Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Solusi No.1 Vol.

1 Januari Maret 2014: 1-14

PENANAMAN MANGROVE SEBAGAI SALAH SATU UPAYA


REHABILITASI LAHAN DAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR
PANTAI UTARA KABUPATEN KARAWANG

Muharam
Fakultas Pertanian, Program Studi Agroteknologi, Universitas Singaperbangsa Karawang

Abstrak
Potensi garis pantai pesisir utara Kabupaten Karawang cukup besar yaitu sekitar 84,23 km,
yang membentang di 9 (sembilan) kecamatan dengan luas wilayah tambak 18.000 hektar. Potensi
ini ternyata tidak diimbangi dengan keadaan social ekonomi yang lebih baik, sebaliknya justru banyak
permasalahan yang ditemui di antaranya kemiskinan dan kesenjangan social ekonomi yang cukup
besar serta tingkat pendidikan yang cukup rendah. Keadaan ini adalah merupakan imbas dari
kerusakan lingkungan di wilayah pesisir, sehingga mempengaruhi kehidupan social ekonomi
masyarakat pesisir.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan penanaman
mangrove di sepanjang wilayah pesisir pantai, kenapa mangrove karena tanaman ini secara ekologis,
fisik, soaial dan ekonomi mampu mencegah dan melindungi kawasan pesisir pantai. Secara ekonomi
dan ekologis perairan mangrove berperan sebagai tempat asuhan (nursery ground) bagi berbagai jenis
hewan aquatic yang mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti ikan, udang, kepiting dan kekerangan.
Secara fisik berperan sebagai penahan abrasi pantai, intrusi air laut, penahan badai dan angin yang
bermuatan garam, serta menurunkan kandungan karbondioksida (CO2) di udara dan penambat
bahan-bahan pencemar di perairan pantai.
Penanaman mangrove di pesisisr panatai utara Kabupaten Karawang dapat dilakukan
dengan sistem zonasi yaitu zonasi atau penanaman di kawasan sabuk hijau(pinggir pantai),di alur
sungai, di kawasan budidaya tambak, dan di kawasan perbatasan tambak dan sawah. Diharapkan
dengan penanaman mangrove ini kerusakan lingkungan dapat diperbaiki, dan lebih lanjut dapat
secara lingkungan dapat mendukung usaha-usaha ekonomi berbasis air / tambak masyarakat di
sekitar wilayah pesisir.

PENDAHULUAN
Kabupaten Karawang terletak di bagian utara Propinsi Jawa Barat dengan letak
geografis berada di antara 1000 02 1070 40 BT dan 5 0 56 6 0 34 LS. Luas wilayah
Kabupaten Karawang adalah 1.753,27 km2 atau 3,73 % dari luas propinsi Jawa Barat.
Secara administratif sampai saat ini Kabupaten Karawang terdiri dari 30 kecamatan, sedang
untuk wilayah pesisir utara terdiri dari 9 kecamatan. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah
Cilamaya Wetan, Cilamaya Kulon, Tempuran, Cilebar, Pedes, Batujaya, Cibuaya, Tirtajaya,
dan Pakisjaya.,
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi di wilayah pesisir pantai utara Kabupaten
Karawang secara umum adalah sebagai berikut (Bappeda Karawang, 2007) :
1. Tingkat kemiskinan mencapai 34,86 %
2. Angka putus sekolah mencapai 6,83 %
3. Pengangguran mencapai 5,17 %
4. Angka butu huruf mencapai 14,62 %
5. Kesenjangan sosial ekonomi mencapai 80,94 %
6. Termasuk masyarakat yang tidak berdaya dibidang social seperti usia jompo,cacat
mental,fisik dan yatim piatu mencapai 5,14 %

1
Muharam, Penanaman Mangrove Sebagai.......

7. Rata rata jenjang pendidikan masyarakat yang belum mencapai Wajar Diknas 9 tahun
mencapai 33,22 %
Secara fisik masalah yang dihadapi oleh kawasan pesisir Karawang adalah rusaknya
ekologi pantai karena tidakadanya vegetasi pelindung kawasan pesisir, sehingga secara
umum kondisi bibir pantai mayoritas mengalami abrasi. Hasil pengamatan lapangan Penulis
bersama Tim PPTP-JABAR (2011) terlihat bahwa di Pantai Utara Karawang terutama di 5
kecamatan, yaitu Cilamaya Kulon, Cilamaya Wetan, Tempuran, Cibuaya, dan Tirtajaya
tanaman mangrove yang tersisa teramat sedikit. Jumlah populasi mangrove kurang dari 10%
dari total garis pantai, itupun dalam konstelasi garis tipis dengan rata-rata lebar sekitar kurang
dari 50 meter, dan hampir tidak ada ekologi mangrove yang memenuhi kualifikasi untuk
disebut sebagai hutan (forest) mangrove.
Ekologi mangrove yang semakin tipis ini praktis sudah tidak mampu lagi melindungi
kawasan pantai dan belakang pantai dari penetrasi arus, ombak dan angin, sehingga rupa
pantai utara Kabupaten Karawang ini sudah banyak dirusak oleh abrasi atau pengikisan
pantai, dan di tempat lainnya ada yang mengalami sedimentasi secara massif dan tidak
beraturan. Pada kawasan tambak budidaya pun saat ini sudah jarang ditemukan pohon
mangrove yang tumbuh dengan baik, sehingga ikan yang berada dalam tambak budidaya
sudah sering mengalami kematian akibat dari kekurangan oksigen dan kualitas air dalam
tambak budidaya yang kurang baik.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, serta melindungi kawasan pantai dari
kerusakan lingkungan yang lebih hebat, maka penanaman mangrove sebagai pelindung
kawasan pesisir pantai sangat diperlukan. Penanaman ini bisa dilaksanakan oleh Masyarakat,
dinas instansi terkait (Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Perikanan Kelautan dan
Peternakan Karawang) dan oleh Perhutani serta BKSDA Jabar.

Keadaan Umum Wilayah Pesisir Kabupaten Karawang


Panjang garis pantai pesisir Karawang adalah 84,23 km, yang membentang di 9
(sembilan) kecamatan dan luas wilayah tambak 18.000 hektar.
Pantai Utara Karawang termasuk dalam sistem Pantura (pantai utara Pulau Jawa)
yang terentang sekitar 1.500 km dari Labuan di Barat dan sampai Banyuwangi di Timur.
Pada umumnya karakteristik pantura ini memiliki kemiripan yang cukup signifikan, berupa
sistim transisi darat-laut paparan Laut Jawa, dengan topografi yang hampir datar dan
ketinggian yang hampir sama dengan permukaan laut. Hal ini menimbulkan konsekuensi
bahwa pantura termasuk juga pantai utara Karawang mudah terpengaruh oleh penetrasi arus,
ombak dan angin.
Fisiografi darat-laut yang hampir mirip ini menyebabkan pantai utara Karawang
memiliki potensi untuk menumbuhkan secara alamiah ekologi bakau, juga lahan
marineculture yang baik. Hamparan tambak ikan hampir merata di kawasan utara Jawa,
tetapi pada lansekap yang semakin padat bertumbuhan pula kawasan pemukiman, bahkan
perkotaan dan industri, dengan penduduk yang padat dan curahan limbah yang senantiasa
mengalami eskalasi. Kawasan pemukiman, perkotaan dan industri saat ini menguasai hampir
sekitar 40% dari garis pantura, dan seluruhnya praktis menjadi malting pot berbagai polutan
yang terbilang tinggi. Proses sedimentasi yang berlangsung sejak zaman tersier
berdampingan dan dikontrol secara aktif dan alamiah oleh ekosistem mangrove, pada saat ini
hampir musykil terjadi.

2
Muharam, Penanaman Mangrove Sebagai.......

Gambar 1. Kasus abrasi pantai di Dusun Sarakan,Desa Tambaksumur, Kec.Tirtajaya,


Karawang (2008), menyebabkan 40 KK kehilangan tempat tinggal dan
pekarangan. Dilain tempat, terdapat proses sedimentasi yang massif dan tidak
beraturan. (foto :pptp-jabar, 2010)

Proses pengrusakan kawasan mangrove pantai utara Karawang dapat dikategorikan


dalam 2 (dua) proses yaitu;
1. Pengrusakan dari dalam oleh pemukiman (penebangan oleh masyarakat),
perkotaan dan industri yang dikirim ke pantai melalui sungai, pengrusakan ini
dapat terlihat pada wilayah sekitar muara sungai besar (Muara Ciparage, Muara
Sungai Buntu, Muara Cibuaya dan Muara Sarakan Tirtajaya),
2. Pengrusakan dari luar oleh arus, ombak dan angin. yaitu hampir sepanjang pantai
utara Karawang. Pengrusakan kedua kawasan pantai ini semakin sempurna ketika
daerah sempadan aliran sungai (DAS) dan hulunya mengalami tekanan
kependudukan dan pertanian intensif, sehingga jutaan kubik sedimen dengan
unsur polutan yang tinggi setiap tahun harus terbawa banjir ke muara sungai dan
pantai.

Peranan Mangrove Dalam Mencegah Kerusakan Lahan di Kawasan Pesisir Pantai


Ekologi mangrove adalah tipe ekologi yang khas terdapat di sepanjang pantai atau
muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ekologi mangrove sering disebut
juga ekologi pasang surut, ekologi payau atau ekologi bakau. Ekologi bakau sebenarnya
hanya untuk jenis dari marga Rhizophora sedangkan istilah ekologi mangrove digunakan
untuk segala tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas ini. Karena di ekologi tersebut
bukan hanya jenis bakau yang ada, maka istilah ekologi mangrove lebih popular digunakan
untuk merujuk pada tipe ekologi ini. Segala tumbuhan dalam ekologi ini saling berinteraksi
dengan lingkungannya, baik yang bersifat biotic maupun yang abiotik. Dan seluruh sistem
yang saling bergantung ini membentuk apa yang kita kenal sebagai ekologi mangrove
(Anwar J, dkk.. 1984).
Mangrove di Indonesia dikenal mempunyai keragaman jenis yang tinggi, seluruhnya
tercatat sebanyak 89 jenis tumbuhan antara lain; 35 jenis berupa pohon, 5 berupa terna, 9
berupa perdu, liana 9 jenis, epifit 29 jenis, dan parasit 2 jenis. Beberapa contoh mangrove
yang berupa pohon antara lain bakau (rhizophora), api-api (avicenia), pedada (sonneratia),
tanjang (bruguiera), nyirih (xylocarpus), tengar (ceriops), buta-buta (excoecaria)( Noor YR,
dkk. 1999).

3
Muharam, Penanaman Mangrove Sebagai.......

Karena sifat lingkungannya keras, misalnya karena genangan pasang surut air laut,
perubahan salinitas yang besar, perairan yang berlumpur tebal dan anaerobic, maka pohon-
pohon mangrove telah beradaptasi baik secara morfologi maupun fisiologi. Adaptasi tersebut
dapat dilihat pada bentuk sistim perakaran yang khas mangrove. Perakaran ini berfungsi
untuk membantu mangrove bernapas dan tegak berdiri
Dilihat dari segi ekosistem perairan, ekologi mangrove mempunyai arti yang sangat
penting. Berbagai jenis hewan laut hidup di kawasan ini atau sangat bergantung pada
eksistensi ekologi mangrove. Perairan mangrove dikenal berfungsi sebagai tempat asuhan
(nursery ground) bagi berbagai jenis hewan aquatic yang mempunyai nilai ekonomis tinggi
seperti ikan, udang, kepiting dan kekerangan.
Peranan terpenting ekologi mangrove terhadap ekosistem perairan pantai adalah lewat
luruhan daunnya yang gugur berjatuhan ke dalam air. Luruhan daun mangrove ini merupakan
sumber bahan organic yang penting dalam rantai pakan (food chain). Kesuburan perairan
sekitar kawasan mangrove kuncinya terletak pada masukan bahan organic yang berasal dari
luruhan guguran daun ini. Sementara daun mangrove segar merupakan pakan yang digemari
kambing dan sapi/kerbau.Daun yang gugur ke dalam air menjadi bahan makanan bagi
berbagai jenis hewan air yang dihancurkan terlebih dahulu oleh kegiatan bakteri dan jamur
(fungi). Hancuran bahan-bahan organic(detritus) kemudian menjadi bahan makanan penting
bagi cacing, krustacea, dan hewan-hewan lain. Pada tingkat berikutnya hewan-hewan inipun
menjadi makanan bagi hewan-hewan lainnya yang lebih besar dan seterusnya. Pada ekologi
hutan mangrove yang cukup tebal dapat pula dikembangkan budidaya lebah madu bakau
yang khasiatnya sangat baik.
Beberapa produk perikanan yang mempunyai nilai ekonomi penting mempunyai
hubungan erat dengan ekosistem mangrove seperti udang (panaeus), kepiting bakau (skyla
serrata), dan tiram (crassostrea). Lokasi dan potensi produksi perikanan (bandeng) dan
udang di Indonesia mempunyai kaitan erat dengan lokasi serta luas ekologi mangrove di
dekatnya.

