2. Pencegahan Leptospirosis
Penyediaan logistik di sarana kesehatan, koordinasi dengan pemangku kepentingan dan sektor
terkait, penemuan dini penderita dan pelayanan pengobatan yang tepat di puskesmas dan rumah
sakit melalui penyuluhan masyarakat tentang tanda-tanda penyakit, resiko kematian serta
tatacara pencarian pertolongan.
Upaya pencegahan terhadap penyakit Leptospirosis dengan cara sebagai berikut :
1. Melakukan kebersihan individu dan sanitasi lingkungan antara lain mencuci kaki, tangan
dan bagian tubuh lainnya setelah bekerja di sawah.
2. Pembersihan tem pat penyimpanan air dan kolam renang.
3. Pendidikan kesehatan tentang bahaya, cara penularan penyakit dengan melindungi
pekerja beresiko tinggi dengan penggunaan sepatu bot dan sarung tangan, vaksinasi terhadap
hewan peliharaan dan hewan ternak.
4. Pemeliharaan hewan yang baik untuk menghindari urine hewan-hewan tersebut terhadap
masyarakat.
5. Sanitasi lingkungan dengan membersihkan tempat-tempat habitat sarang tikus.
6. Pemberantasan rodent bila kondisi memungkinkan.
Surveilans Ketat Pada KLB
1. Pengamatan perkembangan jumlah kasus dan kematian leptospirosis menurut lokasi
geografis dengan melakukan surveillans aktif berupa data kunjungan berobat, baik register
rawat jalan dan rawat inap dari unit pelayanan termasuk laporan masyarakat yang kemudian
disajikan dalam bentuk grafik untuk melihat kecenderungan KLB.
2. Memantau perubahan faktor risiko lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan
habitat rodent (banjir, kebakaran, tempat penampungan pengungsi, daerah rawa dan gambut).
Sistem Kewaspadaan Dini KLB
1. Pemantauan terhadap kesakitan dan kematian leptospirosis.
2. Pemantauan terhadap distribusi rodent serta perubahan habitatnya, banjir
3. Pemantauan kolompok risiko lainnya, seperti petani, pekerja perkebunan, pekerja
pertambangan dan selokan, pekerja rumah potong hewan, dan militer
http://www.indonesian-publichealth.com/epidemiologi-leptospirosis-2/