Anda di halaman 1dari 78

RESUME KOMPILASI

SKENARIO 1

ANATOMI DAN EMBRIOLOGI

COCCYX

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
Skenario 1

ANATOMI DAN EMBRIOLOGI


Ny.Nadia usia 38 tahun,diantar suaminya ke Rumah Sakit untuk memeriksakan kehamilannya
yang ketiga setelah dua kali mengalami keguguran. Ny.Nadia rajin melakukan ANC setiap
bulan sejak usia kehamilan 5 minggu karena tidak ingin kehilangan lagi. Beliau merasa
antusias karena dokter kandungan akan melakukan pemeriksaan USG 4 dimensi pada
kandungannya yang kini sudah memasuki trimester 3.Saat melakukan pemeriksaan USG,
dokter menjelaskan bahwa embrio di rahim Ny.Nadia kini menjadi fetus dengan organ-organ
lengkap. Dari monitor tampak anatomi janin dengan jelas. Dokter dengan sabar menjelaskan
kepada Ny.Nadia tentang organ-organ tersebut mulai dari arah cephal ke kaudal. Ny.Nadia
bersyukur karena kehamilan dan janin yang dikandungnya sehat dan tidak ditemukan
kelainan konginetal. Meski demikian dia masih harus menjalani beberapa pemeriksaan untuk
diagnosis prenatal kandungannya.
Klarifikasi Istilah
1. Kehamilan
- Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), kehamilan adalah pembuahan dalam
rangka melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami menghasilkan janin yang
tumbuh di rahim.
- Menurut BKK BM, kehamilan adalah proses keluar sel telur matang pada sel
telur kemudian bertemu dengan sperma lalu beruang banyak menjadi sel yang
tumbuh.
- Kehamilan adalah rangkaian peristiwa dari ovum yang dibuahi oleh sperma yang
nantinya akan berkembang menjadi fetus.
- Kehamilan adalah kondisi dimana wanita membawa embrio dalam tubuhnya.
2. Keguguran
- Keguguran adalah kejadian medis kehilangan janin yang belum terbentuk
seutuhnya.
- Kondisi kehilangan janin di bawah umur 28 minggu.
- Menurut Obstretik William, keguguran adalah berakhirnya kehamilan dengan
cara apapun pada usia kehamilankurang dari 28 minggu dihitung dari haid
terakhir/ berat janin 500 gram.
3. ANC (Antenatal Care)
- Antenatal Care adalah pemeriksaan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan
fisik dari ibu hamil dan janin.
- Tujuan dari ANC yaitu untuk koreksi penyimpangan yang terjadi pada ibu hamil.
Sementara itu tujuan dari ANC menurut WHO adalah untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Anak
4. USG
- USG merupakan gelombang ultrasonik (frekuensi tinggi) untuk melihat keadaan
organ tubuh yang bersifat aman dan non radiasi berbeda dengan X-Ray.
- USG dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
1. USG 2 dimensi berupa potongan melintang
2. USG 3 dimensi berupa foto
3. USG 4 dimensi berupa video. USG jenis ini bisa digunakan untuk melihat
kondisi janin lebih jelas, dll.
5. Trimester
- Trimester merupakan periode waktu 3 bulan kalender.
- Pada saat trimester 3 (minggu ke-28 sampai ke-40), ibu sering sesak karena bayi.
6. Embrio
- Awal pertumbuhan dari pertemuan ovum dan sperma sampai usia 8 minggu.
- Tahap bakal sebelum janin (stadium permulaan)
- Tahap awal pertumbuhan vertebrata
7. Rahim
- Bagian sistem reproduksi perempuan dimana tertanam blastokista.
- Bentuknya seperti buah pir, terdiri dari badan fundus, .... dan berfungsi sebagai
tempat perkembangan janin.
8. Fetus
Bayi dari minggu ke-8 sampai kelahiran. Fetus disebut juga janin.
9. Anatomi
- Anatomi terdiri dari dua kata yaitu ana yang berarti atas dan tomos yang berarti
memotong. Disebut juga sebagai ilmu urai. Anatomi merupakan cabang ilmu
biologi yang mmpelajari struktur tubuh manusia.
- Ilmu yang melukiskan letak organ manusia, hewan, tumbuhan.
- Potongan tubuh yang terorganisir.
10. Cephal
- Menuju ke arah kepala
- Lawan dari kaudal
11. Kaudal
- Menuju arah ekor
- Lawan dari cephal
12. Kelainan kongenital
- Kelainan bawaan lahir karena genetik maupun non-genetik (infeksi), mekanik.
- Timbul akibat konsepsi kehidupan
13. Diagnosis prenatal
- Cara-cara untuk mengetahui kesehatan atau kondisi fetus yang belum lahir.
- Untuk mendeteksi secara dini keadaan janin

Rumusan Masalah

1.Apa saja tanda, gejala, faktor resiko, jenis dan cara/tips menghindari keguguran (abortus
spontan)?
2.Apa saja tanda-tanda kehamilan?
3.Bagaimana jadwal pemeriksaan ibu hamil?
4.Apa saja faktor yang mempengaruhi kelainan kongenital?
5.Bagaimana cara pemeriksaan untuk menentukan kelainan kongenital?
6.Apa saja kelebihan dan kekurangan USG dan berapa kali disarankan untuk melakukan
USG?
7.Apa saja contoh dari diagnosis prenatal?
8.Apa saja faktor perkembangan fetus?
9Apa saja konsep pemeriksaan ANC?
Learning Object
Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita, yang terjadi di
daerah ampulla tuba fallopii.Spermatozoa bergerak dengan cepat dari vagina ke rahim
dan selanjutnya masuk kedalam saluran telur.Pergerakan naik ini disebabkan oleh
kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Sebelum spermatozoa dapat membuahi oosit,
mereka harus mengalami proses kapasitasi dan reaksi akrosom (Langman, 1994).

Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita,


yang pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu ini, suatu selubung
dari glikoprotein dari protein-protein plasma segmen dibuang dari selaput plasma
yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang menjalani
kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi akrosom (Langman,
1994).
Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona pelusida dan diinduksi
oleh protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang
diperlukan untuk menembus zona pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa
tripsin (Langman, 1994).

Fase fertilisasi mencakup fase 3 fase:


1. Penembusan korona radiata.
Spermatozoa-spermatozoa yang mengalami kapasitasi tidak akan sulit untuk
menembusnya (Langman, 1994).
2. Penembusan zona pelusida.
Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein yang mempertahankan
pengikatan sperma dan menginduksi reaksi kromosom. Hanya 1 spermatozoa diantara
200-300 juta spermatozoa yang ada di saluran kelamin yang berhasil menembus zona
pelusida. Saat spermatozoa masuk ke dalam membrane oosit, spermatozoa lain tidak
akan bisa masuk lagi karena aktifasi dari enzim oosit sendiri (Langman, 1994)
3. Fusi oosit dan membran plasma.
Spermatozoa bergerak masuk ke membrane oosit dan mencapai inti oosit.
Perlu diketahui bahwa spermatozoa dan oosit masing-masing memiliki 23 kromosom
(haploid), selama masa penyatuan masing-masing pronukleus melakukan sintesis
DNA. Segera setelah sintesis DNA, kromosom tersusun dalam gelendong untuk
melakukan pembelahan secara mitosis yang normal. Dua puluh tiga kromosom dari
ibu dan dua puluh tiga kromosom dari ayah membelah sepanjang sentromer, dan
kromatid-kromatid yang berpasangan tersebut saling bergerak ke kutub yang
berlawanan, sehingga menyiapkan sel zigot yang masing-masing mempunyai jumlah
kromosom yang normal (Langman,1994).
Baik kepala maupun ekor spermatozoa masuk dalam sitoplasma oosit. Respon sel
telur setelah spermatozoa masuk ke oosit :
a Reaksi korteks dengan zona
Setelah pelepasan enzim lisosom, membrane oosit menjadi tidak dapat
dipenetrasi oleh sperma lainnya karena perubahan struktur dan komposisi zona
pelusida
b Melanjutkan pembelahan meiosis kedua
c Pengaktifan metabolik sel telur
d Pengaktifan meliputi proses selular dan molecular awal yang berkaitan dengan
embryogenesis dini.
Spermatozoa membengkak dan membentuk pronukleus pria yang akan
berkontak erat dengan pronukleus wanita (keduanya haploid). Kemudian keduannya
melakukan replikasi DNA untuk persiapan pembelahan mitosis.

Hasil utama fertilisasi :

1 Pengembalian jumlah diploid kromosom


Separuh krosmosom berasal dari ayah dan separuhnya lagi berasal dari ibu.
2 Penentuan jenis kelamin individu baru
3 Sperma pembawa kromosom X menghasilkan mudigah wanita dan pembawa
kromosom Y menghasilkan mudigah pria
4 Inisiasi pembelahan
Tanpa fertilisasi, oosit bisa mengalami degenerasi dalam waktu 24 jam setelah
ovulasi.

Infertilitas dapat terjadi pada pria maupun wanita. Infertilitas pada pria
disebabkan oleh kurangnya jumlah sperma dan/atau buruknya motilitas sperma.
Infertilitas pada wanita dapat diakibatkan oleh sejumlah penyebab, meliputi oklusi
tuba uterine, mucus serviks yang tidak bersahabat, imunitas terhadap spermatozoa,
tidak tejadinya ovulasi, dll.

C Pembelahan

Kira-kira 24 jam setelah fertilisasi, oosit yang telah dibuahi mulai pembelahan
pertamanya (Anonimus, 2010). Setelah zigot mencapai tingkat dua sel, ia menjalani
serangkaian pembelahan mitosis yang mengakibatkan bertambahnya jumlah sel
dengan cepat. Sel ini dikenal sebagai blastomer yang akan berbentuk seperti
gumpalan yang padat (Langman, 1994).

Kira-kira setelah 3 hari setelah pembuahan, sel-sel embrio yang termampatkan


tersebut, membelah lagi membentuk morula (Langman, 1994).Morula adalah,
kumpulan dari 16-30 sel blastomere. Karena sel-sel ini muncul dari pembelahan
(cleavage) dari zigot dan semua terdapat pada zona pelusida yang tidak ias
membesar, jadi pertumbuhannya tidak banyak terlihat. Setiap sel yang baru besarnya
sama dengan sel awal dan nama morula berarti mulberry, karena mirip seperti
kumpulan sel-sel setengah bulat (Anonim, 2010). Sel-sel bagian dari morula
merupakan massa sel dalam, sedangkan sel-sel di sekitar membentuk massa sel luar.
Massa sel dalam akan membentuk jaringan-jaringan embrio yang sebenarnya,
sementara massa sel luar akan membentuk trofoblastt, yang kemudian ikut
membentuk plasenta (Langman,1994).

ZIGOT

2-SEL EMBRIO

4-SEL EMBRIO

8-SEL EMBRIO

MORULA
Gambar 2.1 Perkembangan sel menjadi morula

D Pembentukan blastokista,embrioblast, dan rongga amnion.


Pada hari ke-4 setelah inseminasi, sel terluar dari morula yang masih diselubungi
dengan zona pelucida mulai berkumpul membentuk suatu pemadatan (Anonimus, 2010).
Sebuah rongga terbentuk pada di interior blastokista dan Kira-kira pada waktu morula
memasuki rongga rahim, cairan mulai menembus zona pelusida masuk ke dalam ruang
antar sel yang ada di massa sel dalam (inner cell mass). Sel-sel embrio berkembang dari
inner cell mass yang sekarang disebut embrioblastt. Sedangkan sel-sel di massa sel luar
atau trofoblast, menipis dan membentuk dinding epitel untuk blastokista. Zona pelusida
kini sekarang sudah menghilang, sehingga implantasi bisa dimulai (Langman, 1994).

Gambar 2.2 Struktur morula


1.Embryoblast
2.Pellucid zone
3.Trophoblast
4 . Blastocyst cavity
Pada akhir hari ke-5 embrio melepaskan diri dari zona pelusida yang
membungkusnya.Melalui serangkaian siklus pengembangan-kontraksi embrio
menembus selimut pelusida.Hal ini didukung oleh enzim yang dapat melarutkan zona
pelusida pada kutub embrionik. Pelepasan embrio ini dinamakan hatching
(Anonimus, 2010)

Gambar 2.3 Hatching

1.Pellucid zone
2.Trophoblast (outer cell mass)
3.Hypoblast (part of the inner cell mass)
4.Blastocyst cavity
5 . Epiblast (part of the inner cell mass)

Gambar 2.4 invasi endometrium

Polaritas dari embrio dapat terlihat pada waktu pembentukan kutub embrionik
dan kutub abemrioalik. Ha ini jelas terlihat ketika meneliti blastokista dimana inner
cell mass sudah terbentuk. Polaritas lebih terfokus pada satu kutub dari interior
belahan blastokista yang terdiri dari blastomer (Anonimus, 2010).

Gambar 2.5 Perjalanan embrio sampai ke Rahim


Pada perkembangan hari ke-8, blastokista sebagian terbenam di dalam stroma
endometrium.Pada daerah di atas embrioblast, trofoblast berdiferensiasi menjadi 2
lapisan: (a) sitotrofoblast ,(b) sinsitiotrofoblast. Trofoblast mempunyai kemampuan
untuk menghancurkan dan mencairkan jaringan permukaan endometrium dalam masa
sekresi, yaitu sel-sel decidua (Prawiroharjo, 2000).
Sel-sel dari embrioblast juga berdiferensiasi menjadi dua lapisan, yaitu lapisan
hipoblast dan epiblast. Sel-sel dari masing-masing lapisan mudigah membentuk
sebuah cakram datar dan keduanya dikenal sebagai cakram mudigah bilaminer. Pada
saat yang sama terdapat rongga kecil muncul di dalam epiblast, dan rongga ini
membesar menjadi rongga amnion (Langman, 1994).
Pada hari ke-9, blastokista semakin terbenam di dalam endometrium, dan luka
berkas penembusan pada permukaan epitel ditutup dengan fibrin, pada masa ini
terlihat proses lakunaris, dimana vakuola-vakuola apa sinsitium trofoblast menyatu
membentuk lakuna-lakuna yang besar. Sementara pada kutub anembrional, sel-sel
gepeng bersama dengan hipoblast membentuk lapisan eksoselom (kantung kuning
telur primitif) (Langman, 1994).
Pada hari ke-11 dan 12, blastokista telah tertanam sepenuhnya di dalam stroma
endometrium. Trofoblast yang ditandai dengan lacuna dan sinsitium akan membentuk
sebuah jalinan yang saling berhubungan, Sel-sel sinsitiotrofoblast menembus lebih
dalam ke stroma dan merusak lapisan endotel pembuluh-pembuluh kapiler
ibu.Pembuluh-pembuluh rambut ini tersumbat dan melebar dan dikenal sebagai
sinusoid. Lakuna sinsitium kemudian berhubungan dengan sinusoid, dan darah ibu
mulai mengalir melalui system trofoblast, sehingga terjadilah sirkulasi utero-plasenta
(Langman, 1994).
Semetara itu, sekelompok sel baru muncul di antara permukaan dalam
sitotrofoblast dan permukaan luar rongga eksoselom. Sel-sel ini berasal dari kantong
kuning telur dan akan membentuk suatu jaringan penyambung yang disebut
mesoderm ekstraembrional; di mana pada akhirnya akan mengisi semua ruang antara
trofoblastt di sebelah luar dan amnion beserta selaput eksoselom di sebelah dalam
( langman, 1994).
Segera setelah terbentuk rongga-ronga besar di dalam mesoderm
ekstraembrional, dan ketika rongga-rongga ini menyatu, terbentuklah sebuah rongga
baru, yang dikenal dengan nama rongga khorion. Rongga khorion ini terbentuk dari
sel-sel fibroblast mesodermal yang tumbuh disekitar embrio dan yang melapisi
trofoblast sebelah dalam (Prawiroharjo, 1976). Rongga ini mengelilingi kantung
kuning telur primitive dan rongga amnion kecuali pada tempat cakram mudigah
berhubungan dengan trofoblast melalui tangkai peghubung (Langman,1994).
Pada hari ke 13 Terjadi poliferasi sel-sel sitotrofoblas secara local dan
menembus ke dalam sinsitiotrofoblas sehingga membentuk kolom yang diselubungi
oleh sinsitium (vilus primer). Hipoblas mengsilkan sel-sel lain yang bermigrasi
disepanjang bagian dalam membrane eksoselom. Sel-sel tersebut berpoliferasi
membentuk rongga baru dalam rongga eksoselom yang disebut yolk sac sekunder atau
yolk sac definitive. Terbentuk kista eksoselom. Terbentuk korda umbilikalis (tali
pusat). Pada akhir minggu kedua, cakram mudigah terdiri dari dua cakram yang
berhadapan (diskus germinativum bilaminer), yaitu epiblas yang membentuk lantai
rongga amnion yang terus semakin meluas dan hipoblas yang menutup atap kantung
kuning telur sekunder. Di daerah kepalanya, cakram hipoblas memperlihatkan sedikit
penebalan yang dikenal sebagai lempeng prekordal.
E Cakram mudigah trilaminer
Cakram mudigah bilaminer sendiri berdiferensiasi menjadi embrio trilaminer,
terjadi proses epithelio-mesenchymal layer (gastrulasi pada vertebrata kelas bawah).
Gastrulasi dimulai dengan pembentukan primitive streak (garis primitive) pada
permukaan epiblast (Langman, 1994). Selama periode ini embrio mengalami
perubahan-perubahan yang cukup menonjol (Anonimus, 2010).
Sel-sel epiblast berpindah mengikuti garis primitive untuk membentuk
mesoderm dan entoderm intraembrional. Setelah tiba di daerah garis tersebut, sel-sel
ini menjadi bentuk seperti botol, memisahkan diri dari epiblast dan endoderm yang
baru saja terbentuk untuk membentuk mesoderm. Sel-sel yang tetap berada di epiblast
kemudian membentuk ectoderm. Dengan demikian epiblast, walaupun terjadi proses
gastrulasi, merupakan sumber dari semua lapisan germinal pada embrio (yaitu,
ektoderm, mesoderm, dan endoderm) (Langman, 1994).
Sel-sel prenotokord yang bergerak masuk ke dalam lubang primitif, bergerak
ke depan hingga mencapai lempeng prekordal. Mereka menempatkan diri dalam
endoderm sebagai lempeng notokord. Pada perkembangan selanjutnya, lempeng ini
mengelupas dari endoderm, dan terbentuklah sebuah tali padat, notokord. Notokord
akan menentukan Sumbu tengah dari embrio yang akan menentukan situasi ke depan
mengenai dasar tulang belakang dan dapat menyebabkan diferensiasi dari ektoblast
untuk membetuk neural plate (Anonimus, 2010). Karena itu, pada akhir minggu ke-3,
terbentuklah 3 lapisan mudigahyang terdiri dari ectoderm, mesoderm, dan
endoderm,dan berdiferensiasi menjadi jaringan dan organ-organ (Langman,1994).

