Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL

SEMINAR AKUNTANSI PEMERINTAH

Disusun oleh:

Arina Husna Amalia (134060018141/06)


Devri Radistya (134060018162/12)
Kokoh Dahono Murti (134060018194/18)

Kelas IX D DIV Akuntansi Kurikulum Khusus

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA


2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Selama beberapa dekade terakhir dimana semakin meningkatnya permintaan oleh para
politisi dan masyarakat dalam ranah akuntansi pemerintah, dimana sektor pemerintah
seharusnya tidak hanya berfokus dan mencatat mengenai arus kas dan kas itu sendiri. Tuntutan
ini lebih menekan pemerintah untuk bagaimana pemerintah bertanggung jawab juga pada
bagaimana pemerintah menggunakan uang rakyat dalam pengelolaan pemerintahannya. Pada
akhirnya tuntutan dan permintaan dari masyarakat ini mengarah pada reformasi manajemen
publik, yang dikenal sebagai New Public Management di banyak negara. Menurut
Jones&Pendlebury,1996 dan OECD,1993 mengatakan bahwa basis akrual dalam akuntansi
dapat memenuhi hal-hal yang terkait dengan bagaimana sistem akuntansi yang lebih baik,
mendukung dalam pembuatan keputusan, dan konsekuensi jangka panjang dari suatu
kebijakan pemerintah. Basis akrual ini dianggap lebih mampu menyediakan hal tersebut
dibandingkan dengan basis kas yang dipakai selama ini oleh negara kita. Reformasi sektor
publik yang membuat pemerintah perlu untuk tidak hanya menggunakan laporan keuangan
dalam konteks kas saja tapi juga pada penggunaan informasi-informasi yang disediakan oleh
laporan keuangan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Reformasi yang terjadi di negara ini juga berdampak pada tuntutan masyarakat untuk
mereformasi juga masalah keuangan negara kita, sehingga Pemerintah Indonesia telah
mencanangkan reformasi di bidang keuangan negara. Hal ini tertuang dalam pasal 3 ayat (1)
Undang-undang (UU) Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang mengharuskan
Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan, dapat semakin diwujudkan. Salah satu reformasi yang dilakukan adalah keharusan
penerapan akuntansi berbasis akrual pada setiap instansi pemerintahan, baik pemerintah pusat
maupun pemerintahan daerah, yang dimulai tahun anggaran 2008. Hal ini ditegaskan dalam
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 36 ayat (1)
yang berbunyi sebagai berikut:
Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis
akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang
ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan
pengakuan dan pengukuran berbasis kas.
Secara konseptual akuntansi berbasis akrual dipercaya dapat menghasilkan informasi yang
lebih akuntabel dan transparan dibandingkan dengan akuntansi berbasis kas. Akuntansi
berbasis akrual dianggap mampu mendukung terlaksanakannya perhitungan berbagai macam
biaya pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah dengan wajar. Pencatatan dan
perhitungan seluruh beban, baik yang sudah dibayar maupun yang belum dibayar dalam basis
akrual membuat akuntansi berbasis akrual secara konseptual dapat menyediakan pengukuran
yang lebih baik, pengakuan yang tepat waktu, dan pengungkapan kewajiban di masa
mendatang. Sedangakan apabila dilihat dalam rangka pengukuran kinerja, informasi berbasis

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 1


akrual dapat menyediakan informasi mengenai penggunaan sumber daya ekonomi yang
sebenarnya. Oleh karena itu, akuntansi berbasis akrual merupakan salah satu sarana
pendukung yang saat ini diperlukan oleh pemerintah dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas pemerintah. Manfaat sistem berbasis akrual antara lain (Van Der Hoek, 2005):
1. Mendukung Manajemen Kinerja
2. Menfasilitasi Manajemen keuangan yang lebih baik
3. Memperbaiki pengertian akan biaya program
4. Memperluas dan meningkatkan informasi alokasi sumber daya
5. Meningkatkan pelaporan keuangan
6. Memfasilitasi dan meningkatkan manajemen aset (termasuk kas)

Penetapan PP No. 71 Tahun 2010 maka penerapan sistem akuntansi pemerintahan


berbasis akrual telah mempunyai landasan hukum. Dengan penerapan ini maka pemerintah
mempunyai kewajiban untuk dapat segera menerapkan SAP yang baru yaitu SAP berbasis
akrual. Hal ini sesuai dengan pasal 32 UU No. 17 tahun 2003 yang mengamanatkan bahwa
bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan
sesuai dengan SAP. Hal ini juga ditegaskan dalam pasal 4 ayat (1) PP No. 71 Tahun 2010 yang
menyebutkan bahwa Pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual. SAP tersebut disusun oleh
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang independen dan ditetapkan dengan PP
setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Tantangan baru yang muncul dari penetapan basis akrual ini membutuhkan suatu pedoman
yang dapat menjelaskan proses pembangunan sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual
ini secara lebih detil agar dapat berjalan dengan baik. Pasal 6 PP No. 71 Tahun 2010, dimana
ayat (2) menyebutkan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintahan Pada Pemerintah Pusat diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan, dan pada ayat (3) menyebutkan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintahan Pada
Pemerintah Daerah diatur dengan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota yang mengacu pada
pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan. Sementara itu dalam pedoman umum Sistem
Akuntansi Pemerintahan tersebut ditetapkan dalam bentuk Peraturan Menteri Keuangan dan
khusus untuk Pemerintah Daerah Peraturan Menteri Keuangan tersebut ditetapkan setelah
Menteri Keuangan berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, hal ini sesuai dengan amanat
yang tertuang dalam pasal 6 ayat (4) PP No. 71 Tahun 2010.

Terdapat perubahan yang cukup signifikan dalam unsur laporan keuangan yang harus
disajikan oleh setiap entitas akuntansi dan entitas pelaporan di pemerintahan, jika dibandingkan
antara PP 71 tahun 2010 dengan PP No. 24 tahun 2005, yaitu sebagai berikut :

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 2


Hubungan antar laporan:

Laporan operasi (LO) pada dasarnya adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yang
disusun dengan basis akrual, sementara LRA merupakan bagian dari Laporan Pelaksanaan
Anggaran (LPA) disusun dengan menggunakan basis kas. LO ini jika merujuk pada PP No. 24
tahun 2005 dapat dipersamakan dengan Laporan Kinerja Keuangan (LKK) yang pada Ppno 24
tahun 2005 bersifat optional. Bila LO ini jika disandingkan dengan Laporan Keuangan di sektor
swasta/ bisnis dapat dipersamakan dengan Laporan Laba (Rugi) (income statement).

B. Basis Akuntansi
Basis akuntansi merupakan salah satu prinsip akuntansi untuk menentukan periode
pengakuan dan pelaporan suatu transaksi ekonomi dalam laporan keuangan. Basis akuntansi
yang umum dikenal ada lima, yaitu basis akrual (accrual basis), basis akrual yang dimodifikasi
(modified accrual), basis kas (cash basis), basis kas yang dimodifikasi (modified cash), dan
basis kas menuju akrual (cash toward accrual).
1. Basis Akrual (accrual basis)

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 3


Basis akrual menurut PSAP (Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan) Nomor 01
adalah: basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada
saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar
2. Basis akrual yang dimodifikasi (modified accrual)
Pada basis akrual yang dimodifikasi hanya pendapatan yang memenuhi unsur
measurable dan available yang dapat diakui sebagai pendapatan pada saat terjadinya,
sedang pendapatan yang tidak memenuhi kedua unsur tersebut baru diakui pada saat
kas sudah diterima atau diakui sebagai pendapatan ditangguhkan. Sementara itu,
belanja diakui pada periode dimana kewajiban timbul.
3. Basis kas (cash basis)
Basis kas menurut PSAP 01 adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi
dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Pada basis
kas, pendapatan diakui ketika kas diterima bukan ketika hak atas pendapatan tersebut
timbul dan belanja diakui ketika dibayar bukan ketika kewajiban untuk membayar timbul.
Pada basis kas, pembelian aset jangka panjang tidak dikapitalisasi tapi seluruhnya
diakui sebagai belanja, sehingga tidak ada pencatatan dan penyajian atas aktiva tetap
dan penyusutan.
4. Basis kas yang dimodifikasi (modified cash)
Basis kas yang dimodifikasi hampir sama dengan basis kas, hanya saja pada basis kas
yang dimodifikasi pembukuan untuk periode tahun berjalan masih ditambah dengan
waktu tertentu misalnya 1 bulan setelah berakhirnya tahun berjalan. Penerimaan dan
pengeluaran kas yang terjadi selama waktu tertentu tersebut, yang berasal dari
transaksi tahun lalu diakui sebagai penerimaan dan pengeluaran atas periode
sebelumnya. Arus kas yang telah diperhitungkan dalam periode pelaporan tahun
sebelumnya tersebut dikurangkan dari periode pelaporan tahun berjalan.
5. Basis kas menuju akrual (cash toward accrual)
Basis kas menuju akrual dianut di Indonesia, dan ini ditegaskan dalam KKAP paragraf
39 dan PSAP 01 paragraf 5, yang menyatakan bahwa basis akuntansi yang digunakan
dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan,
belanja, transfer dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual
untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca.
Meskipun menganut basis kas menuju akrual, entitas pelaporan dapat
menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan menggunakan
sepenuhnya basis akuntansi akrual, baik dalam pengakuan pendapatan, belanja,
transfer, dan pembiayaan, maupun dalam pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas
dana. Namun demikian, penyajian Laporan Realisasi Anggaran tetap berdasarkan basis
kas (KKAP Paragraf 42 dan PSAP 01 paragraf 6 dan 7).
C. Pengertian Akuntansi Berbasis Akrual
Basis akrual yang menurut PSAP 01
basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat
transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 4


Selain penjelasan tersebut, terdapat beberapa penjelasan lainnya yang akan lebih
menambah wawasan tentang basis akrual ini.
Basis akrual menurut International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) adalah :
accrual basis means basis of accounting under which transactions and other events are
recognized when they occur (and not only when cash or its equivalent is received or paid).
Therefor, the transactions and events are recorded in the accounting records and
recognized in the financial statement of the periods to which they relate. The elements
recognized under accrual accounting are assets, liabilities, net assets/equity, revenue and
expenses

D. Tujuan dan Manfaat Basis Akuntansi Akrual.


Secara sederhana, dikatakan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual ditujukan untuk
mengatasi ketidakcukupan basis kas untuk memberikan data yang lebih akurat dan dapat
digunakan oleh para pengguna informasi. Heather Thompson, Project Manager dari Transition
from Cash to Accrual Accounting Project, Public Expenditure Management, pemerintah
BARBADOS, menyampaikan beberapa tujuan penggunaan basis akrual yakni sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem keuangan (penganggaran, akuntansi dan
pelaporan) dalam sektor publik.
2. Untuk meningkatkan pengendalian fiskal, manajemen aset dan budaya sektor public.
3. Untuk meningkatkan akuntabilitas dalam program penyediaan barang dan jasa oleh
pemerintah.
4. Menyediakan informasi yang lebih lengkap bagi pemerintah untuk pengambilan keputusan.
5. Untuk mereformasi sistem anggaran belanja (apropriasi).
6. Untuk mencapai transparansi yang lebih luas atas biaya pelayanan yang dilakukan oleh
pemerintah.
Dengan demikian, tujuan penerapan basis akuntansi akrual pada dasarnya untuk memperoleh
informasi yang tepat atas jasa yang diberikan pemerintah dengan lebih transparan.

International Monetary Fund (IMF) sebagai lembaga kreditur menyusun Government


Finance Statistics (GFS) yang di dalamnya menyarankan kepada negara-negara debiturnya
untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual dalam pembuatan laporan keuangan. Alasan
penerapan basis akrual ini karena saat pencatatan sesuai dengan saat terjadinya arus sumber
daya sehingga basis akrual ini menyediakan estimasi yang lebih tepat atas pengaruh kebijakan
pemerintah terhadap perekonomian secara makro. Selain itu basis akrual menyediakan
informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber
daya dicatat, termasuk transaksi internal, in-kind transaction, dan arus ekonomi lainnya.

Manfaat-manfaat penerapan basis akrual, menurut H Thompson, akan mencakup hal-hal


dibawah ini:
1. Menyediakan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah
2. Menunjukkan bagaimana aktivitas pemerintah dibiayai dan bagaimana pemerintah dapat
memenuhi kebutuhan kasnya.
3. Menyediakan informasi yang berguna tentang tingkat yang sebenarnya kewajiban
pemerintah

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 5


4. Meningkatkan daya pengelolaan asset dan kewajiban pemerintah.
5. Basis akrual sangat familiar pada lebih banyak orang dan lebih komprehensif dalam
penyajian informasinya.
6. Prinsip dan standar yang dapat diterima umum membentuk basis transaksi pelaporan.
7. Menyediakan data yang lebih meningkat ketika pemerintah melakukan kegiatan perencanaan
dan pengambilan keputusan ekonomi.
8. Secara signifikan memperkuat pengelolaan dan pengembangan anggaran, khususnya
melalui pengakuan dan pengendalian asset dan kewajiban pemerintah.
9. Statistik Keuangan Pemerintah (GFS) yang dipraktekkan secara internasional berbasis
akrual.

E. Isu-isu terkait penerapan Basis Akuntansi Akrual


IMF dalam makalah yang berjudul Transition to Accrual Accounting menyimpulkan
beberapa isu terkait dengan penerapan basis akrual. Diantara isu tersebut adalah:
1. Perumusan kebijakan akutansinya. Basis kas yang hanya mencatat transaksi penerimaan
dan pembayaran kas secara relatif akan mudah dioperasikan. Pengakuan dan
pengukuran/penilaian atas transaksi yang semakin kompleks menyebabkan persyaratan
kemampuan teknis dan judgement yang lebih tinggi karena mengandung risiko kesalahan
dan salah saji yang tinggi. Kebijakan akuntansi suatu negara, dengan demikian, haruslah
disinkronisasikan dengan kebijakan internasional untuk mengurangi risiko seperti itu. Isu
utamanya adalah bahwa pemerintah perlu memfokuskan pada materi pilihan kebijakan
akuntansi mana yang paling tepat yang konsisten dengan standar akuntansinya.
2. Ada gap dengan standar internasional. Standar akuntansi pemerintah internasional yang
diterbitkan oleh The International Public Sector Accounting Standards Board (IPSASB)
dirancang untuk memfasilitasi penerapan umum pelaporan keuangan pemerintah dengan
kualitas yang tinggi yang dapat diperbandingkan secara internasional. Namun demikian,
masih terdapat jarak atau gap antara standar internasional dengan standar yang
dikembangkan suatu negara. Pemerintah suatu negara perlu memformulasikan standarnya
sendiri atau pedoman atas aspek tertentu yang standar internasionalnya belum final.
3. Informasi kas dalam kerangka kerja akrual. Penerapan basis akuntansi menuju basis akrual
bukan berarti menghilangkan basis kas, tetapi pengelolaan kas merupakan bagian yang
integral dari kerangka manajemen keuangan berbasis akrual. Basis akrual yang modern
mempunyai fungsi-fungsi untuk mendukung basis akuntansi dan pelaporan secara kas.
4. Sinkronisasi antara akuntansi akrual dengan anggaran Sering diargumentasikan bahwa
konsep akuntansi dan anggaran haruslah disamakan agar terdapat basis yang jelas dan
transparan dalam pembandingan antara apa yang direncanakan pemerintah dan hasil
keuangan yang aktual. Namun demikian, pertanyaannya adalah apa perbedaan antara
basis akuntansi akrual dan basis akrual dalam anggaran? Akuntansi berkaitan dengan
pelaporan transaksi ex post, sementara anggaran merupakan perencanaan ex ante dalam
basis akrual. Secara teknik, pemerintah dapat saja menerapkan basis akuntansi akrual
tanpa membuat perubahan kerangka penganggaran yang berbasis kas, dan, dengan
demikian, dalam pelaporan akuntansi berbasis akrual, pertanggungjawaban anggaran
berbasis kas akan tetap disusun. Sebagai contoh, negara seperti Amerika Serikat dan
Perancis menerapkan pelaporan berbasis akrual tanpa mengadopsi anggaran berbasis

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 6


akrual, sementara Selandia Baru menerapkan basis akrual secara simultan pada akuntansi
dan penganggarannya.
5. Klasifikasi anggaran dan akun standar. Apabila pemerintah menerapkan basis akrual pada
akuntansi dan anggarannya secara simultan, akun standar dan klasifikasi anggaran
sebaiknya disamakan, akan tetapi jika pemerintah menerapkan basis akrual hanya pada
akuntansi dengan masih menerpkan basis kas pada anggarannya, akan ada perbedaan
antara akun standar dan klasifikasi anggaran. Namun demikian, akun standar tetap akan
mencakup laporanlaporan yang berbasis akrual maupun kas.
6. Neraca awal. Neraca awal dari penerapan basis akrual harus didukung dengan informasi
dan penjelasan yang cukup untuk kepentingan audit. Pada titik ini, kegiatan tersebut akan
merupakan proses yang memakan waktu dan sangat riskan. Konsep materialitas mungkin
dapat digunakan untuk membuat pertimbangan-pertimbangan tentang aset dan kewajiban
mana yang harus dijadikan perhatian utama selama penerapan basis akrual.
7. Proses keuangan yang tersentralisasi atau terdesentralisasi Pertimbangan proses
keuangan yang lebih detail tentang sentralisasi atau desentralisasi menyangkut apakah
tingkat kementerian atau agency (satuan kerja) dipersyaratkan melaporkan secara harian
operasinya atau tidak. Jika ya, pemerintah perlu melakukan penilaian skala dan
kompleksitas transaksi yang tercakup dalam identifikasi dan pengukuran atas transaksi dan
saldo-saldo rekening basis akrual. Untuk negara sedang berkembang, kendala kapasitas
seperti itu tidak mungkin dicapai dalam jangka pendek.
8. Konsolidasi. Apapun sentralisasi atau desentralisasi - yang akan diterapkan oleh
pemerintah, konsolidasi laporan untuk pemerintah secara keseluruhan tetap merupakan titik
penting sehingga identifikasi akun entitas untuk kepentingan eliminasi dapat dilakukan.
Sistem dan prosedur harus dirancang agar tercapai efisiensi.

