Referat Gilut
Referat Gilut
PENDAHULUAN
Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai tempat
menempelnya gigi geligi rahang bawah. Mandibula berhubungan dengan basis kranii dengan
adanya temporo-mandibular joint dan disangga oleh otot otot mengunyah. Mandibula
dipersarafi oleh saraf mandibular, alveolar inferior, pleksus dental inferior dan nervus mentalis.
Sistem vaskularisasi pada mandibula dilakukan oleh arteri maksilari interna, arteri alveolar
Fraktur mandibula merupakan fraktur yang paling sering terjadi pada tulang wajah.
Perawatan fraktur mandibula dibagi menjadi perawatan pendahuluan dan perawatan defenitif.
Perawatan pendahuluan antara lain adalah pemeriksaan mandibula, pemeriksaan intra oral,
pemeriksaan radiografis, antibiotik, kontrol rasa sakit dan lain-lain, sedangkan perawatan
defenitif dua yaitu internal dan eksternal. Fiksasi internal dapat dibagi atas fiksasi lintas tulang
wiring), fiksasi lintas dengan memakai kawat Kirsclmer (transflXation with Kirschner Wire).
Secara umum perawatan fraktur mandibula tidak berbeda jauh dengan perawatan fraktur lain di
tubuh. Namun bentuk dan lokasi mandibula yang khas merupakan pertimbangan khusus dalam
melakukan perawatan. Metode reduksi dan fiksasi juga harus dipilih sesuai dengan tingkat
keparahan yang terjadi. Dibutuhkan pertimbangan yang matang untuk menentukan prioritas
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan oleh adanya
pada rahang bawah (mandibula), yang diakibatkan trauma oleh wajah ataupun keadaan patologis,
2.2. ETIOLOGI
Setiap pukulan keras pada muka dapat mengakibatkan terjadinya suatu fraktur pada mandibula.
Daya tahan mandibula terhadap kekuatan impak adalah lebih besar dibandingkan dengan tulang
wajah lainnya (Nahum, 1995). Meskipun demikian fraktur mandibula lebih sering terjadi
Fraktur mandibula dapat terjadi karena kecelakaan lalulintas, kecelakaan industri atau
kecelakaan kerja, kecelakaan rumah tangga, mabuk dan perkelahian atau kekerasan fisik.
Menurut survey di District of Columbia Hospital, dari 540 kasus fraktur, 69% kasus terjadi
akibat kekerasan fisik (perkelahian), 27% akibat kecelakaan lalu-lintas, 12% akibat kecelakaan
2.3. ANATOMI
Fungsi tulang-tulang wajah sangat penting untuk melindungi organ penting dalam kepala kita
seperti otak, mata, organ penciuman dan pendengaran termasuk organ pencernaan seperti gigi-
geligi dan rongga mulut. Jaringan mandibula tersusun atas jaringan lunak dan tulang. Mandibula
2
tersusun dari tiga bagian terlemah yaitu area geraham, rongga taring, dan condyle. Mandibula
diinervasi melalui foramen ovale, alveolar inferior menginervasi melalui foramen mandibula,
Suplai arteri diperoleh dari arteri maxillaris internal yang berasal dari carotic eksternal,
arteri alveolar inferior melalui foramen mandibular, arteri mentale melalui foramen mentale.
3
4
2.4. KLASIFIKASI FRAKTUR
Banyak klasifikasi fraktur yang ditulis dalam berbagai buku, namun secara praktis dapat
Trauma itersebut langsung mengenai anggota tubuh penderita. Contohnya seperti pada
antebrakhii yang menahan serangan pukulan dari lawan yang mengakibatkan terjadinya fraktur
Terjadi seperti pada penderita yang jatuh dengan tangan menumpu dan lengan atas-bawah
lurus, berakibat fraktur kaput radii atau klavikula. Gaya tersebut dihantarkan melalui tulang-
5
tulang anggota gerak atas dapat berupa gaya berputar, pembengkokan (bending) atau kombinasi
pembengkokan dengan kompresi yang berakibat fraktur butterfly, maupun kombinasi gaya
berputar, pembengkokan dan kompresi seperti fraktur oblik dengan garis fraktur pendek. Fraktur
juga dapat terjadi akibat tarikan otot seperti fraktur patela karena kontraksi quadrisep yang
mendadak.
