Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH:
Dr. Sarah Nabella Putri Erawan
PENDAMPING:
Dr. H. Abdul Rahman
Dr. Yesiliana Joefen
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Hepatitis B Akut. Di
kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.
H. Abdul Rahman dan Dr. Yesiliana Joefen selaku pembimbing yang telah membantu
penyelesaian laporan kasus ini.
Penulis juga mengucapan terima kasih kepada teman sejawat dokter lainnya dan
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat kami harapkan.
Demikianlah penulisan laporan ini, semoga bermanfaat, amin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan......4
DAFTAR PUSTAKA.... 41
3
BAB I
PENDAHULUAN
Hepatitis virus merupakan infeksi sitemik yang dominan menyerang hati. Hampir
semua kasus hepatitis disebabkan oleh salah satu dari lima jenis virus, yaitu : virus hepatitis
A (HAV), virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), virus hepatitis D (HDV), virus
hepatitis E (HEV). Virus hepatitis G dan virus TT telah dapat diidentifikasi tapi tidak dapat
menyebabkan hepatitis. Semua jenis virus hepatitis yang menyerang manusia merupakan
virus RNA kecuali virus hepatitis B, yang merupakan virus DNA.
Hepatitis virus akut merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati di seluruh
dunia. Secara global virus hepatitis merupakan penyebab utama viremia yang persisten.
Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi mulai dari infeksi asimptomatik tanpa
kuning sampai sangat berat yaitu hepatitis fulminan yang dapat menyebabkan kematian
hanya dalam beberapa hari. Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap, yaitu fase inkubasi,
fase prodromal, fase ikterus dan fase konvalesen.
Angka kejadian hepatitis B di Indonesia masih tinggi. Hal ini berkaitan dengan
tingginya angka transmisi vertikal dari ibu hamil yang positif-HBsAg dan transmisi
horisontal karena kontak erat sejak usia dini. Faktor resiko penting lainnya untuk infeksi
HBV pada anak adalah pemerian obat-obatan atau produk-produk darah secara intravena,
kontak seksual, perawatan institusi dan kontak erat dengan pengidap.
Pada bayi dan anak masalah hepatitis B cukup serius karena resiko untuk terjadinya
infeksi hepatitis B kronis berbanding terbalik dengan usia saat terjadinya infeksi, walaupun
kurang dari 10% infeksi yang terjadi pada anak, infeksi ini mencakup 20-30 % dari semua
kasus kronis. Dari data yang ada, bayi yang terinfeksi virus hepatitis B sebelum usia 1 tahun
mempunyai resiko kronisitas sampai 90 %, jika terjadi pada usia 2-5 tahun resikonya 50 %
dan jika terjadi pada usia lebih dari 5 tahun resikonya 5-10 %. Tingginya insidensi pada
kasus Hepatitis B sesuai dengan data tersebut menunjukkan bahwa kasus Hepatitis B ini
memerlukan perhatian lebih di kalangan masyarakat. Untuk itu diperlukan pemahaman
lebih lanjut mengenai Hepatitis B ini.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identifikasi
Nama : Tn. M
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Baturaja
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
MRS : 21 Januari 2017
5
Riwayat Kebiasaan
Riwayat konsumsi obat-obatan suntik disangkal
Riwayat sering minum alkohol disangkal
6
- Trombosit : 238.000 rb/mm
- Eritrosit : 5.11 jt/mm
Kimia darah
- GDS : 74 mg/dl
- Bilirubin total : 11,6 mg/dl
- Bilirubin direk : 0,60 mg/dl
- Bilirubin indirek : 11 mg/dl
- SGOT : 240 u/l
- SGPT : 23 u/l
Urinalisa
- Warna : Kuning tua keruh
- Ph : 6.0
- Bj : 1.025
- Protein : Negatif
- Bilirubin : Positif
HbSAg : Positif
2.5 Resume
Tuan M, usia 32 tahun datang ke RSUD Dr. Ibnu Sutowo Baturaja dengan keluhan
demam sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Demam terus menerus tidak terlalu
tinggi, tanpa disertai menggigil dan berkeringat. Saat demam pasien mengaku
mengkonsumsi obat penurun panas, tapi sebentar saja panasnya turun. Pasien mengaku
warna buang air kecil (BAK) seperti air teh atau pekat. Pasien merasa badan dan matanya
berubah warna menjadi kuning sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Perut terasa sakit
dibagian kanan atas jika ditekan maupun tidak ditekan. Mual (+), nafsu makan menurun (+).