Permasalahan yang mungkin timbul dari penerapan basis akuntansi pada akuntansi pemerintah
Indonesia menurut Bambang Wijajarso mencakup antara lain sebagai berikut:
Jenis laporan keuangan
Permasalahan lain adalah jenis-jenis laporan keuangan yang harus disusun oleh sebuah
entitas akuntansi dan entitas laporan. Secara peraturan perundangan Undang Undang
Keuangan Negara dan Undang Undang Perbendaharaan, memang hanya mensyaratkan
adanya empat laporan keuangan yakni Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas
dan Catatan atas Laporan Keuangan. Cukupkah? Itulah yang harus dijawab oleh penyusun
standar akuntansi pemerintah Komite Standar Akuntansi Pemerintahan dan pihak yang
mengimplementasikan standar Departemen Keuangan untuk pemerintah pusat dan Pengelola
Keuangan Daerah untuk pemerintah daerah.
Di satu pihak, KSAP saat ini telah mengantisipasi jenis laporan tambahan selain yang
dipersyaratkan oleh peraturan perundangan dengan menambahkan tiga jenis laporan baru
yakni Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional dan Laporan Perubahan
Ekuitas, seperti tercantum dalam Konsep Publikasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual. Di lain pihak, penyusun laporan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
sepertinya masih menunggu hasil KSAP, meskipun sudah terlihat aktif dalam berbagai forum
seperti limited hearing dan diskusi-diskusi basis akrual. Secara nyata, pihak inilah yang
nantinya akan mengalami kerepotan luar biasa, mengingat kondisi sekarang saja, mereka

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 7


masih menghadapi opini disclaimer dari auditor. Perubahan-perubahan semacam inilah yang
dirasa sangat memberatkan para penyusun laporan keuangan pemerintah.
Apakah tidak ada kemungkinan penyederhanaan dalam pelaporan keuangan
pemerintah dan apakah dengan tambahan tersebut memang akan menambah nilai keputusan
ekonomi yang diambil entitas akuntansi ataukah biayanya akan jauh lebih besar jika dibanding
manfaatnya? Sungguh pertanyaan yang sangat sulit mencari jawabannya, kecuali hanya
peningkatan transparansi dan keakuratan data, terutama dalam biaya pelayanan yang harus
dikelola oleh entitas pelaporan. Namun demikian, jika melihat jenis pelaporan keuangan yang
secara kuantitas seperti terlihat banyak tersebut, kalau diteliti lebih lanjut sebenarnya hanya
pengembangan dari yang sudah ada. Seperti misalnya, Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih merupakan pengembangan dari Laporan Realisasi Anggaran yang telah dapat disusun
oleh sistem yang telah ada, Laporan Operasional merupakan pengembangan dari Laporan
Realisasi Anggaran - yang kebetulan anggarannya tidak dipersyaratkan berbasis akrual
menurut perundangan sehingga, dengan demikian cakupan tambahan dari Laporan
Operasional adalah materi pendapatan dan belanja yang non kas.
Kemudian Laporan Perubahan Ekuitas dapat dikatakan pengembangan Laporan Neraca yang
dipecah menjadi Neraca dan Laporan Perubahan Ekuitas. Kedua laporan tambahan yang
diusulkan oleh KSAP yakni LO dan Laporan Perubahan Ekuitas - tersebut nantinya justru
akan menunjukkan artikulasi yang semakin jelas antar laporan keuangan, yakni Neraca. Jadi,
tidak ada alasan jenis laporan akan menambah rumitnya pekerjaan penyusunan laporan
keuangan jika saja siklus akuntansi yang diolah oleh sistem akuntansi keuangan pemerintah
dipaparkan secara jelas.

Christiaens dan Rommel (2008) berpendapat bahwa basis akrual hanya tepat digunakan
dalam instansi pemerintahan yang memiliki sifat usaha komersil. Menurut mereka basis akrual
tidak akan sukses diterapkan pada instansi pemerintahan yang murni menjalankan fungsi
pelayanan publik. Penerapan kerangka akuntansi berbasis akrual yang berlaku di entitas
komersil kepada entitas pemerintahan. Penyusunan anggaran berbasis akrual juga merupakan
masalah tersendiri, selain dimensi politik yang kental dalam aktifitas instansi pemerintahan.
Studi sebelumnya oleh Plummer, Hutchison, dan Patton (2007), dengan menggunakan sampel
sebanayak 530 distrik sekolah di Texas, menemukan bukti bahwa informasi berbasis akrual
tidak lebih informatif dibandingkan informasi yang disajikan dengan menggunakan basis akrual-
modifikasian. Studi lain oleh Vinnari dan Nas (2008) menunjukan adanya potensi manajemen
laba pada instansi pemerintahan ketika pelaporannya menggunakan basis akrual.

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 8


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGARUH BASIS AKRUAL TERHADAP PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN


PEMERINTAH (DI LIHAT DARI KOMPONEN DAN ELEMEN LK)
1. Komponen laporan keuangan

Perbandingan komponen laporan keuangan antara basis kas menuju akrual dan
basis akrual dapat dilihat dalam tabel berikut:

komponen laporan keuangan basis komponen laporan keuangan basis akrual


kas menuju akrual terdiri dari : terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) 1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2. Neraca 2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih
3. Laporan Arus Kas (LAK) 3. Neraca
4. Catatan atas Laporan Keuangan 4. Laporan Operasional
(CALK) 5. Laporan Arus Kas
6. Laporan Perubahan Ekuitas
7. Catatan atas Laporan Keuangan
Komponen laporan keuangan dalam Draft Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis
Akrual terdiri dari 7 komponen laporan dimana terdapat penambahan 3 jenis laporan
dalam draft SAP berbasis akrual yaitu Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih,
Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas. Laporan Kinerja Keuangan pada
Lampiran II PP 71/2010 menjadi Laporan Operasional pada Lampiran I PP 71/2010.

Penjelasan mengenai masing-masing jenis laporan tersebut adalah:

a. Laporan Realisasi Anggaran

1. Informasi yang disajikan


LRA menyajikan informasi realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer,
surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan, yang masing-masing diperbandingkan
dengan anggarannya dalam satu periode.
Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan
ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan:
(a). menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber
daya ekonomi;
(b). menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang
berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas
penggunaan anggaran

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 9


Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam
memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan
laporan secara komparatif. Laporan Realisasi Anggaran dapat menyediakan
informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan
penggunaan sumber daya ekonomi:
(a). telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat;
(b). telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD); dan
(c). telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Unsur-unsur LRA
Unsur-unsur LRA dalam basis akrual:
1. Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang
menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali
oleh pemerintah.
2. Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara
Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.
3. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan
dana bagi hasil.
4. Surplus/defisit-LRA
5. Pembiayaan adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh
pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun
anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil
divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran
kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan
penyertaan modal oleh pemerintah.
6. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)
LRA disusun menggunakan basis kas, baik dalam basis kas menuju akrual maupun
dalam basis akrual, karena kita masih menganut sistem anggaran berbasis kas.
Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka LRA
disusun berdasarkan basis kas. Bilamana anggaran disusun dan dilaksanakan
berdasarkan basis akrual, maka LRA disusun berdasarkan basis akrual. (Par 44)
3. Perbedaan antara LRA akrual dan CTA

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 10


Perbedaan antara LRA dalam basis kas menuju akrual dengan LRA dalam basis
akrual dalam penggunaan akun pendapatan, dalam susunan laporan keuangan
berbasis akrual terdapat laporan operasional yang juga mencatat akun
pendapatan, maka untuk membedakan pencatatan atas realisasi pendapatan
dalam LRA dan LO terdapat identitas tambahan atas rekening pendapatan yang
dipakai, yaitu untuk pendapatan dalam LRA menggunakan akun "pendapatan-LRA",
sedangkan pendapatan dalam LO menggunkaan akun "pendapatan-LO". Namun
untuk LRA dalam basis kas menuju akrual tidak memerlukan identitas tambahan,
sehingga cukup dicatat dengan akun pendapatan saja.
4. Struktur LRA
Laporan realisasi anggaran menyajikan informasi yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. Dalam laporan realisasi
anggaran harus diidentifikasikan secara jelas dan diulang pada setiap halaman
laporan, informasi yang harus disajikan meliputi :
1. nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya
2. cakupan entitas pelaporan
3. periode pelaporan
4. mata uang pelaporan
5. satuan angka yang digunakan

Berikut adalah contoh format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 11


b. Neraca

1. Informasi yang disajikan


Neraca yang disajikan dalam basis kas menuju akrual dan dalam basis akrual
sama-sama disusun menggunakan basis akrual. Neraca menggambarkan posisi
keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajibang, dan ekuitas pada
tanggal tertentu.
2. Unsur-unsur Neraca
Unsur neraca dalam basis akrual adalah:
1) Aset; sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
alasan sejarah dan budaya.

