Anda di halaman 1dari 15

KOEFISIEN PARTISI

A. TUJUAN

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH

terhadap koefisien partisi obat yang bersifat asam lemah dalam campuran

pelarut kloroform-air.

B. LANDASAN TEORI

Koefisien partisi adalah distribusi kesetimbangan dari analit antara

fasa sampel dan fasa gas, dan kesetimbangan dari perbandingan kadar zat

dalam dua fase. Koefisien partisi minyak-air adalah suatu petunjuk sifat

lipofilik atau hidrofobik dari molekul obat. Lewatnya obat melalui membran

lemak dan interaksi dengan makromolekul pada reseptor kadang-kadang

berhubungan baik dengan koefisien partisi oktanol/air dari obat

(Alfred,1990).
Koefisien distribusi atau koefisien partisi (partition coefficient), K

didefinisikan sebagai perbandingan antara fraksi berat solute dalam fase

ekstrak, (XC)E dibagi dengan fase berat solute dalam fase rafinat, (X C)R

dalam keadaan kesetimbangan (Kamiyatun, 2008).

Koefisien partisi tiap zat adalah tetap sesuai dengan sifat alamiah zat

itu sendiri. Pas adalah koefisien partisi yang menyatakan rasio konsentrasi zat

dalam air dan sediment, atau sebaliknya Psa adalah rasio konsentrasi zat

dalam sediment dan air. Tingkat partisi antara media air dan biota tergantung

pada sifat-sifat zat yaitu hidrofilik (suka air), lipofilik (suka lemak) dan

organofilik (suka zat organik). Faktor biokonsentrasi (bioconcentration factor


- BCF) adalah rasio konsentrasi zat dalam biota (berat zat/berat biota) dan

dalam air (berat zat/berat air) pada kondisi setimbang, Untuk zat lipofilik,

BCF dapat diestimasi menggunakan koefisien partisi n-octano/ water atau

Pow. Koefisien partisi zat lipofilik antara biota (direpresentasikan sebagai

ikan) dan air dinyatakan dalam hubungan: Log Pba = log Cb/Ca = log BCF

= 0,79 log Pow 0,40 6). Kebalikan hasil formula adalah koefisien partisi zat

lipofilik antara air dan biota (Pab). Partisi zat dalam udara dan tanah tidak

dapat langsung udara dan tanah tetapi melalui intermedia air tanah. Zat-zat

udara masuk ke dalam pori tanh berisi air tanah. Zat itu kemudian terlarut

dalam air tanah, yang dapat siap berpartisi dengan partikel tanah. Sebaliknya,

zat-zat dalam partikel tanah dapat berpartisi dengan air tanah untuk

selanjutnya dengan udara (Sarwoko, 2005).

Koefisien partisi terlarut dari organik-ke-air, KCorg / Caq, ditentukan

secara eksperimen dengan menggunakan perunut radioaktif. Sevolume yang

sama fasa organik dan air disetimbangkan dalam tabung terbuat dari teflon.

Kedua cairan tersebut dipaksa-kontakkan dengan cara mengocoknya

menggunakan pengaduk magnetik selama sekitar 24 jam. Kuantitas AA

dalam kedua fasa ditentukan setelah sebelumnya disentrifugasi. Koefisien

aktivitas AA kemudian dihitung dengan ungkapan : = K / Kref. Bila K dan

Kref masing-masing adalah koefisien partisi AA pada konsentrasi tertentu

garam, Cs, dan untuk Cs = 0 (rujukan) (Hendrawan, 2002).


Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat campur

menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis.

Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tidak dapat

campur, ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam

dua fasa pada kesetimbangan. Suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara

dua zairan yang tidak dapat campur. Sedemikian rupa sehingga angka

banding konsentrasai pada kesetimbangan adalah konstanta pada temperatur

tertentu (Underwood, 1998).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat-alat yang akan digunakan pada percobaan ini adalah:
Gelas kimia
Shaking thermostatic waterbath
Tabung Erlenmeyer 3 buah
Pipet tetes
Pipet ukur
Filler
Corong pisah
Spektro uv-vis
Botol semprot
Kuvet 2 buah
2. Bahan
Bahan-bahan yang akan digunakan pada percobaan ini adalah:
Larutan buffer pH 3, pH 4, dan pH 5
FeCl3
Kloroform
Aquadest

