Anda di halaman 1dari 27

laporan praktikum lumut dan paku

JUDUL : LAPORAN PRAKTIKUM LUMUT (BRYOPHYTA) DAN PAKU (PTERIDOPHYTA)

TUJUAN : 1. Mengetahui berbagai macam spesies dari lumut dan paku serta ciri- cirinya
2. Mendeskripsikan jenis-jenis lumut dan paku menurut klasifikasinya

ALAT DAN BAHAN


- Tumbuhan paku
Jenis - jenis tumbuhan paku
Kertas HVS
Pensil
- Tumbuhan lumut
Jenis jenis tumbuhan lumut
Kertas HVS
pensil

LANGKAH KERJA
1. Mengambil preparat yang sudah ditentukan
2. Mengamati gambar morfologi dan sebutkan bagian dari preparat
3. Membuat deskripsi sementara yang meliputi bentuk dan klasifikasinya. Jangan lupa
mendokumentasikan gambar.
4. Melakukan kegiatan tersebut diatas pada preparat-preparat lainnya.

DASAR TEORI
A. LUMUT (BRYOPHYTA)
Lumut merupakan tumbuhan kecil, lembut yang apakah secara khas tinggi 1-10
cm ( 0.4-4 inchi), meskipun beberapa jenis adalah banyak lebih besar. Mereka biasanya
tumbuh berdekatan bersama-sama di dalam keset / dasar, perdu atau di tempat rindang. Mereka
tidak mempunyai bunga atau biji, dan daun-daun yang sederhananya menutupi batang liat yang
tipis. Pada lumut tertentu menghasilkan capsule spora yang nampak seperti paruh yang
dilahirkan pada tangkai tipis. Ada kira-kira 10,000 jenis lumut digolongkan pada
Bryophyta. Sekarang ini lain, dua kelompok Bryophyta adalah ditempatkan dalam divis
tersendiri.Tumbuhan Bryophyta merupakan tumbuhan yang paling primitive yang tidak memiliki
akar sesungguhnya, batang, atau tangkai. Mereka ada sejak lima ratus juta tahun.Bryophyta
merupakan tumbuhan kecil, herbaceous yang tumbuh tertutup, selalu berkumpul menjadi alas
bebatuan, tanah, ataupun menjadi epifit pada batang dan cabang tanaman.
Tumbuhan lumut termasuk golongan tumbuhan tingkat rendah yang filogenetiknya lebih
tinggi dari pada golongan algae karena dalam susunan tubuhnya sudah ada penyesuaian diri
terhadap lingkungan hidup di darat, gametangium dan sporangiumnya multiseluler, dan dalam
perkembangan sporofitnya sudah membentuk embrio. Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan
tumbuhan kecil yang termasuk dalam divisio Bryophyta (dari bahasa Yunani bryum,
lumut).Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan
organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga
belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah:
serupa akar). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan
tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini
terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau
area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan
tumbuhan yang lainnya.Klasifikasi tradisional menggabungkan pula lumut hati ke dalam
Bryophyta. Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa
penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisah lumut hati ke dalam divisio
baru. Di dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di
antaranya tumbuh di Indonesia. Kebun Raya Cibodas di Jawa Barat memiliki taman lumut
yang mengoleksi berbagai tumbuhan lumut dan lumut hati dari berbagai wilayah di Indonesia
dan dunia.Lumut merupakan tumbuhan darat sejati, walaupun masih menyukai tempat yang
lembab dan basah. Lumut yang hidup di air jarang kita jumpai, kecuali lumut gambut (Sphagnum
sp.).Pada lumut, akar yang sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekat dengan perantaraan
Rhizoid (akar semu), oleh karen itu, tumbuhan lumut merupakan bentuk peralihan antara
tumbuhan bertalus (Thallophyta) dengan tumbuhan berkormus (Kormophyta).
Secara ilmu tumbuhan, lumut termasuk Bryophyta, atau tumbuhan non vaskuler. Mereka
dapat dibedakan dari yang serupa liverworts ( Marchantiophyta atau Hepaticae) dengan multi-
cellular mereka rhizoids. Lain perbedaan bukanlah universal untuk semua lumut dan semua
liverworts, yang membedakan batang dan daun-daun, ketiadaan daun-daun yang terbagi-
bagi atau berlekuk, dan ketidakhadiran daun-daun diatur dalam tiga golongan, semua menunjuk
tumbuhan lumut. Sebagai tambahan terhadap kekurangan suatu sistem vaskuler, lumut
mempunyai gametophyte-dominant siklus hidup, yaitu. sel haploid untuk kebanyakan siklus
hidupnya. Sporophytes (diploid) berumur pendek dan dependent pada atas gametophyte. Ini
adalah berlawanan dengan pola aturan yang diperlihatkan oleh kebanyakan tumbuhan tingkat
tinggi. Di dalam tumbuhan vaskuler, sebagai contoh, haploid generasi diwakili oleh pollen dan
ovule, sedang diploid generasi adalah tumbuhan berbunga yang umum dikenal.
Ciri - ciri tubuh lumut sebagai berikut :
1. Sel - sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa.
2. Daun lumut umumnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun, lebih dari satu lapis sel. Sel
- sel daun kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Di
antaranya terdapat sel - sel mati yang besar - besar dengan penebalan dinding dalamnya
berbentuk spiral. Sel - sel yang mati ini berguna sebagai tempat persediaan air dan cadangan
makanan.
3. Pada tumbuhan lumut hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada pertumbuhan
membesar. Pada ujung batang terdapat titk tumbuh dengan sebuah sel pemula di puncaknya. Sel
pemula itu biasanya berbentuk bidan empat (tetrader = kerucut terbalik) dan membentuk sel - sel
baru ke tiga arah menurut sisinya. Ukuran lumut yang terbatas mungkin disebabkan tidak adanya
sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan penyokong seperti pada tumbuhan
berpembuluh.
4. Rizoid tampak seperti rambut atau benang - benang. Berfungsi sebagai akar untuk melekat pada
tempat tumbuhnya dan menyerap air serta garam - garam mineral (makanan). Rizoid terdiri dari
satu deret sel yang memanjang kadang - kadang dengan sekat yang tidak sempurna.
5. Struktur sporofit (sporangium) tubuh lumut terdiri atas:
a. vaginula, yaitu kaki yang diselubungi sisa dinding arkegonium.
b. seta atau tangkai.
c. apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara seta dengan
kotak spora.
d. kaliptra atau tudung berasal dari dinding arkegonium sebelah atas menjadi tudung kotak
spora.
e. kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan spora. Sporofit
tumbuh pada gametofit yang hijau menyerupai daun. Sporofit memiliki kloroplas sehingga dapat
berfotosintesis, tetapi juga mendapatkan makanan dari gametofit tempatnya melekat. Meiosis
terjadi dalam kapsul matang pada sporofit, menghasilkan spora haploid. Spora lumut terbungkus
dinding khusus yang tahan terhadap perusakan alam. Spora dapat bertahan lama dalam keadaan
lingkungan yang tidak menguntungkan. Gametofit berbentuk seperti daun dan di bagian
bawahnya terdapat rizoid sebagai ganti akar. Jika sporofit sedang tidak memproduksi spora,
gametofit akan membentuk anteridium dan arkegonium untuk melakukan reproduksi seksual.
6. Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan Gerak Kemotaksis, karena adanya rangsangan
zat kimia berupa lendir yang dihasilkna oleh sel telur.
7. Sporogonium adalah badan penghasil spora, dengan bagian bagian :- Vaginula (kaki) - Seta
(tangkai) - Apofisis (ujung seta yang melebar) - Kotak Spora : Kaliptra (tudung) dan Kolumela
(jaringan dalam kotak spora yang tidak ikut membentuk spora). Spora lumut bersifat haploid.

