Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai tempat

menempelnya gigi geligi rahang bawah. Mandibula berhubungan dengan basis kranii dengan

adanya temporo-mandibular joint dan disangga oleh otot otot mengunyah. Mandibula

dipersarafi oleh saraf mandibular, alveolar inferior, pleksus dental inferior dan nervus mentalis.

Sistem vaskularisasi pada mandibula dilakukan oleh arteri maksilari interna, arteri alveolar

inferior, dan arteri mentalis.

Fraktur mandibula merupakan fraktur yang paling sering terjadi pada tulang wajah.

Perawatan fraktur mandibula dibagi menjadi perawatan pendahuluan dan perawatan defenitif.

Perawatan pendahuluan antara lain adalah pemeriksaan mandibula, pemeriksaan intra oral,

pemeriksaan radiografis, antibiotik, kontrol rasa sakit dan lain-lain, sedangkan perawatan

defenitif dua yaitu internal dan eksternal. Fiksasi internal dapat dibagi atas fiksasi lintas tulang

(transosseous wiring), Plat tulang (bone plating), pengawatan sirkumferensial (circumferential

wiring), fiksasi lintas dengan memakai kawat Kirsclmer (transflXation with Kirschner Wire).

Secara umum perawatan fraktur mandibula tidak berbeda jauh dengan perawatan fraktur lain di

tubuh. Namun bentuk dan lokasi mandibula yang khas merupakan pertimbangan khusus dalam

melakukan perawatan. Metode reduksi dan fiksasi juga harus dipilih sesuai dengan tingkat

keparahan yang terjadi. Dibutuhkan pertimbangan yang matang untuk menentukan prioritas

perawatan yang akan dilakukan.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI FRAKTUR

Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan oleh adanya

kecelakaan yang timbul secara langsung.

Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya kontinuitas

pada rahang bawah (mandibula), yang diakibatkan trauma oleh wajah ataupun keadaan patologis,

dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar.

2.2. ETIOLOGI

Setiap pukulan keras pada muka dapat mengakibatkan terjadinya suatu fraktur pada mandibula.

Daya tahan mandibula terhadap kekuatan impak adalah lebih besar dibandingkan dengan tulang

wajah lainnya (Nahum, 1995). Meskipun demikian fraktur mandibula lebih sering terjadi

dibandingkan dengan bagian skeleton muka lainnya.

Fraktur mandibula dapat terjadi karena kecelakaan lalulintas, kecelakaan industri atau

kecelakaan kerja, kecelakaan rumah tangga, mabuk dan perkelahian atau kekerasan fisik.

Menurut survey di District of Columbia Hospital, dari 540 kasus fraktur, 69% kasus terjadi

akibat kekerasan fisik (perkelahian), 27% akibat kecelakaan lalu-lintas, 12% akibat kecelakaan

kerja, 2% akibat kecelakaan saat olahraga dan 4% karena sebab patologi.

2.3. ANATOMI

Fungsi tulang-tulang wajah sangat penting untuk melindungi organ penting dalam kepala kita

seperti otak, mata, organ penciuman dan pendengaran termasuk organ pencernaan seperti gigi-

geligi dan rongga mulut. Jaringan mandibula tersusun atas jaringan lunak dan tulang. Mandibula

2
tersusun dari tiga bagian terlemah yaitu area geraham, rongga taring, dan condyle. Mandibula

diinervasi melalui foramen ovale, alveolar inferior menginervasi melalui foramen mandibula,

dental plexus inferior, lalu nervus mentale melewati foramen mentale.

Suplai arteri diperoleh dari arteri maxillaris internal yang berasal dari carotic eksternal,

arteri alveolar inferior melalui foramen mandibular, arteri mentale melalui foramen mentale.