D. PROSEDUR KERJA

Dapar salisilat dengan


pH 3,pH 4 dan pH 5

- diambil 25 ml dan di masukkan


dalam erlenmeyer
- ditambahkan dengan kloroform p.a
masing-masing 10 ml
- diinkubasi selama 20 menit
- dimasukkan dalam corong pisah
- didiamkan
- dimasukkan dalam tabung
percobaan
- diukur volume fase air (salisilat)
- diukur volume fase lipida
( kloroform)

Dapar salisilat Kloroform


( fase air ) ( fase lipid )
- Ditambahkan FeCl3
- Dimasukkan dalam kuvet dan
spektrofotometer dan diukur
absorbansinya
- Dihitung APC ( koefisien partisi
semunya )

Hasil pengamatan = ........?

E. HASIL PENGAMATAN
a. Tabel pengamatan

Volume pelarut
No. pH Absorbansi
kloroform air
0.111 A
1. 3 4,8 ml 10,2 ml
1,583 A
2 4 3,9 ml 10 ml
1,668 A
3 5 4 ml 10 ml

b. Perhitungan
1. Untuk pH = 3 [H+] = 10-3
Menghitung kadar obat atau asam salisilat dalam fase air mula-
mula.
[asam]
+
[H ] = Ka. [garam]
X
10-3 = 1,06. 10-3 0,01X
X
10-3 = 0,01X

1,06. 10-3
1,06 X = 0,01 X
1,06 X + X = 0,01
2,06 X = 0,01
X = c2 = 4,8. 10-3 M
Menghitung kadar asam salisilat setelah tercapai
kesetimbangan
A = . I.c
0,111 = 401. 0,1. c
0,111 = 40,1. c
0,111
c = c2' = 40,1 = 2,7 . 10-3 M

Menghitung APC
(C 2 C 2 ') . a
APC = C 2' . b
= (4,8 . 10-3 2,7 . 10-3) . 10,2 ml
2,7 . 10-3 . 4,3 ml
= 2,1 . 10-3 . 10,2 ml
2,7. 10-3 . 4,3 ml
= 21,42
11,61
= 1,844

2. Untuk Ph = 4 [H+] = 10-4


Menghitung kadar asam salisilat dalam fase air mula-mula
[asam]
+
[H ] = Ka. [garam]

X
10-3 = 1,06. 10-3 0,01X
X
10-4 = 0,01X

1,06.10-3
X
10-1 = 0,01X

1,06
10-1 (10-2 X) = 1,06 X
10-3 10-1 = 1,06 X
10-3 = 1,06 X + 0,1 X
10-3 = 1,16 X
X = c2 = 10-3
1,16
= 0,86 . 10-3
Menghitung kadar asam salisilat setelah tercapai
kesetimbangan
A = . I. c
1,583 = 401. 0,1. c
1,583 = 40,1 . c
c = c2' = 1,583
40,1
= 0,0394 M
= 39,4 . 10-3 M.

Menghitung APC
(C 2 C 2 ') . a
APC = C 2' . b
= (0,86 . 10-3 39,4 . 10-3) . 10
39,4 . 10-3 . 3,9
= -38,54 . 10-3 10
153,66 . 10-3
= -2,5

3. Untuk pH = 5
Menghitung kadar asam salisilat dalam fase air mula-mula
[asam]
[H+] = Ka. [garam]

X
-3 -3
10 = 1,06. 10 0,01X
X
10-5 = 0,01X

1,06.10-3
X
10-2 = 0,01X

1,06
1,06 X = 10-2 (10-2 X)
1,06 X = 10-4 10-2 X
1,06 X + 0.01 X = 10-4
1,07 X = 10-4
C2 = X = 10-4 = 0,93 . 10-4 M
1,07
Menghitung kadar asam salisilat setelah tercapai
kesetimbangan
A = . I. c
1,668 = 401 . 0,1 . c
1,668 = 40,1 . c
c = c2 = 1,668
40,1
= 0,0415 M

Menghitung APC
(C 2 C 2 ' ). a
APC = C 2' . b
= (0,93 . 10-4 415 . 10-4 M) . 10 ml
415. 10-4 . 4 ml
= -414,07 . 10-4 . 10
415. 10-4 . 4
= -4,1407
1,66
= -2,49
F. PEMBAHASAN
Koefisien partisi adalah rasio konsentrasi dari suatu senyawa dalam

dua tahap dari campuran dua tidak saling larut dalam pelarut pada

kesetimbangan atau un-trionisasi senyawa antara dua solusi. Sedangkan

Koefisien partisi lipida-air suatu obat adalah perbandingan kadar obat dalam

fase lipoid dan fase air setelah dicapai kesetimbangan. Koefisien partisi (P)

menggambarkan rasio pendistribusian obat kedalam pelarut sistem dua fase,

yaitu pelarut organik dan air. Bila molekul semakin larut lemak, maka

koefisien partisinya semakin besar dan difusi trans membran terjadi lebih

mudah. Tidak boleh dilupakan bahwa organisme terdiri dari fase lemak dan

air, sehingga bila koefisien partisi sangat tinggi ataupun sangat rendah maka

hal tersebut merupakan hambatan pada proses difusi zat aktif.


Pengaruh pH terhadap kofesien partisi yaitu mempengaruhi kecepatan

absorbs pada obat, yang mana obat tersebut bersifat asam lemah. Kecepatan

absorbs obat sangat dipengaruhi oleh koefisien partisinya. Dengan demikian

obat-obat yang mudah larut dalam lipida dengan mudah melaluinya,

sebaliknya obat-obat yang sukar larut dalam lipida akan sukar diabsorpsi.

Obat-obat yang larut dalam lipida tersebut dengan sendirinya memiliki

kofesien partisi lipida-air yang besar, sebaliknya obat-obat yang sukar larut
dalam lipida akan memiliki kofesien partisi yang sangat kecil. Besarnya fraksi

obat yang telah terionkan sangat tergantung pada PH larutannya dan sebagian

akan terionisasi.

Percobaan digunakan larutan buffer fosfat 10 ml dengan barbagai

macam pH yaitu pH 3, 4, dan pH 5. Adapun larutan yang digunakan yakni

FeCl3, kloroform-air, dan asam salisilat pekat dalam bentuk buffer.

Digunakan larutan buffer fosfat bertujuan agar dapat mempertahankan harga

pH larutan. Sedangkan pH yang digunakan dalam percobaan berbeda-beda

bertujuan untuk mengetahui absorbsi obat.

Tabung yang sudah terisi larutan dapar, ditambahkan 2,0 ml kloroform.

Sehingga akan terjadi dua lapisan atau dua fase zat cair yang tidak

bercampur. Lapisan kloroform berada dibagian bawah, karena berat jenisnya

lebih besar dibandingkan dengan berat jenis air pada larutan dapar. Selain itu

karena adanya perbedaan sifat dari kedua fase tersebut dimana kloroform

bersifat non polar sedangkan dapar salisilat bersifat polar sesuai teori like

dissolve like yaitu larutan yang bersifat sama akan saling bercampur atau

saling melarutkan.

Pembacaan absorbansinya hanya menggunakan fase airnya saja,

karena fase air dalam tabung merupakan campuran dari obat salisilat dengan

ionnya dan untuk mempermudah pengambilan cairan. Tujuan penambahan

larutan buffer fosfat adalah untuk membentuk kompleks warna agar dapat

dilakukan pembacaan absorbansi pada spektrofotometer visibel. Sebelum

dibaca absorbansinya terlebih dahulu didiamkan selama 6-10 menit sebagai


operating time, tujuannya agar asam salisilat dapat membentuk kompleks

seluruhnya dengan FeNO3 1%. Terbentuk reaksi kompleks warna antara

asam salisilat dengan FeNO3 1% sehingga muncul warna ungu.

Dari hasil percobaan diperoleh kadar untuk masing-masing pH dan

waktu, serta APC yang dihitung pada saat setimbang, yaitu pada suhu

setelah 60 menit, kemudian dibuat grafik hubungan kadar vs waktu pada

masing-masing pH. Asam salisilat merupakan asam lemah, biasanya dalam

bentuk tak terion, sehingga mudah larut dalam lipid.