Gambar 2. Keberhasilan pagar mangrove tepian muara sungai menjaga sedimentasi lumpur, dan
meredam arus gelombang laut, pada kawasan lain (Pasir Putih,Cilamaya Kulon) ekologi
mangrove dapat menangkap sedimen lumpur sehingga memungkinkan terjadinya tanah
timbul. (foto:pptp-jabar 2011)
Fungsi lain dari mangrove adalah melindungi garis pantai dari erosi. Akar-akarnya
yang kokoh dapat meredam pengaruh arus dan gelombang. Selain itu akar-akar mangrove
mampu menahan lumpur hingga lahan mangrove bisa semakin luas tumbuh keluar,

4
Muharam, Penanaman Mangrove Sebagai.......

mempercepat terbentuknya tanah timbul. Air laut dan tawar dalam ekologi mangrove
diblending menjadi air payau yang sangat jernih, dan merupakan reservoir alamiah yang ideal
untuk tambak udang, bandeng dan ikan di belakangnya.
Secara fisik mangrove berfungsi dalam peredam angin badai dan gelombang,
pelindung dari abrasi, penahan lumpur, dan perangkap sedimen. Ekosistem mangrove mampu
menghasilkan zat-zat nutrient (organik dan anorganik) yang mampu menyuburkan perairan
laut dan pantai termasuk di kawasan tambak. Selain itupun ekosisitem mangrove berperan
dalam siklus karbon, nitrogen dan sulfur.
Secara garis besar manfaat dan fungsi hutan mangrove secara fisik dapat disimpulkan sebagai
berikut :
Penahan abrasi pantai.
Penahan intrusi (peresapan) air laut ke daratan.
Penahan badai dan angin yang bermuatan garam.
Menurunkan kandungan karbondioksida (CO2) di udara (pencemaran udara).
Penambat bahan-bahan pencemar (racun) diperairan pantai.
Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya alam yang memberikan banyak
keuntungan bagi manusia, berjasa untuk produktivitasnya yang tinggi serta kemampuannya
memelihara alam. Mangrove banyak memberikan fungsi ekologis dan karena itulah
mangrove menjadi salah satu penunjang utama keberhasilan perikanan baik perikanan laut
maupun budidaya.
Mangrove memproduksi nutrien yang dapat menyuburkan perairan laut dan tambak,
mangrove membantu dalam perputaran karbon, nitrogen dan sulfur, serta perairan mengrove
kaya akan nutrien baik nutrien organik maupun anorganik. Dengan rata-rata produksi primer
yang tinggi mangrove dapat menjaga keberlangsungan populasi ikan, kerang dan lainnya.
Mangrove menyediakan tempat perkembangbiakan dan pembesaran bagi beberapa spesies
hewan khususnya udang, dan kepiting.
Secara biologi fungsi dari pada hutan mangrove antara lain sebagai daerah asuhan
(nursery ground) bagi biota yang hidup pada ekosisitem mengrove, fungsi yang lain sebagai
daerah mencari makan (feeding ground) karena mangrove merupakan produsen primer yang
mampu menghasilkan sejumlah besar detritus dari daun dan dahan pohon mangrove dimana
dari sana tersedia banyak makanan bagi biota-biota yang mencari makan pada ekosistem
mangrove tersebut, dan fungsi yang ketiga adalah sebagai daerah pemijahan (spawning
ground) bagi ikan-ikan tertentu agar terlindungi dari ikan predator, sekaligus mencari
lingkungan yang optimal untuk memisah dan membesarkan anaknya. Selain itupun
merupakan pemasok larva udang, ikan dan biota lainnya. (Claridge dan Burnett,1993).
Pembuatan 1 ha tambak ikan pada hutan mangrove alam akan menghasilkan
ikan/udang sebayak 287 kg/tahun, namun dengan hilangnya setiap 1 ha hutan mangrove akan
mengakibatkan kerugian 480 kg ikan dan udang di lepas pantai per tahunnya (Turner, 1977).
Dari sini tampak bahwa keberadaan hutan mangrove sangat penting bagi produktivitas
perikanan pada perairan bebas.

Implementasi Penanaman Mangrove Dalam Mencegah Kerusakan Lahan di Kawasan


Pesisir Kabupaten Karawang
Di kawasan pantai Utara Karawang ini, penyelamatan ekologi pantai telah berada di
luar kapasitas alam untuk menyangga. Diperlukan upaya alternatif yang kuat dan massif dari
semua pihak untuk menyelamatkan kawasan pantai utara ini, yang didukung oleh upaya
peningkatan produktifitas usaha budidaya ikan, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan
pendapatan masyarakat, sehingga masyarakat mau menjaga dan melestarikan ekologi
mangrove.