EMBRIOGENESIS
Menurut Dorlands Illustrated Medical Dictionary, Embriogenesis adalah :
1.produksi dari embrio; 2.perkembangan dari individu yang baru yang terjadi secara
seksual yaitu dari zigot. Secara umum, embriogenesis adalah proses pembelahan sel
dan diferensiasi sel dari embrio manusia yang terjadi pada saat tahap-tahap awal dari
perkembangan manusia. Tepatnya, embriogenesis terjadi pada saat spermatozoa
bertemu dan menyatu dengan ovum yang disebut fertilisasi sampai akhir dari minggu
ke-8 dari perkembangan manusia (Langman,1994).

Tahap-tahap embrogenesis
a. Tahapan perkembangan embrio
Minggu 1
1 Daur ovarium
Pada setiap daur ovarium, sejumlah folikel mulai tumbuh, tetapi hanya satu
yang mengalami kematangan sempurna, dan hanya satu oosit yang dikeluarkan
pada saat ovulasi.
2 Ovulasi
Pada saat ovulasi, oosit berada pada meiosis kedua dan dilapisi oleh zona
pelusida dan beberapa sel granulose. Melalui kegiatan penyapuan yang
dilakukan oleh fimbriae tuba, oosit dibawa ke saluran telur rahim.
3 Korpus luteum
Setelah ovulasi, sel granulose yang tertinggal di dinding yang sudah pecah,
bersama dengan sel teka interna, mendapatkan pendarahan daripembuluh-
pembuluh darah di sekitarnya. Dibawah pengaruh LH, sel-sel ini menghasilkan
suatu pigmen berwarna kekuningan dan berubah menjadi sel luteal, yang
membentuk korpus luteum dan menghasilkan progesterone.
4 Perjalanan oosit
Setelah oosit masuk ke saluran telur rahim, ia didorong ke arah rongga rahim
oleh kontraksi dinding otot. Pada manusia pengangkutan oosit yang sudah
dibuahi berlangsung dalam waktu kira-kira 3-4 hari.
5 Korpus albikans
Korpus luteum yang mengecil kembali karena degenerasi sel uteal dan
membentuk masa jaringan parut fibrotic, dikenal sebagai korpus albikans.
6 Fertilisasi
7. Pembelahan
Menghasilkan bertambahnya jumlah sel, blastomer, yang menjadi semakin kecil
pada setiap pembelahan. Setelah tiga kali pembelahan, blastomer mengalami
pemampatan menjadi lapisan dalam dan lapisan luar. Blastomer yang mampat
tersebut membelah membentuk sebuah morula 16 sel.

8. Pembentukan blastokista
Ketika morula memasuki rongga rahim, pada hari ketiga atau keempat setelah
pembuahan, mulailah terlihat sebuah rongga dan terciptalah blastokista. Massa
sel dalam akan berkembang menjadi embrionya sendiri dan terletak di satu
kutub blastokista tersebut. Massa sel luar menelilingi sel-sel dalam tersebut
serta rongga blastokista akan membentuk trofoblas.

9 .Rahim pada saat implantasi


Dinding rahim terdiri atas tiga lapisan:
1 Endometrium: selaput lendir yang melapisi dinding bagian dalam
2 Miometrium: lapisan tebal otot polos
3 Perimetrium: peritoneum yang melapisi dinding sebelah luar.
Proses fertilisasi merupakan bagian
embriologi minggu pertama. Setelah zigot
mencapai tingkat 2 sel, zigot akan membelah secara
mitosis dengan cepat. Sel yang terbentuk akan
menjadi semakin kecil pada setiap pembelahan. Sel
sel ini disebut blastomer. Sel sel ini akan terus
membelah, dan pada tingkat 16 sel disebut
morula. Sel bagian dalam akan membentuk massa
sel dalam dan sel yang disekitar akan membentuk massa sel luar. Massa sel dalam akan
membentuk embrio. Sedangkan massa sel luar akan membentuk trofoblas.
Ruang antar sel berangsur menyatu membentuk blastokel. Dalam keadaan ini
mudigah disebut sebagai blastokista dan plasenta akan menghilang. Lalu pada hari ke 5
6 blastokista akan mulai implantasi di endometrium.
Minggu 2
Cakram Mudigah Bilaminer (Perkembangan Minggu Kedua)
Pada tahap ini dimulai awal hari kedelapan sampai akhir minggu kedua.
Perkembangan Hari Ke-8
Blastokista sebagian terbenam di dalam Stroma Endometrium
Trofoblas (massa sel luar) berdiferensiasi menjadi 2 lapisan
- Sitotrofoblas : satu lapisan sel-sel berinti tunggal di
sebelah dalam
- Sinsitiotrofoblas : satu zona luar berinti banyak tanpa
batas sel yang jelas (penghasil hCG)
Embrioblas (massa sel dalam) berdiferensiasi
menjadi 2 lapisan :
- Lapisan hipoblas : satu lapisan sel-sel kecil kuboid
berdampingan dengan rongga blastokista
- Lapisan Epiblas : satu lapisan sel silinder tinggi
bersebelahan dengan rongga amnion
Muncul rongga kecil didalam epiblas yang disebut rongga amnion, serta sel-sel
epiblas yang dekat dengan sitotrofoblas disebut amnioblas.
Perkembangan Hari Ke-9
Bastokista semakin dalam terbenam di dalam Stroma
Endometrium
Tahap lacunaris : Trofoblas mulai berkembang
membentuk vakuola-vakuola pada sinsitium. Jika
vakuola-vakuola ini menyatu akan terbentuk lacuna-
lakuna besar
Pada kutub abembrional, sel-sel gepeng yang mungkin
berasal dari hipoblas membentuk suatu selaput tipis yang
dikenal selaput eksoselom (selaput Heuser), selaput ini
melapisi permukaan dalam sitotrofoblas. Selaput ini bersama dengan hipoblas akan
membentuk rongga eksoselom (kantung kuning telur primitive)
Perkembangan Hari Ke-11 sampai 12
Blastokista telah terbenam seluruhnya di dalam Stroma Endometrium
Sel-sel sinsitiotrofoblas menembus ke stroma dan merusak lapisan endotel pembuluh-
pembuluh kapiler ibu, sehingga kapiler ini tersumbat dan melebar yang dikenal
dengan sinusoid
Karena Trofoblas merusak sinusoid, sehingga darah
mengalir melalui system trofoblas, sehingga terjadi
sirkulasi utero-plasenta
Muncul sel-sel dari sel kantong kuning telur dan
membentuk suatu jaringan penyambung yang halus dan
longgar yang dikenal mesoderm ekstraembrional
( akhirnya akan mengisi semua ruang antara trofoblas di
sebelah luar dan amnion serta selaput eksoselom di sebelah dalam.
Setelah terbentuk rongga besar di dalam mesoderm ekstraembrional, dan menyatu
terbentuklah rongga baru yang dikenal selom ekstraembrional (rongga khorion)
Mesoderm ekstraembrional somatopleural adalah Mesoderm ekstraembrional yang
membatasi sitotrofoblas dengan amnion, Sedangkan Mesoderm ekstraembrional
splanknopleural adalah Mesoderm ekstraembrional yang menutupi kantung kuning
telur
Perkembangan Hari Ke-13
Pada hari ini, luka Endometrium telah sembuh, namun kadang-kadang dapat terjadi
pendarahan. Akibat dari meningkatnya aliran darah ke dalam ruang-ruang lacuna
Muncul sel-sel dari trofoblas yang berpoliferasi setempat dan menembus ke dalam
sinsitiotrofoblas, sehingga membentuk silinder-silinder sel yang dikelilingi sinsitium
yang dikenal dengan villi primer
Muncul sel-sel hipoblas yang bermigrasi kedalam
selaput eksoselom. Kemudian sel-sel ini berpoliferasi dan
berangsur-angsur membentuk rongga baru didalam
rongga eksoselom yang dikenal dengan kantung kuning telur
sekunder atau kantung kuning definitive
Menjelang akhir minggu kedua, cakram mudigah terdiri dari
dua cakram sel yang berhadapan : epiblas yang
membentuk lantai rongga amnion yang terus semakin
meluas dan hipoblas yang membentuk atap kantung
kuning telur sekunder. Di daerah kepalanya, cakram hipoblas memperlihatkan sedikit
penebalan yang dikenal sebagai lempeng prekordal.
inggu 3
1 Gastrulasi
Terbentuknya 3 lapis jaringan.
Yang dimulai dengan munculnya garis primitif yang pada ujung kepalanya terdapat
nodus primitif. Di daerah nodus dan garis ini sel-sel epiblas bergerak masuk
(invaginasi) membentuk lapisan-lapisan sel baru, dintaranya adalah sebagai berikut.

a Ektoderm
b Mesoderm terbentuk dari epiblas
c Endoderm
Karena itu, epiblas semuanya menghasilkan tiga lapisan mudigah pada mudigah
tersebut. Sel-sel dari lapisan mudigah mesoderm intraembrional bermigrasi di
antara dua lapisan mudigah lainnya sampai terbentuk hubungan dengan mesoderm
ekstraembrional yang membungkus kantung kuning telur dan amnion.

2 Pembentukan notokord
Sel-sel prenotokord yang bergerak masuk di dalam lubang primitif, bergerak ke
depan hingga mencapai lempeng prekordal. Mereka menempatkan diri dalam
endoderm sebagai lempeng notokord. Pada perkembangan selanjutnya lempeng ini
akan mengelupas dari endoderm, dan terbentuklah sebuah tali padat, notokord
definitif. Notokord membentuk sumbu tengah, yang akan menjadi dasar bagi
kerangka sumbu badan.
3 Pertumbuhan cakram mudigah
Pada akhir minggu ketiga terbentuklah tiga lapisan mudigah yang terdiri atas
ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Dan deferensiasi jaringan dan organ sudah
mulai.
4 Perkembangan trofoblas lebih lanjut
Pada saat yang sama, trofoblas cepat berkembang. Villi primer sudah memiliki
inti masenkim, tempat munculnya pembuluh-pembuluh kapiler kecil. ketika kapiler
villi ini berhubungan dengan kapiler di dalam lempeng korion dan tangkai
penghubung, system villi tersebut sudah siap memasok zat-zat makanan dan
oksigennya kepada mudigah.

ORGANOGENESIS

A Definisi
Selama perkembangan minggu ke-3 sampai minggu ke-8, suatu massa yang
dikenal sebagai massa embrionik atau masa organogenesis (proses pembentukan
organ-organ tubuh pada makhluk hidup(hewan dan manusia). Organ yang
dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase
gastrula), masing-masing lapisan dari ketiga lapisan mudigah ini membentuk
banyak jaringan dan organ yang spesifik. Menjelang masa akhir embrionik ini,
sistem-sistem organ telah terbentuk. Karena pembentukan organ ini, bentuk
mudigah banyak berubah dan ciri-ciri utama bentuk tubuh bagian luar sudah dapat
dikenali menjelang bulan kedua. Masa mudigah berlangsung dari perkembangan
minggu keempat hingga kedelapan dan merupakan masa terbentuk jaringan dan
sistem organ dari masing-masing lapisan mudigah. Sebagai akibat pembentukan
organ, ciri-ciri utama bentuk tubuh mulai jelas. Menurut Langman (1994),
B Tahapan

Lapisan Mudigah EKTODERM membentuk organ dan struktur-struktur yang


memelihara hubungan dengan dunia luar:
1 susunan saraf pusat
2 sistem saraf tepi;
3 epitel sensorik telinga, hidung dan mata;
4 kulit, termasuk rambut dan kuku;
5 kelenjar hipofisis, kelenjar mammae, dan kelenjar keringat,email gigi.

Lapisan Ektodermal berdiferensiasi menjadi:

Ektoderm Luar (Epidermis)


o Epidermis
o Rambut
o Kuku
o Kelenjar sebaceous
o Epitelium mulut (Kelenjar hipofise anterior, Enamel gigi, Epitelium pipi)
o Lensa mata, kornea
Krista Syaraf (Neural crest cells)
o Susunan Syaraf Tepi (SST) (Sel Schwann, Sel Neuroglia, Susunan syaraf
simpatis, Susunan syaraf parasimpatis)
o Medula Kelenjar Adrenal
o Sel Melanosit
o Tulang rawan wajah
o Dentin gigi
o Lensa mata, kornea
Buluh Syaraf (Neural tube)
o Otak
o Kelenjar hipofise posterior
o Medula Spinalis
o Syaraf motorik
o Retina mata

Pada awal minggu ketiga perkembangan, lapisan germinativum ektoderm


memiliki bentuk seperti cakram yang lebih besar di bagian sefalik daripada
kaudal.

Lapisan mudigah MESODERM mengasilkan :


mesenkim di kepala
somit membentuk miotom (jaringan otot)
skeletom (tulang rawan dan sejati)
dermatom (jaringan subkutan kulit)
1 jantung
2 pembuluh nadi
3 pembuluh getah bening
4 semua sel darah
5 sel getah bening
6 sistem kemih-kelamin; ginjal, gonad, dan saluran-salurannya (tetapi tidak
termasuk kandung kemih).
7 limpa dan korteks adrenal juga merupakan turunan dari mesoderm.