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 12


2) Kewajiban; utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
3) Ekuitas (tanpa dirinci lebih lanjut ke ekuitas dana lancar, ekuitas dana
investasi, dan ekuitas dana cadangan sebagaimana dalam basis kas menuju
akrual); kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban pemerintah.

3. Perbedaan antara Neraca akrual dan CTA


Perbandingan antara CTA dan Akrual untuk neraca

CASH TOWARDS ACCRUAL ACCRUAL

NERACA NERACA
Ekuitas Dana terbagi; Hanya Ekuitas, yaitu kekayaan bersih
Ekuitas Dana Lancar: selisih antara pemerintah yang merupakan selisih
aset lancar dan kewajiban jangka antara aset dan kewajiban pemerintah
pendek, termasuk sisa lebih pada tanggal laporan.
pembiayaan anggaran/saldo Saldo ekuitas di Neraca berasal dari
anggaran lebih saldo akhir ekuitas pada Laporan
Perubahan Ekuitas
(Par 84-85)
Ekuitas Dana Investasi:
mencerminkan kekayaan
pemerintah yang tertanam dalam
investasi jangka panjang, aset
tetap, dan aset lainnya, dikurangi
dengan kewajiban jangka panjang
Ekuitas Dana Cadangan:
mencerminkan kekayaan
pemerintah yang dicadangkan
untuk tujuan tertentu sesuai
dengan peraturan perundang-
undangan.
(Par 78-81)

Brikut adalah contoh format Neraca

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 13


c. Laporan Arus Kas

1. Informasi yang disajikan


Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal,

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 14


penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama
periode tertentu.
Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan
kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas setara kas pada
tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan
pengambilan keputusan.
Manfaat informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa
yang akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas
yang telah dibuat sebelumnya. Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggung-
jawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan. Apabila
dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus kas memberikan
informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi
perubahan kekayaan bersih/ekuitas suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan
pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas)
2. Unsur-unsur Laporan Arus Kas
Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan
pengeluaran kas, yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
(a) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum
Negara/Daerah.
(b) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum
Negara/Daerah.
Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris
memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai
pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan setara kas pemerintah.
Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Satu transaksi tertentu
dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa aktivitas, misalnya transaksi
pelunasan utang yang terdiri dari pelunasan pokok utang dan bunga utang.
Pembayaran pokok utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas pendanaan
sedangkan pembayaran bunga utang pada umumnya akan diklasifikasikan ke
dalam aktivitas operasi kecuali bunga yang dikapitalisasi akan diklasifikasikan ke
dalam aktivitas investasi.
Dalam hal entitas bersangkutan masih membukukan penerimaan dan pengeluaran
dalam buku kas berdasarkan akun pelaksanaan anggaran maka laporan arus kas
dapat disajikan dengan mengacu pada akun-akun pelaksanaan anggaran tersebut.
Yang dimaksud dengan akun-akun pelaksanaan anggaran adalah akun yang
berhubungan dengan pendapatan, belanja, transfer, pembiayaan, dan transaksi
nonanggaran, yang dalam Laporan Arus Kas dikelompokkan menjadi aktivitas
operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran.

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 15


AKTIVITAS OPERASI
Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan
untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode akuntansi. Arus kas
bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan
operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai aktivitas
operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan sumber
pendanaan dari luar.
Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:
(a) Penerimaan Perpajakan;
(b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
(c) Penerimaan Hibah;
(d) Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi Lainnya;
(e) Penerimaan Lain-lain/penerimaan dari pendapatan Luar Biasa; dan
(f) Penerimaan Transfer.
Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk:
(a) Pembayaran Pegawai;
(b) Pembayaran Barang;
(c) Pembayaran Bunga;
(d) Pembayaran Subsidi;
(e) Pembayaran Hibah;
(f) Pembayaran Bantuan Sosial;
(g) Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa; dan
(h) Pembayaran Transfer.

Jika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang sifatnya sama dengan
persediaan, yang dibeli untuk dijual, maka perolehan dan penjualan surat berharga
tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi.
Jika entitas pelaporan mengotorisasikan dana untuk kegiatan suatu entitas lain,
yang peruntukannya belum jelas apakah sebagai modal kerja, penyertaan modal,
atau untuk membiayai aktivitas periode berjalan, maka pemberian dana tersebut
harus diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi. Kejadian ini dijelaskan dalam
catatan atas laporan keuangan.

AKTIVITAS INVESTASI
Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan
untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya yang tidak
termasuk dalam setara kas.
Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan
untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat di
masa yang akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
(a) Penjualan Aset Tetap;
(b) Penjualan Aset Lainnya;

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 16


(c) Pencairan Dana Cadangan;
(d) Penerimaan dari Divestasi;
(e) Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas.
Arus keluar kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
(a) Perolehan Aset Tetap;
(b) Perolehan Aset Lainnya;
(c) Pembentukan Dana Cadangan;
(d) Penyertaan Modal Pemerintah;
(e) Pembelian Investasi dalam bentuk Sekuritas.

AKTIVITAS PENDANAAN
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang yang
berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan/atau pelunasan utang
jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi
piutang jangka panjang dan utang jangka panjang.
Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
yang berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman jangka panjang.
Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
(a) Penerimaan utang luar negeri;
(b) Penerimaan dari utang obligasi;
(c) Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah;
(d) Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara.
Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
(a) Pembayaran pokok utang luar negeri;
(b) Pembayaran pokok utang obligasi;
(c) Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah daerah;
(d) Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan negara.

AKTIVITAS TRANSITORIS
Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak
termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah.
Arus kas dari aktivitas transitoris antara lain transaksi Perhitungan Fihak Ketiga
(PFK), pemberian/penerimaan kembali uang persediaan kepada/dari bendahara
pengeluaran, serta kiriman uang. PFK menggambarkan kas yang berasal dari
jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar atau diterima secara
tunai untuk pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang
menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum negara/daerah.

Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan PFK dan penerimaan
transitoris seperti kiriman uang masuk dan penerimaan kembali uang persediaan
dari bendahara pengeluaran.

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 17


Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran PFK dan pengeluaran
transitoris seperti kiriman uang keluar dan pemberian uang persediaan kepada
bendahara pengeluaran.

3. Perbedaan antara LAK akrual dan CTA


Penyusunan laporan arus kas baik dalam basis kas menuju akrual dan basis akrual
dilakukan dengan cara yang sama.
Perbandingan antara CTA dan Akrual untuk LAK

CASH TOWARDS ACCRUAL ACCRUAL

LAPORAN ARUS KAS LAPORAN ARUS KAS


Disajikan oleh unit yang mempunyai Disajikan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan (Par 15) fungsi perbendaharaan umum (Par
Arus masuk dan keluar kas 15)
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas Arus masuk dan keluar kas
operasi, investasi aset non diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
keuangan, pembiayaan, dan non operasi, investasi, pendanaan, dan
anggaran (Par 86) transitoris (Par 90)

Entitas

Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
Entitas pelaporan dimaksud terdiri dari:
(a) Pemerintah pusat;
(b) Pemerintah daerah;
(c) Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah
pusat; dan (d) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau
organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi
dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah
unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum. Unit organisasi
yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum adalah unit yang ditetapkan
sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau kuasa bendaharawan
umum negara/daerah
Berikut adalah contoh format Laporan Arus Kas pada Pemerintah Pusat

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 18


d. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
1. Informasi yang disajikan
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas adalah
kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban
pemerintah pada tanggal laporan.

