Anda di halaman 1dari 9

NAMA : FIERDA ANJELINA

PANE
NIM : M1B114010
KELOMPOK/SHIFT : 2/1

TIN PLATING
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, tentu sering menggunakan besi. Besi adalah
logam yang berasal dari bijih besi (tambang). Besi banyak digunakan karena memang
mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi, pengolahannya juga
relatif mudah dan murah, selain itu persediaan besi dikulit bumi cukup besar. Alat atau
bangunan yang berbahan besi sangat mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
misalkan saja digunakan untuk perkakas dapur, mesin, jembatan, pagar, railing, pipa besi,
tiang telepon, dan masih banyak lagi. Namun sayangnya, besi memiliki kelemahan, yaitu
mudah mengalami korosi. Dengan korosi maka bisa mengurangi umur pakai barang atau
bangunan yang menggunakan besi atau baja. Alat atau bangunan yang berbahan besi
sangat mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, misalkan saja digunakan untuk
perkakas dapur, mesin, jembatan, pagar, railing, pipa besi, tiang telepon, dan masih banyak
lagi. Namun sayangnya, besi memiliki kelemahan, yaitu mudah mengalami korosi. Dengan
korosi maka bisa mengurangi umur pakai barang atau bangunan yang menggunakan besi
atau baja
Korosi pada logam menimbulkan kerugian tidak sedikit. Hasil riset yang berlangsung
tahun 2002 di Amerika Serikat memperkirakan, kerugian akibat korosi yang menyerang
permesinan industri, infrastruktur, sampai perangkat transportasi di negara adidaya itu
mencapai 276 miliar dollar AS. Ini berarti 3,1 persen dari Gross Domestic Product (GDP)-
nya. Sebenarnya, negara-negara di kawasan tropis seperti Indonesia paling banyak
menderita kerugian akibat korosi ini. Tetapi, tidak ada data yang jelas di negara-negara
tersebut tentang jumlah kerugian setiap tahunnya.
Korosi adalah teroksidasinya suatu logam. Korosi adalah kerusakan atau degradasi
logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai
serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia
dengan lingkungan. Secara umum korosi dapat digolongkan berdasarkan rupanya,
keseragamannya atau keserbanekaanya, baik secara mikroskopis maupun makroskopis.
Korosi bisa disebut sebagai kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan
lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak
logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada
definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam
dari bijih mineralnya. Dalam kehidupan sehari - hari, besi yang teroksidasi disebut dengan
karat dengan rumus Fe2O3xH2O. Proses perkaratan termasuk proses elektrokimia, di mana
logam Fe yang teroksidasi bertindak sebagai anode dan oksigen yang terlarut dalam air
yang ada pada permukaan besi bertindak sebagai katode.
Reaksi perkaratan:
Anode : Fe Fe2+ + 2 e
Katode : O2 + 2H2O 4e + 4 OH
Fe2+ yang dihasilkan, berangsur-angsur akan dioksidasi membentuk Fe 3+. Sedangkan
OH akan bergabung dengan elektrolit yang ada di alam atau dengan ion H+ dari terlarutnya
oksida asam (SO2, NO2) dari hasil perubahan dengan air hujan. Dari hasil reaksi di atas
akan dihasilkan karat dengan rumus senyawa Fe2O3xH2O. Karat ini bersifat katalis untuk
proses perkaratan berikutnya yang disebut autokatalis.
Elemen korosi terdiri atas anoda dan katoda yang dihubungkan dengan cairan
penghantar. Dalam praktik, anoda dan katoda dapat terbentuk dari:
a. Logam yang berbeda-beda, misalnya dari baja yang membentuk anoda dan
lapisan timah sebagai katoda.
b. Bagian struktur yang berbeda, misalnya pada pelat baja yang berlapiskan kulit
pengerolan, bahan dasar membentuk anoda dan lapisan oksidanya menjadi
katoda.
c. Daerah tegangan dan daerah perubahan bentuk yang berbeda-beda di dalam bahan,
misalnya pada pelat vang ditekuk, daerah yang mengalami perubahan bentuk yang
kuat menjadi anoda, dan daerah yang tidak dibentuk menjadi katoda.
d. Logam dan bukan logam (karbon, debu, belerang), dalam hal ini kerap kali logamnya
membentuk daerah anoda.
Seperti yang terjadi pada kaleng minuman di bawah ini, dari gambar tersebut di
bawah dapat diidentifikasikan korosi yang terjadi pada kaleng tersebut adalah :