Trauma yang berulang dan kronis pada tulang yang mengakibatkan tulang menjadi
Pada tulang telah terjadi proses patologis yang mengakibatkan tulang tersebut rapuh dan
a. Umum (general)
hiperparatiroidisme, penyakit paget dan kondisi neuropati seperti sipilis dan siringomelia,
osteogenesis imperfekta.
b. Lokal
Tumor sekunder seperti : tumor mammae, prostat, tiroid, ginjal dan paru-paru. Tumor
ganas primer pada tulang, tumor jinak pada tulang, hiperemi dan infektif dekalsifikasi seperti
osteitis misalnya :
6
Disebut juga fraktur tertutup, oleh karena kulit di sekeliling fraktur sehat dan tidak sobek.
Kulit di sekitar fraktur sobek sehingga fragmen tulang berhubungan dengan dunia luar
(bone expose) dan berpotensi untuk menjadi infeksi. Fraktur terbuka dapat berhubungan dengan
Fraktur tersebut berhubungan dengan kerusakan jaringan atau struktur lain seperti saraf,
Garis fraktur membagi tulang menjadi dua fragmen atau lebih. Garis fraktur bisa
transversal, oblik atau spiral. Kelainan ini dapat menggambarkan arah trauma dan menentukan
7
Kedua fragmen fraktur terlihat saling impaksi atau masih saling tertancap.
Fraktur ini umumnya terjadi di daerah tulang kanselus. Tersebut diatas merupakan
klasifikasi fraktur secara umum. Sedangkan klasifikasi fraktur mandibula diantaranya adalah:
Frekuensi terjadinya fraktur pada mandibula adalah : 2% pada regio koronoid, 36% pada
regio kondilus, 3% pada regio ramus, 20% pada regio angulus, 21% pada regio korpus,12% pada
8
Klasifikasi berdasarkan gigi pasien penting diketahui karena akan menentukan jenis
terapi yang akan kita ambil. Dengan adanya gigi, penyatuan fraktur dapat dilakukan dengan jalan
pengikatan gigi dengan menggunakan kawat. Penjelasan gambar tentang klasifikasi fraktur di
atas :
1. Fraktur kelas 1 : gigi terdapat di 2 sisi fraktur, penanganan pada fraktur kelas 1 ini dapat
3. Fraktur kelas 3 : tidak terdapat gigi di kedua sisi fraktur, pada keadaan ini dilakukan melalui
open reduction, kemudian dipasangkan plate and screw, atau bisa juga dengan cara
intermaxillary fixation.
9
2.4.4. Berdasarkan tipe fraktur mandibula:
2.4.4.1. Simple
2.4.4.2. Greenstick
2.4.4.3. Comminuted
- Class I
- Class II
- Class III
Dengan melihat cara perawatan, maka pola fraktur mandibula dapat digolongkan
menjadi:
1. Fraktur Unilateral
Fraktur ini biasanya hanya tunggal, tetapi kadang terjadi lebih dari satu fraktur yang
dapat dijumpai pada satu sisi mandibula dan bila hal ini terjadi, sering didapatkan pemindahan
frakmen secara nyata. Suatu fraktur korpus mandibula unilateral sering terjadi.
10
2. Fraktur Bilateral
Fraktur bilateral sering terjadi dari suatu kombinasi antara kecelakaan langsung dan tidak
langsung. Fraktur ini umumnya akibat mekanisme yang menyangkut angulus dan bagian leher
kondilar yang berlawanan atau daerah gigi kanius dan angulus yang berlawanan.
3. Fraktur Multipel
menimbulkan terjadinya fraktur multipel. Pada umumnya fraktur ini terjadi karena trauma tepat
mengenai titik tengah dagu yang mengakibatkan fraktur pada simpisis dan kedua kondilus.
