Anda di halaman 1dari 6

Kerangka acuan

Peluncuran buku Penelitian Kualitatif


Pengalaman Perempuan Pengguna Narkotika Suntik
(PENASUN)
dalam Mengakses Layanan Harm Reduction

1. Latar belakang
Secara global, Indonesia menghadapi dua epidemi yaitu HIV/AIDS dan
peningkatan jumlah pengguna narkotika suntik (penasun). UNODC
memperkirakan terdapat 13 juta penasun di Asia di mana 78% berada
di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Dan Data UNAIDS menunjukkan
sebanyak 7 juta Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Asia Selatan dan
Asia Tenggara. Sementara Indonesia termasuk salah satu negara
dengan epidemi terbesar di wilayah Asia, dimana sebagian besar
ODHA terinfeksi karena penggunaan jarum suntik tidak steril
dikalangan Penasun. Departemen Kesehatan memperkirakan penasun
di seluruh Indonesia berjumlah 190.000-247.000.

Program pengurangan dampak buruk Narkotika (Harm Reduction)


dilakukan mulai tahun 1999 secara sembunyi-sembunyi, mendapatkan
bahwa cakupan layanan hanya mampu mencapai 10% dari jumlah
kebutuhan layanan yang sebenarnya. Angka 10% ini masih sangat
rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan jumlah Penasun akan
sarana pelayanan kesehatan masyarakat. Baru satu tahun terakhir,
sejak 2006 cakupan mampu mencapai 20% dimana diikutsertakannya
program Harm Reduction kedalam sistem kesehatan masyarakat,
penyediaan fasilitas-fasilitas terkait layanan pengurangan dampak
buruk narkotika suntik seperti Program Pertukaran Jarum Suntik Sterli
(PJSS), Program substitusi oral (Metadhon), dan Pemberian Obat Anti
Retroviral (ARV) melalui Puskesmas.
Namun, laporan-laporan lebih lanjut menunjukkan kurang dari 5%
perempuan penasun mengakses layanan ini. Bahkan laporan beberapa
LSM yang ikut dalam program HR pun mendapatkan tidak lebih dari
10% dampingan Penasun adalah perempuan.

Di Indonesia, proyek-proyek serta layanan-layanan yang terkait dengan


penggunaan narkotika oleh perempuan cenderung tidak berfokus pada
kesehatan dan kesejahteraan dari perempuan itu sendiri, namun lebih
pada dampak buruk yang diberikan oleh perempuan penasun kepada
anak, keluarga dan masyarakat pada umumnya. Wacana yang terkait
dengan perempuan dan HIV selalu terbatas pada Pencegahan
Penularan dari Ibu ke Anak (Prevention of Mother To Child Transmission
PMTCT). Stigma dan stereotip negatif terkait dengan penasun
perempuan mempengaruhi tingkatan di mana perempuan didukung
untuk melaporkan penggunaan narkotika mereka dan masalah-

1
masalah pribadi, membebaskan perempuan mengakses layanan
terkait narkotika. (Belum termasuk kurangnya layanan terapi narkotika
bagi perempuan di negara ini).

Riwayat laki-laki yang kuat ini telah menyingkirkan perempuan yang


berisiko tertular HIV dari akses terhadap layanan-layanan pencegahan
dan perawatan yang tepat. Jadi epidemi ini membutuhkan pendekatan
berbasis gender pada layanan pengurangan dampak buruk narkotika
suntik, meningkatkan program-program edukasi dan pencegahan
berdasarkan kebutuhan penasun yang berbeda-beda.

Oleh karena para penggiat pengurangan dampak buruk narkotika


suntik dan HIV/AIDS pada umumnya belum banyak terpapar oleh isu
gender terkait pekerjaan mereka, belum banyak yang memiliki
sensitivitas pada isu ini. Hal ini tergambar pada hasil jangkauan dan
layanan mereka. Kebanyakan LSM hanya mengadakan pertemuan
tertutup perempuan penasun dengan angka kehadiran yang bahkan
tidak mencapai 10 orang. Situasi ini cukup memprihatinkan mengingat
perempuan lebih rentan tertular HIV/AIDS secara fisik (maupun sosial).

Sayang sekali bahwa pergerakan AIDS dan pengurangan dampak


buruk narkotika suntik belum termasuk dalam sumber dan jaringan
pergerakan perempuan Indonesia. Pergerakan ini serta advokasi yang
dilakukannya merupakan salah satu yang terkuat dengan hasil nyata
seperti UU Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Pencapaian mereka
menyentuh nyaris seluruh aspek masyarakat akar rumput.

Karena itu, Yayasan STIGMA mengambil peran untuk membuat sebuah


studi kasus tentang Pengalaman Perempuan Pengguna Narkotika
Suntik (PENASUN) dalam Mengakses Layanan Harm Reduction untuk
menggali lebih dalam lagi tentang latar belakang masalah, mengapa
sejak tahun 1999 hingga kini tahun 2010 Harm Reduction sudah
diimplementasikan di Indonesia namun sedikit sekali jumlah
perempuan penasun yang mengakses layanan Harm Reduction.
Jikapun ada peningkatan dalam segi jumlah belum seimbang dengan
jumlah penasun laki-laki yang mengakses layanan Harm Reduction.