8. Struktur tubuh tumbuhan lumut sebagai berikut.


a. Akar
Tumbuhan lumut mempunyai akar semu yang disebut rizoid. Rizoid berfungsi untuk melekat
pada tempat tumbuh (substrat) serta menyerap air dan unsur hara.
b. Batang
Struktur batang tumbuhan lumut sebagai berikut.
1) Lumut hati dan lumut tanduk tidak berbatang dan tidak mempunyai pembuluh angkut.
Tubuhnya berbentuk lembaran (talus).
2) Lumut daun mempunyai batang sederhana dengan pembuluh angkut tunggal.
c. Daun
Lumut hati dan lumut tanduk tidak mempunyai struktur daun. Lumut daun mempunyai daun
sederhana, berbentuk pipih bilateral dengan satu pembuluh angkut di dalam ibu tulang daun, dan
mengandung kloroplas.
9. Struktur Capsule
Di antara Bryopsida, struktur capsule (sporangium) dan pola aturan pengembangannya adalah
kedua-duanya sangat bermanfaat untuk menggolongkan dan untuk mengidentifikasi famili-famili
lumut. Kebanyakan Bryopsida menghasilkan suatu capsule dengan suatu penutup (operculum)
yang jatuh, ketika spora dewasa dan siap membelah. Diawali dengan menghubungi stoma dan
dikelilingi oleh satu atau dua peristomes. Peristome adalah suatu cincin / arena bersegi tiga
gigi yang dibentuk dari sisa-sisa dinding sel yang secara khusus dikentalkan. Pada umumnya
ada seperti gigi dalam peristome tunggal, dan dalam Bryopsida adalah gigi terpisah satu sama
lain dan mampu kedua-duanya melipat untuk menutupi stoma sebaik seperti halnya untuk
membuka stoma. Artikulasi ini dikelompokkan Arthrodontous.Ada dua dasar Arthrodontous
peristome types. Pertama dimasukkan Haplolepidous dan terdiri dari lingkaran tunggal 16
peristome gigi. Kedua adalah Diplolepidous peristome ditemukan pada subclass Bryidae. Pada
jenis ini, ada dua cincin / arena peristome teeth-an endostome bagian dalam (yang pendek
endoperistome) dan exostome. Endostome adalah suatu selaput yang lebih menarik, dan gigi nya.
Ada beberapa Bryopsida yang tidak punya peristome dalam capsule mereka. Lumut ini masih
mengalami divisi sel yang sama mempola di (dalam) pengembangan capsule, tetapi gigi tidak
secara penuh berkembang.Andreaeopsida dan Andreaeobryopsida apakah dibedakan oleh
Biseriate (dua baris sel) rhizoids, multiseriate (banyak baris sel) protonema, dan sporangium
yang merobek sepanjang bentuk membujur. Kebanyakan lumut mempunyai capsule yang
membuka ada di puncak. Sphagnopsida, peat-mosses, menjadi anggota keduanya yang hidup /
tinggal jenis Ambuchanania dan Sphagnum, seperti halnya fosil taxa. Kebanyakan lumut ini
bentuk extensive acidic di tanah rawa. Daun-daun Sphagnum mempunyai sel yang mati yang
bertukar-tukar dengan sel photosynthetic hidup. Sel yang mati membantu menyimpan air.
Kecuali karakter ini, bercabang unik, thallose (diperluas dan flat / kempes) protonema, dan
dengan kenampakkan sporangium menempatkannya terlepas dari lain lumut. Polytrichopsida
mempunyai daun-daun dengan lamellae, yang adalah penutup pada daun-daun yang kelihatan
seperti sirip pada suatu heat sink. Ini membantu mempertahankan kelembaban. Mereka berbeda
dengan lain lumut lain dari anatomi dan pengembangan juga, dan dapat juga menjadi lebih besar
dari hampir semua lumut, dengan e.g. Polytrichum commune yang membentuk bantal mencapai
tinggi 40 cm (16 inch). Lumut daratan yang paling tinggi, anggota Polytrichidae Dawsonia
superba, asli Selandia Baru dan Australia Austria.
10. Silkus hidup
Terdapat 2 fase, yaitu fase haploid (merupakan generasi seksual atau generasi
gametofit) dan fase diploid (generasi aseksual atau sporofit)
a. Gametofit adalah generasi pembentuk gamet, membentuk talus yg sederhana,
merupakan tumbuhan yg hidup bebas
b. Sporofit adalah sporogonium, yaitu generasi yg menghasilkan spora, merupakan
suatu badan yg dibedakan atas kaki, seta dan kapsul
c. Tumbuhan lumut dikatakan mempunyai generasi yg heteromorfik karena sporofit
berbeda dengan gametofit
d. Sporofit menghasilkan spora yg bentuk dan ukurannya sama, disebut homospor
atau isospor
e. Spora tumbuh menjadi protonema, selanjutnya tumbuh tumbuhan lumut yang
menghasilkan anteridium dan arkegonium. Apabila terjadi pembuahan terbentuklah
zigot yang akan tumbuh menjadi embrio, selanjutnya akan berkembang menjadi
sporogonium (selama hidupnya tetap tinggal pada gametofit), Di dalam
sporogonium terjadi reduksi akhirnya ternemtuk spora.
f. Apabila lingkungan tidak memenuhi syarat, maka dapat terjadi penyimpangan dari
siklus hidup yg normal, yaitu terjadi peristiwa :
- Apogami : terbentuknya sporofit tanpa melalui persatuan gamet, misalnya sel telur
yg tidak dibuahi tumbuh membentuk sporofit
- Apospori : terbentunya gametofit tanpa melalui pembentukan spora, misalnya
beberapa sel dari sporofit (mungkin bagian dinding sporogonium) dapat tumbuh
dan berkembang menjadi gametofit.

Klasifikasi Lumut didasarkan oleh adanya perbedaan bentuk susunan tubuh


dan perkembangan gametangium serta sporogoniumnya (perbedaan pada struktur
gametofit dan sporofit :
HEPATICAE (lumut hati)
Ciri-ciri :
1. Tubuh dapat dibedakan antara sisi dorsal dan ventral, menempel pada tanah
dengan rizoid (umumnya terdapat di sisi ventral)
2. Struktur talus ada yg sederhana menyerupai lembaran dan ada yg sudah
menyerupai batang dan daun
3. Sporofit terdiri dari bagian kaki, tangkai (seta) dan kapsul. Pada golongan lumut
hati primitif bagian kaki dan seta tidak ada
4. Sel-sel pada sporofit tidak berkloroplas
5. Spora yg berkecambah hanya berkembang menjadi suatu buluh yg pendek atau
boleh dikatakan lumut hati tidak membentuk protonema (merupakan pembeda
dengan kelas lainnya)
6. Mempunyai sel-sel minyak
7. Hidup di tempat dengan kelembaban tinggi dan tidak menerima sinar matahari
langsung, misalnya di hutan, di tepi sungai, ada juga yg di rawa (Riella) sehingga
tubuhnya mempunyai struktur yg higromorf (misalnya dalam tubuhnya terdapat
rongga-rongga udara), ada yg terapung di air (Riccia fluitans), lumut juga ada yg
dapat hidup di tempat kering sehingga tubuhnya bersifat xeromorfik (pada
tubuhnya terdapat alat penyimpan air), tempat tersebut seperti batu cadas, pada
kulit pohon, di permukaan daun (disebut epifil)
8. Reproduksi secara aseksual : dengan fragmentasi ( cabang-cabang yg bebas
dapat tumbuh menjadi individu baru), pembentukan kuncup eram (gemma), dengan
pembentukan tunas-tunas cabang, pembentukan umbi (tuber), penebalan ujung
talus. Perlu diketahui bahwa tumbuhan lumut mempunyai daya regenerasi
9. Reproduksi seksual, jika ada pertemuan dua gamet yg berbeda
Lumut hati dibedakan dalam tiga bangsa yaitu :
a. Bangsa Anthocerotales (lumut tanduk)
Bangsa ini mempunyai suku Anthocerotaceae, yang mencakup antara
lain Anthoceros laevis, Anthoceros fusiformis, Notothylus valvata.
b. Bangsa Marchantiales
Bangsa ini mempunyai beberapa suku antara lain :
suku Marchantiaceae contohnya Marchantia polymorpha, Marchantia geminata,
Reboulia hemisphaerica, suku Ricciaceae contohnya Riccia fluitans, Riccia nutans,
Riccia trichocarpa.
c. Bangsa Jungermaniales
Bangsa ini mempunyai suku antara lain : suku Anacrogynaceae contohnya Pellia
epiphyla, Metzgeria furcata, Metzgeria conjugata, Blasia
pusilla, suku Acrogynaceae contohnya Plagiochila asplenoides, Frullania tamarisci,
suku Haplomitriaceae contohnya Calobryum mnioides, Calobryum blumei,
Haplomitrium.
ANTHOCEROTOCEAE (lumut tanduk)

Ciri-ciri :
1. Dikenal dengan nama lumut tanduk karena sporofitnya mempunyai kapsul yang
menyerupai tanduk.
2. Gametofit berupa talus sederhana yg yg berbentuk lembaran seperti cakram yang
bertoreh, dorsiventral, tidak ada rusuk tengah, tidak ada percabangan menggarpu,
melekat pada substrat dengan perantaraan rizoid
3. Struktur anatomi homogen, tiap sel mengandung satu kloroplas
4. Pada bagian ventral terdapat stoma yg berisi lendir, melalui stoma ini ganggang
biru dapat masuk, misalnya Nostoc
5. Lumut tanduk ada yg homotalik tapi ada juga yang heterotalik
6. Gametangia terdapat dalam lekukan pada sisi dorsal
7. Sporogonium terdiri dari kaki dan kapsul (tanpa seta), kapsul berbentuk tanduk
yang jika masak akan pecah secara membujur
8. Masaknya spora tidak bersama-sama (pada lumut hati sporanya masak
bersamaan)
Anthocerotopsida terdiri dari satu bangsa, yaitu Anthocerothales
Anthocerothales dibedakan dalam dua suku,
yaitu Anthocerotaceae dan Notothylaceae
Suku Anthocerotaceae mempunyai ciri
- Sporogonium panjang, silindris dan tumbuh tegak di tengah permukaan
talus
- Bagian pangkal sporogonium diselubungi oleh involukrum
- Sel-sel dinding kapsul mengandung kloroplas, dan terdapat stoma
- Suku ini terdiri 4 marga : Anthoceros, Phaeoceros, Megaceros, dan
Dendroceros
Suku Notothylaceae mempunyai ciri
- Sporogonium pendek, tumbuh horizontal dan terdapat pada tepi talus
- Dinding kapsul tidak ada sel-sel yg mengandung kloroplas, tidak ada stoma
- Pangkal sporogonium tidak diselubungi involukrum
- Suku ini hanya terdiri satu marga, yaitu Notothylas. Contoh : Notothylas
indica

MUSCI (lumut daun)

