Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTEK KEBERSIHAN RONGGA

MULUT PADA WANITA HAMIL YANG DATANG KE FASILITAS


KESEHATAN MASYARAKAT SEKUNDER DI KOTA BENIN, NIGERIA

Abstrak
Penyakit rongga mulut menyebabkan rasa sakit dan keterbatasan pada semua
kelompok usia dan pada sesorang yang retan, termasuk wanita hamil dan berkaitan
dengan kerugian pada masa kehamilan.
Penilitian ini menilai faktor yang mempengaruhi praktek kebersihan rongga mulut
pada wanita hamil yang datang ke klinik kandungan pada fasilitas kesehatan
masyarakat sekunder di kota Benin, Nigeria.

Sebuah penelitian deskriptif crossectional dilakukan antara oktober 2014 dan oktober
2015 pada pasien kandungan yang menggunakan fasilitas kesehatan sekunder
pemerintah di kota Benin, Nigeria, dengan menggunakan tekhnik multistage
sampling. Data dikumpulkan menggunakan interviewadministered questionnaire
terstruktur, analisis menggunakan IBM SPSS versi 21.0.

Total dari 274 responden yang berpartisipasi pada penelitian ini. Sekitar dua perlima
yang berusia sekitar 25-29 tahun (107; 39.1%), rata-rata usia perempuan 29.2 (
4.7) tahun. Lebih dari tiga perempat (80.3%) yang menikah dan sebagian besar
perempuan (94.2 %) adalah Kristen. Ada perbedaan yang signifikan dalam hubungan
antara tingkat pendidikan dan penghasilan perbulan dari responden/ pasangan
responden dan pelaksanaan kebersihan rongga mulut diantara responden, P < 0,001.
Hubungan antara paritas, kunjunan ke klinik kandungan pada kehamilan dan praktek
kebersihan rongga mulut pada responden secara signifikan tidak mempengaruhi, p=
0,843 dan 0,077 masing-masingnya.

Tingkat pendidikan ibu hamil, status sosial ekonomi dan karakteristik obstetrik secara
signifikan mempengaruhi prakter kebersihan rongga mulut mereka. Kunjungan ke
klinik kandungan menawarkan kesempatan untuk mendidik ibu hamil tentang
kesehatan rongga mulut, memberikan layanan pencegahan dan perawatan yang tepat.
Kata kunci : paktek kebersihan rongga mulut, wanita hamil, kandungan, fasilitas
kesehatan sekunder.

Pendahuluan
Penyakit rongga mulut menyebabkan rasa sakit dan keterbatasan pada semua
kelompok usia dan pada sesorang yang retan, termasuk wanita hamil dan berkaitan
dengan kerugian pada masa kehamilan. Faktor sosial ekonomi, status sistemik,
kurangnya pendapatan untuk membayar perawatan, hambatan akses ke pelayanan
kesehatan dan kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya kesehatan rongga
mulut dan praktek pemeliharaan diri yang efektif merupakan alasan yang mendasari
pembuatan penelitian ini untuk mengamati kekurangan pada kesehatan rongga mulut
pada wanita hamil. Faktor risiko klinis yang telah ditemukan terkait dengan kejadian
dan perkembangan kondisi periodontal pada wanita hamil. Berdasarkan studi terlibat
peran sistemik pada mikroorganisme rongga mulut, kualitas dan kuantitas dari respon
host terhadap inflamasi adalah sebagai kunci proses biologis yang mendasari
hubungan antara penyakit kardiovaskuler dengan manifestasi klinis periodontitis.

1
Selanjutnya, ras ibu, usia, pendaftaran berat badan, merokok selama kehamilan, status
perkawinan, makanan yang layak, dan asuransi kesehatan swasta dapat
mempengaruhi kesehatan dan praktek kebersihan rongga mulut. Di banyak Negara di
Afrika, Asia, dan Amerika latin. Kekurangan tenaga kesehatan rongga mulut
mempengaruhi system perawatan kesehatan rongga mulut untuk memberikan
perawatan bahkan sekedar menghilangkan rasa sakit atau perawatan darurat. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
praktek kebersihan rongga mulut pada wanita hamil yang hadir di klinik kandungan
pada fasilitas kesehatan sekunder di kota Benin, Nigeria.

