Anda di halaman 1dari 16

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT SYARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT SYARAF
RS BAKTI YUDHA DEPOK

Nama : Lisa Sari


NIM : 11.2015.297
Dr pembimbing : Dr Dini Adriani, Sp.S

Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur :
Jenis kelamin : laki-laki
Status perkawinan : kawin
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat :

Pasien datang ke Rumah Sakit bisa berjalan dan dibawa oleh keluarganya.

Anamnesis

Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan sakit kepala pada bagian mata sampai
belakang telinga.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan sakit kepala pada bagian mata sampai belakang telinga. Sakit
yang dirasakan sudah sejak 1 bulan terakhir. Terasa sakit seperti diremas-remas dan mata
terasa menciut serta merah. Sakit kepala yang dirasakan selalu kumat setiap pukul 12.30 dan
akan berlangsung sekitar 2 jam. Sekarang sakit kepala yang dirasakan lebih sering terjadi.
Sakit kepala akan menghilang apabila pasien minum obat dan tidur. Pasien telah minum obat
analgesik dan fesitab. Pasien tidak mengalami mual dan muntah.

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada riwayat hipertensi, diabates melitus dan keganasan. Sejak SMP pasien memiliki
riwayat polip hidung dan sering mengalami pilek. Enam tahun yang lalu pasien juga pernah
mengalami fraktur pada bagian wajah sehingga pasien harus dirawat di rumah sakit.

Riwayat Penyakit Keluarga


1
Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung ataupun keganasan.

Status Presens
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tekanan darah : 140/80
c. Nadi :-
d. Pernafasan :-
e. Suhu :-
f. Kepala : normosefali, simetris
g. Mata : pupil bulat isokor, diameter 3mm/3mm, RCL +/+, RCTL +/+
h. Leher : simetris, tidak teraba pembesaran KGB
i. Dada : suara dasar: vesikuler +/+, wheezing -/- , ronkhi -/-
j. Jantung : BJ I II murni regular, murmur (-), gallop (-)
k. Perut : BU (+) normal, tidak teraba pembesaran hepar atau lien
l. Alat kelamin : tidak dilakukan
Status Psikikus
1. Cara berpikir : tidak dinilai
2. Perasaan hati : tidak dinilai
3. Tingkah laku : tidak dinilai
4. Ingatan : tidak dinilai
5. Kesadaran : tidak dinilai
Status Neurologis
a. Kepala
Bentuk : normocephali
Nyeri tekan :-
Simetris :+
Pulsasi : tidak teraba
b. Leher
Sikap : simetris
Pergerakan : bebas
Kaku kuduk : tidak ada
c. Saraf kranial

N. I kanan kiri
Subjektif Tidak dilakukan
Dengan bahan Tidak dilakukan
N. II kanan kiri
Tajam penglihatan Tidak tampak kelainan
Lapangan penglihatan Tidak tampak kelainan
Melihat warna Tidak tampak kelainan
Fundus okuli Tidak tampak kelainan
N. III kanan kiri
Sela mata Normal Normal
Pergerakan bulbus Tidak dilakukan
Strabismus (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
Exophtalmus (-) (-)
Pupil Besar 3mm 3mm

2
Bentuk bulat bulat
Refleks terhadap sinar (+) (+)
Refleks konversi Tidak dilakukan
Refleks konsensuil (-) (-)
Melihat kembar (-) (-)

N.IV kanan kiri

Pergerakan mata Tidak tampak kelainan


(ke bawah-keluar) Tidak tampak kelainan
Sikap bulbus Tidak tampak kelainan
Melihat kembar (-) (-)

N.V kanan kiri


Membuka mulut Tidak tampak kelainan
Mengunyah Tidak tampak kelainan
Menggigit Tidak tampak kelainan
Refleks kornea Tidak dilakukan
Sensibilitas Tidak dilakukan

N.VI kanan kiri


Pergerakan mata ke lateral Tidak tampak kelainan
Sikap bulbus Tidak tampak kelainan
Melihat kembar Tidak tampak kelainan

N.VII kanan kiri


Sulcus nasolabialis Tidak tampak kelainan
Mengerutkan dahi Tidak tampak kelainan
Menutup mata (+) (+)
Memperlihatkan gigi Tidak tampak kelainan
Bersiul Tidak tampak kelainan

