Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

PEMBNGUNAN SISTEM EKONOMI SYARIAH DI KOTA


METRO

(study di badan perencanaan pembangunan daerah kota metro)


Proposal ini Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Metode Penelitian

Dosen Pengampu : Suraya Marcita Ningrum, M.SI

Disusun Oleh:

Nama : Wulan Suciani


NPM : 13104814
Kelas : E
Prodi : Ekonomi Syariah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI


JURAI SIWO METRO
Tahun Ajaran 2015 / 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ekonomi Islam merupakan suatu ilmu yang mempelajari ilmu Islam
secara multidimensi/interdisiplin, komprehensif, dan saling terintregasi, di
mana ilmu ini bersumber dari Alquran dan hadis, serta ilmu rasional (hasil
pemikiran dan pengalaman manusia).
Kenaikan harga bahan bakar minyak yang dialami oleh suatu negara
tidak hanya disebabkan terbatasnya sumber daya alam, melainkan karena
naiknya harga minyak dunia, dan tidak meratanya distribusi yang
menciptakan suatu ketidak adilan. Akibat dari kenaikan harga bahan bakar
minyak tersebut, masyarakat umumnya mencari tambahan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memperoleh tambahan tersebut
keuntungan merupakan motivasi utama, disadari atau tidak tindakan yang
dilakukan terkadang dapat merugikan orang lain.
Islam selalu mengedepankan norma dan etika untuk memperoleh
keuntungan agar setiap orang mencari nafkah dengan jalan halal. 1 Semua
sarana untuk mendapatkan kekayaan secara batil dilarang agar kehidupan
manusia memperoleh keadilan dan kesejahteraan. Karena itu ada beberapa
cara mendapatkan harta secara halal menurut hukum.
Kegiatan jual beli yang dilakukan di pasar terkadang disadari atau
tidak dapat mengakibatkan suatu penindasan golongan tertentu yang
diakibatkan dari suatu mekanisme pasar. Kebebasan dalam melakukan
kegiatan ekonomi yang tidak ada batasnya dapat merugikan golongan yang
lemah dan kaum minoritas.2 Persaingan yang sangat bebas menyebabkan
golongan yang kuat kedudukannya bertambah lagi. Ketidak adilan seperti ini
banyak terjadi di berbagai wilayah di Indonesia.
Sejak bergantinya pemerintahan Soekarno dan masuknya pengaruh
kapitalis liberal di era tahun 1967, Pemerintah telah menaikkan harga BBM
sebanyak 31 kali dalam kurun waktu 47 tahun. Pada tanggal 22 Juni 2013

1 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Insani Press, 1997), h. 99.

2 Sudono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, (Jakarta: PT. Raja Grlindo Persada,
2000), h. 45.

2
Presiden SBY menaikkan harga BBM jenis premium Rp 2.000 per liter
menjadi 6.500 per liter.3 Dan pada tanggal 18 November 2014 Presiden Joko
Widodo menaikkan harga BBM sebesar Rp2.000 per liter, menjadi Rp8.500
untuk premium.4
Menjelang kenaikan harga bahan bakar minyak di atas oknum-oknum
penimbun mulai beraksi, fenomena ini seolah sudah menjadi tradisi dalam
setiap kenaikan harga BBM dan merata di seluruh Indonesia. Ada beberapa
faktor yang mendorong masyarakat melakukan penimbunan bahan bakar
minyak seiring naiknya bahan bakar minyak nasional. Masyarakat bahkan
rela memodifikasi kendaraan pribadinya demi aksi menimbun BBM tersebut.
Penimbunan merupakan perilaku ekonomi yang merugikan orang lain,
terlebih dengan sengaja menyimpan bahan kebutuhan pokok yang
mengakibatkan kelangkaan komoditas di pasar sehingga harga barang
menjadi naik lebih mahal.5 Pedagang mengetahui bahwa harga bahan bakar
minyak (BBM) yang ditimbun akan mengalami kenaikan dalam waktu dekat,
sehingga masyarakat menimbun sebanyak-banyaknya dan menjualnya
kembali dengan harga yang tinggi.
Penimbunan secara mutlak dilarang, dan hukumnya haram, karena ada
larangan tegas di dalam hadist diriwayatkan oleh Muslim dari Mamar, bahwa
Nabi SAW. bersabda:

:

( ))

Artinya: Dari Said bin Amrin al Asasyaiyyi, berkata juga Hatim


bin Ismail, dari Muhammad bin Ajlani, dari Muhammad bin Amrin bin
Atho, dari Said bin Musayyib, dari Mamar bin Abdullah, Rasulullah SAW

3 http://m.okezone.com/ di akses pada 31 Oktober 2015

4 http://nasional.kompas.com/ di akses pada 31 Oktober 2015

5 Dwi Suwikyo, Ayat-ayat Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 30

3
bersabda: Tidak menimbun melainkan orang yang bersalah (berdosa). (HR.
Muslim
Larangan dalam hadist tersebut adanya tuntutan untuk meninggalkan
penimbunan. Dari sinilah, maka hadist tersebut menunjukkan haramnya
melakukan penimbunan. Penimbunan itu dilakukan hanya untuk keuntungan
pribadi tanpa memperdulikan kepentingan orang lain.
Penimbunan bahan bakar minyak (BBM) biasanya dilakukan para
penimbun dalam waktu dekat, barang yang akan mereka beli untuk dijual
kembali akan mengalami kenaikan harga. Dengan menahan barang yang turut
diikut sertakan dalam siklus ekonomi akan dapat mengakibatkan kelangkaan
bahan bakar minyak (BBM) di wilayah Kotagajah akan semakin membuat
harga bahan bakar minyak tersebut melambung tinggi.
Berdasarkan hasil pra-survey penelitian dilapangan tepatnya di
Kampung Kotagajah Timur Kecamatan Kotagajah Lampung Tengah, terdapat
delapan orang yang melakukan penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Peneliti diantaranya mewawancarai Bapak YS salah satu penimbun di
Kampung Kotagajah Timur Kecamatan Kotagajah Lampung Tengah. Beliau
melakukan bisnis ini ketika Pemerintah mengumumkan bahwa akan terjadi
kenaikan harga bahan bakar minyak nasional, menurut beliau ada beberapa
faktor yang mendorong untuk melakukan menimbunan bahan bakar minyak.
Berdasarkan hasil pra-survey dengan salah satu penimbun di Kampung
Kotagajah Timur Kecamatan Kotagajah Lampung Tengah, peneliti
mengetahui bahwa penimbun melakukan penimbunan bahan bakar minyak
setiap kali pemerintah akan menaikkan harga BBM, contohnya kenaikkan
BBM pada masa pemerintahan SBY tanggal 22 Juni 2013, ia melakukan
penimbunan tiga hari sebelum harga BBM mengalami kenaikkan, beliau
membeli di SPBU dengan harga Rp 4.500 per liter dan akan dijual kembali
sebesar Rp 8.000
Berdasarkan penelitian diatas bahwa ada beberapa faktor yang
mendorong para penimbun melakukan penimbunan. Mereka dapat menjual
dengan modal murah dan mendapatkan keuntungan banyak, persaingan yang

4
ketat dimasyarakat dan kurangnya pemahaman agama yang mereka ketahui.
Meskipun kenaikan harga bahan bakar minyak jarang terjadi, akan tetapi
peneliti berharap apabila terjadi kenaikan lagi di masa yang akan datang
masyarakat tidak lagi melakukan penimbunan.
Persoalan tersebut harus mendapat perhatian dan perlu pengkajian
lebih mendalam karena permasalahan tentang hal ini merupakan suatu hal
yang tidak baru, namun masih saja ada sebagian masyarakat yang tidak
bertanggung jawab dengan cara menimbun bahan bakar minyak (BBM).
Dari latar belakang masalah dan relita yang terjadi diatas, peneliti
tertarik untuk mengkaji lebih mendalam tentang faktor-faktor apa saja yang
mendorong penimbunan bahan bakar minyak (BBM) dalam perspektif
ekonomi Islam di Kampung Kotagajah Timur Kecamatan Kotagajah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
faktor-faktor apa sajakah yang mendorong penimbunan bahan bakar
minyak (BBM) dalam perspektif ekonomi Islam di Kampung Kotagajah
Timur Kecamatan Kotagajah Lampung Tengah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan dari peneliti ini
adalah:
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong para pedagang
melakukan penimbunan bahan bakar minyak (BBM) dalam perspektif
ekonomi Islam di Kampung Kotagajah Timur Kecamatan Kotagajah.

