Anda di halaman 1dari 8

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

July 29, 2008 Leave a comment Go to comments

1. Definisi
a. Perilaku Sehat
Adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah
risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan
aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat.
b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
Adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu
mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5 program priontas yaitu KIA, Gizi,
Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM.
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat.
c. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka
jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan
(Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat
(Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi
masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
2. Konsep
Untuk mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ditiap tatanan;
diperlukan pengelolaan manajemen program PHBS melalui tahap pengkajian,
perencanaan, penggerakan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan
penilaian. Selanjutnya kembali lagi ke proses semula. Untuk lebih jelasnya
digambarkan dalam bagan berikut ini :

Gambar 1. Alur Pelaksanaan Program PHBS


Gambar 2. Prose Program PHBS
Selanjutnya dalam program promosi kesehatan dikenal adanya model pengkajian dan
penindaklanjutan (precede proceed model) yang diadaptasi dari konsep L W Green:
Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta cara menindaklanjutinya dengan berusaha mengubah,
memelihara atau meningkatkan perilaku tersebut kearah yang lebih positif. Proses
pengkajian mengikuti anak panah dari kanan ke kiri, sedang proses penindaklanjutan
dilakukan dari kiri ke kanan.
Dengan demikian manajemen PHBS adalah penerapan keempat proses manajemen
pada umumnya ke dalam model pengkajian dan penindaklanjutan.
a. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang Pembangunan
sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat sesejahteraan.
b. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan,
dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang
sedang dihadapi.
c. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang
langsung/tidak mempengaruhi derajat kesehatan.
d. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanya
aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya.
Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku
tertentu. Ada 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku tertentu yaitu
faktor pemungkin, faktor pemudah dan faktor penguat.
a. Faktor pemungkin adalah faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan
suatu motivasi atau aspirasi terlaksana.
b. Faktor pemudah adalah faktor pemicu atau anteseden terhadap perilaku yang
menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku.
c. Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak.
Ketiga faktor penyebab tersebut di atas dipengaruhi oleh faktor penyuluhan dan faktor
kebijakan. peraturan serta organisasi. Semua faktor faktor tersebut merupakan ruang
lingkup promosi kesehatan.
Faktor lingkungan adalah segala faktor baik fisik, biologis maupun sosial budaya
yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi derajat kesehatan.
Promosi kesehatan adalah proses memandirikan masyarakat agar dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa Charter 1986). Promosi kesehatan lebih
menekankan pada lingkungan untuk terjadinya perubahan perilaku. Contohnya
masyarakat dihimbau untuk membuang sampah di tempatnya, selanjutnya diterbitkan
peraturan dilarang membuang sampah sembarangan. Himbauan dan peraturan tidak
akan berjalan, apabila tidak diikuti dengan penyediaan fasilitas tempat sampah yang
memadai.
Demikian penjelasan singkat mengenai precede proceed model yang dikaitkan dengan
program PHBS. Selanjutnya sebelum melaksanakan langkah-langkah manajemen
PHBS, terlebih dahulu dilakukan kegiatan persiapan yang meliputi :
a. Persiapan sumber daya manusia
Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman dan komitmen pengelola program
Promkes, bentuk kegiatannya yaitu :
1) Pemantapan program PHBS bagi pengelola program Promkes (internal)
2) Sosialisasi dan advokasi kepada para pengambil keputusan
3) Pertemuan lintas program dan pertemuan lintas sektor
4) Pelatihan PHBS
5) Lokakarya PHBS
6) Pertemuan koordinasi dengan memanfaatkan forum yang sudah berjalan baik
resmi maupun tidak resmi.
b. Persiapan teknis dan administrative
Tujuannya untuk mengidentifikasi kebutuhan sarana baik jumlah, jenis maupun
sumbernya serta dana yang, diperlukan.
Persiapan administrasi, dilakukan melalui :
1) Surat menyurat, membuat surat undangan, dll.
2) Penyediaan ATK, transportasi, AVA, dana, dll.
3) Pencatatan dan pelaporan.
4) Pemantauan.
