Makalah Kelompok 3
Makalah Kelompok 3
OLEH :
KELOMPOK 3:
1. ATIKAH 15076023
2. NUSULUL HUDA 15067033
3. THESA FEBRIANI 15075062
4. THOMAS 14065012
Pendidikan pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya mengemban tugas utama
untuk menemukan, pengembangan, menjelaskan, menyampaikan nilai-nilai kebenaran. Semua
orang yang berhasrat untuk mencintai kebenaran, bertindak sesuai dengan kebenaran. Kebenaran
adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi
rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu
berusaha memeluk suatu kebenaran.
Kebenaran sebagai ruang lingkup dan obyek pikir manusia sudah lama menjadi penyelidikan
manusia. Manusia sepanjang sejarah kebudayaannya menyelidiki secara terus menerus apakah
hakekat kebenaran itu?
Jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk
melaksanakan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenaran, tanpa
melaksanakan kebenaran tersebut manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik
spikologis. Menurut para ahli filsafat itu bertingkat-tingkat bahkan tingkat-tingkat tersebut
bersifat hirarkhis. Kebenaran yang satu di bawah kebenaran yang lain tingkatan kualitasnya ada
kebenaran relatif, ada kebenaran mutlak (absolut). Ada kebenaran alami dan ada pula kebenaran
illahi, ada kebenaran khusus individual, ada pula kebenaran umum universal.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebenaran
Secara bahasa kata kebenaran itu bisa dikategorikan sebagai suatu kata benda yang konkret
maupun abstrak (abbas hamami, 1983). Secara bahasa arti dari kata kebenaran adalah proposisi
yang benar . Proposisi sendiri berarti makna yang dikandung dalam suatu pernyataan (statement).
Apabila subjek menyatakan kebenaran bahwa proposisi yang diuji itu pasti memiliki kualitas
sifat atau karakteristik hubungan dan nilai. Hal yang demikian itu karena kebenaran tidak dapat
begitu saja terlepas dari kualitas, sifat, hubungan dan nila itu sendiri.
Menurut Purwadarminta kebenaran mengandung beberapa arti, yakni
1. Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal atau keadaan yang
sesungguhnya); misal, kebenaran ini masih saya sangsikan; kita harus berani membela
kebenaran dan keadilan.
2. Sesuatu yang benar (sungguh-sungghu ada, betul-betul demikian halnya dan sebagainya);
misal kebenaran-kebenaran yang diajarkan oleh agama.
3. Kejujuran; kelurusan hati; misal tidak ada seorangpun sangsi akan kebaikan dan
kebenaran hatimu.
4. Selalu izin; perkenanan; misal, dengan kebenaran yang dipertuan.
5. Jalan kebetulan; misal, penjahat itu dapat dibekuk dengan secara kebenaran saja.
Kebenaran itu sendiri dapat diperoleh melalui pengetahuan indrawi, pengetahuan akal budi,
pengetahuan intuitif, dan pengetahuan kepercayaan atau pengetahuan otoritatif. Apa yang disebut benar
oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain. Oleh karena itu diperlukan suatu ukuran atau kriteria
kebenaran.
Kriteria kebenaran tersebut dapat diperoleh dengan cara melalui berpikir. Karena berpikirlah yang
dapat dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan.
1. Tingkatan kebanaran
Dalam kehidupan manusia, kebenaran adalah fungsi rohaniah. Manusia di dalam
kepribadian dan kesadarannya tidak mungkin hidup tanpa kebenaran. Berdasarkan potensi
subjek, maka macam-macam tingkatan kebenaran sebagai berikut :
a. Tingkatan kebenaran indera adalah tingkatan yang paling sederhana dan pertama yang
dialami manusia.
b. Tingkatan ilmiah merupakan pengalaman-pengalaman yang didasarkan melalui indera,
diolah dengan rasio.
c. Tingkatan filosofi, rasio dan pikiran murni, serta renungan yang mendalam untuk
mengolah suatu kebenaran agar semakin tinggi nilainya.
d. Tingkatan religius merupakan kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa dan
dihayati oleh kepribadian dengan integritas iman dan kepercayaan masing-masing.
Keempat tingkat kebenarna ini berbeda-beda wujud, sifat dan kualitasnya bahkan juga proses
dan cara terjadinya, disamping potensi subyek yang menyadarinya. Potensi subyek yang
dimaksud disini ialah aspek kepribadian yang menangkap kebenarna itu. Misalnya pada tingkat
kebenaran indera, potensi subyek yang menangkapnya ialah panca indra.
Kebenaran itu ialah fungsi kejiwaan, fungsi rohaniah. Manusia selalu mencari kebanran itu,
membina dan menyempurnakannya sejalan dengan kematangan kepribadiannya.
Ukuran Kebenarannya :
a. Berfikir merupakan suatu aktifitas manusia untuk menemukan kebenaran
b. Apa yang disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain
c. Oleh karena itu diperlukan suatu ukuran atau kriteria kebenaran
2. Jenis-jenis kebenaran:
a. Kebenaran Epistemologi (berkaitan dengan pengetahuan)
b. Kebenaran Ontologiis (berkaitan dengan sesuatu yang ada / diadakan)
c. Kebenaran Semantis (berkaitan dengan bahasa dan tutur kata)
3. Sifat kebenaran
Kebenaran mempunyai sifat-sifat tertentu apabila dilihat dari segi kualitas
pengetahuannya. Secara kualitas ada empat macam pengetahuan yaitu:
a. Pengetahuan biasa, pengetahuan ini mempunyai sifat subjektif. Artinya amat terikat pada
subjek yang mengenal.
b. Pengetahuan ilmiah, pengetahuan ini bersifat relatif. Artinya kandungan kebenaran dari
jenis pengetahuan ilmiah selalu mendapatkan revisi yaitu selalu diperkaya oleh hasil
penemuan yang paling mutakhir.
c. Pengetahan filsafat, yaitu jenis pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi
pemikiran filsafat, yang sifatnya mendasa dan menyekuruh dengan model pemikiran yang
analitis, kritis, dan spekulatif. Kebenaran ini bersifat absolut-intersubjektif.
d. Pengetahuan agama. Pengetahuan agama mempunyai sifat dogmatis, artinya pernyataan
dalam suatu agama selalu dihampiri oleh keyakinan.
5. Kebenaran Proporsi
Menurut Aristoteles, proposisi (pernyataan) dikatakan benar apabila sesuai dengan
persyaratan formal suatu proposisi. Menurut teori ini, suatu pernyataan disebut benar apabila
sesuai dengan persyaratan materilnya suatu proposisi, bukan pada syarat formal proposisi.
Kebenaran ini akan sangat tergantung pada situasi dan kondisi yang melatarinya,
pengalaman, kemampuan, dan usia mempengarauhi kepemilikan epistimo tentang
kebenaran.
Proposisi adalah kalimat deklaratif yang bernilai benar (true) atau salah (false), tetapi
tidak dapat sekaligus keduanya. Kebenaran atau kesalahan dari sebuah kalimat disebut nilai
kebenarannya (truth value). Contoh berikut ini dapat mengilustrasikan kalimat yang
merupakan kebenaran proposisi: 6 adalah bilangan genap, Soekarno adalah Presiden
Indonesia yang pertama, 2 + 2 = 4. Sementara contoh berikut adalah contah yang salah: ibu
kota Jawa Tengah adalah Pekalongan, seharusnya ibu kota Jawa Tengah adalah Semarang.
6. Kebenaran Religius
Menurut teori ini Kebenaran adalah kesan subjek tentang suatu realita, dan perbandingan
antara kesan dengan realita objek. Jika keduanya ada persesuaian, persamaan maka itu
benar. Kebenaran tak cukup hanya diukur dengan rasion dan kemauan individu. Kebenaran
bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara
antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
Penalaran dalam mencapai ilmu pengetahuan yang benar dengan setelah melakukan
penyelidikan, pengalaman, dan percobaan sebagi trial and error. Sedangkan manusia
mencari dan menentukan kebenaran sesuatu dalam agama dengan jalan mempertanyakan
atau mencari jawaban tentang berbagai masalah asasi dari atau kepada kitab suci.
Nilai kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan itu adalah objektif namun bersifat
superrasional dan superindividual. Bahkan bagi kaum religius kebenarn aillahi ini adalah
kebenarna tertinggi, dimnaa semua kebanaran (kebenaran inderan, kebenaran ilmiah,
kebenaran filosofis) taraf dan nilainya berada di bawah kebanaran ini :
Dalam teori kebanran agama digunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Sebagai
makluk pencari kebeanran, manusia dan mencari dan menemukan kebenaran melalui agama.
Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau
wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat
memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran.
A. Kesimpulan
Proses pencarian kebenaran adalah suatu kegiatan yang sangat mulia. Melalui sifat kebenaran yang
fleksibilitas, menjadikan seseorang akan terus haus ilmu pengetahuan sehingga paradigma keilmuan akan
semakin berkembang.
Kebenaran dapat dikatakan benar jika terbukti dan dipercayai bahwa sesuatu itu benar. Akan tetapi,
kebenaran yang kita sebut ilmu pengetahuan bukanlah kebenaran yang hakiki. Kebenaran tersebut suatu
saat akan berganti dengan kebenaran lain yang lebih benar. Tapi, jika kita menggali sesuatu sedalam-
dalamnya, kita akan mengetahui bahwa ilmu pengetahuan adalah kebenaran yang relatif. Dan akhirnya
kita akan menemukan kebenaran yang mutlak yang berada di luar jangkauan kita. yakni kebenaran yang
bersumber dari wahyu.
DAFTAR PUSTAKA
Ulum, Miftakhul. 2015. Hakikat dan Teori Kebenaran dalam Filsafat Pendidikan Islam. (Online)
http://chantryintelex.blogspot.co.id/2015/01/hakikat-dan-teori-kebenaran-dalam.html
https://van88.wordpress.com/teori-teori-kebenaran-filsafat/
https://spi2010b.wordpress.com/2012/11/11/konsep-kebenaran-dalam-filsafat/
Syam, Muhammad Noor. 1988. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional
Bertens, K. 1976. Ringkasan Sejarah Filsafat. Jakarta: Yayasan Krisius
Sumantri Surya. 1994. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan