Diagnosis
Wheezing unilateral
Daerah dengan suara pernapasan yang menurun, dapat dullness
atau hipersonor pada perkusi;
Deviasi dari trakea
Lakukan pemeriksaan foto dada pada saat ekspirasi penuh untuk melihat
daerah hiperinflasi atau kolaps, pergeseran mediastinum (ipsilateral), atau
benda asing bila benda tersebut radio-opak.
Tatalaksana
Bayi:
TUBERKULOSIS
Pada umumnya anak yang terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis
tidak menunjukkan penyakit tuberkulosis (TB). Satu-satunya bukti infeksi
adalah uji tuberkulin (Mantoux) positif. Risiko terinfeksi dengan kuman TB
meningkat bila anak tersebut tinggal serumah dengan pasien TB paru BTA
positif.
TUBERKULOSIS: DIAGNOSIS
Diagnosis TB pada anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis, baik
overdiagnosis maupun underdiagnosis. Pada anak, batuk bukan
merupakan gejala utama.
Anamnesis:
Pemeriksaan fisis
Pembesaran kelenjar limfe leher, aksila, inguinal.
Pembengkakan progresif atau deformitas tulang, sendi, lutut, falang.
Uji tuberkulin. Biasanya positif pada anak dengan TB paru, tetapi
bisa negatif pada anak dengan TB milier atau yang juga menderita
HIV/AIDS, gizi buruk atau baru menderita campak.
Pengukuran berat badan menurut umur atau lebih baik pengukuran
berat menurut panjang/tinggi badan.
Perlu perhatian khusus jika ditemukan salah satu keadaan di bawah ini:
Tanda bahaya:
Kejang, kaku kuduk
Penurunan kesadaran
Kegawatan lain, misalnya sesak napas
Foto dada menunjukkan gambaran milier, kavitas, efusi pleura.
Gibus, koksitis
TUBERKULOSIS: TATALAKSANA
Alur tatalaksana pasien TB anak dapat dilihat pada skema di bawah ini.
Dosis
Tabel berikut ini adalah contoh dari dosis KDT yang komposisi tablet RHZ
adalah R = 75 mg, H = 50 mg, Z = 150 mg dan komposisi tablet RH
adalah R = 75 mg dan H = 50 mg,
Keterangan:
Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit
Anak dengan BB 33 kg , disesuaikan dengan dosis dewasa
Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
OAT KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan secara utuh atau
digerus sesaat sebelum diminum.
Bila paket KDT belum tersedia, dapat digunakan paket OAT Kombipak
Anak. Dosisnya seperti pada tabel berikut ini.
BB 10-20 KG
JENIS OBAT BB<10 KG BB 20-32 KG
KOMBIPAK
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg
Bila anak balita sehat, yang tinggal serumah dengan pasien TB paru BTA
positif, mendapatkan skor < 5 pada evaluasi dengan sistem skoring, maka
kepada anak balita tersebut diberikan isoniazid dengan dosis 510 mg/kg
BB/hari selama 6 bulan. Bila anak tersebut belum pernah mendapat
imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan setelah pengobatan pencegahan
selesai.
PNEUMONIA
Pneumonia biasanya disebabkan oleh virus atau bakteria. Sebagian besar
episode yang serius disebabkan oleh bakteria. Biasanya sulit untuk
menentukan penyebab spesifik melalui gambaran klinis atau gambaran
foto dada. Dalam program penanggulangan penyakit ISPA, pneumonia
diklasifikasikan sebagai pneumonia sangat berat, pneumonia berat,
pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan ada tidaknya tanda
bahaya, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan frekuensi
napas, dan dengan pengobatan yang spesifik untuk masing-masing
derajat penyakit.
PNEUMONIA RINGAN
Diagnosis
Tatalaksana
Anjurkan ibu untuk memberi makan anak. Nasihati ibu untuk membawa
kembali anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat kalau keadaan anak
memburuk atau tidak bisa minum atau menyusu.
Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal
berikut ini:
Kepala terangguk-angguk
Pernapasan cuping hidung
Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas,
konsolidasi, dll)
Napas cepat:
o Anak umur < 2 bulan : 60 kali/menit
o Anak umur 2 11 bulan : 50 kali/menit
o Anak umur 1 5 tahun : 40 kali/menit
o Anak umur 5 tahun : 30 kali/menit
Suara merintih (grunting) pada bayi muda
Pada auskultasi terdengar:
o Crackles (ronki)
o Suara pernapasan menurun
o Suara pernapasan bronkial
Tatalaksana
Terapi Antibiotik
Terapi Oksigen
Pemantauan
Anak harus diperiksa oleh perawat paling sedikit setiap 3 jam dan oleh
dokter minimal 1 kali per hari. Jika tidak ada komplikasi, dalam 2 hari akan
tampak perbaikan klinis (bernapas tidak cepat, tidak adanya tarikan
dinding dada, bebas demam dan anak dapat makan dan minum).