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 19


2. Unsur-Unsur Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang kurangnya pos-pos:
a. Ekuitas awal
b. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan
c. Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara
lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan
akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya:
1) koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-
periode sebelumnya;
2) perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
d. Ekuitas akhir.

Berikut adalah contoh format Laporan Perubahan Ekuitas

e. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)


1. Informasi yang disajikan
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih merupakan laporan yang menyajikan
informasi mengenai kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun
pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Saldo Anggaran Lebih adalah
gunggungan saldo yang berasal dari akumulasi SiLPA/SiKPA tahun-tahun anggaran
sebelumnya dan tahun berjalan serta penyesuaian lain yang diperkenankan.

2. Unsur-Unsur Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan secara komparatif dengan
periode sebelumnya pos-pos berikut:
a. Saldo Anggaran Lebih awal;
b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;
d. Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya; dan
e. Lain-lain;
f. Saldo Anggaran Lebih Akhir.

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 20


Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh Bendahara
Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan
konsolidasiannya. Berikut adalah contoh format Laporan Perubahan SAL.

f. Laporan Operasional
1. Informasi yang disajikan
Laporan Operasional merupakan laporan yang menyajikan ikhtisar sumber daya
ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh
pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam
satu periode pelaporan. Laporan Operasional menyediakan informasi mengenai
seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan
dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas
pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
Tujuan pelaporan operasi adalah memberikan informasi tentang kegiatan
operasional keuangan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan
surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan. Pengguna laporan
membutuhkan Laporan Operasional dalam mengevaluasi pendapatan-LO dan
beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas pemerintahan, sehingga
Laporan Operasional menyediakan informasi:
1) mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk
menjalankan pelayanan;
2) mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan
kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi;
3) yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan diterima untuk
mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang
dengan cara menyajikan laporan secara komparatif;
4) mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan peningkatan ekuitas
(bila surplus operasional).

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 21


Dalam Laporan Operasional harus diidentifikasikan secara jelas, dan, jika
dianggap perlu, diulang pada setiap halaman laporan, informasi berikut:
i. nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya;
ii. cakupan entitas pelaporan;
iii. periode yang dicakup;
iv. mata uang pelaporan; dan
v. satuan angka yang digunakan.

2. Unsur-Unsur Laporan Operasional


Laporan Operasional menyajikan pos-pos sebagai berikut:
a. Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;
b. Beban dari kegiatan operasional ;
c. Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada;
d. Pos luar biasa, bila ada;
e. Surplus/defisit-LO.

Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang diklasifikasikan menurut


sumber pendapatan. Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada
Catatan atas Laporan Keuangan. Entitas pelaporan menyajikan beban yang
diklasifikasikan menurut klasifikasi jenis beban. Beban berdasarkan klasifikasi
organisasi dan klasifikasi lain yang dipersyaratkan menurut ketentuan
perundangan yang berlaku, disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Klasifikasi pendapatan-LO menurut sumber pendapatan maupun klasifikasi beban
menurut ekonomi, pada prinsipnya merupakan klasifikasi yang menggunakan
dasar klasifikasi yang sama yaitu berdasarkan jenis.

3. Perbedaan Basis CTA dan Akrual dalam Laporan Operasional

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 22


Berikut adalah contoh format Laporan Operasional pada Pemerintah Pusat.

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 23


g. Catatan Atas Laporan Keuangan
1. Informasi yang Disajikan
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL,
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas.
Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan
akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang
diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar. Catatan atas Laporan Keuangan
mengungkapkan/menyajikan/menyediakan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengungkapkan informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas
Akuntansi;
b. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
c. Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan
berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
d. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi
transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
e. Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada
lembar muka laporan keuangan;
f. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan;
g. Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,
yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
Suatu entitas pelaporan mengungkapkan hal-hal berikut ini apabila belum
diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan keuangan, yaitu:
domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat entitas
tersebut berada;
penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;
ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan
operasionalnya.
Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadian- kejadian penting
selama tahun pelaporan, seperti:
Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;
Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen
baru;
Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca; dan
Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan.
Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan
yang harus ditanggulangi pemerintah.

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 24


Laporan Keuangan sekurang-kurangnya disajikan dengan susunan sebagai
berikut:
1) informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian
target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan
yang dihadapi dalam pencapaian target;
2) ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;
3) informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya;
4) pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
5) pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;
6) informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
7) daftar dan skedul.

2. Struktur Catatan atas Laporan Keuangan


Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan
membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan atas
Laporan Keuangan biasanya disajikan dengan susunan sebagai berikut:
a. Kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang- Undang
APBN/Perda APBD;
b. Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan;
c. Kebijakan akuntansi yang penting;
Entitas pelaporan;
Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;
Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan;
Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan
ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan oleh suatu
entitas pelaporan;
setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan
keuangan.
Untuk menentukan apakah suatu kebijakan akuntansi perlu diungkapkan,
manajemen harus mempertimbangkan apakah pengungkapan tersebut dapat
membantu pengguna untuk memahami setiap transaksi yang tercermin dalam
laporan keuangan. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu dipertimbangkan untuk
disajikan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal sebagai berikut:
Pengakuan pendapatan; Pengakuan belanja;
Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;
Investasi;

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 25


Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak berwujud;
Kontrak-kontrak konstruksi;
Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
Kemitraan dengan fihak ketiga;
Biaya penelitian dan pengembangan;
Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;
Dana cadangan;
Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.
d. Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan;
Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan Keuangan;
Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
AkuntansiPemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka Laporan
Keuangan.
e. Pengungkapan pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan
penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya
dengan penerapan basis kas, untuk entitas pelaporan yang menggunakan
basis akrual;
f. Informasi tambahan lainnya, yang diperlukan seperti gambaran umum daerah

Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai
referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau
analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan
Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh
Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya
yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti
kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.

B. PERKEMBANGAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DI DUNIA INTERNASIONAL


Penggunaan akuntansi berbasis akrual saat ini makin diminati dan penggunaannya
berkembang dengan pesat baik di Internasional maupun di Indonesia sendiri, selain karena
tekanan IMF juga sebagai salah satu faktornya. Pada awal tahun 1990-an telah muncul laporan
keuangan dan anggaran berbasis akrual yang pertama kalinya di dunia yaitu di New Zealand
dan kemudian dalam perkembangan satu dekade berikutnya, telah terjadi perubahan besar
dalam penggunaan basis akuntansi dari basis kas menuju/menjadi basis akrual di negara-
negara anggota OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) meskipun
masih terdapat perbedaan derajat akrual-nya diantara negara-negara tersebut. Penggunaan
basis akrual telah menjadi salah satu ciri dari praktik manajemen keuangan modern (OECD-
PUMA/SBO, 2002/9).
Di negara-negara anggota OECD, basis akrual sejauh ini lebih banyak diterima untuk
pelaporan keuangan daripada untuk tujuan penganggaran. Dua alasan yang sering

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 26


dikemukakan atas hal ini adalah pertama, penganggaran secara akrual dipercaya akan
menimbulkan risiko disiplin anggaran. Keputusan politik untuk mengeluarkan uang harus
dikaitkan dengan kapan pengeluaran itu dilaporkan dalam anggaran. Hanya basis kas yang
dapat memenuhi hal tersebut. Alasan kedua, yaitu bahwa legislator cenderung resisten untuk
mengadopsi anggaran akrual karena kompleksitas dari konsep akrual itu sendiri (OECD-
PUMA/SBO, 2002/10).
Apabila penerapan akrual hanya digunakan untuk pelaporan keuangan dan tidak untuk
anggaran, kelemahannya adalah tidak akan menyelesaikan masalah secara
serius/komprehensif. Anggaran adalah dokumen kunci dari manajemen sektor publik
(pemerintah) dan akuntabilitas didasarkan pada anggaran yang telah disetujui legislator
(DPR/DPRD). Apabila anggaran didasarkan pada basis kas, fokus perhatian dari pemerintah
dan legislator hanya pada sumber daya berbasis kas. Dengan demikian, apabila laporan
keuangan dihasilkan dari basis yang berbeda (pelaporan keuangan berbasis akrual sementara
anggaran berbasis kas), risikonya adalah seakan-akan hanya latihan akuntansi saja (OECD-
PUMA/SBO, 2002/10).
Penggunaan basis akrual untuk pelaporan keuangan bisa saja diimplementasikan dalam
hubungannya dengan anggaran berbasis kas atau sistem lainnya. Namun sejumlah pemerintah
(jurisdiksi) yang menggunakan sistem ganda (dual system) tersebut menemukan rintangan
berupa resistensi penerimaan akuntansi berbasis akrual. Di samping itu, dengan sistem ganda
diperlukan rekonsiliasi yang ekstensif diantara dua sistem tersebut. Keberhasilan akuntansi
akrual, sebagian tergantung dari insentif yang diberikan pada para manajer. Apabila para
manajer tetap diminta bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran secara basis kas, maka
fokus mereka (dan fokus para politisi) akan terus tertuju pada sumber daya kas, misalnya, pada
biaya dari informasi akrual yang baru. Apabila basis akrual mau diterapkan juga untuk
penganggaran, biasanya butuh waktu satu atau dua periode setelah pelaporan keuangan
berbasis akrual diterapkan. Hal ini untuk meyakinkan bahwa informasi keuangan yang
dihasilkan dari akuntansi akrual adalah akurat dan andal (Study No 14, IFAC-PSC, 2003).
Review atas status akuntansi dan penganggaran akrual di negara-negara anggota OECD
yang digambarkan dalam Tabel-1, menunjukkan bahwa sebagian besar negara anggota telah
mengenalkan aspek akuntansi akrual dan akan lebih aktif lagi untuk menyosialisasikannya pada
masa-masa berikutnya (Athukorala dan Reid, 2003).

