Anda di halaman 1dari 16

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) ditemukan pertama kali di daratan

Amaerika Latin, tepatnya disekitar Peru, Equador. Setelah itu menyebar keseluruh

bagian daerah tropis Amerika. Tidak lama Kemudian orang Meksiko mulai

membudidayakan tanaman ini. Tanaman tomat mulai masuk ke Eropa pada awal

abad Ke-16. Penyebaran tanaman tomat di Indonesia dimulai dari Filipina melalui

jalur Amerika Selatan, pada awal abad ke 18 (Darmawan, 2010).

Di negara tropis seperti Indonesia, tanaman tomat memiliki daerah

penyebaran yang cukup luas, yaitu dari ketinggian 199-700 m dpl, tomat yang

dibudidayakan di daerah tropis cenderung lebih produktif di dataran tinggi dari

pada di dataran rendah. Pengembangan budidaya tanaman tomat di dataran tinggi

dihadapkan pada permasalahan luas lahan yang terbatas dan dinilai dapat memicu

terjadinya erosi tanah. Dengan demikian, perluasan areal untuk budidaya tanaman

tomat lebih diarahkan ke dataran rendah (Simamora, 2009).

Tomat merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

Sehingga dari tahun ke tahun Indonesia selalu berusaha untuk meningkatkan

produksi tomat dengan cara perluasan wilayah budidaya tomat. Namun hingga

tahun 2004 Indonesia masih mengimpor tomat sebanyak 8.192.280 kg baik dalam

bentuk buah segar maupun dalam bentuk olahan yang berasal dari berbagai

Negara (Simamora, 2009).

Tomat merupakan tanaman sayuran buah yang sangat dibutuhkan oleh

manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini disebabkan oleh karena
2

kandungan gizi buah tomat yang terdiri dari vitamin dan mineral sangat berguna

untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit (Surtinah, 2007).

Dataran rendah di Indonesia masih luas, diharapkan potensi hasilnya akan

lebih tinggi dibandingkan dengan dataran tinggi. Salah satu kendala penanaman

tomat di dataran rendah adalah rendahnya produktivitas tanaman tersebut. Salah

satu usaha yang dilakukan untuk peningkatan kualitas dan kuantitas tomat adalah

dengan penambahan bahan organik dalam tanah yang dapat memperbaiki struktur

tanah sehingga menjadi gembur dan akar tanaman lebih mudah menembus tanah

dan menyerap unsur hara yang ada di dalam tanah dengan baik hal ini akan

menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Simamora, 2009).

Genetika disebut juga ilmu keturunan. Berasal dari kata genos, artinya

suku-bangsa atau asal-usul. Dalam ilmu ini dipelajari bagaimana sifat keturunan

(hereditas) itu diwariskan kepada anak-cucu, serta variasi yang mungkin timbul di

dalamnya (Rizky, 2011).

Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai

dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak

bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat

yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang

menentukan tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling

memengaruhi. Hukum Mendel II disimpulkan dari persilangan dihibrid. Hukum

ini juga dinamakan Hukum Penggabungan Bebas (the mendelian law of

independent assortment) (Yatim, 2006).

Hukum II Mendel menyatakan bahwa pada waktu pembentukan gamet,

alel-alel berbeda yang telah bersegregasi bebas (misal alel A memisah dari a, serta
3

alel B memisah dari b) akan bergabung secara bebas membentuk genotip dengan

dengan kombinasi alel yang berbeda-beda (Endang, 2013).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan paper adalah untuk mengetahui adanya gen

berangkai, pindah silang dan dapat menentukan jarak gen pada kromosom

tanaman Tomat ( Lycopersicum esculentum Mill.)

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilain di Laboratorium Dasar Pemuliaan

Tanaman Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara dan sebagai sumber informasi bagi yang membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Simamora (2009) Klasifikasi Tanaman Tomat yaitu

Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae,

Kelas : Dicotyledoneae, Ordo : Tubiflorae , Family : Solanaceae,

Genus : Lycopersicum, Spesies : Lycopersicum esculentum Mill.

(Simamora, 2009).

Sebagaimana tanaman dikotil lainnya, tanaman tomat berakar tunggang

dengan akar samping yang menjalar ditanah. Batang tomat walaupun tidak sekeras

tanaman tahunan, tetapi cukup kuat. Warna batang hijau dan berbentuk persegi

empat sampai bulat. Pada permukaan batangnya ditumbuhi banyak rambut halus

terutama dibagian yang berwarna hijau. Diantara rambut - rambut tersebut

biasanya terdapat rambut kelenjar. Pada bagian buku - bukunya terjadi penebalan

dan kadang - kadang pada buku bagian bawah terdapat akar - akar pendek. Jika

dibiarkan (tidak dipangkas), tanaman tomat akan mempunyai banyak cabang yang

menyebar rata (Estria, 2011).

Batang tanaman tomat bentuknya bulat dan membengkak pada buku-buku.

Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang berkelenjar. Mudah patah,

dapat naik bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun harus dibantu

dengan beberapa ikatan. Dibiarkan merata, cukup rimbun menutupi tanah.

Bercabang banyak sehingga secara keseluruhan berbentuk perdu. Pada tanaman

tomat varietas permata tinggi tanaman mencapai 150 cm dengan diameter batang

2-3 cm (Rismunandar, 2001).


5

Daun tomat berbentuk oval, bergerigi, dan mempunyai celah yang

menyirip. Daunnya yang berwarna hijau dan berbulu mempunyai panjang sekitar

20-30 cm dan lebar 15-20 cm. Sementara itu, tangkai daunnya berbentuk bulat

memanjang sekitar 7-10 cm dan ketebalan 0,3-0,5 m (Wiryanta, 2004).

Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan

dengan jumlah 5-10 bunga per dompolan atau tergantung dari varietasnya. Bunga

tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tipe bunganya berumah satu.

Menurut deskripsi, tanaman tomat varietas permata berbunga pada umur 25 hari

setelah pindah tanam, jumlah bunga per tandan 6-10, dan jumlah tandan bunga

10-16 (Simamora, 2009).

Buah tomat memiliki bentuk buah tomat beragam: lonjong, oval, pipih,

meruncing, dan bulat. Diameter buah tomat antara 2-15 cm, tergantung

varietasnya. Menurut deskripsi, panen awal tanaman tomat varietas permata pada

70-80 hari setelah tanam dan panen akhir pada 100 hari setelah tanam dengan

frekuensi panen 2-3 hari sekali. Rata-rata berat per buah yang dipanen adalah 50 g

(3-4 kg/tanaman) (Pitojo, 2005).

Bagian dalam buah memiliki ruang-ruang yang dipenuhi biji. Ukuran buah

tomat dan beratnya bervariasi tergantung varietasnya. Biji tomat berbentuk pipih,

berbulu, dan berwarna putih, putih kekuningan atau cokelat muda. Panjangnya 3-5

mm dan lebar 2-4 mm (Ernawaty, 2011).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman tomat dapat tumbuh dalam musim hujan maupun pada musim

kemarau, namun dalam musim yang basah tidak akan terjamin. Musim kemarau
6

yang terik dengan angin yang kencang akan menghambat pertumbuhan bunga.

Baik didataran tinggi maupun didataran rendah dalam musim kemarau, tomat

memerlukan penyiraman dan pengairan demi kelangsungan hidup dan

produksinya (Rismunandar, 2001).

Suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih tomat adalah

25 300 C. Sementara itu, suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah

24 280 C. Kelembaban relatif yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman

tomat adalah 80% . Tanaman tomat membutuhkan penyinaran penuh sepanjang

hari untuk produksi yang menguntungkan, tetapi sinar matahari yang terik tidak

disukai. Daerah yang beriklim sejuklah yang disukainya (Wiryanta, 2004).

Tanaman tomat membutuhkan penyinaran penuh sepanjang hari untuk

produksi yang menguntungkan, tetapi sinar matahari yang terik tidak disukai.

Daerah yang beriklim sejuklah yang disukainya. Pembentukan buah sangat

ditentukan oleh faktor suhu malam hari. Pengalaman di berbagai negara

membuktikkan bahwa suhu yang terlalu tinggi di waktu malam menyebabkan

tanaman tomat tidak dapat membentuk bunga sama sekali, sedangkan pada suhu

kurang dari 100C tepung sari menjadi lemah tumbuhnya dan banyak tepung sari

yang mati, akibat hanya sedikit saja yang terjadi pembuahan (Tugiyono, 2005).

Tanaman tomat pada fase vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup.

Sebaliknya pada fase generatif memerlukan curah hujan yang sedikit. Curah hujan

yang tinggi pada fase pemasakan buah dapat menyebabkan daya tumbuh yang

lebih rendah.curah hujan yang ideal selama pertumbuhan tanaman tomat berkisar

antara 750 1250 mm/tahun. Curah hujan tidak menjadi factor penghambat dalam
7

penangkaran benih tomat, dimusim kemarau jika kebutuhan air dapat dicukupi

dari air irigasi (Pitojo, 2005).

Pembentukan buah sangat ditentukan oleh faktor suhu malam hari.

Pengalaman di berbagai negara membuktikkan bahwa suhu yang terlalu tinggi di

waktu malam menyebabkan tanaman tomat tidak dapat membentuk bunga sama

sekali, sedangkan pada suhu kurang dari 100C tepung sari menjadi lemah

tumbuhnya dan banyak tepung sari yang mati, akibat hanya sedikit saja yang

terjadi pembuahan (Tugiyono, 2005).

Tanah

Tanah yang dikehendaki adalah tanah bertekstur liat yang banyak

mengandung pasir. Dan akan lebih disukai bila tanah itu banyak mengandung

humus, gembur, sarang, dan berdrainase baik. Sedangkan keasaman tanah yang

ideal untuk pertumbuhannya adalah pada pH netral, yaitu sekitar 6 - 7

(Hanum, 2008).

Tomat bisa ditanam pada semua jenis tanah, seperti andosol, regosol,

latosol, ultisol, dan grumusol. Namun demikian, tanah yang paling ideal dari jenis

lempung berpasir yang subur, gembur, memiliki kandungan bahan organik yang

tinggi, serta mudah mengikat air (porous). Di Indonesia, tanaman tomat dataran

rendah dapat dibudidayakan di daerah dengan ketinggian <100 m dpl. Ketinggian

tempat berkaitan erat dengan suhu udara siang dan malam hari (Pitojo, 2005).

Tanaman tomat merupakan tanaman yang dapat tumbuh di semua tempat,

dari dataran rendah sampai tinggi (pegunungan). Tanaman tomat tomat tidak

menyukai tanah yang tergenang air atau becek. Tanah yang keadaannya demikian
8

menyebabkan akar tomat mudah busuk dan tidak mampu mengisap zat-zat hara

dari dalam tanah karena sirkulasi udara dalam tanah disekitar akar tomat kurang

baik. Akibatnya tanaman akan mati (Hanum, 2008).

Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah

yang gembur, kadar keasaman (pH) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir,

dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan cukup mulai

tanam sampai waktu tanaman mulai dapat di panen (Tugiyono, 2001).

PINDAH SILANG DAN PEMETAAN KROMOSOM PADA TANAMAN


TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.)

Pengertian Pindah Silang Dan Pemetaan Kromosom

Gen-gen yang terangkai pada satu kromosom biasanya letaknya tidak

berdekatan satu dengan yang lainnya, sehingga gen-gen itu dapat mengalami

perubahan letak yang disebabkan karena adanya penukaran segmen dari kromatid-

kromatid pada sepasang kromosom homolog. Peristiwa ini sering disebut dengan

pindah silang (crossing over) (Listiani, 2013).

Pindah silang merupakan salah satu kejadian dalam ilmu genetika dimana

kromosom tidak berpasangan dengan kromosom homolognya. Peristiwa bahwa

beberapa gen bukan alel terdapat pada satu kromosom yang sama dinamakan

berangkai (linkage). Gen-gennya dinamakan gen-gen terangkai (Suryo, 2010).

Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa penukaran segmen dari

kromatid-kromatid bukan saudara dari sepasang kromosom homolog. Peristiwa

pindah silang sangat umum terjadi pada saat pembentukan gamet pada

kebanyakan makhluk. Pindah silang terjadi pada akhir profase I atau awal

metafase I yang terjadi pada saat kromosom telah mengganda menjadi dua

kromatid. Pindah silang umumnya terjadi pada kromatid-kromatid tengah yaitu


9

kromatid nomor dua dan tiga dari tetrad kromatid. Tetapi tidak menutup

kemungkinan adanya pindah silang pada kromatid-kromatid yang lain

(Campbell, 2004).

Peta Kromosom ialah gambar skema sebuah kromosom yang dinyatakan

sebagai sebuah garis lurus dimana diperlihatkan lokus setiap gen yang terletak

pada kromosom itu. Sentromer dari kromosom biasanya dianggap sebagai

pangkal, maka diberi tanda 0. Pada lokus gen dibutuhkan angka yang merupakan

jarak gen itu dengan sentromer atau jarak antara satu gen dengan yang lain. Jarak

itu diberi ukuran unit dan 1unit = 1% pindah silang (Yanuarista, 2011).

Tujuan Pindah Silang Dan Pemetaan Kromosom

Proses pindah silang bertujuan untuk menambah keanekaragaman individu

dalam populasi dengan mengawinkan individu-individu pada populasi P(t)

sehingga menghasilkan keturunan berupa individu-individu baru untuk

ditempatkan pada populasi berikutnya P(t + 1). Individu baru akan memiliki

bagian struktur kedua orang tuanya (Hermawan, 2010).

Pada saat dilakukannya percobaan pindah silang dan pemetaan kromosom

dengan mencari hasil Persentase rekombinasi (nilai pindah silang) dan besarnya

koefisien koinsidens (KK) bertujuan untuk mengetahui adanya gen berangkai,

proses pindah silang dan dapat menentukan jarak antara gen pada kromosom.

Pindah silang dapat menyebakan terjadinya pertukaran bahan genetik, bahan

genetik kromosom yang dibawa ada kemungkinan berbeda dengan orangtuanya

sehingga menimbulkan keragaman genetik (Yanuarista, 2011).

Persentase pindah silang digunakan untuk menggambarkan jarak antar gen

yang bertaut, dengan satuan ukuran unit peta. Satu unit sama dengan 1% pindah
10

silang (rekombinan) dan menunjukan jarak linier antar 2 gen tersebut. Frekuensi

pindah silang sangat ditentukan oleh jarak antar gen yaitu kemungkinan terjadinya

pindah silang antar gen tersebut makin jauh. Jarak sentromer mempengaruhi

pindah silang, demikian pula umur organisme (makin tua makin sedikit suhu,

makin rendah atau lebih rendah 22oC), nutrisi dan pengaruh zat kimia. Tempat

dimana gen berada dalam kromosom (loci) berada pada analog linier di benang

kromatid (Listiani, 2013).

Pindah silang bersama-sama dengan pemilihan bebas (hukum Mendel II),

sebagai mekanisme pembentukan keanekaragaman genetik karena kedua akan

menghasilkan kombinasi baru diantara gen-gen yang terdapat pada individu

sebelumnya. Pindah silang dapat menyebabkan terjadinya Pertukaran bahan

genetik, bahan genetik kromosom yang dibawa ada kemungkinan berbeda dengan

orang tuanya sehingga menimbulkan keragaman genetik (Yanuarista, 2011).

Jenis-jenis Pindah Silang

Pindah silang tunggal merupakan pindah silang yang terjadi pada satu

tempat. Dengan terjadinya pindah silang ini akan terbentuk 4 macam gamet. Dua

macam gamet memiliki gen-gen yang sama dengan gen-gen yang dimiliki induk

(parental), sehingga dinamakan gamet tipe parental. Dua gamet lainnya

merupakan gamet-gamet baru, yang terjadi akibat adanya pindah silang. Gamet-

gamet ini dinamakan gamet rekombinasi. Gamet tipe parental dibentuk lebih

banyak dibanding dengan tipe rekombinasi (Listiani, 2013).

Pindah silang ganda merupakan pindah silang yang terjadi pada dua

tempat. Jika pindah silang ganda (double crossing over) berlangsung diantara dua

buah gen yang terangkai, maka terjadinya pindah silang ganda ini tidak akan
11

tampak dalam fenotip, sebab gamet-gamet yang dibentuk hanya dari tipe parental

saja atau dari tipe rekombinasi atau tipe parental dan tipe rekombinasi akibat

pindah silang tunggal. Akan tetapi, misalkan diantara gen A dan B masih ada gen

ketiga, misalnya gen C, maka terjadinya pindah silang ganda antara A dan B akan

nampak (Yanuarista, 2011).

Pindah silang yang terjadi pada mahluk hidup dapat berupa pindah silang

tunggal maupun pindah silang ganda. Pada peristiwa pindah silang tunggal

dihasilkan tipe rekombinasi yang terjadi akibat pindah silang sebesar 50% karena

hanya melibatkan dua kromosom yang mengalami pindah silang. Pada peristiwa

pindah silang ganda dihasilkan tipe rekombinasi yang terjadi akibat pindah silang

sebesar 50%, 75% hingga 100% karena tidak hanya dua kromosomyang

mengalami pindah silang, tetapi sampai tiga atau empat kromosom mengalami

pindah silang (Endang, 2013).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pindah Silang

Kemungkinan terjadinya pindah silang ternyata dipengaruhi oleh beberapa

faktor, Seperti: Temperatur yang melebihi atau kurang dari temperatur biasa dapat

memperbesar kemungkinan terjadinya pindah silang; umur yaitu semakin tua

individu semakin kurang mengalami pindah silang; zat kimia tertentu dapat

memperbesar kemungkinan terjadinya pindah silang; Penyinaran dengan sinar x

dapat memperbesar terjadinya pindah silang; Jarak antar gen-gen yang terangkai,

semakin jauh letak satu gen dengan gen lainnya maka semakin besar

kemungkinan terjadinya pindah silang; dan jenis kelamin (Yanuarista, 2011).

Faktor yang mendasari pindah silang adalah jarak antar gen. Karena, jarak

ini mempengaruhi kemampuan suatu gen untuk saling berpindah tempat dengan
12

alel pada gamet diseberangnya. Suhu yang ekstrim pun merupakan faktor dari

pindah silang karena suhu tinggi atau rendah mempengaruhi meiosis dan juga

mempengaruhi rekombinan. Penggunaan bahan kimia atau radiasi dapat

meningkatkan pindah silang. Dan juga kontrol gen, beberapa lokus gen telah

diidentifikasi meningkatkan atau menurunkan frekuensi rekombinan. Beberapa

lokus ini mempengaruhi pada waktu kromosom berpasangan ketika meiosis, yang

lainnya sesudah kromosom berpasangan (Hardjosubroto, 2008).

Temperatur, Umur suatu Mahluk hidup, Zat kimia tertentu, Penyinaran

dengan sinar x, Jarak antara gen-gen terangkai, dan juga Jenis kelamin dapat

mempengaruhi kemungkinan terjadinya proses pindah silang. Atau sebagai faktor-

faktor yang mempengaruhi terjadinya pindah silang (Listiani, 2013).

Pindah Silang Dan Pemetaan Kromosom Pada Tanaman


Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)

Informasi genetik merupakan hal yang penting dalam menyeleksi hasil

persilangan untuk mendapatkan varietas unggul. Informasi ini sangat sedikit dan

jarang diperoleh. Kajian genetika sifat buah dapat dilakukan dengan

menggunakan populasi F2 dari populasi yang mempunyai sifat berbeda.

Generasi F2 tanaman akan mengalami segregasi sesuai dengan hukum Mendel.

Aksi dan interaksi gen yang berbedakan membuat pola segregasi berbeda. Tipe

aksi gen dapat dibedakan menjadi dua yaitu interaksi antar alel pada lokus yang

berbeda (interlokus) dan interaksi antar alel pada lokus yang sama (intralokus).

Sifat yang dikendalikan oleh satu lokus dua alel per lokus maka interaksi

intralokus dominan akan menghasilkan perbandingan segregasi fenotipe

3:1 pada keturunan F2, sedangkan jika tidak ada dominansi menghasilkan nisbah
13

1:2:1. Pada sifat yang dikendalikan dua lokus dengan dua alel per lokus akan

menghasilkan nisbah 12:3:1 (Rudi, 2014).

Warna buah masak tanaman F2 pada kedua persilangan adalah merah,

merah muda dan merah jingga dengan nisbah 12:3:1. Warna buah masak pada

keturunan F2 persilangan GM3XGH adalah merah, merah jingga dan merah muda

dengan nisbah genetik 9:6:1. Hal ini menunjukkan jumlah lokus dan alel sama

dengan dua persilangan lainnya tetapi pada persilangan GM3XGH terjadi

interaksi antar lokus semi epistasis (Kurniawati, 2014).

Warna buah tomat dipengaruhi oleh kandungan klorofil dan betakarotin.

Warna buah mentah yang muncul pada generasi F2 dari ketiga persilangan

berwarna hijau 5 muda, akan tetapi memiliki warna pangkal buah beragam yaitu

hijau tua, hijau dan hijau muda (seluruh buah berwarna hijau muda). Warna hijau

pada kulit buah dipengaruhi oleh kandungan klorofil a dan b. Total klorofil pada

buah hijau mentah adalah sekitar 13 g/g buah. Kandungan karotenoid buah

mentah jauh lebih kecil dibandingkan klorofil (Murti dan Trisnowati, 2001).

Hasil analisis warna buah mentah untuk ketiga persilangan menunjukkan

warna buah mentah dikendalikan oleh lokus tunggal dengan dua alel per lokus.

Hal ini tampak dari tanaman F2 (dari ketiga persilangan) yang menghasilkan buah

dengan warna hijau tua dan hijau muda dengan nisbah 3:1. Sifat warna pangkal

buah mentah hijau tua dominan terhadap warna hijau muda. Warna buah hijau

akan berubah menjadi merah akibat destruksi klorofil dan peningkatan akumulasi

-karotin dan lycopene. Gen hp (high pigment) dan dg (dark green) berkaitan

dengan kandungan vitamin C buah tomat, yang juga mempunyai efek pleotropi

terhadap ukuran buah kecil dan hasil rendah (Kurniawati, 2014).


14

KESIMPULAN

1. Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa penukaran segmen dari

kromatid-kromatid bukan saudara dari sepasang kromosom homolog.

Peta Kromosom ialah gambar skema sebuah kromosom yang dinyatakan

sebagai sebuah garis lurus dimana diperlihatkan lokus setiap gen yang

terletak pada kromosom itu..

2. Tujuan Pindah silang dan Pemetaan kromosom yaitu untuk mengetahui

adanya gen berangkai, proses pindah silang dan dapat menentukan jarak

antara gen pada kromosom.

3. Pindah silang yang terjadi pada mahluk hidup dapat berupa pindah silang

tunggal maupun pindah silang ganda..

4. faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pindah silang yaitu :

Temperatur, Umur suatu Mahluk hidup, Zat kimia tertentu, Penyinaran

dengan sinar x, Jarak antara gen-gen terangkai, dan juga Jenis kelamin.

5. Pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) terjadi pleotropi

atau tautan (linkage) antara jumlah rongga buah, jumlah bunga, dan

ukuran buah.
15

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A. 2004. Biologi. Edisi Kelima. Jilid I. Erlangga. Jakarta.

Endang, L. 2013. Simulasi Percobaan Pautan pada Proses Pindah Silang untuk
Pemetaan Kromosom. Universitas Tanjungpura. Pontianak.
Estria, R.G. 2011. potensi trichoderma harzianum rifai dan kompos untuk
mengendalikan penyakit busuk daun (phytophthora infestans
(Mont.) de barry) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum
Mill.). Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman. Direktorat Pembinaan Sekolah


Menengah Kejuruan. Jakarta.

Hardjosubroto, W. 2000. Pengantar Genetika Hewan. Fakultas


Peternakan.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Hermawan. 2010. Implementasi Algoritma Genetik dalam Economic Dispatch


dengan Valve Point Loading. Universitas Diponegoro. Semarang.

Kurniawati, T. 2014. Pola Pewarisan Sifat Buah Tomat Inheritance of Traits of


Tomato Fruit. Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Listiani, E. . 2013. Simulasi Percobaan Pautan pada Proses Pindah Silang untuk
Pemetaan Kromosom. Universitas Tanjungpura. Pontianak.
Murti, R. H dan Trisnowati, S. 2001. Keragaman dan Kandungan Nutrisi Buah
Tiga Jenis Tomat Introduksi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Pitojo, S, 2005. Benih Tomat. Kanisius, Yogyakarta.

Rismunandar, 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Rizky, Y. 2011. Laporan Praktikum Genetika. Jurusan Biologi. FMIPA.


Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.

Robert. 2002. Penuntun Praktikum Biologi. UMP. Purwokerto.

Rudi, H.M. 2014. Pola Pewarisan Sifat Buah Tomat Inheritance of Traits of
Tomato Fruit. Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Simamora, D.T. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat


(Lycopersicum esculentum Mill.) terhadap pemberian pupuk organic
cair dan padat. Universitas Sumatera Utara. Medan.
16

Suryo, S. 2010. Genetika untuk Strata 1. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.

Tugiyono, H. 2001. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Wiryanta, W.T. 2004. Bertanam Tomat. Agromedia Pustaka,


Jakarta.

Yanuarista, R. 2011. Laporan Praktikum Genetika. Jurusan Biologi. FMIPA.


Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.

Yatim, W. 2006. Genetika. Penerbit Tarsito. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai