Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN DISKUSI

(FOCUS GROUP DISCUSSION)


Skenario 1 :
Pelanggaran Undang undang Veteriner

Asit

Disusun oleh :
Ferdinand Prayogo Cahyo Santoso
13/347252/KH/7716

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

A. Topik Diskusi
Pelanggaran Undang undang Veteriner

B. Tujuan Pembelajaran
A. Untuk mengetahui Undang undang dan Peraturan Veteriner menjadi
acuan hokum oleh dokter hewan Indonesia
B. Untuk mengetahui Undang undang RI No. 18 Tahun 2009 Tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan, Undang Undang RI No 41 Tahun 2014
Tentang perubahan Aras Undang Undang N. 28 Tahun 2009, dan Undang
UNdang RI No. 16 Tahun 1992 Tentang Karantina Hewan, ikan, dan
Tumbuhan.
C. Untuk mengetahui Keputusan Menteri Pertanian tentang Obat Hewan dan
CPOHB

C. Skema Pembelajaran

Skenario I

Keputusan Menteri Pertanian tentang Obat


Hewan dan CPOHB.

Legislasi Higiene Ilmu Penyakit Manajeme Ilmu Bedah Ilmu


veteriner Makana Organik n Dasar Reseptir
n Hewan Besar Kesehatan Farmasi
Hewan Vet
Kecil
Sinergi dan Integrasi antar mata kuliah untuk membangun pemahaman secara
lebih dalam dan komprehensif untuk mencapai kompetensi
D. Pembahasan
I. UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN VETERINER
1. Legislasi veteriner yang dapat menjadi acuan hukum oleh dokter hewan
Indonesia adalah :
1. Undang Undang Peternakan dan Kesehatan Hewan No. 18/2009,
2. OIE Guidelines on Veterinary Legislation
3. Necessary Components of National Animal Health Services under the SPS
-Agreement (WTO-FAO document, June 2001).
4. Undang-Undang No. 16 Tahun 1992. Tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan
2. Keempat legislasi tersebut adalah hukum utama yang sangat berkaitan dan
mengatur secara langsung tentang profesi veteriner di Indonesia.
Selain itu, dasar lain veteriner adalah
1. Undang -Undang obat keras (staatblad 1949 No. 419).
2. Undang-Undang No. 6 Tahun 1976.
3. Peraturan Pemerentah No. 17 tahun 1973.
4. Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1977.
5. Keputusan Presiden RI No. 12 /m/tahun 1971
6. Keputusan Presiden RI No.44 jis 45 dan No. 47 tahun 1979

II. UNDANG-UNDANG VETERINER


Pasal dan ayat yang dihapus :
Pasal 1
9. Benih jasad renik adalah mikroba yang dapat digunakan untuk kepentingan
industri pakan dan/atau industri biomedik veteriner.
17. Kastrasi adalah tindakan mencegah berfungsinya testis dengan jalan
menghilangkan atau menghambat fungsinya.
20. Ternak lokal adalah ternak hasil persilangan atau introduksi dari luar yang
telah dikembangbiakkan di Indonesia sampai generasi kelima atau lebih yang
teradaptasi pada lingkungan dan/atau manajemen setempat.
33. Biomedik adalah penyelenggaraan medik veteriner di bidang biologi
farmasi, pengembangan sains kedokteran, atau industri biologi untuk kesehatan
dan kesejahteraan manusia.
44. Teknologi kesehatan hewan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
pengembangan dan penerapan ilmu, teknik, rekayasa, dan industri di bidang
kesehatan hewan.
Pasal 85
(4) Besarnya denda sebagaimana dimaksud pada huruf e dikenakan kepada
setiap orang yang: a. menyembelih ternak ruminansia kecil betina produktif
paling sedikit sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan paling banyak
sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah); b. menyembelih ternak ruminansia
besar betina produktif paling sedikit Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan
paling banyak sebesar Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah); dan c.
melanggar selain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b paling
sedikit Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah). (5) Besarnya denda sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) ditambah 1/3 (sepertiga) dari denda tersebut jika pelanggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pejabat yang berwenang atau korporasi.
Pasal 96
Ketentuan praktik kedokteran hewan dan ketentuan veteriner yang belum
cukup diatur dalam UndangUndang ini akan diatur tersendiri dengan undang-
undang.
III. PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT HEWAN YANG BAIK
1. Ketentuan Umum
Cara Pembuatan Obat Hewan Yang Baik (CPOHB) menyangkut seluruh
aspek produksi dan pengendalian mutu serta bertujuan untuk menjamin
agar produk obat hewan yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan
mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya
1. Landasan Umum
a) Pada pembuatan obat hewan, pengawasan menyeluruh adalah
sangat esensial untuk menjamin bahwa konsumen hanya
mempergunakan obat hewan yang bermutu tinggi. Pembuatan
secara sembarangan tidak dapat dibenarkan bagi obat hewan
yang digunakan untuk menyelamatkan atau memulihkan atau
memelihara kesehatan hewan.
b) Obat hewan tidak cukup hanya sekedar lulus dari serangkaian
pengujian, tetapi yang sangat penting adalah mutu obat hewan
harus dibentuk kedalam produk tersebut. Mutu obat hewan
tergantung pada bahan awal, proses pembuatan dan
pengawasan mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan
personalia yang terlibat dalam pembuatan obat hewan.
c) Untuk menjamin mutu suatu obat hewan tidak boleh
mengandalkan hanya pada suatu pengujian tertentu saja.
Semua obat hewan yang dibuat hendaklah dibuat dalam
kondisi yang dikendalikan dan dipantau dengan cermat.
d) CPOHB ini merupakan pedoman yang bertujuan untuk
memastikan agar sifat dan mutu obat hewan yang dihasilkan
sesuai dengan yang dikehendaki, bila perlu dapat dilakukan
penyesuaian syarat bahwa standar mutu obat hewan yang
telah ditentukan tetap dicapai.
2. Definisi
a) Bahan Awal
Semua bahan baku dan bahan pengemas yang digunakan
dalam produksi obat hewan.
b) Bahan Baku
Semua bahan, baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat,
yang berubah maupun tidak berubah, yang digunakan dalam
pengolahan obat hewan walaupun tidak semua bahan tersebut
masih terdapat didalam produk ruahan.
c) Bahan Pengemas
Semua bahan yang dipakai dalam proses pengemasan produk
ruahan untuk menghasilkan produk jadi.
d) Batch
Sejumlah obat hewan yang berasal dari suatu proses produksi
dalam waktu yang sama.
e) Brosur
Lembaran yang terbuat dari kertas atau bahan lainnya yang
memuat penandaan secara lengkap dari suatu obat hewan
yang disertakan pada wadah atau bungkus luar atau diedarkan
tersendiri.
f) Sampel Representatif
Sampel yang menggambarkan secara tepat suatu lot atau
batch atau sejumlah bahan yang diambil sampelnya.
g) Diluluskan/Memenuhi Syarat
Status bahan atau produk yang dizinkan untuk digunakan pada
pengolahan, pengemasan atau distribusi.
h) Ditolak/Tidak memenuhi Syarat
Status bahan atau produk yang tidak dizinkan untuk digunakan
pada pengolahan, pengemasan atau distribusi.
i) Dokumentasi
Seluruh prosedur, instruksi dan catatan tertulis yang
berhubungan dengan pembuatan obat hewan.
j) Etiket
Tulisan langsung pada wadah atau bungkus yang memuat
penandaan obat hewan dan ditempelkan langsung pada wadah
atau bungkus luar obat hewan.
k) Hasil Nyata Produksi
Jumlah yang sebenarnya dihasilkan pada setiap tahap produksi
suatu produk obat hewan tertentu dari sejumlah bahan awal
yang dipakai.
l) Hasil Standar Produksi
Jumlah yang telah dibakukan oleh produsen yang hendaknya
dicapai pada tiap tahap produksi suatu produk obat hewan
tertentu.
m) Hasil Teoritis produksi
Jumlah yang dihasilkan pada tiap tahap pembuatan produk
tertentu, dihitung berdasarkan jumlah komponen yang
digunakan, apabila tidak terjadi kehilangan atau kesalahan
selama pembuatan.
n) Karantina Pabrik
Status bahan atau produk yang dipisahkan secara fisik atau
dengan sistem tertentu menunggu keputusan hasil
pemeriksaan apakah suatu bahan atau produk dapat atau tidak
dapat digunakan untuk pengolahan, pengemasan atau
distribusi.
o) Lot
Bagian tertentu dari suatu batch yang memiliki sifat dan mutu
yang seragam dalam batas yang telah ditetapkan. Apabila
suatu produk obat hewan diproduksi degan proses terus
menerus, lot berarti suatu bagian tertentu yang dihasilkan
dalam suatu satuan waktu atau satuan jumlah sedemikian rupa
sehingga menjamin bagian ini memiliki sifat dan mutu yang
seragam dalam batas yang telah ditetapkan.
p) Nomor batch
Penandaan yang terdiri dari angka atau huruf atau gabungan
keduanya, yang merupakan tanda pengenal sejumlah obat
hewan yang berasal dari produksi dalam waktu yang sama,
yang memungkinkan penelusuran kembali riwayat lengkap
pembuatan obat hewan tersebut, termasuk tahap-tahap
produksi, pengawasan dan distribusi.
q) Nomor Lot
Penandaan yang terdiri dari huruf atau angka tertentu atau
gabungan keduanya yang merupakan tanda pengenal suatu
lot, yang memungkinkan penelusuran kembali riwayat lengkap
pembuatan lot tersebut termasuk tahap-tahap produksi,
pengawasan dan distribusi.
r) Obat Hewan
Obat hewan yang khusus dipakai untuk hewan.
s) Obat Hewan Jadi
Suatu produk obat hewan yang telah melalui seluruh tahap
proses pembuatan obat hewan.
t) Pembuatan
Proses kegiatan pengolahan, pencampuran dan pengubahan
untuk bahan baku obat hewan.
