A. TUJUAN
terhadap koefisien partisi obat yang bersifat asam lemah dalam campuran
pelarut kloroform-air.
B. LANDASAN TEORI
fasa sampel dan fasa gas, dan kesetimbangan dari perbandingan kadar zat
dalam dua fase. Koefisien partisi minyak-air adalah suatu petunjuk sifat
lipofilik atau hidrofobik dari molekul obat. Lewatnya obat melalui membran
(Alfred,1990).
Koefisien distribusi atau koefisien partisi (partition coefficient), K
ekstrak, (XC)E dibagi dengan fase berat solute dalam fase rafinat, (X C)R
Koefisien partisi tiap zat adalah tetap sesuai dengan sifat alamiah zat
itu sendiri. Pas adalah koefisien partisi yang menyatakan rasio konsentrasi zat
dalam air dan sediment, atau sebaliknya Psa adalah rasio konsentrasi zat
dalam sediment dan air. Tingkat partisi antara media air dan biota tergantung
pada sifat-sifat zat yaitu hidrofilik (suka air), lipofilik (suka lemak) dan
dalam air (berat zat/berat air) pada kondisi setimbang, Untuk zat lipofilik,
ikan) dan air dinyatakan dalam hubungan: Log Pba = log Cb/Ca = log BCF
= 0,79 log Pow 0,40 6). Kebalikan hasil formula adalah koefisien partisi zat
lipofilik antara air dan biota (Pab). Partisi zat dalam udara dan tanah tidak
dapat langsung udara dan tanah tetapi melalui intermedia air tanah. Zat-zat
udara masuk ke dalam pori tanh berisi air tanah. Zat itu kemudian terlarut
dalam air tanah, yang dapat siap berpartisi dengan partikel tanah. Sebaliknya,
zat-zat dalam partikel tanah dapat berpartisi dengan air tanah untuk
sama fasa organik dan air disetimbangkan dalam tabung terbuat dari teflon.
Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tidak dapat
campur, ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam
dua fasa pada kesetimbangan. Suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara
dua zairan yang tidak dapat campur. Sedemikian rupa sehingga angka
D. PROSEDUR KERJA
E. HASIL PENGAMATAN
a. Tabel pengamatan
Volume pelarut
No. pH Absorbansi
kloroform air
0.111 A
1. 3 4,8 ml 10,2 ml
1,583 A
2 4 3,9 ml 10 ml
1,668 A
3 5 4 ml 10 ml
b. Perhitungan
1. Untuk pH = 3 [H+] = 10-3
Menghitung kadar obat atau asam salisilat dalam fase air mula-
mula.
[asam]
+
[H ] = Ka. [garam]
X
10-3 = 1,06. 10-3 0,01X
X
10-3 = 0,01X
1,06. 10-3
1,06 X = 0,01 X
1,06 X + X = 0,01
2,06 X = 0,01
X = c2 = 4,8. 10-3 M
Menghitung kadar asam salisilat setelah tercapai
kesetimbangan
A = . I.c
0,111 = 401. 0,1. c
0,111 = 40,1. c
0,111
c = c2' = 40,1 = 2,7 . 10-3 M
Menghitung APC
(C 2 C 2 ') . a
APC = C 2' . b
= (4,8 . 10-3 2,7 . 10-3) . 10,2 ml
2,7 . 10-3 . 4,3 ml
= 2,1 . 10-3 . 10,2 ml
2,7. 10-3 . 4,3 ml
= 21,42
11,61
= 1,844
X
10-3 = 1,06. 10-3 0,01X
X
10-4 = 0,01X
1,06.10-3
X
10-1 = 0,01X
1,06
10-1 (10-2 X) = 1,06 X
10-3 10-1 = 1,06 X
10-3 = 1,06 X + 0,1 X
10-3 = 1,16 X
X = c2 = 10-3
1,16
= 0,86 . 10-3
Menghitung kadar asam salisilat setelah tercapai
kesetimbangan
A = . I. c
1,583 = 401. 0,1. c
1,583 = 40,1 . c
c = c2' = 1,583
40,1
= 0,0394 M
= 39,4 . 10-3 M.