Untuk penelitian yang dimulai sejak tahun 2008 hingga 2009 ini
Yayasan STIGMA bekerjasama dengan beberapa personal yang ahli
dalam berbagai isu terkait; Harm Reduction, gender dan kesehatan,
Perempuan Pengguna Narkotika dan HIV/AIDS, Penelitian Kualitatif,
serta Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat.

2. Tujuan

2
- memaparkan hasil-hasil temuan dalam penelitian kualitatatif
Pengalaman Perempuan Pengguna Narkotika Suntik (PENASUN)
dalam Mengakses Layanan Harm Reduction
- mengidentifikasi situasi-situasi terkini yang terkait dengan
perbedaan gender di antara penasun
- membangun kepekaan gender bagi penggiat pengurangan
dampak buruk pengguna narkotika suntik dan kader kesehatan
masyarakat
- merekomendasikan kebijakan, fasilitas, layanan serta perangkat
intervensi lainnya yang tepat guna bagi kebutuhan-kebutuhan
yang berbeda dalam hubungannya dengan pencegahan dan
perawatan HIV dan AIDS

3. Waktu dan tempat kegiatan

Kegiatan peluncuran buku penelitian kualitatif Pengalaman


Perempuan Pengguna Narkotika Suntik (PENASUN) dalam Mengakses
Layanan Harm Reduction ini akan dilaksanakan pada ;

Hari/Tanggal : Rabu, 21 April 2010

Tempat : fX Music Lounge , Lt.6 #03.


Jl. Jend. Sudirman - Pintu Satu Senayan Jakarta
10270

Waktu : 18.00 21.00 WIB

4. Susunan acara

No Kegiatan Nara sumber Moderator


1 Pembukaan oleh RESPITO band Hendri Satrio
musik akustik
2 Monolog Cerpen Ade Suryana
tentang Perempuan
Penasun
3 Pemaparan tujuan Sekar Wulan Sari Hendri Satrio
pembuatan penelitian (STIGMA)
kualitatif Prof. Irwanto Ph.D
(Univ. Atma Jaya)
4 Musik akustik RESPITO band
5 Kuis & Door Prize Hendri Satrio
6 Pemaparan hasil Sekar Wulan Sari Hendri Satrio

3
temuan dari (STIGMA)
penelitian kualitatif Dra. Riza Sarasvita,
MSi, MHS TBC
Irwan Julianto (KOMPAS)

7 Musik akustik RESPITO band


8 Diskusi & tanya jawab Undangan Hendri Satrio
9 Kuis & Door Prize Hendri Satrio
10 Launching buku Tim dari STIGMA Hendri Satrio
Penelitian kualitatif
11 Penutupan Sekar Wulan Sari Hendri Satrio
(STIGMA)

5. Undangan

1. PKBI Harm Reduction


2. Kios Atma Jaya
3. Yayasan Gerbang
4. Yayasan Rempah
5. Yayasan Kharisma
6. PPK-UI
7. LKI
8. Yakita
9. HIVOS
10. HCPI
11. Burnet Institute
12. DKT
13. USAID
14. UNAIDS
15. UNODC
16. Global Fund
17. KAPETA
18. Partisan
19. Layak
20. Tegak Tegar
21. Yayasan AIDS Indonesia
22. Yayasan Spiritia
23. Yayasan Bandung Wangi
24. Lentera Anak Pelangi
25. JAPI
26. IKOHI

4
27. PBHI Jakarta
28. KONTRAS
29. LBH Masyarakat
30. Arus Pelangi
31. Dinkes Propinsi DKI Jakarta
32. Sudinkes Jakarta Selatan
33. Sundinkes Jakarta Barat
34. Sudinkes Jakarta Pusat
35. Sudinkes Jakarta Timur
36. Sudinkes Jakarta Utara
37. PKM Kec. Tebet
38. PKM. Kec. Setiabudi
39. PKM. Kec. Pesanggrahan
40. PKM. Kel. Kebayoran Baru
41. PKM. Kec. Kebayoran Lama
42. PKM. Kec. Pancoran
43. PKM. Kec. Cilandak
44. PKM. Kec. Tambora
45. PKM. Kec. Taman Sari
46. PKM. Kec. Grogol Petamburan
47. PKM. Kec. Cengkareng
48. PKM. Kec. Kalideres
49. PKM. Kec. Kembangan
50. PKM. Kec. Palmerah
51. PKM. Kec. Kebon Jeruk
52. PKM. Kel. Pulogadung
53. PKM. Kec. Jatinegara
54. PKM. Kec. Cakung
55. PKM. Kec. Kramat Jati
56. KPA Nasional (Ingrid Irawati Atmosukarto)
57. KPA Propinsi
58. KPA Jakarta Selatan
59. KPA Jakarta Barat
60. KPA Jakarta Pusat
61. KPA Jakarta Timur
62. KPA Jakarta Utara
63. BNN
64. BNP
65. FORKON
66. FEMME
67. JANGKAR
68. PKNI
69. JOTHI
70. UNGASS
71. Forum LSM HIV/AIDS
72. IPPI (Ikatan Perempuan Positif Indonesia)

5
73. IKAI (Ikatan Konselor Adiksi Indonesia)

Anda mungkin juga menyukai