Metodologi
Negara Edo adalah Negara pedalaman di Nigeria selatan tengah dengan populasi
sekitar 3,4 juta orang. Data yang ada menunjukkan wanita pada usia reproduktif (15-
49 tahun) sebesar 24% (772.400) dari populasi seluruhnya. Pada kota Benin, terdapat
dua fasilitas kesehatan sekunder BUMN yaitu: Central Hospital dan Stella Obasanjo
Women and Children Hospital (SOWCH) dengan tempat tidur sejumlah masing-
masing 500 dan 300 yang berlokasi di Oredo dan Ikpoba Okha Local Government
Areas (LGAs). Mereka dibentuk untuk memenuhi kebutuhan kesehatan langsung dari
warga Benin metropolis, menyediakan berbagai layanan klinis termasuk perawatan
darurat, perawatan promotif, perawatan preventif, kuratif serta perawatan bedah.
Desain penelitian deskriptif cross-sectional digunakan dalam penelitian ini yang
dilakukan dari bulan Oktober 2014 - Oktober 2015 dan dilakukan pada wanita hamil
yang datang ke klinik antenatal di Stella Obasanjo Women and Children Hospital dan
Rumah Sakit Central, kota Benin. Penelitian dikecualikan untuk wanita hamil yang
terdaftar di klinik antenatal dan dirumah sakit yang tidak menyetujui untuk menjadi
bagian dari studi atau keadaan kesehatannya sedang tidak stabil.
Jumlah sample dikalkulasikan, n= 246, untuk penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan rumus Cochran untuk proporsi yang sederhana, n = Z2pq / d2, dimana d
= tingkat akurasi atau presisi (0,05); Z= standar deviasi normal (1,96 pada 95%
Confidence Interval); p = proporsi penduduk yang diperkirakan memiliki pengetahuan
yang baik dari kesehatan mulut {0,8 yang sesuai dengan proporsi (80,0%) dari
perempuan yang disurvei di Australia yang tahu bahwa fluoride dalam air membantu
untuk mencegah kerusakan gigi}; dan q=1- p. Dengan penambahan tingkat non-
respon 10%, ukuran sampel dari 274 diperoleh dan dimanfaatkan untuk penelitian.
Teknik sampling multi-stage yang digunakan untuk memilih responden setelah
mendapatkan sampel yang representatif berdasarkan rata-rata klien antenatal bulanan
sehubungan dengan ukuran kalkulasi sampel minimum, 130 responden dari Central
Hospital dan 144 responden dari SOWCH. Teknik pengambilan sampel untuk tahap
pertama dan kedua yaitu masing-masing simple random sampling dan sistematik
sampling yang secara ilmiah memilih responden yang hadir di klinik antenatal.
Data dikumpulkan menggunakan alat kuantitatif, wawancara, kuesioner terstruktur.
Pada kedua rumah sakit jangka waktu tiga minggu digunakan dalam mengelola
alokasi kuesioner. Semua data diberi kode, dimasukkan dan dianalisis menggunakan
IBM SPSS versi 21. Modifikasi Internasional Labour Organization, Standart
Classification of Occupations (ILO-ISCO-08) digunakan untuk mengklasifikasikan
pekerjaan ke tingkat keterampilan.

2
Data deskriptif dinyatakan sebagai frekuensi, persentase dan mean standar deviasi
dianalisis dan disajikan dalam bentuk laporan, tabel frekuensi, grafik batang dan
grafik pie. Tujuh pertanyaan dalam kuesioner yang digunakan untuk menilai dan
menghitung praktik dalam kebersihan mulut. Pertanyaan-pertanyaan tentang hal ini
yaitu: agen pembersih gigi dan mulut; frekuensi dan waktu yang dihabiskan untuk
pembersihan; penggunaan dan durasi pergantian sikat gigi; penggunaan pasta gigi;
kunjungan ke klinik gigi; dan cara-cara untuk meningkatkan kesehatan mulut.
Persentase skor 70,0% dinilai sebagai praktek yang baik, 50,0-69,9% praktek
sedang dan 50,0% praktek buruk. Uji statistik untuk menentukan hubungan dibuat
dengan penggunaan uji chi-square (2) dan uji Fisher dengan tingkat signifikansi
ditetapkan pada p <0,05.
Pertimbangan etis
Persetujuan untuk studi ini diperoleh dari Komite Etika dan Penelitian Rumah Sakit
Universitas Benin Teaching, Kota Benin. Izin didapatkan dari Kepala Departemen
Obstetri dan Ginekologi di berbagai fasilitas kesehatan sekunder. Informed consent
diperoleh dari responden dan tujuan dan prosedur penelitian itu menjelaskan kepada
mereka masing-masing. Pengetahuan tentang kesehatan tentang pentingnya
kebersihan mulut saat masa kehamilan dilakukan setelah setiap wawancara selesai.
Responden yang memerlukan layanan gigi lanjutan akan dirujuk. Informasi yang
diperoleh dari responden mungkin rentan bias terhadap self-reporting, upaya yang
dilakukan untuk mengatasi hal ini dengan mengajukan pertanyaan berulang kali tapi
dalam bentuk yang berbeda.
HASIL
Sebanyak 274 responden berpartisipasi dalam penelitian ini. Sekitar dua-perlima
berada di kelompok usia 25-29 tahun (107; 39,1%) dan kelompok umur 40 tahun
memiliki setidaknya proporsi (2,9%), usia rata-rata dan standar deviasi dari
perempuan yaitu 29,2 4,7 tahun. Benin adalah kelompok etnis dominan di antara
lebih dari dua-perlima (43,4%) dari responden.
Lebih dari tiga perempat, (80,3%) yang menikah; sebagian besar perempuan (94,2%)
adalah orang Kristen, (4,7%) Muslim sedangkan 3 (1,1%) yang tradisional dalam
keyakinan mereka (Tabel 1). Tiga perempat, (75,4%) dari pasangan responden
memiliki tingkat tersier pendidikan, sedangkan (2,1%) memiliki tingkat dasar
pendidikan. Hubungan antara tingkat pendidikan dan praktek kebersihan mulut antara
responden bermakna secara statistik (p <0,001).

3
TABEL 1: PROFIL SOSIAL DEMOGRAFI RESPONDEN
Variable Frekuens persentase
i
(n = 274)
Kelompok usia (tahun)
24 42 15.3
25-29 107 39.1
30-34 89 32.5
35-39 28 10.2
40 8 2.9
Rata-rata ( SD) = 29.2 ( 4.7)
tahun
Status pernikahan
Single 27 9.9
Menikah 220 80.3
Tinggal bersama sebagai suami istri 23 8.4
Janda 2 0.7
Cerai 1 0.4
Pisah 1 0.4
Agama
Kristen 258 94.2
Islam 13 4.7
ATR 3 1.1
Suku
Benin 119 43.4
Esan 63 23.0
Igbo 24 8.8
Yoruba 13 4.7
Owan 10 3.6
Urhobo 10 3.6
Etsako 8 2.9
Igarra 6 2.2
Hausan 5 1.8
Isoko 5 1.8
Ika 4 1.5
Itsekiri 3 1.1
Kwale 2 0.7
Igbirra 1 0.4
Igbanke 1 0.4

Lebih dari setengah (55,7%) memiliki tingkat keterampilan pekerjaan 2, sedangkan


mereka dengan tingkat keterampilan 1 adalah (7,4%). Lebih dari sepertiga, (38,5%)
memperoleh lebih dari N 100,000 pendapatan bulanan, dengan diatas seperempat,
(27,9%) dan (27,0%) produktif antara masing-masing N 18,000-60.000 dan N 60.000-
100.000 (Tabel 2)

4
TABEL 2: PROFIL SOSIAL EKONOMI
PASANGAN RESPONDEN
Variable Frekuensi Persentase
(n-244)
Tingkat pendidikan
Pertama 5 2.1
Kedua 55 22.5
Ketiga 184 75.4
Tingkat ketrampilan
Ketrampilan tingkat 1 18 7.4
Ketrampilan tingkat 2 136 55.7
Ketrampilan tiggkat 3 46 18.9
Ketrampilan tingkat 4 44 18.0
Pendapatan perbulan (
N
< 18.000 16 6.6
18.000 60.000 68 27.9
60.001 100.000 66 27.0
> 100.000 94 38.5

Lebih dari tiga perempat responden yang pasangan memiliki tingkat tersier
pendidikan, 142 (77,2%) dan dengan pendapatan bulanan lebih besar dari N 100,000,
81 (86,2%) memiliki praktik kebersihan mulut yang baik. Sementara mereka dengan
pasangan yang memiliki pendapatan kurang dari N18,000 memiliki setidaknya
proporsi 6 (37,5%). Hubungan antara tingkat pendidikan suatu pasangan dan
penghasilan bulanan dengan praktek kebersihan mulut adalah signifikan secara
statistik, p = 0,001. (Tabel 3)

5
TABEL 3: FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTEK
KEBERSIHAN RONGGA MULUT PADA RESPONDEN
Variable Frekuensi Presentase Praktek yang
(n=244) baik dalam
Bagaimana memperbaiki oral hygiene kebersihan
Sikat gigi 2x/hari 126 46.0 mulut
Flossing secara teratur 13 4.7 dilaporkan
Tusuk gigi 3 1.1 sebesar
Meperbaiki diet 9 3.3 76,9%
Merubah gaya hidup 10 3.6 responden
Sekali kunjungan 5 1.8 yang telah
Kunjungan secara teratur 69 25.2 lebih dari
Tidak melakukan apa-apa 39 14.2 lima kali
Menikah 220 80.3 memiliki
Tinggal bersama sebagai suami istri 23 8.4 pengalaman
Janda 2 0.7 kehamilan
Cerai 1 0.4 dibandingkan
Pisah 1 0.4 dengan 70,5%
Mengunjungi dokter gigi secara teratur dari mereka
Ya 24 8.8 yang
Tidak 158 57.7 memiliki
Tidak respon 92 33.6 pengalaman
Alasan untuk tidak mengunjungi dokter kehamilan
gigi lima kali
Tidak membutuhkan 39 14.2 kurang
Tidak mengerti dan membutuhkan 16 5.8 dengan
Berfikir hal itu tidak aman untuk kehamilan 23 8.4 praktik
Tidak mampu untuk membayar 26 9.5 kebersihan
Bukan bagian dari insuransi saya 7 2.6 mulut yang
Tidak memiliki waktu untuk itu 49 19.9 baik.
Tidak ada respon 114 41.6 Hubungan ini
namun tidak
signifikan secara statistik dengan nilai p= 0.750. Hubungan antara paritas, kunjungan
klinik antenatal pada kehamilan dan responden saat praktek kebersihan mulut juga
tidak signifikan secara statistik (p = 0,843 dan 0,077) (Tabel 4)

TABEL 4. KARATERISTIK SOSIO-DEMOGRAFI RESPONDEN DAN PRAKTIS


KEBERSIHAN MULUT PADA RESPONDEN

Variable Praktek Statistik tes

6
Baik Sedang Buruk

Frekuensi

Kelompok umur
24 32 (76.2) 7 (16.7) 3 (7.1) Fishers Exact = 10.167
25-29 66 (61.7) 34 (31.8) 7 (6.5) p= 0.209
30-34 67 (75.3) 18 (20.2) 4 (4.5)
35-39 21 (75.0) 7 (25.0) 0 (0.0)
40 8 (100.0) 0 (0.0) 0 (0.0)

Status Marital
Tidak pernah menikah 34 (68.0) 14 (28.0) 2 (4.0) 2 = 0.604
Pernah menikah 160 (71.4) 52 (23.2) 12 (5.4) p= 0.780

Agama
Kristen 193 (71.2) 64 (23.6) 14 (5.2) Fishers Exact = 3.088
Agama lain 1 (33.3) 2 (66.7) 0 (0.0) p= 0.284

Tingkat pendidikan
Primer 5 (50.0) 5 (50.0) 0 (0.0) Fishers Exact = 30.927
Sekunder 51 (52.6) 38 (39.2) 8 (8.2) p< 0.001*
Tersier 138 (82.6) 23 (13.8) 6 (3.6)

Tingkat kemampuan
Skill level 1 60 (64.5) 28 (30.1) 5 (5.4) Fishers Exact = 9.817
Skill level 2 76 (70.4) 24 (22.2) 8 (7.4) p= 0.110
Skill level 3 51 (79.7) 13 (20.3) 0 (0.0)
Skill level 4 7 (77.8) 1 (11.1) 1 (11.1)

Pendapatan per bulan (N)


< 18,000 32 (48.5) 27 (40.9) 7 (10.6) 2 = 24.708
18,000-60,000 87 (73.7) 26 (22.0) 5 (4.2) p<0.001*
60,001-100,000 34 (82.9) 7 (17.1) 0 (0.0)
> 100,000 41 (83.7) 6 (12.2) 2 (4.1)

7
Etnik
Edo indigene 143 (69.1) 51 (24.6) 13 (6.3) 2 = 2.731
Edo non-indigene 51 (76.1) 15 (22.4) 1 (1.5) p=0.281

DISKUSI
Kehamilan menawarkan kesempatan untuk mengedukasi perempuan tentang
kesehatan mulut dan cara perawatan yang sesuai. Sebagian besar responden pada
kelompok usia 25-29 tahun yang merupakan usia wanita untuk melahirkan anak atau
usia produktif. Benin dan Kristen adalah etnis dan agama dominan dari responden.
Mayoritas responden menikah. Temuan sosio-demografis ini meskipun diharapkan
untuk studi lokal, mungkin dapat mempengaruhi keyakinan kesehatan dan dapat
memberikan peran penting dalam penentuan perilaku kesehatan terkait.
Mayoritas responden memiliki tingkat tersier pendidikan. Temuan ini mirip dengan
penelitian Sudan dimana mayoritas (39,3%) lulus dari universitas, tingkat melek huruf
yang tinggi ini dan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang relatif maju akan
menciptakan lingkungan untuk meningkatkan kesehatan mulut. Yalcin et al
melaporkan bahwa skor indeks klinis yang berhubungan dengan tingkat pendidikan
penduduk pada studi mereka. Ketika tingkat pendidikan dari kelompok studi
menurun, plak, indeks gingiva, dan skor kedalaman probing sebaliknya meningkat.
Demikian pula, dalam sebuah penelitian di Australia, wanita dengan indeks sosio-
ekonomi yang tinggi (SEI) lebih cenderung sangat setuju bahwa praktek penggunaan
dental floss akan membantu dalam pencegahan masalah gusi (p <0,02). Temuan ini
dapat dikaitkan dengan status pendidikan tinggi responden. Hubungan positif yang
sama juga ditemukan dengan peningkatan status sosial-ekonomi dari pasangan
responden. Oleh karena itu status sosial ekonomi tinggi dan tingkat pendidikan
merupakan faktor penting dalam penentuan status kebersihan mulut ibu hamil.
Nyeri atau karies gigi bisa memiliki pengaruh yang kuat dalam sikap mencari
kesehatan mulut yang tepat. Kurangnya kesadaran terhadap gigi sering menjadi alasan
utama untuk akhir presentasi. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Calabar,
mayoritas (84,9%) dari peserta antenatal hamil ingin mendapatkan pelatihan lebih
tentang kebersihan mulut dan juga ingin edukasi gigi menjadi bagian dari kegiatan
konseling antenatal.
Ini mirip dengan temuan dari studi indian dengan 61,5% dari subyek melaporkan
tidak pernah mengunjungi dokter gigi dan studi lain di Sudan dengan hasil yang
menunjukkan 42,3% tidak pernah mengunjungi dokter gigi. Pengakuan dokter gigi
umum merupakan perpanjangan dari sikap positif untuk kebersihan mulut dengan
peserta dari kedua studi yang terutama terdiri dari responden dengan tingkat tersier
pendidikan dengan kesehatan yang lebih baik mencari sikap, namun keengganan
mereka untuk berlatih ini bisa disalahkan pada pengetahuan yang buruk akan
pentingnya kunjungan dokter gigi secara teratur sebagai kebutuhan dalam kebersihan
mulut yang optimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik kebersihan mulut
dalam penelitian ini mirip dengan temuan yang dilaporkan dalam penelitian lain

8
dimana status pekerjaan, pendapatan dan tingkat pendidikan diakui mempengaruhi
kesehatan mulut.

TABEL 5: KARAKTERISTIK DOKTER KANDUNGAN RESPONDEN DAN


PRAKTEK KEBERSIHAN RONGGA MULUT PADA RESPONDEN
Variable Praktis Test statistik
Baik Sedang Jelek
Frekuensi (%)
Graviditas
5 184 (70.5) 63 (24.1) 14 (5.4) 2 = 0.775
5 10 (76.9) 3 (23.1) 0 (0.0) p = 0.750
Paritas
3 177 (70.2) 62 (24.6) 13 (5.2) 2 = 0.503
3 17 (77.3) 4 (18.2) 1 (4.5) p = 0.843
Kunjungan ANC
pada kehamilan
3 kunjungan 57 (66.3) 21 (24.4) 8 (9.3) 2 = 8.243
4-9 kunjungan 114 (70.4) 42 (25.9) 6 (3.7) p = 0.077
10 kunjungan 23 (88.5) 3 (11.5) 0 (0.0)

TABEL 6: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PASANGAN RESPONDEN


DAN PRAKTEK KEBERSIHAN RONGGA MULUT RESPONDEN
Variabel Praktis Test statistik
Baik Sedang Jelek
Frekuensi
Tingkat pendidikan
Pertama 2 (40.0) 1 (20.0) 2 (40.0) Fisher Exact =

9
Kedua 33 (60.0) 21 (38.2) 1 (1.8) 23.770
Ketiga 142 (77.2) 33 (17.9) 9 (4.9) p = 0.001*

Tingkat ketrampilan
Tingkat ketrampilan 1 12 (66.7) 5 (27.7) 1 (5.6) Fisher Exact =
Tingkat ketrampilan 2 90 (66.2) 37 (27.2) 9 (6.6) 8.159
Tingkat ketrampilan 3 38 (82.6) 7 (15.2) 1 (2.2) p = 0.188*
Tingkat ketrampilan 4 37 (84.1) 6 (13.6) 1 (2.3)

Pendapatan perbulan (N)


< 18.000 6 (37.5) 8 (50.0) 2 (12.5) Fisher Exact =
18.000 60.000 42 (61.8) 20 (29.4) 6 (8.8) 23.803
60.001 100.000 48 (72.2) 15 (22.7) 3 (4.5) p = 0.001*
> 100.000 81 (86.2) 12 (12.8) 1 (1.1)
*secara statistik signifikan

KESIMPULAN
Tingkat pendidikan ibu hamil, status sosial ekonomi dan karakteristik obstetrik secara
signifikan dapat mempengaruhi praktek kebersihan mulut. Dalam melakukan
pendidikan kesehatan mulut, faktor-faktor ini harus dipertimbangkan. Kunjungan di
klinik antenatal menawarkan kesempatan untuk mendidik ibu hamil tentang kesehatan
mulut, memberikan layanan pencegahan dan pengobatan lainnya dimana tepat.

PENGAKUAN
Para peneliti ingin berterima kasih Osagie Osamwonyi dan Oseghale Eromosele yang
membantu dalam pengumpulan data.

KONFLIK KEPENTINGAN
Tidak terdapat konflik.

SUMBER PENDANAAN
Disponsori pribadi.

10

Anda mungkin juga menyukai