Gambar : Korosi pada kaleng minuman (Sudarmo, Unggul. 2006)


1. Korosi merata
Korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan logam, oleh karena itu
pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi pengurangan dimensi yang
relative besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat korosi merata berupa
kehilangan material konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat
produk korosi dalam bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan
kerugian tidak langsung, antara lain berupa penurunan kapasitas dan peningkatan biaya
perawatan (preventive maintenance).
2. Korosi erosi.
Gerakan air laut, seperti juga fluida lainnya dapat menimbulkan aksi mekanis
misalnya erosi (pengikisan), dengan korosi yang di timbulkannya tetap elektrokimia
sifatnya. Immpingement attack dan cavitation adalah bentuk extrem dari tipe korosi ini.
Korosi erosi cenderung mengarah pada penghilangan lapis protektif dari permukaan metal
oleh aksi partikel abrasive yang ada di dalam air. Umumnya laju serangan korosi
membesar dengan membesarnya kecepatan. Ada lagi bentuk erosi atau mekanisme lain,
misalnya korosi lembaran baja yang terpancang di pantai, dipengaruhi oleh aksi abrasive
dari pasir, dibantu oleh aksi pasang/surut atau angin. Pada kasus ini lapis protektif di
hilangkan. Korosi erosi dapat dibedakan pada 3 kondisi, yaitu :
1. Kondisi aliran laminar.
2. Kondisi aliran turbulensi.
3. Kondisi peronggaan.
Korosi erosi disebabkan oleh beberapa factor, yaitu :
1. Perubahan drastis pada diameter lubang bor atau arah pipa.
2. Penyekat pada sambungan yang buruk pemasangannya.
3. Adanya celah yang memungkinkan fluida mengalir di luar aliran utama.
4. Adanya produk korosi atau endapan lain yang dapat mengganggu aliran laminer
3. Korosi Atmosfer Korosi ini terjadi akibat proses elektrokimia antara dua bagian benda
padat khusunya metal besi yang berbeda potensial dan langsung berhubungan dengan
udara terbuka.
Faktor-faktor yang menentukan tingkat karat atmosfer, yaitu :
a. Jumlah zat pencemar di udara (debu, gas), butir-butir arang, oksida metal, H 2SO4,
NaCl, (NH4)2SO4.
b. Suhu
c. Kelembaban kritis
d. Arah dan kecepatan angina
e. Radiasi matahari
f. Jumlah curah hujan

Proses Korosi pada Logam


Proses perkaratan (korosi) adalah reaksi elektro kimia (redoks). Pada permukaan besi (Fe)
bisa terbentuk bagian anoda dan katoda yang disebabkan oleh dua hal:
1. Perbedaan konsentrasi oksigen terlarut pada permukaan besi. Tetesan air pada
permukaan besi mengandung perbedaan konsentrasi oksigen terlarut. Pada bagian
pinggir mengandung lebih oksigen terlarut, sehingga di bagian ini bertindak sebagai
katoda (reaksi reduksi). Pada bagian tengah tetesan oksigen terlarut relatif sedikit
sehingga bagian ini bertindak sebagai anoda (reaksi oksidasi).
FeFe2++2e-
Ion Fe2+ bergerak ke katoda dan teroksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+ / besi (III)dalam
senyawa besi (III) oksida terhidrat. Dengan adanya garam (oksida asam) atau zat
elektrolit akan mempercepat reaksi perkaratan.
2. Tercampur besi oleh karbon atau logam lain yang mempunyai E 0 red lebih besar dari
besi. Karena E0 red besi lebih kecil dari logam tersebut, maka besi akan teroksidasi
(anoda), hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi atau menghasilkan karatan besi.
Secara keseluruhan perkaratan besi adalah sebagai berikut : Bila besi bersentuhan
dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni oksida-kosida berikut akan terjadi :
Fe+O2+2H+Fe2++H2O
Reaksi setengah redoksnya :
Katodik : O2 + 2H+ + 2e- H2O = + 1,23 volt
Anodik : Fe Fe2+ + 2e- = + 0,44 volt
Fe + O2 + 2H+ Fe2+ + H2O
Reaksi di atas berlangsung spontan. Besi (II) itu seterusnya dioksidasi oleh oksigen
membentuk karat besi atau oksida besi (III) terhidrasi. Reaksinya :
Katodik : O2 + 2H+ + 2e- H2O = + 1,23 volt
Anodik : 2Fe2+ 2Fe3+ + 2e = - 0,77 volt
2 Fe2+ + O2 + 2H+ 2Fe3+ + H2O = + 0,46 volt
Reaksi tersebut merupakan reaksi spontan, selanjutnya :
2 Fe3+ + ( x+3) H2O Fe2O3.x H2O + 6 H+
Fe2O3.x H2O inilah yang disebut sebagai karat besi dan ion H+ yang dihasilkan dapat
mempercepat reaksi korosi selanjutnya. Ion Fe di alam akan teroksidasi lagi
membentuk Fe2+ atau Fe3+. Sedangkan ion OH akan bereaksi dengan elektrolit yang
ada di lingkungan biasanya dengan ion H+ dari reaksi air hujan dan dengan gas-gas
pencemar (SOx, NOx) yang di kenal dengan hujan asam. Selanjutnya oleh oksigen di
udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil reaksi akhir terbentuk Fe 2O3.x(H2O). Zat
ini dapat bertindak sebagai autokatalis pada proses perkaratan, yaitu karat yang dapat
mempercepat proses perkaratan berikutnya.
Pada umumnya logam-logam yang mempunyai potensial elektroda negatif lebih
mudah mengalami korosi. Logam mulia, logam yang mempunyai potensial elektroda
positif, sukar mengalami korosi. Kedudukan logam dalam deret potensial bukan satu-
satunya faktor yang menyebabkan korosi. Faktor lain yang turut juga menentukan ialah
lapisan pada permukaan logam. Alumunium dan seng mudah dioksidasi dalam udara, akan
tetapi lapisan tipis dari oksida yang terbentuk pada permukaan melindungi bagian
bawahnya terhadap korosi selanjutnya.Kedua logam ini, alumunium dan seng mengalami
oksidasi yang kurang sempurna di udara jika dibandingkan dengan besi yang kurang aktif.
Karat yang terbentuk di permukaan besi merupakan lapisan tipis yang berpori sehingga
bagian bawahnya mudah mengalami korosi.

Pencegahan terhadap korosi


Korosi sering terjadi di area produksi pabrik yang 99% alat dan materialnya terdiri
dari logam dan besi. Sekitar tiga persen dari logam-logam yang diperoleh setiap tahun,
hilang kembali karena kerusakan korosi. Dalam pada itu timbul kerugian langsung karena
rusaknya komponen-komponen dan kerugian tak langsung karena tidak berfungsinya
instalasi produksi. Tugas perlindungan terhadap korosi adalah untuk menjaga agar
kerusakan sekecil mungkin.
Upaya perlindungan terhadap korosi yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa
korosi tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan cat, oli,
logam lain yang tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti seg dan krom).
Penggunaan logam lain yang kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada
kaleng bertujuan agar kaleng cepat hancur di tanah.
b. Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)
Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan
membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di sini, besi berfungsi hanya
sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai anoda, dan
mengalami reaksi oksidasi. Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam
lain (sebagai anoda, dikorbankan). Besi akan aman terlindungi selama logam
pelindungnya masih ada / belum habis. Untuk perlindungan katoda pada sistem
jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam magnesium, Mg. Logam ini secara
berkala harus dikontrol dan diganti.
c. Pengecatan.
Jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak dengan udara
dan air. Cat yang mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena
keduanya melindungi besi terhadap korosi.
d. Pelumuran dengan Oli atau Gemuk.
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah
kontak dengan air.
e. Tin Plating (pelapisan dengan timah).
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan
dilakukan secara elektrolisis, yang disebut tin plating. Timah tergolong logam yang
tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh
(tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah
justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi
besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah
akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode.
f. Galvanisasi (pelapisan dengan Zink).
Pipa besi, tiang telepon dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan
timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal ini
terjadi karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode. Oleh karena
potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink
akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian besi
terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi (berkarat). Badan mobil-mobil baru
pada umumnya telah digalvanisasi, sehingga tahan karat.
g. Cromium Plating (pelapisan dengan kromium).
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan
pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga
dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi
perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.
h. Sacrificial Protection (pengorbanan anode).
Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada
besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan
berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang
ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus
diganti.
Pelapisan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan performa dari suatu
material. Selain untuk meningkatkan sifat suatu material, proses pelapisan logam
biasanya bertujuan untuk mencegah terjadinya korosi dan juga untuk memperindah
penampilan dari suatu logam. Banyak metode didalam proses pelapisan logam antara lain:
electroplating, electroless plating, hot dipping, physical vapor deposition (PVD), chemical
vapor deposition (CVD) dan masih banyak cara yang lain. Tinning merupakan salah satu
metode pelapisan logam dimana sebagai logam pelapis adalah Sn (timah putih). Proses ini
sering disebut juga Tin Plating.
Tin plating adalah salah satu aplikasi dari upaya perlindungan logam terhadap korosi.
Tin Plating adalah proses melapisi permukaan sebuah logam dengan menggunakan timah
cair. Karena sifatnya yang tahan terhadap korosi oleh udara, asam, basa, dan air, maka akan
membuat logam yang dilapisinya lebih awet. Contoh nyata dari tin plating adalah pada
kaleng makanan dan minuman seperti kaleng susu. Kaleng makanan atau minuman
biasanya dibuat dari besi atau baja yang dilapisi dengan timah. Akan tetapi karena
harganya lebih mahal, kaleng makanan sekarang kebanyakan dibuat dari logam alumunium
yang harganya lebih murah. Proses tin plating bisa menggunakan dua cara :
1. Dengan mencelupkan logam ke dalam timah cair kemudian diangkat dan dikeringkan.
2. Dengan menggunakan elektroplating dengan memanfaatkan reaksi redoks.
Timah tidak begitu melimpah di alam. Ia hanya unsur ke-49 yang paling banyak
keberadaannya di kerak bumi. Diperkirakan bahwa kerak bumi mengandung 1 sampai 2
bagian timah dari 1 juta bagian. Sumber timah di alam yang paling umum adalah kasiterit
(SnO) yang merupakan bentuk oksida timah. Kasiterit telah lama di tambang oleh
penduduk bumi sebagai sumber utama timah. Indonesia termasuk produsen utama
penghasil timah setelah Tiongkok bersama dengan Peru dan Brasil setelahnya.

Tujuan Tin Plating


Secara umum tujuan dari tin plating (Sn plating) adalah:
1. Meningkatkan ketahanan korosi suatu material.
2. Memperindah penampilan material (dekoratif).
3. Meningkatkan sifat material.
4. Memperbaiki kehalusan permukaan material.

Aplikasi Tin Plate


Pembuatan pembungkus mmakanan atau kaleng makanan.
Plat timah (tin plate) adalah bahan yang digunakan untuk membuat kemasan kaleng,
terdiri dari lembaran baja dengan pelapis timah. Plat timah ini berupa lembaran atau
gulungan baja berkarbon rendah dengan ketebalan 0.15-0.5 mm dan kandungan timah
putih berkisar antara 1.0-1.25% dari berat kaleng. Digunakan untuk produk yang
mengalami sterilisasi.

Pembuatan Tin Plate


Wadah kaleng pada awalnya terbuat dari plat timah (tin plate) yang terdiri dari :lembaran
dasar baja dilapisi timah putih (Sn) dengan cara pencelupan dalam timah cair panas (hot
dipping) atau dengan elektrolisa. Pelapisan kaleng dengan cara hot dipped merupakan
cara yang lama dimana lembaran baja dicelupkan ke dalam cairan timah panas, sehingga
diperoleh lapisan timah yang terlalu tebal dan tidak menarik. Pelapisan dengan cara
elektrolisa adalah cara yang lebih moderen yaitu pelapisan dengan menggunakan listrik
galvanis sehingga dihasilkan lapisan timah yang lebih tipis dan rata. Pembuatan kaleng
plat timah secara tradisional dilakukan dengan memukul besi hingga gepeng dan tipis
kemudian direndam dalam larutan asam hasil fermentasi, sehingga prosesnya disebut
dengan pickling. Pada pembuatan kaleng plat timah secara mekanis , pengasaman
dilakukan dengan menggunakan asam sulfat, sedangkan proses pelembaran dengan
menggunakan tekanan tinggi. Lembaran plat timah ini dapat dibuat menjadi kaleng yang
berbentuk hollow (berlubang), atau flat can yaitu kaleng yang digepengkan baru
kemudian dibentuk kembali. Plat timah atau tin plate adalah lembaran atau gulungan baja
berkarbon rendah dengan ketebalan 0.15 0.5 mm. Kandungan timah putih pada kaleng
plat timah berkisar antara 1.0-1,25% dari berat kaleng. Kandungan timah putih ini
bisanya dinyatakan dengan TP yang diikuti dengan angka yang menunjukkan banyaknya
timah putih, misalnya pada TP25 mengandung timah putih sebanyak 2.8 g/m2, TP50 =
5.6 g/m2, TP75 = 8.4 g/m2 dan TP100 =11.2 g/m2. Kaleng bebas timah (tin-free-steel =
TFS) adalah lembaran baja yang tidak dilapisi timah putih. Jenis TFS yang paling banyak
digunakan untuk pengalengan makanan adalah jenis Tin Free Steel Chrome Type (TFS-
CT), yaitu lembaran baja yang dilapisi kromium secara elektris, sehingga terbentuk
khromium oksida di seluruh permukaannya. Jenis ini memiliki beberapa keunggulan,
yaitu harganya murah karena tidak menggunakan timah putih, dan daya adhesinya
terhadap bahan organik baik. Tetapi kelemahannya peluang untuk berkarat lebih
tinggi, sehingga harus diberi lapisan pada kedua belah permukaannya (permukaan dalam
dan luar). Kemasan plat timah mempunyai daya tahan terhadap karat yang rendah, tetapi
daya tahannya terhadap reaksi- reaksi dengan bahan pangan yang dikemasnya lebih
lambat dibanding baja. Kaleng dengan lapisan timah yang tebal digunakan untuk
mengalengkan bahan makanan yang mempunyai daya korosif lebih tinggi.

Kelebihan dari Tin Plate adalah mengkilap, kuat, tahan karat dan dapat disolder. Tetapi
kekurangannya adalah terjadi penyimpangan warna permukaan tin plate karena bereaksi
dengan makanan yang mengandung sulfur, yang disebut dengan sulphur
staining/feathering (terbentuknya noda sulfur pada permukaan tin plate). Kekurangan ini
dapat diatasi dengan proses lacquering dan pasivitasi yaitu melapisi tin plate dengan
lapisan krom setebal 1-2 mg/m2. Proses lacquering dan pasivitasi dapat memperpanjang
daya simpan tin plate dan mencegah terjadinya sulphur staining. Masalah dalam
penggunaan kemasan plast timah (tin plate) sebagai bahan kemasan pangan adalah
terjadinya migrasi (perpindahan) logam berat yaitu Pb dan Sn dari kaleng ke makanan
yang dikemas. Batas maksimum Sn yang diperbolehkan dalam bahan pangan adalah 200
mg/kg makanan. Untuk mencegah terjadinya kontak langsung antara kaleng pengemas
dengan bahan pangan yang dikemas, maka kaleng plat timah harus diberi pelapis yang
disebut dengan enamel. Interaksi antara bahan pangan dengan kemasan ini dapat
menimbulkan korosi yang menghasilkan warna serta flavor yang tidak diinginkan,
misalnya:
1. Terbentuknya warna hitam yang disebabkan oleh reaksi antara besi atau timah dengan
sulfida pada makanan berasam rendah (berprotein tinggi).
2. Pemucatan pigmen merah dari sayuran/buah-buahan seperti bit atau anggur karena
reaksi dengan baja, timah atau aluminium.