3
4
2.4. KLASIFIKASI FRAKTUR

Banyak klasifikasi fraktur yang ditulis dalam berbagai buku, namun secara praktis dapat

dikelompokkan menjadi (Armis, dr):

2.4.1. Menurut Penyebab Terjadinya Fraktur

2.4.1.1. Fraktur traumatik

a. Trauma langsung (direk)

Trauma itersebut langsung mengenai anggota tubuh penderita. Contohnya seperti pada

antebrakhii yang menahan serangan pukulan dari lawan yang mengakibatkan terjadinya fraktur

pada ulna atau kedua tulang tersebut (radius dan ulna).

b. Trauma tidak langsung (indirek)

Terjadi seperti pada penderita yang jatuh dengan tangan menumpu dan lengan atas-bawah

lurus, berakibat fraktur kaput radii atau klavikula. Gaya tersebut dihantarkan melalui tulang-

5
tulang anggota gerak atas dapat berupa gaya berputar, pembengkokan (bending) atau kombinasi

pembengkokan dengan kompresi yang berakibat fraktur butterfly, maupun kombinasi gaya

berputar, pembengkokan dan kompresi seperti fraktur oblik dengan garis fraktur pendek. Fraktur

juga dapat terjadi akibat tarikan otot seperti fraktur patela karena kontraksi quadrisep yang

mendadak.

2.4.1.2. Fraktur fatik atau stress

Trauma yang berulang dan kronis pada tulang yang mengakibatkan tulang menjadi

lemah. Contohnya pada fraktur fibula pada olahragawan.

2.4.1.3. Fraktur patologis

Pada tulang telah terjadi proses patologis yang mengakibatkan tulang tersebut rapuh dan

lemah. Biasanya fraktur terjadi spontan. Penyebab fraktur patologi adalah:

a. Umum (general)

Tumor dissemineted (myelomatosis), osteoporosis penyakit metabolis seperti : ricket dan

ostoemalasia, adrenal hiperkortikolisme atau terapi kortikosteroid yang lama,

hiperparatiroidisme, penyakit paget dan kondisi neuropati seperti sipilis dan siringomelia,

osteogenesis imperfekta.

b. Lokal

Tumor sekunder seperti : tumor mammae, prostat, tiroid, ginjal dan paru-paru. Tumor

ganas primer pada tulang, tumor jinak pada tulang, hiperemi dan infektif dekalsifikasi seperti

osteitis misalnya :

2.4.2. Menurut Hubungan dengan Jaringan Ikat Sekitarnya

2.4.2.1. Fraktur simpel

6
Disebut juga fraktur tertutup, oleh karena kulit di sekeliling fraktur sehat dan tidak sobek.

2.4.2.2. Fraktur terbuka

Kulit di sekitar fraktur sobek sehingga fragmen tulang berhubungan dengan dunia luar

(bone expose) dan berpotensi untuk menjadi infeksi. Fraktur terbuka dapat berhubungan dengan

ruangan di tubuh yang tidak steril seperti rongga mulut.

2.4.2.3. Fraktur komplikasi

Fraktur tersebut berhubungan dengan kerusakan jaringan atau struktur lain seperti saraf,

pembuluh darah, organ visera atau sendi.

2.4.3. Menurut Bentuk Fraktur

2.4.3.1. Fraktur komplit

Garis fraktur membagi tulang menjadi dua fragmen atau lebih. Garis fraktur bisa

transversal, oblik atau spiral. Kelainan ini dapat menggambarkan arah trauma dan menentukan

fraktur stabil atau unstabile.

2.4.3.2. Fraktur inkomplit

7
Kedua fragmen fraktur terlihat saling impaksi atau masih saling tertancap.

2.4.3.4. Fraktur komunitif

Fraktur yang menimbulkan lebih dari dua fragmen.

2.4.3.5. Fraktur kompresi

Fraktur ini umumnya terjadi di daerah tulang kanselus. Tersebut diatas merupakan

klasifikasi fraktur secara umum. Sedangkan klasifikasi fraktur mandibula diantaranya adalah:

a. Menunjukkan regio-regio pada mandibula

b. Menunjukkan frekuensi fraktur di masing-msing regio tersebut

Frekuensi terjadinya fraktur pada mandibula adalah : 2% pada regio koronoid, 36% pada

regio kondilus, 3% pada regio ramus, 20% pada regio angulus, 21% pada regio korpus,12% pada

regio simfisis, 3% pada regio alveolus.

c. Berdasarkan ada tidaknya gigi

8
Klasifikasi berdasarkan gigi pasien penting diketahui karena akan menentukan jenis

terapi yang akan kita ambil. Dengan adanya gigi, penyatuan fraktur dapat dilakukan dengan jalan

pengikatan gigi dengan menggunakan kawat. Penjelasan gambar tentang klasifikasi fraktur di

atas :

1. Fraktur kelas 1 : gigi terdapat di 2 sisi fraktur, penanganan pada fraktur kelas 1 ini dapat

melalui interdental wiring (memasang kawat pada gigi)

2. Fraktur kelas 2 : gigi hanya terdapat di salah satu fraktur

3. Fraktur kelas 3 : tidak terdapat gigi di kedua sisi fraktur, pada keadaan ini dilakukan melalui

open reduction, kemudian dipasangkan plate and screw, atau bisa juga dengan cara

intermaxillary fixation.

9
2.4.4. Berdasarkan tipe fraktur mandibula:

2.4.4.1. Simple

2.4.4.2. Greenstick

2.4.4.3. Comminuted

- Class I

- Class II

- Class III

Dengan melihat cara perawatan, maka pola fraktur mandibula dapat digolongkan

menjadi:

1. Fraktur Unilateral

Fraktur ini biasanya hanya tunggal, tetapi kadang terjadi lebih dari satu fraktur yang

dapat dijumpai pada satu sisi mandibula dan bila hal ini terjadi, sering didapatkan pemindahan

frakmen secara nyata. Suatu fraktur korpus mandibula unilateral sering terjadi.

10
2. Fraktur Bilateral

Fraktur bilateral sering terjadi dari suatu kombinasi antara kecelakaan langsung dan tidak

langsung. Fraktur ini umumnya akibat mekanisme yang menyangkut angulus dan bagian leher

kondilar yang berlawanan atau daerah gigi kanius dan angulus yang berlawanan.

3. Fraktur Multipel

Gabungan yang sempurna dari kecelakaan langsungdan tidak langsung dapat

menimbulkan terjadinya fraktur multipel. Pada umumnya fraktur ini terjadi karena trauma tepat

mengenai titik tengah dagu yang mengakibatkan fraktur pada simpisis dan kedua kondilus.

4. Fraktur Berkeping-keping (Comminuted)

Fraktur ini hampir selalu diakibatkan oleh kecelakaan langsung yang cukup keras pada

daerah fraktur, seperti pada kasus kecelakaan terkena peluru saat perang. Dalam sehari-hari,

fraktur ini sering terjadi pada simfisis dan parasimfisis. Fraktur yang disebabkan oleh kontraksi

muskulus yang berlebihan. Kadang fraktur pada prosesus koronoid terjadi karena adanya

kontraksi refleks yang datang sekonyong-konyong mungkin juga menjadi penyebab terjadinya

fraktur pada leher kondilar.

Oikarinen dan Malstrom (1969), dalam serangkaian 600 fraktur mandibula menemukan

49,1% fraktur tunggal, 39,9% mempunyai dua fraktur, 9,4% mempunyai tiga fraktur, 1,2%

mempunyai empat fraktur, dan 0,4% mempunyai lebih dari empat fraktur.

2.5. LETAK FRAKTUR

Klasifikasi yang paling berguna untuk tujuan praktis adalah atas dasar letak injuri secara

anatomis, hal ini dikarenakan gejala yang timbul akan berbeda berdasarkan letak fraktur,

demikian juga pada cara perawatan. Fraktur mandibula terjadi pada daerah-daerah sebagai

berikut :

11
1. Dento-alveolar

2. Kondilus

3. Koronoid

4. Ramus

5. Angulus

6. Korpus

7. Simfisis

8. Parasimfisis

Yang tersebut diatas mewakili suatu pembagian yang berguna untuk bahan pertimbangan

atas terjadinya fraktur linier, akan tetapi hal ini tidak berlaku bila terjadi fraktur komunitif.