Menghitung APC
(C 2 C 2 ') . a
APC = C 2' . b
= (0,86 . 10-3 39,4 . 10-3) . 10
39,4 . 10-3 . 3,9
= -38,54 . 10-3 10
153,66 . 10-3
= -2,5
3. Untuk pH = 5
Menghitung kadar asam salisilat dalam fase air mula-mula
[asam]
[H+] = Ka. [garam]
X
-3 -3
10 = 1,06. 10 0,01X
X
10-5 = 0,01X
1,06.10-3
X
10-2 = 0,01X
1,06
1,06 X = 10-2 (10-2 X)
1,06 X = 10-4 10-2 X
1,06 X + 0.01 X = 10-4
1,07 X = 10-4
C2 = X = 10-4 = 0,93 . 10-4 M
1,07
Menghitung kadar asam salisilat setelah tercapai
kesetimbangan
A = . I. c
1,668 = 401 . 0,1 . c
1,668 = 40,1 . c
c = c2 = 1,668
40,1
= 0,0415 M
Menghitung APC
(C 2 C 2 ' ). a
APC = C 2' . b
= (0,93 . 10-4 415 . 10-4 M) . 10 ml
415. 10-4 . 4 ml
= -414,07 . 10-4 . 10
415. 10-4 . 4
= -4,1407
1,66
= -2,49
F. PEMBAHASAN
Koefisien partisi adalah rasio konsentrasi dari suatu senyawa dalam
dua tahap dari campuran dua tidak saling larut dalam pelarut pada
Koefisien partisi lipida-air suatu obat adalah perbandingan kadar obat dalam
fase lipoid dan fase air setelah dicapai kesetimbangan. Koefisien partisi (P)
yaitu pelarut organik dan air. Bila molekul semakin larut lemak, maka
koefisien partisinya semakin besar dan difusi trans membran terjadi lebih
mudah. Tidak boleh dilupakan bahwa organisme terdiri dari fase lemak dan
air, sehingga bila koefisien partisi sangat tinggi ataupun sangat rendah maka
absorbs pada obat, yang mana obat tersebut bersifat asam lemah. Kecepatan
sebaliknya obat-obat yang sukar larut dalam lipida akan sukar diabsorpsi.
kofesien partisi lipida-air yang besar, sebaliknya obat-obat yang sukar larut
dalam lipida akan memiliki kofesien partisi yang sangat kecil. Besarnya fraksi
obat yang telah terionkan sangat tergantung pada PH larutannya dan sebagian
akan terionisasi.
Sehingga akan terjadi dua lapisan atau dua fase zat cair yang tidak
lebih besar dibandingkan dengan berat jenis air pada larutan dapar. Selain itu
karena adanya perbedaan sifat dari kedua fase tersebut dimana kloroform
bersifat non polar sedangkan dapar salisilat bersifat polar sesuai teori like
dissolve like yaitu larutan yang bersifat sama akan saling bercampur atau
saling melarutkan.
karena fase air dalam tabung merupakan campuran dari obat salisilat dengan
larutan buffer fosfat adalah untuk membentuk kompleks warna agar dapat
waktu, serta APC yang dihitung pada saat setimbang, yaitu pada suhu
Hasil dari pemisahan ini yaitu setelah dipisahkan antara air dan
penambahan larutan FeCl3 ini tidak sesuai dengan prosedur kerja. Dari
absorbansinya 1,668 A.
Faktor utama yang mempengaruhi absorpsi obat adalah sifat fisika
pendistribusian obat ke dalam sistem dua fase (lemak dan air). Permukaan
membran.
yang penting dalam mendesain kualitas suatu obat. Bentuk molekul obat ada
yang sederhana dan ada yang sangat kompleks yang mengandung beberapa
absorbsi obat. Hal ini disebabkan karena kemampuan dinding usus yang
sebagian besar terdiri dari lipid akan sangat sukar dilakukan absorbsi.
Semakin besar koefisien suatu obat, maka semakin cepat pula obat tersebut
terabsorbsi, atau dapat pula dikatakan jika obat mudah larut dalam lipid
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
bersifat asam atau lemah yang menyebabkan sebagian akan terionisasi jika
dilarutkan dalam air. Dalam artian jika suatu senyawa pada obat yang
bersifat asam atau basa mengalami ionisasi sebesar 50% (pH = pKa). Maka
DAFTAR PUSTAKA
Hendrawan. 2002. Kajian Tentang Kinetika Transfer Asam Asetat Pada Antarmuka Cair-
Cair Dengan Menggunakan Rotating Membrane Cell. Jurnal Matematika dan
Sains, 2(7):71-76. Bandung.
Kasmiyatun,Mega, dkk. 2008. Ekstraksi Asam Sitrat dan Asam Oksalat : Pengaruh
Trioctylamine sebagai Extracting Power Dalam Berbagai Solvern Campuran
Terhadap Koefisien Distribusi. J.Kimia. Vol.12. No.2 hal.108.
Martin, Alfred, dkk. 2009. Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu
Farmasetik. Penerbit UI-Press. Jakarta.
OLEH
KELAS : A 2014
JURUSAN FARMASI
FAKILTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2015