Hasil dari pemisahan ini yaitu setelah dipisahkan antara air dan

kloroform, air di tampung pada tabung Erlenmeyer untuk dititrasi dengan

menggunakan larutan FeCl3 sehingga menghasilkan warna ungu. Setelah itu,

ketiga larutan tersebut di masukkan dalam spektro uv-vis untuk di hitung

nilai absorbansinya. Namun ada salah satu larutan yang dititrasi

menghasilkan warna ungu pekat, hal ini di karenakan penambahan larutan

FeCl3 pada larutan buffer pH 5 sangat banyak di tambahkan FeCl3. Dan

penambahan larutan FeCl3 ini tidak sesuai dengan prosedur kerja. Dari

pengukuran obsorbansi didapatkan hasil dari larutan buffer pH 3 dengan

nilai absorbansi 0,111 A, pH 4 nilai absorbansinya 1,58 A, dan pH 5 nilai

absorbansinya 1,668 A.
Faktor utama yang mempengaruhi absorpsi obat adalah sifat fisika

kimia, yakni koefisien partisi. Koefisien partisi (P) : menggambarkan rasio

pendistribusian obat ke dalam sistem dua fase (lemak dan air). Permukaan

membran biologis berupa lipid, sehingga dapat dianggap bahwa

penerobosan obat melalui usus dapat dianggap sebagai kompetisi molekul


obat diantara lingkungan air dan lipid membran. Oleh sebab itu, prinsip

kimia menentukan perpindahan obat dari lingkungan air ke fase lipid

membran.

Koefisien partisi berhubungan erat dengan bidang farmasi. Sifat

fisika molekul obat yang telah diketahui absorbansinya memegang peranan

yang penting dalam mendesain kualitas suatu obat. Bentuk molekul obat ada

yang sederhana dan ada yang sangat kompleks yang mengandung beberapa

gugus fungsional. Koefisien partisi sangat mempengaruhi kecepatan

absorbsi obat. Hal ini disebabkan karena kemampuan dinding usus yang

sebagian besar terdiri dari lipid akan sangat sukar dilakukan absorbsi.

Semakin besar koefisien suatu obat, maka semakin cepat pula obat tersebut

terabsorbsi, atau dapat pula dikatakan jika obat mudah larut dalam lipid

berarti koefisien partisi lipid-airnya bersifat basa.

G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa pengaruh pH terhadap koefisien partisi adalah

mempengaruhi kecepatan absorpsi pada obat, yang mana obat-obat tersebut

bersifat asam atau lemah yang menyebabkan sebagian akan terionisasi jika

dilarutkan dalam air. Dalam artian jika suatu senyawa pada obat yang

bersifat asam atau basa mengalami ionisasi sebesar 50% (pH = pKa). Maka

koefisien partisinya setengah dari obat-obat yang tidak mengalami ionisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Hendrawan. 2002. Kajian Tentang Kinetika Transfer Asam Asetat Pada Antarmuka Cair-
Cair Dengan Menggunakan Rotating Membrane Cell. Jurnal Matematika dan
Sains, 2(7):71-76. Bandung.

Kasmiyatun,Mega, dkk. 2008. Ekstraksi Asam Sitrat dan Asam Oksalat : Pengaruh
Trioctylamine sebagai Extracting Power Dalam Berbagai Solvern Campuran
Terhadap Koefisien Distribusi. J.Kimia. Vol.12. No.2 hal.108.

Martin, Alfred, dkk. 2009. Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu
Farmasetik. Penerbit UI-Press. Jakarta.

Mangkoedihardjo, Sarwoko. 2005. Perencanaan Tata Ruang Fitostruktur Wilayah Pesisir


Sebagai Penyangga Perencanaan Tata Ruang Wilayah Daratan: Sebuah kajian
dengan pendekatan energi, ekosistem, danekologi. Jurusan Teknik Lingkungan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Underwood, A. L dan Day A. R. 1990.AnalisisKimia KuantitatifEdisiKelima.


PenerbitErlangga. Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA I


PERCOBAAN III
KOEFISIEN PARTISI

OLEH

NAMA : HENDRA FEBRIANSYAH

STAMBUK : O1A1 14 015

KELOMPOK : III (TIGA)

KELAS : A 2014

ASISTEN : NUR SALIMAH TAANO

JURUSAN FARMASI

FAKILTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2015

Anda mungkin juga menyukai