5
Muharam, Penanaman Mangrove Sebagai.......

Model pencegahan kerusakan lahan kawasan pesisir Kabupaten Karawang dengan


pengembangan tanaman Mangrove adalah sebagai berikut :
Pertama, perlu dilakukan pengamanan dan pembentengan secara alamiah-ekologis untuk
menyelamatkan kawasan pantai dan kawasan belakangnya termasuk pada kawasan
tambak dengan pola pembangunan ekologi mangrove sepanjang pantai (green belt)
dan alur sungai dan muara di kawasan tambak terutama pada lokasi tambak sebagai
model landskap pembangunan ekologi mangrove pada kawasan budidaya secara
terstruktur.
Kedua, pada kawasan tambak budidaya perlu dilakukan penanaman mangrove seluas 20%
dari total kawasan luasan, dengan mempertimbangkan kearifan lokal masyarakat
sekitar program.
Ketiga, masyarakat harus well organized dalam suatu kelembagaan kelompok yang dibentuk
pada tiap wilayah kecamatan sehingga mampu mengembangkan ekonomi dan sosial
untuk semua dan bersama, menciptakan situasi pendidikan untuk semua dan bersama,
serta dari waktu ke waktu mampu mengembangkan teknologi dan teknik inovatif
perekonomian dalam kerangka pelestarian mangrove secara berkelanjutan.
Hal hal yang harus diperhatikan da;am program penanaman dan pelestarian ekologi
mangrove di Pantai Utara Karawang adalah sebagai berikut:
kebijakan dan program tata ruang Pemerintah dan Pemerintah daerah;
varietas dan agronomi yang tepat;
pola tanam mangrove mengantisipasi dan ramah terhadap arah arus, ombak dan
angin;
melibatkan masyarakat dalam penanaman, perawatan, pengelolaan dan
pemanfaatan hasil mangrove dan biota yang terkandung di dalamnya; dan
membentuk atau mengembangkan kelembagaan yang telah ada sebagai partner
masyarakat dalam pelaksanaan proyek dan pengelolaan program pasca-proyek
secara berkelanjutan (participatory development).
Untuk keberhasilan program penanaman mangrove, maka dalam implementasi
penanaman mangrove di Kawasan Pesisir Kabupaten Karawang perlu mempehatikan zonasi
penanaman mangrove. Zonasi ini penting untuk optimasi pengelolaan pesisir, laut dan pulau-
pulau kecil dalam keseimbangan antara pemanfaatan dan pelestarian dalam suatu rentang
karakteristik lingkungan hayati dan non hayati yang relatif solid per zona, dan guna kepastian
wewenang dan penanganan urusan, serta kerja sama lintas sektoral dan lintas spasial. Oleh
sebab itu perencanaan zonasi merupakan acuan dasar dalam pengelolaan pesisir.
Zona penanaman ekologi mangrove dalam rangka mencegah kerusakan lahan dan
lingkungan pesisir secara rinci dapat dibagi menjadi 4 (empat) zona yang dibedakan menurut
jenis mangrove yang ditanam di antarannya;
1) Kawasan sabuk hijau (green belt);
Pada kawasan green belt diperlukan penanaman mangrove jenis api-api (avicenia) hal
ini dikarenakan api-api dapat digolongkan pada pohon perintis yang dapat tumbuh baik
pada kawasan pantai, pembuatan green belt ini dapat dikategorikan segera dengan
mempertimbangkan lokasi, laju abrasi, dan diutamakan untuk pencegahan laju abrasi.

6
Muharam, Penanaman Mangrove Sebagai.......

Gambar 3. Ekologi mangrove sepanjang pantai dan sungai mampu melindungi


kawasan budidaya.

2) Kawasan Alur Sungai;


Kawasan alur sungai maupun muara sungai perlu ditanami mangrove jenis rhizophora,
mengingat perakaran mangrove jenis ini dapat mencegah erosi tanggul sungai, dan juga
baik untuk menyaring air yang akan masuk pada kawasan tambak budidaya. Karena
model perakaran mangrove jenis rhizophora ini sangat khas, sehingga walaupun
ditanam pada sepanjang alur sungai, sungai tidak akan cepat mengalami pendangkalan
sepanjang pemeliharaannya dan penanamannya diatur dengan baik.