Tabel I
Status Akuntansi dan Penganggaran Akrual di Negara-Negara Anggota OECD
Akuntansi Akrual untuk Laporan
Nama
No. Individual Konsolidasian Penganggaran Akrual
Negara
Departemen/Lbg Akrual
New
1. sejak T.A. 1992 sejak T.A. 1992 Sejak T.A. 1995
Zealand
ESA 95 sedang
2. Swedia sejak T.A. 1994 sejak T.A. 1994 dikenalkan akrual
penuh
3. Kanada Sejak, T.A. 2002 Sejak, T.A. 2002 Ya
4. Finlandia Sejak, T.A. 1998 Sejak, T.A. 1998 ESA 95. Ya

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 27


Akuntansi Akrual untuk Laporan
Nama
No. Individual Konsolidasian Penganggaran Akrual
Negara
Departemen/Lbg Akrual
Amerika
5. sejak T.A. 1998 sejak T.A. 1998 Beberapa
Serikat
6. Australia sejak T.A. 1995 sejak T.A. 1997 sejak T.A. 2000

ESA 95. Kas


7. Spanyol Akrual Modifikasian Akrual Modifikasian
modifikasian

Sedang dikenalkan
8. Swiss Ya Tidak
akrual penuh

Laporan Kas, didukung ESA 95. Dalam


9. Jerman Tidak
dengan informasi akrual persiapan
ESA 95. Untuk
Lembaga-Lembaga
10. Belanda Sejak 1994 Sedang dikenalkan (Agencies) sejak 1997.
Sedang dikenalkan
akrual penuh.

Keterangan:
1. ESA 95 (European System of Accounts 1995) mengamanatkan penggunaan akrual basis
untuk penyusunan laporan keuangan. Negara-negara anggota EU diharuskan menyusun
laporan dan prediksi keuangan pemerintah sesuai dengan ESA 95.
2. Negara-negara anggota yang masih menggunakan akuntansi basis kas, sebagian besar
menggunakan basis akuntansi kas modifikasian.

Isu-isu terkait penerapan akuntansi berbasis akrual telah memicu perdebatan dari para praktisi
dan akademisi sehingga terdapat kubu yang mendukung dan tidak mendukung penerapan
sistem akuntansi tersebut yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Argumen yang mendukung akuntansi akrual di sektor publik

Literatur dari para praktisi pada umumnya mendukung penerapan akuntansi akrual sektor
publik. Akuntansi akrual dianggap sebagai metode yang diinginkan dalam manajemen publik
(Carlin, 2004a). Literarur yang mendukung akuntansi akrual sektor publik sebagai berikut:
1. Akuntansi akrual diterapkan secara sukses pda sektor swasta, karena itu penerapan
pada sektor publik juga diharapkan demikian (Egol, 1987; Regan, 1987). Terlebih lagi
dengan menggunakan basis akrual yang sama, diharapkan entitas sektor publik dapat
diperbandingkan dengan sektor swasta.

2. Akuntansi akrual menyediakan informasi finansial yang lebih baik untuk akuntabilitas
pemerintah (Ball et al., 1999). Laporan keuangan dari akuntansi akrual dipercaya lebih

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 28


komprehensif, sederhana dan lebih mudah dimengerti, lebih sulit dimanipulasi, dan lebih
bisa diperbandingkan dan lebih konsisten (Athukorala & Reid, 2003)

3. Tidak seperti akuntansi berbasis kas, implementasi akuntansi akrual dinilai cenderung
sulit dimanipulasi (Dioguardi, 1992).

4. Dengan menerapkan akuntansi akrual, pemerintah akan bisa mengukur aktivitasnya,


contohnya dengan memisahkan antara beban dan biaya (Athukorala & Reid, 2003).

5. Adopsi pelaporan akrual akan meningkatkan transparansi secara internal dan eksternal
(Micallef, 1994; OECD, 1993). Dengan mengadopsi akuntansi akrual maka akan
meningkatkan transparansi, khususnya transparansi internal, yang akhirnya akan akan
meningkatkan kinerja organisasi, terutama melalui alokasi sumber daya (Churchill, 1992a;
OECD, 1993; Likierman, 2000).

6. Akuntansi akrual membuat organisasi dapat mengidentifikasi full cost dari aktivitasnya
yang bervariasi, yang akhirnya akan meningkatkan efisiensi, alokasi sumber daya yang
lebih baik dan meningkatkan kinerja (Rowles, 2002)

7. Akuntansi akrual memberikan manajemen likuiditas yang lebih baik, menyediakan basis
untuk pricing produk dan jasa, dan menyediakan informasi untuk mengelola sumber
daya (Athukorala & Reid, 2003).

Argumen yang mengkritik akuntansi akrual di sektor publik

Argumen ini bisa dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu teoritikal dan implementasi. Untuk
teoritikal, dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Karakteristik sektor publik berbeda dengan sektor swasta. Transaksi yang terjadi di
sektor publik tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan, sehingga sistem akuntansi
yang dimaksudkan untuk mengukur keuntungan tidak sesuai jika diterapkan di sektor
publik.

2. Prinsip untuk mencocokkan revenue dengan cost tidak dapat diterapkan di sektor publik
(Barton, 1999; Monsen & Nasi, 2001). Hal ini disebabkan karena kebanyakan transaksi
di sektor publik adalah transaksi yang non-exchange yang berarti revenue yang diterima
(contoh, dari pajak) dan fasilitas atau pelayanan yang diberikan (misal, infrastruktur)
nilainya tidak setara.

3. Jenis-jenis aset di pemerintah sangat luas, berbeda dengan swasta. Aset-aset ini,
termasuk infrastruktur, militer dan benda bersejarah, tidak dimanfaatkan untuk
menghasilkan revenue. Terlebih lagi, karena sifat aset-aset ini berbeda dengan aset-aset
swasta, penilaian, pengambilan keputusan dan metode yang digunakan untuk
menyusutkan aset ini masih diperdebatkan ( Pallot, 1992; Carnegie & West, 1997;
Carnegie & Wolnizer, 1995; Barton, 2000)

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 29


4. Perubahan ke akuntansi akrual selalu dihubungkan dengan reformasi sektor publik,
karena hal ini seharusnya dilihat sebagai salah satu unsur reformasi ( Mellet & Williams,
1997; Guthrie, 1998, Kelly & Wanna, 2004; Newberry & Pallot, 2005).

Pada level implementasi, argumen yang disajikan adalah sebagai berikut:


1. Implementasi dan pengoperasiannya sulit dan mahal (Joao Baptista da et al., 2007;
Ezzamel et al., 2005, Webster & Hoque, 2005). Implementasi akuntansi akrual
membutuhkan sistem akuntansi dan teknologi yang rumit. Terlebih lagi, terkadang
pemerintah kekurangan personil akuntansi yang berkualitas yang bisa mengatur sistem.
Terkait dengan hal ini, Mellet (2002) melakukan penelitian lebih dalam tentang
kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi dari penerapan sistem akuntansi akrual.

2. Dengan mengimplementasikan akuntansi akrual, peranan manajerial dan politik di dalam


tubuh pemerintah menjadi tidak jelas (Liguori et al., 2009).

3. Implementasi akuntansi akrual dalam sejumlah sektor publik menyebabkan kebingungan


dalam laporan keuangan (Pallot, 1997; Barton, 1999; Mellett, 2002, Barton, 2004).