N.VIII kanan kiri


Detik arloji Tidak dilakukan
Suara berisik Tidak dilakukan
Weber Tidak dilakukan
Rinne Tidak dilakukan

N.IX kanan kiri


Perasaan lidah belakang Tidak dilakukan
Pharynx Tidak dilakukan

N.X kanan kiri


Arcus pharynx Tidak dilakukan
Bicara Tidak dilakukan
Menelan Tidak dilakukan
Nadi Tidak dilakukan

3
N.XI kanan kiri
Mengangkat bahu Tidak dilakukan
Memalingkan kepala Tidak dilakukan

N.XII kanan kiri


Pergerakan lidah Tidak tampak kelainan
Tremor lidah Tidak dilakukan
Artikulasi Tidak dilakukan

Badan dan anggota gerak


Badan

Motorik
Respirasi Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Duduk Tidak dilakukan
Bentuk collumna vertebralis Tidak dilakukan
Pergerakan collumna vertebralis Tidak dilakukan

Sensibilitas Kanan Kiri


Taktil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nyeri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks
o Refleks kulit perut atas : Tidak dilakukan
o Refleks kulit perut bawah : Tidak dilakukan
o Refleks kulit perut tengah : Tidak dilakukan
o Refleks kremaster : Tidak dilakukan

Anggota Gerak Atas

Motorik Kanan Kiri


Pergerakan Baik Baik
Kekuatan 5-5-5-5 5-5-5-5
Tonus Normotonus Normotonus
Atrofi Tidak ada Tidak ada

Sensibilitas Kanan Kiri


Taktil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nyeri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

4
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks Kanan Kiri


Biceps ++ ++
Triceps ++ ++

Anggota Gerak Bawah


Motorik Kanan Kiri
Pergerakan Baik Baik
Kekuatan 5-5-5-5 5-5-5-5
Tonus Normotonus Normotonus
Atrofi Tidak ada Tidak ada

Sensibilitas Kanan Kiri


Taktil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nyeri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diskriminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lokalisasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tanda Rangsang Meningeal


Tanda Rangsang Meningeal Kanan Kiri
Kaku kuduk - -
Brudzinski - -
Lasegue - -
Kernig - -

Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada

Ringkasan

Subjektif

Pasien datang dengan keluhan sakit kepala pada bagian mata sampai belakang telinga. Sakit
yang dirasakan sudah sejak 1 bulan terakhir. Terasa seperti diremas-remas dan mata terasa
menciut serta merah. Sakit kepala yang dirasakan selalu kumat setiap pukul 12.30 dan akan
berlangsung sekitar 2 jam. Sekarang sakit kepala yang dirasakan lebih sering terjadi. Sakit
kepala akan menghilang apabila pasien minum obat dan tidur. Pasien telah minum obat

5
analgesik dan fesitab. Sejak SMP pasien memiliki riwayat polip hidung dan sering
mengalami pilek. Enam tahun yang lalu pasien juga pernah mengalami fraktur pada bagian
wajah sehingga pasien harus dirawat di rumah sakit.

Objektif

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 140/80

Nafas :-

Nadi :-

Suhu :-

Motorik

5555 5555
5555 5555
Refleks Fisiologis

++ ++
++ ++
Refleks patologi:
- -
- -
Tanda rangsang meningeal : tidak tampak kelainan
Nervus kranial : tidak tampak kelainan
Diagnosis
Diagnosis klinis : chephalgia, rhinorea
Diagnosis topik : N.V
Diagnosis etiologik : vaskular
Diagnosis patologi : Vasodilatasi
Penatalaksanaan
Medika mentosa
Ergotamin 1-2mg sebanyak 3 kali
Non Medika Mentosa
Tirah baring
Inhalasi oksigen 100% selama 5-10 menit
Observasi keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital, dan status neurologis
Edukasi

6
Pasien diberikan informasi untuk mengurangi aktifitas atau kerja yang dapat
memicu stress pada pasien.
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

Bab II. Pembahasan

Definisi Cephalgia

Nyeri kepala adalah suatu rasa nyeri atau rasa yang tidak enak pada daerah kepala
termasuk meliputi daerah wajah dan tengkuk leher.1 Rasa nyeri ini timbul dari struktur yang
sensitif nyeri. Struktur yang sensitive nyeri terbagi atas organ intrakranial dan ekstrakranial.
Organ yang sensitif nyeri pada intrakranial meliputi sinus venous, vena kortikal, arteri basal,
anterior dura, fossa tengah dan belakang. Organ ekstrakranial yang sensitive nyeri adalah
pembuluh darah dan otot kepala, organ-organ mata, membrane mukosa hidung dan sinus
paranasal, telinga luar dan tengah, gigi dan gusi.

