SKENARIO 1
COCCYX
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
Skenario 1
Rumusan Masalah
1.Apa saja tanda, gejala, faktor resiko, jenis dan cara/tips menghindari keguguran (abortus
spontan)?
2.Apa saja tanda-tanda kehamilan?
3.Bagaimana jadwal pemeriksaan ibu hamil?
4.Apa saja faktor yang mempengaruhi kelainan kongenital?
5.Bagaimana cara pemeriksaan untuk menentukan kelainan kongenital?
6.Apa saja kelebihan dan kekurangan USG dan berapa kali disarankan untuk melakukan
USG?
7.Apa saja contoh dari diagnosis prenatal?
8.Apa saja faktor perkembangan fetus?
9Apa saja konsep pemeriksaan ANC?
Learning Object
Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita, yang terjadi di
daerah ampulla tuba fallopii.Spermatozoa bergerak dengan cepat dari vagina ke rahim
dan selanjutnya masuk kedalam saluran telur.Pergerakan naik ini disebabkan oleh
kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Sebelum spermatozoa dapat membuahi oosit,
mereka harus mengalami proses kapasitasi dan reaksi akrosom (Langman, 1994).
Infertilitas dapat terjadi pada pria maupun wanita. Infertilitas pada pria
disebabkan oleh kurangnya jumlah sperma dan/atau buruknya motilitas sperma.
Infertilitas pada wanita dapat diakibatkan oleh sejumlah penyebab, meliputi oklusi
tuba uterine, mucus serviks yang tidak bersahabat, imunitas terhadap spermatozoa,
tidak tejadinya ovulasi, dll.
C Pembelahan
Kira-kira 24 jam setelah fertilisasi, oosit yang telah dibuahi mulai pembelahan
pertamanya (Anonimus, 2010). Setelah zigot mencapai tingkat dua sel, ia menjalani
serangkaian pembelahan mitosis yang mengakibatkan bertambahnya jumlah sel
dengan cepat. Sel ini dikenal sebagai blastomer yang akan berbentuk seperti
gumpalan yang padat (Langman, 1994).
ZIGOT
2-SEL EMBRIO
4-SEL EMBRIO
8-SEL EMBRIO
MORULA
Gambar 2.1 Perkembangan sel menjadi morula
1.Pellucid zone
2.Trophoblast (outer cell mass)
3.Hypoblast (part of the inner cell mass)
4.Blastocyst cavity
5 . Epiblast (part of the inner cell mass)
Polaritas dari embrio dapat terlihat pada waktu pembentukan kutub embrionik
dan kutub abemrioalik. Ha ini jelas terlihat ketika meneliti blastokista dimana inner
cell mass sudah terbentuk. Polaritas lebih terfokus pada satu kutub dari interior
belahan blastokista yang terdiri dari blastomer (Anonimus, 2010).
EMBRIOGENESIS
Menurut Dorlands Illustrated Medical Dictionary, Embriogenesis adalah :
1.produksi dari embrio; 2.perkembangan dari individu yang baru yang terjadi secara
seksual yaitu dari zigot. Secara umum, embriogenesis adalah proses pembelahan sel
dan diferensiasi sel dari embrio manusia yang terjadi pada saat tahap-tahap awal dari
perkembangan manusia. Tepatnya, embriogenesis terjadi pada saat spermatozoa
bertemu dan menyatu dengan ovum yang disebut fertilisasi sampai akhir dari minggu
ke-8 dari perkembangan manusia (Langman,1994).
Tahap-tahap embrogenesis
a. Tahapan perkembangan embrio
Minggu 1
1 Daur ovarium
Pada setiap daur ovarium, sejumlah folikel mulai tumbuh, tetapi hanya satu
yang mengalami kematangan sempurna, dan hanya satu oosit yang dikeluarkan
pada saat ovulasi.
2 Ovulasi
Pada saat ovulasi, oosit berada pada meiosis kedua dan dilapisi oleh zona
pelusida dan beberapa sel granulose. Melalui kegiatan penyapuan yang
dilakukan oleh fimbriae tuba, oosit dibawa ke saluran telur rahim.
3 Korpus luteum
Setelah ovulasi, sel granulose yang tertinggal di dinding yang sudah pecah,
bersama dengan sel teka interna, mendapatkan pendarahan daripembuluh-
pembuluh darah di sekitarnya. Dibawah pengaruh LH, sel-sel ini menghasilkan
suatu pigmen berwarna kekuningan dan berubah menjadi sel luteal, yang
membentuk korpus luteum dan menghasilkan progesterone.
4 Perjalanan oosit
Setelah oosit masuk ke saluran telur rahim, ia didorong ke arah rongga rahim
oleh kontraksi dinding otot. Pada manusia pengangkutan oosit yang sudah
dibuahi berlangsung dalam waktu kira-kira 3-4 hari.
5 Korpus albikans
Korpus luteum yang mengecil kembali karena degenerasi sel uteal dan
membentuk masa jaringan parut fibrotic, dikenal sebagai korpus albikans.
6 Fertilisasi
7. Pembelahan
Menghasilkan bertambahnya jumlah sel, blastomer, yang menjadi semakin kecil
pada setiap pembelahan. Setelah tiga kali pembelahan, blastomer mengalami
pemampatan menjadi lapisan dalam dan lapisan luar. Blastomer yang mampat
tersebut membelah membentuk sebuah morula 16 sel.
8. Pembentukan blastokista
Ketika morula memasuki rongga rahim, pada hari ketiga atau keempat setelah
pembuahan, mulailah terlihat sebuah rongga dan terciptalah blastokista. Massa
sel dalam akan berkembang menjadi embrionya sendiri dan terletak di satu
kutub blastokista tersebut. Massa sel luar menelilingi sel-sel dalam tersebut
serta rongga blastokista akan membentuk trofoblas.
a Ektoderm
b Mesoderm terbentuk dari epiblas
c Endoderm
Karena itu, epiblas semuanya menghasilkan tiga lapisan mudigah pada mudigah
tersebut. Sel-sel dari lapisan mudigah mesoderm intraembrional bermigrasi di
antara dua lapisan mudigah lainnya sampai terbentuk hubungan dengan mesoderm
ekstraembrional yang membungkus kantung kuning telur dan amnion.
2 Pembentukan notokord
Sel-sel prenotokord yang bergerak masuk di dalam lubang primitif, bergerak ke
depan hingga mencapai lempeng prekordal. Mereka menempatkan diri dalam
endoderm sebagai lempeng notokord. Pada perkembangan selanjutnya lempeng ini
akan mengelupas dari endoderm, dan terbentuklah sebuah tali padat, notokord
definitif. Notokord membentuk sumbu tengah, yang akan menjadi dasar bagi
kerangka sumbu badan.
3 Pertumbuhan cakram mudigah
Pada akhir minggu ketiga terbentuklah tiga lapisan mudigah yang terdiri atas
ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Dan deferensiasi jaringan dan organ sudah
mulai.
4 Perkembangan trofoblas lebih lanjut
Pada saat yang sama, trofoblas cepat berkembang. Villi primer sudah memiliki
inti masenkim, tempat munculnya pembuluh-pembuluh kapiler kecil. ketika kapiler
villi ini berhubungan dengan kapiler di dalam lempeng korion dan tangkai
penghubung, system villi tersebut sudah siap memasok zat-zat makanan dan
oksigennya kepada mudigah.