3 komponen penting :
- Mesoderm paraksial, pada awal minggu ketiga mesoderm paraksial mulai tersusun
membentuk segmen-segmen yang dikenal sebagai somitomer. Somitomer adalah
kumpulan mesoderm paraksial yang tersusun longgar dan bersegmen di regio
kranial. Pada akhir minggu kelima, terdapat 42-44 pasang somit terdapat 4 pasang
somit oksipital, 8 pasang somit servikal, 12 pasang torakal, 5 pasang lumbal, 5
pasang sakral, dan 8-10 pasang koksigeal. Usia mudigah dapat ditentukan secara
akurat selama periode awal ini dengan menghitung jumlah somit.

- Mesoderm lempeng lateral, terpisah menjadi lapisan parietal dan viseral yang
masing masing melapisi rongga intraembrional dan mengelilingi organ organ.
Mesoderm dari lapisan parietal bersama ektoderm diatasnya akan membentuk
tubuh lateral dan ventral. Lapisan viseral dan endoderm embrional akan
membentuk dinding usus.
- Mesoderm intermediat, untuk sementara menghubungkan mesoderm paraksial
dengan mesoderm lempeng lateral. Akan berdiferensiasi menjadi struktur
urogenital.

Mesoderm juga menghasilkan sistem vaskular (jantung, arteri, vena, pembuluh limfe
dan semua sel darah). Sistem urogenital (ginjal, gonad, dan saluran-salurannya kecuali
kandung kemih). Akhirnya, limpa dan kelenjar suprarenal juga merupakan derivat
mesoderm.

Lapisan mudigah ENDODERM menghasilkan :


lapisan epitel saluran pencernaan,
saluran pernafasan,
kandung kemih
parenkim tiroid,
paratiroid,
hati dan
kelenjar pankreas,
epitel kavum timpani
tuba eustachius juga berasal dari endoderm.
Hubungan dengan kantung kuning telur dan plasenta dipertahankan masing-
masing melalui duktus vitellinus dan tali pusat.

Minggu 4-8
Gambar :

hari ke 15-17 (minggu ketiga) hari ke 17-19

hari ke 19-21 hari ke 22-23 hari ke 23-26

hari ke 35-38 hari ke 37-42 hari ke 42-44


hari ke 44-48 hari ke 48-51 hari ke 51-53

hari ke 53-54 hari ke 54-56 hari ke 56-60

Organogenesis syaraf
Sistem syaraf pusat tampak pada permulaan minggu ke-3 sebagai lempeng
penebalan ektoderm yang berbentuk seperti sandal. Lempang terletak di dorsal
tengah dan di depan lubang primitif. Pinggir lempeng kemudian meninggi dan
membentuk lipatan-lipatan syaraf, kemudian lipatan ini saling mendekat dari
garis tengah dan akhirnya bersatu, terbentuklah tabung saraf. Ujung sefalik
tabung syaraf terdapat 3 pelebaran, yakni gelembung-gelembung otak primer :
prosensefalon, mesensefalon, dan rhombensefalon.

Ketika berumur 5 minggu, prosensefalon terdiri 2 bagian, telensefalon dan


diensensefalon.Telensefalon dibentuk oleh bagian tengah dan 2 tenjolan
lateral.Telensefalon merupakan gelembung otak yang paling rostrol.Diensefalon
ditndai oleh pembentukan gelembung-gelembung mata, berkembang dibagian
median prosensefalon.

Organogenesis facialis
Pada minggu ke-4

Sudah mulai terbentuk prominensia fasialis yang tersusun dari (jaringan)


mesenkim yang berasal dari Krista neuralis dan mayoritas dibentuk oleh pasangan
pertama arkus faring.

Pada minggu ke-5

Plakoda nasalis mengalami vaginasi (sel2 bergerak menuju medial) fovea


nasalis dan prominensia nasalis.

Pada minggu ke-6 hingga minggu ke-7


Prominensia maksilaris menekan prominensia nasalis mediana ke arah
medial bibir atas
Prominensia mandibularis bergerak ke arah medial menyatu bibir
Prominensia maksilaris membesar pipi dan maksila
Di dasar alur nasolakrimal ada ektoderm membentuk korda epitel padat yang
melepaskan diri dari ektoderm di atasnya, lalu mengalami kanalisasi
membentuk duktus nasolakrimalis, lalu ujung atasnya melebar sakus
lakrimalis
Korda (lihat point sebelumnya) lepas, lalu prominensia maksilaris dan
prominensia nasalis lateralis bergabung
Duktus nasolakrimalis bergerak dari sudut medial mata meatus inferior
rongga hidung.
Prominensia nasalis mediana yang menyatu memiliki 3 struktur (komponen
bibir membentuk filtrum bibir atas, komponen rahang atas yang
membawa 4 gigi seri / insisivus dan komponen langit2 yang membentuk
platum primer berbentuk segitiga
Pada minggu ke-6 terdapat pertumbuhan membentuk bilah (palatine shelves /
bilah - bilah palatum) yang berasal dari prominensia maksilaris.
Pertumbuhannya mengarah oblik ke bawah di kedua sisi lidah. Pada minggu
ke-7 bilah tumbuh ke atas mendekati posisi horizontal lalu menyatu
palatum sekunder lalu menyatu juga dengan palatum primer (lihat point
sebelumnya). Pada saat yang bersamaan septum nasale bergabung dengan
sefalik palatum yang baru terbentuk.
Pada minggu ke-6 fovea nasalis semakin ke dalam karena pertumbuhan
prominensia nasalis dan penetrasi ke mesenkim di bawahnya.
1 KELAINAN KONGENITAL
A DEFINISI

Kelainan kongenital, cacat lahir dan anomali kongenital adalah istilah-istilah


sinonim yang digunakan untuk menjelaskan gangguan struktural, perilaku,
fungsional dan metabolik yang sudah ada sejak lahir. Kelainan kongenital dapat
merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera
setelah lahir. Kelainan kongenital dapat dikenali sebelum kelahiran, pada saat
kelahiran, atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran.

B FAKTOR PENYEBAB
1 Kelainan Genetik dan Khromosom.

Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan


berpengaruh atas kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan
ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi
yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau kadang-
kadang sebagai unsur resesif. Beberapa contoh kelainan autosom, yaitu trisomi
pada kromosom no 21 yang dikenal sebagai sindrom Down (mongolism) dan
kelainan pada kromosom kelamin di antaranya sindrom Turner.

2 Faktor mekanik

Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat


menyebabkan kelainan bentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas
organ tersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan
mempermudah terjadinya deformitas suatu organ. Sebagai contoh deformitas
organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki sepcrti talipes varus, talipes valgus,
talipes equinus dan talipes equinovarus (clubfoot)

3 Faktor infeksi.

Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang


terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan.
Adanya infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan
gangguan dalam pertumbuhan suatu organ rubuh. Infeksi pada trimester pertama
di samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan
kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester
pertama ialah infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan
kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai
tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada
trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah
infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan
kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada
system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.

4 Faktor Obat

Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester
pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan
kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat
menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan
terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang
diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula
hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara
laboratorik belum banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan,
khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu
sama sekali; walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu
memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian
trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon
yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya
sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.

5 Faktor umur ibu

Hamil usia 20-an tahun

Untuk usia 20 tahun lebih mudah untuk hamil, memiliki resiko keguguran
dan komplikasi lebih rendah. Tetapi sedikit lebih tinggi terkena resiko
Preeclampsia yaitu gejala tekanan darah, pembengkakan dan tingginya jumlah
protein di urin. Yang merupakan salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan
janin.Dan awal usia 20 tahun lebih besar terkena resiko bayi lahir dengan bobot
yang rendah. Bayi lahir dengan bobot rendah memiliki resiko cacat untuk
kedepannya.

Hamil usia 30

Sel telur berkurang karena kesuburan menurun stelah umur 30an tahun
dan risiko melahirkan anak syndrome down atau cacat kromosom. Data American
Society dor Reproductive Medicine ,sepertiga usia 35 tahun mengalami masalah
kesuburan dan jugga lebih mudah mengalami keguguran dari pada wanita muda.
Perempuan hamil diatas 35 tahun juga cenderung memiliki masalah Preclampsia,
diabetes, prematur dan berat badan bayi rendah.

Hamil di usia 40-an tahun

Risiko perempuan hamil usia 40an tahun sama seperti perempuan yang
hamil di usia 30an tahun. Ada dua risiko yang besar yaitu cacat kromosom dan
keguguran, rasionya adalah 1 banding 100 kehamilan. Usia 40an tahun juga tiga
kali lipat lebih besar mengalami diabetes selama kehamilan dan mungkin
terjangkit fetal distress.

6 Faktor hormonal

Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian


kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu
penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan
pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.
7 Faktor radiasi

Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat


menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup
besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gen
yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang
dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutik sebaiknya
dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.

8 Faktor gizi

Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan


dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-
penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi
yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada
binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A ribofIavin, folic acid,
thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian & kelainan kongenital.

9 Faktor-faktor lain

Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor


janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor
penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat
menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak
diketahui.

C MACAM PENGELOMPOKKAN KELAINAN KONGENITAL

Menurut Berat Ringannya


Kelainan kongenital dibedakan menjadi:
o Kelainan mayor
Kelainan mayor adalah kelainan yang memerlukan tindakan medis
segera demi mempertahankan kelangsungan hidup penderitanya.
o Kelainan minor
Kelainan minor adalah kelainan yang tidak memerlukan tindakan
medis.
Menurut Kemungkinan Hidup Bayi
Kelainan kongenital dibedakan menjadi:
a. Kelainan kongenital yang tidak mungkin hidup, misalnya
anensefalus.
b. Kelainan kongenital yang mungkin hidup, misalnya sindrom down,
spina biida, meningomielokel, fokomelia, hidrosefalus,
labiopalastokisis, kelainan jantung bawaan, penyempitan saluran
cerna, dan atresia ani.
Menurut Bentuk/Morfologi
Kelainan kongenital dibedakan menjadi:
a. Gangguan pertumbuhan atau pembentukan organ tubuh, dimana
tidak terbentuknya organ atau sebagian organ saja yang terbentuk,
seperti anensefalus, atau terbentuk tapi ukurannya lebih kecil dari
normal, seperti mikrosefali.
b. Gangguan penyatuan/fusi jaringan tubuh, seperti labiopalatoskisis,
spina bifida
c. Gangguan migrasi alat, misalnya malrotasi usus, testis tidak turun.
d. Gangguan invaginasi suatu jaringan, misalnya pada atresia ani atau
vagina
e. Gangguan terbentuknya saluran-saluran, misalnya hipospadia,
atresia esofagus
Menurut Tindakan Bedah yang Harus Dilakukan
Kelainan kongenital dibedakan menjadi:
a. Kelainan kongenital yang memerlukan tindakan segera, dan
bantuan tindakan harus dilakukan secepatnya karena kelainan
kongenital tersebut dapat mengancam jiwa bayi.

b. Kelainan kongenital yang memerlukan tindakan yang


direncanakan, pada kasus ini tindakan dilakukan secara elektif.

D PENYAKIT

1 Malformasi
Malformasi adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau
ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses embriogenesis. . Kelainan ini dapat
menyebabkan hilangnya semua atau sebagian suatu sruktur. Disebabkan oleh
faktor lingkungan dan/ atau genetik yang bekerja secara independen atau
bersamaan. Kebanyakan malformasi berawal pada minggu ketiga sampai minggu
kedelapan kehamilan.
Contoh:
a Labiopalatoskisis (Celah Bibir dan Langit-langit)
Labiopalatoskisis adalah kelainan kongenital pada bibir dan langit-langit yang
dapat terjadi secara terpisah atau bersamaan yang disebabkan oleh kegagalan atau
penyatuan struktur fasial embrionik yang tidak lengkap. Kelainan
ini cenderung bersifat diturunkan (hereditary), tetapi dapat terjadi
akibat faktor non-genetik..

b Spina Bifida
Spina Bifida termasuk dalam kelompok neural tube defect
yaitu suatu celah pada tulang belakang yang terjadi
karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal.
menutup atau gagal terbentuk secara utuh. Kelainan ini
biasanya disertai kelainan di daerah lain, misalnya
hidrosefalus, atau gangguan fungsional

c Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal sehingga terdapat
pelebaran ventrikel. Secara klinis, hidrosefalus kongenital
dapat terlihat sebagai pembesaran kepala segera setelah bayi
lahir, atau terlihat sebagai ukuran kepala normal tetapi tumbuh
cepat sekali pada bulan pertama setelah lahir.

d Anensefalus
Anensefalus adalah suatu keadaan di mana sebagian besar tulang
tengkorak dan otak tidak terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan
tabung saraf yang terjadi pada awal perkembangan janin yang menyebabkan
kerusakan pada jaringan pembentuk otak.
Salah satu gejala janin yang dikandung mengalami anensefalus jika ibu hamil
mengalami polihidramnion (cairan ketuban di dalam rahim terlalu banyak).
Prognosis untuk kehamilan dengan anensefalus sangat sedikit. Jika bayi lahir
hidup, maka biasanya akan mati dalam beberapa jam atau hari setelah lahir.
e Omfalokel
Omfalokel adalah kelainan yang berupa protusi isi rongga perut ke luar
dinding perut sekitar umbilicus, benjolan terbungkus
dalam suatu kantong. Omfalokel terjadi akibat hambatan
kembalinya usus ke rongga perut dari posisi ekstra-
abdominal di daerah umbilicus yang terjadi dalam
minggu keenam sampai kesepuluh kehidupan janin.

2. Deformasi
Deformasi didefinisikan sebagai bentuk, kondisi, atau posisi abnormal
bagian tubuh yang disebabkan oleh gaya mekanik sesudah pembentukan
normal terjadi, misalnya kaki bengkok atau mikrognatia (mandibula yang
kecil). Tekanan ini dapat disebabkan oleh keterbatasan ruang dalam uterus
ataupun faktor ibu yang lain seperti primigravida, panggul sempit,
abnormalitas uterus seperti uterus bikornus, kehamilan kembar.
Contoh:
a Clubfeet atau CTEV (Congenital Talipes Equinovarus)
CTEV atau Congenital Talipes Equinovarus adalah kelainan
kongenital yang umum ditemukan. Deformitas ini mengakibatkan kaki terlihat
berotasi ke dalam terhadap ankle (mata kaki). Di Amerika Serikat, terdapat 1-2
kasus dalam 1000 kelahiran hidup dan 50% diantaranya menyerang kedua kaki
(bilateral).
Talipes berasal dari kata Talus yang berarti ankle (mata kaki) dan Pes
yang berarti kaki. Sehingga Menunjukkan adanya kelainan pada kaki yang
mengakibatkan penderitanya berjalan menggunakan ankle atau mata kakinya.
Sedangkan Equino berarti seperti kuda dan Varus adalah bengkok kedalam.
Kesimpulannya, pada penderita dengan CTEV, memiliki 3 kondisi medis,
yakni:
Kaki depan tertarik kedalam (adduction) sehingga telapak kaki menghadap ke
atas (supination),
Tumit kedalam (inversion),
Pergelangan kaki atau ankle dalam keadaan bengkok ke dalam (plantar
flexion).

b Talipes valgus
Talipes valgus terjadi karena produksi lemak pada kaki anak. Valgus
bisa disebabkan oleh penyakit Blount, yakni tulang kering melengkung dan
tidak secara tepat masuk dalam sendi lutut. Jika bengkoknya terlihat lebih pada
satu kaki saja, penyebabnya bisa karena hambatan pertumbuhan. Biasanya
valgus akan normal kembali saat anak usia 8 tahun.
Talipes Valgus ini mempunyai penyebabnya lain, yakni karena
lembeknya ligamen sebelah dalam. Begitu lembeknya sehingga waktu anak
berdiri, kakinya tidak dapat menunjang tubuh dengan baik. Ini juga baru
tampak saat bayi mulai dapat berdiri.

c Talipes Kavus
Talipes kavus ialah kelainan tapak kaki yang berupa lengkungan
(arch) lebih tinggi dari kaki normal, dan sering kali jari kaki berbentuk cakar.
Kelainan ini mirip dengan deformitas yang terlihat pada penyakit neurologik
yang otot intriksiknya lemah atau lumpuh, ini menunjukkan bahwa pes kavus
idiopatik diakibatkan oleh jenis ketidakseimbangan otot yang serupa.
Jari kaki penderita pes kavus biasanya tertarik ke atas dalam posisi
cakar, kepala metatarsal ke bawah ke tapak kaki dan lengkungan pada
pertengahan kaki lebih nyata. Sering tumit terinversi dan jaringan lunak pada
tapak kaki kencang. Dibawah kepala metatarsal yang menonjol dapat
terbentuk kalus. Penderita kelainan pes kavus biasanya berada pada umur 8-10
tahun.