Riwayat Penyakit Dahulu : (-), Riwayat Penyakit Keluarga : (-), Riwayat Kebiasaan pasien
menyangkal minum-minuman beralkohol. Lingkungan tempat tinggalnya kurang bersih.
Tekanan darah: 120/80 mmHg, frekuensi nafas: 20x/i, nadi: 84x/i, suhu: 37,60c. Satus
generalisata, mata: sklera ikterik (+/+). Abdomen Inspeksi: perut tampak datar, simetris.
Palpasi : nyeri tekan (+) dikuadran kanan atas, hepar teraba (+), benjolan(-). Perkusi:
timpani. Auskultasi: bising usus (+) normal. Pemeriksaan serologi: HbsAg positif
sedangkan pemeriksaan faal hepar: bilirubin, SGOT/SGPT meningkat. Warna urinalisa:
kuning tua keruh, bilirubin urin (+). Diagnosis banding: demam tifoid, hepatoma, kolangitis.
7
Diagnosis: hepatitis B akut. Penanganan awal dilakukan meliputi terapi non medikamentosa
yaitu menjaga higienitas makanan, kebersihan diri dan lingkungan sekitar, terapi
medikamentosa yaitu curcuma 3x2 tab.
2.8 Penatalaksanaan
Non Farmakologis
- Istirahat
- Diet Hati
Farmakologis
- IVFD RL gtt XX/menit makro
- Aminofusin hepar 1flash/hari
- Injeksi Ranitidin 2x50 mg (iv)
- Curcuma 3x1 tab
2.10 Prognosis
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : dubia ad malam
8
FOLLOW UP
Tanggal Subject Object Assesment Plan
22 Demam, KU: baik Hepatitis B - IVFD RL gtt
Januari mual, Kesadaran: compos akut XX/menit makro
mata mentis - Aminofusin hepar
kuning TD : 100/60 1flash/hari
mmHg - Injeksi Ranitidin
N: 84x/i 2x50 mg (iv)
RR: 20x/i - Curcuma 3x1 tab
T: 360C
HbsAg: (+)
09 Nyeri KU : Baik Hepatitis B - IVFD RL gtt
Agustus ulu hati Kesadaran : akut XX/menit makro
2016 (+), mata Compos mentis - Aminofusin hepar
kuning TD : 120/60 1flash/hari
(+) mmHg - Injeksi Ranitidin
9
HbsAg: (+) 2x50 mg (iv)
- Curcuma 3x1 tab
10 Mata KU : Baik Hepatitis B - IVFD RL gtt
Agustus kuning Kesadaran: CM akut XX/menit makro
2016 TD: 120/60 mmhg - Aminofusin hepar
USG Abdomen: 1flash/hari
penyakit - Injeksi Ranitidin
parenkhim hati (+) 2x50 mg (iv)
Bilirubin total: 11,8 - Curcuma 3x1 tab
mg/dl
Bilirubin direk:
0,58 mg/dl
Bilirubin indirek:
11,22 mg/dl
SGOT: 131 u/l
SGPT: 24 u/l
HbsAg (+)
11 Mata KU : Baik Hepatitis B - IVFD RL gtt
Agustus kuning Kesadaran: CM akut XX/menit makro
2016 TD: 110/60 mmhg - Aminofusin hepar
Bilirubin total: 1flash/hari
10,5 mg/dl - Injeksi Ranitidin
Bilirubin direk: 2x50 mg (iv)
0,36 mg/dl - Curcuma 3x1 tab
SGOT: 122 u/l
SGPT: 20 u/l
HbsAg (+)
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
11
Hati Yang Terkena Hepatitis B
12
morbiditas dan mortalitas penting melalui infeksi kronis. Di Amerika Serikat, virus hepatitis
A (HAV) tampak menyebabkan kebanyakan kasus hepatitis pada anak. Hepatitis B
mencakup sekitar sepertiga kasus anak, sedang hepatitis C ditemukan sekitar 20 %.
Hepatitis D terjadi hanya pada sebagian kecil anak yang harus juga menderita infeksi virus
hepatitis B aktif (HBV).
3.3 Hepatitis A
3.3.1 Etiologi 1,2,10
Virus hepatitis A virus RNA berdiameter 27 nm merupakan virus RNA dan termasuk
dalam golongan Picornaviridae, tetapi dengan penentuan nukleotida serta susunan asam
aminonya, maka virus tersebut dimasukan ke dalam genus baru yaitu heparna virus (Hep-A-
RNA virus), virus ini bersifat sitopatik, bereplikasi dalam sitoplasma sel hati, terdiri 30 %
RNA dan 70 % protein.