Klasifikasi Cephalgia

Secara garis besar, nyeri kepala dibagi atas:1

(1) Nyeri kepala primer


a. Migren
b. Tension type headache
c. Nyeri kepala klaster dan sefalgia trigeminal-otonomik yang lain
(2) Nyeri kepala sekunder
a. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan/atau leher
b. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler kranial atau servikal
c. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan nonvaskuler intracranial
d. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withrawalnya
e. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi
f. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan hemostasis
g. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler yang berkaitan dengan kelainan kranium,
leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, atau struktur fasial atau
cranial lainnya
h. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatri.

7
(3) Neuralgia kranial, sentral, atau nyeri fasial primer dan nyeri kepala lainnya
a. Neuralgia kranial dan penyebab sentral nyeri fasial
b. Nyeri kepala lainnya, neuralgia kranial, sentral atau nyeri fasial primer

Cephalgia Primer

Migren

Migren terbagi atas 2 yaitu :

Migren tanpa aura adalah nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72
jam. Karakteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intesitas sedang atau berat,
bertambah berat dengan aktivitas yang rutin dan diikuti dengan nausea dan atau fotofobia
dan fonofobia.1

Kriteria Diagnostik:1

A Sekurang-kurangnya nyeri kepala berlangsung Antara 4-72 jam (tidak diobati atau
sudah diobati tetapi belum berhasil)
B Nyeri kepala yang terjadi sedikitnya dua dari karakteristik sebagai berikut :
1. Lokasi unilateral
2. Sifatnya berdenyut
3. Intensitas nyeri sedang atau berat
4. Keadaan diperberat dengan aktivitas fisik atau di luar kebiasaan aktivitas fisik
rutin (seperti berjalan atau naik tangga).
C Selama serangan sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebut dibawah ini :
1. Mual dan atau muntah
2. Fotofobia atau dan fonofobia
D Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
Migren dengan aura adalah suatu serangan nyeri kepala berulang yang didahului gejala
neurologi fokal yang reversible secara bertahap 5-20 menit dan berlangsung kurang lebih
dari 60 menit. Gambaran nyeri kepala yang menyerupai migren tanpa aura biasanya
timbul sesudah gejala aura.1

Kriteria Diagnostik:

A. Minimal 2 serangan yang memenuhi kriteria B dan C


B. Satu atau lebih dari gejala aura reversible:
1. Visual
2. Sensori
3. Tutur dan atau bahasa
4. Motor

8
5. Batang otak
6. Retina
C. Minimal 2 dari 4 karakteristik:
1. Minimal satu gejala aura menyebar bertahap hingga > 5 menit, dan/atau dua atau
lebih gejala terjadi penggantian
2. Setiap gejala aura individual berakhir 5-60 menit
3. Minimal satu gejala aura unilateral
4. Aura ditemani atau diikuti dalam 60 menit oleh sakit kepala
D. Tidak masuk dalam diagnosis ICHD-3 lain, dan transient ischaemic attack sudah
dieksklusi

Penatalaksanaan Migren

Tatalaksana pengobatan migren dibagi menjadi :1

1. nLhgkaum
uPerlmnghidapctsy boukr,nedaitsh-ycgplk,erubnaditmygspuwaedr.

2. Tberapoitf

Abortifpnkes:Padgm urnbetpokshaidygmt:nelOTCvs(rhou)daNDSAI.bt-nypgkier:

Pmarsetol50-1g/68j
pAirns50-14mg6/ja,doklh
Ibunpro40fe-8mg/6,jadsikl2h
pNroxaensdium275-0g/6jh,kl1ari
kDnloiafeuptsmw(dr)50g-1/h l
oMcletpramid10g.vu2-3nsb eramdpilgtkD,NSAuIonvearmhyidstul,nepkrbamogtisdlunefkaombgihrtv.
oKretlac60mg1i.5/-3nDks:2hrTdlebai5

Abportifesk:Bladnhg/NSAIDp,iobesatfkr:n(zu,mipotalr).dDhgenHE(b moita

Tension Type Headache (TTH)

TTH dipanggil dalam banyak nama lain seperti sakit kepala kontraksi otot, sakit
kepala stres, sakit kepala biasa, sakit kepala psikogenik, dan sakit kepala tension.

nTsioe-typahdckgfrqu

Nyerikpoaldsngfqutb meiparh.Nylt,snkumegaidrpns.Nyktbemhdaivfur,pnltbsoaif.1

KriteagDkno:s

9
A. nPdgaliktper10so -<hai/bnu(l2rt)dmekB-D.
B. Nyerikpalbungsd30mt7h.
C. Nyerikpnaldgt2jhs:
1. Lokasiblter
2. nMek/magtiul(dsbry)
3. nIsiteayrgdu
4. dTakibperthovlsnuj ag.
D. dTakipnt:
1. Mualthmn(bisorek).
2. bLihedarstuklon:f ,
E. dTakibertngly.

nTsioe-typahdckqgfru

Nyerikpalbungsmt hri.Nyekpalbnumgdt,y.Isiearnkbtmhdgivasfur,l/ntpemgdkoafbi.1

KriteagDkno:s1

A. nPdgaliktper10so m-5h/bnulapigtdk3(1280r)nmeuhiaB-D.
B. Nyerikpalbungsm30t7h.
C. Nyerikpnalgm td2s,beriu:
1. Lokasinyblter
2. nMek/magdti(bryu)
3. nIsiteargud
4. dTakibertmhngvsfyuperjaltknig.
D. dTakipnt:
1. Mualthmn(bisorek).
2. oFfbtniad secrm.
E. dTakibertngpyl

nTsioe-typahdkcr

Nyerikpnalgbsdothceranpiutsgodkylbhernasugpmit hr.Nyekalbsfn,mutgidaesrn,yi.kTdbtamhegnvsfur.Kkiptdamol,bnfgr.1

KriteagDkno:s1

A. Nyerikpaltmbu15h/n,gs>3(80rita)djumnehkB-D.

10
B. Nyerikpalbungsjmt-.
C. Nyerikpmalndgt2sbu:
1. Lokasiblter.
2. nMek/magdti(bryu).
3. nRgiatused.
4. dTakimebrtngvsfuy.
D. dTakipnt:
1. bLihedarostu:f,nmlyg.
2. Mualdyngsetbr,mph.
E. dTakitngepyl.

nPsiprageotyhdc:1

1. Terapnisot-yhdcmlukfgneraibhykpl,modtsnfgiera kumpols.
2. hTwaplnegtidkso-ycalheunimgfktrpsd alnehiukmtgc/rysop-deah.
3. nTsioe-typdhackumbgroilendatkyjubsprmf,NSAIDaetil.Konbsdgkufj
4. Terapinokfmgslut ,cvh-baeripyndmjt.
5. Terapioflkbsdnyqut,hgaepkrjnsoldiu,/tgaeknyljbsmi(>105hrpu).aPteoflksmidnrptayeloin.

Cluster Headache

Cluster headache (Nyeri kepala Cluster) merupakan nyeri kepala hebat yang bersifat
unilateral, dan dirasakan di daerah orbital, supraorbital, temporal atau kombinasi dari lokasi-
lokasi tersebut, berlangsung 15-180 menit bila tidak diterapi. Nyeri kepala ini dapat terjadi
dari sekali setiap hari sampai delapan kali sehari.2

Epidemiologi

Cluster headache merupakan tipe nyeri kepala yang sangat jarang ditemui. Sampai saat ini,
prevalensi cluster headache pada populasi umum diperkirakan sekitar 1 dari 1000 orang,
dengan variasi yaitu 30 hingga 381 dari 100.000 anggota populasi. 3 Dibandingkan dengan
migrain, sakit kepala cluster relatif jarang. Cluster headache kebanyakan menyerang laki-laki,
dengan perbandingan laki-laki : perempuan antara 2,5 - 7,1x : 1. Cluster headache dapat
diturunkan (autosomal dominan) pada 5% kasus. Umur saat onset biasanya 20-40 tahun.

11
Etiologi dan Patofisiologi
Etiologi dari Cluster headache ini belum diketahui secara pasti. Pada 7% kasus
terdapat riwayat keluarga dengan cluster headache, dan resiko cluster headache juga
meningkat pada first degree relatives.
Terjadinya nyeri pada Cluster headache ini diduga berkaitan dengan neuron
substance P trigeminal, yaitu adanya aktivitas ipsilateral jalur substance P dari cabang
ophtalmicus dan maksilaris dari nervus trigeminus. Aktivasi dari saraf parasimpatis juga
diduga berkaitan dengan saraf trigeminus ini. Cluster headache ini juga diduga berkaitan
dengan infeksi virus laten atau aktivitas IgE dari mast cell, yang mengakibatkan terjadinya
hiperlakrimasi dan hipersekresi kelenjar hidung.4
Serangan pada cluster headache seringkali disertai dengan gejala-gejala saraf autonom
ipsilateral, yang menunjukkan adanya disfungsi pada sistem saraf simpatis dan parasimpatis.
Ritme serangan yang circadian, dari cluster headache memberi dugaan adanya gangguan
periodik dari nukleus di hipothalamus.

Gejala Klinis
Gejala klinis Cluster headache ditandai dengan sekurang-kurang terdapat 5 serangan
nyeri kepala hebat atau sangat hebat sekali di orbita, supraorbita, dan/atau temporal yang
unilateral, berlangsung 15-180 menit bila tidak diobati.5
Serangan biasanya terjadi pada periode cluster yang berlangsung selama beberapa
minggu atau bulan, yang dipisahkan oleh periode remisi biasanya berlangsung bulan atau
tahun. Namun, sekitar 10-15% pasien memiliki gejala kronis tanpa remisi. Selama periode
cluster, dan dalam subtipe kronis, serangan terjadi secara rutin dan dapat dipicu oleh alkohol,
histamin atau nitrogliserin. Nyeri maksimal dirasakan pada daerah orbital, supraorbital,
temporal atau kombinasi dari situs tersebut, tetapi bisa menyebar ke daerah lain di kepala.
Nyeri tersebut hampir selalu berulang di sisi yang sama dalam suatu periode cluster. Selama
serangan, intensitas nyeri dapat luar biasa, hingga biasanya tidak mampu tidur.
Dalam bentuk episodik, serangan terjadi setiap hari selama beberapa minggu diikuti
oleh periode remisi. Dalam bentuk kronis, serangan terjadi tanpa periode signifikan remisi.
Rata-rata, masa cluster berlangsung 6-12 minggu sementara remisi bisa bertahan sampai 12
bulan.6

Diagnosis
Menurut The International Classification of Headache Disorders, kriteria diagnosis
dari Cluster headache adalah sebagai berikut (Kriteria A-E):

a. Sekurang-kurangnya 5 serangan nyeri kepala yang memenuhi kriteria B-D

12
b. Nyeri kepala yang hebat atau sangat hebat yang bersifat unilateral pada orbital,
supraorbital dan/atau temporal, yang berlangsung selama 15-180 menit bila tidak diterapi.
Selama perjalanan penyakit Cluster headache (namun kurang dari setengah dari
perjalanan penyakit), intensitas serangan mungkin berkurang, lebih jarang atau durasi
lebih pendek atau panjang.
c. Nyeri kepala tersebut disertai oleh sekurang-kurangnya satu dari gejala ipsilateral berikut:
Injeksi konjungtival atau lakrimasi
Kongesti Nasal dan/atau rhinorrhoea
Edema palpebra
Keringat berlebihan pada dahi atau wajah
Miosis dan/atau ptosis
Perasaan restlessness dan agitasi
d. Serangan memiliki frekuensi dari satu kali serangan setiap hari sampai delapan kali per
hari
e. Hasil anamnesis atau pemeriksaan fisik dan neurologis tidak mendukung adanya
gangguan lain dan / atau gangguan lain tersebut telah disingkirkan dengan pemeriksaan
penunjang.

Berikut adalah kriteria untuk Cluster headache episodik dan Cluster headache kronik: 6

Cluster headache Episodik: terdapat setidaknya dua periode klaster (biasanya


berlangsung 2-3 bulan) yang berlangsung selama 7 hari hingga 1 tahun, dipisahkan
oleh periode bebas rasa sakit yang berlangsung> 1 bulan
Cluster headache kronis : serangan terjadi selama lebih dari 1 tahun tanpa remisi atau
dengan remisi 1 bulan sakit kepala cluster.

Penatalaksanaan
Terapi pada cluster headache lebih didasarkan pada data empiris daripada konsep
patofisiologi penyakit. Secara umum, pengobatan cluster headache dapat dibagi menjadi
terapi akut yang bertujuan untuk mencegah serangan individual, dan terapi profilaksis yang
bertujuan untuk mencegah serangan berulang selama periode cluster. Pengobatan non-
medikamentosa terbukti tidak efektif di hampir semua pasien.6

Pengobatan serangan

Inhalasi oksigen murni (100%) melalui masker wajah non-rebreathing dengan laju
minimal 7 liter / menit (kadang-kadang lebih dari 10 liter / menit) efektif untuk menghentikan
serangan cluster headache. Inhalasi harus dalam posisi duduk tegak. Tidak ada kontraindikasi

13
untuk pemberian oksigen, terbukti aman dan tanpa efek samping. Pada beberapa pasien,
oksigen efektif bahkan ketika rasa sakit adalah pada intensitas maksimal, sementara di lain
serangan itu tertunda selama beberapa menit sampai dengan jam. Meskipun begitu, asupan
oksigen harus dibatasi, jika tidak, frekuensi serangan dapat meningkat. Sekitar 60% dari
semua pasien sakit kepala cluster merespon dengan penurunan nyeri yang signifikan dalam
waktu 30 menit. Meskipun sebelumnya banyak dibahas, percobaan double-blind dengan
penggunaan kontrol plasebo membuktikan bahwa oksigen hiperbarik tidak efektif dalam
mencegah serangan cluster headache.6

Obat-obatan profilaksis

Pengobatan profilaksis untuk cluster headache sangat penting. Tujuan utama dari
terapi pencegahan adalah untuk menurunkan serangan dan untuk mempertahankan remisi
selama durasi periode cluster. Beberapa obat yang saat ini dipertimbangkan sebagai
profiilaksis untuk cluster headache antara lain yaitu verapamil, lithium, kortikosteroid,
methysergide, pizotifen, dan melatonin. Obat-obatan tersebut sebagian besar masih dalam
penelitian tentang keefektivitasannya. Verapamil dengan dosis harian 240-960 mg telah
ditetapkan sebagai obat pilihan pertama dalam profilaksis sakit kepala cluster episodik dan
kronis.6

Terapi pembedahan

Jika semua prosedur obat perawatan ternyata tidak efektif dan sakit kepala klaster
sekunder telah dikecualikan, terapi pembedahan dapat dianjurkan kepada pasien. Telah
diteliti bahwa blokade saraf oksipital menghasilkan penurunan yang signifikan dari serangan
sakit kepala cluster di sekitar dua-pertiga dari pasien. Injeksi steroid long-acting suboccipital
juga terbukti efektif dalam profilaksis sakit kepala cluster dalam, dalam sebuah double-blind
placebo-controlled trial.6
Prosedur pembedahan harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena tidak ada data
jangka panjang dapat diandalkan dan juga karena dapat menyebabkan neuralgia trigeminal.
Berbagai metode telah disarankan untuk mencegah sakit kepala klaster: aplikasi gliserol atau
anestesi lokal ke dalam trigeminalis cisterna dari ganglion Gasserian, dekompresi
mikrovaskuler; reseksi atau blokade dari N.petrosus superfisialis N atau ganglion
pterygopalatine. Dalam beberapa kasus, blokade saraf oksipital lebih efektif dan dapat dicoba
sebelum prosedur bedah lainnya.6

14
Rekomendasi terapi untuk Cluster headache:6
Rekomendasi Level A:

Pilihan pertama untuk pengobatan serangan akut, sakit kepala klaster adalah inhalasi
oksigen 100% dengan setidaknya 7 liter / menit selama 15 menit atau dengan injeksi
subkutan 6 sumatriptan mg. Alternatifnya yaitu sumatriptan 20 mg nasal spray atau semprot
zolmitriptan 5 mg hidung, namun kelemahannya onset lebih lambat tetapi keuntungannya
dapat mengobati serangan lebih dalam 24 jam daripada dengan sumatriptan injeksi.
Profilaksis sakit kepala cluster harus dicoba terlebih dahulu dengan pemberian
verapamil pada dosis harian setidaknya 240 mg (dosis maksimum tergantung pada
keberhasilan atau tolerabilitas, kontrol ECG yang wajib dengan peningkatan dosis).
Meskipun belum ada bukti yang diakui, steroid cukup efektif untuk mengobati sakit kepala
cluster. Oleh karena itu, penggunaan sedikitnya 100 mg methylprednisone (atau
kortikosteroid lain yang setara) yang diberikan secara per oral atau sampai dengan 500 mg iv
per hari selama 5 hari (kemudian tapering off) sangat dianjurkan.

Rekomendasi Level B:

Lidokain Intranasal (4%) dan octreotide subkutan (100 ig) dapat diberikan untuk
mengobati serangan sakit kepala cluster akut jika obat-obatan rekomendasi A adalah tidak
efektif atau terdapat kontraindikasi. Oral zolmitriptan 5-10 mg efektif pada beberapa pasien
tapi dosis tinggi menghasilkan lebih banyak efek samping dan penggunaan terbatas.
Methysergide dan lithium adalah obat pilihan kedua jika verapamil tidak efektif atau
kontraindikasi. Korticosteroid dapat digunakan untuk jangka pendek. Melatonin berguna
dalam beberapa pasien. Untuk obat-obatan selain lithium, dosis maksimum tergantung pada
efektivitas dan tolerabilitas. Ergotamine tartrat dianjurkan untuk profilaksis jangka pendek.

Rekomendasi Level C:

Baclofen 15-30 mg dan asam valproat menunjukkan keefektivitasan dan dapat dicoba
sebagai obat pilihan ketiga. Prosedur bedah tidak disarankan pada sebagian besar pasien
dengan sakit kepala cluster. Pasien dengan sakit kepala kronis cluster berat harus dirujuk ke
pusat kesehatan yang lebih baik.

Prognosis

15
Sekitar 20% pasien dengan cluster headache tipe episodik dapat berkembang menjadi
cluster headache tipe kronik. Sekitar 30% pasien dengan cluster headache tipe kronik dapat
berkembang menjadi tipe episodik dengan periode remisi. Sebagian besar pasien akan
mengalami periode remisi yang lebih lama seiring bertambahnya usia.

Bab III. Pembahasan

Pasien datang dengan keluhan sakit kepala di bagian mata hingga belakang telinga. Sakit
dirasakan seperti diremas-remas dan berlangsung sampai 2 jam. Rasa sakit yang
dirasakan oleh pasien sama seperti gejala dari cluster headache yaitu sakit kepala pada
bagian orbital, supra orbital dan temporal, durasi serangan tidak lebih dari 180 menit dan
bersifat unilateral. Nyeri yang dirasakan umumnya berulang dan dapat membangunkan
pasien saat sedang tidur. Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

Saat permulaan serangan pasien mendapatkan terapi Ergotamin 1-2mg 3 kali sehari
sublingual. Untuk menghilangkan serangan pasien dapat diberikan inhalasi oksigen 100%
(5-8L/menit) selama 5-10 menit. Obat lain yang dapat diberikan untuk mencegah
serangan yaitu pizotifen 3 x 2mg, methusergide 3x2mg dan dapat juga dengan pemberian
prednisone yang dimulai dengan dosis 60mg/hari selama 7 hari dan kemudian dihentikan
secara bertahap.

Daftar Pustaka

1. PERDOSI.iagnkodstpleyrKuVn.aISb:PsteiFURNA
2. Petzold GC, et al. 2003. Cluster-like Headache Time Locked to The Menstrual Cycle.
Neurology 2003.
3. Ekbom K, et al. 2006. Lifetime Prevalence and Concordance Risk of Cluster
Headache in The Swedish Twin Population. Neurology 2006.
4. Evans RW. 2003. Saunders Manual of Neurologic Practice. Philadelphia: Elsevier
Science.
5. Misbach, Jusuf, dkk. 2006. Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan Standar
Prosedur Operasional Neurologi: Nyeri Kepala Klaster. Jakarta: PERDOSSI
6. May A., et al. 2006. EFNS guidelines on the treatment of cluster headache and other
trigeminal-autonomic cephalalgias. European Journal of Neurology 2006.

16

Anda mungkin juga menyukai