Anda mungkin juga menyukai

  • Excel Test To Candidate
    Excel Test To Candidate
    Dokumen1 halaman
    Excel Test To Candidate
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Survey Kepuasan Masyarakat Juni
    Survey Kepuasan Masyarakat Juni
    Dokumen4 halaman
    Survey Kepuasan Masyarakat Juni
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Survey Kepuasan Masyarakat Bulan Mei
    Survey Kepuasan Masyarakat Bulan Mei
    Dokumen4 halaman
    Survey Kepuasan Masyarakat Bulan Mei
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Lampiran B
    Lampiran B
    Dokumen25 halaman
    Lampiran B
    dicky
    Belum ada peringkat
  • Tugas Reaktor Kimia
    Tugas Reaktor Kimia
    Dokumen8 halaman
    Tugas Reaktor Kimia
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Cover Ispa
    Cover Ispa
    Dokumen1 halaman
    Cover Ispa
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Osmosis
    Osmosis
    Dokumen11 halaman
    Osmosis
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Rehabilitasi
    Rehabilitasi
    Dokumen40 halaman
    Rehabilitasi
    DoniAries
    100% (1)
  • Spesifikasi Alat
    Spesifikasi Alat
    Dokumen2 halaman
    Spesifikasi Alat
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Raw 2
    Raw 2
    Dokumen4 halaman
    Raw 2
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Tugas Limbah
    Tugas Limbah
    Dokumen5 halaman
    Tugas Limbah
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Kinetika Dan Optimasi Reaksi Eposidasi Metil Ester
    Kinetika Dan Optimasi Reaksi Eposidasi Metil Ester
    Dokumen10 halaman
    Kinetika Dan Optimasi Reaksi Eposidasi Metil Ester
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Tugas Migas
    Tugas Migas
    Dokumen27 halaman
    Tugas Migas
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • TK Biodiesel
    TK Biodiesel
    Dokumen10 halaman
    TK Biodiesel
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • TK Water Treatment
    TK Water Treatment
    Dokumen10 halaman
    TK Water Treatment
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Kti Mikro
    Kti Mikro
    Dokumen32 halaman
    Kti Mikro
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Bab3 Water Treatment
    Bab3 Water Treatment
    Dokumen2 halaman
    Bab3 Water Treatment
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • TK Saponifikasi
    TK Saponifikasi
    Dokumen2 halaman
    TK Saponifikasi
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • TK Biodiesel
    TK Biodiesel
    Dokumen8 halaman
    TK Biodiesel
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Tugas Migass
    Tugas Migass
    Dokumen22 halaman
    Tugas Migass
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Kesimpulan Biodiesel
    Kesimpulan Biodiesel
    Dokumen1 halaman
    Kesimpulan Biodiesel
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Tugas Migass
    Tugas Migass
    Dokumen22 halaman
    Tugas Migass
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Bab II Saponifikasi
    Bab II Saponifikasi
    Dokumen20 halaman
    Bab II Saponifikasi
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Plastik
    Plastik
    Dokumen7 halaman
    Plastik
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Korosi Logam
    Korosi Logam
    Dokumen28 halaman
    Korosi Logam
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Tugas Pap
    Tugas Pap
    Dokumen6 halaman
    Tugas Pap
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Terje Mahan
    Terje Mahan
    Dokumen1 halaman
    Terje Mahan
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Poliester Bab 3
    Poliester Bab 3
    Dokumen1 halaman
    Poliester Bab 3
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat
  • Buku Kromatografi
    Buku Kromatografi
    Dokumen1 halaman
    Buku Kromatografi
    Fierda Anjelina Pane
    Belum ada peringkat