2.6. SEBAB FRAKTUR

Arah serta tipe impak lebih penting dalam mempertimbangkan fraktur mandibula dibandingkan

dengan fraktur di daerah lain pada skeleton fasial, karena faktor ini dipakai untuk menentukan

pola injuri mandibular. Fraktur mandibula adalah akibat dari :

Kecelakaan langsung (direct violence)

Kecelakaan tidak langsung (indirect violence)

Kontraksi otot yang sagat berlebihan

Dilihat dari bentuk mandibula, maka setiap kecelakaan langsung yang mengenai satu

tempat, akan menghasilkan kekuatan dimensi tidak langsung yang mengenai bagian lain dan

biasanya pada bagian yang berlawanan dari tulang. Kecelakaan tidak langsung sudah cukup

untuk menyebabkan terjadinya fraktur yang kedua atau ketiga.

12
2.7. GEJALA

Gejala yang timbul dapat berupa dislokasi, yaitu berupa perubahan posisi rahang yang

menyebabkan maloklusi atau tidak berkontaknya rahang bawah dan rahang atas, jika penderita

mengalami pergerakan abnormal pada rahang dan rasa yang sakit jika menggerakkan rahang.

Pembangkakan pada posisi fraktur juga dapat menetukan lokasi fraktur pada penderita.

Krepitasi berupa suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran dari ujung tulang yang fraktur

bila rahang digerakkan, laserasi yang terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut dan daerah sekitar

fraktur, discolorisasi perubahan warna pada daerah fraktur akibat pembengkaan, terjadi pula

gangguan fungsional berupa penyempitan pembukaan mulut, hipersalifasi dan halitosis, akibat

berkurangnya pergerakan normal mandibula dapat terjadi stagnasi makanan dan hilangnya efek

self cleansing karena gangguan fungsi pengunyahan, kelumpuhan dari bibir bawah, akibat

terjadinya fraktur di bawah nervus alveolaris.

2.8. DIAGNOSIS

2.8.1. Riwayat

Setiap fraktur mempunyai riwayat trauma. Posisi waktu kejadian merupakan informasi yang

penting sehingga dapat menggambarkan tipe fraktur yang terjadi. Bila trauma ragu-ragu atau

tidak ada maka kemungkian fraktur patologis tetap perlu dipilkirkan. Riwayat penderita harus

dilengkapi apakah ada trauma daerah lain (kepala, torak, abdomen, pelvis dll). Pertanyaan-

pertanyaan kepada penderita maupun pada orang yang lebih mengetahui harus jelas dan terarah,

sehingga diperoleh informasi menganai : keadaan kardiovaskuler maupun sistem respirasi,

apakah penderita merupakan penderita diabetes, atau penderita dengan terapi steroid yang lama

maupun meminum obat-obat lain, alergi terhadap obat, makan atau minum terakhir dengan

penggunaan obat-obat anestesi.

13
2.8.2. Pemeriksaan fisik

Inspeksi : deformitas angulasi medial, lateral, posterior atau anterior, diskrepensi, rotasi,

perpendekan atau perpanjangan, apakah ada bengkak atau kebiruan, pada luka yang

mengarah ke fraktur terbuka harus diidentifikasi dan ditentukan menurut derajatnya menurut

klasifikasi Gustillo et. al., 1990.

Palpasi : Nyeri tekan pada daerah faktur, nyeri bila digerakkan. Krepitasi : biasanya

penderita sangat nyeri oleh sebab itu pemeriksaan ini harus gentle dan bila perlu dapat

ditiadakan.

Gerakan : gerakan luar biasa pada daerah fraktur. Gerakan sendi di sekitarnya terbatas

karena nyeri, akibatnya fungsi terganggu.

Pemeriksaan trauma di tempat lain seperti kepala, torak, abdomen, traktus, urinarius dan

pelvis.

Pemeriksaan komplikasi fraktur seperti neurovaskuler bagian distal fraktur yang berupa :

pulsus arteri, warna kulit, temperatur kulit, pengembalian darah ke kapiler

2.8.3. Pemeriksaan Penunjang dengan sinar X

Foto Waters

Pemeriksaan sinar-X A-P, lateral. Bila perlu dilakukan foto waters. Untuk pencitraan

wajah digunakan proyeksi Waters sehingga bayangan bagian wajah tidak terganggu atau

disamarkan oleh struktur tulang dasar tengkorak olah struktur tulang dasar tengkorak dan tulang

servikal. Identitas penderita dan tanggal pemeriksaan dengan sinar penting dikerjakan sesudah

tindakan atau pada tindak lanjut (folow up) penderita guna menentukan apakah sudah terlihat

kalus, posisi fragmen dan sebagainya.

14
Jadi pemeriksaan dapat berfungsi memperkuat diagnosis, menilai hasil dan tindak lanjut

penderita.

Diagnosis fraktur mandibula dapat ditunjukkan dengan adanya : rasa sakit, pembengkaan,

nyeri tekan, dan maloklusi. Patahnya gigi, adanya gap, tidak ratanya gigi, tidak simetrisnya arcus

dentalis, adanya laserasi intra oral, gigi yang longgar dan krepitasi menunujukkan kemungkinan

adanya fraktur mandibula. Selain hal itu mungkin juga terjadi trismus (nyeri waktu rahang

digerakkan). Evaluasi radiografis pada mandibula mencakup foto polos, scan dan pemeriksaan

panoreks. Tapi pemeriksaan yang baik, yang dapat menunjukkan lokasi serta luas fraktur adalah

dengan CT Scan. Pemeriksaan panoreks juga dapat dilakukan, hanya saja diperlukan kerja sama

antara pasien dan fasilitas kedokteran gigi yang memadai.

2.9. PENATALAKSANAAN

Prinsip penanganan fraktur rahang pada langkah awal penanganan pada hal yang bersifat

kedaruratan seperti jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi darah termasuk

penanganan syok (circulaation), penanganan luka jaringan lunak dan imobilisasi sementara serta

evaluasi terhadap kemungkinan cedera otak. Tahap kedua adalah penanganan fraktur secara

definitif yaitu reduksi/reposisi fragmen fraktur fiksasi fragmen fraktur dan imobilisasi, sehingga

fragmen tulang yang telah dikembalikan tidak bergerak sampai fase penyambungan dan

penyembuhan tulang selesai.

Secara khusus penanganan fraktur tulang rahang dan tulang pada wajah (maksilofasial)

mulai diperkenalkan olah hipocrates (460-375 SM) dengan menggunakan panduan oklusi

(hubungan yang ideal antara gigi bawah dan gigi-gigi rahang atas), sebagai dasar pemikiran dan

diagnosis fraktur rahang. Pada perkembangan selanjutnya oleh para klinisi berat menggunakan

oklusi sebagai konsep dasar penanganan fraktur rahang dan tulang wajah (maksilofasial)

15
terutama dalam diagnostik dan penatalaksanaannya. Hal ini diikuti dengan perkembangan teknik

fiksasi mulai dari penggunaan pengikat kepala (head bandages), pengikat rahang atas dan bawah

dengan kawat (intermaxilari fixation), serta fiksasi dan imobilisasi fragmen fraktur dengan

menggunakan plat tulang (plate and screw).

Gambar imobilisasi fraktur mandibula secara interdental :

1. Menggunakan kawat

Menggunakan kawat : kawat dibuat seperti mata, kemudian mata tadi dipasang disekitar

dua buah gigi atau geraham dirahang atas ataupun bawah. Rahang bawah yang patah difiksasi

pada rahang atas melalui mata di kawat atas dan bawah. Jika perlu ikatan kawat ini dipasang di

berbagai tempat untuk memperoleh fiksasi yang kuat.

2. Imobilisasi fraktur mandibula dengan batang lengkung karet

Menggunakan batang lengkung dan karet : batang lengkung, batang dipasang pada gigi

maxilla dan juga pada semua gigi mandibula yang patah. Mandibula ditambatkan seluruhnya

pada maxilla dengan karet pada kait di batang lengkungan atas dan bawah.