4. Akuntansi akrual dalam sektor publik walau dikabarkan memiliki keunggulan dalam
mengurangi manipulasi, namun sebenarnya sama saja dengan sistem akuntansi
lainnya, tetap ada kecenderungan terjadi manipulasi (Newberry, 2002). Argumen ini
berlawanan dengan pernyatan bahwa beberapa model akuntansi menawarkan
transaparansi. Terlebih lagi, dalam konteks sektor swasta terdapat literatur dalam
akuntansi akrual dan pelaporan keuangan yang membuat suatu hal lebih sulit dipahami
dan mengurangi transparansi (Carlin, 2004)

5. Beberapa bukti penelitian menunjukkan bahwa biaya implementasi akuntansi berbasis


akrual dan pelaporannya mungkin lebih besar dari manfaat yang didapatkan (Jones &
Puglisi, 1997).

C. STUDI BANDING PENERAPAN BASIS AKRUAL DI NEGARA LAIN

1. Nepal

Proses penerapan akuntansi berbasis akrual di Nepal mulai diberlakukan di tahun 1989 pada
proyek-proyek pembangunan yang mendapatkan dana dari bantuan dan pinjaman
internasional. Berdasar dari catatan pemerintah yang ada, tak ada bukti yang mendukung
proyek-proyek yang dijalankan tersebut telah selesai dan memberikan hasil, tetapi fakta yang
ditemukan menyatakan bahwa uji coba sistem akuntansi akrual tersebut dihentikan beberapa
bulan kemudian, yang menandakan ketidakberhasilan upaya akrualisasi sistem akuntansi.

Faktor-faktor yang dianggap menyebabkan kegagalan usaha penerapan akuntansi akrual


tersebut di antaranya adalah

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 30


kurangnya sumber daya manusia yang menguasai sistem akuntansi berbasis akrual
tersebut.

Sarana dan prasarana yang tidak memadai di seluruh instansi pemerintah saat itu.

Kebanyakan akuntan pemerintah tidak dilibatkan dalam upaya yang dilakukan karena
sebagian besar tugas dan pekerjaan mereka dikerjaan oleh konsultan dan staf dari
organisasi internasional yang membawa proyek akrualisasi akuntansi ke pemerintah
Nepal.

Di awal tahun 1990, pemerintah lalu mencanangkan upaya perbaikan terhadap sistem
akuntansi di negara tersebut. Dengan bantuan dari Bank Dunia dan Asian Development
Bank (ADB), pemerintah mengeluarkan tiga rekomendasi perbaikan:

penggunaan peralatan teknologi informasi

pengadopsian standar internasional

perubahan menuju akuntansi berbasis akrual secara menyeluruh.

Namun upaya tersebut kembali mendapat sandungan karena ketidakmampuan seluruh


pihak untuk membuat suatu technical assistance yang memadai untuk dapat diterapkan oleh
seluruh instansi pemerintah. Hal ini menimbulkan tekanan publik yang besar kepada
pemerintah karena telah banyak upaya yang telah dilakukan dalam proses perbaikan tata
kelola keuangan pemerintah namun selalu menemui kegagalan dalam uji coba dan
pelaksanaannya. Kondisi tersebut tersebut tentunya telah menelan biaya yang begitu besar
dan telah menguras dana pemerintah yang sebagian besar di danai dari pinjaman luar
negeri. Selain itu, di saat yang sama terjadi konflik dalam negeri (Konflik Maoist) yang juga
turut memperparah kondisi keuangan pemerintah karena konflik tersebut telah menghambat
penarikan pendapatan pemerintah dari beberapa daerah. Klimaks dari berbagai kejadian
tersebut adalah semakin membengkaknya jumlah pinjaman pemerintah dari luar negeri, dari
sebesar 56% (dari total penerimaan pemerintah) di awal tahun 1990, hingga mendekati 70%
di awal milenium baru.
Semakin besarnya jumlah utang yang harus ditanggung pemerintah membuat pemerintah
saat itu menjadi semakin tidak independen terhadap lembaga-lembaga donor internasional
sehingga tidak memiliki kemampuan untuk menolak segala agenda yang coba diterapkan di
dalam negeri. Perhatian utama dari setiap lembaga donor adalah berhasilnya setiap proyek
dan program yang dijalankan dari pinjaman yang telah diberikan kepada negara. Hal ini
seperti sebuah investasi bagi lembaga donor tersebut karena tentunya mereka berhadap
adanya return dari pinjaman yang telah mereka berikan. Apabila ditarik ke ranah akuntansi,
maka hampir seluruh lembaga donor akan meminta kepada negara untuk mengikuti aturan
dan sistem mereka. Selain itu, mereka akan meminta laporan akuntansi untuk proyek yang
sedang dan telah dijalankan terhadap penggunaan dana pinjaman yang mereka berikan.
Informasi tersebut tentunya hanya akan berguna bagi mereka bila aturan dan sistem yang
berlaku di negara sesuai dengan yang mereka anut, yang dalam hal ini adalah sistem
akuntansi berbasis akrual. Namun kemudian, tekanan dari lembaga-lembaga internasional

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 31


tersebut tidak dibarengi dengan langkah nyata dalam membantu pemerintah untuk turut
menyiapkan sarana dan prasarana yang perlu dalam implementasi akuntansi berbasis
akrual. Kondisi tersebut bagaikan membiarkan pemerintah untuk berjalan sendiri di tengah
tekanan yang harus ditanggung.

Tekanan besar yang diterima pemerintah, tidak hanya dari lembaga-lembaga donor
internasional tetapi juga dari khalayak publik di dalam negeri akibat kegagalan dalam
penerapan akuntansi berbasis akrual di tahun-tahun sebelumnya, yang kemudian
mendorong pemerintah untuk segara melakukan perubahan sistem akuntansi di tahun-tahun
mendatang. Melalui kerja sama dengan para akuntan publik di negara tersebut, pemerintah
berharap bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual dapat segera terlaksana dengan baik.
Kebanyakan akuntan publik (yang bekerja untuk perusahaan bisnis) berpendapat bahwa
akuntansi berbasis akrual akan menjadi alat yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
informasi akuntansi pemerintah. Selain itu, adopsi terhadap sistem akuntansi berbasis akrual
telah menjadi tren global di banyak negara saat itu.

Pemerintah lalu mulai memasuki masa transisi selama lima tahun dalam proses
implementasi akuntansi berbasis akrual di institusi pemerintah di seluruh negeri. Namun
upaya tersebut kemudian lebih banyak menuai kritik dari sebagian besar pejabat dan
akuntan pemerintah. Mereka berpendapat bahwa upaya yang dilakukan terlalu tergesa-gesa
tanpa mempertimbangkan kesiapan seluruh aspek penunjang yang ada di negara tersebut.
Kelemahan utama yang ditemukan adalah kurangnya kapasitas akuntan pemerintah untuk
dapat mengerti dan mengimplementasikan sistem tersebut dalam waktu yang singkat.
Banyak akuntan pemerintah berargumen bahwa perlu waktu lebih dari 20 tahun untuk dapat
mengimplementasikan sistem tersebut dengan sukses. Selain itu, tidaklah mudah untuk
memberikan pengetahuan mengenai sistem akuntansi berbasis akrual kepada para akuntan
junior yang tersebar di sangat banyak instansi pemerintah di negara tersebut dan sebagian
besar berada di lokasi yang terpencil yang bahkan, dari awal, telah sulit mengaplikasikan
akuntansi berbasis kas dan kemudian diharuskan untuk beralih ke sistem baru yang lebih
rumit dari sebelumnya.

Semakin banyaknya bukti yang ditemukan terhadap sulitnya penerapan akuntansi berbasis
akrual di sektor pemerintah menimbulkan skeptisme dari lembaga-lembaga donor
internasional untuk terus mendorong pemerintah menerapkan sistem tersebut. Itu menjadi
kali pertama dimana pemerintah Nepal menyaksikan sikap dari lembaga-lembaga donor
tersebut dimana sebelumnya merekalah yang sangat gigih menyuarakan kepada pemerintah
terkait penerapan akuntansi berbasis akrual. Pemerintah juga mulai menyadari kesalahan
terhadap ketergantungan yang sangat besar pada kemampuan konsultan dan staf dari
organisasi internasional dalam penerapan sistem tersebut, dan mengucilkan peran akuntan
pemerintah selama proses perubahan dari akuntansi berbasis kas ke akrual.

Di akhir tahun 2007, pemerintah dengan bekerja sama dengan Bank Dunia dan para akuntan
pemerintah mulai manjalankan misi untuk mereformasi tata kelola keuangan negara tersebut
kembali ke basis kas yang dulu digunakan sebelum tahun 1960. Pemerintah mulai mengisi
beberapa kelemahan yang ditemukan di masa lalu dengan terus diiringi dengan perbaikan
aturan terhadap sistem akuntansi yang akan diimplementasikan di seluruh instansi. Sistem
akuntansi kas yang digunakan mengacu kepada basis kas dari IPSAS karena ini dianggap

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 32


akan sangat membantu pemerintah dalam menyiapkan jalan guna kembali melakukan
reformasi akuntansi di masa depan menuju sistem akuntansi berbasis akrual.