3. Disrupsi
Disrupsi adalah defek morfologik satu bagian tubuh atau lebih yang
disebabkan oleh gangguan pada proses perkembangan yang mulanya normal.
Ini biasanya terjadi sesudah embriogenesis. Berbeda dengan deformasi yang
hanya disebabkan oleh tekanan mekanik, disrupsi dapat disebabkan oleh
iskemia, perdarahan atau perlekatan. Misalnya helaian-helaian membran
amnion, yang disebut pita amnion, dapat terlepas dan melekat ke berbagai
bagian tubuh, termasuk ekstrimitas, jari-jari, tengkorak, serta muka. Contoh:

a Craniofacial

Craniofacial adalah masalah medis yang berhubungan dengan tulang


tengkorak dan tulang wajah. Kelainan craniofacial merupakan cacat lahir pada
wajah atau kepala. Beberapa kasus, seperti bibir sumbing, adalah kasus yang
paling banyak ditemukan, kasus yang lain sangat jarang. Kebanyakan cacat ini
memperngaruhi penampilang wajah dan kepala penderitanya. Kelainan ini
memugkinkan juga terjadi pada bagian tubuh yang lain. Kelainan ini
disebabkan oleh pita amnion yang pecah sebelum waktunya.

b Atresia Esofagus

Dari segi anatomi, khususnya bila dilihat bentuk sumbatan dan


hubungannya dengan organ sekitar, terdapat bermacam-macam penampilan
kelainan kongenital atresia esophagus, misalnya jenis fistula trakeo-esofagus.
Dari bentuk esofagus ini yang terbanyak dijumpai (lebih kurang 80%) adalah
atresia atau penyumbatan bagian proksimal esofagus sedangkan bagian
distalnya berhubungan dengan trakea sebagai fistula trakeo-esofagus. Secara
klinis, pada kelainan ini tampak air ludah terkumpul dan terus meleleh atau
berbusa, pada setiap pemberian minum terlihat bayi menjadi sesak napas,
batuk, muntah, dan biru.

c Sindrom Pierre Robin

Kelainan kongenital berupa adanya dismorfosis tulang muka dan


tengkorak. Pada pemeriksaan ditemukan adanya distrofi mandibula sehingga
memberi kesan mikrognatia disertai dengan adanya palatoskizis. Akibat yang
timbul pada kelainan ini adalah kesukaran minum. Pada posisi telentang lidah
akan jatuh ke belakang di daerah hipofarings sehingga mengganggu
pernafasan.
d Hematoma sefal

Hematoma sefal terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang


melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum. Robeknya pembuluh darah ini
dapat terjadi pada persalinan yang sukar dan lama yang menyebabkan adanya
tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi. Serta timbul pula pada
persalinan dengan tindakan seperti tarikan vakum atau cunam, bahkan dapat
pula terjadi pada kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan
kepala bayi. Akibat perdarahan ini timbul penimbunan darah di daerah
subperiost yang dari luar terlihat sebagai benjolan. Benjolan ini dapat bersifat
soliter atau multipel.

4. Displasia
Patogenesis lain yang penting dalam terjadinya kelainan kongenital
adalah displasia. Istilah displasia dimaksudkan dengan kerusakan (kelainan
struktur) akibat fungsi atau organisasi sel abnormal, mengenai satu macam
jaringan di seluruh tubuh. Sebagian kecil dari kelainan ini terdapat
penyimpangan biokimia di dalam sel, biasanya mengenai kelainan produksi
enzim atau sintesis protein. Sebagian besar disebabkan oleh mutasi gen.
Karena jaringan itu sendiri abnormal secara intrinsik, efek klinisnya menetap
atau semakin buruk. Ini berbeda dengan ketiga patogenesis terdahulu.
Malformasi, deformasi, dan disrupsi menyebabkan efek dalam kurun waktu
yang jelas, meskipun kelainan yang ditimbulkannya mungkin berlangsung
lama, tetapi penyebabnya relatif berlangsung singkat. Displasia dapat terus-
menerus menimbulkan perubahan kelainan seumur hidup.
5. Sindrom
Kumpulan anomali yang terjadi secara bersamaan dan memiliki
etiologi yang spesifik dan sama. Contoh VACTREL (Anomali Vertebra, Anus,
Cardiac, Trakeoesofagus, renal, dan limb)
Contoh:
a Sindron Down
Sindron Down disebabkan oleh gagal berpisah kromosom nomor 21
sehingga individu penderita memiliki kromosom tambahan pada kromosom
nomor 21. Penderita sindrom ini memiliki tiga kromosom nomor 21. Hal ini
disebut juga trisomi 21. Pengaruhnya menyebabkan pertumbuhan mental
penderita terhambat, berkurangnya ketahanan tubuh terhadap infeksi, dan
tingkat kelangsungan hidup yang rendah. Tingkat pertumbuhan mental pada
sindrom Down bervariasi pada setiap penderita. Kasus trisomi 21 dapat terjadi
pada sekitar 15 individu setiap 10.000 kelahiran. Pada ibu di atas 35 tahun,
kemungkinan terjadinya sindrom Down pada anak yang dilahirkannya lebih
tinggi dibandingkan pada ibu dengan umur 20-30 tahun (Levine & Miller,
1991: 223).

b Sindrom Patau
Sindrom Patau disebabkan oleh aneuploidi pada autosom. Sindrom ini
disebabkan oleh trisomi pada kromosom nomor 13 dan ditemukan oleh K.
Patau pada 1960. Penderita sindrom ini memiliki ciri mata serius, kerusakan
otak dan peredaran darah, serta langit-langit mulut yang terbelah. Pada setiap
5.000 kelahiran dapat terjadi satu kasus penderita sindrom Patau. Bayi yang
dilahirkan dengan sindrom ini jarang bertahan hidup lebih dari satu tahun.
c Sindrom Edwards
Sindrom Edwards kali pertama ditemukan pada 1960 oleh I.H.
Edwards. Kariotipe (45A + XX / XY), trisomik pada autosom. Autosomal
kelainan pada kromosom nomor 16, 17, atau 18. Ciri-cirinya yaitu mikrosefal
disertai dengan bagian belakang menonjol dari kepala ( tengkuk), telinga
cacat, abnormal rahang kecil (micrognathia); celah bibir / celah langit-langit,
hidung terbalik, sempitnya lipatan kelopak mata (fisura palpebral), luasnya
mata spasi (hypertelorism okular), sebuah tulang dada pendek, tangan
terkepal, jempol terbelakang dan atau kuku jari-jari tidak ada, anyaman dari
kedua dan ketiga jari-jari kaki, kaki pengkor dan pada laki-laki testis tidak
turun.
d Sindrom Klinefelter
Sindrom Klinefelter kali pertama ditemukan oleh H.F. Klinefelter pada
1942. Sindrom ini disebabkan oleh adanya gagal berpisah pada kromosom
seks (gonosom) sehingga setelah fertilisasi dihasilkan laki-laki dengan
tambahan kromosom X menjadi XXY. Diperkirakan kejadian ini terjadi satu
dari setiap 2.000 kelahiran. Individu dengan kromosom XXY adalah pria steril
(mandul). Badannya relatif tinggi, namun tidak memperlihatkan
perkembangan pria, seperti pundak yang lebar dan pinggul yang kecil
layaknya pria pada umumnya. Memasuki masa pubertas, pada sebagian
penderita terbentuk kelenjar payudara layaknya wanita. Pria dengan sindrom
Klinefelter memiliki pertumbuhan mental yang cenderung lambat. Akan tetapi,
hal ini dapat sangat bervariasi pada setiap individu.
e Sindrom Turner
Wanita dengan sindrom Turner hanya memiliki satu kromosom seks X.
Monosomi X ini ditemukan oleh H.H. Turner pada 1938. Secara genetis,
penderita sindrom ini hanya memiliki kromosom 44A + XO. Meskipun
memiliki jenis kelamin wanita, ia tidak memiliki ovarium yang sempurna,
steril (mandul), ciri seksualnya tidak berkembang, dan cenderung lebih
pendek. Diperkirakan kasus sindrom Turner terjadi satu dari setiap 5.000
kelahiran.

6. Sekuensial (Sequences)
Sekuensial adalah suatu pola dari kelainan multiple dimana kelainan
utamanya diketahui. Sebagai contoh, pada Potter Sequence kelainan
utamanya adalah aplasia ginjal. Tidak adanya produksi urin mengakibatkan
jumlah cairan amnion setelah kehamilan
E PENCEGAHAN
Pencegahan primer
o Mengindari hamil dengan usia >35 tahun
o Mengonsumsi asam folat. Terdapat pada sayuran hijau
o Perawatan ANC
o Menghindari makanan yang diawetkan, alkohol, dan obat-obatan
Pencegahan sekunder
o Diagnosis

USG
Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara
dini beberapa kelainan kehamilan/pertumbuhan janin, kehamilan
ganda, molahidatidosa, dan sebagainya
Pemeriksaan cairan amnion (amnionsentesis)
Amnionsentesis dilakukan pada usia kehamilan 15-19 minggu
dengan aspirasi per-abdomen dengan tuntunan USG. Dari cairan
amnion tersebut dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut antara
lain pemeriksaan genetik/kromosom, pemeriksaan alfa-feto-protein
terhadap defek tuba neural (anensefali, mengingomielokel),
pemeriksaan terhadap beberapa gangguan metabolic
(galaktosemia, fenilketonurua), dan pemeriksaan lainnya.
Biopsi korion
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kelainan kromosom
pada janin, kelainan metabolik, kelainan genetik dapat dideteksi
dengan analisis DNA, misalnya talasemia dan hiperplasia adrenal
kongenital

o Pengobatan

Pada kasus seperti hidrosefalus, tindakan non bedah yang


dilakukan adalah dengan pemberian obat-obatan yang dapat
mengurangi produksi cairan serebrospinal
Pencegahan tersier
Untuk mengurangi komplikasi penting pada pengobatan dan
rehabilitasi. . Misalnya pada penderita Sindrom Down, pada saat bayi baru
lahir apabila diketahui adanya kelemahan otot, bisa dilakukan latihan otot
yang akan membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Bayi ini nantinya bisa dilatih dan dididik menjadi
manusia yang mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan pribadinya.

DIAGNOSIS PRENATAL

Diagnosis prenatanal ini merupakan diagnosis untuk melihat kondisi janin in utero sebelum
mengalami masa kelahiran.Diagnosis prenatal bersifat screening dan diagnostic.
Screening
Screening test adalah sebuah tes yang sifatnya tidak terlalu infasif dan cenderung
untuk lebih aman. Tes ini harus disertai dengan tes diagnostic untuk melengkapi tes ini. Hasil
yang positif dari tes ini merupakan indikasi untuk dilaksanakannya tes yang lebih infasif
seperti amniosentesis.
Tes serum alpha-fetoprotein maternal
Level serum alpha-fetoprotein pada ibu-ibu hamil digunakan untuk mendeteksi kelainan-
kelainan pad janin. Tes ini dilakukan ketika usia kehamilan berada pada rentang 16-20
minggu..Alfa fetoprotein merupakan sebuah protein yang terdapat di dalam darah ibu dan
biasanya berikatan dengan hormone estradiol pada fetus. Hingga saat ini kegunaan protein ini
belum terlalu dimengerti. Biasanya kenaikan jumlah dari alfafetoprotein ini dapat
menimbulkan kecurigaan adanya kesalahan dalam penutupan neural tube. Selain
mengindikasikan adanya kesalahan pada pembentukan neural tube, kenaikan level AFP juga
menunjukkan adanya terbukanya dinding abdomen, aneuplodia, gagal ginjal dan kelainan
plasenta.
Tes Heksoaminidase maternal
Tes ini berguna untuk mendeteksi penyakit Tay-Sachhs
1.1.Fungsi

- Bisa menentukan tingkat kenormalan janin bahkan beberapa ibu bisa meminta dokter
untuk memberi tahu jenis kelamin janin
- Mempermudah pengelolaan dalam merencanakan langkah selanjutnya
- Mengetahui kondisi kehamilan calon ibu
- Apabila kehamilan kedua atau setelahnya, bisa mengurangi tingkat cacat lahir setelah
kelahiran

1.2.Macam

Teknik diagnosis prenatal ada 2 macam:

- Teknik invansif yaitu teknik yang digunakan dengan cara melukai wanita hamil atau calon
ibu. Jadi teknik invansif ini cenderung jarang digunakan.
- Teknik non invansif yaitu teknik yang digunakan dengan cara tidak melukai ibu maupun
janin, teknik ini ringan dan tidak berat. Teknik ini banyak dan aman untuk digunakan.
Salah satu contohnya adalah USG.
1.3 Jenis-Jenis Diagnosis Prenatal
1.Ultrasonografi
Ultrasonografi adalah teknik yang relative non-invansif dengan menggunakan gelombang
suara berfrekuensi tinggi yang dipantulkan dari jaringan untuk menciptakan
gambar.Pendekatan ini dapat dilakukan secara transabdomen maupun transvagina.
Pendekatan transvagina mampu membentuk gambar dengan resolusi yang lebih tinggi.
Macam-Macam USG
1.USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik
sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.

2.USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal.
Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin)
dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini
dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live
3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi,
gambar janinnya dapat bergerak. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan
keadaan janin di dalam rahim.
4. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat.
Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin
ini meliputi:
1. Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit). Universitas Sumatera Utara
2. Tonus (gerak janin).
3. Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
4. Doppler arteri umbilikalis.
5. Reaktivitas denyut jantung janin.
2.Amniosentesis
Sewaktu amniosentesis,jarum dimasukkan secara transabdomen ke dalam rongga
amnion,diambil sekitar 20-30 ml dan tidak dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai 14
minggu.Penelitian tentang risiko kematian akibat prosedur ini cukup rendah yaitu 1 dalam
300 hingga 500.Cairan kemudian dianalisis seperti AFP dan asetilkolinesterase.Sel-sel janin
yang terlepas ke dalam cairan amnion,dapat diambil dan digunakan untuk penentuan
kariotipe metafase dan analisis genetik lainnya namun perlu dilakukan kultur jaringan terebih
dahulu. Hasilnya baru tersedia dalam 1-2 minggu. Pengambilan sampel ini bertujuan untuk
mengetahui keberadaan anomali pada kromosom.
3.Pengambilan Sampel Virus Korion

Dilakukan dengan memasukkan jarum melalui transabdomen atau transvagina ke


dalam massa plasenta dan mengaspirasi sekitar 5-30 mg jaringan villus.Namun akurasi hasil
bermasalah karena tingginya frekuensi kesalahan pada kromosom dalam plasenta sehingga
perlu sel-sel inti dari mesenkim diisolasi oleh tripinisasi trofoblas eksternal dan
dibiakan.Prosedur ini berindikasi memiliki resiko leboh besar untuk menyebabkan cacat
reduksi ekstermitas terutama pada jari-jari.Pada tahun 2007 American College of
Obstetrician and Gynecologist menganjurkan uji invansif (amniosentesis atau CVS) untuk
aneuploidi harus tersedia bagi semua wanita tanpa memerhatikan usia wanita tersebut. Tes ini
dilakukan dalam pada masa 8-12 minggu.