13
tahun, dengan masa inkubasi sekitar 3-5 minggu atau rata-rata 15-50 hari. Hepatitis virus A
tersebar secara fecal oral, rute terbanyak dari orang ke orang. Infeksi ini mudah terjadi di
dalam lingkungan dengan hygiene dan sanitasi yang buruk dengan penduduk yang sangat
padat. Penyakt ini sering terjadi akibat adanya kontaminasi air dan makanan. Infeksi
hepatitis A sebagian besar asimptomatik. Menjadi + 5 % yang dapat dikenali secara klinis.
3
3.3.5 Diagnosis
Diagnosis infeksi HAV harus dipikirkan bila ada riwayat kontak dengan penderita
ikterus atau telah berwisata ke daerah endemis. Diagnosis dibuat dengan kriteria serologi.
Dilakukan pemeriksaan IgM anti HVA. IgM anti HAV terdapat di dalam serum pada waktu
timbul gejala dan dapat diukur dengan cara enzyme linked immunosorbent assay (ELISA)
atau radioimuno assay (RIA). Selama 3-12 bulan titernya tinggi dan positif pada penderita
hepatitis virus akut. Pada penderita yang pernah mengalami infeksi dan sekarang sudah
kebal maka ditemukan IgG anti HAV tanpa IgM anti HAV.
3.4 Hepatitis B
3.4.1 Etiologi 1,2
Virus hepatitis B termasuk kelompok hepadnavirus, bersifat hepatotropik dari grup
DNA virus. Berukuran diameter 42 nm berbentuk seperti bola. Virus hepatitis B terdiri dari
partikel genom (DNA) berlapis ganda dengan selubung bagian luar dan nukleokapsid di
bagian dalam. Nukleokapsid berukuran 27 nm dan mengandung genom (DNA) VHB yang
secara kuantitatif sangat bermanfaat untuk memperkirakan respon penyakit terhadap terapi.
18
Angka kejadian hepatitis B di Indonesia masih tinggi. Hal ini berkaitan dengan
tingginya angka transmisi vertikal dari ibu hamil yang positif-HBsAg dan transmisi
horisontal karena kontak erat sejak usia dini. Faktor resiko penting lainnya untuk infeksi
HBV pada anak adalah pemerian obat-obatan atau produk-produk darah secara intravena,
kontak seksual, perawatan institusi dan kontak erat dengan pengidap.
Pada bayi dan anak masalah hepatitis B cukup serius karena resiko untuk terjadinya
infeksi hepatitis B kronis berbanding terbalik dengan usia saat terjadinya infeksi, walaupun
kurang dari 10 % infeksi yang terjadi pada anak, infeksi ini mencakup 20-30 % dari semua
kasus kronis. Dari data yang ada, bayi yang terinfeksi virus hepatitis B sebelum usia 1 tahun
mempunyai resiko kronisitas sampai 90 %, jika terjadi pada usia 2-5 tahun resikonya 50 %
dan jika terjadi pada usia lebih dari 5 tahun resikonya 5-10 %.
Diagnosis serologik untuk HBV lebih kompleks daripada HAV dan tergantung dari
perjalanan penyakitnya apakah akut, subakut, kronis. Skrining untuk hepatitis B rutin
memerlukan assay sekurang-kurangnya dua pertanda serologis.
HbsAg adalah pertanda serologis pertama infeksi yang muncul dan terdapat pada
hampir semua orang yang terinfeksi, kenaikannya sangat bertepatan dengan mulainya
gejala.
Anti-HBs umumnya tanda sembuh dan kekebalan seumur hidup terhadap reinfeksi
hapatitis B.
HbeAg sering muncul selama fase akut dan menunjukkan status yang sangat infeksius,
muncul sebelum timbulnya gejala dan kurang lebih bersamaan waktunya dengan
terdeteksinya HbsAg.
Anti-Hbe adalah tanda remisi replikasi virus tidak aktif
IgG anti-HBc tanda sedang atau pernah terinfeksi, bisa menetap dalam kadar rendah
seumur hidup.
20
IgM anti-HBc tanda infeksi akut atau kronis aktif.
Polimerase ADN
Konsentrasi
rointif
ronktan HBsAg
Anti-HBs
HBeAg
Batas Anti-HBe
ditemukan
1 2 3 4 5 6 7 8
Bulan setelah
Peristiwa-peristiwa klinik dan serologic yang terjadi pada penderita dengan hepatitis tipe B. tes diagnostik
kontak
biara dan intepretasinya terdapat pada Tabel 32-2. (Dari Hollinger FB, Dienstage Jl. Manual of Clinical
SGPT (ALT) Microbiology, 3rd ed. Amarican Society for Microbiology, 1980)
Gejala
21
Diantara obat-obat tersebut di atas yang saat ini beredar di Indonesia antara lain :
Methicol, Methioson, Lesichol, Lipofood, Curliv, Curcuma, Curvit, Urdafalk, dan lain-lain.