Gambar 4. Mangrove jenis rhizophora yang ditanam sepanjang alur sungai

3) Kawasan Budidaya;
Pada kawasan tambak budidayaperlu dilakukan penanaman mangrove, jenis yang dapat
ditanam pada kawasan ini adalah rhizophora ataupun api-api (avicenia) hal ini sangat
bermanfaat bagi lingkungan budidaya, mengingat perakaran mangrove dapat
meningkatkan kadar oksigen pada air tambak yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan ikan dan udang, selain itu luruhan daun mangrove jenis api-api (avicenia)
yang jatuh ke tambak akan diurai oleh mikroba dan dijadikan pakan organik yang
sangat baik untuk udang dan ikan.
Adapun pola penanaman mangrove pada kawasan ini dapat dilakukan pada
tanggul dalam atau 20% pada kawasan tambak atau pada lahan tandon.

7
Muharam, Penanaman Mangrove Sebagai.......

CAREN

POLA TANAM-1

Gambar. 5

Gambar.5, Penanaman 20% lahan tambak budidaya

CAREN

POLA TANAM-2

Gambar. 6

Gambar.6, Penanaman pada tanggul dalam tambak budidaya

CAREN

POLA TANAM-3

Gambar. 7

Gambar.7, Penanaman pada tendon, sebelum air masuk pada kawasan budidaya,
maka air diendapkan dulu pada petak tandon kemudian dialirkan
pada petak pemeliharaan ikan atau udang.

4) Kawasan perbatasan tambak dan Sawah;


Untuk mencegah (intrusi) merembesnya air laut pada lahan pertanian padi, maka
diperlukan penanaman mangrove jenis tanjang (Bruguiera gymnorhiza). Jenis ini
mampu hidup dan tumbuh dengan baik pada tanah yang lempung dan sedikit pejal.
Pohon mangrove juga dapat menyerap dan mengurangi salinitas air sehingga sangat
baik sebagai pohon pembatas kawasan tambak dan sawah, adapun ketebalan ekologi
mangrove pada kawasan ini disesuaikan dengan kondisi lahan yang ada.

8
Muharam, Penanaman Mangrove Sebagai.......

PENUTUP
Dari urain di atas dapat disimpulkan bahwa kawasan pesisir pantai utara Kabupaten
Karawang telah mengalami kerusakan yang cukup parah, sehingga menurunkan daya dukung
lingkungan terhadap kegiatan fisik, social, ekonomi masyarakat di sekitarnya. Ini lebih lanjut
berakibat pafa tingkat kesejahteraan masyarakatnya yang disinyalir makin menaiknya tingkat
kemisikinan. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan rehabilitasi kawasan dengan
penanaman mangrove, ini dikarenakan ekologi mangrove baik secara fisik, ekologis, sosial,
dan ekonomi sangat bermanfaat bagi kawasan pesisir serta masyarakat penghuni wilayah
tersebut. Penanaman dapat dilakukan dengan sistem zonasi yaitu kawasan sabuk hijau, alur
sungai, kawasan budidaya tambak, dan kawasan perbatasan tambak dan sawah.

9
Muharam, Penanaman Mangrove Sebagai.......

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, J., S.J. Damanik, N. Hisyam, dan A. Whitten. 1984. Ekologi Ekosistem Sumatra.
Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta.

Bappeda Karawang. 2007. Rencana Induk Pengembangan Wilayah Pesisir Kabupaten


Karawang. Bappeda, Pemda Karawang.

Claridge D., and Burnett, J. 1993. Mangrove Ecology. Ashmare Qld, Wet Paper
Publications.

Noor, Y.R., M. Khazali, dan I.N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di
Indonesia. PKA/WI-IP. Bogor.

Perhimpunan Pembudidaya Tambak Pantai Utara (PPTP) Jawa Barat. 2011. Survey Dan
Perencanaan Lokasi Penanaman Dan Pembenihan Mangrove Di Pantai Utara
Karawang. Kerjasama Dinas PKP dan PPTP Karawang.

Turner, R.E. 1977. Intertidal Vegetation and Commercial Yields of Penaeid Shrimp. Trans.
Am. Fish. Soc. 106: 411-416.

RIWAYAT PENULIS

Muharam, Ir., M.P. adalah Dosen Kopertis Wilayah IV dpk pada Faperta UNSIKA
Karawang. Pendidikan S1 di Fateta IPB Bogor , dan S2 di Program Pascasarjana UNPAD
Bandung.

10

Anda mungkin juga menyukai