Fraktur ini hampir selalu diakibatkan oleh kecelakaan langsung yang cukup keras pada
daerah fraktur, seperti pada kasus kecelakaan terkena peluru saat perang. Dalam sehari-hari,
fraktur ini sering terjadi pada simfisis dan parasimfisis. Fraktur yang disebabkan oleh kontraksi
muskulus yang berlebihan. Kadang fraktur pada prosesus koronoid terjadi karena adanya
kontraksi refleks yang datang sekonyong-konyong mungkin juga menjadi penyebab terjadinya
Oikarinen dan Malstrom (1969), dalam serangkaian 600 fraktur mandibula menemukan
49,1% fraktur tunggal, 39,9% mempunyai dua fraktur, 9,4% mempunyai tiga fraktur, 1,2%
mempunyai empat fraktur, dan 0,4% mempunyai lebih dari empat fraktur.
Klasifikasi yang paling berguna untuk tujuan praktis adalah atas dasar letak injuri secara
anatomis, hal ini dikarenakan gejala yang timbul akan berbeda berdasarkan letak fraktur,
demikian juga pada cara perawatan. Fraktur mandibula terjadi pada daerah-daerah sebagai
berikut :
11
1. Dento-alveolar
2. Kondilus
3. Koronoid
4. Ramus
5. Angulus
6. Korpus
7. Simfisis
8. Parasimfisis
Yang tersebut diatas mewakili suatu pembagian yang berguna untuk bahan pertimbangan
atas terjadinya fraktur linier, akan tetapi hal ini tidak berlaku bila terjadi fraktur komunitif.
Arah serta tipe impak lebih penting dalam mempertimbangkan fraktur mandibula dibandingkan
dengan fraktur di daerah lain pada skeleton fasial, karena faktor ini dipakai untuk menentukan
Dilihat dari bentuk mandibula, maka setiap kecelakaan langsung yang mengenai satu
tempat, akan menghasilkan kekuatan dimensi tidak langsung yang mengenai bagian lain dan
biasanya pada bagian yang berlawanan dari tulang. Kecelakaan tidak langsung sudah cukup
12
2.7. GEJALA
Gejala yang timbul dapat berupa dislokasi, yaitu berupa perubahan posisi rahang yang
menyebabkan maloklusi atau tidak berkontaknya rahang bawah dan rahang atas, jika penderita
mengalami pergerakan abnormal pada rahang dan rasa yang sakit jika menggerakkan rahang.
Pembangkakan pada posisi fraktur juga dapat menetukan lokasi fraktur pada penderita.
Krepitasi berupa suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran dari ujung tulang yang fraktur
bila rahang digerakkan, laserasi yang terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut dan daerah sekitar
fraktur, discolorisasi perubahan warna pada daerah fraktur akibat pembengkaan, terjadi pula
gangguan fungsional berupa penyempitan pembukaan mulut, hipersalifasi dan halitosis, akibat
berkurangnya pergerakan normal mandibula dapat terjadi stagnasi makanan dan hilangnya efek
self cleansing karena gangguan fungsi pengunyahan, kelumpuhan dari bibir bawah, akibat
2.8. DIAGNOSIS
2.8.1. Riwayat
Setiap fraktur mempunyai riwayat trauma. Posisi waktu kejadian merupakan informasi yang
penting sehingga dapat menggambarkan tipe fraktur yang terjadi. Bila trauma ragu-ragu atau
tidak ada maka kemungkian fraktur patologis tetap perlu dipilkirkan. Riwayat penderita harus
dilengkapi apakah ada trauma daerah lain (kepala, torak, abdomen, pelvis dll). Pertanyaan-
pertanyaan kepada penderita maupun pada orang yang lebih mengetahui harus jelas dan terarah,
apakah penderita merupakan penderita diabetes, atau penderita dengan terapi steroid yang lama
maupun meminum obat-obat lain, alergi terhadap obat, makan atau minum terakhir dengan
13
2.8.2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : deformitas angulasi medial, lateral, posterior atau anterior, diskrepensi, rotasi,
perpendekan atau perpanjangan, apakah ada bengkak atau kebiruan, pada luka yang
mengarah ke fraktur terbuka harus diidentifikasi dan ditentukan menurut derajatnya menurut
Palpasi : Nyeri tekan pada daerah faktur, nyeri bila digerakkan. Krepitasi : biasanya
penderita sangat nyeri oleh sebab itu pemeriksaan ini harus gentle dan bila perlu dapat
ditiadakan.