2. New Zealand

Saat ini, Selandia Baru merupakan salah satu negara yang paling sukses dalam
menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual di sektor publiknya. Tingkat perubahan (the
degree of change) dalam manajemen sektor publik di Selandia Baru dilalui dengan cepat dan
sangat inovatif. Pemerintah mereformasi hampir di semua lini pemerintahan, mulai dari
pelaksana (para pejabat pengelola keuangan dan akuntan negara), sistem yang digunakan,
hingga ke budaya yang dianut di setiap lembaga negara, yang dituangkan dalam Public
Finance Act 1989. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam mendukung reformasi yang
dijalankan di Selandia Baru antara lain:
1. Key people, adalah orang-orang yang berperan penting dalam proses reformasi
keuangan yang dilakukan. Orang-orang tersebut terdiri dari politisi di dewan, bendahara
negara di kementerian (treasury), dan pejabat penyusun laporan keuangan (financial
management support service).

2. Axial principles, mencakup pemikiran konseptual dan penerapan ide-ide dan pengetahuan
teoritis ke dalam prinsip yang disepakati dan digunakan dalam praktik. Komitmen dalam
menjalankan panduan yang telah disepakati membuat proses yang dijalankan menjadi
lebih komprehensif dibandingkan di negara-negara lainnya. Komitmen tersebut berupa
peniadaan intervensi politis selama adopsi sistem akuntansi akrual dilakukan serta
pemberian insentif yang tepat dan sesuai bagi pelaksana keuangan negara untuk
memacu kinerja dan tercapainya efektifitas di sektor publik.

3. Communicating ideas, merupakan penggunaan beragam sarana dalam penyampaian ide,


informasi, dan rencana agar memperoleh timbal balik yang positif dari semua pelaksana
keuangan negara selama proses reformasi keuangan dilakukan. Interaksi yang terjadi
selama prosesnya juga semakin meluas tidak hanya melibatkan orang-orang dalam suatu
atau antar organisasi pemerintah, tetapi juga telah melibatkan orang-orang di tataran
international level (seperti OECD, IMF, dan Bank Dunia), national level (seperti antar
kementerian dan antar partai di parlemen), community level (seperti organisasi formal dan
informal di masyarakat), organizational/institutional level (seperti lembaga pengawas
keuangan negara dan organisasi akuntan), dan sub-organizational/sub-institutional level
(seperti antar unit-unit kerja di berbagai lembaga negara).

4. Contextual determinants, adalah kondisi atau peristiwa yang relevan dan berpengaruh
dalam proses reformasi yang dilakukan di Selandia Baru. Peristiwa-peristiwa tersebut
antara lain:

a. Krisis ekonomi di periode 1970an.

b. Pemilihan umum 1984 yang mengangkat David Lange sebagai Perdana Menteri
dengan membawa gagasan ekonomi baru di tengah krisis keuangan yang menerpa
Selandia Baru.

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 33


c.Political will para politisi yang mendukung reformasi yang dilakukan.

d. Sistem politik di Selandia Baru yang dijalankan dengan sistem satu kamar (one
legislative chamber) sehingga segala rencana yang disusun pemerintah dan
dimasukkan ke dewan untuk disetujui tidak memerlukan waktu yang relatif lama,
sehingga sering diartikan bahwa proses yang dijalankan antara legislatif dan
pemerintah essentially non-negotiable.

5. Ethos, merepresentasikan ide dimana orang-orang dari organisasi-organisasi yang


berbeda saling bekerja sama dengan sikap terbuka untuk melakukan reformasi dalam
pemerintahan. Hubungan kerja sama yang terjadi seperti antara perdana menteri David
Lange dan para bendahara negara di kementerian dan lembaga negara lainnya.
Hubungan tersebut menimbulkan simpati dari para pegawai pemerintah dimana mereka
merasa dilibatkan dan memiliki peran dalam reformasi yang sedang dijalankan. Hal ini
berbanding terbalik dengan yang terjadi di periode-periode sebelumnya sehingga disebut
sebagai bureaucratic revolution.

6. Knowledge, mencakup theoritical knowledge, experiential knowledge, dan precedents.

a. Theoritical knowledge, merupakan filosofi managerial dan pemahaman ekonomi yang


diperoleh dari beragam literatur. Sebagai contoh, pemerintah membuat keseimbangan
antara kebijakan ekonomi makro dan mikro yang berasal dari beragam literatur
sebagai asal muasal reformasi sistem dan manajemen yang dilakukan.

b. Experiential knowledge, mengacu kepada pengetahuan dan pengalaman yang


diperoleh dari beberapa orang. Sebagai contoh, pemahaman mengenai masalah yang
dihadapi oleh para pegawai pemerintah dan tata kelola yang dijalankan diperoleh
melalui akumulasi pengalaman dari lembaga-lembaga pemerintah dari beberapa
periode yang lalu.

c. Precedents, merepresentasikan waktu dan kebergunaan di masa lalu. Contohnya


adalah penerapan akuntansi akrual bukan pertama kalinya diterapkan di Selandia Baru
di periode 1980an tersebut. Hal tersebut pernah dipakai dalam penyusunan neraca
keuangan pemerintah di tahun 1922-1940. Penelusuran lalu dilakukan dan ditemukan
bahwa masalah yang terjadi dalam pelaporan keuangan saat itu adalah akuntansi
berbasis kas yang digunakan tidak dapat merefleksikan keuntungan atau kerugian dari
suatu aktivitas yang dilakukan, dan terdapat keragaman praktik akuntansi di berbagai
organisasi pemerintah saat itu.

7. Innovation, merupakan ukuran terhadap metode atau pendekatan baru yang digunakan.
Dalam konteks Selandia Baru, tekanan yang diperoleh pemerintah akibat krisis keuangan
di tahun 1970an mengharuskan adanya inovasi yang belum pernah dilakukan guna
mengatasi krisis tersebut dalam waktu singkat, dan berhasil dilakukan dalam
kepemimpinan perdana menteri David Lange.

8. Information, diperoleh dari data hasil penelitian dan pengalaman yang relevan. Contohnya
adalah dalam laporan keuangan yang baru dengan menggunakan basis akrual

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 34


menyediakan gambaran yang lebih komprehensif mengenai pengelolaan sumber daya
oleh pemerintah, yang berujung pada akuntabilitas dan transparansi, serta terfasilitasinya
penilaian kinerja pemerintah secara keseluruhan.

9. Concequences, merupakan respon yang diterima akibat perubahan tata kelola sektor
publik yang diperoleh melalui akumulasi pengetahuan dan pengalaman serta keinginan
untuk menyediakan informasi yang lebih baik dalam pengambilan keputusan pemerintah.
Konsekuensi yang diterima pemerintah Selandia Baru adalah akuntansi berbasis akrual
yang dijalankan pemerintah secara penuh, serta dengan dukungan dari berbagai faktor di
atas, telah berhasil meningkatkan kinerja pemerintah. Reformasi sektor publik di Selandia
Baru merupakan hasil dari beragam keputusan kompleks yang dibuat terhadap aspek
manajerial, ekonomi dan perspektif sosial di negara tersebut. Reformasi tersbut
mencakup penyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan, desentralisasi tugas dan
wewenang, reformasi terhadap budaya organisasi pemerintah, serta breaktrough yang
dilakukan oleh para key people selama proses reformasi dijalankan. Sistem akuntansi
akrual menjadi pilihan demi tercapainya sistem manajemen yang didasarkan pada tujuan
organisasi yang jelas, informasi kinerja yang lebih baik, serta pemberian insentif yang
sesuai dan kebebasan dalam memberikan feedback atas sistem yang sedang berjalan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Kuntansi Pemerintah


beserta Lampiran
2. Artikel Berjudul Basis Aktual untuk Akuntansi Pemrintah oleh Yan Rahadian, S.E.,
M.Si., Ak. CSRS dengan alamat http://www.ppa-feui.com/index/news//143/Basis
%20Aktual%20Untuk%20Akuntansi%20Pemerintahan.html diakses tanggal 25 April
2014.
3. Artikel Berjudul Akuntansi Berbasis Akrual vs Anggaran Berbasis Kas dengan alamat
http://irvandesmalcpa.wordpress.com/tag/akuntansi-berbasis-akrual/ diakses tanggal 25
April 2014.
4. Marissa M. Hassan, Debates On Accrual Accounting In The Public Sector: A
Discrepancy Between Practitioners And Academicians

5. Rhumi Ghulam Libre, Studi atas Penerapan Akuntansi Akrual di Nepal, Hong Kong,
Selandia Baru

Laporan Keuangan Berbasis Akrual 35


Laporan Keuangan Berbasis Akrual 36

Anda mungkin juga menyukai