Ciri-ciri :
1. Tubuhnya tampak terbagi menjadi batang/cauloid dan daun/phylloid
2. Pada lumut daun yg homotalik dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu :
a. Paroisis (paroicous), anteridia dan arkegonia terletak pada cabang yg sama tapi
dalam kelompok yang berbeda Autoisis (autoicous), bila anteridia dan arkegonia
terletak pada cabang yang berbeda
b. Sinosis (sinoicous), apabila anteridia dan arkegonia terletak pada kelompok dan
cabang yang sama
3. Sporogonium terdiri atas kaki, seta dan kapsul
Anak kelas : Sphagnidae
Bangsa : Sphagnales
Suku : Sphagnaceae
Marga : Sphagnum
Tumbuh di rawa-rawa yang suhunya rendah di dataran tinggi, misalnya di
Dieng. Daun tersusun dari sel-sel hialin yang merupakan sel yang telah mati dan
sel-sel asimilasi yang masih hidup yang tersusun bergantian. Dinding sel hialin
mempunyai penebalan berbentuk cincin atau spiral, sel-sel hialin berfungsi
menyimpan air. Batang (dari luar ke dalam) terdiri dari bagian : korteks atau
hialoderm, pada saat muda terdiri dari satu lapis, pada saat tua 3-6 lapis sel-sel
yang merupakan sel-sel yang telah mati dan kosong, berukuran besar, dinding sel
berpori hingga menyerupai spons dan dapat bertahan dalam kelembaban.
Kemudian Hadrome berfungsi sebagai jaringan penyokong dan Medula berfungsi
sebagai tempat penimbunan makanan.
Protonema berbentuk benang yang bercabang-cabang banyak dan
berwarna hijau, rizoid tidak berwarna, terdiri dari banyak sel dengan sekat miring.
Gametangium terdapat pada cabang yang berbeda. Sporogonium terdiri atas kaki
dan kapsul. Ujung kapsul ditutupi oleh kaliptra yang berbentuk seperti topi, tidak
punya operkulum, bila masak akan pecah dengan 4 katup.
Anak kelas : Bryidae
Bryidae dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan pertumbuhannya, yaitu
Ortotrop (tegak) dan Plagiotrop (mendatar). Berdasarkan ada tidaknya gigi peristom
lumut dibedakan menjadi golongan kleistokarpik (golongan yg tidak mempunyai
peristom) dan stegokarpik (punya peristom). Berdasarkan sifat dari peristom,
Bryidae dibedakan menjadi : Golongan Nematodonteae, mempunyai gigi peristom
yg utuh, contoh adalah bangsa Polytrichales. Golongan Arthrodonteae, gigi
peristomnya seperti selaput dan bergaris, contoh bangsa Funariales.
Marga : Polytrichum dan Pogonatum
Gametofit dapat tumbuh tinggi dengan daun yg sempit. Kapsul tegak,
jarang ada yg mendatar. Kaliptra sering berbulu. Gigi peristoma terdiri satu baris
dengan pangkal yg bersatu. Pada Polytrichum ukuran gametofitnya bervariasi,
dapat mencapai 35 cm. Daun pada batang bagian bawah dapat menyerupai sisik yg
tersusun dalam 3 baris, sedangkan daun pada baian atas lebih besar, tebal dan
tersusun rapat. Tiap daun bagian pangkalnya lebar dan melengkung seperti sarung,
kemudian bagian tengah sampai ujung panjang dan berbangun seperti lanset.
Marga : Funaria
Gametofit kecil, tumbuh tegak, menempel pada tanah atau tembok dengan
rizoid. Daun kecil dan tipis, terdiri satu lapis sel kecuali di bagian rusuk tengah.
Daun tersusun seperti spiral pada batang. Sporofit terdiri atas kaki, seta yang
panjang dan kapsul berbentu seperti buah per, di ujungnya terdapat operkulum.

B. PAKU (PTERIDOPHYTA)
Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas
mempunyai kormus, artinya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian
pokoknya, yaitu akar, batang, dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku
belum dihasilkan biji. Seperti warga divisi yang telah dibicarakan sebelumnya, alat
perkembang biakan tumbuhan paku yang utama adalah spora. Oleh sebab itu
sementara ahli taksonomi membagi dunia tumbuhan dalam dua kelompok saja
yang diberi nama Cryptogamae dan Phanerogamae. Cryptogamae (tumbuhan
spora) meliputi yang sekarang kita sebut di bawah nama Schizophyta, Thallophyta,
Bryophyta, dan Pteridophyta. Nama Cryptogamae diberikan atas dasar cara
perkawinan (alat-alat perkawinannya) yang tersembunyi (cryptos-tersembunyi,
gamos-kawin), berbeda dengan Phanerogamae (tumbuhan biji) yang cara
perkawinyannya tampak jelas (yang dimaksud disini sebenarnya adalah
penyerbukan yang lebih dulu diketahui daripada peristiwa-peristiwa seksual yang
terjadi pada golongan tumbuhan yang tidak berbiji).
Pada klasifikasi makhluk hidup dalam lima kingdom, tumbuhan paku termasuk dalam
kingdom Plantae. Tumbuhan paku termasuk kedalam tumbuhan berpembuluh. Tumbuhan paku
sudah termasuk ke dalam tumbuhan kormus (Cormophyta) karena sudah memiliki akar, batang,
dan daun yang jelas. Tumbuhan paku dapat hidup di atas tanah atau batu, menempel di kulit
pohon (epifit), di tepi sungai di tempat-tempat yang lembap (higrofit), hidup di air (hidrofit), atau
di atas sampah atau sisa tumbuhan atau hewan (saprofit). Sebagian besar tumbuhan paku
mempunyai batang yang tumbuh di dalam tanah yang disebut rhizoma. Akar pada tumbuhan
paku bersifat seperti serabut yang ujungnya dilindungi oleh kaliptra (tudung akar). Batang pada
sebagian besar paku tidak terlihat karena berada di dalam tanah dalam bentuk rimpang. Akan
tetapi, ada pula tumbuah paku yang memiliki batang di permukaan tanah yang bercabang, seperti
pada Cyathea. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi
dan daerah kering (gurun). Total spesies tumbuhan paku yang diketahui sekitar 10.000
(diperkirakan 3.000 diantaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuhan paku tumbuh di
daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan paku cenderung tidak tahan dengan kondisi air
yang terbatas. Tumbuhan paku ada yang hidup sebagai saprofit dan ada pula sebagai epifit. Paku
menyukai tempat lembab (higrofit), dari kawasan pantai sampai di daerah pegunungan tinggi.
Daun pada tumbuhan paku tampak jelas. Tumbuhan paku daunnya selalu melingkar dan
bergulung pada usia muda. Tumbuhan berpembuluh tidak berbiji memiliki dua macam bentuk
daun, yaitu daun yang tidak mengandung spora (tropofil), dan daun yang mengandung spora
(sporofil). Di bagian bawah sporofil terdapat banyak bulatan kecil berwarna kecokelatan.
Bulatan tersebut berkumpul membentuk struktur yang disebut sorus (jamak: sori). Setiap sorus
terdiri atas banyak kotak spora yang disebut sporangium. Selain terdapat pada sorus, sporangium
juga terkumpul pada strobilus dan sporokarpium. Strobilus ini merupakan sporangium yang
membentuk struktur seperti kerucut. Sorus yang masih muda akan terlindungi oleh indusium.
Seperti yang kita lihat bahwa akar dan batang (rizoma) tumbuhan paku terdapat di bawah tanah,
akarnya berbentuk serabut dan pada ujungnya terdapat kaliptra, ingatlah kembali fungsi kaliptra!
Daun-daunnya tumbuh ke atas dari rizoma. Akan tetapi, ada beberapa jenis tumbuhan paku yang
batangnya muncul di atas tanah, misalnya Cyathea, Psilotum, dan Alsophyla. Seperti yang Anda
temukan tumbuhan paku ini mempunyai bentuk, ukuran, dan susunan daun yang beraneka
ragam.
Ciri khas daun tumbuhan paku pada waktu masih muda adalah menggulung, dan daunnya
ada yang kecil yang disebut dengan mikrofil, ada pula yang berukuran besar yang disebut
dengan makrofil. Pada umumnya mikrofil pada tumbuhan paku berbentuk rambut atau sisik,
tidak bertangkai, dan tidak bertulang kecuali pada paku kawat dan paku ekor kuda. Sedangkan
untuk makrofil sudah bertangkai, bertulang daun, dan memiliki daging daun (mesofil) yang
terdapat stomata, jaringan tiang, dan bunga karang.
Jika kita amati beberapa jenis daun pada tumbuhan paku, ada yang tidak menghasilkan
spora yang disebut dengan tropofil, disebut sebagai daun yang steril. Tropofil hanya berfungsi
untuk fotosintesis, tetapi ada tumbuhan paku yang menghasilkan spora yang disebut
dengan sporofil atau disebut daun fertil. Spora terdapat di dalam kotak spora/sporangium, ada
sejumlah sel penutupnya yang berdinding tebal dan membentuk cincin yang disebut
denganannulus.
Apabila dalam keadaan kekeringan, maka annulus mengerut dan sporangium akan pecah,
lalu spora tersebut akan tersebar, bila lingkungannya cocok akan tumbuh menjadi individu baru.
Demikian juga bila ada embun yang membeku, maka daun-daunnya akan mati tetapi akar dan
batangnya masih hidup selama musim dingin tersebut, jadi masih ada kemungkinan untuk hidup
kembali. Akar tumbuhan paku berupa akar serabut. Pada akar paku, xilem terdapat di tengah
dikelilingi floem membentuk berkas pembuluh angkut yang konsentris. Batangnya jarang
tumbuh tegak di atas tanah, kecuali pada paku tiang (Alsopila sp. dan Cyathea sp.). Batang paku
kebanyakan berupa rhizoma.
Secara ringkas tumbuhan paku memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berbeda dengan tumbuhan lumut, tumbuhan paku sudah memiliki akar, batang, dan daun
sejati. Oleh karena itu, tumbuhan paku termasuk kormophyta berspora.
2. Baik pada akar, batang, dan daun, secara anatomi tumbuhan paku sudah memiliki berkas
pembuluh angkut, yaitu xilem yang berfungsi mengangkut air dan garam mineral dari akar
menuju daun untuk proses fotosintesis, dan floem yang berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis
ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.
3. Habitat tumbuhan paku ada yang di darat dan ada pula yang di perairan serta ada yang
hidupnya menempel.
4. Pada waktu masih muda tumbuhan, biasanya daun tumbuhan paku menggulung dan
bersisik.
5. Tumbuhan paku dalam hidupnya dapat bereproduksi secara aseksual dengan
pembentukan gemmae dan reproduksi seksual dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina.
6. Dalam siklus hidup (metagenesis) tumbuhan paku terdapat fase sporofit, yaitu tumbuhan
paku sendiri.
7. Fase sporofit pada metagenesis tumbuhan paku memiliki sifat lebih dominan daripada
fase gametofitnya.
8. Tumbuhan paku memiliki klorofil sehingga cara hidupnya hidupnya fotoautotrof.
Sama dengan tumbuhan lumut, tumbuhan paku pada perkembangbiakannya
menunjukkan pergiliran keturunan, yaitu fase sporofit dan fase gametofit. Gametofit tumbuhan
paku memiliki beberapa perbedaan dengan gametofit lumut, yaitu gametofit pada tumbuhan paku
dinamakan dengan protalium tetapi sama-sama bersifat haploid. Protalium ini hanya berumur
beberapa minggu saja. Bentuk dari protalium ini seperti jantung, warnanya hijau, dan melekat
pada substratnya. Protalium ini terdapat pada anteridium yang terdapat pada bagian paling
sempit dan arkegonium yang terdapat pada lekukan bagian yang lebar. Jadi, keduanya berada
pada sisi bawah protalium di antara rizoidnya.
Sporofit pada tumbuhan paku sangat berbeda dengan sporofit pada lumut, yaitu jika
terjadi pembuahan, maka protalium akan segera binasa, tetapi jika tidak terjadi pembuahan,
maka protalium dapat bertahan hidup sampai lama. Sporofit inilah yang akan tumbuh menjadi
tumbuhan paku.