2. Manfaat Penelitian

5
Manfaat penelitian adalah apabila penelitian ini dapat dilaksanakan
dan permasalahannya dapat terjawab dengan baik maka hasil penelitian
ini setidak-tidaknya diharapkan berguna baik secara teoritis maupun
praktis.
a. Secara teoritis sebagai wahana untuk menerapakan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan serta menambah pengetahuan di
bidang ekonomi Islam.
b. Secara praktis diharapkan dapat berguna dan sebagai bahan masukan
bagi masyarakat yang melakukan penimbunan untuk mengetahui
sistem jual beli yang baik menurut Ekonomi Islam.

BAB II

6
KERANGKA TEORI

A. Penimbunan
1. Pengertian Penimbunan
Penimbunan barang dagang dalam khazanah ekonomi Islam
disebut dengan ihtikar. Ihtikar adalah penimbunan barang dagangan untuk
dijual pada saat tertentu sehingga mendapat keuntungan yang besar.6
Islam melarang penimbunan atau hal-hal yang menghambat
pendistribusian barang sampai kekonsumen. Menimbun adalah membeli
barang dalam jumlah yang banyak kemudian menyimpannya dengan
maksud untuk menjualnya dengan harga tinggi.
Penimbunan apabila dilakukan beberapa hari saja sebagai proses
pendistribusian barang dari produsen ke konsumen, maka belum dianggap
sebagai suatu yang membahayakan, namun bila bertujuan menunggu
saatnya naik harga, sekalipun hanya satu hari maka termasuk penimbunan
yang membahayakan dan tentu saja diharamkan.
Dengan demikian berdasarkan kutipan diatas dapat dipahami
bahwa yang dimaksud dengan penimbunan barang dagang adalah suatu
cara mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dengan jalan membeli
barang dan menahannya untuk dijual kembali pada saat terjadi kenaikan
harga barang, akibat dari kelangkaan barang di pasaran.
Apabila penimbunan dilakukan dan bertujuan untuk di konsumsi
diri sendiri maka hal tersebut bukan merupakan penimbunan yang
dilarang, asalkan barang yang di timbun tidak dijual kembali. Namun bila
bertujuan menunggu saatnya naik harga barang, sekalipun hanya satu hari
maka termasuk penimbunan yang membahayakan dan tentu saja
diharamkan.

2. Dasar Hukum Larangan Penimbunan Barang

6 Hulwati, Transaksi Saham Di Pasar Modal Indonesia Perspektif Hukum Ekonomi


Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), h. 26

7
Islam telah mengharamkan penimbunan barang dagang yang
merupakan salah satu dari dua unsur penopang kapitalis yang rakus dan
otoriter, unsur penopang kapitalisme yang lain yaitu riba.7 Akan semakin
fatal akibatnya jika penimbunan barang ini dilakukan secara kolektif
dimana pedagang barang-barang jenis tertentu bersekongkol untuk
melakukan penimbunan.
Penimbunan secara mutlak dilarang, dan hukumnya haram. Karena
ada larangan yang tegas di dalam hadist. Diriwayatkan oleh Muslim dari
Mamar, bahwa Nabi SAW, bersabda:
" :-
- :
( )
Artinya:Dari Umar bin Khattab berkata Rasulullah SAW
bersabda:Pedagang dilimpahi rezeki sedangkan penimbun dilaknat.
8
(HR. Ibnu Majah)
Dalam hadist ini jelas diisyaratkan oleh Nabi, bahwa perbuatan
menimbun barang dagang adalah perbuatan yang salah, salah dalam
pengertianya adalah menyimpang dari peraturan-peraturan jual
beli/perdagangan dalam sistem ekonomi islam yang bedasarkan Al
Quran dan Hadist. Sebab penimbunan barang itu sendiri akan menjurus
kearah ketamakan dan keburukan moral yang akan merugikan orang
banyak.
Al Quran juga menjelaskan bahwa manusia yang secara terang-
terangan memakan harta sesama secara batil dengan cara menimbun
dalam QS At-Taubah ayat 34-35, yang artinya:
:Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkan di jalan Allah, maka beritaulah kepada mereka (bahwa
mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskannya emas

7 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
hal. 189

8 Imam Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Tanpa tempat: Darurisalah al-Alamiyah, 2009),
jilid III, No 2154, h. 282

8
dan perak itu dalam neraka jahanam. Lalu dibakar denganya dahi
mereka. Lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan kepada mereka):
inilah harta bendamu yang kami simpan untuk dirimu sendiri, maka
rasakanlah sekarang akibat dari apa yang kamu simpan itu.
Dengan demikian, praktek penimbunan dalam segala hal
hukumnya haram. Tanpa dibedakan antara menimbun makanan pokok
manusia, hewan melata maupun yang lain. Tanpa dibedakan menimbun
makanan dan non makanan. Tanpa dibedakan antara benda yang
merupakan kebutuhan primer manusia ataupun sekunder dan tersier.
Menurut prinsip hukum Islam Barang apa saja yang dihalalkan
Allah untuk memilikinya, maka halal pula untuk menjadi objek penukaran
atau perdagangan. Demikian pula sebaliknya segala bentuk barang-
barang yang diharamkan untuk memilikinya, disamping itu terdapat pula
ketentuan hukum islam bahwa barang itu pada dasarnya adalah halal,
akan tetapi karena sikap dan perbuatanya yang dilakukan oleh para
pelaku, maka usaha tersebut menjadi haram.Seperti halnya penimbunan
Bahan Bakar Minyak (BBM).
Penimbunan merupakan pelanggaran hukum, ketentuan sanksi
penimbunan BBM terdapat pada UU No. 1 tahun 1953 Tentang Penetapan
UU Darurat Tentang Penimbunan Barang kemudian UU No. 22 tahun
2001 tentang Migas. Sanksi pidana sehubungan penimbunana BBM
adalah sekurang-kurangnya 6 tahun penjara (Pasal 5 UU No. 1 tahun
1953). Sementara, Pasal 53 UU No. 22 tahun 2001 tentang Migas
menyatakan setiap orang yang kedapatan melakukan penyimpanan BBM
tanpa izin usaha penyimpanan, dipidana 3 tahun penjara dan denda
maksimal 30 miliyar.9 Pemerintah akan melakukan pengumuman terlebih
dahulu apabila akan terjadi menaikkan harga BBM nasional, dalam
rentan waktu antara pengumuman sampai kenaikkan harga BBM yang
disampaikan pemerintah, banyak para sepekulan yang memanfaatkan

9 http://m.kompasiana.com/sanksi hukum penimbunan BBM/ di akses pada 31 oktober


2015

9
keadaan tersebut untuk melakukan penimbunan BBM. Kurangya
pengawasan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum memberikan
peluang bagi sepekulan untuk melakukan penimbunan BBM yang
mereka dapatkan dari SPBU dan dijual kembali kepada masyarakat.
Apabila pemerintah telah memutuskan untuk menaikkan harga BBM,
maka pemerintah pun harus memberikan jaminan agar tidak terjadi
penimbunan BBM.

3. Jenis-Jenis Penimbunan
Barang yang tidak boleh ditimbun adalah barang yang sangat
dibutuhkan oleh manusia, yakni:
1. Makanan Pokok
Rasulullah melarang menimbun barang pangan selama 40 hari,
pasar akan mengalami fluktuasi jika sampai 40 hari barang tidak ada,
tidak ada di pasar karena ditimbun, padahal masyarakat sangat
membutuhkanya. Bila penimbunan dilakukan beberapa hari saja
sebagai proses pendistribusian barang dari produsen ke konsumen,
maka belum dianggap sebagai suatu yang membahayakan, namun bila
bertujuan menunggu saatnya naik harga sekalipun hanya satu hari
maka termasuk penimbunan yang membahayakan dan tentu saja
diharamkan.10
a. Barang selain makanan pokok
Terdapat banyak hadist yang melarang menimbun, akan
tetapi hadis tersebut tidak mengkhususkan suatu barang yang pada
umumnya menyangkut kebutuhan pokok manusia, yang meliputi
sandang, pangan, dan lain-lain yang termasuk kebutuhan primer.
Dengan demikian, praktek penimbunan dalam segala hal
hukumnya haram. Tanpa dibedakan menimbun makanan pokok
manusia, tanpa membedakan menimbun makanan dan non

10 Ilfi Nur Diana, Hadis-Hadis Ekonomi, (Malang: UN-Maliki Press, 2012), h. 67

10
makanan, tanpa, dibedakan antara benda yang merupakan
kebutuhan primer manusia ataupun sekunder dan tersier. Hadis
yang melarang menimbun itu tidak mengkhususkan pada suatu
barang-barang yang pada umumnya menyangkut kebutuhan pokok
manusia.

4. Faktor-Faktor Yang Mendorong Terjadinya Penimbunan


a. Faktor Eksternal
1. Faktor Budaya
Budaya merupakan karakter masyarakat secara
keseluruhan. Dimana unsur budaya tersebut meliputi bahasa,
pengetahuan, hukum, agama, kebiasaan-kebiasaan, makan,
teknologi, dan ciri-ciri lainya yang dapat memberikan suatu arti
bagi kelompok tertentu. Dengan adanya budaya sangat
mempengaruhi sikap dan perilaku penduduk.11 Kebijakan
Pemerintah yang akan menaikan harga BBM memberikan dampak
yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat, kebiasaan untuk
menimbun BBM sudah begitu lekat di sebagian masyarakat kita,
seiring dengan kebijakan pemerintah yang akan menaikkan harga
BBM.
2. Referensi Kelompok
Referensi kelompok merupakan seorang figur atau sebuah
kelompok orang tertentu yang ada dalam suatu lingkungan
masyarakat yang dijadikan acuan atau rujukan oleh seorang atau
kelompok dalam membentuk pandangan tentang nilai sikap atau
sebagai pedoman berperilaku yang memiliki ciri-ciri khusus.
Dengan adanya seseorang yang melakukan penimbunan BBM dan
terbukti mendapatkan keuntungan yang banyak, sehingga banyak
masyarakat yang ikut melakukan penimbunan tanpa

11 Mulyadi Nitisusastro, Prilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan,


(Bandung: Alfabeta, 2012), h.84

11
memperdulikan hukum dari pada penimbunan yang sudah jelas
diharamkan.
3. Faktor Situasional
Orang barangkali berperilaku tidak etis dalam situasi tertentu
karena mereka tidak melihat jalan yang lebih baik.12 Kenaikkan
harga BBM yang akan dilakukan Pemerintah menyebabkan
masyarakat akan menimbun barang tersebut, tanpa
memperdulikan hukum ataupun akibat dari pada prilaku yang
mereka perbuat, kurangnya pengawasan oleh aparat penegak
hukum merupakan salah satu faktor yang dimanfaatkan oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dalam upaya
menimbun bahan bakar minyak.
a) Faktor Internal
1) Karena Untuk Memenuhi Kebutuhan Pokok
Keinginan yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Apabila tidak terpenuhi manusia tidak dapat
hidup. Disebut kebutuhan hidup seperti makanan, pakaian,
tempat bernaung (rumah), Semua itu akan terpenuhi jika
kita mempunyai uang untuk membeli.
2) Mendapatkan Keuntungan yang tidak Semestinya
Yakni tindakan menaikkan harga yang tidak wajar
menurut biasanya. Karena berdagang adalah mencari
keuntungan tidak mungkin melainkan dengan sedikit
menambah harga. Jika harga meningkat karena
penyembunyian harga pasar, maka itu kenaikan yang
dipaksakan serta tidak diizinkan. Sementara jika menaikan
harga tidak menyembunyikan harga pasar, tentu itu
merupakan keutamaan Allah atas diri penjual.

12 Rafik Issa Beekun, Etika Bisnis Islam, (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h.13

12
3) Kerakusan Manusia
Keinginan manusia bersifat tidak terbatas, selalu
ingin mendapatkan keinginan, meski keinginan satu sudah
tercapai, timbulah keinginan yang lain begitu seterusnya.
Sesungguhnya keinginan itu bertujuan untuk memuaskan
rentetan keinginanya tetapi semuanya tidak dapat memberi
kepuasan, tetapi semuanya itu tidak akan terjadi karena
keingananya selalu bertambah. Inilah yang dinamakan
manusia rakus dan selalu tidak sabar.
4) Minimnya Pengetahuan Agama.
Agama diartikan sebagai jalan hidup. Yakni bahwa
seluruh aktifitas lahir dan batin pemeluknya itu diatur oleh
agama yang dianutnya. Bagaimana kita makan, bagaimana
kita bergaul, bagaimana kita beribadah, dan sebagainya
ditentukan oleh aturan/tata cara agama.

