Anda di halaman 1dari 10

ANAK USIA SEKOLAH

1. Pengertian Anak Usia Sekolah


Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat
mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Banyak ahli
menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa latent, di mana apa yang telah terjadi dan
dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa-masa selanjutnya
(Gunarsa, 2006).
Menurut Wong (2008), anak sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya
sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung
jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan
orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk
keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.

2. Aspek-aspek Perkembangan
a. Perkembangan fisik
Pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum memasuki masa remaja
yang pertumbuhannya begitu cepat. Masa yang tenang ini diperlukan oleh anak untuk belajar
berbagai kemampuan akademik.
Menurut seifert dan Hoffnung (1994), perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan
dalam tubuh (seperti: pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi
dan berat, hormon, dan lain-lain), dan perubahan-perubahan dalam cara-cara individu dalam
menggunakan tubuhnya (seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan
seksual), serta perubahan dalam kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan
dan sebagainya)
Bagi anak kegiatan fisik diperlukan untuk mengembangkan kestabilan tubuh dan
kestabilan gerak serta melatih koordinasi untuk menyempurnakan berbagai keterampilan.
Kebutuhan untuk selalu bergerak perlu bagi anak karena energy yang terumpuk pada anak perlu
penyaluran. Di samping itu kegiatan jasmani diperlukan untuk lebih menyempurnakan berbagai
keterampilan menuju keseimbangan tubuh,seperti bagaimana menendang bola dengan tepat
sasaran, mengantisipasi gerakan. Pada prinsipnya selalu aktif bergerak penting bagi anak.
b. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan berpikir anak
berkembang dan berfungsi. Kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak
untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah.
Kemampuan berpikir anak berkembang dari tingkat yang sederhana dan konkret ke tingkat yang
lebih rumit dan abstrak.
Menurut Piaget, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam
berpikir (usia 7-12 tahun). Piaget menemukan beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat
perkembangan kognitif anak, diantaranya:
1) Anak adalah pembelajar yang aktif.
Anak tidak hanya mengobservasi dan mengingat apa-apa yang mereka lihat dan
dengar secara pasif, tetapi mereka secara natural memiliki rasa ingin tahu tentang dunia
mereka dan secara aktif berusaha mencari informasi untuk membantu pemahaman dan
kesadarannya tentang realitas tentang dunia yang mereka hadapi.
2) Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalamannya.
Anak-anak tidak hanya mengumpulkan apa-apa yang mereka pelajari dari fakta-
fakta yang terpisah menjadi suatu kesatuan. Sebaliknya, anak secara gradual membangun
suatu pandangan menyeluruh tentang bagaimana dunia bergerak.
3) Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam
pengetahuan yang sudah ada, yakni anak mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu
skema. Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru, yakni anak
menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya.
4) Proses equilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk pemikiran
yang lebih komplek.
Melalui proses asimilasi dan akomodasinya, sistem kognisi seseorang berkembang
dari satu tahap ke tahap selanjutnya, sehingga kadang-kadang mencapai
keadaan equilibrium, yakni keadaan seimbang antara struktur kognisinya dan
pengalamannya di lingkungan.
c. Perkembangan bahasa
Anak memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami da menginterpretasikan
komunikasi lisan dan tulisan. Pada masa ini perkembangan bahasa nampak pada perubahan
perbendaharaan kata dan tata bahasa. Anak-anak semakin banyak menggunakan kata kerja yang
tepat untuk menjelaskan satu tindakan seperti memukul, melempar, menendang, atau menampar.
Mereka belajar tidak hanya untuk menggunakan banyak kata lagi, tetapi juga memilih kata yang
tepat untuk penggunaan tertentu. Area utama dalam pertumbuahan bahasa adalah pragmatis,
yaitu penggunaan praktis dari bahasa untuk komunikasi.
Perkembangan bicara
Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam berkelompok. Anak belajar
bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Anak menggunakan
kemampuan bicara sebagai bentuk komunikasi, bukan semata-mata sebagai bentuk latihan
verbal.
Minat membaca
Sampai usia 8 tahun anak membaca penuh semangat terutama tentang ceritera-ceritera
khayal seperti misalnya karya Anderson dan Grimm. Sedangkan, pada usia 10-12 tahun perhatian
membaca mencapai puncaknya. Materi bacaan semakin luas. Dari kegiatan membaca inilah anak
memperkaya perbendaharaan kata dan tata bahasa sebagai bekal untuk berbicara dan
berkomunikasi dengan orang lain.
d. Perkembangan moral
Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma
dan etika yang berlaku di masyarakat. Perilaku moral banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang
tua serta perilaku moral dari orang-orang di sekitarnya. Perkembangan moral ini juga tidak
terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi anak. Perkembangan moral tidak terlepas dari
perkembangan kognitif dan emosi anak.
Menurut Piaget, anatar usia 5-12 tahun konsep anak mengenaia keadilan sudah berubah.
Piaget menyatakan bahwa relativisme moral menggantikan moral yang kaku. Misalnya: bagi
anak usia 5 tahun, berbohong adalah hal yang buruk, tetapi bagi anak yang lebih besar sadar
bahwa dalam beberapa situasi, berbohong adalah dibenarkan dan oleh karenanya berbohong
tidak terlalu buruk. Piaget berpendapat bahwa anak yang lebih muda ditandai dengan moral yang
heteronomous sedangkan anak pada usia 10 tahun mereka sudah bergerak ke tingkat yang lebih
tinggi yang disebut moralitas autonomous.
Kohlberg menyatakan adanya 6 tahap perkembangan moral. Ke-enam tahap tersebut terjadi pada
tiga tingkatan, yakni tingkatan:
1) Pra-konvensional, anak peka terhadap peraturan-peraturan yang belatar belakang budaya
dan terhadap penilaian baik-buruk, benar-salah tetapi anak mengartikannya dari sudut akibat
fisik suatu tindakan.
2) Konvensional, memenuhi harapan-harapan keluarga, kelompok atau agama dianggap
sebagai sesuatu yang berharga pada dirinya sendiri, anak tidak perduli apapun akan akibat-akibat
langsung yang terjadi. Sikap yang nampak pada tahap ini terlihat dari sikap ingin loyal, ingin
menjaga, menjunjung dan member justifikasi pada ketertiban.
3) Pasca-konvensional, ditandai dengan adanya usaha yang jelas untuk mengartikan nilai-nilai
moral dan prinsip-prinsip yang sohih serta dapat dilaksanakan, terlepas dari otoritas kelompok
atau orang yang memegang prinsip-prinsip tersebut terlepas apakah individu yang bersangkutan
termasuk kelompok itu atau tidak.

e. Perkembangan Emosi
Emosi memainkan peran yang penting bagi perkembangan. Akibat dari emosi ini juga
dirasakan oleh fisik anak terutama bila emosi itu kuat dan berulang-ulang.
Hurlock menyatakan bahwa ungkapan emosi yang muncul pada masa ini masih sama dengan
masa sebelumnya, seperti: marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, dan kasih
sayang.
Ciri-ciri emosi emosi masa kanak-kanak akhir:
1) Emosi anak berlangsung relative lebih singkat (sebentar), hanya beberapa menit dan
sifatnya tiba-tiba.
2) Emosi anak kuat atau hebat. Hal ini terlihat bila anak: takut, marah atau sedang bersendau
gurau.
3) Emosi anak mudah berubah.
4) Emosi anak nampak berulang-ulang.
5) Respon emosi anak berbeda-beda.
6) Emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya.
7) Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya.
8) Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional.

f. Perkembangan sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan atau
interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan
norma-norma kelompok, tradisi, dan moral agama. Perkembangan social anak dipengaruhi oleh
keluarga, teman sebaya dan guru.
1) Kegiatan bermain
Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan social anak. Dengan
bermain anak berinteraksi dengan teman main yang banyak memberikan berbagai pengalaman
berharga. Bermain secara kelompok memberikan peluang dan pelajaran kepada anak untuk
berinteraksi, bertenggang rasa dengan sesame teman.
2) Teman sebaya
Teman sebaya memberikan pengaruh pada perkembangan social baik yang bersifat positif
maupun yang negatif. Pengaruh positif terlihat pada pengembangan konsep diri dan
pembentukan harga diri. Pengaruh negatif membawa dampak seperti merokok, mencuri,
membolos, menipu serta perbuatan antisosial lainnya.

3. Ciri ciri Anak Sekolah Dasar


Menurut Hurlock (2002), orang tua, pendidik, dan ahli psikologis memberikan berbagai
label kepada periode ini dan label-label itu mencerminkan ciri-ciri penting dari periode anak usia
sekolah, yaitu sebagai berikut:
a. predikat yang digunakan oleh orang tua
1) Masa yang menyulitkan
Suatu masa dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan dimana ia lebih banyak
dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.
2) Masa anak tidak rapi
Suatu masa dimana anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam
penampilan, dan kamarnya sangat berantakan. Sekalipun ada peraturan keluarga yang ketat
mengenai kerapihan dan perawatan barang-barangnya, hanya beberapa saja yang taat, kecuali
kalau orang tua mengharuskan melakukannya dan mengancam dengan hukuman.

4. Macam macam Ketrampilan yang Perlu dimiliki Pada Anak Sekolah Dasar
Menurut Gunarsa (2006), dengan memasuki dunia sekolah dan masyarakat, anak-anak
dihadapkan pada tuntutan sosial yang baru, yang menyebabkan timbulnya harapan-harapan atas
diri sendiri (self-expect-action) dan aspirasi-aspirasi baru, dengan lain perkataan akan muncul
lebih banyak tuntutan dari lingkungan maupun dari dalam anak sendiri yang kesemuanya ingin
dipenuhi. Beberapa ketrampilan yang perlu dimiliki anak pada fase ini meliputi antara lain :
a) Ketrampilan menolong diri sendiri (self-help skills) : misalnya dalam hal mandi,
berdandan, makan, sudah jarang atau bahkan tidak perlu ditolong lagi.
b) Ketrampilan bantuan sosial (social-help skills) : anak mampu membantu dalam
tugas-tugas rumah tangga seperti : menyapu, membersihkan rumah, mencuci dan
sebagainya.
c) Ketrampilan sekolah ( school-skills) : meliputi penguasaan dalam hal akademik
dan non akademik.
d) Ketrampilan bermain (play- skills) : meliputi ktrampilan dam berbagai jenis
permainan seperti main bola, mengendarai sepeda, catur, bulutangkis dan lain-lain.

5. Tugas Perkembangan anak Sekolah Dasar


Tugastugas perkembangan anak sekolah dasar menurut Havighurst dalam Hurlock
(2002) adalah sebagai berikut :
a. Mempelajari ketrampilan fisik yang dipelukan untuh
permainan-permaianan yang umum
b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang
tumbuh
c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya
d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan
berhitung
f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan seharihari
g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai
h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan lembaga-lembaga
i. Mencapai kebebasan pribadi
6. Respon Bio-Psiko-Sosial-Spritual pada Anak dengan Penyakit Kronis
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-Sosial-Spritual
ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina, 2009)
a) Kehilangan kesehatan
b) Kehilangan situasi
c) Kehilangan rasa nyaman
d) Kehilangan fungsi fisik
e) Kehilangan fungsi mental
f) Kehilangan konsep diri
g) Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga

7. Respon Anak Sekolah terhadap Penyakit Kronis


Usia sekolah merupakan masa dimana anak sedang mengembangkan pengetahuan tentang
lingkungan sekitar mereka. Anak dapat menjelaskan alasan mengapa mereka sakit, tetapi
alasan-alasan ini biasanya tidak sepenuhnya logis. Anak-anak memiliki pemikiran magical
thinking. Anak cenderung percaya bahwa sakit yang mereka alami karena perbuatan atau
tindakan yang mereka lakukan. Misalnya, bertengkar dengan saudara mereka, atau karena
mereka tidak mau makan sayur. Anak juga dapat merasakan bahwa mereka berbeda dengan
teman-teman sekitarnya. Orang tua dapat membantu anak dalam pengelolaan penyakit anak
(pengawasan orang dewasa). Orang tua juga harus dapat meyakinkan anak bahwa sakit
bukanlah akibat dari kesalahan anak. Orang tua dapat membantu anak mengembangkan
ketahanan dalam menghadapi penyakit kronis.

8. Dampak Penyakit Kronis pada Anak Usia Sekolah


Menurut Wong (2009), dampak penyakit kronis dan ketidakmampuan pada anak
menyebabkan:
1. Anak mengalami gangguan aktivitas dan gangguan perkembangan
2. Anak dapat tidak masuk sekolah berhari-hari
3. Anak berisiko mengalami masalah perilaku dan emosional
4. Timbul masalah bagi anggota keluarga lainnya seperti orang tua sulit membagi waktu
antara kerja dan merawat anak, masalah keuangan, fisik dan emosional.
9. Pendekatan Pada Anak Penyakit Kronik
1. Komunikasi, dalam hal ini anak sangat perlu di ajak unuk berkomunikasi atau berbicara
dengan yang lain terutama oleh kedua orang tua karena dengan orang tua mengajak anak
berkomunikasi /berbicara anak merasa bahhwa ia tidak sendiri dan ia merasa ditemani.
2. Memberitahu kepada anak bahwa ia tidak sendiri dalam menghadapi penyakit tersebut.
3. Berdiskusi dengan siblings (saudara kandung) agar saudara kandung mau ikut
berpartisipasi dalam perawatan atau untuk merawat
4. Social support meningkatkan koping

10. Intervensi Keperawatan


Perubahan Proses Keluarga
1. Gali kekhawatiran dan perasaan luka, rasa bersalah, marah, kecewa, tidak adekuat, dan
perasaan lain yang dialami keluarga
2. Bantu keluarga membedakan antara rasa takut yang realistis dan yang tidak
3. Diskusikan dengan orang tua rasa takut mereka
Cemas
1. Siapkan anak agar dapat mengurangi rasa takut
2. Libatkan orang tua sebagai pendamping anak
Gangguan Interaksi sosial
1. Dorong anak untuk mempertahankan aktivitas biasanya
2. Atur kontak interpersonal yang kontinu
3. Beri kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain
Kurang perawatan diri
1. Ajarkan anak tentang penyakit dan terapi untuk menjamin keamanan dan hasil optimal
2. Dorong anak untuk membantu perawatannya sendiri
3. Masukkan bermain yang mendorong perilaku berminat
Gangguan citra diri
1. Dorong pengungkapan perasaan dan persepsi
2. Gali perasaan mengenai penyakit
3. Dorong anak untuk mendiskusikan perasaannya
11. Intervensi Penunjang pada Anak Penderita Penyakit Kronis
Dorong anak untuk masuk sekolah
Jadwalkan kunjungan medis pada waktu selain waktu sekolah
Dorong anak untuk menyelesaikan pekerjaan yang terlewat
Ajarkan guru dan teman sekelas tentang kondisi anak, kemampuan, dan kebutuhan
lainnya
Dorong sosialisasi
Berikan pengetahuan pada anak tentang kondisinya
Dorong aktivitas yang kreatif
DAFTAR PUSTAKA
https://dindhut.wordpress.com/2014/03/09/makalah-perkembangan-anak-pada-usia-sekolah/
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/145/jtptunimus-gdl-widywidaya-7224-3-7babii-y.pdf

Anda mungkin juga menyukai