ORGANOGENESIS
A Definisi
Selama perkembangan minggu ke-3 sampai minggu ke-8, suatu massa yang
dikenal sebagai massa embrionik atau masa organogenesis (proses pembentukan
organ-organ tubuh pada makhluk hidup(hewan dan manusia). Organ yang
dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase
gastrula), masing-masing lapisan dari ketiga lapisan mudigah ini membentuk
banyak jaringan dan organ yang spesifik. Menjelang masa akhir embrionik ini,
sistem-sistem organ telah terbentuk. Karena pembentukan organ ini, bentuk
mudigah banyak berubah dan ciri-ciri utama bentuk tubuh bagian luar sudah dapat
dikenali menjelang bulan kedua. Masa mudigah berlangsung dari perkembangan
minggu keempat hingga kedelapan dan merupakan masa terbentuk jaringan dan
sistem organ dari masing-masing lapisan mudigah. Sebagai akibat pembentukan
organ, ciri-ciri utama bentuk tubuh mulai jelas. Menurut Langman (1994),
B Tahapan
3 komponen penting :
- Mesoderm paraksial, pada awal minggu ketiga mesoderm paraksial mulai tersusun
membentuk segmen-segmen yang dikenal sebagai somitomer. Somitomer adalah
kumpulan mesoderm paraksial yang tersusun longgar dan bersegmen di regio
kranial. Pada akhir minggu kelima, terdapat 42-44 pasang somit terdapat 4 pasang
somit oksipital, 8 pasang somit servikal, 12 pasang torakal, 5 pasang lumbal, 5
pasang sakral, dan 8-10 pasang koksigeal. Usia mudigah dapat ditentukan secara
akurat selama periode awal ini dengan menghitung jumlah somit.
- Mesoderm lempeng lateral, terpisah menjadi lapisan parietal dan viseral yang
masing masing melapisi rongga intraembrional dan mengelilingi organ organ.
Mesoderm dari lapisan parietal bersama ektoderm diatasnya akan membentuk
tubuh lateral dan ventral. Lapisan viseral dan endoderm embrional akan
membentuk dinding usus.
- Mesoderm intermediat, untuk sementara menghubungkan mesoderm paraksial
dengan mesoderm lempeng lateral. Akan berdiferensiasi menjadi struktur
urogenital.
Mesoderm juga menghasilkan sistem vaskular (jantung, arteri, vena, pembuluh limfe
dan semua sel darah). Sistem urogenital (ginjal, gonad, dan saluran-salurannya kecuali
kandung kemih). Akhirnya, limpa dan kelenjar suprarenal juga merupakan derivat
mesoderm.
Minggu 4-8
Gambar :
Organogenesis syaraf
Sistem syaraf pusat tampak pada permulaan minggu ke-3 sebagai lempeng
penebalan ektoderm yang berbentuk seperti sandal. Lempang terletak di dorsal
tengah dan di depan lubang primitif. Pinggir lempeng kemudian meninggi dan
membentuk lipatan-lipatan syaraf, kemudian lipatan ini saling mendekat dari
garis tengah dan akhirnya bersatu, terbentuklah tabung saraf. Ujung sefalik
tabung syaraf terdapat 3 pelebaran, yakni gelembung-gelembung otak primer :
prosensefalon, mesensefalon, dan rhombensefalon.
Organogenesis facialis
Pada minggu ke-4
B FAKTOR PENYEBAB
1 Kelainan Genetik dan Khromosom.
2 Faktor mekanik
3 Faktor infeksi.
4 Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester
pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan
kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat
menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan
terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang
diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula
hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara
laboratorik belum banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan,
khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu
sama sekali; walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu
memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian
trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon
yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya
sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
Untuk usia 20 tahun lebih mudah untuk hamil, memiliki resiko keguguran
dan komplikasi lebih rendah. Tetapi sedikit lebih tinggi terkena resiko
Preeclampsia yaitu gejala tekanan darah, pembengkakan dan tingginya jumlah
protein di urin. Yang merupakan salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan
janin.Dan awal usia 20 tahun lebih besar terkena resiko bayi lahir dengan bobot
yang rendah. Bayi lahir dengan bobot rendah memiliki resiko cacat untuk
kedepannya.
Hamil usia 30
Sel telur berkurang karena kesuburan menurun stelah umur 30an tahun
dan risiko melahirkan anak syndrome down atau cacat kromosom. Data American
Society dor Reproductive Medicine ,sepertiga usia 35 tahun mengalami masalah
kesuburan dan jugga lebih mudah mengalami keguguran dari pada wanita muda.
Perempuan hamil diatas 35 tahun juga cenderung memiliki masalah Preclampsia,
diabetes, prematur dan berat badan bayi rendah.
Risiko perempuan hamil usia 40an tahun sama seperti perempuan yang
hamil di usia 30an tahun. Ada dua risiko yang besar yaitu cacat kromosom dan
keguguran, rasionya adalah 1 banding 100 kehamilan. Usia 40an tahun juga tiga
kali lipat lebih besar mengalami diabetes selama kehamilan dan mungkin
terjangkit fetal distress.
6 Faktor hormonal
8 Faktor gizi
9 Faktor-faktor lain
D PENYAKIT
1 Malformasi
Malformasi adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau
ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses embriogenesis. . Kelainan ini dapat
menyebabkan hilangnya semua atau sebagian suatu sruktur. Disebabkan oleh
faktor lingkungan dan/ atau genetik yang bekerja secara independen atau
bersamaan. Kebanyakan malformasi berawal pada minggu ketiga sampai minggu
kedelapan kehamilan.
Contoh:
a Labiopalatoskisis (Celah Bibir dan Langit-langit)
Labiopalatoskisis adalah kelainan kongenital pada bibir dan langit-langit yang
dapat terjadi secara terpisah atau bersamaan yang disebabkan oleh kegagalan atau
penyatuan struktur fasial embrionik yang tidak lengkap. Kelainan
ini cenderung bersifat diturunkan (hereditary), tetapi dapat terjadi
akibat faktor non-genetik..
b Spina Bifida
Spina Bifida termasuk dalam kelompok neural tube defect
yaitu suatu celah pada tulang belakang yang terjadi
karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal.
menutup atau gagal terbentuk secara utuh. Kelainan ini
biasanya disertai kelainan di daerah lain, misalnya
hidrosefalus, atau gangguan fungsional
c Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal sehingga terdapat
pelebaran ventrikel. Secara klinis, hidrosefalus kongenital
dapat terlihat sebagai pembesaran kepala segera setelah bayi
lahir, atau terlihat sebagai ukuran kepala normal tetapi tumbuh
cepat sekali pada bulan pertama setelah lahir.
d Anensefalus
Anensefalus adalah suatu keadaan di mana sebagian besar tulang
tengkorak dan otak tidak terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan
tabung saraf yang terjadi pada awal perkembangan janin yang menyebabkan
kerusakan pada jaringan pembentuk otak.
Salah satu gejala janin yang dikandung mengalami anensefalus jika ibu hamil
mengalami polihidramnion (cairan ketuban di dalam rahim terlalu banyak).
Prognosis untuk kehamilan dengan anensefalus sangat sedikit. Jika bayi lahir
hidup, maka biasanya akan mati dalam beberapa jam atau hari setelah lahir.
e Omfalokel
Omfalokel adalah kelainan yang berupa protusi isi rongga perut ke luar
dinding perut sekitar umbilicus, benjolan terbungkus
dalam suatu kantong. Omfalokel terjadi akibat hambatan
kembalinya usus ke rongga perut dari posisi ekstra-
abdominal di daerah umbilicus yang terjadi dalam
minggu keenam sampai kesepuluh kehidupan janin.
2. Deformasi
Deformasi didefinisikan sebagai bentuk, kondisi, atau posisi abnormal
bagian tubuh yang disebabkan oleh gaya mekanik sesudah pembentukan
normal terjadi, misalnya kaki bengkok atau mikrognatia (mandibula yang
kecil). Tekanan ini dapat disebabkan oleh keterbatasan ruang dalam uterus
ataupun faktor ibu yang lain seperti primigravida, panggul sempit,
abnormalitas uterus seperti uterus bikornus, kehamilan kembar.
Contoh:
a Clubfeet atau CTEV (Congenital Talipes Equinovarus)
CTEV atau Congenital Talipes Equinovarus adalah kelainan
kongenital yang umum ditemukan. Deformitas ini mengakibatkan kaki terlihat
berotasi ke dalam terhadap ankle (mata kaki). Di Amerika Serikat, terdapat 1-2
kasus dalam 1000 kelahiran hidup dan 50% diantaranya menyerang kedua kaki
(bilateral).
