Pengertian Thaharah
Pengertian Thaharah
Arti disini : hal cara bagaimana mensucikan diri (badan, pakaian, dll) agar boleh sah
menjalankan ibadah
1. Menghilangkan Najis
2. Berwudlu
3. Mandi
4. Tayammum
A. MACAM-MACAM AIR
Air yang dapat dipergunakan untuk bersuci itu ada 7 (tujuh) macam :
1. Air Hujan
2. Air Sungai
3. Air Laut
5. Air Sumur
6. Air Salju
7. Air Embun
B. PEMBAGIAN AIR
2. Air yang suci tetapi tidak dapat dipergunakan untuk bersuci seumpama wudlu, mandi dan
menghilangkan najis.
Air yang semacam itu :
o Air sedikit yang sudah bekas dipakai (musta'mal) dari berwudlu atau mandi.
o Air yang bercampur dengan campuran air suci, umpamanya air kopi, air teh dan
sebagainya.
3. Air yang suci dan dapat mensucikan, tetapi makruh memakainya, yaitu air yang
terjemur(musyammas).
o Jika air itu sedikit, kemudian kemasukan najis, maka ia tidak sah dipakai untuk
bersuci, dan ia tetap najis hukumnya, baik berubah sifatnya atau tidak.
o jika air itu banyak, (artinya lebih dari 216 liter) maka apabila kemasukan najis
yang terlalu sedikit yang tidak merubah sifatnya, maka hukumnya tetap suci dan
dapat sah dipergunakan untuk bersuci, tetapi apabila berubah sifatnya (bau, rupa,
dan rasanya), maka tidak lagi dapat (tidak sah) dipergunakan untuk bersuci.
"Air sedikit artinya kurang dari dua kulah (kolam) dan kalau dihitung dengan liter
kurang dari 216 liter.
Air banyak ialah air yang lebih dari 216 liter. Dua kulah sama dengan 216 liter.
jika berbentuk bak, maka besarnya sama dengan panjangnya 60cm, lebarnya
60cm, dan dalamnya 60cm.
Pengertian Shalat Shalat secara bahasa berarti berdoa. dengan kata lain, shalat secara bahasa
mempunyai arti mengagungkan. Sedangkan pengertian shalat menurut syara adalah ucapan-
ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu, yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri
dengan salam. Ucapan di sini adalah bacaan-bacaan al-Quran, takbir, tasbih, dan doa. Sedang
yang dimaksud dengan perbuatan adalah gerakan-gerakan dalam shalat misalnya berdiri, ruku,
sujud, duduk, dan gerakan-gerakan lain yang dilakukan dalam shalat.
Sedangkan menurut Hasbi ash-Shiddieqy shalat yaitu beberapa ucapan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah,
menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.
Yang dimaksudkan shalat dalam penelitian ini adalah tidak hanya sekedar shalat tanpa adanya
penghayatan atau berdampak sama sekali dalam kehidupannya, akan tetapi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah shalat fardlu yang didirikan dengan khusyu yakni shalat yang nantinya
akan berimplikasi terhadap orang yang melaksanakannya. Pengertian shalat yang dimaksudkan
lebih kepada pengertian shalat menurut Ash Shiddieqy dari tarif shalat yang menggambarkan
ruhus shalat (jiwa shalat); yaitu berharap kepada Allah dengan sepenuh jiwa, dengan segala
khusyu dihadapan-Nya dan berikhlas bagi-Nya serta hadir hati dalam berdzikir, berdoa dan
memuji.
Inilah ruh atau jiwa shalat yang benar dan sekali-kali tidak disyariatkan shalat karena rupanya,
tetapi disyariatkan karena mengingat jiwanya (ruhnya).
Khusyu secara bahasa berasal dari kata khasyaa-yakhsyau-khusyuan, atau ikhta dan
takhasysyaa yang artinya memusatkan penglihatan pada bumi dan memejamkan mata, atau
meringankan suara ketika shalat. Khusyu secara bahasa juga bisa diartikan sungguh-sungguh
penuh penyerahan dan kebulatan hati; penuh kesadaran hati. Arti khusyu itu lebih dekat dengan
khudhu yaitu tunduk, dan takhasysyu yaitu membuat diri menjadi khusyu. Khusyu ini dapat
terjadi baik pada suara, badan maupun penglihatan. Tiga anggota itulah yang menjadi tanda
(simbol) kekhusyuan seseorang dalam shalat.
Khusyu menurut istilah syara adalah keadaan jiwa yang tenang dan tawadhu (rendah hati),
yang kemudian pengaruh khusyu dihati tadi akan menjadi tampak pada anggota tubuh yang
lainnya. Sedang menurut A. Syafii khusyu adalah menyengaja, ikhlas dan tunduk lahir dan
batin; dengan menyempurnakan keindahan bentuk/sikap lahirnya, serta memenuhinya dengan
kehadiran hati, kesadaran dan pengertian (pentarifan) segala ucapan bentuk/sikap lahir itu.
Jadi secara utuh yang dimaksudkan oleh penyusun dalam judul penelitian ini adalah mengatasi
persoalan-persoalan yang berhubungan dengan psikis sehari-hari seperti masalah rumah tangga,
perkawinan, lingkungan kerja, sampai masalah pribadi dengan membiasakan shalat yang
dilakukan dengan khusyu. Dengan kata lain dalam penelitian ini akan dibahas tema shalat
sebagai mediator untuk mengatasi segala permasalahan manusia sehari-hari yang berhubungan
dengan psikis, karena shalat merupakan kewajiban peribadatan (formal) yang paling penting
dalam sistem keagamaan Islam.
2. Qs Taha ; 14, Sesungguhnya Aku ini adalah Allah tidak ada Tuhan selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku .
Dasar hukum shalat bagi umat Islam, Allah berfirman: Maka apabila kamu telah
menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu
berbaring. Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang
orang yang beriman. Qs An Nisa ; 103.
Ketentuan waktu shalat bagi umat Islam adalah Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang
dan pada sebagian permulaan malam. .Qs Hud ; 114, serta dipertegas di firman yang lain
Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan subuh. Qs Al
Isra ; 78. Maka diperintahkan kepada umat Islam Peliharalah segala shalat (mu) dan
peliharalah shalat wusta ..Qs Al Baqarah ; 238 ; serta menunaikan shalat pada hari Jumat
Hai orang-orang yg beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari jumat, maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah .Qs Jumuah ; 9.
Kesimpulan : Hakikat shalat adalah mengingat / menyembah Allah (Tuhan Yang Maha Esa).
Allah telah menentukan cara shalat bagi tiap-tiap umat dan semua makluk ciptaan Nya. Shalat
adalah kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman. Waktu shalat bagi
umat Islam yaitu pada kedua tepi siang /sesudah matahari tergelincir (Lohor, Ashar) dan pada
permulaan malam / gelap malam (Magrib, Isya) serta Subuh. Allah hanya mensyariatkan dan
mewajibkan shalat lima waktu / syariat (Isya, Subuh, lohor, Ashar, Magrib) dan shalat Wusta /
hakikat serta shalat Jumat sebagai pengganti shalat Lohor. Adapun rukun shalat telah ditentukan
Allah di Qs An Nisa ; 43, Qs Al maidah ; 6, wudhu /tayamum sebelum shalat, Qs Al Isra ; 110,
menyeru Allah di waktu shalat dengan suara sedang, Qs An Nisa ; 101, menqasar shalat .
Tata cara serta bacaan dalam shalat adalah sesuai dengan ajaran (as sunnah) Nabi Muhammad.
Shalat sunnah, Allah berfirman Dan pada sebagian malam hari tahajudlah kamu sebagai
suatu ibadah tambahan bagimu.Qs Al Isra ; 79. Pada umumnya umat Islam mengartikan /
menafsirkan firman Allah tersebut dengan perintah shalat malam / shalat tahajud. Allah
menjelaskan ibadah tahajud di dalam Qs Al Muzzamil ; 2 8, yaitu perintah bangun pada
tengah malam untuk membaca Al Quran dan berzikir. Allah juga melarang umat Islam
menshalati jenazah, Allah berfirman Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan
seorang yang mati diantara mereka dan janganlah kamu berdiri berdoa di kuburnya.
Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul Nya dan mereka mati dalam keadaan
fasik. Qs At Taubah ; 84. Peringatan dan larangan menshalati jenazah tersebut sekaligus
menegaskan kepada umat Islam bahwa shalat itu hanyalah yang telah ditentukan oleh Allah
waktunya di dalam Al Quran. Allah sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya shalat
sunnah ataupun shalat-shalat lainnya, semua itu adalah bidah (mengada adakan) dan perbuatan
kekafiran, Allah berfirman : Allah sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya bahiirah,
saaibah, washiilah dan haam. Akan tetapi orang-orang kafir itu membuat-buat kedustaan
terhadap Allah dan kebanyakan mereka tidak mengerti. Apabila dikatakan kepada mereka:
Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul. Mereka menjawab:
Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya. Dan apakah
mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui apa-apa dan tidak mendapat petunjuk? Qs Al Maidah ; 103 ,104. Ibadah umat
Islam telah ditentukan / diatur Allah di dalam Al Quran. Dalam beribadah umat Islam dilarang
memilih-milih ayat mana yang disukai dan dilarang beribadah sekehendak hatinya, demikian
firman Allah di Qs Al Qalam ; 35 39.
Dimanapun sejarah di dunia ini selalu disesatkan oleh manusia demi kepentingan pribadi / politik
/ golongan. Nabi Muhammad adalah seorang hamba yang taat kepada Allah sangat tidak
mungkin beliau mengada-adakan perkataan / amalan ibadah selain yang telah di tetapkan Allah
di dalam Al Quran, sesuai janji Allah Seandainya dia mengada-adakan sebagian perkataan
atas Kami,. niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian
benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari
kamu yang dapat menghalangi Kami . Qs Al Haqqah ; 44 47. Allah memerintahkan kepada
umat Islam untuk beriman dengan ajaran (as sunaah) Nabi Muhammad yaitu tata cara dalam
melaksanakan shalat, zakat, puasa dan haji; jika terjadi perbedaan dalam melaksanakan ajaran
Nabi Muhammad hal itu tidak menjadi suatu permasalahan / dosa. Perbedaan itu pada umumnya
adalah dalam hal bacaan. Dan Allah memerintahkan untuk beriman (yakin & percaya) kepada Al
Quran, menjadikan Al Quran sebagai petunjuk dan taat dengan ayat-ayat di dalamnya, inilah
maksud dari firman Allah Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan
berimanlah kepada Rasul Nya niscaya Allah memberikan rahmat Nya kepadamu .Qs Al
Hadid ; 28. Itu karena Allah lah yang menjaga kebenaran dan kemurnian Al Quran, Allah
berfirman: Sesungguhnya Kami lah yang menurunkan Al Quran dan sesungguhnya Kami
benar- benar memeliharanya .Qs Al Hijr ; 9.
Peringatan Allah bagi umat Islam yang beriman, Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu
sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat
Nya. Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang- orang di muka bumi ini niscaya
mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka itu tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaannya belaka dan tidak lain hanyalah berdusta. Qs Al Anam ;115, 116
BAB III
A. KESIMPULAN
1. Thaharah adalah bersih dari kotoran atau mensucikan diri
2. Shalat adalah ibadah yang terdiri atas beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbir yang diakhiri dengan salam
B. PENUTUP
Agama Islam sangat memperhatikan masalah thararah karena dalam ilmu fiqih poin pertama
yang dijumpai adalah masalah thaharah. Shalat, adalah tiang agama karena tanpa shalat berarti
kita sama saja meruntuhkan agama. Ibarat rumah, kalau tidak ada tiangnya tentu akan runtuh.