Komplikasi
Jika anak tidak mengalami perbaikan setelah dua hari, atau kondisi anak
semakin memburuk, lihat adanya komplikasi atau adanya diagnosis lain.
Jika mungkin, lakukan foto dada ulang untuk mencari komplikasi.
Tatalaksana
Drainase
Terapi antibiotik
Jika demam dan gejala lain berlanjut, meskipun drainase dan terapi
antibiotik adekuat, lakukan penilaian untuk kemungkinan tuberkulosis.
Tuberkulosis. Seorang anak dengan demam persisten 2 minggu dan
gejala pneumonia harus dievaluasi untuk TB. Lakukan pemeriksaan
dengan sistem skoring untuk menentukan diagnosis TB pada anak. Jika
skor 6 berarti TB dan diberikan terapi untuk TB. Respons terhadap
terapi TB harus dievaluasi (lihat bagian 4.8).
Anak dengan positif HIV atau suspek positif HIV. Beberapa aspek
terapi antibiotik berbeda pada anak dengan HIV positif atau suspek HIV.
Meskipun pneumonia pada anak dengan HIV/suspek HIV mempunyai
gejala yang sama dengan anak non-HIV, PCP, tersering pada umur 4-6
bulan (Lihat Bab 8), merupakan penyebab tambahan yang penting dan
harus
segera diterapi.
Pada umur dua tahun pertama, wheezing pada umumnya disebabkan oleh
infeksi saluran respiratorik akut akibat virus, seperti bronkiolitis atau
batuk dan pilek. Setelah umur dua tahun, hampir semua wheezing
disebabkan oleh asma (Tabel 10). Kadang-kadang anak dengan
pneumonia disertai dengan wheezing. Diagnosis pneumonia harus selalu
dipertimbangkan terutama pada umur dua tahun pertama.
Anamnesis
Pemeriksaan
wheezing pada saat ekspirasi
ekspirasi memanjang
hipersonor pada perkusi
hiperinflasi dada
crackles/ronki pada auskultasi.
Jika penyebab wheezing tidak jelas, atau jika anak bernapas cepat atau
terdapat tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam selain wheezing,
beri bronkodilator kerja cepat dan lakukan penilaian setelah 20 menit.
Respons terhadap bronkodilator kerja cepat dapat membantu menentukan
diagnosis dan terapi.
Salbutamol nebulisasi
Salbutamol dengan MDI (metered dose inhaler) dengan spacer
Jika kedua cara tidak tersedia, beri suntikan epinefrin (adrenalin)
secara subkutan.
Lihat bagian 4.4.2 untuk rincian pemakaiannya.
DIAGNOSIS GEJALA
Asma Riwayat wheezing berulang,
kadang tidak berhubungan
dengan batuk dan pilek
Hiperinflasi dinding dada
Ekspirasi memanjang
Berespons baik terhadap
bronkodilator
Bronkiolitis Episode pertama wheezing
pada anak umur < 2 tahun
Hiperinflasi dinding dada
Ekspirasi memanjang
Gejala pada pneumonia juga
dapat dijumpai
Respons kurang/tidak ada
respons dengan bronkodilator
Wheezing berkaitan dengan batuk Wheezing selalu berkaitan
dan pilek dengan batuk dan pilek
Tidak ada riwayat keluarga
dengan asma/eksem/hay fever
Ekspirasi memanjang
Cenderung lebih ringan
dibandingkan dengan
wheezing akibat asma
Berespons baik terhadap
bronkodilator
Benda asing Riwayat tersedak atau
wheezing tiba-tiba
Wheezing umumnya unilateral
Air trapping dengan
hipersonor dan pergeseran
mediastinum
Tanda kolaps paru
Pneumonia Batuk dengan napas cepat
Tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam
Demam
Crackles/ ronki
Pernapasan cuping hidung
Merintih/grunting
BRONKIOLITIS
Bronkiolitis adalah infeksi saluran respiratorik bawah yang disebabkan
virus, yang biasanya lebih berat pada bayi muda, terjadi epidemik setiap
tahun dan ditandai dengan obstruksi saluran pernapasan dan wheezing.
Penyebab paling sering adalah Respiratory syncytial virus. Infeksi bakteri
sekunder bisa terjadi dan biasa terjadi pada keadaan tertentu.
Penatalaksanaan bronkiolitis, yang disertai dengan napas cepat atau
tanda lain distres pernapasan, sama dengan pneumonia. Episode
wheezing bisa terjadi beberapa bulan setelah serangan bronkiolitis,
namun akhirnya akan berhenti.
Diagnosis
Antibiotik
Apabila terdapat napas cepat saja, pasien dapat rawat jalan dan
diberikan kotrimoksazol (4 mg TMP/kgBB/kali) 2 kali sehari, atau
amoksisilin (25 mg/ kgBB/kali), 2 kali sehari, selama 3 hari.
Apabila terdapat tanda distres pernapasan tanpa sianosis tetapi
anak masih bisa minum, rawat anak di rumah sakit dan beri
ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/ kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam),
yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila
anak memberi respons yang baik maka terapi dilanjutkan di rumah
atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (25 mg/kgBB/kali, dua
kali sehari) untuk 3 hari berikutnya. Bila keadaan klinis memburuk
sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang berat (tidak dapat
menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya,
kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat)
maka ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap
8 jam) sampai keadaan membaik, dilanjutkan per oral 4 kali sehari
sampai total 10 hari.
Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat (pneumonia berat)
segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasi ampilisin-
kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.
Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB/kali IM atau IV
sekali sehari).
Oksigen
Perawatan penunjang
Pemantauan
Komplikasi
Diagnosis
Tatalaksana
Anak dengan episode pertama wheezing tanpa distress pernapasan,
bisa dirawat di rumah hanya dengan terapi penunjang. Tidak perlu
diberi bronkodilator
Anak dengan distres pernapasan atau mengalami wheezing
berulang, beri salbutamol dengan nebulisasi atau MDI (metered
dose inhaler). Jika salbutamol tidak tersedia, beri suntikan
epinefrin/adrenalin subkutan. Periksa kembali anak setelah 20 menit
untuk menentukan terapi selanjutnya:
o Jika distres pernapasan sudah membaik dan tidak ada napas
cepat, nasihati ibu untuk merawat di rumah dengan
salbutamol hirup atau bila tidak tersedia, beri salbutamol sirup
per oral atau tablet (lihat di ).
o Jika distres pernapasan menetap, pasien dirawat di rumah
sakit dan beri terapi oksigen, bronkodilator kerja-cepat dan
obat lain seperti yang diterangkan di bawah.
Jika anak mengalami sianosis sentral atau tidak bisa minum, rawat
dan beri terapi oksigen, bronkodilator kerja-cepat dan obat lain yang
diterangkan di bawah.
Jika anak dirawat di rumah sakit, beri oksigen, bronkodilator kerja-
cepat dan dosis pertama steroid dengan segera.
Respons positif (distres pernapasan berkurang, udara masuk
terdengar lebih baik saat auskultasi) harus terlihat dalam waktu 20
menit. Bila tidak terjadi, beri bronkodilator kerja cepat dengan
interval 20 menit.
Jika tidak ada respons setelah 3 dosis bronkodilator kerja-cepat, beri
aminofilin IV.
Oksigen
Berikan oksigen pada semua anak dengan asma yang terlihat sianosis
atau mengalami kesulitan bernapas yang mengganggu berbicara, makan
atau menyusu (serangan sedang-berat).
Bronkodilator kerja-cepat
Beri anak bronkodilator kerja-cepat dengan salah satu dari tiga cara
berikut: nebulisasi salbutamol, salbutamol dengan MDI dengan alat
spacer, atau suntikan epinefrin/adrenalin subkutan, seperti yang
diterangkan di bawah.
Jika kedua cara untuk pemberian salbutamol tidak tersedia, beri suntikan
epinefrin (adrenalin) subkutan dosis 0.01 ml/kg dalam larutan 1:1 000
(dosis maksimum: 0.3 ml), menggunakan semprit 1 ml (untuk teknik
injeksi lihat halaman 331). Jika tidak ada perbaikan setelah 20 menit,
ulangi dosis dua kali lagi dengan interval dan dosis yang sama. Bila gagal,
dirawat sebagai serangan berat dan diberikan steroid dan aminofilin.
Bronkodilator Oral
Ketika anak jelas membaik untuk bisa dipulangkan, bila tidak tersedia
atau tidak mampu membeli salbutamol hirup, berikan salbutamol oral
(dalam sirup atau tablet). Dosis salbutamol: 0.05-0.1 mg/kgBB/kali setiap
6-8 jam
Steroid
Aminofilin
Antibiotik tidak diberikan secara rutin untuk asma atau anak asma yang
bernapas cepat tanpa disertai demam. Antibiotik diindikasikan bila
terdapat tanda infeksi bakteri.:
Perawatan penunjang
Pemantauan
Komplikasi
Jika anak gagal merespons terapi di atas, atau kondisi anak memburuk
secara tiba-tiba, lakukan pemeriksaan foto dada untuk melihat adanya
pneumotoraks/ atelektasis. Tangani seperti yang diterangkan di bagian
4.4.1.
Tindak lanjut
Anamnesis
Episode stridor pertama atau berulang
Riwayat tersedak
Stridor ditemukan segera setelah lahir.
Pemeriksaan fisis
Diagnosis
Croup ringan ditandai dengan:
demam
suara serak
batuk menggonggong
stridor yang hanya terdengar jika anak gelisah.
Croup berat ditandai dengan:
Tatalaksana
Anak dengan croup berat harus dirawat di rumah sakit untuk perawatan
sebagai berikut:
1. Oksigen
Perawatan penunjang
Pemantauan