Talipes berasal dari kata Talus yang berarti ankle (mata kaki) dan Pes
yang berarti kaki. Sehingga Menunjukkan adanya kelainan pada kaki yang
mengakibatkan penderitanya berjalan menggunakan ankle atau mata kakinya.
Sedangkan Equino berarti seperti kuda dan Varus adalah bengkok kedalam.
Kesimpulannya, pada penderita dengan CTEV, memiliki 3 kondisi medis,
yakni:
Kaki depan tertarik kedalam (adduction) sehingga telapak kaki menghadap ke
atas (supination),
Tumit kedalam (inversion),
Pergelangan kaki atau ankle dalam keadaan bengkok ke dalam (plantar
flexion).
b Talipes valgus
Talipes valgus terjadi karena produksi lemak pada kaki anak. Valgus
bisa disebabkan oleh penyakit Blount, yakni tulang kering melengkung dan
tidak secara tepat masuk dalam sendi lutut. Jika bengkoknya terlihat lebih pada
satu kaki saja, penyebabnya bisa karena hambatan pertumbuhan. Biasanya
valgus akan normal kembali saat anak usia 8 tahun.
Talipes Valgus ini mempunyai penyebabnya lain, yakni karena
lembeknya ligamen sebelah dalam. Begitu lembeknya sehingga waktu anak
berdiri, kakinya tidak dapat menunjang tubuh dengan baik. Ini juga baru
tampak saat bayi mulai dapat berdiri.
c Talipes Kavus
Talipes kavus ialah kelainan tapak kaki yang berupa lengkungan
(arch) lebih tinggi dari kaki normal, dan sering kali jari kaki berbentuk cakar.
Kelainan ini mirip dengan deformitas yang terlihat pada penyakit neurologik
yang otot intriksiknya lemah atau lumpuh, ini menunjukkan bahwa pes kavus
idiopatik diakibatkan oleh jenis ketidakseimbangan otot yang serupa.
Jari kaki penderita pes kavus biasanya tertarik ke atas dalam posisi
cakar, kepala metatarsal ke bawah ke tapak kaki dan lengkungan pada
pertengahan kaki lebih nyata. Sering tumit terinversi dan jaringan lunak pada
tapak kaki kencang. Dibawah kepala metatarsal yang menonjol dapat
terbentuk kalus. Penderita kelainan pes kavus biasanya berada pada umur 8-10
tahun.
3. Disrupsi
Disrupsi adalah defek morfologik satu bagian tubuh atau lebih yang
disebabkan oleh gangguan pada proses perkembangan yang mulanya normal.
Ini biasanya terjadi sesudah embriogenesis. Berbeda dengan deformasi yang
hanya disebabkan oleh tekanan mekanik, disrupsi dapat disebabkan oleh
iskemia, perdarahan atau perlekatan. Misalnya helaian-helaian membran
amnion, yang disebut pita amnion, dapat terlepas dan melekat ke berbagai
bagian tubuh, termasuk ekstrimitas, jari-jari, tengkorak, serta muka. Contoh:
a Craniofacial
b Atresia Esofagus
4. Displasia
Patogenesis lain yang penting dalam terjadinya kelainan kongenital
adalah displasia. Istilah displasia dimaksudkan dengan kerusakan (kelainan
struktur) akibat fungsi atau organisasi sel abnormal, mengenai satu macam
jaringan di seluruh tubuh. Sebagian kecil dari kelainan ini terdapat
penyimpangan biokimia di dalam sel, biasanya mengenai kelainan produksi
enzim atau sintesis protein. Sebagian besar disebabkan oleh mutasi gen.
Karena jaringan itu sendiri abnormal secara intrinsik, efek klinisnya menetap
atau semakin buruk. Ini berbeda dengan ketiga patogenesis terdahulu.
Malformasi, deformasi, dan disrupsi menyebabkan efek dalam kurun waktu
yang jelas, meskipun kelainan yang ditimbulkannya mungkin berlangsung
lama, tetapi penyebabnya relatif berlangsung singkat. Displasia dapat terus-
menerus menimbulkan perubahan kelainan seumur hidup.
5. Sindrom
Kumpulan anomali yang terjadi secara bersamaan dan memiliki
etiologi yang spesifik dan sama. Contoh VACTREL (Anomali Vertebra, Anus,
Cardiac, Trakeoesofagus, renal, dan limb)
Contoh:
a Sindron Down
Sindron Down disebabkan oleh gagal berpisah kromosom nomor 21
sehingga individu penderita memiliki kromosom tambahan pada kromosom
nomor 21. Penderita sindrom ini memiliki tiga kromosom nomor 21. Hal ini
disebut juga trisomi 21. Pengaruhnya menyebabkan pertumbuhan mental
penderita terhambat, berkurangnya ketahanan tubuh terhadap infeksi, dan
tingkat kelangsungan hidup yang rendah. Tingkat pertumbuhan mental pada
sindrom Down bervariasi pada setiap penderita. Kasus trisomi 21 dapat terjadi
pada sekitar 15 individu setiap 10.000 kelahiran. Pada ibu di atas 35 tahun,
kemungkinan terjadinya sindrom Down pada anak yang dilahirkannya lebih
tinggi dibandingkan pada ibu dengan umur 20-30 tahun (Levine & Miller,
1991: 223).
b Sindrom Patau
Sindrom Patau disebabkan oleh aneuploidi pada autosom. Sindrom ini
disebabkan oleh trisomi pada kromosom nomor 13 dan ditemukan oleh K.
Patau pada 1960. Penderita sindrom ini memiliki ciri mata serius, kerusakan
otak dan peredaran darah, serta langit-langit mulut yang terbelah. Pada setiap
5.000 kelahiran dapat terjadi satu kasus penderita sindrom Patau. Bayi yang
dilahirkan dengan sindrom ini jarang bertahan hidup lebih dari satu tahun.
c Sindrom Edwards
Sindrom Edwards kali pertama ditemukan pada 1960 oleh I.H.
Edwards. Kariotipe (45A + XX / XY), trisomik pada autosom. Autosomal
kelainan pada kromosom nomor 16, 17, atau 18. Ciri-cirinya yaitu mikrosefal
disertai dengan bagian belakang menonjol dari kepala ( tengkuk), telinga
cacat, abnormal rahang kecil (micrognathia); celah bibir / celah langit-langit,
hidung terbalik, sempitnya lipatan kelopak mata (fisura palpebral), luasnya
mata spasi (hypertelorism okular), sebuah tulang dada pendek, tangan
terkepal, jempol terbelakang dan atau kuku jari-jari tidak ada, anyaman dari
kedua dan ketiga jari-jari kaki, kaki pengkor dan pada laki-laki testis tidak
turun.
d Sindrom Klinefelter
Sindrom Klinefelter kali pertama ditemukan oleh H.F. Klinefelter pada
1942. Sindrom ini disebabkan oleh adanya gagal berpisah pada kromosom
seks (gonosom) sehingga setelah fertilisasi dihasilkan laki-laki dengan
tambahan kromosom X menjadi XXY. Diperkirakan kejadian ini terjadi satu
dari setiap 2.000 kelahiran. Individu dengan kromosom XXY adalah pria steril
(mandul). Badannya relatif tinggi, namun tidak memperlihatkan
perkembangan pria, seperti pundak yang lebar dan pinggul yang kecil
layaknya pria pada umumnya. Memasuki masa pubertas, pada sebagian
penderita terbentuk kelenjar payudara layaknya wanita. Pria dengan sindrom
Klinefelter memiliki pertumbuhan mental yang cenderung lambat. Akan tetapi,
hal ini dapat sangat bervariasi pada setiap individu.
e Sindrom Turner
Wanita dengan sindrom Turner hanya memiliki satu kromosom seks X.
Monosomi X ini ditemukan oleh H.H. Turner pada 1938. Secara genetis,
penderita sindrom ini hanya memiliki kromosom 44A + XO. Meskipun
memiliki jenis kelamin wanita, ia tidak memiliki ovarium yang sempurna,
steril (mandul), ciri seksualnya tidak berkembang, dan cenderung lebih
pendek. Diperkirakan kasus sindrom Turner terjadi satu dari setiap 5.000
kelahiran.
6. Sekuensial (Sequences)
Sekuensial adalah suatu pola dari kelainan multiple dimana kelainan
utamanya diketahui. Sebagai contoh, pada Potter Sequence kelainan
utamanya adalah aplasia ginjal. Tidak adanya produksi urin mengakibatkan
jumlah cairan amnion setelah kehamilan
E PENCEGAHAN
Pencegahan primer
o Mengindari hamil dengan usia >35 tahun
o Mengonsumsi asam folat. Terdapat pada sayuran hijau
o Perawatan ANC
o Menghindari makanan yang diawetkan, alkohol, dan obat-obatan
Pencegahan sekunder
o Diagnosis
USG
Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara
dini beberapa kelainan kehamilan/pertumbuhan janin, kehamilan
ganda, molahidatidosa, dan sebagainya
Pemeriksaan cairan amnion (amnionsentesis)
Amnionsentesis dilakukan pada usia kehamilan 15-19 minggu
dengan aspirasi per-abdomen dengan tuntunan USG. Dari cairan
amnion tersebut dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut antara
lain pemeriksaan genetik/kromosom, pemeriksaan alfa-feto-protein
terhadap defek tuba neural (anensefali, mengingomielokel),
pemeriksaan terhadap beberapa gangguan metabolic
(galaktosemia, fenilketonurua), dan pemeriksaan lainnya.
Biopsi korion
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kelainan kromosom
pada janin, kelainan metabolik, kelainan genetik dapat dideteksi
dengan analisis DNA, misalnya talasemia dan hiperplasia adrenal
kongenital
o Pengobatan
DIAGNOSIS PRENATAL
Diagnosis prenatanal ini merupakan diagnosis untuk melihat kondisi janin in utero sebelum
mengalami masa kelahiran.Diagnosis prenatal bersifat screening dan diagnostic.
Screening
Screening test adalah sebuah tes yang sifatnya tidak terlalu infasif dan cenderung
untuk lebih aman. Tes ini harus disertai dengan tes diagnostic untuk melengkapi tes ini. Hasil
yang positif dari tes ini merupakan indikasi untuk dilaksanakannya tes yang lebih infasif
seperti amniosentesis.
Tes serum alpha-fetoprotein maternal
Level serum alpha-fetoprotein pada ibu-ibu hamil digunakan untuk mendeteksi kelainan-
kelainan pad janin. Tes ini dilakukan ketika usia kehamilan berada pada rentang 16-20
minggu..Alfa fetoprotein merupakan sebuah protein yang terdapat di dalam darah ibu dan
biasanya berikatan dengan hormone estradiol pada fetus. Hingga saat ini kegunaan protein ini
belum terlalu dimengerti. Biasanya kenaikan jumlah dari alfafetoprotein ini dapat
menimbulkan kecurigaan adanya kesalahan dalam penutupan neural tube. Selain
mengindikasikan adanya kesalahan pada pembentukan neural tube, kenaikan level AFP juga
menunjukkan adanya terbukanya dinding abdomen, aneuplodia, gagal ginjal dan kelainan
plasenta.
Tes Heksoaminidase maternal
Tes ini berguna untuk mendeteksi penyakit Tay-Sachhs
1.1.Fungsi
- Bisa menentukan tingkat kenormalan janin bahkan beberapa ibu bisa meminta dokter
untuk memberi tahu jenis kelamin janin
- Mempermudah pengelolaan dalam merencanakan langkah selanjutnya
- Mengetahui kondisi kehamilan calon ibu
- Apabila kehamilan kedua atau setelahnya, bisa mengurangi tingkat cacat lahir setelah
kelahiran
1.2.Macam
- Teknik invansif yaitu teknik yang digunakan dengan cara melukai wanita hamil atau calon
ibu. Jadi teknik invansif ini cenderung jarang digunakan.
- Teknik non invansif yaitu teknik yang digunakan dengan cara tidak melukai ibu maupun
janin, teknik ini ringan dan tidak berat. Teknik ini banyak dan aman untuk digunakan.
Salah satu contohnya adalah USG.
1.3 Jenis-Jenis Diagnosis Prenatal
1.Ultrasonografi
Ultrasonografi adalah teknik yang relative non-invansif dengan menggunakan gelombang
suara berfrekuensi tinggi yang dipantulkan dari jaringan untuk menciptakan
gambar.Pendekatan ini dapat dilakukan secara transabdomen maupun transvagina.
Pendekatan transvagina mampu membentuk gambar dengan resolusi yang lebih tinggi.
Macam-Macam USG
1.USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik
sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
2.USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal.
Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin)
dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini
dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live
3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi,
gambar janinnya dapat bergerak. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan
keadaan janin di dalam rahim.
4. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat.
Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin
ini meliputi:
1. Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit). Universitas Sumatera Utara
2. Tonus (gerak janin).
3. Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
4. Doppler arteri umbilikalis.
5. Reaktivitas denyut jantung janin.
2.Amniosentesis
Sewaktu amniosentesis,jarum dimasukkan secara transabdomen ke dalam rongga
amnion,diambil sekitar 20-30 ml dan tidak dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai 14
minggu.Penelitian tentang risiko kematian akibat prosedur ini cukup rendah yaitu 1 dalam
300 hingga 500.Cairan kemudian dianalisis seperti AFP dan asetilkolinesterase.Sel-sel janin
yang terlepas ke dalam cairan amnion,dapat diambil dan digunakan untuk penentuan
kariotipe metafase dan analisis genetik lainnya namun perlu dilakukan kultur jaringan terebih
dahulu. Hasilnya baru tersedia dalam 1-2 minggu. Pengambilan sampel ini bertujuan untuk
mengetahui keberadaan anomali pada kromosom.
3.Pengambilan Sampel Virus Korion
Kemudian pada kehamilan, di tengah sampai akhir trimester kedua, beta-HCG dapat
digunakan bersama dengan MSAFP untuk skrining kelainan kromosom, dan sindrom Down
pada khususnya. Sebuah beta-HCG tinggi dibarengi dengan penurunan MSAFP menunjukkan
sindrom Down.
Tingkat HCG yang tinggi mengindikasikan adanya penyakit Tropoblastic (kehamilan
molar). Tidak adanya bayi saat di USG ddisertai HCG yang tinggi mengindikasikan mola
hidatidosa.
6.Inhibin-A
Inhibin disekresi oleh plasenta dan korpus luteum. Inhibin-A dapat diukur dalam
serum ibu. Tingkat peningkatan inhibin-A adalah dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk
trisomi 21. Inhibin tinggi-A dapat berhubungan dengan risiko kelahiran prematur.
7.Pregnancy-Associated Plasma Protein A (PAPP-A)
Rendahnya tingkat Papp-A sebagai diukur dalam serum ibu selama trimester pertama
dapat berhubungan dengan anomali kromosom janin termasuk trisomies 13, 18, dan 21.
Selain itu, kadar Papp -A pada trimester pertama dapat memprediksi hasil kehamilan yang
merugikan, termasuk small for gestational age (SGA) atau lahir mati. Papp tinggi-tingkat A
dapat memprediksi large for gestational age (LGA) baby.
8.Triple or Quadriple Screen
Menggabungkan tes serum ibu dapat membantu dalam meningkatkan sensitivitas dan
spesifisitas untuk deteksi kelainan janin.
ANC
A Definisi
Antenatal Care adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan
penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang aman dan memuaskan (Mufdillah, 2009).
Menurut WHO (2010), Antental Care adalah pengawasan sebelum persalinan
terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Antenal care menurut Depkes RI tahun 2004 : 12 adalah pemeriksaan yang dilakukan
untuk memeriksa keadaan janin secara berkala yang diikuti upaya koreksi kegawatan
yang ditemukan.
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar (Manuaba, 2008).
Menurut Henderson (2006), kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kontak ibu
hamil dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan
kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi
informasi bagi ibu dan petugas kesehatan.
Menurut Prawiroharjo (2005), pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan ibu
hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post
Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan
mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas,
sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga
mental (Wiknjosastro, 2005).
ANC (Ante Natal Care) adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Kunjungan ibu hamil
yang memeriksakan kehamilannya adalah sebanyak empat kali yang lebih dikenal
dengan istilah K1,K2,K3 dan K4.
K1 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester I
(sebelum usia kehamilan 12 minggu) dengan jumlah kunjungan minimal satu kali dan
mendapatkan pelayanan 7T yaitu:
1 Timbang berat badan.
Selama kehamilan antara 0,3 0,5 kg per minggu. Bila dikaitkan dengan umur
kehamilan kenaikan berat badan selama hamil muda 1 kg, selanjutnya pada
trimester II dan III masing masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan
pertambahan berat total adalah 9 12 kg. Bila ada kenaikan berat badan yang
berlebihan perlu dipikirkan kearah adanya resiko seperti bengkak, kehamilan
kembar, hidramnion, dan anak besar (Depkes, 1997).
2 Ukur tekanan darah.
Selama hamil tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg.
Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih dan atau
diastolik 15 mmHg atau lebih. Kelainan ini dapat berlanjut menjadi preeklamsia
dan eklamsia kalau tidak ditangani dengan tepat (Depkes, 1997).
Pengukuran tekanan darah/tensi dilakukan secara rutin setiap ANC,
diharapkan tenakan darah selama kehamilan tetap dalam keadaan normal (120 /
80 mmHg). Hal yang harus diwaspadai adalah apabila selama kehamilan terjadi
peningkatan tekanan darah (hipertensi) yang tidak terkontrol, karena
dikhawatirkan dapat terjadinya preeklamsia atau eklamsia (keracunan dalam masa
kehamilan) dan dapat menyebabkan ancaman kematian bagi ibu dan janin /
bayinya. Hal yang juga harus menjadi perhatian adalah tekanan darah rendah
(hipotensi), seringkali disertai dengan keluhan pusing dan kurang istirahat.
3 Imunisasi Tetanus Toxoid.
Pemberian TT baru akan menimbulkan efek perlindungan apabila diberikan
sekurang-kurangnya dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Kecuali jika
sebelumnya ibu pernah mendapat TT dua kali pada kehamilan yang lalu atau pada
masa calon pengantin maka TT cukup diberikan satu kali saja. Dosis pemberian
imunisasi TT yaitu 0,5 cc IM pada lengan atas. Adapun syarat pemberian
imunisasi TT adalah sebagai berikut :
a. Bila ibu belum pernah mendapat imunisasi TT atau meragukan diberikan II
sedini mungkin sebanyak dua kali dengan jarak minimal dua minggu.
b) Bila ibu pernah mendapat imunisasi TT dua kali, diberikan suntikan
ulang/boster satu kai pada kunjungan antenatal yang pertama (Depkes RI, 1997).
Manfaat dari imunisasi TT ibu hamil diantaranya:
Melindungi bayi yang baru lahir dari penyakit tetanus neonatorum. Tetanus
neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu
kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat.
C MANFAAT
Secara umum:
1 Dapat mengetahui dan mengikuti keadaan kesehatan ibu dan janin sehingga
jika ada kelainan bisa segera ditangani
2 Mendapat tablet penambah darah dan dan zat besi, suntik TT atau obat-
obatan ibu hamil yang diperlukan
Menurut Manuaba tahun 1999, ANC memiliki manfaat untuk Ibu dan Bayi.
1 Untuk Ibu
Mengurangi, menegakan, dan mengobati secara dini komplikasi kehamilan.
Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik menuju
persalinan.
Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan untuk mempersiapkan laktasi.
Memberi konseling dalam metode kontrasepsi.
2 Untuk Bayi
Meningkatkan kesehatan bayi dan mengurangi kemungkinan lahir
prematur serta BBLR.
1. Predisposisi
2 Pemungkin
3 Kebutuhan
D WAKTU
Saat Trimester I (<14 minggu) dilakukan minimal sekali (1x) untuk
mendapatkan pelayanan 5T (pengukuran TB &BB, Pengukuran Tekanan
Darah, Pengukuran Tinggi fundus uteri, Imunisasi TT, Pemberian 90 Tablet zat
besi). Disebut juga K1 yakni kontak ibu hamil pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatanTrimester satu yang
meliputi identitas, riwayat kehamilan, riwayat kebidanan, riwayat kesehatan,
riwayat sosial ekonomi, pemerikasaan kehamilan dan pelayanan kesehatan,
penyuluhan dan konsultasi.
Saat Trimester II (14-28 minggu) dilakukan minimal sekali (1x) untuk
mendapatkan pelayanan 5T (pengukuran TB &BB, Pengukuran Tekanan
Darah, Pengukuran Tinggi fundus uteri, Imunisasi TT, Pemberian 90 Tablet zat
besi)
Saat Trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dilakukan
minimal dua kali (2x) untuk mendapatkan pelayanan 5T (pengukuran TB
&BB, Pengukuran Tekanan Darah, Pengukuran Tinggi fundus uteri, Imunisasi
TT, Pemberian 90 Tablet zat besi). Disebut juga K4 yakni kontak ibu hamil
yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan. Pelayanan kesehatan yang
didapatkan meliputi anamnese, pemerikasaan kehamilan, pemeriksaan
psikologis, pemeriksaan laboratorium dila ada indikasi yang diperlukan,
diagnosis akhir terdapat penyakit (terjadi komplikasi, atau tergolong
kehamilan beresiko tinggi), sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan
dan rujukan).
E KONSEP PEMERIKSAAN
Menurut Departem Kesehatan RI (2002), pemeriksaan antenatal dilakukan
dengan standar pelayanan antenatal dimulai dengan :
a Anamnese, meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB, kehamilan
sebelumnya dan kehamilan sekarang.
b Pemeriksaan umum, meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan.
c Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa
d Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi (fe)
e Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku seharihari,
perawatan payu dara dan air susu ibu, tanda-tanda risiko, pentingnya pemeriksaan
kehamilan dan imunisasi selanjutnya, persalinan oleh tenaga terlatih, KB setelah
melahirkan serta pentingnya kunjungan pemeriksaan kehamilan ulang.
f Kunjungan Ibu hamil
Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri
bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta
ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk., 2002)
Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), kunjungan ibu hamil adalah
kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan
disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan
atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya
atau posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi
menjadi beberapa tahap, seperti :
a Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan
trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu. Meliputi : (1)
Identitas/biodata, (2) Riwayat kehamilan, (3) Riwayat kebidanan, (4) Riwayat
kesehatan, (5) Riwayat sosial ekonomi, (6) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan, (7) Penyuluhan dan konsultasi.
b Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.
Meliputi : (1) Anamnese (keluhan/masalah) (2) Pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan kesehatan, (3) Pemeriksaan psikologis, (4) Pemeriksaan laboratorium
bila ada indikasi/diperlukan, (5) Diagnosa akhir (kehamilan normal, terdapat
penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko tinggi (6) Sikap dan
rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal
sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama masa kehamilan dengan
distribusi kontak sebagai berikut :
a Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu
b Minimal 1 kali pada trimester II, usia kehamilan 13-24 minggu
c Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24 minggu.
Menurut Muchtar (2005), jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan
adalah :
a Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid
terlambat satu bulan
b Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan
c Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan
d Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan
e Periksa khusus bila ada keluhan atau masalah
Pelaksana Pelayanan Antenatal
Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan puskesmas, bidan di
desa, bidan di praktek swasta), pembantu bidan, perawat yang sudah dilatih dalam
pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2002).
ANATOMI
1.1 Dasar Anatomi Manusia
Subdivisi Anatomi:
a. Anatomi makroskopik adalah ilmu mengenai struktur tubuh yang dapat dipelajari
melalui observasi atau pembedahan tanpa menggunakan mikroskop, yang
termasuk lingkup ini:
Sintopia : mempelajari suatu letak alat tubuh terhadap alat tubuh lainnya
2. Posterior adalah bagian belakang (pada binatang disebut dorsal). Contoh: bokong
merupakan bagian posterior dari abdomen.
3. Superior adalah mengarah ke kepala atau bagian tertinggi; superior juga disebut
sebagai sefalik, kranial, atau rostal. Contoh: kepala merupakan bagian superior
dari leher.
4. Inferior adalah arah menjauhi kepala dan mengarah ke bagian bawah tubuh; inferior
juga disebut kauda. Contoh: dada merupakan bagian inferior dari leher.
5. Medial adalah setiap setiap struktur yang terdekat dengan garis tengah imajiner tubuh.
Contoh: hidung merupakan bagian medial dari mata.
6. Lateral mengarah ke samping, menjauhi garis tengah imajiner tubuh. Contoh: telinga
merupakan bagian lateral dari mata.
7. Proksimal mengacu pada bagian suatu struktur yang mendekati garis tengah tubuh,
atau jika mengacu pada satu tungkai, maka mendekati titik asal atau titik perlekatan
terdekat dengan trunkus. Contoh siku adalah bagian proksimal dari pergelangan
tangan.
8. Distal berarti paling jauh dari garis tengah imajiner atau menjauhi titik asal atau titik
perlekatan dengan trunkus. Contoh: kaki merupakan bagian distal dari pergelangan
kaki.
9. Superfisial berarti setiap bagian manapun yang dekat ke permukaan tubuh. Contoh:
kulit merupakan bagian superfisial dari otot.
10. Dalam/profunda berarti terletak di bagian internal, di dalam tubuh. Contoh: usus
halus terletak jauh lebih kedalam tubuh dari otot-otot dan kulit abdominal.
d. Pembanding
Parietal (luar) vs Visceral (dalam)
Ipsilateral (sisi yang sama) vs Kontralateral (sisi yang berbeda)
Superior (atas) atau kranial (lebih dekat pada kepala)
Contoh : mulut terletak superior terhadap dagu vs Inferior (bawah)
atau kaudal (lebih dekat pada kaki)
Contoh : Pusar terletak inferior terletak pada payudara
Anterior (depan) : lebih dekat ke depan
Contoh : Lambung terletak anterior terhadap limpa vs posterior
(belakang) : lebih dekat ke belakang
Contoh : Jantung terletak posterior terhadap tulang rusuk
Superfisial (lebih dekat ke/ di permukaan)
Contoh : Otot kaki terletak superficial dari tulangnya vs Profunda :
lebih jauh dari permukaan
Contoh : Tulang hasta dan pengumpil terletak lebih profunda dari otot
lengan bawah
Medial (dalam) : lebih dekat ke bidang median
Contoh : Jari manis terletak medial terhadap jari jempol vs Lateral
(luar) : menjauhi bidang median.
Contoh : Telinga terletak lateral terhadap mata
Proksimal (atas) : lebih dekat dengan batang tubuh atau pangkal
Contoh : Siku terletak proksimal terhadap telapak tangan vs Distal (bawah)
: lebih jauh dari batang tubuh atau pangkal
Contoh : Pergelangan tangan terletak distal terhadap siku
e. Gerakan Sendi
Fleksio (bengkok) vs Ekstensio (lurus)
Abductio (menjauhi titik median) vs adductio (mendekati titik median)
Elevasi (naik) vs depresi (turun)
Eversi (ke luar) vs inversi (ke dalam)
Pronasi (telungkup) vs Supinasi (tengadah)
Rotasi medial (rotasi ke sisi median) vs rotasi lateral (rotasi ke sisi lateral)
f. Garis Bantu
o Linea Mediana : garis tengah tubuh (Anterior dan Posterior)
o Linea Sternalis : garis yang membentang sepanjang Os. Sternum
o Linea Parasternalis : garis diantara linea sternalis dan linea midclavicularis
(destra dan sinistra)
o Linea Mamilaris : garis yang melewati papilla mamae
o Linea Axillaris : garis yang melintasi lipatan ketiak (anterior dan posterior)
o Linea Axillaris media : garis diantara linea axillaris arterior dan posterior
o Linea Scapularis : garis yang melewati sudut (angulus) inferior os scapula
o Linea Paravertebralis : garis vertical ujung prossesus transversal
g. Sistem Tubuh
Sistem Musculoskeletal = Sistem Otot
Sistem Nervorum = Sistem Saraf
Sistem Endocrin = Sistem Sekresi Internal
Sistem Cardiovaskuler = Transportasi Cor
Sistem Respiratorius = Sistem Pernapasan
Sistem Digestivus = Sistem Pencernaan
Sistem Uropoetica = Sistem Produksi Urin
Sistem Reproduksi = Sistem Perkembangbiakan
h. Bagian Otot
Origio (origin)
Ujung otot yang relative tetap dari selama gerakan alami
Insersio (insertion)
Ujung otot yang relative mobil selama gerakan alami
Belly
Bagian tengah berdaging dari otot, yang bersifat insersio
Tendon
Bagian berserat dan non kontraksi dari otot, yang bersifat origio
Aponeurosis
Tendon rata yang timbul dari jaringan ikat di sekitar otot
KEHAMILAN
A Definisi
Kehamilan adalah serangkaian proses yang diawali dari konsepsi atau pertemuan antara
ovum dengan sperma sehat dan dilanjutkan dengan fertilisasi, nidasi
dan implantasi (Sulistyawati, 2012: 35).
Lama Kehamilan dibagi menjadi Tiga Triwulan yaitu 280 Hari (40 Minggu atau 9 Bulan 7
Hari). Kehamilan dibagi atas 3 Triwulan:
a Kehamilan Triwulan pertama antara 0 hingga 12 Minggu
b Kehamilan Triwulan kedua antara 13 hingga 28 Minggu
c Kehamilan Triwulan ketiga antara 28 hingga 40 Minggu
(Sulistyawati, 2011: 36-37).
Tanda dan gejala kehamilan menurut Prawiroharjo (2008) dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1 Tanda tidak pasti kehamilan
a Amenorea (tidak dapat haid)
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi.
Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid terakhir supaya dapat ditaksir umur
kehamilan dan taksiran tanggal persalinan akan terjadi, dengan memakai rumus
Neagie: HT 3 (bulan + 7).
f Kelelahan
Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan kecepatan basal
metabolism (basal metabolism rate-BMR) pada kehamilan, yang akan meningkat
seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi.
h Sering miksi
Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan oleh uterus yang
mulai membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir
kehamilan, gejala ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
k Epulis
Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah).Sering terjadi pada triwulan
pertama.
Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan janin, yang
dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. Tanda pasti kehamilan menurut Hani, dkk
(2010) terdiri atas hal-hal berikut ini:
a Gerakan Janin dalam Rahim
Gerakan janin ini harus dapt diraba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan janin
baru dapat dirasakan pada usia kehamilan setelah 16 minggu.
c Bagian-Bagian Janin
Bagian-Bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong)serta
bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia
kehamilan lebih tua (trimester akhir). Bagin janin ini dapat dilihat lebih
sempurna lagi menggunakan USG.
d Kerangka Janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.
C TES KEHAMILAN
a Pemeriksaan Tes Biologis Kehamilan (planotest) Positif, untuk mendeteksi
adanya Human Chorionic Gonadotropin (HCG).
Hormon ini disekresi di peredaran darah ibu (pada plasma darah), dan dieskresi
pada urine ibu. Hormon ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi
dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60. Tingkat tertinggi pada hari 60-70
usia gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100-130.
>> Prosedur Pemeriksaan HCG Pada Urin:
a Sampel urin dimasukkan dalam tabung reaksi
b Stik plano test dimasukkan dalam sampel sampai tanda garis, diamkan
sebentar agar urin meresap dan naik ke atas
c Stik plano test diangkat, baca hasilnya dalam waktu 3 menit
Interpretasi hasil:
a Negatif : hanya terdapat satu tanda merah yang muncul pada bagian control
line (C) dan tidak tampak garis merah pada test line (T)
b Positif : terdapat 2 tanda merah, satu pada bagian test line (T) dan satu pada
bagian control line (C)
a Negatif b. Positif
D Organ Kehamilan
Organ genitalia feminina dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
Usia dan fisik wanita berpengaruh terhadap proses kehamilan pertama, kesehatan
janin, dan proses persalinan. Usia yang dianggap paling aman menjalani kehamilan
adalah 20 sampai 30 tahun (Saifudin, 2000). Tapi mengingat kemajuan teknologi saat
ini, usia 35 tahun masih diperbolehkan untuk hamil (WHO, 1979).
Untuk usia 20 tahun lebih mudah untuk hamil, memiliki resiko keguguran dan
komplikasi lebih rendah. Tetapi sedikit lebih tinggi terkena resiko Preeclampsia
yaitu gejala tekanan darah, pembengkakan dan tingginya jumlah protein di urin.
Yang merupakan salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan janin.Dan awal
usia 20 tahun lebih besar terkena resiko bayi lahir dengan bobot yang rendah. Bayi
lahir dengan bobot rendah memiliki resiko cacat untuk kedepannya.
Hamil usia 30
Sel telur berkurang karena kesuburan menurun stelah umur 30an tahun dan risiko
melahirkan anak syndrome down atau cacat kromosom. Data American Society dor
Reproductive Medicine ,sepertiga usia 35 tahun mengalami masalah kesuburan dan
jugga lebih mudah mengalami keguguran dari pada wanita muda. Perempuan hamil
diatas 35 tahun juga cenderung memiliki masalah Preclampsia, diabetes, prematur
dan berat badan bayi rendah.
Risiko perempuan hamil usia 40an tahun sama seperti perempuan yang hamil di
usia 30an tahun. Ada dua risiko yang besar yaitu cacat kromosom dan keguguran,
rasionya adalah 1 banding 100 kehamilan. Usia 40an tahun juga tiga kali lipat lebih
besar mengalami diabetes selama kehamilan dan mungkin terjangkit fetal distress.
USG (ULTRASONOGRAFI)
I DEFINISI
Walaupun uji dengan ultrasonografi sangat berguna untuk menentukan posisi dan
ukuran fetus, posisi dan ukuran plasenta, banyaknya cairan amnion, dan menampakan
anatomi bayi, ada kekurangan dalam prosedur ini. Kelainan yang halus mungkin tidak akan
terdeteksi sampai akhir kehamilan atau bahkan tidak terdeteksi sama sekali. Contohnya
adalah sindrom down (trisomi 21) di mana ketidaknormalan morfologi tidak begitu nampak,
halus, seperti penebalan pada kuduk.
II CARA KERJA
1 Transduser sebagai pemancar sekaligus penerima gelombang suara
2 Pulsa listrik yang dihasilkan generator diubah menjadi energi akustik oleh
transduser yang akan dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh
3 Pemancaran tersebut sebagian akan dipantulkan dan sebagian akan merambat
terus menembus jaringan yang akan menghasilkan bermacam-macam eko
4 Pantulan eko dari jaringan akan dibenturkan ke transduser lagi, kemudian
diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan
dalam bentuk cahaya di layar oskiloskop.
Cara Pemeriksaan Menggunakan USG
1 Pervaginam / transvagina
a Pemeriksaan USG Transabdominal
Meletakkan probe USG diatas perut yang sebelumnya telah diolesi dengan
gel/jelly.
Biasa dilakukan untuk kehamilan diatas 12 minggu
Pertama-tama gerakkan transduser secara longitudinal ke atas dan ke
bawah, selanjutnya horizontal ke kiri dan ke kanan. Penjejak digerakkan
dari bawah ke atas, dimulai dari garis sisi kanan perut, kemudian setelah
sampai daerah perut atas transduser digerakkan ke bawah, selanjutnya
transduser digerakkan kembali ke arah atas. Selanjutnya gerakan
transduser dilakukan kearah lateral perut (horizontal), juga secara
sistematis, dimulai dari sisi kanan ke arah kiri, kemudian dari kiri ke arah
kanan dan terakhir dari kanan atas ke kiri.
b Pemeriksaan USG Transvaginal
Cara ini dengan memasukkan transduser kedalam vagina
Biasa dilakukan untuk kehamilan kurang dari 8 minggu
Hanya dilakukan pada wanita yang sudah tidak perawan.
Pasien harus mengosongkan kadung kemihnya.
Transduser dilapisi kondom lalu diolesi jelly pada permukaannya
Tidak menyebabkan keguguran
c Pemeriksaan USG Transrektal
Mirip dengan pemeriksaan tranvaginal, beda pada bentuk dan ukuran
diameter transduser
Transduser dimasukkan melalui rectum
d Pemeriksaan USG Transperineal atau Translabial
Dapat dilakukan jika seorang wanita tidak mungkin dilakukan
pemeriksaan transvaginal atau transrektal.
Kandung kemih pasien cukup terisi untuk memudahkan pemeriksaan
Indikasi dan Penggunaan Pemeriksaan USG
1 Nyeri Abdomen /Colic
2 Inflamed Appendix / Pembengkakan Appendik
3 Pembesaran organ pada abdomen
4 Tersangka Batu empedu atau Batu ginjal
5 Aneurysma pada Aorta
6 Peradangan pada Organ Rongga Abdomen
7 Otot-otot pada rongga Abdomen ( M.Q, Lumborum, M. Psoas)
8 Abses ataupun koleksi cairan (Ascites)
9 Guiding Procedures for needles Biopsi
10 Menilai dan mencari kerusakan pada suatu organ yang menyebabkan kesakitan
pada pasien
11 Untuk penyertaan pemakaian Doppler dilakukan untuk mengetahui dan
menilai :
12 Sumbatan aliran darah pada pembuluh
13 Besarnya rongga pembuluh-pembuluh darah dan saluran organ lainnya
14 Adanya Tumor dan Kelainan Bawaan ( Congenital Malformation)\
III MANFAAT, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN USG
Manfaat:
Pada kehamilan Trimester I :
Menentukan kondisi janin jika tidak ada denyut jantung atau pergerakan
janin.
Untuk menilai jumlah air ketuban. Yaitu bila pertumbuhan rahim terlalu
cepat disebabkan oleh berlebihnya cairan amnion atau bukan.
Menentukan letak janin (sungsang atau tidak) atau terlilit tali pusar
sebelum persalinan.
Efek Samping:
- Gelombang ultrasonic dapat merusak DNA, kromosom, sel darah,
permeabilitas sel dll jika frekuensi gelombang diatas 100mW/cm2
- USG yang digunakan dalam bidang kedokteran menggunakan intensitas
dibawah 10mW/cm2
- USG tidak menggunakan sinar radiasi seperti pada Rontgen yang dapat
mengganggu perkembangan janin
V USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut
koronal.Gambar yang tampil mirip seperti aslinya.Permukaan suatu benda (dalam
hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas.Begitupun keadaan janin dari posisi
yang berbeda.Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya
yang diputar).
VI USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat
bergerak (live 3D).Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis,
sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat bergerak. Jadi pasien
dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
IX USG Transperineal
ABORTUS
1 Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa
mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya telah
mencapai lebih daripada 500 gram atau umur kehamilan lebih daripada 20 minggu (Sastrawinata et
al., 2005).
2 Mekanisme Abortus
Abortus dimulai dari proses pendarahan desidua basalis yang kemudian diikuti oleh nekrosis,
hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi lepaas sebagian atau seluruhnya sehingga merupakan benda
asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya
<8 minggu
Embrio yang rusak/cacat masih di dalam, terbungkus dengan sebagian desidua dan
vili dan cenderung di keluarkan secara in toto. Meskipun sebagian hasil konsepsi masih
tertinggal di dalam cavum uteri. Terjadi pendarahan prevaginan saat proses mengeluarkan.
8-14 Minggu
Diawali dengan pecahnya ketruban kemudian dikeluarkan embrio tetapi plasenta masih
tertinggal di cavum uteri. Terjadi pendarahan ketika plasenta tertinggal. Jadi, pade fase ini
terjadi pendarahan yang banyak.
14-22 Minggu
Janin dan Plasenta dikeluarkan, tetapi kadang-kadang plasenta masih tertinggal,
tertinggalnya plasenta ini mengakibatkan pendarahan.
Dari uaraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya abortus, ditandai dengan
pendarahan.
3 Macam-Macam
Abortus Imminens
Abortus imminens adalah ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan per
vaginam(lewat vagina), ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam
kandungan.
Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan
serviks telah mendatar, ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam
kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Ciri : Perdarahan per vaginam dengan kontraksi makin lama makin kuat dan makin
sering, serviks sudah terbuka.
Abortus Inkompletus
Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi sebelum
usia kehamilan 20 minggu, berat janin < 500 gram
Ciri : Perdarahan per vaginam yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian
jaringan konsepsi keluar.
Penanganan : optimalisasi keadaan umum dan tanda vital ibu (perdarahan banyak dapat
menyebabkan syok), pengeluaran seluruh jaringan konsepsi dengan eksplorasi digital dan
bila perlu dilakukan kuretase.
Abortus Kompletus
Abortus kompletus adalah peristiwa pengeluaran lengkap seluruh jaringan hasil
konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu, berat janin < 500 gram.
Ciri : Perdarahan per vaginam yang banyak, kontraksi uterus, serviks sudah menutup, keluar
jaringan hasil konsepsi, tidak ada sisa jaringan di dalam uterus.
Penanganan : optimalisasi keadaan umum dan tanda vital ibu.
Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah kejadian abortus berulang pada 3 kehamilan atau lebih
berturut - turut. Abortus habitualis umumnya disebabkan karena kelainan anatomik uterus
(mioma, septum, serviks inkompeten, dll), atau kelainan faktor-faktor imunologi. Pada kasus
abortus habitualis perlu dilakukan pemeriksaan USG untuk melihat ada/tidaknya kelainan
anatomi. Selain itu juga perlu dilakukan rangkaian pemeriksaan faktor-faktor hormonal /
imunologi / kromosom.
Missed Abortion
Missed abortion adalah embrio/fetus meninggal dalam kandungan dan masih tertahan
dalam kandungan. Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian
menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan.
Penanganan : mengeluarkan jaringan konsepsi dengan stimulasi kontraksi uterus. Jika
dilakukan tindakan kuretase, maka harus sangat hati-hati karena jaringan telah mengeras,
dan dapat terjadi gangguan pembekuan darah akibat komplikasi kelainan koagulasi
(hipofibrinogenemia)
2 Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan sebelum janin
mencapai viabilitas.
3 Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak
berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal
atau keduanya.
Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi karena tindakan ilegal atau tidak
berdasarkan medis dan biasanya dilakukan dengan sembunyi-sembunyi oleh
tenaga tradisional.
4 Penyebab
a Trauma
Trauma langsung : local injuri terhadap yang hamil khususnya penetrasi benda tajam
Trauma tak langsung : trauma surgical dan electric shock
b Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Dapat menyebabkan kematan janin atau cacat. Penyebab kelainan pada pertumbuhan
adalah : kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna (lingkungan endometrium), pengaruh
dari luar (virus, obat-obat).
c Obat-obatan
Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat telah menentukan lima kategori
risiko pemakaian obat dalam kehamilan. Masing-masing obat dimasukkan dalam kategori risiko
sesuai dengan rasio risiko/manfaat.
f Penyakit ibu
Penyakit seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, dapat menyebabkan abortus.
Anemia berat, keracunan, peristonitis umum, dan penyakit menahun seperti mononucleosis
infeksiosa juga dapat menyebabkan abortus.
h Sosial Ekonomi
Pendapatan per kapita (ekonomi rendah)
Jumlah anak
Jumlah anak banyak sedangkan penghasilan terbatas mampu meningkatkan abortus
5 Terapi
Secara umum penanganan untuk abortus spontan antara lain :
a Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfuse darah dan cairan
yang cukup.
b Pemberian antibiotika yang cukup tepat yaitu suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam,
suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam, atau antibiotika spektrum luas lainnya.
c 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi
perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
d Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita.
Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah tindakan
kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada komplikasi seperti perdarahan
banyak yang menyebabkan anemia berat atau infeksi.2 Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2
hari. Pasien dianjurkan kembali ke dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau
nyeri setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat. Tujuan perawatan untuk
mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum dilakukan kuretase keluarga terdekat pasien menandatangani
surat persetujuan tindakan (Maureen, 2002).
Aborsi bedah sebelum 14 minggu dilakukan mula-mula dengan membuka serviks, kemudian
mengeluarkan kehamilan dengan secara mekanis mengerok keluar isi uterus (kuretase tajam), dengan
aspirasi vakum (kuretase isap), atau keduanya. Setelah 16 minggu, dilakukan dilatasi dan evakuasi
(D&E).
Tindakan ini berupa pembukaan seviks secara lebar diikuti oleh dekstruksi mekanis dan
evakuasi bagian janin. Setelah janin dikeluarkan secara lengkap maka digunakan kuret vakum
berlubang besar untuk mengeluarkan plasenta dan jaringan yang tersisa. Dilatasi dan Curretase (D&C)
serupa dengan D&E kecuali pada D&C, bahwa sebagian dari janin mula-mula dikuretase melalui
serviks yang telah membuka untuk mempermudah tindakan.
7 Tanda-Tanda
1 Adanya nyeri seperti menstruasi. Tanda paling jelas adalah adanya nyeri seperti
menstruasi, disertai pendarahan hebat yang bisa membawa kebekuan darah. Namun tidak
selamanya nyeri tersebut disertai pendarahan, kadang pendarahan tidak terjadi sehingga
anda sebagai calon ibu tidak menyadari dan menganggap rasa nyeri tersebut adalah
gejala kehamilan muda. Disamping itu, banyak ibu muda yang mengganggap bahwa
2 Tidak ada denyut jantung bayi. Banyak dari kasus keguguran yang terlambat
diketahui. Mereka mengetahui hal tersebut setelah dokter atau bidan tidak bisa
merasakan denyut jantung ketika pemeriksaan USG. Keguguran yang seperti ini disebut
keguguran yang terlewat, dimana embrio telah mati tetapi tidak menunjukkan gejala
keguguran seperti nyeri dan pendarahan.
3 Pendarahan bercak atau flek. Pendarahan bercak atau flek adalah pendarahan dengan
jumlah yang relatif sedikit. Biasanya terjadi di awal kehamilan. Hal tersebut bukan
menjadi masalah, namun perlu diwaspadai karena diindikasikan terjadi keguguran atau
gangguan pada janin.
4 Nyeri pada bagian bawah perut. Rasa nyeri pada bagian bawah perut terjadi dalam
waktu cukup lama. Selain di sekitar perut, rasa sakit juga dapat terjadi di bagian bawah
panggul, selangkangan, dan daerah alat kelamin. Nyeri ini terjadi dalam beberapa jam
hingga beberapa hari setelah muncul gejala perdarahan.
5 Berkurangnya tanda-tanda kehamilan. Ketika hamil tentunya wanita menunjukkan
tanda-tanda tertentu seperti mual, morning sick, lelah, atau perubahan pada payudara.
Ketika mengalami keguguran diam-diam, tanda ini akan semakin berkurang dan bahkan
hilang sama sekali. Jika tak lagi dirasakan tanda-tanda kehamilan sebaiknya segera
periksakan kesehatan kandungan ke dokter.
6 Adanya cairan vagina berwarna kecoklatan. Jika seorang wanita hamil mengeluarkan
cairan (semacam keputihan) namun berwarna kecoklatan, kemudian berwarna merah dan
semakin terang seperti darah. Jika mengalami ini segera temui dokter kandungan karena
itu bisa menjadi tanda keguguran.
7 Hilangnya pergerakan janin. Jika tidak dirasakan pergerakan janin lebih dari 4 jam,
sebaiknya anda menghubungi dokter. Pergerakan janin akan terasa pada minggu ke 18
dan minggu ke 24.
8 Dasar Hukum
Beberapa pasal yang mengatur abortus provokatus dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP):
PASAL 299
1 Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati,
dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat
digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling
banyak empat pulu ribu rupiah.
2 Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan
tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat,
pidananya dapat ditambah sepertiga.
3 Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka dapat
dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.
PASAL 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh
orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
PASAL 347
1 Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2 Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling
lama lima belas tahun.
PASAL 348
1 Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang wanita
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
2 Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
PASAL 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal
346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengn
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan
dilakukan.