesaikan 4 minggu setelah serah terima pekerjaan untuk pertama kali,
dalam bentuk kalkir.
9.4 Apabila ada pekerjaan yang tidak tersebutkan dalam uraian ii, yang ternyata
pekerjaan tersebut harus ada agar mendapatkan hasil akhir yang sempurna, maka
pekerjaan tersebut harus dilaksanakan oleh Kontraktor atas perintah tertulis Pemimpin
Bagian Proyek.
9.5 Rencana kerja dan syarat-syarat ini menjadi pedoman dan harus ditaati oleh
Kontraktor dan Pemimpin Bagian Proyek dalam melaksanakan pekerjaan ini.
10 PEKERJAAN PENUTUP
Meskipun dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis ini tidak semua items pekerjaan
yang spesifikasinya dicantumkan satu persatu dalam uraian atau syarat-syarat teknis
bestek ini, maka itu sudah dianggap mencakup seluruh uraian kegiatan pekerjaan yang
harus dilaksanakan nanti di lapangan dan bukan merupakan suatu pekerjaan tambahan.
Pariaman,
.2016
Konsultan Perencana
CV. SURYA CONSULTING
SURYA KURNIA, ST
Wakil Direktris