Untuk pasien dengan perjalanan penyakit yang progresif (hepatitis kronik aktif)
pengobatan dengan interferon alfa (5-6 Juta u/m2 lpb 3 kali setiap minggu dalam 4-6 bln).
Pengobatan ini dapat menghambat replikasi virus + 40 % namun kekambuhan dapat tetap
terjadi setelah pengobatan selesai, dan menimbulkan efek samping.
Secara khusus
Imunisasi aktif
Imunisasi aktif yang saat ini banyak digunakan adalah vaksin rekombinan yang
dibuat dari rekayasa genetika. Prioritas utama imunisasi aktif adalah bayi baru lahir
dilakukan segera lahir. Anak yang belum pernah memperoleh imunisasi pada masa bayi,
harus diimunisasi secepatnya paling lambat saat berusia 11-12 tahun. Selain itu diberikan
juga pada kelompok yang berisiko tinggi untuk mendapatkan infeksi HBV meliputi individu
yang mendapat transfusi darah atau produk darah berulang, pasien yang menjalani rawat
inap yang lama, pasien dengan defisiensi imun atau menderita penyakit keganasan, individu
yang tinggal didaerah endemik dan anak-anak yang kontak erat dengan penderita (orang
serumah).
Imunisasi pasif
22
Imunisasi pasif VHB adalah dengan pemberian hepatitis B immune globulin (HBIg).
Indikasi pemberian ini yaitu pada keadaan paparan akut VHB dan harus diberikan segera
setelah seseorang terpajan VHB. Paparan akut ini meliputi kontak dengan darah yang
mengandung HBsAg baik melalui mekanisme inokulan, tertelan atau terciprat ke mukosa
atau konjungtiva. Pemberian profilaksis pada bayi yang berisiko untuk terinfeksi HBV
dilakukan segera setelah lahir atau dalam waktu 12 jam setelah lahir.
3.5 Hepatitis C
3.5.1 Etiologi 8,17
VHC termasuk famili flaviviridae yang terdiri dari untalan RNA tunggal dengan
diameter 30-60 mm, mempunyai evelop.
23
Hampir setiap anak yang mendapat transfusi darah atau produk darah dari donor
yang mengadung anti VHC, akan terinfeksi VHC. Risiko makin tinggi bila mendapat
transfusi berulang dari donor yang multiple (leukemia, talasemia) atau mendapat produk
darah yang diperoleh dari beberapa donor sekaligus (hemofilia). Meskipun infeksi VHC
adalah penyebab utama hepatitis akibat transfusi, cukup banyak penderita hepatitis C yang
ternyata tidak pernah memperoleh transfusi darah.
Penularan infeksi VHC dapat juga terjadi pada penderita yang mendapat
hemodialisis atau transplantasi organ. Penularan melalui hubungan seksual atau cairan
tubuh sangat jarang dilaporkan beberapa peneliti.
Transmisi intrafamilial adalah penularan yang terjadi dalam keluarga yang salah satu
anggota keluarganya menderita hepatitis C.
Transmisi perinatal dari ibu ke anak yang dilahirkan dilaporkan sangat jarang dan
dianggap tidak setinggi transmisi perinatal pada hepatitis virus B, pada bayi yang lahir dari
ibu dengan RNA VHC positif. Risiko penularan meningkat bila disertai adanya HIV
(human immunodeficiency virus). Transmisi vertical tidak terjadi bila titer RNA VHC
kurang dari 10 copieslml. Sebaliknya transmisi terjadi pada 36 % bayi bila kadar RNA-
VHC > 10 copies/ml.
Penularan VHC melalui air susu ibu sangat jarang, karena pada ASI dari ibu
pengidap VHC yang dalam kolostrumnya mengandung RNA-VHC positif, tidak satupun
bayinya terinfeksi dengan VHC sampai bayi berumur 1 tahun.
Uji serologi dilakukan dengan cara enzyme immuno-assay (EIA) dan sebagai tes
konfirmasi dipakai cara recombinant immunoblot assay (RIBA) uji molekuler di pakai cara
polymerase chain reaction (PCR). Pemeriksaan yang sensitif adalah cara RIBA.