4.Maternal Serum Beta-HCG


Tes ini paling sering digunakan sebagai tes untuk kehamilan. Dimulai pada sekitar
seminggu setelah pembuahan dan implantasi embrio ke dalam rahim, trofoblas akan
menghasilkan cukup beta-HCG (subunit beta human chorionic gonadotropin) untuk
mendiagnosis kehamilan. Jadi, pada saat pertama kali menstruasi luput, beta-HCG akan
sudah cukup untuk tes kehamilan positif. Beta-HCG juga dapat diukur dalam serum dari
darah ibu, dan ini dapat berguna di awal kehamilan ketika terancam aborsi atau kehamilan
ektopik dicurigai, karena jumlah beta-HCG akan lebih rendah dari yang diharapkan.

Kemudian pada kehamilan, di tengah sampai akhir trimester kedua, beta-HCG dapat
digunakan bersama dengan MSAFP untuk skrining kelainan kromosom, dan sindrom Down
pada khususnya. Sebuah beta-HCG tinggi dibarengi dengan penurunan MSAFP menunjukkan
sindrom Down.
Tingkat HCG yang tinggi mengindikasikan adanya penyakit Tropoblastic (kehamilan
molar). Tidak adanya bayi saat di USG ddisertai HCG yang tinggi mengindikasikan mola
hidatidosa.

5.Serum Estriol Maternal


Jumlah estriol dalam serum ibu bergantung pada kelayakan janin, sebuah plasenta
berfungsi dengan benar, dan keadaan ibu. Substrat untuk estriol dimulai sebagai
dehydroepiandrosterone (DHEA) yang dibuat oleh kelenjar adrenal janin. Ini dimetabolisme
lebih lanjut di dalam plasenta menjadi estriol. The estriol masuk ke sirkulasi ibu dan
diekskresi oleh ginjal dalam air seni ibu atau oleh hati ibu di dalam empedu. Pengukuran
tingkat estriol serial pada trimester ketiga akan memberikan indikasi umum kesejahteraan
janin. Jika tingkat estriol turun, maka janin terancam dan emergency mungkin diperlukan.
Estriol cenderung lebih rendah bila sindrom Down hadir dan juga adanya adrenal hypoplasia
dengan anencephaly.

6.Inhibin-A
Inhibin disekresi oleh plasenta dan korpus luteum. Inhibin-A dapat diukur dalam
serum ibu. Tingkat peningkatan inhibin-A adalah dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk
trisomi 21. Inhibin tinggi-A dapat berhubungan dengan risiko kelahiran prematur.
7.Pregnancy-Associated Plasma Protein A (PAPP-A)
Rendahnya tingkat Papp-A sebagai diukur dalam serum ibu selama trimester pertama
dapat berhubungan dengan anomali kromosom janin termasuk trisomies 13, 18, dan 21.
Selain itu, kadar Papp -A pada trimester pertama dapat memprediksi hasil kehamilan yang
merugikan, termasuk small for gestational age (SGA) atau lahir mati. Papp tinggi-tingkat A
dapat memprediksi large for gestational age (LGA) baby.
8.Triple or Quadriple Screen
Menggabungkan tes serum ibu dapat membantu dalam meningkatkan sensitivitas dan
spesifisitas untuk deteksi kelainan janin.

ANC

A Definisi

Antenatal Care adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan
penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang aman dan memuaskan (Mufdillah, 2009).
Menurut WHO (2010), Antental Care adalah pengawasan sebelum persalinan
terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Antenal care menurut Depkes RI tahun 2004 : 12 adalah pemeriksaan yang dilakukan
untuk memeriksa keadaan janin secara berkala yang diikuti upaya koreksi kegawatan
yang ditemukan.
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar (Manuaba, 2008).
Menurut Henderson (2006), kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kontak ibu
hamil dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan
kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi
informasi bagi ibu dan petugas kesehatan.
Menurut Prawiroharjo (2005), pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan ibu
hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post
Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan
mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas,
sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga
mental (Wiknjosastro, 2005).

ANC (Ante Natal Care) adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Kunjungan ibu hamil
yang memeriksakan kehamilannya adalah sebanyak empat kali yang lebih dikenal
dengan istilah K1,K2,K3 dan K4.
K1 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester I
(sebelum usia kehamilan 12 minggu) dengan jumlah kunjungan minimal satu kali dan
mendapatkan pelayanan 7T yaitu:
1 Timbang berat badan.
Selama kehamilan antara 0,3 0,5 kg per minggu. Bila dikaitkan dengan umur
kehamilan kenaikan berat badan selama hamil muda 1 kg, selanjutnya pada
trimester II dan III masing masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan
pertambahan berat total adalah 9 12 kg. Bila ada kenaikan berat badan yang
berlebihan perlu dipikirkan kearah adanya resiko seperti bengkak, kehamilan
kembar, hidramnion, dan anak besar (Depkes, 1997).
2 Ukur tekanan darah.
Selama hamil tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg.
Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih dan atau
diastolik 15 mmHg atau lebih. Kelainan ini dapat berlanjut menjadi preeklamsia
dan eklamsia kalau tidak ditangani dengan tepat (Depkes, 1997).
Pengukuran tekanan darah/tensi dilakukan secara rutin setiap ANC,
diharapkan tenakan darah selama kehamilan tetap dalam keadaan normal (120 /
80 mmHg). Hal yang harus diwaspadai adalah apabila selama kehamilan terjadi
peningkatan tekanan darah (hipertensi) yang tidak terkontrol, karena
dikhawatirkan dapat terjadinya preeklamsia atau eklamsia (keracunan dalam masa
kehamilan) dan dapat menyebabkan ancaman kematian bagi ibu dan janin /
bayinya. Hal yang juga harus menjadi perhatian adalah tekanan darah rendah
(hipotensi), seringkali disertai dengan keluhan pusing dan kurang istirahat.
3 Imunisasi Tetanus Toxoid.
Pemberian TT baru akan menimbulkan efek perlindungan apabila diberikan
sekurang-kurangnya dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Kecuali jika
sebelumnya ibu pernah mendapat TT dua kali pada kehamilan yang lalu atau pada
masa calon pengantin maka TT cukup diberikan satu kali saja. Dosis pemberian
imunisasi TT yaitu 0,5 cc IM pada lengan atas. Adapun syarat pemberian
imunisasi TT adalah sebagai berikut :
a. Bila ibu belum pernah mendapat imunisasi TT atau meragukan diberikan II
sedini mungkin sebanyak dua kali dengan jarak minimal dua minggu.
b) Bila ibu pernah mendapat imunisasi TT dua kali, diberikan suntikan
ulang/boster satu kai pada kunjungan antenatal yang pertama (Depkes RI, 1997).
Manfaat dari imunisasi TT ibu hamil diantaranya:

Melindungi bayi yang baru lahir dari penyakit tetanus neonatorum. Tetanus
neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi
berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu
kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat.

Memberikan kekebalan pasif kepada ibu hamil terhadap tetanus, bersalin


dan nifas, karena vaksinasi selama hamil juga ikut membantu bayinya
menghindari tetanus selama beberapa minggu setelah lahir.

4 Pemeriksaan (Tinggi) fundus uteri.


Secara sederhana, bidan atau dokter saat melaksanakan ANC pada seorang
ibu hamil untuk menentukan usia kehamilan dilakukan pemeriksaan
abdominal/perut secara seksama. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
melakukan palpasi (sentuhan tangan secara langsung di perut ibu hamil) dan
dilakukan pengukuran secara langsung untuk memperkirakan usia kehamilan,
serta bila umur kehamilan bertambah.
Pemeriksaan ini dilakukan pula untuk menentukan posisi, bagian terendah
janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu. Pemantauan ini bertujuan untuk
melihat indikator kesejahteraan ibu dan janin selama masa kehamilan.

Ukuran tinggi fundus uteri normal adalah sebagai berikut:


12 Minggu : Tinggi fundus uteri 1 2 jari diatas symphysis.
16 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara symphysispusat.
20 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat.
24 Minggu : Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
28 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari diatas pusat.
32 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat-Proc.xyphoideus.
36 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah Proc.xyphoideus.
40 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara Proc.xyphoideus-pusat
(Mochtar, 1998).
5 Pemberian tablet tambah darah.
Wanita hamil cenderung terkena anemia (kadar Hb darah rendah) pada
3 bulan terakhir masa kehamilannya, karena pada masa itu janin menimbun
cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama
sesudah lahir. Anemia pada kehamilan dapat disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin, kurangnya
asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil, pola makan ibu
terganggu akibat mual selama kehamilan, dan adanya kecenderungan
rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita akibat persalinan
sebelumnya dan menstruasi.
Pada dasarnya pemberian tablet zat besi dimulai dengan pemberian
satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet
mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug,
minimal 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama kopi atau
teh karena akan mengganggu penyerapan (Saifuddin, 2002). Sebaiknya
tablet besi diminum bersama air putih ataupun air jeruk. Selain itu perlu
diberitahukan juga bahwa ada kemungkinan tinja menjadi berwarna hitam
setelah ibu minum obat ini, hal tersebut adalah normal (Depkes, 1997).
6 Tes PMS (Penyakit Menular Seksual).
Ibu hamil resiko tinggi terhadap PMS, sehingga dapat mengganggu
saluran perkemihan dan reproduksi. Upaya diagnosis kehamilan dengan
PMS di komunitas adalah melakukan diagnosis pendekatan gejala,
memberikan terapi, dan konseling untuk rujukan. Hal ini bertujuan untuk
melakukan pemantauan terhadap adanya PMS agar perkembangan janin
berlangsung normal.
Selama kehamilan, ibu perlu dilakukan tes terhadap penyakit menular
seksual seperti HIV/AIDS, Gonorrhoe, Siphilis. Hal tersebut dikarenakan
sangat berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Apabila ditemukan
penyakit penyakit menular seksual harus segera ditangani.
7 Temu wicara.
Temu wicara pasti dilakukan dalam setiap klien melakukan kunjungan.
Bisa berupa anamnesa, konsultasi, dan persiapan rujukan. Anamnesa
meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat
kehamilan, persalinan, dan nifas, biopsikososial, dan pengetahuan klien.
Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan.
Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan
tindakan yang harus dilakukan oleh bidan atau dokter dalam temu wicara,
antara lain:
a.Merujuk ke dokter untuk konsultasi, menolong ibu menentukan
pilihan yang tepat.
b.Melampirkan kartu kesehatan ibu beserta surat rujukan
c.Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat
hasil rujukan
d. Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan
e. Memberikan asuhan Antenatal (selama masa kehamilan)
f. Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah
g. Menyepakati diantara pengambil keputusan dalam keluarga tentang
rencana proses kelahiran
h. Persiapan dan biaya persalinan
K1 ini mempunyai peranan penting dalam program kesehatan ibu dan
anak yaitu sebagai indikator pemantauan yang dipergunakan untuk
jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam
menggerakkan masyarakat. (Depkes RI, 2001)

K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada


trimester II (usia kehamilan 12-28 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T
setelah melewati K1.
K3 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada
trimester III (usia kehamilan 28-36 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T
setelah melewati K1 dan K2.
K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada
trimester II (usia kehamilan >36 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T
setelah melewati K1, K2 dan K3.
B TUJUAN
1 Memantau kemajuan kehamilan serta memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi
2 Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan social ibu dan
janin
3 Mengenali secara dini kelainan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil
4 Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat dan
mengurangi sekecil mungkin terjadinya trauma pada ibu dan bayi
5 Mempersiapkan ibu untuk menjalani masa nifas dan mempersiapkan ASI
eksklusif
6 Mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran dan tumbuh
kembang bayi
7 Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

C MANFAAT

Perilaku Pemanfaatan pelayanan antenatal adalah upaya atau tindakan seseorang


untuk menggunakan pelayanan antenatal selama kehamilan. Sebagaimana perilaku
manusia pada umumnya, perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal.

Secara umum:
1 Dapat mengetahui dan mengikuti keadaan kesehatan ibu dan janin sehingga
jika ada kelainan bisa segera ditangani
2 Mendapat tablet penambah darah dan dan zat besi, suntik TT atau obat-
obatan ibu hamil yang diperlukan

Menurut Manuaba tahun 1999, ANC memiliki manfaat untuk Ibu dan Bayi.
1 Untuk Ibu
Mengurangi, menegakan, dan mengobati secara dini komplikasi kehamilan.
Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik menuju
persalinan.
Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan untuk mempersiapkan laktasi.
Memberi konseling dalam metode kontrasepsi.
2 Untuk Bayi
Meningkatkan kesehatan bayi dan mengurangi kemungkinan lahir
prematur serta BBLR.

Faktor yang mempengaruhi dalam pemanfaatan

Anderson (dalam Muzaham, 2007 dan Notoatmodjo, 2012) membagi faktor


yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan menjadi 3 kategori yaitu :

1. Predisposisi

Faktor predisposisi tidak serta merta berpengaruh langsung terhadap


pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, akan tetapi sebagai faktor pendorong untuk
menimbulkan hasrat guna memanfaatkan pelayanan kesehatan. Faktor predisposisi
sendiri terbagi menjadi tiga faktor yaitu demografik (umur, jenis kelamin, status
perkawinan); struktur sosial (pendidikan, pekerjaan, dan suku bangsa), serta sosial
psikologis (sikap dan kepercayaan terhadap perawatan medis, dokter, penyakit,
termasuk stress serta kecemasan yang berkaitan dengan kesehatan).

2 Pemungkin

Faktor pemungkin merupakan suatu kondisi yang memungkinkan individu


memanfaatkan pelayanan kesehatan atau setidak-tidaknya mereka siap
memanfaatkannya. Faktor ini berkaitan dengan sumber daya yang dimiliki oleh
keluarga (penghasilan keluarga, simpanan, serta jaminan kesehatan) dan sumber daya
yang dimiliki oleh komunitas atau masyarakat (ketersediaan tenaga dan fasilitas
kesehatan, lamanya menunggu pelayanan, serta lamanya waktu mencapai pelayanan
kesehatan).

3 Kebutuhan

Faktor predisposisi dan pemungkin tidak dapat terwujud dalam perilaku


memanfaatkan pelayanan kesehatan jika individu tidak merasakan hal tersebut sebagai
suatu kebutuhan, meliputi : kerentanan yang dirasakan, keseriusan yang dirasakan,
manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan ketika mengambil tindakan tersebut.

D WAKTU
Saat Trimester I (<14 minggu) dilakukan minimal sekali (1x) untuk
mendapatkan pelayanan 5T (pengukuran TB &BB, Pengukuran Tekanan
Darah, Pengukuran Tinggi fundus uteri, Imunisasi TT, Pemberian 90 Tablet zat
besi). Disebut juga K1 yakni kontak ibu hamil pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatanTrimester satu yang
meliputi identitas, riwayat kehamilan, riwayat kebidanan, riwayat kesehatan,
riwayat sosial ekonomi, pemerikasaan kehamilan dan pelayanan kesehatan,
penyuluhan dan konsultasi.
Saat Trimester II (14-28 minggu) dilakukan minimal sekali (1x) untuk
mendapatkan pelayanan 5T (pengukuran TB &BB, Pengukuran Tekanan
Darah, Pengukuran Tinggi fundus uteri, Imunisasi TT, Pemberian 90 Tablet zat
besi)
Saat Trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dilakukan
minimal dua kali (2x) untuk mendapatkan pelayanan 5T (pengukuran TB
&BB, Pengukuran Tekanan Darah, Pengukuran Tinggi fundus uteri, Imunisasi
TT, Pemberian 90 Tablet zat besi). Disebut juga K4 yakni kontak ibu hamil
yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan. Pelayanan kesehatan yang
didapatkan meliputi anamnese, pemerikasaan kehamilan, pemeriksaan
psikologis, pemeriksaan laboratorium dila ada indikasi yang diperlukan,
diagnosis akhir terdapat penyakit (terjadi komplikasi, atau tergolong
kehamilan beresiko tinggi), sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan
dan rujukan).