B. Ekonomi Syariah
1. Pengertian Ekonomi Syariah
Menurut bahasa, ekonomi berasal dari bahasa yunani yaitu
aikonomia, yang terdiri atas dua kata yaitu aikos (rumah tangga) dan
nomos (aturan). Berarti ekonomi diartikan sebagai ilmu yang mengatur
rumah tangga. Di mana dalam rumah tangga tersebut mengatur tentang
tiga komponen yaitu:
a. Produksi yaitu memperbanyak kekayaan dan memelihara
keberadaanya.
b. Konsumsi yaitu mendayagunakan atau mengahabiskan barang.
c. Distribusi yaitu menyalurkan barang.13

13 Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah dalam Perspektif Kewenangan Peradilan


Agama, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 26

13
Menurut istilah, ekonomi Islam telah banyak dijelaskan oleh
beberapa pakar ekonomi diantaranya:
Menurut muhammad Abdul Mannan, mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh
nilai-nilai Islam.14
Menurut M. Umar Chapra yang dikutip oleh Abdul Manan,
ekonomi Islam didefinisikan sebagai sebuah pengetahuan yang membantu
upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi
sumber daya yang terbatas dan berada dalam koridor yang mengacu pada
pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu (leissez faire)
atau tanpa perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa
ketidakseimbangan lingkungan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat penulis pahami
bahwa ekonomi Islam adalah ilmu yang mencakup keseluruhan aspek
kehidupan manusia yang yang belandaskan hukum Islam yaitu Alquran
dan sunah yang bertujuan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat sehingga manusia mampu melaksanakan kewajibanya kepada
Tuhanya, kepada dirinya, kepada keluarganya, dan kepada sesama
manusia.
Ekonomi Islam bagi manusia adalah sebagai suatu kebutuhan
untuk melangsungkan kehidupanya, untuk dijadikan sarana penunjang
dan pelayan akidah dan risalahnya di mana ekonomi Islam merupakan
ekonomi yang memiliki pengawasan internal, yang ditumbuhkan oleh
iman di dalam hati seeorang muslim dan menjadikan pengawas bagi
dirinya. Sehingga hati nurani seorang muslim mengetahui mana yang
halal dilakukan dan mana yang haram untuk dilakukan.

14 Ibib.h.29

14
2. Landasan Hukum Ekonomi Syariah
Suatu ilmu pengetahuan tentunya mempunyai suatu landasan hukum agar
bisa dinyatakan sebagai sebuah bagian dari konsep pengetahuan,
demikian pula dengan ekonomi Islam. Sumber hukum yang diakui ahli
hukum Islam terdiri dari sumber hukum yang mutlak kebenaranya dan
sumber yang memungkinkan dilakukanya rekodifikasi yang mengikuti
perkembangan zaman. Ada beberapa dasar hukum yang menjadi landasan
pemikiran dan penentuan konsep ekonomi Islam sebagai berikut:
a. Kitab Suci Al-Quran
Alquran merupakan sumber hukum Islam yang abadi dan asli. Isi
dari Alquran adalah amanat sesunggguhnya yang disampaikan Allah
SWT melalui ucapan Nabi Muhammad SAW untuk membimbing umat
muslim. Al-quran diciptakan untuk memelihara hubungan erat manusia
dengan Tuhanya dan menjelaskan semua yang mungkin diperlukan untuk
memenuhi kehidupan sosial yang lengkap serta yang menjadi dasar pusat
perhatian Alquran adalah manusia dan perbaikanya.15 Diantaranya QS
AL-Baqarah ayat 275 dan QS AL-Maidah ayat 90.
Artinya: orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri
sendiri melainkan seperti brdirinya orang yang kemasukan setan karena
gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama
dengan riba. Padahal Allah mengahalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhan-nya, lalu dia
berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miiknya.
Dan urusanya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, msks
mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah
ayat 279).
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman sesungguhnya
minuman keras, berjudi, (berkurban untuk ) berhala, dan mengundi nasib
dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan

15 Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,
1997), h. 29-30

15
setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.
(QS AL-Maidah ayat 90)
b. Hadis dan Sunnah
Hadis merupakan cerita singkat yang berisi informasi mengenai
apa yang dikatakan oleh Nabi, diperbuat oleh Nabi, disetujui dan tidak
disetujui oleh Nabi atau informasi mengenai sahabat-sahabatnya. Hadis
ada yang shahih, hasan, dan dhaif.
Sementara sunnah adalah suatu fenomena praktik yang dilengkapi
dengan norma prilaku.
c. Ijma
Ijma merupakan suatu hukum baru yang timbul dari akibat adanya
perkembangan zaman, di mana ijma ini merupakan sumber yang paling
ampuh dalam memecahkan kepercayaan dan praktik rumit kaum
muslimin.
d. Ijtihad atau Qiyas
Ijtihad atau Qiyas merupakan aktifitas dari para ahli agama untuk
memecahkan masalah yang timbul di dalam masyarakat di mana masalah
itu tidak disebut secara rinci dalam hukum Islam dengan merujuk beberpa
ketentuan yang ada.

3. Nilai-Nilai Ekonomi Syariah


Nilai-nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk membangun teori-teori
ekonomi Islam rincianya:
a. Tauhid (Keesaan Tuhan)
Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam, hanyalah Allah yang patut
kita sembah dan hanya Allah pemilik hakiki dari langit dan bumi beserta
isinya.
b. Adl (keadilan)
Adil dapat diartikan sebagai tidak mendzalimi dan tidak terdzalimi.
Allah memberikan segala sumber daya kepada manusia demi untuk
kesejahteraan manusia secara adil dan baik.

16
c. Nubuwwah (Kenabian)
Allah menciptakan rasul sebagai suri tauladan yang baik bagi
manusia sebagai pelaku ekonomi dan bisnis pada khususnya. Rasul
diciptakan memiliki empat sifat yang patut dicontoh diantaranya sebagai
berikut:

4. Prinsip-prinsip Dasar Ekonomi Syariah


Prinsip dasar ekonomi syariah secara garis besar adalah ekonomi
Syariah merupakan suatu ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.
Atas dasar dan merujuk pada nilai-nilai dasar Islam inilah maka dalam
pelaksanaan ekonomi Islam tersebut dikenal dengan prinsip-prinsip
Ekonomi Islam yaitu:
a. Kehendak Bebas
Tuhan mempunyai kebebasan mutlak dan manusia diberi
kebebasan untuk bertindak. Tetapi kebebasan yang diberikan untuk
manusia tetap di padu oleh kebenaran mutlak kalam Allah dan Sunatullah.
b. Ketidaksamaan Ekonomi dalam Batas Wajar
Islam mengakui adanya ketidaksamaan ekonomi antar perorangan.
Islam tidak menganjurkan kesamaan dalam ekonomi, tetapi Islam
mendukung dan menganjurkan kesamaan sosial. Kesamaan sosial itu
membentuk keharmonisan dalam kehidupan manusia. Walaupun terhadap
sedikit perbedaan tersebut dalam batas-batas yang wajar, adil dan tidak
berlebih-lebihan.
c. Hak Terhadap Harta
Agama Islam mengakui adanya hak individu untuk memiliki suatu
harta. Walaupun begitu ia memiliki batasan tertentu agar kebebasan itu
tidak merugikan kepentingan masyarakat umum.

17
d. Kesejahteraan Individu dan Masyarakat
Islam mengakui adanya kesejahteraan individu dan kesejahteraan
masyarakat yang saling melengkapi satu dengan yang lainya, di mana
harus menghilangkan rasa saling bersaing dan bertentangan antar mereka.
Berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi syariah di atas dapat penulis
pahami bahwa adanya prinsip yang harus dipegang teguh oleh usahawan
muslim, sebagai dasar (pedoman) bertindak dalam melakukan muamalah
demi terjaganya kepentingan masing-masing individu dan kesejahteraan
demi terjaganya kepentingan masing-masing individu dan kesejahteraan
masyarakat serta sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT.

18
BAB III
METODE PENELITIAAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian


Jenis dan sifat penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research).
Penelitian lapangan adalah penelitian yang bertujuan mempelajari secara
intensif latar belakang dan keadaan sekarang dan interaksi lingkungan yang
terjadi pada suatu keadaan sosial.
Sesuai dengan judul dan fokus permasalahan yang diambil maka sifat
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-
pengukuran terhadap gejala tertentu, yang mengungkapkan suatu
permasalahan dengan keadaan apa adanya sehinga hanya merupakan
penyingkapan fakta.16 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha
mengungkapkan fenomena secara holistik dengan cara mendeproposalkannya
melalui bahasa non-numerik dalam konteks dan paradigm alamiah.17
Menurut Husain Umar yang dikutip oleh Herman Waristo deskriptif
adalah menggambarkan sifat sesuatu yang berlangsung pada saat penelitian
dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Berdasarkan
uraian di atas peneliti deskriptif dalam penyusunan proposal ini adalah
mengambarkan fakta apa adanya dengan cara sistematis, aktual dan akurat
mengenai faktor-faktor yang mendorong penimbunan bahan bakar minyak
dalam perspektif ekonomi Islam.

B. Sumber Data

16 Herman Warsito, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Gramedia,


1976), h. 3

17 Pedoman karya Ilmiah edisi revisi, STAIN Jurai Siwo Metro 2014, h.
20

19
Menurut Suharsimi Arikunto yang dimaksud dengan sumber data
dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. 18 Data merupakan
hasil pencatatan baik berupa fakta dan angka yang dijadikan bahan untuk
menyusun informasi. Berdasarkan penelitian di atas, peneliti menggunakan
beberapa sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
1. Sumber data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari
sumber data yaitu penimbun bahan bakar minyak di Desa Kotagajah
Timur oleh peneliti untuk tujuan khusus, dalam membahas faktor-faktor
yang mendorong penimbunan bahan bakar minyak dalam perspektif
ekonomi Islam.
2. Sumber data Sekunder adalah sumber penunjang. Sumber data sekunder
merupakan data yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku,
hasil penelitian, yang berwujud laporan, buku harian, majalah, koran,
makalah, internet dan lain-lain. Yang berkaitan dengan faktor-faktor yang
mendorong penimbunan BBM dalam persepektif ekonomi Islam.

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode-metode diantaranya sebagai berikut :
1. Metode Wawancara
Wawancara dalam sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara (Interview) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara.19
Peneliti menggunakan bentuk wawancara bebas terpimpin,
maksudnya adalah kebebasan dapat digali lebih dalam tentang sikap,
pendapat, perasaan dan keyakinan dari responden sedangkan terpimpin
diarahkan agar tetap terkontrol jalanya wawancara sesuai dengan yang

1818 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis,


(Yogyakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Edisi Revisi IV, h. 129.

19 Joko Subagio, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004 ), h. 102

20
direncanakan oleh peneliti. Adapun yang menjadi sasaran wawancara
adalah penjual yang melakukan penimbunan bahan bakar minyak.
Metode ini peneliti gunakan untuk mengetahui dan menggali informasi
sehingga diperoleh tentang faktor-faktor yang mendorong penimbunan
bahan bakar minyak dalam perspektif ekonomi Islam.
2. Metode Dokumentasi
Untuk mendapatkan bukti-bukti dalam penelitian dalam melaksanakan
metode dokumentasi, peneliti meneliti benda-benda tertulis seperti buku-
buku, dokumen, peralatan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.

D. Teknik Analisis Data


Adapun sifat penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk
membuat pemahaman (deskriptif) secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai situasi-situasi atau kejadian
Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif. Di
dalam metode kualitatif ini data yang diperoleh baik dari kepustakaan
maupun lapangan dikumpulkan dan diolah sedemikian rupa sehingga dapat
ditarik suatu kesimpulan, maka penelitian ini menggunakan cara berfikir
induktif.
Cara berfikir induktif adalahbertitik tolak dari khusus ke umum, lalu
diambil suatu kesimpulan secara umum. Dengan cara berfikir induktif,
peneliti dapat melihat permasalahan yang menyebabkan para pedagang kios
melakukan penimbunan BBM di Kampung Kotagajah Timur kec. Kotagajah
Lampung Tengah.

21
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti
Wakaf, 1997).

Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah dalam Perspektif Kewenangan


Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana, 2012)

Dwi Suwikyo, Ayat-ayat Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010).

Imam Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Tanpa tempat: Darurisalah al-Alamiyah,
2009), jilid III, No 2154.

Hulwati, Transaksi Saham Di Pasar Modal Indonesia Perspektif Hukum


Ekonomi Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001).

http://m.okezone.com/ di akses pada 31 Oktober 2015

http://nasional.kompas.com/ di akses pada 31 Oktober 2015

http://m.okezone.com/ di akses pada 31 Oktober 2015

http://nasional.kompas.com/ di akses pada 31 Oktober 2015

http://m.kompasiana.com/sanksi hukum penimbunan BBM/ di akses pada 31


oktober 2015

Mulyadi Nitisusastro, Prilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan,


(Bandung: Alfabeta, 2012).

Rafik Issa Beekun, Etika Bisnis Islam, (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004).

Sudono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, (Jakarta: PT. Raja Grlindo
Persada, 2000).

22
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Yogyakarta:
PT. Rineka Cipta, 2006).

Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Insani Press, 1997).

23

Anda mungkin juga menyukai