Gerakan : gerakan luar biasa pada daerah fraktur. Gerakan sendi di sekitarnya terbatas
Pemeriksaan trauma di tempat lain seperti kepala, torak, abdomen, traktus, urinarius dan
pelvis.
Pemeriksaan komplikasi fraktur seperti neurovaskuler bagian distal fraktur yang berupa :
Foto Waters
Pemeriksaan sinar-X A-P, lateral. Bila perlu dilakukan foto waters. Untuk pencitraan
wajah digunakan proyeksi Waters sehingga bayangan bagian wajah tidak terganggu atau
disamarkan oleh struktur tulang dasar tengkorak olah struktur tulang dasar tengkorak dan tulang
servikal. Identitas penderita dan tanggal pemeriksaan dengan sinar penting dikerjakan sesudah
tindakan atau pada tindak lanjut (folow up) penderita guna menentukan apakah sudah terlihat
14
Jadi pemeriksaan dapat berfungsi memperkuat diagnosis, menilai hasil dan tindak lanjut
penderita.
Diagnosis fraktur mandibula dapat ditunjukkan dengan adanya : rasa sakit, pembengkaan,
nyeri tekan, dan maloklusi. Patahnya gigi, adanya gap, tidak ratanya gigi, tidak simetrisnya arcus
dentalis, adanya laserasi intra oral, gigi yang longgar dan krepitasi menunujukkan kemungkinan
adanya fraktur mandibula. Selain hal itu mungkin juga terjadi trismus (nyeri waktu rahang
digerakkan). Evaluasi radiografis pada mandibula mencakup foto polos, scan dan pemeriksaan
panoreks. Tapi pemeriksaan yang baik, yang dapat menunjukkan lokasi serta luas fraktur adalah
dengan CT Scan. Pemeriksaan panoreks juga dapat dilakukan, hanya saja diperlukan kerja sama
2.9. PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan fraktur rahang pada langkah awal penanganan pada hal yang bersifat
kedaruratan seperti jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi darah termasuk
penanganan syok (circulaation), penanganan luka jaringan lunak dan imobilisasi sementara serta
evaluasi terhadap kemungkinan cedera otak. Tahap kedua adalah penanganan fraktur secara
definitif yaitu reduksi/reposisi fragmen fraktur fiksasi fragmen fraktur dan imobilisasi, sehingga
fragmen tulang yang telah dikembalikan tidak bergerak sampai fase penyambungan dan
Secara khusus penanganan fraktur tulang rahang dan tulang pada wajah (maksilofasial)
mulai diperkenalkan olah hipocrates (460-375 SM) dengan menggunakan panduan oklusi
(hubungan yang ideal antara gigi bawah dan gigi-gigi rahang atas), sebagai dasar pemikiran dan
diagnosis fraktur rahang. Pada perkembangan selanjutnya oleh para klinisi berat menggunakan
oklusi sebagai konsep dasar penanganan fraktur rahang dan tulang wajah (maksilofasial)
15
terutama dalam diagnostik dan penatalaksanaannya. Hal ini diikuti dengan perkembangan teknik
fiksasi mulai dari penggunaan pengikat kepala (head bandages), pengikat rahang atas dan bawah
dengan kawat (intermaxilari fixation), serta fiksasi dan imobilisasi fragmen fraktur dengan
1. Menggunakan kawat
Menggunakan kawat : kawat dibuat seperti mata, kemudian mata tadi dipasang disekitar
dua buah gigi atau geraham dirahang atas ataupun bawah. Rahang bawah yang patah difiksasi
pada rahang atas melalui mata di kawat atas dan bawah. Jika perlu ikatan kawat ini dipasang di
Menggunakan batang lengkung dan karet : batang lengkung, batang dipasang pada gigi
maxilla dan juga pada semua gigi mandibula yang patah. Mandibula ditambatkan seluruhnya
pada maxilla dengan karet pada kait di batang lengkungan atas dan bawah.
16
Gambar fiksasi dan imobilisasi fragmen fraktur dengan menggunakan plat (plate and screw)
17
18
Gambar diatas adalah penanganan dari fraktur mandibula dengan pemasangan plat pada
batas inferior garis fraktur, pemasangan plat ini bertujuan untuk memberi tahanan pada daerah
fraktur, sehingga dapat menyatukan bagian fraktur dengan alveolus superior. Setelah plat
tepasang, maka tidak dibutuhkan lagi fiksasi maksila. Dengan catatan pemasangan screw pada
plat tidak dengan penekanan yang terlalu kuat. Karena dengan pemasangan screw yang terlalu
kuat akan mengkibatkan terjadinya kesulitan pada saat pelepasan, oleh karena itu, pemasangan
dengan tekhnik yang tidak terlalu menekan lebih di pilih dalam pemasangan plat pada fraktur
mandibula.
19
Gambar diatas adalah penanganan fraktur mandibula jika terjadi pada darerah sudut
mandibula, gigi geraham ke tiga dihilangkan sebagai jalan dari penanganan open reduction ini.
Plat untuk fiksasi yang berukuran lebih kecil dipasang pertama kali dengan menggunakan
monocortical screw. Plat yang lebih panjang diletakkan di bawah plat pertama dengan tekhnik
yang tidak terlalu menekan. Setelah pemasangan kedua plat, fiksasi dapat dikatakan sudah stabil,
1. Fraktur yang tidak ter-displace dapat ditangani dengan jalan reduksi tertutup dan fiksasi
intermaxilla. Namun pada prakteknya, reduksi terbuka lebih disukai paada kebanyakan
fraktur.
2. Fraktur dikembalikan ke posisi yang sebenarnya dengan jalan reduksi tertutup dan arch
3. Kawat dapat dipasang pada gigi di kedua sisi fraktur untuk menyatukan fraktur
4. Fraktur yang hanya ditangani dengan jalan reduksi tertutup dipertahankan selama 4-6
5. Kepada pasien dapat tidak dilakukan fiksasi intermaxilla apabila dilakukan reduksi
Oleh sebab itu ilmu oklusi merupakan dasar yang penting bagi seorang Spesialis Bedah
Mulut dan Maksilofasial dalam penatalaksanan kasus patah rahang atau fraktur maksilofasial.
Dengan prinsip ini diharapkan penyembuhan atau penyambungan fragmen fraktur dapat kembali
ke hubungan awal yang normal dan telah beradaptasi dengan jaringan lunak termasuk otot dan
20
Patah rahang dan tulang wajah yang tidak ditangani dengan baik akan memberikan
gangguan dan keluhan pada pasien dalam jangka pendek dan jangka panjang. Komplikasi yang
dapat terjadi pada kasus patah rahang yang adalah infeksi pada jaringan lunak dan tulang rahang.
Infeksi tersebut dapat menyebabkan kehilangan jaringan lunak dan keras yang banyak.
Komplikasi lain, jika penyambungan tidak adekuat (malunion)dan oklusi rahang atas dan bawah
tidak tercapai maka akan memberi keluhan berupa rasa sakit dan tidak nyaman (discomfort) yang
berkepanjangan pada sendi rahang (Temporomandibular joint) oleh karena perubahan posisi dan
Hal ini tidak hanya berdampak pada sendi tetapi otot-otot pengunyahan dan otot sekitar
wajah juga dapat memberikan respon nyeri (myofascial pain) Terlebih jika pasien
mengkompensasikan atau memaksakan mengunyah dalam hubungan oklusi yang tidak normal.
Kondisi inilah yang banyak dikeluhkan oleh pasien patah rahang yang tidak dilakukan perbaikan
atau penangnanan secara adekuat. Komplikasi setelah pembedahan yang dapat terjadi pada
tulang (delayed union) atau kegagalan penyambungan tulang (nonunion)yang sering disebabkan
tidak stabilnya fragmen fraktur karena immobilisasi yang kurang baik. Komplikasi yang secara
klinis dan estetik nampak adalah perubahan bentuk dan proporsi wajah.
2.10. KOMPLIKASI
Komplikasi setelah dilakukannya perbaikan pada fraktur mandibula umumnya jarang terjadi.
Komplikasi yang paling umum terjadi pada fraktur mandibula adalah infeksi atau osteomyelitis,
penyembuhan fraktur baik itu malunion ataupun non-union. Ada beberapa faktor risiko yang
21
secara spesifik berhubungan dengan fraktur mandibula dan berpotensi untuk menimbulkan
terjadinya malunion ataupun non-union. Faktor risiko yang paling besar adalah infeksi,
kemudian aposisi yang kurang baik, kurangnya imobilisasi segmen fraktur, adanya benda asing,
tarikan otot yang tidak menguntungkan pada segmen fraktur. Malunion yang berat pada
mandibula akan mengakibatkan asimetri wajah dan dapat juga disertai gangguan fungsi.
Kelainan-kelainan ini dapat diperbaiki dengan melakukan perencanaan osteotomi secara tepat
Faktor faktor lain yang dapat mempengaruhi kemungkinan terjadinya komplikasi antara
lain sepsis oral, adanya gigi pada garis fraktur, penyalahgunaan alkohol dan penyakit kronis,
waktu mendapatkan perawatan yang lama, kurang patuhnya pasien dan adanya dislokasi segmen
fraktur.
22
BAB III
KESIMPULAN
a. Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan oleh adanya
kecelakaan yang timbul secara langsung.
c. Fraktur mandibula merupakan fraktur yang paling sering terjadi pada tulang wajah.
Prinsip awal penanganan fraktur mandibula yaitu penanganan kedaruratan seperti jalan
nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi darah termasuk penanganan syok
(circulaation), penanganan luka jaringan lunak dan imobilisasi sementara serta evaluasi
terhadap kemungkinan cedera otak. Tahap kedua adalah penanganan fraktur secara
definitif yaitu reduksi/reposisi fragmen fraktur, fiksasi fragmen fraktur dan imobilisasi,
sehingga fragmen tulang yang telah dikembalikan tidak bergerak sampai fase
penyambungan dan penyembuhan tulang selesai.
d. Komplikasi yang paling umum terjadi pada fraktur mandibula adalah infeksi atau
osteomyelitis, yang nantinya dapat menyebabkan berbagai kemungkinan komplikasi
lainnya.
e. Kendati teknologi bedah memberi hasil yang baik, pencegahan trauma merupakan langkah
yang bijak. Pengendara motor yang berisiko tinggi terjadi trauma hendaknya lebih
memperhatikan keselamatan, terutama dibagian kepala. Dari suatu penelitian, disimpulkan
bahwa ternyata tidak ada perbedaan berarti pada frekuensi kejadian trauma maksilofacial
sebelum dan sesudah era wajib helm. Hal ini kemungkinan disebabkan karena masih
sangat sedikit pengendara sepeda motor yang mengenakan helm dengan benar.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Wood R. J, Jurkiewicz M.J. Plastic and Reconstructive Surgery. In: Schwartz S.I, Shires G.T, Spencer
F.C, Daly J.M, Fischer J.E, Galloway A.C. Schwartz Principles of Surgery 7th ed. United States of
2. http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan- fraktur-mandibula/
3. http://emedicine.medscape.com/article/868517-overview
4. http://www.craniofacialcenter.com/book/Trauma/Trauma_6.htm
5. http://www.emedicinehealth.com/broken_jaw/page5_em.htm
6. http://www.pdgionline.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=602&Itemid=33
Fraktur Mandibula | 14
24