REKAM MEDIS
Anamnesa
Koordinatif
Palpasi
Struktur pertulangan
Kaki kiri depan Kompak, tidak ada krepitasi
Kaki kanan depan Kompak, tidak ada krepitasi
Kaki kiri depan Kompak, tidak ada krepitasi
Kaki kiri belakang Kompak, tidak ada krepitasi
Konsistensi pertulangan Keras, kompak
Reaksi saat palpasi Tidak ada rasa sakit
Letak reaksi sakit -
Panjang kaki depan ka/ki Sama panjang
Panjang kaki belakang ka/ki Sama panjang
Palpasi
Limfoglandula poplitea
Ukuran Tidak ada pembesaran
Konsistensi Kenyal
Lobulasi Jelas
Perlekatan Tidak ada
Panas Sama panas dengan suhu kulit
seki
Kesimetrisan kanan dan kiri tar
Simetris
Kestabilan pelvis
Konformasi Tegas, proporsional
Kesimetrisan Simetris
Tuber ischii Tidak ada krepitasi
Tuber coxae Tidak ada krepitasi
Diagnosis Klinis Glaukoma
Diagnosa Banding Uveitis, Konjungtivitis
Prognosa Fausta
Uji Lanjut Tes tonometry
Gejala Klinis
Tingkat penyakit glaukoma menurut Langohr (2011) terbagi atas 3, yaitu:
early non-congestive glaucoma yaitu peningkatan IOP yang menyebabkan
perubahan patologis ringan; acute congestive glaucoma yaitu ada sedikit atau
tidak ada aliran air dan peningkatan IOP ekstrim (>50 mmHg). Kompresi celah
silia dan pembuluh darah untuk meningkatkan drainase via episklera, kongesti
vena konjungtiva, serta iskemia sfingter iris dan terjadi midriasis; end stage
glaucoma yaitu terjadi pembesaran bola mata dan dapat menyebabkan kebutaan
permanen. IOP dapat bervariasi.
Glaukoma akut akan menyebabkan kemerahan, discharge berair, nyeri
(berkedip berlebihan, menggesek mata), kekeruhan, dan kebutaan pada mata
terinfeksi. Glaukoma tidak akan ditemukan hingga menjadi kronis dan terjadi
pembesaran bola mata. Glaukoma biasanya ditemukan ketika mata yang diperiksa
mengalami masalah lain seperti uveitis. Glaukoma akut biasanya terkena pada
satu mata, meskipun uveitis terlihat pada kedua matanya (Morgan 2011).
Diagnosa
Glaukoma dapat didiagnosa dengan mengukur tekanan bola mata
menggunakan tonometer. Jika terkena uveitis, tes laboratorium sering
membutuhkan pencarian penyebab uveitis. Glaukoma primer didiagnosa ketika
tidak ditemukan kausa penyebab glaukoma sekunder (Morgan 2011)
Diagnosa Banding
Diagnosa banding dari kasus glaukoma adalah konjungtivitis dan uveitis
(Morgan 2011)
Prognosa
Prognosa glaukoma sekunder beragam tergantung pada penyebabnya.
Kebanyakan kucing yang terkena penyakit glaukoma ringan dan uveitis berespon
baik dengan pengobatan (fausta). Glaukoma primer selalu sulit untuk diobati dan
kebanyakan mata yang terinfeksi mengalami kebutaan (Morgan 2011).
Pengobatan
Selama kucing berada dalam penanganan, kucing belum diberikan obat
namun hanya diberi pakan dan minum untuk menjaga kondisi tubuh kucing agar
tetap sehat. Lima hari kemudian kucing diberi obat yaitu timolol untuk
menurunkan tekanan intaraokular pada mata kucing tersebut. Menurut Morgan
(2011), pengobatan dilakukan untuk menurunkan tekanan, memelihara
penglihatan, dan meredakan rasa nyeri. Kebanyakan kucing diobati pada
glaukoma sekunder karena glaukoma primer jarang terjadi dan glaukoma akut
kadang tidak dikenali. Pengobatan glaukoma sekunder dilakukan dengan
pemberian obat-obatan anti glaukoma dan terapi berdasarkan penyebabnya. Obat-
obatan topikal umum digunakan pada glaukoma primer dan sekunder, akut dan
kronis, seperti beta-blocker berupa timolol (Timoptic), levobunolol (Betagen),
betaxolol (Betoptic); carbonic anhydrase inhibitors berupa dorzolamide (Trusopt),
brinzolamide (Azopt); dan kombinasi berupa timolol/dorzolamide (Casopt).
Enukleasi dapat dilakukan jika glaukoma tidak dapat terkontrol dan menyebabkan
kebutaan.
Daftar Pustaka
Langohr IM. 2011. Canine, feline, and equine glaucoma. Proceeding of the
ACVP/ ASVCP Concurrent Annual Meeting in Nashville, Tennessee, USA, 3-7
Desember 2011.
McMonnies CW. 2015. Intraocular pressure and glaucoma: Is physical exercise
benefical or a risk? J Optom. 170:1-9.
Morgan RV. 2011. Glaucoma in Cats. Philadelphia (US): Saunders Elsevier.