Keterangan:
1. Spora haploid
2. Gametofit muda
3. Gametofit dewasa atau protalium
4. Anteridium (organ seks jantan)
5. Arkegonium(organ seks betina)
6. Anteridium tunggal yang melepaskan sel sperma (6a)
7. Arkegonium tunggal dan sel telur (7a)
8. Fertilisasi oleh sperma
9. Zigot
10. Embrio sporofit yang masih berada pada arkegonium
11. Sporofit muda
12. Sporofit muda
13. Sporofit dewasa
14. Kumpulan dari sporangia yang berada di belakang daun sporofit
15. Sporangium, spora berkecambah (15a)
Berdasarkan gambar, urutan daur hidup tumbuhan paku seperti berikut ini: mula-mula
dari spora tumbuh protalium berbentuk benang dan mempunyai rizoid, kemudian terbentuk
beberapa sel, fase ini berlangsung hanya pendek/sebentar. Selanjutnya, terjadi pembelahan sel-
sel yang terus menerus dan akan menghasilkan suatu protalium yang melekat pada substratnya.
Pada protalium ini terdapat anteridium dan arkegonium, biasanya terdapat pada sisi yang
tidak menghadap sinar matahari, yaitu pada sisi bawah. Arkegonium baru terbentuk setelah
protalium mendapatkan kesempatan yang cukup lama berasimilasi, jadi sudah cukup
mengumpulkan persediaan makanan, sedangkan anteridium sudah dibentuk terlebih dahulu.
Bagaimana jika keadaan makanan sangat buruk, apakah arkegonium akan terbentuk?
Anteridium yang dibentuk pada mulanya berupa tonjolan berbentuk papil, kemudian
terbagi oleh suatu dinding pemisah berbentuk corong. Jika anteridium sudah masak, sel-sel yang
melingkar dan terisi lendir akan mengembang kemudian akan terlepas. Demikian pula spermatid
berbentuk bulat yang terdapat dalam anteridium akan menggembung dan terlepas, dan tiap
spermatid mengeluarkan satu spermatozoid dengan banyak bulu cambuk. Apabila arkegonium
sudah masak yang ditandai dengan membuka pada ujungnya, maka spermatozoid bergerak
masuk ke dalam arkegonium menuju ke sel telur sehingga terbentuklah embrio.
Macam daun pada tumbuhan paku ;
1) Berdasarkan ukurannya, dibedakan :
a. Daun Mikrofil, yaitu daun ang ukurannya kecil. Mikrofil berbentuk rambut atau sisik, tidak
bertangkai, dan tidak bertulang kecuali pada paku kawat dan paku ekor kuda.
b. Daun Makrofil, yaitu daun yang ukurannya besar. makrofil sudah bertangkai, bertulang daun,
dan memiliki daging daun (mesofil) yang terdapat stomata, jaringan tiang, dan bunga karang.
2) Berdasarkan Fungsinya, dibedakan :
a. Daun Tropofil, yaitu daun yang tidak menghasilkan spora, tetapi memiliki zat hijau daun
(klorofil), sehingga berfungsi dalam proses fotosintesis atau menghasilkan zat makanan
(glukosa). Daun ini sering disebut sebagai daun steril.
b. Daun Sporofil, yaitu daun yang menghasilkan spora sebagai alat perkembangbiakan (reproduksi),
sehingga daun ini disebut juga daun fertil(subur).
3) Macam Pteridophyta berdasarkan jenis spora yang dihasilkan
Ada 3 (tiga) macam tumbuhan paku berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, yaitu :
a. Paku Homospora ( isospora )
Tumbuhan paku homospora menghasilkan spora dengan ukuran sama yang tidak dapat
dibedakan antara spora jantan dan betina
Contoh : Lycopodium sp. (paku kawat)
b. Paku Heterospora ( an-isospora )
Tumbuhan paku heterospora menghasilkan spora berbeda ukuran. Spora jantan berukuran
kecil disebut mikrospora dan spora betina besar disebut makrospora
Contoh : Selaginella sp.(paku rane), Marsilea crenata (semanggi)

c. Paku Peralihan
Paku peralihan menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran sama, namun berjenis
kelamin jantan atau betina
Contoh : paku ekor kuda ( Equisetum debile )
Daur hidup tumbuhan paku dapat terlihat
Klasifikasi Pteridophyta
Tumbuhan Paku diklasifikasikan berdasarkan perbedaan morfologi tubuh. Berdasarkan
hal tersebut, tumbuhan paku dibagi menjadi empat divisi, yaitu :
A. PSILOPHYTINAE (paku purba)
Paku purba meliputi jenis-jenis tumbuhan paku yang sebagian besar telah punah. Jenis-
jenis yang sekarang masih ada hanya sedikit saja, dan lazimnya dianggap sebagai relik suatu
golongan tumbuhan paku yang semula meliputi jenis-jenis yang lebih banyak. Warga pakunpurba
merupakan paku telanjang (tidak berdaun) atau mempunyai daun-daun kecil (mikrofil) yang
belum terdiferensiasi. Ada diantaranya yang belum mempunyai akar. Paku purba bersifat
homospor. Sporofil menghasilkan satu jenis spora (homospora).
Contoh : Rhynia major dan Psilotum sp
Paku ini dibedakan dalam beberapa bangsa antara lain :
a. Bangsa Psilophytales
Bangsa ini mempunyai beberapa suku diantaranya : suku Rhyniaceae contohnya Rhynia major,
Taeniocrada deheniana, Zosterophyllum australianum,
suku Asteroxylaceae contohnya Asteroxylon mackei, Asteroxylon elberfeldence,
suku Pseudosporochnaceae contohnyaPseudosporochnus krejcii.
b. Bangsa Psilotales
Contohnya Psilotum nudum, Psilotum triquetrum, Tmesipteris tannensis.
B.LYCOPODIINAE (Paku kawat / paku rambat)
Batang dan akarnya bercabang-cabang menggarpu. Daun kecil, tidak bertangkai, selalu bertulang
satu. Pada beberapa bangsa daun-daun itu mempunyainlidah (ligula). Tiap-tiap sporofil
mempunyai satu sporangium yang besar pada bagian sisi atas daun.
Contoh:
Selaginella sp (paku rane), sebagai tanaman hias
Lycopodium sp.(paku kawat), sebagai tanaman hias.
Lycopodium clavatum, sebagai bahan obat-obatan.
Paku ini dibedakan dalam beberapa bangsa antara lain :
a. Bangsa Lycopodiales
Contohnya Lycopodium cernuum, Lycopodium clavatum.
b. Bangsa Selaginellales
Contohnya Selaginella caudata, Selaginella plana, Selaginella wildenowii.
c. Bangsa Lepidodendrales
Bangsa ini dibedakan dalam beberapa suku diantaranya :
suku Sigillariaceae contohnya Sigillaria elegans, Sigillaria micaudi,
sukuLepidodendraceae contohnya Lepidodendron vasculare, Lepidodendron aculeatum,
Lepidostrobus major.
d. Bangsa Isoetales
Contohnya Isoetes lacustris, Isoetes echinasporum, Isoetes duvieri.
C.EQUISETINAE (paku ekor kuda)
Warga kelas ini yang sekarang masih hidup umumnya berupa terna yang menyukai tempat-
tempat yang lembab, kadang-kadang dalam jumlah yang sangat besar dan bersifat dominan
dalam komunitas tertentu.
Batangnya kebanyakan bercabang-cababg berkarang dan jelas kelihatan berbuku-buku dan
beruas-ruas. Daun-daun kecil, seperti selaput dan tersusun berkarang. Sporofil selalu berbeda
dari daun biasa. Sporofil biasanya berbentuk perisai dengan sejumlah sporangium pada sisi
bawahnya, dan semua sporofil tersusun merupakan suatu badan berbentuk gada atau kerucut
pada ujung batang atau cabang. Protalium berwarna hijau dan berkembang di luar sporanya.
Tumbuhan paku ini memiliki daun mirip kawat serta daunnya tersusun dalam satu lingkaran.
Bentuk batangnya mirip dengan ekor kuda. Oleh karenanya, divisio ini disebut paku ekor kuda.

Contoh :
Equisetum debile, memiliki batang yang keras karena mengandung silika. Sporangium terdapat
pada suatu struktur berbentuk kerucut yang disebutstrobilus
Paku ini dibedakan dalam beberapa bangsa antara lain :
a. Bangsa Equisetales
Bangsa ini hanya terdiri dari satu suku Equisetaceae dan satu
marga Equisetum, contohnya Equisetum debile, Equisetum ramosissimum, Equisetum arvense,
Equisetum pratense. Dan satu suku yang telah punah yaitu
suku Calamitaceae contohnya Eucalamites multiramis, Calamostachys binneyana,
Asterophyllites longifolius.
b. Bangsa Sphenophyllales
Contohnya Sphenophyllum cuneifolium, Sphenophyllum dawsoni, Sphenophyllum fertile.
c. Bangsa Protoarticulatales
Bangsa ini mempunyai satu suku yaitu suku Rhyniaceae contohnya Rhynia elegans.
d. Pterophyta / Felicinae (paku sejati)
Pterophyta telah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Daun umumnya berukuran besar atau
disebut juga megafil. Batangnya dapat tumbuh di bawah tanah (seperti rhizoma) ataupun
batangnya tumbuh di atas tanah. Ciri yang khas pada divisio ini adalah daun mudanya yang
menggulung atau disebut jugacircinnatus dan di bagian permukaan bawah daunnya terdapat
sorus. Semua warga-warganya mempunyai daun besar, bertangkai, mempunyai banyak tulang-
tulang.
Contoh :
Adiantum cuneatum (suplir)
Adiantum farleyense (ekor merak)
Asplenium nidus (paku sarang burung)
Platycerium bifurcatum (paku tanduk rusa)
Marsilea crenata (semanggi)
Azolla pinnata (paku air)
Salvinia natans (paku sampan)
Alsophilla glauca (paku tiang)
Paku jenis ini dibedakan dalam 3 anak kelas antara lain :
a. Anak kelas Eusporangiatae
Anak kelas ini dibedakan dalam dua bangsa :
- Bangsa Ophioglossales
Bangsa ini hanya mempunyai satu suku yaitu suku Ophioglossaceae yang terbagi dalam tiga
marga yaitu marga Ophioglossumcontohnya Ophioglossum vulgatum, Ophioglossum
reticulatum, marga Botrychium contohnya Botrychium daucifolium, Botrychium lunaria,
Botrychium ternatum, marga Helminthostachys contohnya Helminthostachys zeylanica.
- Bangsa Marattiales
Bangsa ini hanya mempunyai satu suku yaitu suku Marattiaceae yang terbagi dalam tiga marga
yaitu marga Christenseniacontohnya Christensenia aesculifolia,
marga Angiopteris contohnya Angiopteris evecta, marga Marattia contohnya Marattia fraxinea.
b. Anak kelas Leptosporangiatae
Anak kelas ini dibedakan dalam tiga golongan yaitu :
- Simplices
- Gradatae
- Mixtae
c. Anak kelas Hydropterides
Anak kelas ini dibedakan dalam dua suku yaitu :
- Suku Salviniaceae yang terbagi dalam dua marga yaitu
marga Salvinia contohnya Salvinia moiesta, Salvinia natans, Salvinia cucullata,
marga Azolla contohnya Azolla pinnata, Azolla carolliniana.
- Suku Marsileaceae yang terbagi dalam tiga marga yaitu
marga Marsilea contohnya Marsilea crenata, marga Pilulariacontohnya Pilularia globulifera,
marga Regnellidium contohnya Regnellidium diphyllum.

I. HASIL PENGAMATAN
- Tumbuhan paku

Marsilea crenata Athirium sorzogonense

Nephrolepis bisserata Asplenium salignum

Adiantum tenerum Humata repens

Pteris ensiformis Adiantum cuneatum

Adiantum philippense Drymoglossum piloselloides

Ophioglossum pendulum Platycerium coronarium

Davallia dentuculata Nephrolepis falcate

Blechnum capance
- Tumbuhan lumut

II. PEMBAHASAN

1. Tumbuhan paku
Pada praktikum tumbuhan paku yang di lakukan pada tanggal 29-05-13, kelompok kami
menemukan jenis jenis tumbuhan paku yaitu antara lain : Marsilea crenata (paku tapak
itik), Athirium sorzogonense (paku kijang), Nephrolepis bisserata (paku harupat), Asplenkum
salignum (paku antu), Adiantum tenerum, Humata repens (paku humata), Pteris
ensiformis (paku pedang), Adiantum cuneatum, Adiantum philippense, Drymoglossum
piloselloides, Ophioglossum pendulm, Platycerium coronarium, Davallia dentuculata,
Nephrolepis falcate, Blechnum capance.

Berikut adalah klasifikasi dari jenis jenis tumbuhan paku :

Marsilea crenata

Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Class : Pteridopsida
Ordo : Salviniales
Famili : Marsiliaceae
Genus : Marsilea
Spesies : Marsilea crenata
Identifikasi :

Marsilea crenata adalah sekelompok paku air (Salviniales) dari marga Marsilea yang di
Indonesia mudah di temukan di pematang sawah atau tepi saluran irigrasi. Di tempat tempat
tersebut Marsilea creanata biasanya tumuh dengan jenis jenis tumbuhan air lainnya seperti
eceng kecil, genjer, rumput air, serta teki alit dll. Jenis ini jarang membentuk kelompokan. Di
tempat tempat yang airnya dalam, tangkai entalnya berukuran jauh lebih panjang dan jarak
antar buku juga lebih panjang jika dibandingkan dengan tumbuhan yang hidup ditempat dangkal.
Helaian daunnya tumbuh mengembang sejajar dengan permukaan air. Pada waktu kuncup daun
daun tersebut saling menutup kearah atas. Secara alami tapak itik tumbuh mulai dari daerah
dataran rendah sampai pada ketinggian sekitar 1.400 m, meskipun pada kepustakaan yang
terdahulu dilaporkan hanya tumbuh sampai ketinggian 900 m di jawa.
Paku ini berimpang panjang. Daunnya terletak di ujung dan terabagi empat sama besar. Daun
tersebut tipis dan lembut dan berwarna hijau gelap. Sporokarpnya bergagang pendek sehingga
seperti melekat pada daun. Yang masih muda berambut dengan garis tengah sampai 45 mm.
sporanya dapat di lihat pada tumbuhan yang sudah mulai mengering.
Bagi yang menyenangi, daun mudanya yang di kukus dapat dimakan dengan sambal. Tetapi
bila dilihat dari segi jumlah per satuan luasnya hanya sedikit saja menghasilkan daun.

Athirium sorzogonense

Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta

Class : Filicopsida

Ordo : Athyriales

Famili : Athyriaceae

Genus : Athyrium

Spesies : Athyrium sorzogonense

Identifikasi :
Tumbuhnya dihutan hutan lebat yang berhawa sejuk di daerah pegunungan.
Paku ini dikumpulkan di daerah yang berketinggian sekitar 1150 1800 m. Di jawa malahan
paku ini dapat tumbuh di daerah yang lebih tinggi lagi yaitu kurang lebih 2250m. Di daerah yang
demikian, jenis ini tumbuh subur dan membentuk tajuk yang cukup besar. Cara tumbuhnya
terpencar pencar dengan jenis tumbuhan lain. Paku ini menyukai tanah tanah humus serta
tanah subur berbatu batuuntuk tumbuh baik.
Dilihat sepintas, entalnya bisa berukuran pendek, bisa pula panjang sampai 180 cm.
tangkai entalnya kuat. Batangnya tumbuh tegak, didukung oleh akar akar yang kuat seperti
kawat. Daun mudanya juga enak dimakan, terlebih lagi kalau dimasak sayur santan atau oseng
oseng.

Nephrolepis bisserata

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Class : Pteridopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Dryopteridaceae

Genus : Nephrolepis

Spesies : Nephrolepis bisserata


Identifikasi :
Paku ini dikenal sebagai tanaman hias dipekarangan rumah. Biasanya orang menanam
paku ini di pot pot atau dipinggir pinggir pagar tembok untuk melembutkan suasana.
Di alam paku ini tumbuh ditempat yang terbuka. Kadang kadang tumbuh ditempat
yang terlindung, di dataran rendah yang tidak terlalu kering. Selain hidup di tanah, dijumpai pula
hidup dipohon pohon palem secara epifit. Malahan di batu batuan bisa tumbuh kalau ada
celah celah yang terisi humus.
Tangkai daunnya bersisik lembut. Panjang daunnya mencapai ukuran 2m, bila tumbuh
ditempat yang cocok. Bentuk daun suburnya lebih lebar dari daun mandul. Dasar daun pada
kedua tidak sama bentuknya. Pada daun subur bentuknya lancip dengan dasar yang berkuping.
Jenis ini mudah dibedakan dengan jenis lainnya karena letak sorinya yang tak merata. Paku ini
umumnya tersebar diseluruh Asia tropika. Paku ini jarang ditemukan tumbuh di lereng lereng
gunung. Lebih menyukai tumbuh di dataran rendah. Kegunaannya belum belum banyak
diketahui orang, selain sebagai tanaman hias.

Asplenkum salignum

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Class : Pteridopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Aspleniaceae

Genus : Asplenkum

Spesies : Asplenkum salignum

Identifikasi :
Marga Asplenium memili banyak jenis. Dari berbagai jenis di jawa, paku ini adalah satu
diantaranya. Pamu ini yang masih muda memiliki ental tunggal, bentuknya seperti pita dengan
ujung lancip. Pada yang dewasa ental tersenut menyirip dengan anak anak daun yang
jumlahnya sekitar 7 helai dan yang panjang entalnya sekitar 30 cm. helaian anak daun letaknya
yang di ujung, berukuran lebih besar. Kelompokan spora tumbuh pada tulang anak anak daun
dan berbentuk memanjang. Bila masih muda kumpulan spora tersebut ditutupi oleh selaput daun.
Rimpang paku ini berukuran pendek dan tumbuh menjalar. Umumnya jenis ini tumbuh di
tanah, tetapi dapat pula tumbuh menempel pada batang batang pohon besar. Dari segi tempat
tumbuh alami, jenis ini tumbuh mulai dari ketinggian 100 m 2100m lebih.

Adiantum tenerum
Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Class : Filicopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Pteridaceae

Genus : Adiantum

Spesies : Adiantum tenerum

Identifikasi :

Seperti juga jenis Adiantum lainnya, jenis suplir ini tumbuhnya berumpun, karena anaknya
banyak. Rumpun itu sendiri cepat terbentuk dan tumbuh anakannya keluar dari rimpangnya.
Tangkainya hitam dan licin. Entalnya bercabang cabang. Dari tiap cabang tersebut keluar
cabang lagi.bentuk helaian daun agak memanjang, dengan tepi bagian bawah agak merata.
Bagian ujung daun melekuk membentuk delta tempat spora yang tertutup. Jenis ini berasl dari
Hindia Barat. Sekarang tersebar luas di seluruh daerah tropika.dari semua jenis Adiantum jenis
ini merupakan jenis yang paling dulu dikenal sebagai tanaman hias. Di alam sering ditemukan
tumbuh tumbuh di tepi tepi sungai tumbuh bersama dengan jenis paku lain. Menyukai tempat
tempat yang lembab pada tanah tanah cadas yang agak kering, berbatu batu dan pada tembok
tembok yang telah tua dan berlumut dapat tumbuh dengan subur, baik di dataran rendah
maupun di dataran tinggi.

Humata repens

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Class : Filicopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Davalliaceae

Genus : Humata

Spesies : Humata repens


Identifikasi :
Paku Humata pernah diklasifikasikan ke dalam marga Davallia. Paku ini dicirikan
oleh daunnya yang menyirip. Rimpangnya tumbuh menempel pada batang pohon atau benda
lain, terutama yang permukaannya berlumut. Tumbuhnya subur baik di tempat terlindung
maupun di tempat tempat yang mendapatkan sinar matahari terus menerus. Di tempat terbuka
daunnya sangat kaku dan warnanya menjadi hijau muda. Tidak saja di hutan atau di sekitar hutan
dapat di jumpai jenis ini, tetapi sering pula jenis ini tumbuh di sekitar kebun atau halaman
rumah.
Jenis ini termasuk epifit. Rimpangnya tumbuh menjalar dan berbentuk ramping.
Jenis ini cukup menarik untuk dijadikan hiasan. Bila di tempelkan pada batang batang pohon
atau pada pakis gantung. Tumbuhnya tidak meminta perawatan yang khusus.
Pteris ensiformis

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Class : Filicopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Pteridaceae

Genuus : Pteris

Spesies : Pteris ensiformis

Identifikasi :

Pteris ensiformis disebut juga paku pedang.perawakannya kecil, tetapi mempunyai bentuk
yang menarik. Tumbuhnya berumpun. Biasanya orang menanam paku di pot. Ada beberapa
varietas yang mempunyai bentuk daun yang indah. Rimpangnya ramping, menjalar atau tegak.
Daun mencangap, menyirip, kadang kadang menyirip ganda tiga. Terdapat dua macam ental,
yang mandul dan yang subur. Ental yang mandul lebih pendek dan letaknya di bagian bawah
batang.
Paku pedang ini mempunyai daerah penyabaran yang sangat luas, yaitu Srilanka, India
selatan dan utara, China, Malaysia, Indonesia, Autralia dan Polinesia. Banyak di jumpai di hutan
hutan bakau atau hutan basah. Biasanya banyak ditemukan tumbuh diatara akar akar pohon
ditempat tempat yang terbuka. Di jawa pernah dilaporkan bahwa daun mudanya dikukus untuk
lalab.

Adiantum cuneatum

Kingdom : plantae

Divisi : Pteridophyta

Class : Pteridopsida
Ordo : Pteridales

Famili : Pteridaceae

Genus : Adiantum

Spesies : Adiantum cuneatum

Idebtifikasi :

Paku kelor adalah nama yang paling umum di pergunakan didaerah jawa untuk jenis ini.
Tumbuhnya merumpun tetapi ukurannya kecil saja. Jumlah anaknya banyak. Anak anakan
tersebut tumbuh tidak jauh dari induknya sehingga rumpunnya tampak sangat memadat.panjang
entalnya antara 20 40 cm. Ental tersebut bercabang secara berseling. Bentuk helaian anak
daunnya hamper menyerupai segi tiga sama sisi. Sisi sisi dekat dekat tangkai anak daun lurus,
sedangkan sisi yang diatas agak membulat.
Tumbuhan ini berasal dari brasil. Sekarang tersebar luas di seluruh daerah tropika. Di jawa
dapat ditemui di perkebunan teh. Tumbuh bersama rerumputan di sekitar tanaman teh. Sering
juga ditemukan tumbuh di tepi sungai atau di pinggiran hutan tua. Berbeda dengan jenis suplir
yang lain, jenis ini menyukai iklim pegunungan pada tanah tanah cadas. Telah banyak di tanam
sebagai tanaman hias di pot maupun di tanam di serambi serambi rumah. Pemeliharaannya pun
mudah.

Adiantum philippense

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Class : Filicopsida

Ordo : Polypodiales

Family : Pteridaceae

Genus : Adiantum

Spesies : Adiantum philippense


Identifikasi :

Akhir akhir ini suplir sebagai tanaman hias, sangat di gemari di Jakarta. Tiap ada pameran
tanaman bermacam jenis suplir iut di pertunjukkan. Salah satunya adalah jenis paku ini. Paku ini
dicirikan oleh batangnya yang pendek. Secara menyeluruh. Terlihat pertumbuhan yang tegak
atau agak tegak. Anak anak daunnya berjumlah sampai 12 pasang., yang letaknya agak
berseling pada ental yang panjang mencapai 30 cm. bentuk helaian anak daun seperti kipas.
Teksturnya tipis tetapi kuat. Kumpulan sporanya terdapat di sepanjang tepi daun.
Rumpun paku ini sering mati pada musom kemarau. Tunas tunas baru tumbuh kembalipada
musim penghujan. Paku ini termasuk paku tanah, sehingga tumbuhnya sangat dipengaruhi oleh
keadaan tempat tumbuhnya. Jenis ini menyukai tanah berbatu batu, tanah liat, serta tanah pasir.
Penyebarannya di Indonesia meliputi Jawa, Nusa Tenggara, Maluku Sulawesi dll. Paku ini
terdapat pula di kawasan Australia, China serta daerah daerah tropika lainnya.
Jenis ini selain di perbanyak melalui spora, pecahan pecahan rumpunnya mudah sekali
ditumbukkan. Pecahan / anakan rumoun tersebut cepat membentuk kelompok kelompok baru.
Paku ini cocok sekali ditanam sebagai hiasan di pot. Pemeliharaanya tidak terlalu sukar.

Drymoglossum piloselloides

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Class : Filicinae

Ordo : Polypodiales

Famili : Polypodiaceae

Genus : Drymoglossum

Spesies : Drymoglossum piloselloides

Identifikasi :
Di antara jenis paku yang banyak dijumpai menempel pohon teh dan kopi adalan
paku Drymoglossum piloselloides. Selain pada pohon teh dan kopi, tumbuhan inipun tumbuh
pada pohon pohon tinggi lainnya di dearah yang mempunyai curah hujan tinggi.
Rimpangnya menjulur dan ditutupi oleh sisik yang bulat dan kecil yang menyerupai sisik
naga. Karena sifat inilah jenis paku ini disebut sisik naga. Sisik naga mempunyai dua macam
ental yaitu yang mandul dan yang subur. Sori yang merupakan alat perkembangbiakan. Letaknya
menggerombol dan terdapat di tepi daun. Di tanah air kita ental mandul sisik naga dapat
digunakan untuk obat batuk dan sembelit. Caranya yaitu dengan meminum air parasannya. Di
Malaya tumbuhan ini hanya dipakai sebagai obat luar untuk menyembuhkan gatal pada kulit.
Campuran rebusan tumbuhan ini dapat juga di pakai untuk obat pencuci cacar air.

Ophioglossum pendulum

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Class : Filicinae
Ordo : Ophioglassales

Famili : Ophioglassaceae
Genus : Ophioglossum
Spesies : Ophioglossum pendulum

Identifikasi :
Paku ini termasuk jenis paku yang tumbuhnya secara epifit. Di beri nama jenis
Pendulum yang artinya menggantung. Paku ini memang tumbuhnya menggantung. Sepintas
bentuknya hamper menyerupai paku tanduk uncal. Hanya saja daun daunnya lemah. Di jawa
disebut simbar gadang.
Biasanya tumbuh menempel pada jenis paku lain. Misalnya pada pku sarang burung dan paku
tanduk uncal. Juga tumbuh pada jenis poho pohon terutama palem. Akarnya sedikit dan
rimpangnya berdaging. Entalnya menggantung lemah. Daun tunggal dan dan jumlahnya desikit
saja. Bentuknya seperti pita dan ujungnya tumpul. Pada bagian bagian pangkalnya menyempit.
Semakin kebawah tambah sempit dan membentuk tangkai yang berdaging. Bila tumbuhnya di
tempat terbuka daunnya lebih sempit dan percabangan entalnya lebih banyak. Bulirnya terdapat
pada pangkal ental yang panjangnya 15 cm lebih. Sporanya terletak diantara lekukan lekukan
bulir.
Daerah penyebarannya meliputi madagaskar, Asia tropika, Polinesia, Assam utara,
Indonesia, Hainan, Malaya, Indocina dan Australia. Dapt pula tumbuh pada batu batu yang
berlumut. Sebagai tanaman hias simbar gadang sangat menarik. Biasanya ditanam dalam
keranjang bersama sama dengan palu tanduk uncal atau paku sarang burung. Selain untuk
tanaman hias, daun simbar gadang yang telah di haluskan dan dicampur dengan minyak kelapa
dapat dipakai untuk obat luar.

Platycerium coronarium

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Class : Pteridopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : polypodiaceae

Genus : Platycerium

Spesies : Platycerium coronarium

Identifikasi :
Jenis paku ini menempel dan menggantung pada pohon besar. Perbedaan yang
menonjol dari Platycerium coronariumterletak pada daun tambahan yang bentuknya bundar
hamper menyerupai cawan terbalik. Daun penyangganya tumbuh tegak ke atas, panjangnya
sampai 60 cm. pangkalnya hamper berbentuk jantung, tebal dan berdaging, bila kering seperti
gabus. Daun daunnya berjumbai yang panjangnya sampai 2 m. biasanya pada satu tanaman
hanya terdapat beberapa batang saja. Daun tersebut berbentuk pita yang bercabang cabang
hamper menyerupai tanduk manjangan. Penyebarannya meliputi kawasan Malaysia. Bentuknya
yang cukup menarik ini menjadikannya tanaman hias yang digemari. Biasanya digantungkan
atau ditempelkan pada batang batang pohon. Abu dari daunnya dapat dipergunakan sebagai
obat sakit limpa.

Davallia dentuculata

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Class : Petridopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Polypodiaceae

Genus : Davallia

Spesies : Davallia dentuculata.

Identifikasi :
Termasuk jenis paku yang umumnya menumpang pada tumbuhan lain. Meskipun
demikian tidak berarti tumbuhannya hanya menumpang saja. Paku ini dapat pula tumbuh pada
tanah tanah cadas, karang ataubatu batu. Biasanya banyak dijumpai pada batang jenis
palem.tumbuh bersama sama dengan paku sarang burung dan jenis paku lainnya. Rimpangnya
kuat, berdaging dan agak menjalar. Bila tumbuh tumbuhan ini masih muda, rimpang
rimpangnya ditutupi oleh sisik yang padat, warnanya coklat terang. Entalnya berjumbai,
panjangnya sampai 1 m. helaian daunny berbentuk segitiga dengan tepi yang beringgit. Dun
daun ini kaku dan kuat. Permukaan daunnya licin dan mengkilat, sehinnga mudah sekali terlihat
dengan jelas.
Tumbuh oada dataran rendah. Bentuknya cukup menarik sebagai tanaman hias. Dapat
ditanam ditempat tempat yang terlindung maupun tempat tempat yang terbuka.

Nephrolepis falcate

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Class : Filicinae

Ordo : Marattiales

Famili : Davallieae
Genus : Nephrolepis

Spesies : Nephrolepis falcate


Identifikasi :
Jenis ini sering disebut paku cecerenean atau paku sepat. Dapat berkembang biak
dengan cepat. Orang telah banyak menanam paku ini sebagai tanaman hias. Baik sekali sebagai
penutup tanah atau hiasan batas. Selain itu juga ditanam sebagai epifit. Tumbuhnya berumpun
denganrimpang yang padat dan pajang. Rimpang rimpang ini yang berkembang biak dengan
cepat. Tangkai daunnya rapat, pada permukaan tangkai daun tersebut bulu bulu berwarna
coklat tua. Daun yang mandul lebih besar ukurannya dari pada daun yang subur.
Di alam sering di temukan tumbuh dihutan hutan dataran rendah sampai ke
pegunungan. Tumbuhnya berkelompok atau bercampur dengan tumbuhan lain. Bila tumbuh
secara epifit, dapat hidup di sela sela batang pohon. Di ketiak batang pohon arena tau jenis
palem lainnya. Menyukai tanah yang berbatu batu, tanah gembur ditepi tepi sungai dan
tebing. Di perkebunan besar paku ini termasuk tumbuhan pengganggu. Biasanya tumbuh
bersama sama dengan alang alang atau yang lainnya.

Blechnum capance

Kingdom : Plantae

Divisi : Pteridophyta

Class : Pteridopsida

Ordo : Pteridiales

Famili : Pteridaceae

Genus : Blechnum

Spesies : Blechnum capance


Identifikasi :
Paku ini dinamakan munding, paku ini tumbuh di daerah pegunungan. Untuk
tumbuhnya diperlukan tanah yang berasal dari endapan lava atau batu batuan. Di tempat
tempat yang demikian tumbuhnya membentuk kelompo kelompokan dalam jumlah sedang.
Bila tidak demikian, tumbuhnya bercampur denga jenis tanaman yang lain.
Paku ini berbatang tegak, yang batangnya berdaging. Batang tersebut ditumbuhi
ental yang banyak jumlahnya dan rapat. Penyebarannya meliputi Jawa, Sumatra,
Kalimantan dll. Ujung helaian anak daun lancip. Anak anak daun tersebut tidak
bertangkai. Sorinya menutupi permukaan ental daun subur bagian bawah. Daun
mudanya berwarna ungu mengkilap sangat menarik.

KESIMPULAN
Ciri - ciri tubuh lumut sebagai berikut :
1. Sel - sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa.
2. Daun lumut umumnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun, lebih dari satu lapis sel. Sel
- sel daun kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Di
antaranya terdapat sel - sel mati yang besar - besar dengan penebalan dinding dalamnya
berbentuk spiral. Sel - sel yang mati ini berguna sebagai tempat persediaan air dan cadangan
makanan.
3. Pada tumbuhan lumut hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada pertumbuhan
membesar. Pada ujung batang terdapat titk tumbuh dengan sebuah sel pemula di puncaknya. Sel
pemula itu biasanya berbentuk bidan empat (tetrader = kerucut terbalik) dan membentuk sel - sel
baru ke tiga arah menurut sisinya. Ukuran lumut yang terbatas mungkin disebabkan tidak adanya
sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan penyokong seperti pada tumbuhan
berpembuluh.
4. Rizoid tampak seperti rambut atau benang - benang. Berfungsi sebagai akar untuk melekat pada
tempat tumbuhnya dan menyerap air serta garam - garam mineral (makanan). Rizoid terdiri dari
satu deret sel yang memanjang kadang - kadang dengan sekat yang tidak sempurna.
5. Struktur sporofit (sporangium) tubuh lumut terdiri atas:
a. vaginula, yaitu kaki yang diselubungi sisa dinding arkegonium.
b. seta atau tangkai.
c. apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara seta dengan
kotak spora.
d. kaliptra atau tudung berasal dari dinding arkegonium sebelah atas menjadi tudung kotak
spora.
e. kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan spora. Sporofit
tumbuh pada gametofit yang hijau menyerupai daun. Sporofit memiliki kloroplas sehingga dapat
berfotosintesis, tetapi juga mendapatkan makanan dari gametofit tempatnya melekat. Meiosis
terjadi dalam kapsul matang pada sporofit, menghasilkan spora haploid. Spora lumut terbungkus
dinding khusus yang tahan terhadap perusakan alam. Spora dapat bertahan lama dalam keadaan
lingkungan yang tidak menguntungkan. Gametofit berbentuk seperti daun dan di bagian
bawahnya terdapat rizoid sebagai ganti akar. Jika sporofit sedang tidak memproduksi spora,
gametofit akan membentuk anteridium dan arkegonium untuk melakukan reproduksi seksual.
6. Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan Gerak Kemotaksis, karena adanya rangsangan
zat kimia berupa lendir yang dihasilkna oleh sel telur.
7. Sporogonium adalah badan penghasil spora, dengan bagian bagian :- Vaginula (kaki) - Seta
(tangkai) - Apofisis (ujung seta yang melebar) - Kotak Spora : Kaliptra (tudung) dan Kolumela
(jaringan dalam kotak spora yang tidak ikut membentuk spora). Spora lumut bersifat haploid.

8. Struktur tubuh tumbuhan lumut sebagai berikut.

a. Akar
Tumbuhan lumut mempunyai akar semu yang disebut rizoid. Rizoid berfungsi untuk melekat
pada tempat tumbuh (substrat) serta menyerap air dan unsur hara.
b. Batang
Struktur batang tumbuhan lumut sebagai berikut.
1) Lumut hati dan lumut tanduk tidak berbatang dan tidak mempunyai pembuluh angkut.
Tubuhnya berbentuk lembaran (talus).
2) Lumut daun mempunyai batang sederhana dengan pembuluh angkut tunggal.
c. Daun
Lumut hati dan lumut tanduk tidak mempunyai struktur daun. Lumut daun mempunyai daun
sederhana, berbentuk pipih bilateral dengan satu pembuluh angkut di dalam ibu tulang daun, dan
mengandung kloroplas.
9. Struktur Capsule
Di antara Bryopsida, struktur capsule (sporangium) dan pola aturan pengembangannya adalah
kedua-duanya sangat bermanfaat untuk menggolongkan dan untuk mengidentifikasi famili-famili
lumut. Kebanyakan Bryopsida menghasilkan suatu capsule dengan suatu penutup (operculum)
yang jatuh, ketika spora dewasa dan siap membelah. Diawali dengan menghubungi stoma dan
dikelilingi oleh satu atau dua peristomes. Peristome adalah suatu cincin / arena bersegi tiga
gigi yang dibentuk dari sisa-sisa dinding sel yang secara khusus dikentalkan. Pada umumnya
ada seperti gigi dalam peristome tunggal, dan dalam Bryopsida adalah gigi terpisah satu sama
lain dan mampu kedua-duanya melipat untuk menutupi stoma sebaik seperti halnya untuk
membuka stoma. Artikulasi ini dikelompokkan Arthrodontous.Ada dua dasar Arthrodontous
peristome types. Pertama dimasukkan Haplolepidous dan terdiri dari lingkaran tunggal 16
peristome gigi. Kedua adalah Diplolepidous peristome ditemukan pada subclass Bryidae. Pada
jenis ini, ada dua cincin / arena peristome teeth-an endostome bagian dalam (yang pendek
endoperistome) dan exostome. Endostome adalah suatu selaput yang lebih menarik, dan gigi nya.
Ada beberapa Bryopsida yang tidak punya peristome dalam capsule mereka. Lumut ini masih
mengalami divisi sel yang sama mempola di (dalam) pengembangan capsule, tetapi gigi tidak
secara penuh berkembang.Andreaeopsida dan Andreaeobryopsida apakah dibedakan oleh
Biseriate (dua baris sel) rhizoids, multiseriate (banyak baris sel) protonema, dan sporangium
yang merobek sepanjang bentuk membujur. Kebanyakan lumut mempunyai capsule yang
membuka ada di puncak. Sphagnopsida, peat-mosses, menjadi anggota keduanya yang hidup /
tinggal jenis Ambuchanania dan Sphagnum, seperti halnya fosil taxa. Kebanyakan lumut ini
bentuk extensive acidic di tanah rawa. Daun-daun Sphagnum mempunyai sel yang mati yang
bertukar-tukar dengan sel photosynthetic hidup. Sel yang mati membantu menyimpan air.
Kecuali karakter ini, bercabang unik, thallose (diperluas dan flat / kempes) protonema, dan
dengan kenampakkan sporangium menempatkannya terlepas dari lain lumut. Polytrichopsida
mempunyai daun-daun dengan lamellae, yang adalah penutup pada daun-daun yang kelihatan
seperti sirip pada suatu heat sink. Ini membantu mempertahankan kelembaban. Mereka berbeda
dengan lain lumut lain dari anatomi dan pengembangan juga, dan dapat juga menjadi lebih besar
dari hampir semua lumut, dengan e.g. Polytrichum commune yang membentuk bantal mencapai
tinggi 40 cm (16 inch). Lumut daratan yang paling tinggi, anggota Polytrichidae Dawsonia
superba, asli Selandia Baru dan Australia Austria.
10. Silkus hidup
Terdapat 2 fase, yaitu fase haploid (merupakan generasi seksual atau generasi
gametofit) dan fase diploid (generasi aseksual atau sporofit)
g. Gametofit adalah generasi pembentuk gamet, membentuk talus yg sederhana,
merupakan tumbuhan yg hidup bebas
h. Sporofit adalah sporogonium, yaitu generasi yg menghasilkan spora, merupakan
suatu badan yg dibedakan atas kaki, seta dan kapsul
i. Tumbuhan lumut dikatakan mempunyai generasi yg heteromorfik karena sporofit
berbeda dengan gametofit
j. Sporofit menghasilkan spora yg bentuk dan ukurannya sama, disebut homospor
atau isospor
k. Spora tumbuh menjadi protonema, selanjutnya tumbuh tumbuhan lumut yang
menghasilkan anteridium dan arkegonium. Apabila terjadi pembuahan terbentuklah
zigot yang akan tumbuh menjadi embrio, selanjutnya akan berkembang menjadi
sporogonium (selama hidupnya tetap tinggal pada gametofit), Di dalam
sporogonium terjadi reduksi akhirnya ternemtuk spora.
l. Apabila lingkungan tidak memenuhi syarat, maka dapat terjadi penyimpangan dari
siklus hidup yg normal, yaitu terjadi peristiwa :
- Apogami : terbentuknya sporofit tanpa melalui persatuan gamet, misalnya sel telur
yg tidak dibuahi tumbuh membentuk sporofit
- Apospori : terbentunya gametofit tanpa melalui pembentukan spora, misalnya
beberapa sel dari sporofit (mungkin bagian dinding sporogonium) dapat tumbuh
dan berkembang menjadi gametofit.
Tumbuhan lumut yang sudah dikenal manfaatnya sebagai obat-obatan
terbagi atas dua golongan yaitu lumut hati dan lumut daun. Beberapa tumbuhan
lumut tersebut antara lain:

1. Marchantia polymorpha dikenal juga dengan lumut hati, jenis tersebut


dapat digunakan sebagai obat hepatitis, menghilangkan racun akibat gigitan ular.

2. Conocephalum conicum, juga termasuk lumut hati, berfungsi sebagai


antibakteri, antifungi, mengobati luka bakar dan luka luar.

3. Frullania tamarisci, merupakan lumut hati yang dapat digunakan sebagai


obat antiseptik.

4. Fissidens japonicum, merupakan lumut daun, dapat digunakan untuk


membantu pertumbuhan rambut.

5. Rhodobryum giganteum, merupakan jenis lumut daun yang dapat


mengobati tekanan darah tinggi dan sebagai sedatif atau obat bius.

6. Cratoneuron filicinum, termasuk lumut daun yang mengandung senyawa


untuk mengobati penyakit jantung.

7. Haplocladium catillatum, merupakan lumut daun, yang berguna untuk


mengobati mengobati pneumonia.
Secara ringkas tumbuhan paku memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berbeda dengan tumbuhan lumut, tumbuhan paku sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati.
Oleh karena itu, tumbuhan paku termasuk kormophyta berspora.
2. Baik pada akar, batang, dan daun, secara anatomi tumbuhan paku sudah memiliki berkas
pembuluh angkut, yaitu xilem yang berfungsi mengangkut air dan garam mineral dari akar
menuju daun untuk proses fotosintesis, dan floem yang berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis
ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.
3. Habitat tumbuhan paku ada yang di darat dan ada pula yang di perairan serta ada yang hidupnya
menempel.
4. Pada waktu masih muda tumbuhan, biasanya daun tumbuhan paku menggulung dan bersisik.
5. Tumbuhan paku dalam hidupnya dapat bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan
gemmae dan reproduksi seksual dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina.
6. Dalam siklus hidup (metagenesis) tumbuhan paku terdapat fase sporofit, yaitu tumbuhan paku
sendiri.
7. Fase sporofit pada metagenesis tumbuhan paku memiliki sifat lebih dominan daripada fase
gametofitnya.
8. Tumbuhan paku memiliki klorofil sehingga cara hidupnya hidupnya fotoautotrof.
Tumbuhan Paku memiliki manfaat atau peranan antara lain :

1. Sebagai bahan baku pembuatan obat-obatan.


Beberapa jenis tumbuhan paku dimanfaatkan manusia sebagai bahan baku dalam membuat obat-
obatan. Jenis-jenis tumbuhan paku tersebut diantaranya adalah :
- Lycopodium clavatum
- Aspidium sp
- Dryopteris filix-mas

2. Sebagai sayur-mayur yang sehat


Beberapa jenis tumbuhan paku seperti Marsilea crenata (semanggi) dan Salvinia natans (paku
sampan atau kiambang) dapat dimanfaatkan sebagai sayuran yang memiliki nutrisi yang baik
untuk tubuh. Bisa dimakan langsung sebagai lalap atau pun dimasak sebagai sayur lodeh.

3. Sebagai Pupuk Hijau


Tumbuhan paku juga dapat kita manfaatkan untuk membuat pupuk hijau. Beberapa jenis
tumbuhan paku yang dipakai untuk membuat pupuk ini diantaranya adalah Azolla pinnata yang
bersimbiosis dengan anabaena azollae (gangang biru). Pupuk dari tumbuhan paku ini bisa
menyuburkan tanaman sebagai alternatif pengganti pupuk kimia.

4. Sebagai tanaman hias


Selain beberapa manfaat di atas, tumbuhan paku bisa juga dimanfaatkan sebagai sebuah tanaman
hias. Rumah anda bisa terlihat indah oleh tumbuhan paku jenis ini. Berikut adalah jenis
tumbuhan paku yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias.
Platycerium nidus (paku tanduk rusa)
Asplenium nidus (paku sarang burung)
Adiantum cuneatum (suplir)
Selaginella wildenowii (paku rane)
4.Bahan bangunan, contoh : Alsophila glauca
5.Alat pengosok / pembersih, , contoh : Equisetum debile

Campbell, Neil A. 2008. CAMPBELL (BIOLOGI). Erlangga. Jakarta


Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. TAKSONOMI TUMBUHAN. UGM Press. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai