PANE
NIM : M1B114010
KELOMPOK/SHIFT : 2/1
TIN PLATING
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, tentu sering menggunakan besi. Besi adalah
logam yang berasal dari bijih besi (tambang). Besi banyak digunakan karena memang
mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi, pengolahannya juga
relatif mudah dan murah, selain itu persediaan besi dikulit bumi cukup besar. Alat atau
bangunan yang berbahan besi sangat mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
misalkan saja digunakan untuk perkakas dapur, mesin, jembatan, pagar, railing, pipa besi,
tiang telepon, dan masih banyak lagi. Namun sayangnya, besi memiliki kelemahan, yaitu
mudah mengalami korosi. Dengan korosi maka bisa mengurangi umur pakai barang atau
bangunan yang menggunakan besi atau baja. Alat atau bangunan yang berbahan besi
sangat mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, misalkan saja digunakan untuk
perkakas dapur, mesin, jembatan, pagar, railing, pipa besi, tiang telepon, dan masih banyak
lagi. Namun sayangnya, besi memiliki kelemahan, yaitu mudah mengalami korosi. Dengan
korosi maka bisa mengurangi umur pakai barang atau bangunan yang menggunakan besi
atau baja
Korosi pada logam menimbulkan kerugian tidak sedikit. Hasil riset yang berlangsung
tahun 2002 di Amerika Serikat memperkirakan, kerugian akibat korosi yang menyerang
permesinan industri, infrastruktur, sampai perangkat transportasi di negara adidaya itu
mencapai 276 miliar dollar AS. Ini berarti 3,1 persen dari Gross Domestic Product (GDP)-
nya. Sebenarnya, negara-negara di kawasan tropis seperti Indonesia paling banyak
menderita kerugian akibat korosi ini. Tetapi, tidak ada data yang jelas di negara-negara
tersebut tentang jumlah kerugian setiap tahunnya.
Korosi adalah teroksidasinya suatu logam. Korosi adalah kerusakan atau degradasi
logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai
serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia
dengan lingkungan. Secara umum korosi dapat digolongkan berdasarkan rupanya,
keseragamannya atau keserbanekaanya, baik secara mikroskopis maupun makroskopis.
Korosi bisa disebut sebagai kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan
lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak
logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada
definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam
dari bijih mineralnya. Dalam kehidupan sehari - hari, besi yang teroksidasi disebut dengan
karat dengan rumus Fe2O3xH2O. Proses perkaratan termasuk proses elektrokimia, di mana
logam Fe yang teroksidasi bertindak sebagai anode dan oksigen yang terlarut dalam air
yang ada pada permukaan besi bertindak sebagai katode.
Reaksi perkaratan:
Anode : Fe Fe2+ + 2 e
Katode : O2 + 2H2O 4e + 4 OH
Fe2+ yang dihasilkan, berangsur-angsur akan dioksidasi membentuk Fe 3+. Sedangkan
OH akan bergabung dengan elektrolit yang ada di alam atau dengan ion H+ dari terlarutnya
oksida asam (SO2, NO2) dari hasil perubahan dengan air hujan. Dari hasil reaksi di atas
akan dihasilkan karat dengan rumus senyawa Fe2O3xH2O. Karat ini bersifat katalis untuk
proses perkaratan berikutnya yang disebut autokatalis.
Elemen korosi terdiri atas anoda dan katoda yang dihubungkan dengan cairan
penghantar. Dalam praktik, anoda dan katoda dapat terbentuk dari:
a. Logam yang berbeda-beda, misalnya dari baja yang membentuk anoda dan
lapisan timah sebagai katoda.
b. Bagian struktur yang berbeda, misalnya pada pelat baja yang berlapiskan kulit
pengerolan, bahan dasar membentuk anoda dan lapisan oksidanya menjadi
katoda.
c. Daerah tegangan dan daerah perubahan bentuk yang berbeda-beda di dalam bahan,
misalnya pada pelat vang ditekuk, daerah yang mengalami perubahan bentuk yang
kuat menjadi anoda, dan daerah yang tidak dibentuk menjadi katoda.
d. Logam dan bukan logam (karbon, debu, belerang), dalam hal ini kerap kali logamnya
membentuk daerah anoda.
Seperti yang terjadi pada kaleng minuman di bawah ini, dari gambar tersebut di
bawah dapat diidentifikasikan korosi yang terjadi pada kaleng tersebut adalah :
Kelebihan dari Tin Plate adalah mengkilap, kuat, tahan karat dan dapat disolder. Tetapi
kekurangannya adalah terjadi penyimpangan warna permukaan tin plate karena bereaksi
dengan makanan yang mengandung sulfur, yang disebut dengan sulphur
staining/feathering (terbentuknya noda sulfur pada permukaan tin plate). Kekurangan ini
dapat diatasi dengan proses lacquering dan pasivitasi yaitu melapisi tin plate dengan
lapisan krom setebal 1-2 mg/m2. Proses lacquering dan pasivitasi dapat memperpanjang
daya simpan tin plate dan mencegah terjadinya sulphur staining. Masalah dalam
penggunaan kemasan plast timah (tin plate) sebagai bahan kemasan pangan adalah
terjadinya migrasi (perpindahan) logam berat yaitu Pb dan Sn dari kaleng ke makanan
yang dikemas. Batas maksimum Sn yang diperbolehkan dalam bahan pangan adalah 200
mg/kg makanan. Untuk mencegah terjadinya kontak langsung antara kaleng pengemas
dengan bahan pangan yang dikemas, maka kaleng plat timah harus diberi pelapis yang
disebut dengan enamel. Interaksi antara bahan pangan dengan kemasan ini dapat
menimbulkan korosi yang menghasilkan warna serta flavor yang tidak diinginkan,
misalnya:
1. Terbentuknya warna hitam yang disebabkan oleh reaksi antara besi atau timah dengan
sulfida pada makanan berasam rendah (berprotein tinggi).
2. Pemucatan pigmen merah dari sayuran/buah-buahan seperti bit atau anggur karena
reaksi dengan baja, timah atau aluminium.