3.5.6 Laboratorium 1
Setelah beberapa minggu, kadar serum alanin transferase (ALT) meningkat diikuti
dengan timbulnya gejala klinis. Hampir semua pasien (lebih dari 80%) terjadi peningkatan
sementara ALT dengan puncaknya lebih besar dari 10x normal, tetapi hanya 1/3 yang
terdapat gejala klinis atau ikterus, sedangkan sisanya tanpa ikterus dan gejala subklinis.
Pada hepatitis C yang kronik didapatkan kadar ALT tetap tinggi atau berfluktuasi dan RNA
VHC masih ditemukan sedangkan anti VHC yang positif dapat terjadi baik pada infeksi
akut maupun kronis.
3.5.9 Pencegahan 7
Vaksin untuk mencegah infeksi hepatitis C maupun immunoglobulin spesifik untuk
imunisasi pasif belum tersedia. Oleh karena itu pencegahan terhadap transmisi HCV
dilakukan dengan mencegah paparan terhadap virus tersebut, baik secara tidak langsung
dengan melakukan pemeriksaan penyaring terhadap darah dan donor organ atau secara
langsung dengan pencegahan kontak fisik paparan terhadap HCV.
3.6 Hepatitis D
3.6.1 Etiologi 1,11
Virus hepatitis D memiliki panjang partikel virus 36 nm dan terbungkus oleh protein
VHB (HBsAg). Virus Hepatitis D adalah suatu virus yang hidup dalam tubuh manusia.
Virus ini membutuhkan fungsi Helper dari virus Hepatitis B supaya mampu bertahan hidup
dan berkembang baik. Hepatitis D antigen (HDA2) membungkus genome RNA yang terjadi
1079 nukleotik. Sehingga untuk bisa terinfeksi hepatitis D diperlukan
HBsAg
bantuan virus
coaf
hepatitis B. Jadi virus hepatitis D hanya dapat menginfeksi penderita hepatitis B.
RNA
Delta
anligen
26
35 nm.40mm
3.6.2 Epidemiologi 1,2
Untuk bisa terinfeksi virus hepatitis D (VHD) diperlukan bantuan virus hepatitis B.
Transmisi melalui kontak di anggota keluarga atau berada di daerah yang memiliki angka
prevalensi yang tinggi khususnya di negara berkembang. Infeksi hepatitis D jarang terjadi
pada anak. Di Inggris infeksi virus hepatitis D banyak di temukan pada penyalahgunaan
obat, hemofili dan orang yang berimigrasi dari Italia Selatan, bagian Eropa Selatan,
Amerika Selatan, Afrika dan Timur Tengah. Masa inkubasi sekitar 2-8 minggu.
3.6.3 Patogenesis 4
HDV yang menyebabkan cytopathic mechanisme tergantung beratnya penyakit dari
infeksi HBV yang berhubungan dengan koinfeksi dari HBV dan HDV. HDV super infeksi
menginfeksi pada seorang HBV kronik infeksi dari seorang carrier HbsAg.
27
Pengobatan infeksi virus Hepatitis D seperti terapi pada Hepatitis B, sedangkan
untuk pencegahan sampai saat ini belum ada vaksin yang tersedia. Namun karena VHD
tidak dapat terjadi tanpa VHB, maka pencegahan VHB dapat dipakai untuk VHD.
3.7 Hepatitis E
3.7.1 Etiologi 11
Genome virus hepatitis E berbentuk untaian tunggal positip RNA (single positive
standed RNA) sebesar 7,6 Kb yang berbentuk sphaeris, tidak mempunyai mantel virus dan
berdiameter antara 27-34 nm. Virus ini adalah anggota dari famili dari Calicivirus, tetapi
menunjukkan sifat yang sama dengan Picornaviridae dimana tergolong enterovirus type 72,
yaitu virus hepatitis A.
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman R.E, at all. 2004. Nelson Textbook of Pediatrics, Viral Hepatitis ed. 17,
Page. 768-776.
2. Nelson, Waldo. E. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak edisi 15. Hepatitis A E,
hal.1118-1124. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
4. Markum. A.H., dkk. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Kelainan Hati Akibat
Infeksi, jilid 1, hal. 507-527. FKUI : Jakarta
29
5. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak, Hepatitis Virus, jilid 2, hal. 523-527.. Penerbit FKUI : Jakarta.
7. Sudoyo, Aru W., dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi keempat, jilid 1,
hal. 429-434. Departemen Ilmu Penyakit Dalam : Jakarta
8. Souhami, Robert and Moxham, John. 2002. Textbook of Medicine, 4th edition, page.
835-853. Elsevier Science : London
9. Forbes, Prof. Charles D and Jackson, dr.Willian F. 2003. Clinical Medicine, page.
375-386. Elsevier Science : London
30