16
Gambar fiksasi dan imobilisasi fragmen fraktur dengan menggunakan plat (plate and screw)

tulang (open reduction)

17
18
Gambar diatas adalah penanganan dari fraktur mandibula dengan pemasangan plat pada

batas inferior garis fraktur, pemasangan plat ini bertujuan untuk memberi tahanan pada daerah

fraktur, sehingga dapat menyatukan bagian fraktur dengan alveolus superior. Setelah plat

tepasang, maka tidak dibutuhkan lagi fiksasi maksila. Dengan catatan pemasangan screw pada

plat tidak dengan penekanan yang terlalu kuat. Karena dengan pemasangan screw yang terlalu

kuat akan mengkibatkan terjadinya kesulitan pada saat pelepasan, oleh karena itu, pemasangan

dengan tekhnik yang tidak terlalu menekan lebih di pilih dalam pemasangan plat pada fraktur

mandibula.

19
Gambar diatas adalah penanganan fraktur mandibula jika terjadi pada darerah sudut

mandibula, gigi geraham ke tiga dihilangkan sebagai jalan dari penanganan open reduction ini.

Plat untuk fiksasi yang berukuran lebih kecil dipasang pertama kali dengan menggunakan

monocortical screw. Plat yang lebih panjang diletakkan di bawah plat pertama dengan tekhnik

yang tidak terlalu menekan. Setelah pemasangan kedua plat, fiksasi dapat dikatakan sudah stabil,

tanpa harus melakukan fiksasi intermaksila.

Prosedur penanganan fraktur mandibula :

1. Fraktur yang tidak ter-displace dapat ditangani dengan jalan reduksi tertutup dan fiksasi

intermaxilla. Namun pada prakteknya, reduksi terbuka lebih disukai paada kebanyakan

fraktur.

2. Fraktur dikembalikan ke posisi yang sebenarnya dengan jalan reduksi tertutup dan arch

bar dipasang ke mandibula dan maxilla.

3. Kawat dapat dipasang pada gigi di kedua sisi fraktur untuk menyatukan fraktur

4. Fraktur yang hanya ditangani dengan jalan reduksi tertutup dipertahankan selama 4-6

minggu dalam posisi fraktur intermaxilla.

5. Kepada pasien dapat tidak dilakukan fiksasi intermaxilla apabila dilakukan reduksi

terbuka, kemudian dipasangkan plat and screw.

Oleh sebab itu ilmu oklusi merupakan dasar yang penting bagi seorang Spesialis Bedah

Mulut dan Maksilofasial dalam penatalaksanan kasus patah rahang atau fraktur maksilofasial.

Dengan prinsip ini diharapkan penyembuhan atau penyambungan fragmen fraktur dapat kembali

ke hubungan awal yang normal dan telah beradaptasi dengan jaringan lunak termasuk otot dan

pembuluh saraf disekitar rahang dan wajah.

20
Patah rahang dan tulang wajah yang tidak ditangani dengan baik akan memberikan

gangguan dan keluhan pada pasien dalam jangka pendek dan jangka panjang. Komplikasi yang

dapat terjadi pada kasus patah rahang yang adalah infeksi pada jaringan lunak dan tulang rahang.

Infeksi tersebut dapat menyebabkan kehilangan jaringan lunak dan keras yang banyak.

Komplikasi lain, jika penyambungan tidak adekuat (malunion)dan oklusi rahang atas dan bawah

tidak tercapai maka akan memberi keluhan berupa rasa sakit dan tidak nyaman (discomfort) yang

berkepanjangan pada sendi rahang (Temporomandibular joint) oleh karena perubahan posisi dan

ketidakstabilan antara sendi rahang kiri dan kanan.

Hal ini tidak hanya berdampak pada sendi tetapi otot-otot pengunyahan dan otot sekitar

wajah juga dapat memberikan respon nyeri (myofascial pain) Terlebih jika pasien

mengkompensasikan atau memaksakan mengunyah dalam hubungan oklusi yang tidak normal.

Kondisi inilah yang banyak dikeluhkan oleh pasien patah rahang yang tidak dilakukan perbaikan

atau penangnanan secara adekuat. Komplikasi setelah pembedahan yang dapat terjadi pada

semua operasi penyambungan tulang adalah terlambatnya penyambungan dan penyembuhan

tulang (delayed union) atau kegagalan penyambungan tulang (nonunion)yang sering disebabkan

tidak stabilnya fragmen fraktur karena immobilisasi yang kurang baik. Komplikasi yang secara

klinis dan estetik nampak adalah perubahan bentuk dan proporsi wajah.

2.10. KOMPLIKASI

Komplikasi setelah dilakukannya perbaikan pada fraktur mandibula umumnya jarang terjadi.

Komplikasi yang paling umum terjadi pada fraktur mandibula adalah infeksi atau osteomyelitis,

yang nantinya dapat menyebabkan berbagai kemungkinan komplikasi lainnya.

Tulang mandibula merupakan daerah yang paling sering mengalami gangguan

penyembuhan fraktur baik itu malunion ataupun non-union. Ada beberapa faktor risiko yang

21
secara spesifik berhubungan dengan fraktur mandibula dan berpotensi untuk menimbulkan

terjadinya malunion ataupun non-union. Faktor risiko yang paling besar adalah infeksi,

kemudian aposisi yang kurang baik, kurangnya imobilisasi segmen fraktur, adanya benda asing,

tarikan otot yang tidak menguntungkan pada segmen fraktur. Malunion yang berat pada

mandibula akan mengakibatkan asimetri wajah dan dapat juga disertai gangguan fungsi.

Kelainan-kelainan ini dapat diperbaiki dengan melakukan perencanaan osteotomi secara tepat

untuk merekonstruksi bentuk lengkung mandibula.

Faktor faktor lain yang dapat mempengaruhi kemungkinan terjadinya komplikasi antara

lain sepsis oral, adanya gigi pada garis fraktur, penyalahgunaan alkohol dan penyakit kronis,

waktu mendapatkan perawatan yang lama, kurang patuhnya pasien dan adanya dislokasi segmen

fraktur.

22
BAB III
KESIMPULAN

a. Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan oleh adanya
kecelakaan yang timbul secara langsung.

b. Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya kontinuitas


pada rahang bawah (mandibula), yang diakibatkan trauma oleh wajah ataupun keadaan
patologis, dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar.

c. Fraktur mandibula merupakan fraktur yang paling sering terjadi pada tulang wajah.
Prinsip awal penanganan fraktur mandibula yaitu penanganan kedaruratan seperti jalan
nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi darah termasuk penanganan syok
(circulaation), penanganan luka jaringan lunak dan imobilisasi sementara serta evaluasi
terhadap kemungkinan cedera otak. Tahap kedua adalah penanganan fraktur secara
definitif yaitu reduksi/reposisi fragmen fraktur, fiksasi fragmen fraktur dan imobilisasi,
sehingga fragmen tulang yang telah dikembalikan tidak bergerak sampai fase
penyambungan dan penyembuhan tulang selesai.

d. Komplikasi yang paling umum terjadi pada fraktur mandibula adalah infeksi atau
osteomyelitis, yang nantinya dapat menyebabkan berbagai kemungkinan komplikasi
lainnya.

e. Kendati teknologi bedah memberi hasil yang baik, pencegahan trauma merupakan langkah
yang bijak. Pengendara motor yang berisiko tinggi terjadi trauma hendaknya lebih
memperhatikan keselamatan, terutama dibagian kepala. Dari suatu penelitian, disimpulkan
bahwa ternyata tidak ada perbedaan berarti pada frekuensi kejadian trauma maksilofacial
sebelum dan sesudah era wajib helm. Hal ini kemungkinan disebabkan karena masih
sangat sedikit pengendara sepeda motor yang mengenakan helm dengan benar.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Wood R. J, Jurkiewicz M.J. Plastic and Reconstructive Surgery. In: Schwartz S.I, Shires G.T, Spencer

F.C, Daly J.M, Fischer J.E, Galloway A.C. Schwartz Principles of Surgery 7th ed. United States of

America:McGraw-Hill Companies Inc. 1999

2. http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan- fraktur-mandibula/

3. http://emedicine.medscape.com/article/868517-overview

4. http://www.craniofacialcenter.com/book/Trauma/Trauma_6.htm

5. http://www.emedicinehealth.com/broken_jaw/page5_em.htm

6. http://www.pdgionline.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=602&Itemid=33

Fraktur Mandibula | 14

24

Anda mungkin juga menyukai