akibatkan oleh gaya endogen (tektonik atau struktur geologi) dan oleh pengaruh
geomorfologi itu akan selalu meninggalkan bekasnya atau jejaknya yang tampak
nyata pada setiap bentuk lahan dan setiap proses geomorfologi yang berkembang
dan berjalan terus akan mempunyai karakteristik bentuk dari lahan tertentu .
Van Zuidam (1978), menyatakan bahwa proses eksogen dan endogen yang
terjadi pada masa lalu merupakan fakor-faktor yang dominan dalam pembentukan
bentang alam.
ada pada daerah pemetaan serta aspek-aspek pengontrolnya. Dalam bahasan bab
II-1
II-2
GEOMORFOLOGI
Pemetaan.
Pematangsiantar terbagi dalam lima (5) satuan fisiografi, yaitu : Depresi Toba
(Toba Depression ), Dataran tinggi selatan toba (The Toba Plateu S of Lake Toba),
Pegunungan asahan (The Asahan Kualu Mountains), Dataran Tinggi timur laut
toba (The Toba Plateu NE of Lake Toba), Dataran aluvial bagian timur (The
Gambar 2.1 Peta pembagian fisiografi lembar Pematangsiantar M.C.G. CLARKE (1982),
dan pada kotak merah merupakan fisiografi daerah pemetaan yaitu di zona
fisiografi Pegunungan asahan kualu.
perbukitan, dengan elevasi tertinggi 500 meter diatas permukaan laut dan elevasi
di bagi berdasarkan atas bentuk bentang alam yang di bentuk oleh proses
karst, dataran, delta, gurun, dan glacial. Kemudian masing-masing bentuk bentang
alam tersebut dibagi kedalam satuan bentuk muka bumi yang lebih detail. Setiap
satuan mempunyai ciri dan kenampakan relief yang khas, baik kemiringan lereng,
tersebut pada umumnya di sebabkan oleh tingkat kekerasan batuan atau resistensi
batuan dan keseragaman batuan atau kondisi material penyusun batuan dari
daerah tersebut.
Dataran Alluvial.
Bentuk satuan geomorfik pegunungan sesar pada daerah pemetaan yaitu berupa
daerah yang memilki elevasi ketinggian antara 50 sampai 500 mdpl, terlihat dari
peta topografi memiliki kontur yang rapat dan dilihat juga dari penampang
pada Barat Laut Barat Daya daerah pemetaan. Ciri-ciri satuan geomorfik
pegunungan sesar pada daerah pemetaan di perlihatkan oleh adanya struktur sesar
memiliki perbedaan ketinggian yang menonjol antara bidang yang naik (Foot
Foto 2.1. Kenampakan Satuan Geomorfik Pegunungan Sesar yang di perlihatkan oleh adanya
Triangular Facet pada pos pengamatan IV.3
Foot wall
Hanging Wall
Foto 2.2 Kenampakan Satuan Geomorfik Pegunungan Struktur Sesar yang di perlihatkan oleh
adanya bagian Foot wall yang naik dan Hanging wall bagian turunnya
Dalam peta topografi kontrol struktur terhadap bentuk morfologi didukung pada
luas 45% dari seluruh luas daerah pemetaan, yang meliputi daerah Siamporik,
ini dicirikan dengan kenampakan di lapangan berupa bentuk lahan yang relatif
memiliki kontur yang sangat jarang. Ketinggian satuan morfologi ini berkisar dari
Sebaran satuan geomorfik dataran alluvial ini diperkirakan memiliki luas 55%
dari seluruh luas daerah pemetaaan, yang meliputi daerah Siamporik, Pamingke,
Sungai merupakan wadah atau tempat berkumpulnya air yang berasal dari air
hujan yang kemudian dialirkan ke tempat yang lebih rendah dan berakhir di
danau, laut, ataupun sungai yang lebih besar. Sungai bermula dari proses erosi
lembah, kemudian berkembang erosi alur. Dimensi erosi alur dikontrol oleh
erodibilitas tanah (kemampuan tanah terkena erosi) dan biasanya terjadi pada
tanah berbutir halus. Erosi alur berkembang selanjutnya menjadi suatu parit
(gully) dengan kedalaman dan lebar 0,5 5 m hingga jurang (ravine, > 5 m), dan
Pembahasan yang akan dikemukakan tentang sungai pada daerah pemetaan yaitu
meliputi tentang pola pengaliran sungai, stadia sungai, dan genetik sungai, serta
aspek-aspek pengontrolnya.
kenampakan jalur-jalur pengaliran pada suatu daerah yang dibentuk oleh anak
pola dasar (basic patern), pola ubahan (modified basic patern), dan gabungan
pola aliran sungai akan membawa kita kepada informasi mengenai struktur
geologi dan proses yang terjadi yang mengendalikan suatu bentang alam.
Pola pengaliran dikontrol oleh litologi dan struktur geologi yang berkembang.
pembentukan pegunungan.
Rectangular Anostomatic
Trellis Distributeri
Sub Parallel
Multi Basinal Contorted Directional Trellis
Recurved Trellis
Howards (1967), maka pola pengaliran daerah pemetaan yaitu pola Rektangular,
Pola aliran Rektangular dibentuk oleh salah satu sungai utama yaitu Sungai
A.Sahala dan A.Bulusoma serta anak-anak sungai lainnya. (Lampiran Peta Pola
Pengaliran).
Gambar 2.4. Pola Aliran Sungai Rektangular terdapat pada daerah pemetaan
Stadia sungai adalah tingkat pertumbuhan dari sungai tersebut. Prinsip dasar
dalam penentuan stadia sungai yaitu dengan mengamati bentuk morfologi lembah
sungai dan ciri-cirinya. Menurut Arthur D. Howard, (1967) , stadia sungai dibagi
menjadi tiga bagian yaitu sungai stadia muda, sungai stadia dewasa, dan sungai
vertikal terhadap horizontal dimana erosional itu dikontrol oleh tingkat resistensi
batuan dan gradient aliran sungai. Hal tersebut menyebabkan perubahan bentang
alam yang meliputi bentuk morfologi lembah sungai seperti V untuk ciri sungai
Pada saat menentukan stadia sungai suatu daerah, maka sangat erat kaitannya
dengan proses pelarutan, denudasional, dan stadia sungai yang telah terbentuk.
Stadia erosi juga akan menentukan stadia geomorfologi suatu daerah. Hal ini
semua dapat ditafsirkan dari ciri-ciri morfologi, sub-satuan morfologi, pola aliran
Mengacu pada hal di atas berdasarkan kenampakan bentuk morfologi yaitu bentuk
lembah yang dihasilkan oleh erosi dan dikaitkan dengan tingkat resistensi batuan,
maka stadia sungai yang terdapat di daerah pemetaan dibagi menjadi 2 (dua),
Lobeck (1939), mengemukakan sungai stadia muda ini dicirikan oleh dataran
yang masih tinggi dengan lembah sungai yang relatif curam dimana erossi vertikal
lebih dominan dan kondisi geologi masih orisinil dengan penampang lembah
Sungai stadia muda pada daerah pemetaan ditandai dengan masih banyak terdapat
banyaknya jeram pada aliran sungai, seperti yang terlihat pada Foto 2.3 Sungai
stadia muda pada daerah pemetaan dijumpai pada daerah kongsi enam, serta
anakanak sungai lainnya yang menuju sungai utama. Air yang mengalir pada
sungai ini pada umumnya masih jernih. Sungai sungai ini berada pada satuan
Foto 2.3. Sungai Stadia Muda yang berada tepat di kongsi enam pada pos pengamatan III.6
Sungai stadia dewasa pada daerah pemetaan seperti yang terdapat pada sungai A.
Bulusoma, ditandai dengan adanya beberapa ciri sungai stadia dewasa seperti
terdapatnya daerah dataran banjir, meander, dan kecepatan arus air berkurang,
aliran air yang bergerak perlahan dan terdapatnya gundukan hasil pengendapan
Foto 2.4. Sungai Stadia dewasa yang berada tepat di sungai A. Bulusoma pada pos
pengamatan III.4
geologi maupun litologi batuan disekitar daerah aliran sungai. Genetika sungai
Sungai mengalir searah dengan kemiringan awal daerah kubah, pegunungan blok
Sungai yang mengalir sepanjang jurus perlapisan batuan dan membentuk lembah
Sungai yang mengalir berlawan arah dengan sungai konsekuen. Biasanya pendek-
pendek dengan gradien tajam dan merupakan sungai musiman yang mengalir pada
Sungai yang mengalir searah kemiringan lapisan batuan dan searah sungai
consequent).
2.3.3.5. Sungai insekuen
Sungai yang tidak jelas pengendaliannya tidak mengikuti struktur batuan dan tidak
jelas mengikuti kemiringan lapisan batuan. Pola alirannya umumnya dendritik dan
Hasil dari pengamatan aliran sungai terhadap kemiringan lereng, yang dapat
diamati pada peta aliran sungai memperlihatkan aliran sungai beserta anak anak
sungai pada daerah pemetaan secara umum terdapat dua (2) genetika sungai yaitu