E KONSEP PEMERIKSAAN
Menurut Departem Kesehatan RI (2002), pemeriksaan antenatal dilakukan
dengan standar pelayanan antenatal dimulai dengan :
a Anamnese, meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB, kehamilan
sebelumnya dan kehamilan sekarang.
b Pemeriksaan umum, meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan.
c Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa
d Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi (fe)
e Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku seharihari,
perawatan payu dara dan air susu ibu, tanda-tanda risiko, pentingnya pemeriksaan
kehamilan dan imunisasi selanjutnya, persalinan oleh tenaga terlatih, KB setelah
melahirkan serta pentingnya kunjungan pemeriksaan kehamilan ulang.
f Kunjungan Ibu hamil
Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri
bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta
ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk., 2002)
Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), kunjungan ibu hamil adalah
kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan
disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan
atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya
atau posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi
menjadi beberapa tahap, seperti :
a Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan
trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu. Meliputi : (1)
Identitas/biodata, (2) Riwayat kehamilan, (3) Riwayat kebidanan, (4) Riwayat
kesehatan, (5) Riwayat sosial ekonomi, (6) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan, (7) Penyuluhan dan konsultasi.
b Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan
kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.
Meliputi : (1) Anamnese (keluhan/masalah) (2) Pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan kesehatan, (3) Pemeriksaan psikologis, (4) Pemeriksaan laboratorium
bila ada indikasi/diperlukan, (5) Diagnosa akhir (kehamilan normal, terdapat
penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko tinggi (6) Sikap dan
rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal
sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama masa kehamilan dengan
distribusi kontak sebagai berikut :
a Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu
b Minimal 1 kali pada trimester II, usia kehamilan 13-24 minggu
c Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24 minggu.
Menurut Muchtar (2005), jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan
adalah :
a Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid
terlambat satu bulan
b Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan
c Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan
d Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan
e Periksa khusus bila ada keluhan atau masalah
Pelaksana Pelayanan Antenatal
Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan puskesmas, bidan di
desa, bidan di praktek swasta), pembantu bidan, perawat yang sudah dilatih dalam
pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2002).

ANATOMI
1.1 Dasar Anatomi Manusia
Subdivisi Anatomi:
a. Anatomi makroskopik adalah ilmu mengenai struktur tubuh yang dapat dipelajari
melalui observasi atau pembedahan tanpa menggunakan mikroskop, yang
termasuk lingkup ini:

o Anatomi deskriptif/sistematika : uraian disajikan secara sistem persistem.


Anatomi deskriptif memuat :

Osteologia (sistem skletale) yang membahas bentuk, susunan dan fungsi


tulang dan tulang rawan

Arthrologia (sistem articulare) yang membahas bentuk, susunan dan


peranan hubungan antar tulang termasuk persendian

Myologia (sistem musculare) yang membahas bentuk, susunan dan


peranan otot-otot

Angiologia (sistem vasculare) membahas sitem sirkulasi dan limfe

Neurologia (sistem nervosum) membahas sistem saraf pusat dan saraf


tepi

Apparatus digestoria (sistem digestive) membahas sistem pencernaan


makanan

Apparatus respiratorius (sistem respirasi) membahas saluran-saluran


udara pernafasan dari hidung sampai paru

Apparatus urogenitalis (sistem urogenitale) membahas sistem


perkemihan dan reproduksi

Glandula endokrin membahas kelenjar-kelenjar hormone

Integumentum commune membahas sistem pelindung permukaan tubuh


yaitu kulit dan alat-alat yang terdapat padanya sepertirambut dan kuku.
o Anatomi topographica/regional : mempelajari kedudukan suatu alat tertentu
terhadap alat lainnya, terdiri dari :

Sintopia : mempelajari suatu letak alat tubuh terhadap alat tubuh lainnya

Skletopia : mempelajari suatu letak alat tubuh terhadap tulang atau


kerangka

Holotopia : mempelajari letak sebenarnya suatu alat tubuh

Anatomi terapan : anatomi yang uraiannya lebih dikhususkan pada


kepentingan diagno

Anatomi permukaan : anatomi yang mediskripsikan tanda-tanda pada


permukaan tubuh sebagai penentu kedudukan alat-alat dalam.

b. Anatomi histologi (mikroskopik) adalah mempelajari struktur dan bentuk bagian-


bagian tubuh dengan menggunakan bantuan alat optik (misal mikroskop). Yang
dipelajari adalah sel (cytologi), jaringan (histologi) dan organ (organologi).
c. Anatomi ultraskopik mempelajari ultrastruktur sel dengan menggunakan
mikroskop elektron.
d. Sitologi adalah ilmu mikroskopik mengenai struktur sel individu.
e. Embriologi dan Fetologi adalah ilmu mengenai pertumbuhan dan perkembangan
dari saat konsepsi sampai kelahiran.
f. Anatomi perkembangan adalah ilmu mengenai perkembangan dan diferensiasi
struktur di sepanjang kehidupan suatu organisme.
g. Patologi adalah ilmu mengenai struktur tubuh dan perubahan yang berkaitan
dengan penyakit atau cedera.
h. Anatomi radiografi adalah ilmu mengenai struktur tubuh dengan menggunakan
sinar X atau teknik penyinaran lain.

1.2 Terminologi Anatomi


a. Posisi tubuh
o Posisi tubuh anatomi manusia adalah tubuh berdiri tegak, wajah, mata dan jari kaki
menghadap ke depan, kedua kaki rapat, sedang lengan berada disamping tubuh
dengan telapak tangan menghadap ke depan.
o Posisi supine (terlentang): Pada posisi ini tubuh berbaring dengan wajah menghadap
ke atas. Semua posisi lainnya mirip dengan posisi anatomi dengan perbedaan hanya
berada di bidang horisontal daripada bidang vertikal.
o Posisi prone (tengkurap): Pada posisi ini, punggung menghadap ke atas. Tubuh
terletak pada bidang horisontal dengan wajah menghadap ke bawah.
o Posisi litotomi: Pada posisi ini tubuh berbaring terlentang, paha diangkat vertikal dan
betis lurus horizontal. Tangan biasanya dibentangkan seperti sayap. Kaki diikat dalam
posisinya untuk mendukung lutut dan pinggul yang tertekuk. Ini adalah posisi pada
banyak prosedur kebidanan.
Keterangan:
a. Regia hipokondrium kanan dan kiri berposisi lateral terhadap regia
epigastrium.
b. Regia lumbar kanan dan kiri terletak lateral tehadap regia umbilikus.
c. Regia umbilikus terletak pada pusat abdomen.
d. Regia inguinalis (iliaka) kanan dan kiri terletak lateral dari
regia hipogastrium.
e. Regia epigastrium berada di bagian superior dari regia umbilikus.
f. Regia hipogastrium berada di bagian inferior regia umbilikus.
b. Bidang-bidang Tubuh
o Bidang Median: Garis yang membagi tubuh bagian dekstra dan sinistra
menjadi dua bagian yang sama.
o Bidang Sagital: Garis sejajar bidang median yang membagi tubuh bagian
dekstra dan sinistra namun menjadi dua bagian yang berbeda, contoh:
medioclavicularis dekstra
o Bidang Frontal: Garis yang membagi tubuh menjadi dua bagian, yaitu ventral
dan dorsal
o Bidang Coronal: Bidang frontal yang khusus digunakan pada kepala
o Bidang Horisontal: Garis yang membagi tubuh menjdi dua bagian, yaitu
superior dan inferior.
o Bidang Oblique: Selain yang dijelaskan.
c. Topografis
1. Bagian anterior dari tubuh (ventral pada binatang) merupakan bagian depan tubuh
atau bagian perut. Contoh: hidung merupakan bagian anterior dari keseluruhan bagian
wajah.

2. Posterior adalah bagian belakang (pada binatang disebut dorsal). Contoh: bokong
merupakan bagian posterior dari abdomen.

3. Superior adalah mengarah ke kepala atau bagian tertinggi; superior juga disebut
sebagai sefalik, kranial, atau rostal. Contoh: kepala merupakan bagian superior
dari leher.

4. Inferior adalah arah menjauhi kepala dan mengarah ke bagian bawah tubuh; inferior
juga disebut kauda. Contoh: dada merupakan bagian inferior dari leher.

5. Medial adalah setiap setiap struktur yang terdekat dengan garis tengah imajiner tubuh.
Contoh: hidung merupakan bagian medial dari mata.

6. Lateral mengarah ke samping, menjauhi garis tengah imajiner tubuh. Contoh: telinga
merupakan bagian lateral dari mata.

a. Ipsilateral berarti terletak di sisi yang sama.

b. Kontralateral berarti terletak di sisi yang berlawanan.

7. Proksimal mengacu pada bagian suatu struktur yang mendekati garis tengah tubuh,
atau jika mengacu pada satu tungkai, maka mendekati titik asal atau titik perlekatan
terdekat dengan trunkus. Contoh siku adalah bagian proksimal dari pergelangan
tangan.

8. Distal berarti paling jauh dari garis tengah imajiner atau menjauhi titik asal atau titik
perlekatan dengan trunkus. Contoh: kaki merupakan bagian distal dari pergelangan
kaki.

9. Superfisial berarti setiap bagian manapun yang dekat ke permukaan tubuh. Contoh:
kulit merupakan bagian superfisial dari otot.

10. Dalam/profunda berarti terletak di bagian internal, di dalam tubuh. Contoh: usus
halus terletak jauh lebih kedalam tubuh dari otot-otot dan kulit abdominal.
d. Pembanding
Parietal (luar) vs Visceral (dalam)
Ipsilateral (sisi yang sama) vs Kontralateral (sisi yang berbeda)
Superior (atas) atau kranial (lebih dekat pada kepala)
Contoh : mulut terletak superior terhadap dagu vs Inferior (bawah)
atau kaudal (lebih dekat pada kaki)
Contoh : Pusar terletak inferior terletak pada payudara
Anterior (depan) : lebih dekat ke depan
Contoh : Lambung terletak anterior terhadap limpa vs posterior
(belakang) : lebih dekat ke belakang
Contoh : Jantung terletak posterior terhadap tulang rusuk
Superfisial (lebih dekat ke/ di permukaan)
Contoh : Otot kaki terletak superficial dari tulangnya vs Profunda :
lebih jauh dari permukaan
Contoh : Tulang hasta dan pengumpil terletak lebih profunda dari otot
lengan bawah
Medial (dalam) : lebih dekat ke bidang median
Contoh : Jari manis terletak medial terhadap jari jempol vs Lateral
(luar) : menjauhi bidang median.
Contoh : Telinga terletak lateral terhadap mata
Proksimal (atas) : lebih dekat dengan batang tubuh atau pangkal
Contoh : Siku terletak proksimal terhadap telapak tangan vs Distal (bawah)
: lebih jauh dari batang tubuh atau pangkal
Contoh : Pergelangan tangan terletak distal terhadap siku
e. Gerakan Sendi
Fleksio (bengkok) vs Ekstensio (lurus)
Abductio (menjauhi titik median) vs adductio (mendekati titik median)
Elevasi (naik) vs depresi (turun)
Eversi (ke luar) vs inversi (ke dalam)
Pronasi (telungkup) vs Supinasi (tengadah)
Rotasi medial (rotasi ke sisi median) vs rotasi lateral (rotasi ke sisi lateral)

f. Garis Bantu
o Linea Mediana : garis tengah tubuh (Anterior dan Posterior)
o Linea Sternalis : garis yang membentang sepanjang Os. Sternum
o Linea Parasternalis : garis diantara linea sternalis dan linea midclavicularis
(destra dan sinistra)
o Linea Mamilaris : garis yang melewati papilla mamae
o Linea Axillaris : garis yang melintasi lipatan ketiak (anterior dan posterior)
o Linea Axillaris media : garis diantara linea axillaris arterior dan posterior
o Linea Scapularis : garis yang melewati sudut (angulus) inferior os scapula
o Linea Paravertebralis : garis vertical ujung prossesus transversal
g. Sistem Tubuh
Sistem Musculoskeletal = Sistem Otot
Sistem Nervorum = Sistem Saraf
Sistem Endocrin = Sistem Sekresi Internal
Sistem Cardiovaskuler = Transportasi Cor
Sistem Respiratorius = Sistem Pernapasan
Sistem Digestivus = Sistem Pencernaan
Sistem Uropoetica = Sistem Produksi Urin
Sistem Reproduksi = Sistem Perkembangbiakan
h. Bagian Otot
Origio (origin)
Ujung otot yang relative tetap dari selama gerakan alami
Insersio (insertion)
Ujung otot yang relative mobil selama gerakan alami
Belly
Bagian tengah berdaging dari otot, yang bersifat insersio
Tendon
Bagian berserat dan non kontraksi dari otot, yang bersifat origio
Aponeurosis
Tendon rata yang timbul dari jaringan ikat di sekitar otot

KEHAMILAN

A Definisi

Kehamilan adalah serangkaian proses yang diawali dari konsepsi atau pertemuan antara
ovum dengan sperma sehat dan dilanjutkan dengan fertilisasi, nidasi
dan implantasi (Sulistyawati, 2012: 35).
Lama Kehamilan dibagi menjadi Tiga Triwulan yaitu 280 Hari (40 Minggu atau 9 Bulan 7
Hari). Kehamilan dibagi atas 3 Triwulan:
a Kehamilan Triwulan pertama antara 0 hingga 12 Minggu
b Kehamilan Triwulan kedua antara 13 hingga 28 Minggu
c Kehamilan Triwulan ketiga antara 28 hingga 40 Minggu
(Sulistyawati, 2011: 36-37).

B TANDA DAN GEJALA KEHAMILAN

Tanda dan gejala kehamilan menurut Prawiroharjo (2008) dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1 Tanda tidak pasti kehamilan
a Amenorea (tidak dapat haid)
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi.
Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid terakhir supaya dapat ditaksir umur
kehamilan dan taksiran tanggal persalinan akan terjadi, dengan memakai rumus
Neagie: HT 3 (bulan + 7).

b Mual dan muntah


Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama.
Pengaruh esterogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang
berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang
disebut morning sickness. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila
terlampau sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut dengan
hiperemesis gravidarum.

c Mengidam (ingin makanan khusus)


Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian
disebut ngidam. Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapi
menghilang dengan makin tuanya kehamilan.

d Pingsan atau syncope


Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia
susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan. Bila berada pada
tempat-tempat ramai yang sesak dan padat.Biasanya hilang sesudah kehamilan 16
minggu.

e Anoreksia (tidak ada selera makan)


Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, tetapi setelah itu nafsu makan
timbul lagi.

f Kelelahan
Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan kecepatan basal
metabolism (basal metabolism rate-BMR) pada kehamilan, yang akan meningkat
seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi.

g Mamae menjadi tegang dan membesar.

Esterogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada payudara, sedangkan


progesteron menstimulasi perkembangan sistem alveolar payudara. Bersama
somatomamotropin, hormon-hormon ini menimbulkan pembesaran payudara,
menimbulkan perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan,
pelebaran puting susu, serta pengeluaran kolostrum. Miksi sering

h Sering miksi

Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan oleh uterus yang
mulai membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir
kehamilan, gejala ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.

i Konstipasi atau obstipasi


Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon
steroid yang dapat menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

j Pigmentasi (perubahan warna kulit)


Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang berwarna lebih tegas, melebar
dan bertambah gelap terdapat pada perut bagian bawah. Pigmentasi terjadi pada usia
kehamilan lebih dari 12 minggu. Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid
plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.

k Epulis
Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah).Sering terjadi pada triwulan
pertama.

l Varises (pemekaran vena-vena)

Pengaruh esterogen dan progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh darah


terutama bagi wanita yang mempunyai bakat. Varises dapat terjadi di sekitar
genetalian eksterna, kaki dan betis serta payudara. Penampakkan pembuluh darah ini
dapat hilang setelah persalinan

2 Tanda dan Gejala Kemungkinan (Probability) Kehamilan


Tanda kemungkinan adalah perubahan perubahn fisiologis yang dapat diketahui
oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita hamil. Tanda
kemungkinan hamil menurut Hani, ddk (2010) terdiri dari:
a Pembesaran Perut. Terjadi akibat pembesaran uterus hal ini terjadi pada bulan ke
empat kehamilan.
b Tanda Hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus uteri.
c Tanda Goodel adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil serviks
seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir.
d Tanda Chadwicks. Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa
vagina termasuk juga porsio dan serviks.
e Tanda Piscaseck merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi
karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah
tersebut berkembang lebih dulu.
f Kontraksi Braxton Hicks merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat
meningkatnya actomysin di dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik,
sporadit, tidak nyeri biasanya timbul pada kehamilam delapan minggu, tetapi
baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. kontraksi
ini akan terus meningkat frekuensinya, lamanya, dan kekuatanya sampai
mendekati persalinan.
g Teraba Ballotement. Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin
bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal
ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian seperti
bentuk janin saja tidak cukup karena dapat saja merupakan mioma uteri.

3 Tanda Pasti (Positive) Kehamilan

Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan janin, yang
dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. Tanda pasti kehamilan menurut Hani, dkk
(2010) terdiri atas hal-hal berikut ini:
a Gerakan Janin dalam Rahim
Gerakan janin ini harus dapt diraba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan janin
baru dapat dirasakan pada usia kehamilan setelah 16 minggu.

b Denyut Jantung Janin


Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal
electrocardiograf (misalnya dopler). Dengan stetoskop Laenec, DJJ baru dapat
didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu. Selain itu dapat dicatat dengan feto-
elektro kardiogram dan dilihat melalui ultrasonograf.

c Bagian-Bagian Janin
Bagian-Bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong)serta
bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia
kehamilan lebih tua (trimester akhir). Bagin janin ini dapat dilihat lebih
sempurna lagi menggunakan USG.

d Kerangka Janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.

C TES KEHAMILAN
a Pemeriksaan Tes Biologis Kehamilan (planotest) Positif, untuk mendeteksi
adanya Human Chorionic Gonadotropin (HCG).

Hormon ini disekresi di peredaran darah ibu (pada plasma darah), dan dieskresi
pada urine ibu. Hormon ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi
dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60. Tingkat tertinggi pada hari 60-70
usia gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100-130.
>> Prosedur Pemeriksaan HCG Pada Urin:
a Sampel urin dimasukkan dalam tabung reaksi
b Stik plano test dimasukkan dalam sampel sampai tanda garis, diamkan
sebentar agar urin meresap dan naik ke atas
c Stik plano test diangkat, baca hasilnya dalam waktu 3 menit
Interpretasi hasil:

a Negatif : hanya terdapat satu tanda merah yang muncul pada bagian control
line (C) dan tidak tampak garis merah pada test line (T)
b Positif : terdapat 2 tanda merah, satu pada bagian test line (T) dan satu pada
bagian control line (C)

a Negatif b. Positif

>> Pemeriksaan HCG dalam Darah


Pemeriksaan kadar HCG dalam darah merupakan proses pengukuran secara
kuantitatif dengan nilai satuan mIU/ml (mili International Units per milliliter).
Tes ini hanya dapat dilakukan di lab atas permintaan dokter. Penilaian hasilnya,
jika di bawah 5 mIU/ml berarti tidak hamil, jika antara 5-25 mIU/ml berarti ada
kemungkinan hamil atau tidak dan harus mengulang pemeriksaan beberapa hari
kemudian, dan jika hasilnya di atas 25 mIU/ml maka artinya hamil.

D Organ Kehamilan
Organ genitalia feminina dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

a Organ genitalia feminina bagian luar terdiri atas :


Vulva,yaitu suatu celah paling luar dari alat kelamin wanita. Dapat di bagi
menjadi 2, yaitu :
Labium mayor merupakan sepasang bibir besar yang terletak dibagian luas
dan membatasi vulva. Di depan lambium mayor terdapat tonjolan kecil
yang disebut klitoris (kelentit). Pada klitoris terdapat jaringan erektil
sehingga dapat berereksi seperti halnya penis pada laki- laki.
Labium minor merupakan sepasang bibir kecil yang terletak di bagian
dalam dan membatasi vulva.Ke dalam vulva bermuara dua saluran, yaitu
saluran urine (uretra) dan saluran kelamin atau vagina.
Vagina merupakan saluran akhir dari saluran kelamin. Terdapat sebuah lipatan
kulit menutupi sebagian lubang vagina.Lipatan kulit tersebut
disebut himen (selaput dara).

b Organ genitalia feminina bagian dalam terdiri atas :


Ovarium, umumnya ovarium seorang wanita berjumlah sepasang. Bentuknya
seperti telur, terdapat di dalam rongga badan, di daerah pinggang dan disebelah
kiri dan kanan tulang kemudi. Di dalam ovarium terdapat kelenjar buntu
penghasil hormon dan sel tubuh yang bertugas membentuk sel telur atau ovum.
Sel tubuh penghasil sel telur ini disebut folikel.
Fimbriae merupakan serabut/ silia lembut yang terdapat di bagian pangkal
ovarium berdekatan dengan ujung saluran oviduct. Berfungsi untuk menangkap
sel ovum yang telah matang yang dikeluarkan oleh ovarium.
Infundibulum merupakan bagian ujung oviduct yang berbentuk corong/
membesar dan berdekatan dengan fimbriae. Berfungsi menampung sel ovum
yang telah ditangkap oleh fimbriae.
Tuba fallopi meruapakan saluran memanjang setelah infundibulum yang
bertugas sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus
dengan bantuan silia pada dindingnya.
Oviduct merupakan saluran telur berjumlah sepasang, yaitu kanan dan kiri.
Berfungsi sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus
dengan bantuan silia pada dindingnya.
Uterus merupakan organ yang berongga dan berotot. Berbentuk sperti buah pir
dengan bagian bawah yang mengecil. Berfungsi sebagai tempat pertumbuhan
embrio. Tipe uterus pada manusia adalah simpleks yaitu dengan satu ruangan
yang hanya untuk satu janin.Uterus mempunyai 3 macam lapisan dinding
endometrium, miometrium, dan perimetrium.

E Usia Ideal Kehamilan dan Resiko

Usia dan fisik wanita berpengaruh terhadap proses kehamilan pertama, kesehatan
janin, dan proses persalinan. Usia yang dianggap paling aman menjalani kehamilan
adalah 20 sampai 30 tahun (Saifudin, 2000). Tapi mengingat kemajuan teknologi saat
ini, usia 35 tahun masih diperbolehkan untuk hamil (WHO, 1979).

Hamil usia 20-an tahun

Untuk usia 20 tahun lebih mudah untuk hamil, memiliki resiko keguguran dan
komplikasi lebih rendah. Tetapi sedikit lebih tinggi terkena resiko Preeclampsia
yaitu gejala tekanan darah, pembengkakan dan tingginya jumlah protein di urin.
Yang merupakan salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan janin.Dan awal
usia 20 tahun lebih besar terkena resiko bayi lahir dengan bobot yang rendah. Bayi
lahir dengan bobot rendah memiliki resiko cacat untuk kedepannya.

Hamil usia 30
Sel telur berkurang karena kesuburan menurun stelah umur 30an tahun dan risiko
melahirkan anak syndrome down atau cacat kromosom. Data American Society dor
Reproductive Medicine ,sepertiga usia 35 tahun mengalami masalah kesuburan dan
jugga lebih mudah mengalami keguguran dari pada wanita muda. Perempuan hamil
diatas 35 tahun juga cenderung memiliki masalah Preclampsia, diabetes, prematur
dan berat badan bayi rendah.

Hamil di usia 40-an tahun

Risiko perempuan hamil usia 40an tahun sama seperti perempuan yang hamil di
usia 30an tahun. Ada dua risiko yang besar yaitu cacat kromosom dan keguguran,
rasionya adalah 1 banding 100 kehamilan. Usia 40an tahun juga tiga kali lipat lebih
besar mengalami diabetes selama kehamilan dan mungkin terjangkit fetal distress.

USG (ULTRASONOGRAFI)

I DEFINISI

Ultrasonografi adalah teknik yang relative non-invansif dengan menggunakan


gelombang suara berfrekuensi tinggi yang dipantulkan dari jaringan untuk menciptakan
gambar.Pendekatan ini dapat dilakukan secara transabdomen maupun transvagina.
Pendekatan transvagina mampu membentuk gambar dengan resolusi yang lebih tinggi.
Prosedur non-invasif ini tidak berbahaya baik untuk ibu maupun bayi yang dikandungnya.
Perkembangan embiro dapat diamati sejak minggu ke-6 kehamilan. Pengukuran organ
internal utama dan ekstremitas menentukan apakah ada kelainan yang dapat disempurnakan
dalam 16-20 minggu kehamilan.

Walaupun uji dengan ultrasonografi sangat berguna untuk menentukan posisi dan
ukuran fetus, posisi dan ukuran plasenta, banyaknya cairan amnion, dan menampakan
anatomi bayi, ada kekurangan dalam prosedur ini. Kelainan yang halus mungkin tidak akan
terdeteksi sampai akhir kehamilan atau bahkan tidak terdeteksi sama sekali. Contohnya
adalah sindrom down (trisomi 21) di mana ketidaknormalan morfologi tidak begitu nampak,
halus, seperti penebalan pada kuduk.

II CARA KERJA
1 Transduser sebagai pemancar sekaligus penerima gelombang suara
2 Pulsa listrik yang dihasilkan generator diubah menjadi energi akustik oleh
transduser yang akan dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh
3 Pemancaran tersebut sebagian akan dipantulkan dan sebagian akan merambat
terus menembus jaringan yang akan menghasilkan bermacam-macam eko
4 Pantulan eko dari jaringan akan dibenturkan ke transduser lagi, kemudian
diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan
dalam bentuk cahaya di layar oskiloskop.
Cara Pemeriksaan Menggunakan USG
1 Pervaginam / transvagina
a Pemeriksaan USG Transabdominal
Meletakkan probe USG diatas perut yang sebelumnya telah diolesi dengan
gel/jelly.
Biasa dilakukan untuk kehamilan diatas 12 minggu
Pertama-tama gerakkan transduser secara longitudinal ke atas dan ke
bawah, selanjutnya horizontal ke kiri dan ke kanan. Penjejak digerakkan
dari bawah ke atas, dimulai dari garis sisi kanan perut, kemudian setelah
sampai daerah perut atas transduser digerakkan ke bawah, selanjutnya
transduser digerakkan kembali ke arah atas. Selanjutnya gerakan
transduser dilakukan kearah lateral perut (horizontal), juga secara
sistematis, dimulai dari sisi kanan ke arah kiri, kemudian dari kiri ke arah
kanan dan terakhir dari kanan atas ke kiri.
b Pemeriksaan USG Transvaginal
Cara ini dengan memasukkan transduser kedalam vagina
Biasa dilakukan untuk kehamilan kurang dari 8 minggu
Hanya dilakukan pada wanita yang sudah tidak perawan.
Pasien harus mengosongkan kadung kemihnya.
Transduser dilapisi kondom lalu diolesi jelly pada permukaannya
Tidak menyebabkan keguguran
c Pemeriksaan USG Transrektal
Mirip dengan pemeriksaan tranvaginal, beda pada bentuk dan ukuran
diameter transduser
Transduser dimasukkan melalui rectum
d Pemeriksaan USG Transperineal atau Translabial
Dapat dilakukan jika seorang wanita tidak mungkin dilakukan
pemeriksaan transvaginal atau transrektal.
Kandung kemih pasien cukup terisi untuk memudahkan pemeriksaan
Indikasi dan Penggunaan Pemeriksaan USG
1 Nyeri Abdomen /Colic
2 Inflamed Appendix / Pembengkakan Appendik
3 Pembesaran organ pada abdomen
4 Tersangka Batu empedu atau Batu ginjal
5 Aneurysma pada Aorta
6 Peradangan pada Organ Rongga Abdomen
7 Otot-otot pada rongga Abdomen ( M.Q, Lumborum, M. Psoas)
8 Abses ataupun koleksi cairan (Ascites)
9 Guiding Procedures for needles Biopsi
10 Menilai dan mencari kerusakan pada suatu organ yang menyebabkan kesakitan
pada pasien
11 Untuk penyertaan pemakaian Doppler dilakukan untuk mengetahui dan
menilai :
12 Sumbatan aliran darah pada pembuluh
13 Besarnya rongga pembuluh-pembuluh darah dan saluran organ lainnya
14 Adanya Tumor dan Kelainan Bawaan ( Congenital Malformation)\
III MANFAAT, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN USG
Manfaat:
Pada kehamilan Trimester I :

Menduga usia kehamilan dengan mencocokkan ukuran bayi.

Menentukan kondisi bayi jika ada kemungkinan adanya kelainan atau


cacat bawaan.

Meyakinkan adanya kehamilan.

Menentukan penyebab perdarahan atau bercak darah dini pada


kehamilan muda, misalnya kehamilan ektopik.

Mencari lokasi alat KB yang terpasang saat hamil, misalnya IUD.

Menentukan lokasi janin, di dalam kandungan atau di luar rahim.

Menentukan kondisi janin jika tidak ada denyut jantung atau pergerakan
janin.

Mendiagnosa adanya janin kembar bila rahimnya terlalu besar.

Mendeteksi berbagai hal yang mengganggu kehamilan, misalnya adanya


kista, mioma, dsb.
Pada kehamilan Trimester II & III :

Untuk menilai jumlah air ketuban. Yaitu bila pertumbuhan rahim terlalu
cepat disebabkan oleh berlebihnya cairan amnion atau bukan.

Menentukan kondisi plasenta, karena rusaknya plasenta akan


menyebabkan terhambatnya perkembangan janin.

Menentukan ukuran janin bila diduga akan terjadi kelahiran prematur.


Jadi, lebih ke arah pertumbuhan janinnya normal atau tidak.

Memeriksa kondisi janin lewat pengamatan aktivitasnya, gerak nafas,


banyaknya cairan amnion, dsb.

Menentukan letak janin (sungsang atau tidak) atau terlilit tali pusar
sebelum persalinan.

Untuk melihat adanya tumor di panggul atau tidak.

Untuk menilai kesejahteraan janin (bagaimana aliran darah ke otaknya,


dsb).

Efek Samping:
- Gelombang ultrasonic dapat merusak DNA, kromosom, sel darah,
permeabilitas sel dll jika frekuensi gelombang diatas 100mW/cm2
- USG yang digunakan dalam bidang kedokteran menggunakan intensitas
dibawah 10mW/cm2
- USG tidak menggunakan sinar radiasi seperti pada Rontgen yang dapat
mengganggu perkembangan janin

Perlu diketahui, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak 100%, melainkan


80%.Artinya, kemungkinan ada kelainan bawaan/kecacatan pada janin yang tidak
terdeteksi atau interpretasi kelamin janin yang tidak tepat. Hal ini dipengaruhi
beberapa faktor antara lain:
* Keahlian/kompetensi dokter yang memeriksanya.
Tak semua dokter ahli kandungan dapat dengan baik mengoperasikan alat
USG.Sebenarnya untuk pengoperasian alat ini diperlukan sertifikat tersendiri.
* Posisi bayi
Posisi bayi seperti tengkurap atau meringkuk juga menyulitkan daya
jangkau/daya tembus alat USG.Meski dengan menggunakan USG 3 atau 4
Dimensi sekalipun, tetap ada keterbatasan.
* Kehamilan kembar
Kondisi hamil kembar juga menyulitkan alat USG melihat masing-masing
keadaan bayi secara detail.
* Ketajaman/resolusi alat USG-nya kurang baik.
* Usia kehamilan di bawah 20 minggu.
* Air ketuban sedikit.
* Lokasi kelainan, seperti tumor di daerah perut janin saat usia kehamilan di bawah
20 minggu agak sulit dideteksi.
Kelebihan :
a Dapat mengidentifikasi cacat bawaan pada janin
b Mengidentifikasi penyakit jantung bawaan
c Faktor penghibur orang tua
d Mengetahui posisi dan ukuran fetus
e Melihat letak plasenta yang nantinya juga bisa digunakan untuk
menentukan metode kelahiran.
f Melihat kondisi amnion
g Ukuran USG kecil sehingga mudah dibawa
h USG aman dan tidak memiliki efek samping
i Dapat untuk menentukan tanggal kelahiran dan umur bayi
j Dapat langsunng diperiksa tanpa persiapan dan hasilnya cepat
k Dapat mendeteksi kanker payudara
l Dapat mengetahui perkembangan posisi bayi dan pergerakan bayi
Kekurangan :
a Harus digunakan oleh ahli, karena tidak terdapat panduan pengguanaan
alat
b Tidak bisa kontak langsung dengan kulit
c Tidak bisa mendeteksi kelainan yang halus
d Tidak 100% akurat
e Bila ada celah dan ada udara gelombang suara akan dihamburkan
f Perlu pemberian jelly sebagai penghantar ultrasound karena antara
tranducer dan kulit tidak dapat kontak dengan baik.
IV JENIS USG
USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang).
Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.

V USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut
koronal.Gambar yang tampil mirip seperti aslinya.Permukaan suatu benda (dalam
hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas.Begitupun keadaan janin dari posisi
yang berbeda.Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya
yang diputar).
VI USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat
bergerak (live 3D).Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis,
sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat bergerak. Jadi pasien
dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.

VII USG Doppler


Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama
aliran tali pusat.Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin.
Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:
1. Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit). Universitas Sumatera Utara
2. Tonus (gerak janin).
3. Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
4. Doppler arteri umbilikalis.
5. Reaktivitas denyut jantung janin.
VIII USG Transvaginal

Pemeriksaan USG transvaginal (melalui vagina) merupakan pemeriksaan yang


biasa dilakukan pada kehamilan.Pemeriksaan ini lebih baik daripada USG
abdominal (melalui perut) pada awal-awal kehamilan (10 minggu), pada ibu
dengan berat badan berlebih (obesitas), atau pada ibu hamil yang arah rahimnya ke
belakang.Adanya kehamilan di luar rahim, ataupun abnormalitas pada janin juga
dapat dilihat lebih jelas dengan pemeriksaan ini.Sedangkan pada triwulan kedua,
USG transvaginal juga berperan dalam mendiagnosis anomali atau kelainan
kongenital.Namun, pemeriksaan USG transvaginal ini tidak dimaksudkan untuk
mengganti peran USG abdominal, melainkan sebagai suplemen atau tambahan
yang sifatnya sebagai pelengkap.Jadi, jika dokter Ibu melakukan pemeriksaan ini,
mungkin memang beliau merasa pemeriksaan dengan USG abdominal sudah
cukup.

IX USG Transperineal

Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya


seorang wanita yang tidak mungkin dilakukan pemeriksaan transvaginal atau
transrektal. Dianjurkan kandung kencing pasien cukup terisi, hal ini untuk
memudahkan pemeriksaan dan sebagai petujuk anatomis. Penjejak dilapisi
kondom dan diberi jeli, kemudian diletakkan di daerah perineum, penjejak
digerakkan ke atas dan ke bawah untuk mencari gambaran organ genitalia.
Cara ini memang tidak dapat memberikan gambaran organ genitalia sebaik
pada pemeriksaan USG transvaginal atau transrektal.

ABORTUS

1 Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa
mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya telah
mencapai lebih daripada 500 gram atau umur kehamilan lebih daripada 20 minggu (Sastrawinata et
al., 2005).

Pengguguran kandungan atau aborsi atau abortus menurut:


Medis : abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu
bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada tanggal hari pertama
haid normal terakhir atau berat janin kurang dari 500 gram ( Obstetri Williams, 2006).
Kamus Besar Bahasa Indonesia : terjadi keguguran janin, melakukan abortus (dengan sengaja
karena tidak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).
Keguguran adalah pegeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
(Rustam Muchtar, 1998).
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar
kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir

2 Mekanisme Abortus
Abortus dimulai dari proses pendarahan desidua basalis yang kemudian diikuti oleh nekrosis,
hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi lepaas sebagian atau seluruhnya sehingga merupakan benda
asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya

<8 minggu
Embrio yang rusak/cacat masih di dalam, terbungkus dengan sebagian desidua dan
vili dan cenderung di keluarkan secara in toto. Meskipun sebagian hasil konsepsi masih
tertinggal di dalam cavum uteri. Terjadi pendarahan prevaginan saat proses mengeluarkan.

8-14 Minggu
Diawali dengan pecahnya ketruban kemudian dikeluarkan embrio tetapi plasenta masih
tertinggal di cavum uteri. Terjadi pendarahan ketika plasenta tertinggal. Jadi, pade fase ini
terjadi pendarahan yang banyak.

14-22 Minggu
Janin dan Plasenta dikeluarkan, tetapi kadang-kadang plasenta masih tertinggal,
tertinggalnya plasenta ini mengakibatkan pendarahan.
Dari uaraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya abortus, ditandai dengan
pendarahan.

3 Macam-Macam

1 Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas


(usia kehamilan 22 minggu).

Abortus Imminens
Abortus imminens adalah ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan per
vaginam(lewat vagina), ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam
kandungan.

Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan
serviks telah mendatar, ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam
kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Ciri : Perdarahan per vaginam dengan kontraksi makin lama makin kuat dan makin
sering, serviks sudah terbuka.

Abortus Inkompletus
Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi sebelum
usia kehamilan 20 minggu, berat janin < 500 gram
Ciri : Perdarahan per vaginam yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian
jaringan konsepsi keluar.
Penanganan : optimalisasi keadaan umum dan tanda vital ibu (perdarahan banyak dapat
menyebabkan syok), pengeluaran seluruh jaringan konsepsi dengan eksplorasi digital dan
bila perlu dilakukan kuretase.

Abortus Kompletus
Abortus kompletus adalah peristiwa pengeluaran lengkap seluruh jaringan hasil
konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu, berat janin < 500 gram.
Ciri : Perdarahan per vaginam yang banyak, kontraksi uterus, serviks sudah menutup, keluar
jaringan hasil konsepsi, tidak ada sisa jaringan di dalam uterus.
Penanganan : optimalisasi keadaan umum dan tanda vital ibu.

Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah kejadian abortus berulang pada 3 kehamilan atau lebih
berturut - turut. Abortus habitualis umumnya disebabkan karena kelainan anatomik uterus
(mioma, septum, serviks inkompeten, dll), atau kelainan faktor-faktor imunologi. Pada kasus
abortus habitualis perlu dilakukan pemeriksaan USG untuk melihat ada/tidaknya kelainan
anatomi. Selain itu juga perlu dilakukan rangkaian pemeriksaan faktor-faktor hormonal /
imunologi / kromosom.

Missed Abortion
Missed abortion adalah embrio/fetus meninggal dalam kandungan dan masih tertahan
dalam kandungan. Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian
menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan.
Penanganan : mengeluarkan jaringan konsepsi dengan stimulasi kontraksi uterus. Jika
dilakukan tindakan kuretase, maka harus sangat hati-hati karena jaringan telah mengeras,
dan dapat terjadi gangguan pembekuan darah akibat komplikasi kelainan koagulasi
(hipofibrinogenemia)

2 Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan sebelum janin
mencapai viabilitas.

3 Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak
berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal
atau keduanya.

4 Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi-sepsis


dapat berasal dari infeksi jika organisme penyebab naik dari saluran kemih bawah
setelah abortus spontan atau abortus tidak aman. Sepsis cenderung akan terjadi jika
terdapat sisa hasil konsepsi atau terjadi penundaan dalam pengeluaran hasil konsepsi.
Sepsis merupakan komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak aman dengan
menggunakan peralatan.

5 Abortus provokatus dibagi menjadi dua :

Abortus medisinalis (abortus terapeutika) adalah abortus buatan yang dilakukan


atas indikasi tindakan medis dilakukan. Abortus terapeutik dilakukan pada usia
kehamilan kurang dari 12 minggu, atas pertimbangan / indikasi kesehatan wanita
dimana bila kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya, misalnya
pada wanita dengan penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal, dll. Dapat juga
dilakukan atas pertimbangan / indikasi kelainan janin yang berat.

Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi karena tindakan ilegal atau tidak
berdasarkan medis dan biasanya dilakukan dengan sembunyi-sembunyi oleh
tenaga tradisional.

4 Penyebab
a Trauma
Trauma langsung : local injuri terhadap yang hamil khususnya penetrasi benda tajam
Trauma tak langsung : trauma surgical dan electric shock
b Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Dapat menyebabkan kematan janin atau cacat. Penyebab kelainan pada pertumbuhan
adalah : kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna (lingkungan endometrium), pengaruh
dari luar (virus, obat-obat).

c Obat-obatan
Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat telah menentukan lima kategori
risiko pemakaian obat dalam kehamilan. Masing-masing obat dimasukkan dalam kategori risiko
sesuai dengan rasio risiko/manfaat.

e Kelainan pada plasenta


Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.

f Penyakit ibu
Penyakit seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, dapat menyebabkan abortus.
Anemia berat, keracunan, peristonitis umum, dan penyakit menahun seperti mononucleosis
infeksiosa juga dapat menyebabkan abortus.

g Kelainan traktus genitalis


Kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus.

h Sosial Ekonomi
Pendapatan per kapita (ekonomi rendah)
Jumlah anak
Jumlah anak banyak sedangkan penghasilan terbatas mampu meningkatkan abortus

i Kehamilan di luar rahim


j Pemakaian kontrasepsi
k Kehamilan anggur

5 Terapi
Secara umum penanganan untuk abortus spontan antara lain :

a Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfuse darah dan cairan
yang cukup.
b Pemberian antibiotika yang cukup tepat yaitu suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam,
suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam, atau antibiotika spektrum luas lainnya.
c 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi
perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
d Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita.
Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah tindakan
kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada komplikasi seperti perdarahan
banyak yang menyebabkan anemia berat atau infeksi.2 Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2
hari. Pasien dianjurkan kembali ke dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau
nyeri setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat. Tujuan perawatan untuk
mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum dilakukan kuretase keluarga terdekat pasien menandatangani
surat persetujuan tindakan (Maureen, 2002).
Aborsi bedah sebelum 14 minggu dilakukan mula-mula dengan membuka serviks, kemudian
mengeluarkan kehamilan dengan secara mekanis mengerok keluar isi uterus (kuretase tajam), dengan
aspirasi vakum (kuretase isap), atau keduanya. Setelah 16 minggu, dilakukan dilatasi dan evakuasi
(D&E).
Tindakan ini berupa pembukaan seviks secara lebar diikuti oleh dekstruksi mekanis dan
evakuasi bagian janin. Setelah janin dikeluarkan secara lengkap maka digunakan kuret vakum
berlubang besar untuk mengeluarkan plasenta dan jaringan yang tersisa. Dilatasi dan Curretase (D&C)
serupa dengan D&E kecuali pada D&C, bahwa sebagian dari janin mula-mula dikuretase melalui
serviks yang telah membuka untuk mempermudah tindakan.

6 Tips menghindari keguguran :


1 Mengurangi kopi (yang mengandung kafein)
2 Menghindari stress
3 Menghindari minum alkohol
4 Menghindari rokok
5 Menghindari olahraga beresiko
6 Tidak melakukan beban berat
7 Mengonsumsi makanan sehat
8 Hindari jalan tanjakan dan menurun
9 Istirahat yang cukup
10 Jangan mengandalkan bahan-bahan kimia.

7 Tanda-Tanda
1 Adanya nyeri seperti menstruasi. Tanda paling jelas adalah adanya nyeri seperti
menstruasi, disertai pendarahan hebat yang bisa membawa kebekuan darah. Namun tidak
selamanya nyeri tersebut disertai pendarahan, kadang pendarahan tidak terjadi sehingga
anda sebagai calon ibu tidak menyadari dan menganggap rasa nyeri tersebut adalah
gejala kehamilan muda. Disamping itu, banyak ibu muda yang mengganggap bahwa
2 Tidak ada denyut jantung bayi. Banyak dari kasus keguguran yang terlambat
diketahui. Mereka mengetahui hal tersebut setelah dokter atau bidan tidak bisa
merasakan denyut jantung ketika pemeriksaan USG. Keguguran yang seperti ini disebut
keguguran yang terlewat, dimana embrio telah mati tetapi tidak menunjukkan gejala
keguguran seperti nyeri dan pendarahan.
3 Pendarahan bercak atau flek. Pendarahan bercak atau flek adalah pendarahan dengan
jumlah yang relatif sedikit. Biasanya terjadi di awal kehamilan. Hal tersebut bukan
menjadi masalah, namun perlu diwaspadai karena diindikasikan terjadi keguguran atau
gangguan pada janin.
4 Nyeri pada bagian bawah perut. Rasa nyeri pada bagian bawah perut terjadi dalam
waktu cukup lama. Selain di sekitar perut, rasa sakit juga dapat terjadi di bagian bawah
panggul, selangkangan, dan daerah alat kelamin. Nyeri ini terjadi dalam beberapa jam
hingga beberapa hari setelah muncul gejala perdarahan.
5 Berkurangnya tanda-tanda kehamilan. Ketika hamil tentunya wanita menunjukkan
tanda-tanda tertentu seperti mual, morning sick, lelah, atau perubahan pada payudara.
Ketika mengalami keguguran diam-diam, tanda ini akan semakin berkurang dan bahkan
hilang sama sekali. Jika tak lagi dirasakan tanda-tanda kehamilan sebaiknya segera
periksakan kesehatan kandungan ke dokter.
6 Adanya cairan vagina berwarna kecoklatan. Jika seorang wanita hamil mengeluarkan
cairan (semacam keputihan) namun berwarna kecoklatan, kemudian berwarna merah dan
semakin terang seperti darah. Jika mengalami ini segera temui dokter kandungan karena
itu bisa menjadi tanda keguguran.
7 Hilangnya pergerakan janin. Jika tidak dirasakan pergerakan janin lebih dari 4 jam,
sebaiknya anda menghubungi dokter. Pergerakan janin akan terasa pada minggu ke 18
dan minggu ke 24.

8 Dasar Hukum
Beberapa pasal yang mengatur abortus provokatus dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP):
PASAL 299

1 Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati,
dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat
digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling
banyak empat pulu ribu rupiah.
2 Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan
tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat,
pidananya dapat ditambah sepertiga.
3 Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka dapat
dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.
PASAL 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh
orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
PASAL 347
1 Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2 Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling
lama lima belas tahun.
PASAL 348
1 Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang wanita
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
2 Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
PASAL 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal
346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengn
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan
dilakukan.

Code of Professional Conduct:


Sumpah dokter, saya akan menghormati setiap insane dari saat pembuahan.
Kode Etik Indonesia.
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkna sumpah
dokter.
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standart profesi yang tertinggi.

Regulasi dalam peraturan perundang undangan :


o KUHP pasal 299, 346, 347, 348, 349 tentang larangan pengguguran kandungan.
o UU RI No. 1 tahun 1946 menyatakan aborsi merupakan tindakan pelanggaran hukum.
o UU RI No. 7 tahun 1984 tentang menghapus diskriminasi pada wanita.
o UU RI No. 23 tahun 1992, pasal 15 : abortus diperbolehkan dengan alasan medis.
o Pasal 77c : kebebasan menentukan reproduksi
o Pasal 80 : dokter boleh melakukan aborsi yang aman.
o Apabila ditinjau dari Human Rights (HAM) : Setiap manusia berhak kapan mereka
bereproduksi
o RUU pasal 7 : berhak menentukan kapan dan jumlah reproduksi.
Ethical Principal:
o Non maleficence: tidak mendatangkan mudarat, menghormati dan menghargai setiap
kehidupan insani.
Value:
Nilai agama: setiap kitab kitab agama di Indonesia melarang adanya praktik aborsi.

Anda mungkin juga menyukai