u) Pengawasan Dalam Proses
Pemeriksaan danpengujian yang dilembagakan dan
dilaksanakan selama proses pembuatan obat hewan, termasuk
pemeriksaan dan pengujian terhadap lingkungan dan
peralatan.
v) Pengawasan Mutu
Semua upaya pengawasan yang dilakukan selama pembuatan
dan dirancang untuk menjamin agar produk obat hewan
senantiasa memenuhi spesifikasi, identitas, kemurnian,
keamanan dan potensi serta karakteristik lain yang telah
ditetapkan.
w) Pengemasan
Bagian siklus produksi yang dilakukan terhadap produk ruahan
untuk menghasilkan obat hewan jadi.
x) Pengolahan
Bahian dari siklus produksi mulai dari penerimaan bahan baku
sampai dengan untuk menghasilkan produk ruahan.
y) Produksi
Semua kegiatan pembuatan mulai dari penerimaan bahan
awal, pengolahan sampai dengan pengemasan untuk
menghasilkan obat hewan jadi.
z) Produk Antara
Tiap bahan atau campuran bahan yang masih memerlukan satu
atau lebih tahap pengolahan lebih lanjut untuk menjadi produk
ruahan.
aa) Produk Ruahan (Bulk)
Tiap bahan yang telah selesai diolah dan tinggal memerlukan
pengemasan untuk menjadi obat hewan jadi.
bb) Ruang Steril atau Ruangan Steril
Ruang atau ruangan yang memiliki kondisi lingkungan tertentu,
yang pencemaran debu dan mikrobanya terkendalikan. Ruang
atau ruangan tersebut dibangun, diperlengkapi dan digunakan
sedemikian rupa untuk mengurangi masuknya, tumbuhnya
atau tertahannya cemaran mikroba.
cc) Sanitasi
Segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya
kondisi yang memenuhi syarat kesehatan.
dd) Spesifikasi Bahan
Pemberian suatu bahan awal, produk antara, produk ruahan
atau obat hewan jadi mengenai sifat-sifat kimia, fisik dan
biologi. Spesifikasi tersebut menyatakan standar dan toleransi
yang diperbolehkan yang biasanya dinyatakan secara deskriptif
dan numerik.
ee) Sterilisasi
Inaktifasi atau penguranganjasad renik hidup sampai batas
yang dapat diterima, yang dilakukan dengan cara yang sesuai.
ff) Tanggal Kadaluwarsa
Tanggal yang menyatakan bahwa sebelum tanggal tersebut
suatu batch atau lot tertentu masih memenuhi spesifikasi
standar mutu yang disyaratkan.
gg) Tanggal Pembuatan
Tanggal yang menunjukkan selesainya proses pembuatan suatu
batch tertentu.
hh) Validasi
Suatu tindakan pembuktian dengan cara sesuai bahwa tiap
bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan
akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.
2. Bahan Awal
3. Lokasi dan Bangunan
Lokasi dan bangunan hendaklah memadai, sehingga setiap risiko
terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan pelbagai kesalahan lain yang
dapat menurunkan mutu obat hewan, dapat dihindarkan. Bangunan untuk
pembuatan obat hewan hendaklah memiliki ukuran, rancangan, konstruksi
serta letak yang memadai agar memudahkan dalam pelaksanaan kerja,
pembersihan dan pemeliharaan yang baik
4. Pengaturan Ruangan
1. Rancang bangun dan penataan gedung hendaklah
memenuhi peryaratan persyaratan.
2. Ruangan pengolahan produk steril hendaklah dipisahkan
dari ruangan produksi lain serta dirancang dan dibangun
secara khusus
5. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat hewan hendaklah
memiliki rancang bangun dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai
serta ditempatkan dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap
produk obat hewan terjamin secara seragam dari batch ke batch, serta
untuk memudahkan pembersihan dan perawatannya.
1. Rancang bangun dan konstruksi
2. Pemasangan dan Penempatan
3. Pemeliharaan
6. Personalia
Jumlah Tenaga Ahli dan Karyawan di semua tingkatan hendaklah cukup
serta memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan
tugasnya. Mereka hendaklah juga memiliki kesehatan mental dan fisik yang
baik sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara profesional dan
sebagaimana mestinya. Mereka hendaklah mempunyai sikap dan kesadaran
tinggi untuk mewujudkan tujuan CPOHB
1. Organisasi, Kualifikasi dan Tanggung jawab
2. Latihan
3.
7. Sanitasi dan Higiena
Tingkat sanitasi dan higiena yang tinggi hendaklah ditetapkan pada
setiap aspek pembuatan obat hewan. Ruang lingkup sanitasi dan higiena
meliputi personalia, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi
serta wadahnya, dan setiap hal yang dapat merupakan sumber pencemaran
produk. Sumber pencemaran hendaklah dihilangkan melalui program
sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu
1. Personalia
a) Semua karyawan hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan,
baik sebelum diterima menjadi karyawan maupun selama
menjadi karyawan. Karyawan yang bertugas sebagai pemeriksa
visual hendaklah menjalani pemeriksaan mata secara berkala.
b) Semua karyawan hendaklah menerapkan higiena perorangan
yang baik hendaklah mereka dilatih mengenai penerapan
higiena perorangan. Semua karyawan yang berhubungan
dengan proses pembuatan hendaklah memperhatikan tingkat
higiena perorangan yang tinggi.
c) Tiap karyawan yang pada suatu ketika mengidap suatu
penyakit atau menderita suatu luka terbuka, yang dapat
merugikan kualitas produk, hendaklah dilarang menangani
bahan baku, bahan pengemas, bahan yang sedang dalam
proses dan obat hewan jadi sampai dia sembuh kembali.
d) Semua karyawan hendaklah diperintahkan dan didorong untuk
melaporkan kepada atasannya langsung tiap keadaan (pabrik,
peralatan atau personalia) yang menurut penilaian mereka
dapat merugikan produk.
e) Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan
dengan bahan baku, produk antara dan produk ruahan.
f) Untuk keamanan sendiri dan untuk menjamin perlindungan
produk dari pencemaran, karyawan hendaklah mengenakan
pakaian pelindung badan yang bersih termasuk penutup
rambut yang bersih, seragam yang kotor hendaklah disimpan
dalam wadah tertutup sampai saat pencucian. Kain lap
pembersih yang kotor, yang dapat dipakai kembali, hendaklah
disimpan dalam wadah tertutup sampai saat pencucian.
g) Hanya petugas yang berwenang sajalah yang diperbolehkan
memasuki bangunan dan fasilitas yang dinyatakan sebagai
ruangan terbatas.
h) Karyawan hendaklah diinstruksikan supaya mencuci tangan
sebelum memasuki ruangan produksi. Untuk tujuan itu perlu
dipasang poster yang sesuai.
i) Merokok, makan, minum, mengunyah, meletakan tanaman
atau menyimpan makanan, minuman, bahan untuk merokok
dan obat pribadi hanya diperbolehkan di ruangan tertentu dan
dilarang dalam ruangan produksi, laboratorium, ruangan
penyimpanan dan ruangan lain yang mungkin merugikan mutu.
j) Prosedur higiena perorangan termasuk persyaratan untuk
mengenakan pakaian pelindung, hendaklah diberlakukan bagi
semua orang yang memasuki ruangan produksi, baik bagi
mereka yang bekerja tetap ataupun sementara maupun bagi
non karyawan yang berada di ruangan perusahaan, misalnya
karyawan kontraktor, pengunjung, staf pimpinan perusahaan
dan inspektur.
k) Persyaratan khusus untuk pembuatan obat hewan steril
dicakup dalam butir 8.7.8 dan 8.7.9.

2. Bangunan
a) Gedung yang digunakan untuk pembuatan obat hewan
dirancang dan dibangun dengan tepat untuk memudahkan
pelaksanaan sanitasi yang baik.
b) Toilet hendaklah tersedia dalam jumlah yang cukup dengan
ventilasi yang baik dan tempat cuci tangan bagi karyawan yang
letaknya mudah dicapai dari ruangan kerja.
c) Hendaklah disediakan fasilitas yang memadai untuk
penyimpanan pakaian kerja dan pakaian milik pribadinya
ditempat yang tepat.
d) Bak pencuci hendaklah ditempatkan di luar ruangan steril. Bila
dipasang didalam ruangan steril, hendaklah mutunya layak dan
dilengkapi dengan suatu sistem yang mencagah terjadinya
luapan air dan air yang dialirkan ke bak pencuci
sekurangkurangnya memenuhi baku mutu air minum.
e) Penyiapan, penyimpanan dan konsumsi makanan serta
minuman hendaklah dibatasi diruangan khusus, misalnya
ruang makan. Fasilitas ini hendaklah memenuhi standar
kebersihan.
f) Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk. Sampah hendaklah
dikumpulkan didalam wadah yang sesuai untuk dipindahkan ke
tempat penampungan di luar bangunan dan sering dibuang
secara aman dan mengindahkan persyaratan kebersihan.
g) Rodentisida, insektisida, bahan fumigasi dan bahan pembersih
tidak boleh mencemari peralatan, bahan baku, bahan
pengemas, bahan dalam proses ataupun obat hewan jadi.
h) Hendaklah ada prosedur tertulis yang menunjukan penanggung
jawab sanitasi serta menguraikan dengan rinci mengenai
jadwal, metoda, peralatan dan bahan pembersih yang harus
digunakan maupun fasilitas-fasilitas yang harus dibersihkan.
Prosedur tertulis ini hendaklah dipatuhi.
i) Persyaratan khusus untuk pembuatan obat hewan steril
dicakup dalam butir 8.7.1.1.

3. Peralatan
a) Setelah digunakan peralatan hendaklah dibersihkan baik
bagian luar maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi
yang bersih. Sebelum dipakai kebersihannya diperiksa lagi
untuk memastikan bahwa seluruh produk atau bahan dari
batch sebelumnya telah dihilangkan.
b) Pembersihan dengan cara vakum atau cara basah lebih
dianjurkan. Udara bertekanan dan sikat hendaklah digunakan
dengan hati-hati dan sedapat mungkin dihindari karena
menambah risiko pencemaran produk.
c) Pembersihan dan penyimpanan peralatan yang dapat
dipindahpindahkan dan penyimpanan bahan pembersih
hendaklah dilakukan dalam ruangan yang yang terpisah dari
ruangan pengolahan.
d) Prosedur tertulis yang cukup rinci untuk pembersihan dan
sanitasi peralatan dan wadah yang digunakan dalam
pembuatan obat hewan hendaklah dibuat serta ditaati.
Prosedur ini hendaklah dirancang dengan tepat agar
pencemaran peralatan oleh bahan pembersih dan sanitasi
dapat dicegah. Prosedur ini sekurang-kurangnya meliputi
penanggungjawab pembersihan, jadwal, metoda, peralatan dan
bahan yang dipakai dalam pembersihan serta metoda
pembongkaran dan perakitan kembali peralatan yang mungkin
diperlukan memastikan terlaksananya pembersihan yang
cermat. Jika perlu prosedur juga meliputi sterilisasi peralatan,
penghilang identifikasi batch sebelumnya serta perlindungan
peralatan yang telah bersih terhadap pencemaran sebelum
digunakan.
e) Catatan mengenai pelaksanaan pembersihan, sanitasi,
sterilisasi dan inspeksi sebelum penggunaan peralatan
hendaklah disimpan.

4. Validasi dan Keandalan Prosedur


Prosedur Sanitasi dan higiena hendaklah divalidasi dan dievaluasi
secara berkala untuk memastikan bahwa hasil penerapan prosedur
yang bersangkutan cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan
8. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan yang dapat menjamin senantiasa menghasilkan obat hewan
yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan
1. Validasi Proses
2. Pencemaran
3. Sistem Penomoran Batch dan Lot
4. Penimbangan dan Penyerahan
5. Pengembalian
6. Pengolahan
7. Produk Steril
8. Pengemasan
9. Produk pilihan, Sisa Produk dan Obat Hewan Jadi yang dikembalikan
dari Gudang Pabrik
10.Karantina Pabrik Obat Hewan Jadi dan Penyerahan ke Gudang Obat
Hewan Jadi
11.Pengawasan Distribusi Obat Hewan Jadi
12.Penyimpanan Bahan Awal, Produk Antara. Produk Ruahan
dan Obat Hewan Jadi
9. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu adalah bagian yang esensial dari cara pembuatan obat
hewan yang baik agar tiap obat hewan yang dibuat memenuhi persyaratan
mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Rasa keterikatan dan
tanggung jawab semua unsur dalam semua rangkaian pembuatan adalah
mutlak untuk menghasilkan obat hewan yang bermutu mulai dari saat obat
hewan dibuat sampai pada distribusi obat hewan jadi. Untuk keperluan
tersebut harus ada bagian pengawasan mutu yang berdiri sendiri
1. Ketentuan Umum
2. Laboratorium pengujian
a) Bangunan
b) Personalia
c) Peralatan
d) Pereaksi dan Media Pembiakan
e) Baku Pembanding
f) Spesifikasi dan Prosedur Pengujian
g) Catatan Pengujian
3. Validasi
4. Pengawasan terhadap Bahan Awal, Produk Antara, Produk
Ruahan dan Obat Hewan Jadi
a) Spesifikasi
b) Pengambilan Sampel
c) Pengujian
d) Pengawasan Lingkungan
e) Pengawasan Dalam Proses
f) Pengawasan Pengemasan
g) Pengujian Ulang Bahan atau Obat Hewan Jadi Yang Telah
Disetujui
5. Prosedur produksi dan Perubahannya
6. Peninjauan Catatan Batch Produksi
7. Pemeriksaan Stabilitas
8. Laboratorium Luar
9. Penilaian Terhadap Pemasok

E. Kesimpulan

Pembuatan Obat Hewan harus mengikuti prosedur yang benar menurut


hukum
Kesalahan kesalahan dalam pembuatan obat hewan harus di minimal
mungkin
Membuat obat hewan harus sesuai prosedur agar mendapatkan obat hewan
yang layak dan terpercaya
Pihak pihak yang membuat atau mengedarkan tanpa ada dasar hokum yang
jelas dapat di kenai sanksi berdasarkan hokum yang berlaku
Dokter hewan memiliki peran yang sangat penting dalam pembuatan obat
hewan

F. Manfaat pembelajaran ( Learning Outcome )

A. Mahasiswa mampu mengetahui fUndang undang dan Peraturan


Veteriner menjadi acuan hokum oleh dokter hewan Indonesia
B. Mahasiswa mampu mengetahui mengetahui Undang undang RI No. 18
Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Undang Undang
RI No 41 Tahun 2014 Tentang perubahan Aras Undang Undang N. 28
Tahun 2009, dan Undang UNdang RI No. 16 Tahun 1992 Tentang
Karantina Hewan, ikan, dan Tumbuhan.
C. Mahasiswa mampu mengetahui mengetahui Keputusan Menteri Pertanian
tentang Obat Hewan dan CPOHB

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1992. Undang Republik Indonesia No. 16 tahun 1992 tentang Hewan,
Ikan, dan Tumbuhan
Anonim. 2009. Undang Undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2006 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan
Anonim. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No. 18 tahun 2009
Anonim. 2016. Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 466/Kpts/TN.260/V/99. Tentang
Pedoman Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik

Anda mungkin juga menyukai