3. Tahap Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah untuk mempelajari, menganalisis dan merumuskan masalah
perilaku yang berkaitan dengan PHBS. Kegiatan pengkajian meliputi pengkajian PHBS
secara kuantitatif, pengkajian PHBS secara kualitatif dan pengkajian sumber daya
(dana, sarana dan tenaga).
a. Pengkajian masalah PHBS secara kuantitatif
2) Pengumpulan Data Sekunder
Kegiatan ini meliputi data perilaku dan bukan perilaku yang berkaitan dengan 5
program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan lingkungan, gaya hidup, dan
JPKM dan data lainnya sesuai dengan kebutuhan daerah. Data tersebut dapat
dipefoleh dari Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana pelayanan kesehatan
lainnya. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif sebagai informasi
pendukung untuk memperkuat permasalahan PHBS yang ditemukan di
lapangan. Selanjutnya dibuat simpulan hasil analisis data sekunder tersebut.
Hasil yang diharapkan pada tahap pengkajian ini adalah :
a) Teridentifikasinya masalah perilaku kesehatan di wilayah tertentu
b) Dikembangkannya pemetaan PHBS pertatanan
c) Teridentifikasinya masalah lain yang berkaitan (masalah kesehatan, faktor
penyebab perilaku, masalah pelaksanaan dan sumber daya penyuluhan,
masalah kebijakan, administrasi, organisasi.
d) Dan lain-lain.
3) Cara Pengambilan Sampel PHBS Tatanan Rumah Tangga
Dalam melaksanakan pengumpulan data perilaku sehat di tatanan rumah tangga
secara keseluruhan terlalu berat untuk dilaksanakan, hal ini disebabkan karena
keterbatasan dana, waktu dan sumber daya yang ada. Untuk mengatasi hal
tersebut perlu diambil sampel yang dapat mewakili populasi.
Metoda Pengambilan sampel perilaku sehat di tatanan rumah tangga adalah
dengan rapid survai atau survai cepat (terlampir).
Sedangkan untuk tatanan lainnya dapat dilakukan keseluruh populasi.
Berikut ini cara pengambilan sampel tatanan rumah tangga di tingkat
kabupaten/kota.
Untuk mengukur masalah PHBS di tatanan rumah tangga, maka jumlah sampel
harus mencukupi. Perhitungan sampel sederhana yang direkomendasikan WHO
yaitu :
30 x 7 = 210 rumah tangga (30 kluster dan 7 rumah tangga per kluster).

Di tingkat kabupaten/kota kluster dapat disetarakan dengan kelurahan atau


desa. Ada 2 tahapan kluster yang digunakan untuk tatanan rumah tangga, tahap
pertama dapat dipilih sejumlah kluster (kelurahan / desa), tahap kedua
ditentukan rumah tangganya.
Langkah-langkah cara pengambilan sampel tatanan rumah tangga
Langkah 1 : List kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten
Langkah 2 : Tulis jumlah desa yang berada pada masing masing kecamatan
Langkah 3 : Beri nomor urut desa mulai no 1 sampai terakhir
Langkah 4 : Hitung interval desa dengan cara total desa / 30 = X
Langkah 5 : Tentukan nomor Muster pertama desa. Dengan mengundi nomor
unit desa. selanjutnya desa kedua dapat ditentukan dengan
menambahkan interval. Demikian seterusnya hingga diperoleh 30
kluster.
Langkah 6 : Dan desa yang terpilih diambil secara acak 7 rumah tangga.
4) Analisis dan Pemetaan PHBS
Berdasarkan hasil pendataan, data tersebut diolah dan dianalisis dengan cara
manual atau dengan menggunakan program EPI INFO. Selanjutnya
dapat dibuat pemetaan nilai IPKS (Indeks Potensi Keluarga Sehat) dan nilai
PHBS sehat I, sehat II. sehat III dan sehat IV. Berdasarkan hasil pemetaan,
diharapkan semua masalah PHBS dapat diintervensi dengan tepat dan terarah.
Pemetaan ini berguna sebagai potret untuk mengetahui permasalahan yang ada
di masyarakat dan memotivasi pengelola program untuk meningkatkan
klasifikasi PHBS. Diharapkan masyarakat yang bersangkutan, lintas sektor.
LSM peduli kesehatan, swasta khususnya Pemda kabupaten / kota dan TP PKK
mempunyai komitmen untuk mendukung PHBS.
Berdasarkan kajian perilaku dan pemetaan wilayah, maka dihasilkan Pemetaan
PHBS, ditentukan prioritas masalah perilaku kesehatan, dan ditentukan
alternatif intervensi penyuluhan.
5) Menentukan Prioritas Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang ada kemudian dilakukan analisis yang
akan menjadi dasar pembuatan rencana intervensi. Caranya dengan
memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan dibawah ini :
a) Dari masalah yang ada mana yang dapat dipecahkan dengan mudah?
b) Mengapa terjadi demikian ?
c) Bagaimana penanggulangannya ?
d) Apa rencana tindakannya ?
e) Berapa sumber dana yang tersedia ?
f) Siapa yang mengerjakan ?
g) Berapa lama mengerjakannya ?
h) Bagaimanakah jadwal kegiatan pelaksanaannya ?
Selanjutnya dilakukan strategi komunikasi PHBS, yang meliputi antara lain
pesan dan media yang akan dikembangkan, metode apa saja yang digunakan.
pelatihan yang perlu dilaksanakan dan menginventarisasi sektor mana saja yang
dapat mendukung PHBS.
b. Pengkajian PHBS secara kualitatif
Setelah ditentukan prioritas masalah perilaku, selanjutnya dilakukan pengkajian
kualitatif. Tujuannya untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang
kebiasaan, kepercayaan, sikap, norma, budaya perilaku masyarakat yang tidak
terungkap dalam kajian kuantitatif PHBS.
Ada dua metoda untuk melakukan pengkajian PHBS secara kualitatif, yaitu:
1) Diskusi Kelompok Terarah (DKT).
Adalah diskusi informal bersama 6 s/d 10 orang, tujuannya untuk
mengungkapkan informasi yang lebih mendalam tentang masalah perilaku
PHBS.
Dalam DKT :
a) Diperlukan seorang pemandu yang terampil mendorong orang untuk saling
bicara dan memperoleh pemahaman tentang perasaan dan pikiran peserta
yang hadir terhadap masalah tertentu.
b) Melibatkan dan memberikan kebebasan peserta untuk mengungkapkan
pendapat dan perasaannya.
c) Memperoleh informasi tentang nilai-nilai kepercayaan dan perilaku
seseorang yang mungkin tidak terungkap melalui wawancara biasa.
2) Wawancara Perorangan Mendalam (WPM).
Adalah wawancara antara pewancara yang trampil dengan perorangan selaku
sumber informasi kunci, melalui serangkaian tanyajavvab (dialog) yang bersifat
terbuka dan mendalam.
Dalam WPM :
a) Pewawancara adalah seorang yang terampil dalam menggali informasi
secara mendalam tentang perasaan dan pikiran tentang masalah tertentu.
b) Sumber informasi kunci adalah peserta wawancara yang dianggap mampu
dan dipandang menguasai informasi tentang masalah tertentu.
c) Tanya jawab dilakukan secara terbuka dan mendalam
c. Pengkajian sumber daya (dana, tenaga dan sarana)
Pengkajian sumber daya dilakukan untuk mendukung pelaksanaan program PHBS,
bentuk kegiatannya :
1) Kajian tenaga pelaksana PHBS, secara kuantitas (jumlah) dan pelatihan yang
pernah diikuti oleh lintas program maupun lintas sektor.
2) Penjajagan dana yang tersedia di lintas program dan lintas sektoral dalam
jumlah dan sumbernya.
3) Penjajagan jenis media dan sarana yang dibutuhkan dalam jumlah dan
sumbernya.
4. Tahap Perencanaan
Penyusunan rencana kegiatan PHBS gunanya untuk menentukan tujuan, dan strategi
komunikasi PHBS. Adapun langkah-langkah perencanaan sebagai berikut:
a. Menentukan Tujuan
Berdasarkan kegiatan pengkaj ian PHBS dapat ditentukan klasifikasi PHBS
wilayah maupun klasifikasi PHBS tatanan, maka dapat ditentukan masalah perilaku
kesehatan masyarakat di tiap tatanan dan wilayah. Selanjutnya berdasarkan
masalah perilaku kesehatan dan hasil pengkajian sumber daya PKM ditentukan
tujuan yang akan dicapai untuk mengatasi masalah PHBS yang ditemukan.
Contoh hasil pengkajian PHBS secara kuantitatif ditemukan masalah merokok pada
tatanan rumah tangga, maka ditentukan tujuannya.
Tujuan Umum : Menurunkan prosentase keluarga yang tidak merokok selama
satu tahun.
Tujuan Khusus : Menunuikan prosentase tatanan rumah tangga yang merokok.
dari 40% menjadi 20%.
b. Menentukan jenis kegiatan intervensi
Setelah ditentukan tujuan, selanjutnya ditentukan jenis kegiatan Intervensi yang
akan dilakukan. Caranya adalah dengan mengembangkan berbagai alternatif
intervensi, kemudian dipilih intervensi mana yang bisa dilakukan dengan dikaitkan
pada ketersediaan sumber daya.
Penentuan kegiatan intervensi terpilih didasarkan pada :
1) Prioritas masalah PHBS, yaitu dengan memilih topik penyuluhan yang sesuai
dengan urutan masalah PHBS.
2) Wilayah garapan, yaitu mengutamakan wilayah yang mempunyai PHBS hasil
kajian rendah.
3) Penentuan tatanan yang akan diintervensi, yaitu menentukan tatanan yang
akan digarap, baik secara menyeluruh atau sebatas pada tatanan tertentu.
Kemudian secara bertahap dikembangkan ke tatanan lain
4) Penentuan satu jenis sasaran untuk tiap tatanan, yaitu mengembangkan
PHBS pada tiap tatanan, tetapi hanya satu jenis sasaran untuk tiap tatanan.
Misalnya, satu unit tatanan sekolah. satu unit pasar untuk tatanan tempat
umum, satu unit industri rumah tangga untuk tatanan tempat kerja. Rumusan
rencana kegiatan intervensi terpilih pada intinya menipakan operasionalisasi
strategi PHBS, yaitu :
a) Advokasi, kegiatan pendekatan pada para tokoh / pimpinan Wilayah.
b) Bina suasana, kegiatan mempersiapkan kerjasama lintas program lima
sektor, organisasi kemasyarakatan, LSM, dunia usaha, swasta, dll.
c) Gerakan masyarakat, kegiatan mempersiapkan dan menggerakkan
sumber daya, mulai mempersiapkan petugas, pengadaan media dan sarana.
Kegiatan ini secara komprehensif harus ada dalam perencanaan, Namur untuk
menentukan kegiatan apa yang lebih besar daya ungkitnya ditentukan dari hasil
pengkajian.
Contoh, dari hasil pengkajian diperoleh data bahwa masih banyak keluarga yang
membuang sampah sembarangan. Setelah dilakukan analisis data kualitatif melalui
FGD ternyata penyebabnya adalah tidak adanya tempat sampah. Pada situasi ini
kegiatan yang bernuansa bina suasana akan lebih banyak porsinya dibanding
dengan kegiatan lainnya.
Contoh lain, dari hasil pengkajian diperoleh data bahwa masih banyak keluarga
yang tidak memeriksakan kehamilannya. Setelah dilakukan analisis kualitatif,
diperoleh kesimpulan bahwa mereka tidak mengerti manfaat pemeriksaan
kehamilan. Kondisi seperti ini kegiatan gerakan masyarakat akan lebih banyak
dilakukan dibanding kegiatan lainnya.
Serangkaian alternatif lain yang dapat dikembangkan berdasarkan hasil
pengkajian PHBS adalah :
1) Rancangan intervensi penyuluhan massa dan kelompok
Penyuluhan massa dilakukan dengan topik umum, yaitu PHBS yang secara
keseluruhan merupakan masalah di wilayah kerja tersebut.
Penyuluhan kelompok dilakukan untuk mengatasi masalah PHBS yang lokal
sifatnya
2) Rancangan intenvensi penyuluhan terpadu lintas program/sektor
Pemetaan wilayah menghasilkan rumusan masalah PHBS antar wilayah,
sehingga bisa dirancang Paket Penyuluhan Terpadu di wilayah tersebut.
Misal: di desa A terdapat 3 masalah utama, yaitu JPKM, Air bersih dan
KIA/KB, maka dapat dilakukan penyuluhan terpadu yang berisi 3 hal tersebut.
Disini petugas kesehatan berfungsi sebagai penggerak lintas program dan
lintas sektor, untuk selanjutnya bersama-sama melaksanakan penyuluhan
diwilayah tersebut.
5. Tahap Perencanaan
a. Advokasi (Pendekatan pada para pengambil keputusan)
Ditingkat keluarga/rumah tangga, strategi ini ditujukan kepada para kepala
keluarga/ bapak/suami, ibu, kakek, nenek. Tuiuannya agar para pengambil
keputusan di tingkat keluarga/rumah tangga dapat meneladani dalam berperilaku
sehat, memberikan dukungan, kemudahan, pengayoman dan bimbingan kepada
anggota keluarga dan lingkungan disekitarnya.
Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada para pimpinan atau pengambil
keputusan, seperti Kepala Puskesmas, pejabat di tingkat kabupaten/kota, yang
secara fungsional maupun struktural pembina program kesehatan di wilayahnya.
Tujuannya adalah agar para pimpinan atau pengambil keputusan mengupayakan
kebijakan, program atau peraturan yang berorientasi sehat, seperti adanya peraturan
tertulis, dukungan dana, komitmen, termasuk memberikan keteladanan.
Langkah-langkah Advokasi
1) Tentukan sasaran yang akan diadvokasi, baik sasaran primer, sekunder atau
tersier
2) Siapkan informasi data kesehatan yang menyangkut PHBS di 5 tatanan.
3) Tentukan kesepakatan dimana dan kapan dilakukan advokasi.
4) Lakukan advokasi dengan cara yang menarik dengan menggunakan teknik dan
metoda yang tepat.
5) Simpulkan dan sepakati hasil advokasi.
6) Buat ringkasan eksekutif dan sebarluaskan kepada sasaran.
b. Mengembangkan Dukungan Suasana
Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada para kepala
keluarga/suami/bapak ibu, kakek, nenek, dan lain-lain.
Tujuannva adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan
suasana yang mendukung dilaksahakannva PHBS di lingkungan keluarga.
Caranya antara lain melalui anjuran untuk selalu datang ke Posyandu
mengingatkan anggota keluarga untuk tidak merokok di dekat ibu hamil dan balita.
Di tingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada kelompok sasaran sekunder,
seperti petugas kesehatan, kader, lintas sektor, lintas program Lembaga Swadaya
Masyarakat, yang peduli kesehatan, para pembuat op dan media masa. Tujuannya
adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang
mendukung dilaksanakannya PHBS. Caranya antara lain melalui penyuluhan
kelompok, lokakarya, seminar, studi banding,
pelatihan, dsb.
Langkah-langkah Pengembangan Dukungan Suasana :
1) Menganalisis dan mendesain metode dan teknik kegiatan dukungan suasana,
seperti : demonstrasi, pelatihan, sosialisasi, orientasi.
2) Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada tiap tatanan
dalam bentuk adanya komitmen, dan dukungan sumber daya.
3) Mengembangkan metoda dan teknik dan media yang telah diuji coba dan
disempurnakan.
4) Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan.
c. Gerakan Masyarakat
Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada anggota keluar seperti bapak,
ibu yang mempunyai tanggung jawab sosial untuk lingkungannya dengan cara
menjadi kader posyandu, aktif di LSM peduli kesehatan dll. Tujuannya agar
kelompok sasaran meningkat pengetahuannya kesadaran maupun kemampuannya,
sehingga dapat berperilaku sehat. Caranya dengan penyuluhan perorangan.
kelompok, membuat gerak Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Ditingkat petugas strategi ini ditujukan kepada sasaran primer, meliputi pimpinan
puskesmas. kepala dinas kesehatan, pemuka masyarakat. Tujuannya meningkatkan
motivasi petugas untuk membantu masyarakat untuk menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan Caranya antara lain melalui penyuluhan kelompok, lokakarya,
seminar, studi banding, pelatihan, dll.
Langkah-langkah kegiatan gerakan masyarakat
1) Peningkatan pengetahuan masyarakat melalui berbagai kegiatan pembinaan.
2) Menganalisis dan mendisain metode dan teknik kegiatan pemberdaya seperti
pelatihan, pengembangan media komunikasi untuk penyuluhan individu,
kelompok dan massa, lomba, sarasehan dan lokakarya.
3) Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada tiap tatanan
dalam bentuk komitmen dan sumber daya.
4) Mengembangkan metoda dan teknik serta media yang telah diujicoba dan
disempurnakan.
5) Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan bersama-sama dengan
lintas program dan lintas sektor pada tatanan terkait.
6) Menyusun laporan serta menyajikannya dalam bentuk tertulis (ringkasan,
eksekutif).
Berdasarkan uraian tersebut, maka yang perlu dilakukan dalam penggerak;
pelaksanaan adalah menerapkan AIC, yaitu :
A (Apreciation) : penghargaan kepada para pelaksana kegiatan.
I (Involvement) : keterlibatan para pelaksana dalam tugasnya.
C (Commitment) : kesepakatan para pelaksana untuk melaksanakan, tugasnya.
Hasil yang dicapai dalam tahap penggerakan pelaksanaan adalah adanya kegiatan
yang dilaksanakan sesuai rencana, khususnya dalam :
1) Penyuluhan perorangan, kelompok dan masyarakat
2) Kegiatan pengembangan kemitraan dengan program dan sektor terkait serta
3) dunia usaha.
4) Kegiatan pendekatan kepada pimpinan/pengambil keputusan
5) Kegiatan pembinaan, bimbingan dan supervisi.
6) Mengembangkan daerah kajian atau daerah binaan.
7) Melaksanakan pelatihan, baik untuk petugas kesehatan, lintas sektor,
organisasi kemasyarakatan dan kelompok profesi.
8) Mengembangkan pesan dan media spesifik.
9) Melaksanakan uji coba media dll.
6. Tahap Pemantauan dan Penilaian
a. Pemantauan
Untuk mengetahui program PHBS telah berjalan dan memberikan hasil atau
dampak seperti yang diharapkan, maka perlu dilakukan pemantauan.
Waktu pemantauan dapat dilakukan secara berkala atau pada pertemuan bulanan,
topik bahasannya adalah kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan dikaitkan
dengan jadwal kegiatan yang telah disepakati bersama. Selanjutnya kendala-
kendala yang muncul perlu dibahas dan dicari solusinya.
Cara pemantauan dapat dilaksanakan dengan melakukan kunjungan lapangan ke
tiap tatanan atau dengan melihat buku kegiatan/laporan kegiatan intervensi
penyuluhan PHBS.
b. Penilaian
Penilaian dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sudah dirancang sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Penilaian dilaksanakan oleh pengelola PHBS
lintas program dan lintas sektor. Penilaian PHBS meliputi masukan, proses dan
keluaran kegiatan. Misalnya jumlah tenaga terlatih PHBS media yang telah
dikembangkan, frekuensi dan cakupan penyuluhan.
Waktu penilaian dapat dilakukan pada setiap tahun atau setiap dua tahun Caranya
dengan membandingkan data dasar PHBS dibandingkan dengan data PHBS hasil
evaluasi selanjutnya menilai kecenderungan masing-masing indikator apakah
mengalami peningkatan atau penurunan, mengkaji penyebab masalah dan
melakukan pemecahannya, kemudian merencanakan intervensi berdasarkan data
hasil evaluasi PHBS.
Contoh di Kabupaten Pariaman data perilaku tidak merokok tahun 2001
menunjukan 44,2% sedangkan tahun 2002 ada peningkatan sebesar 73,6 %
Cara melakukan penilaian melalui :
1) Pengkajian ulang tentang PHBS
2) Menganalisis data PHBS oleh kader/koordinator PHBS
3) Melakukan analisis laporan rutin di Dinas Kesehatan kabupaten/kota (SP2TP)
4) Observasi. wawancara mendalam. diskusi kelompok terarah kepada petugas,
kader dan keluarga.
Hasil yang dicapai pada tahap pemantauan dan penilaian adalah :
1) Pelaksanaan program PHBS sesuai rencana
2) Adanya pembinaan untuk mencegah terjadinya penyimpangan
3) Adanya upaya jalan keluar apabila terjadi kemacetan/hambatan
4) Adanya peningkatan program PHBS
7. Indikator PHBS Rumah Tangga
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga keehatan (bidan, dokter dan tenaga
para medis lainnya)
b. Memberi bayi ASI eksklusif
Adalah bayi usia 0 6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan
makanan atau minuman lain.
c. Menimbang bayi dan balita
Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya
setiap bulan.
d. Menggunakan air bersih
Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak,
mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian,
dan sebagainya, agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit.
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit.
Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat
masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat
membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan
kuman masih tertinggal di tangan.
f. Menggunakan jamban sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan
kotoran dan air untuk membersihkannnya.
g. Memberantas jentik di rumah
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang estela dilakukan pemeriksaan jentik
secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
h. Makan buah dan sayur setiap hari
Setiap anggota rumah tangga mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi
sayuran atau sebaliknya setiap hari. Makan sayur dan buah setiap hari sangat
penting, karena mengandung vitamin dan mineral yang mengatur pertumbuhan dan
pemeliharaan tubuh.
i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental,
dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.
j. Tidak merokok di dalam rumah
Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah. Rokok ibarat pabrik
bahan kimia. Dalam satu batang rokor yang dihisap akan dikeluarkan sekitar 4.000
bahan kimia berbahaya, diantaranya yang paling berbahaya adalah nikotin, tar, dan
Carbon Monoksida (CO).

Anda mungkin juga menyukai