Anda di halaman 1dari 19

1

PERILAKU BULLYING PADA SISWA


SMP NEGERI 1 JATINANGOR

Nita Prawitasari
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor 45363


nitaprawitasari@gmail.com

Abstrak
Salah satu aksi kekerasan yang paling sering terjadi di sekolah adalah
perilaku bullying. Perilaku bullying merupakan bentuk kekerasan baik secara
fisik, verbal ataupun psikologis yang dilakukan secara berulang-ulang dan bersifat
menyerang. Di SMP Negeri 1 Jatinangor, berdasarkan data yang didapatkan,
terlihat bahwa siswa lebih banyak melakukan perilaku kekerasan dibandingkan
dengan MTS Maarif dan SMP PGRI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran perilaku bullying pada siswa SMP Negeri 1 Jatinangor.
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 103 orang yang merupakan siswa kelas VII
dan VIII di SMP Negeri 1 Jatinangor yang diambil menggunakan teknik total
sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
dimodifikasi dari materi perilaku bullying. Hasil pengujian validitas diperoleh
sebanyak 15 item yang valid dan hasil pengujian reliabilitas menunjukan nilai
Alpha Cronbach yaitu 0,790. Data yang didapatkan dianalisis dengan statistik
deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sebanyak 103 siswa yang
melakukan perilaku bullying, sangat sedikit dari siswa (24,2%) melakukan
perilaku bullying secara fisik, sangat sedikit dari siswa (21,9%) melakukan
perilaku bullying secara verbal, dan sangat sedikit dari siswa (16,2%) melakukan
perilaku bullying psikologis.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diharapkan pihak sekolah dapat terus
meningkatkan pelaksanaan kegiatan pembinaan, serta pengawasan terhadap
adanya perilaku bullying yang lebih membahayakan dan menjadikan kegiatan-
kegiatan konseling disekolah untuk memfasilitasi pengembangan kemampuan diri
yang lebih baik.

Kata Kunci: perilaku bullying, SMP Negeri 1 Jatinangor, siswa kelas VII-VIII
2

Abstract

One of the most frequent violence in schools is bullying behavior. Bullying


behavior is a form of violence whether physical, verbal, or psychological that
were offensive and done repeatedly. In SMP Negeri 1 Jatinangor, based on the
data obtained, it appears that the students more often doing violence compared
with MTS Maarif and SMP PGRI. The purpose of this study is to describe the
bullying behavior on students of SMP Negeri 1 Jatinangor.
This study used descriptive quantitative approach. Subjects in this study
numbered 103 people who are students grade VII and VIII in SMP Negeri 1
Jatinangor that recruited using a total sampling technique. Data were collected
using questionnaires that has been modified based on the bullying behavior
theory. Validity test results obtained 15 items were valid and reliability test results
showed the value of Alpha Cronbach was 0,790. Data were analyzed with
descriptive statistic.
The results showed that of the total 103 students who did the bullying
behavior, very few of students (24.2%) do physical bullying, very few of students
(21.9%) do verbal bullying and very few of students (16.2%) do psychological
bullying.
Based on the results, it is expected the school to improving the
implementation of development activities as well as the supervision of the bullying
behavior and make school counseling activities to facilitate the development of
the ability of self better.

Key Words: bullying behavior, SMP Negeri 1 Jatinangor, students grade VII-VIII

PENDAHULUAN berbagai sekolah negeri maupun


Kasus kekerasan disekolah swasta di Amerika Serikat dan
yang dikenal dengan istilah bullying hasilnya menyebutkan bahwa lebih
semakin marak dan semakin sering dari 16% murid sekolah di Amerika
ditemui baik melalui media cetak Serikat mengaku mengalami bullying
maupun media elektronik. National oleh murid lain (SEJIWA, 2008). Di
Institute for Children and Human Indonesia, berdasarkan hasil
Development (NICHD) memaparkan penelitian yang dilakukan oleh LSM
hasil surveinya di majalah Journal of Plan International dan International
the American Medical Association Center Research on Women (2015)
tahun 2001, survei ini dilakukan pada menunjukkan bahwa terdapat 84%
15.686 siswa kelas 6 hingga 10 di
3

anak yang mengalami kekerasan di perilaku yang mengintimidasi dan


sekolah. mendiskriminasikan korbannya
Perilaku bullying merupakan seperti mencibir, mengucilkan,
tindakan negatif yang dilakukan memandang dengan sinis,
secara berulang oleh sebagian siswa memelototi, memandang penuh
atau sekelompok siswa yang bersifat ancaman, mendiamkan, meneror
menyerang karena adanya lewat pesan pendek, memandang
ketidakseimbangan kekuatan antara yang merendahkan.
pihak yang terlibat (Olweus, 2002). Perilaku bullying dapat
Menurut SEJIWA (2008), perilaku disebabkan oleh beberapa faktor.
bullying dapat dikelompokkan Menurut Hover, dkk (dalam
menjadi tiga, yaitu secara fisik, Simbolon, 2012) faktor penyebab
verbal, dan psikologis. Secara fisik terjadinya bullying adalah faktor
melalui perilaku yang dilakukan internal dan faktor eksternal. Faktor
secara langsung dari pelaku kepada internal berupa karakteristik
korban seperti memukul, menarik kepribadian, kekerasan yang dialami
baju, menjewer, menjambak, sebagai pengalaman masa lalu, dan
menendang, menyenggol dengan sikap keluarga yang memanjakan
bahu, mendorong, menampar, anak sehingga tidak membentuk
menimpuk, menginjak kaki, kepribadian yang matang. Faktor
mencubit, meludahi, memalak, eksternal yang menyebabkan
melempar dengan barang, kekerasan yaitu lingkungan dan
menghukum dengan berlari lapangan, budaya.
menghukum dengan cara push up. Bagi sebagian siswa,
Secara verbal melalui perkataan atau fenomena bullying tidak terlalu
kalimat yang bersifat merendahkan menjadi masalah besar. Bullying
diri seseorang seperti membentak, dianggap sebagai bagian dari proses
meledek, mencela, memaki-maki, sosialisasi atau pergaulan antar teman
menghina, menjuluki, meneriaki, di sekolah (Astuti, 2008). Padahal,
mempermalukan di depan umum, bullying dapat menimbulkan dampak
menyoraki, menebar gosip, dan yang serius bagi korban baik dalam
memfitnah. Secara psikologis melalui jangka pendek maupun jangka
4

panjang. Prasetyo (2011) rehabilitatif yaitu melakukan


menyebutkan dampak dalam jangka penyuluhan dan memberikan
pendek dapat menimbulkan perasaan pendidikan untuk pengenalan dan
tidak aman, takut pergi ke sekolah, pencegahan atau pengendalian
merasa terisolasi, perasaan harga diri masalah kesehatan (Effendy, 1998
yang rendah, depresi atau stress yang &MacKenzie & Ross, 2013).
dapat berakhir dengan bunuh diri, dan Penelitian ini dilakukan di
dampak jangka panjangnya dapat SMP Negeri 1 Jatinangor yang
menderita masalah gangguan berlokasi di Jalan Raya Bandung-
emosional dan perilaku. Sedangkan Sumedang Km. 22 Cisaladah RT
bagi pelaku, dampaknya yaitu sering 01/07 Desa Hegarmanah Kecamatan
terlibat dalam perkelahian, resiko Jatinangor, Kabupaten Sumedang.
mengalami cedera akibat perkelahian, Lokasi tersebut dipilih sebagai tempat
dan yang terparah adalah menjadi penelitian karena Jatinangor terkenal
pelaku tindak kriminal (Priyatna, dengan kawasan pendidikan. Disebut
2010). dengan kawasan pendidikan karena
Bullying berdampak besar banyaknya kampus-kampus yang
bagi keadaan psikologis korban. Oleh berada di Jatinangor. Keberadaan
karena itu, peran perawat sangat kampus-kampus tersebut dengan
dibutuhkan dalam membantu korban kehadiran mahasiswa yang memadati
bullying. Perawat selaku tenaga lingkungan di Jatinangor, membawa
profesional harus berkolaborasi baik pengaruh terhadap lingkungan
dengan keluarga maupun dengan sekitarnya seperti perubahan sosial
pihak sekolah dalam megatasi dan nilai-nilai pada warga Jatinangor
masalah bullying sehingga dapat termasuk salah satunya yaitu anak-
memaksimalkan perannya sebagai anak atau siswa yang bersekolah di
konselor dan edukator. Hal ini daerah tersebut. Lingkungan dan
berkaitan dengan peran dan fungsi permasalahan perilaku anak memiliki
perawat dalam upaya pelayanan keterkaitan. Anak rentan terpengaruh
kesehatan utama yang berfokus pada oleh perilaku mahasiswa dalam
preventif dan promotif tanpa pergaulan sehari-hari nya seperti
meninggalkan peran kuratif dan perilaku kekerasan atau bullying.
5

Selain itu, lingkungan di kawasan siswa dengan rincian 10 orang suka


tersebut juga terlihat cukup padat dan mengejek, memberi julukan nama,
kumuh dengan berbagai rumah dan menghina, dan mengolok-olok
kos-kosan. temannya, enam orang sering
Berdasarkan hasil studi memukul, menendang dan meludahi,
banding yang dilakukan di sekolah- dan lima orang lainnya pernah
sekolah yang berdekatan dengan mengucilkan dan mengadu domba
kampus UNPAD Jatinangor, dari temannya yang lain. Berdasarkan data
buku catatan penanganan kasus BP yang didapatkan dari masing-masing
dan kesiswaan tahun ajaran sekolah tersebut, dapat dilihat bahwa
2015/2016 di SMP PGRI, didapatkan siswa yang paling banyak terlibat
data siswa yang bermasalah yaitu yaitu siswa SMP Negeri 1 Jatinangor.
sebanyak 18 siswa dengan rincian Peneliti melakukan skrining
tujuh orang suka mengejek dan terhadap siswa kelas VII dan VIII di
menghina temannya, 10 orang pernah SMP Negeri 1 Jatinangor.
memukul, mencekik, meludahi, Berdasarkan hasil skrining tersebut,
bahkan memalak temannya yang lain, menunjukkan bahwa sebanyak 103
dan seorang lagi pernah mengucilkan orang siswa yang melakukan perilaku
temannya. Dari data MTS Maarif, bullying. Perilaku bullying dapat
didapatkan sebanyak 16 siswa yang terjadi dikarenakan kurangnya
bermasalah dengan rincian lima orang pengawasan serta bimbingan dari
siswa tersebut sering mengejek guru dan orang tua yang merupakan
temannya yang memiliki kekurangan, faktor anak bebas melakukan bullying
10 orang siswa terlibat dalam tanpa adanya kontrol yang baik.
perkelahian dan seorang lagi pernah Selain itu, dilihat dari segi
mengucilkan temannya. Di MTS keperawatan, tidak adanya perawat
Maarif, diberlakukan sanksi jika kesehatan di sekolah yang seharusnya
siswa melakukan perilaku tidak baik mengawasi berbagai aspek baik dari
dan siswa harus membuat perjanjian segi fisik, emosional maupun sosial
agar tidak melakukannya lagi. siswa dapat meningkatkan perilaku
Sedangkan di SMP Negeri 1 kekerasan di sekolah tersebut.
Jatinangor didapatkan sebanyak 21
6

METODE PENELITIAN SMP Negeri 1 Jatinangor dan


Penelitian ini merupakan mendapatkan nilai alfa-cronbach
penelitian deskriptif kuantitatif. 0.79. Selain itu, dilakukan pengujian
Penelitian ini dilakukan terhadap 103 validitas melalui uji content validity
siswa yang melakukan perilaku dengan cara melakukan konsultasi
bullying dan merupakan siswa kelas kepada dosen Fakultas Keperawatan
VII dan VIII di SMP Negeri 1 Universitas Padjadjaran dan uji
Jatinangor. Sampel ditentukan dengan construct validity yang menghasilkan
teknik total sampling. Pengumpulan sebanyak 15 item pernyataan yang
data dilakukan menggunakan valid. Analisis data menggunakan
kuesioner yang dikembangkan rumus mean yang kemudian dilihat
berdasarkan aspek bullying yaitu presentase nya menggunakan rumus
fisik, verbal dan psikologis menurut distribusi frekuensi. Penelitian
referensi SEJIWA (2008). Instrumen dilakukan pada bulan Juni 2016 di
telah diujicobakan kepada 29 siswa SMP Negeri 1 Jatinangor.

HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden


Berdasarkan penelitian yang Berikut tabel distribusi
dilakukan pada siswa SMP Negeri 1 frekuensi karakteristik siswa SMP
Jatinangor, didapatkan hasil sebagai Negeri 1 Jatinangor yang melakukan
berikut. perilaku bullying.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Siswa SMP Negeri 1 Jatinangor (n=103)


Karakteristik Frekuensi Presentas
(F) e(%)
Kelas
VII 36 35,0
VIII 67 65,0

Usia
12 tahun 7 6,8
13 tahun 41 39,8
14 tahun 47 45,6
15 tahun 8 7,8
7

Jenis Kelamin
Laki-laki 65 63,1
Perempuan 38 36,9

Berdasarkan Tabel 1 diketahui Perilaku Bullying pada Siswa SMP


bahwa sebagian besar siswa Negeri 1 Jatinangor
merupakan siswa kelas VIII (65,0%). Berikut ini merupakan tabel
Hampir setengah dari siswa dalam distribusi frekuensi berdasarkan nilai
penelitian ini berusia 14 tahun mean dan standar deviasi perilaku
(45,6%) dan sebagian besar siswa bullying pada siswa SMP Negeri 1
berjenis kelamin laki-laki (63,1%). Jatinangor:

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perilaku Bullying pada Siswa SMP Negeri 1 Jatinangor

Perilaku Bullying Frekue Presen Mea Std.Deviati


nsi tase(% n on
(F) )
Fisik 63 24,2 8,00 1,435
Verbal 57 21,9 6,76 1,240
Psikologis 42 16,2 7,26 1,111
(n=103)

Berdasarkan tabel 2, diketahui yaitu 42 orang melakukan perilaku


bahwa sangat sedikit dari siswa bullying psikologis.
(24,2%) yaitu 63 orang melakukan Adapun gambaran perilaku
perilaku bullying fisik, sangat sedikit bullying berdasarkan karakteristik
dari siswa (21,9%) yaitu 57 orang responden, disajikan dalam tabel
melakukan perilaku bullying verbal, sebagai berikut:
dan sangat sedikit dari siswa (16,2%)

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku Bullying Berdasarkan Karakteristik


Responden (n=103)
Perilaku Bullying
Karakteristik Fisik Verbal Psikologis
F % F % F %
Kelas
VII 29 28,2 30 29,1 27 26,2
VIII 61 59,2 60 58,3 49 47,6

Jenis Kelamin
Laki-laki 57 55,3 56 54,4 50 48,5
Perempuan 33 32,0 34 33,0 26 25,2
8

Berdasarkan tabel 3, diketahui


bahwa sebagian besar dari siswa laki-
laki melakukan perilaku bullying fisik
(55,3%), sedangkan hampir setengah

dari siswa perempuan melakukan


perilaku bullying verbal (33,0%).
Adapun kejadian perilaku
bullying dapat dilihat di tabel berikut:
9

Frekuensi Presentase(
Berdasarkan tabel 4, diketahui ingin(F) membalas %)orang yang
Pernah
bahwa Membully
hampir setengah dari siswa membully yaitu 7 orang (2,7%) dan
Ya 103 39,6
Tidak
mengakui pernah melakukan bullying 157 dari siswa 60,4
sangat sedikit membully
yaitu 103Membully
Tempat orang (39,6%). Hampir untuk mendapatkan perhatian yaitu 6
Depan kelas 18 6,9
setengah dari
Ruang kelas siswa yaitu 101 orang orang (2,3%).
87 Selain itu,
33,5 sangat
(38,8%) membully teman sekelasnya sedikit dari siswa membully temannya
Orang yang dibully
Teman
dan sekelassetengah
hampir dari siswa 101
karena perilaku 38,8
atau penampilannya
Lain-lain: Semuanya 4 1,5
melakukan bullying di ruang kelas berbeda dengan yang lain seperti
Alasan Membully
yaitu 101 gendut
Bertubuh orang (33,5%). Alasan pendiam yaitu
6 11 orang2,3(4,2%),
Hanya iseng 67 25,8
siswa membully
Kelakuannya aneh temannya kelakuannya8 aneh yaitu 3,1
8 orang
Pendiam
bermacam-macam. Hampir setengah 11bertubuh gendut
(3,1%), dan 4,2yaitu 6
Untuk mendapatkan perhatian 6 2,3
Lain-lain:
dari siswa Membalas
membullyorang yang
karena membully
hanya 7
orang (2,3%). Adapun2,7analisis
Tabel 4. Kejadian Perilaku Bullying Pada Siswa SMP Negeri 1 Jatinangor
iseng yaitu 67 orang (25,8%). Sangat masing-masing item pernyataan dari
sedikit dari siswa membully karena perilaku bullying, dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5. Pernyataan Perilaku Bullying Fisik
No. Pernyataan Mean Std.Deviation
1. Saya mencubit teman saya ketika saya merasa 1,75 0,606
kesal atau tanpa alasan yang jelas.
2. Saya mendorong teman saya dengan sengaja. 1,71 0,536
3. Saya menendang teman saya dengan sengaja. 1,24 0,431
4. Saya menginjak kaki teman saya dengan 1,55 0,590
sengaja.
5. Saya melempar dengan barang seperti buku, 1,75 0,555
pensil, atau penghapus kepada teman saya
Berdasarkan tabel 5 dapat barang seperti buku, pensil atau
diketahui bahwa rata-rata skor penghapus kepada teman saya yang
tertinggi dengan nilai mean 1,75 yaitu dapat berarti bahwa jenis perilaku
terdapat pada item pernyataan "Saya bullying fisik yang paling sering
mencubit teman saya ketika saya terjadi pada siswa SMP Negeri 1
merasa kesal atau tanpa alasan yang Jatinangor adalah mencubit dan
jelas" dan Saya melempar dengan melempar dengan barang.

Tabel 6. Pernyataan Perilaku Bullying Verbal


No. Pernyataan Mea Std.Deviati
n on
10

1. Saya memanggil teman saya 2,00 0,816


dengan nama julukan
(contoh:cabe-cabean).
2. Saya meneriaki teman yang tidak 1,20 0,428
saya sukai di depan umum.
3. Saya membuat atau menyebarkan 1,44 0,605
gosip tentang teman saya.
4. Saya menghina teman yang lebih 1,04 0,194
miskin dari saya.
5. Saya memfitnah teman yang tidak 1,08 0,269
saya sukai.
Berdasarkan tabel 6 diketahui gosip tentang teman saya dengan
bahwa item pernyataan dengan rata- nilai mean 1,44 yang berarti bahwa
rata skor tertinggi adalah "Saya jenis perilaku bullying verbal yang
memanggil teman saya dengan nama paling sering terjadi pada siswa SMP
julukan (contoh: cabe-cabean) Negeri 1 Jatiangor adalah memanggil
dengan nilai mean 2,00 dan pada item dengan nama julukan dan membuat
Saya membuat atau menyebarkan atau menyebarkan gosip.
Tabel 7. Pernyataan Perilaku Bullying Psikologis
No. Pernyataan Mea Std.Deviat
n ion
1. Saya mengancam teman yang 1,33 0,473
tidak mau menuruti perintah saya.
2. Saya memandang teman dengan 1,24 0,494
memelototi teman yang berani
melawan saya.
3. Saya mengajak teman saya yang 1,31 0,561
lain untuk tidak bermain dengan
teman yang tidak saya sukai.
4. Saya mengabaikan teman yang 1,77 0,528
berbicara dengan saya.
5. Saya ikut mengucilkan teman yang 1,61 0,581
dianggap aneh oleh teman-teman
saya yang lain.
Berdasarkan tabel 7 dapat ikut mengucilkan teman yang
diketahui bahwa item dengan rata-rata dianggap aneh oleh teman-teman saya
yang lain dengan nilai mean 1,61
skor tertinggi yaitu terdapat pada item
yang berarti bahwa jenis perilaku
pernyataan "Saya mengabaikan teman
bullying psikologis yang paling sering
yang berbicara dengan saya" dengan
terjadi pada siswa SMP Negeri 1
nilai mean 1,77 dan pada item Saya
11

Jatinangor adalah mengabaikan dan


mengucilkan.

PEMBAHASAN menghukum dengan berlari lapangan,


Di SMP Negeri 1 Jatinangor, menghukum dengan cara push up
terdapat sebanyak 103 siswa yang (SEJIWA, 2008). Jenis perilaku
melakukan perilaku bullying. Perilaku bullying fisik yang paling banyak
bullying merupakan tindakan negatif terjadi di SMP Negeri 1 Jatinangor
yang dilakukan secara berulang oleh adalah dengan cara mencubit dan
sebagian siswa atau sekelompok melempar dengan barang (dapat
siswa yang bersifat menyerang karena dilihat pada tabel 5). Siswa cenderung
adanya ketidakseimbangan kekuatan melakukan perilaku bullying fisik, hal
antara pihak yang terlibat (Olweus, ini disebabkan karena anak usia
2002). Dalam hal ini, siswa yang sekolah cenderung untuk meniru
melakukan perilaku bullying perilaku orang lain disekitarnya
merupakan siswa yang memiliki walaupun itu bertentangan dengan
kekuasaan dan kekuatan yang lebih peraturan orang tua dan peraturan
untuk menyakiti temannya yang lain. sekolah (Hurlock, 2008).
Untuk perilaku bullying fisik, Untuk perilaku bullying
pada tabel 2 menunjukkan bahwa verbal, pada tabel 2 menunjukkan
sangat sedikit dari siswa (24,2%) bahwa sangat sedikit dari siswa
yaitu 63 orang melakukan perilaku (21,9%) yaitu 57 orang melakukan
bullying secara fisik. Perilaku perilaku bullying secara verbal.
bullying fisik merupakan perilaku Perilaku bullying verbal merupakan
yang dilakukan secara langsung oleh perilaku yang dilakukan melalui
pelaku bullying kepada korban seperti perkataan atau kalimat yang bersifat
memukul, menarik baju, menjewer, merendahkan diri seseorang seperti
menjambak, menendang, menyenggol membentak, meledek, mencela,
dengan bahu, mendorong, menampar, memaki-maki, menghina, menjuluki,
menimpuk, menginjak kaki, meneriaki, mempermalukan di depan
mencubit, meludahi, memalak, umum, menyoraki, menebar gosip,
melempar dengan barang, dan memfitnah (SEJIWA, 2008).
12

Jenis perilaku bullying verbal yang yang dia rasakan, apa saja yang dia
paling banyak terjadi di SMP Negeri tidak sukai (Olweus, 2002).
1 Jatinangor adalah dengan cara Untuk perilaku bullying
memanggil dengan nama julukan dan psikologis dilihat dari tabel 2, sangat
membuat / menyebarkan gosip (dapat sedikit dari siswa (16,2%) yaitu 42
dilihat pada tabel 6). Hal ini orang melakukan perilaku bullying
disebabkan karena semakin luasnya psikologis. Perilaku bullying
pergaulan anak maka akan semakin psikologis merupakan perilaku yang
banyak pembendaharaan kata yang mengintimidasi dan
dia dapatkan namun anak usia mendiskriminasikan korbannya
sekolah belum bisa menyaring mana seperti mencibir, mengucilkan,
yang boleh dia ucapkan dan tidak memandang dengan sinis,
boleh diucapkan (Agoes, 2005). memelototi, memandang penuh
Pembendaharaan kata bisa berasal ancaman, mendiamkan, meneror
dari berbagai sumber baik itu peran lewat pesan pendek, memandang
media, orang tua, ataupun lingkungan yang merendahkan (SEJIWA, 2008).
sekitar. Orang tua atau guru dapat Jenis perilaku bullying psikologis
membantu meminimalisir perilaku yang paling banyak terjadi di SMP
bullying verbal pada anak, yaitu Negeri 1 Jatinangor adalah dengan
dengan cara sering memberikan cara mengabaikan dan mengucilkan
latihan-latihan positif. Soejanto (dapat dilihat pada tabel 7). Dalam hal
(2005) menyatakan bahwa orang tua ini, bullying psikologis dapat
pun harus mengurangi mencemooh diidentikan pada perasaan anak yang
pada anak, berkata kasar dan cenderung reflek mengeluarkan apa
memberikan contoh yang baik pada yang dirasakan dan dia ekspresikan
saat berkomunikasi dengan orang lewat bahasa tubuhnya. Namun
lain. Selain itu, anak harus sering mereka belum dapat merasakan
diajak berkomunikasi secara lisan kesusahan dan kesulitan yang
dengan cara menyuruh anak bercerita dirasakan atau dialami oleh orang lain
dengan kata-kata yang baik, (Zulkifli, 2009).
mendengarkan apa saja yang Berdasarkan hasil penelitian
dilakukan anak di sekolah dan apa pada tabel 2, terlihat bahwa perilaku
13

bullying fisik merupakan perilaku (usia 12-15 tahun). Menurut


bullying yang paling banyak penelitian sebelumnya, prevalensi
dilakukan oleh siswa SMP Negeri 1 perilaku bullying cukup tinggi pada
Jatinangor. Hasil ini sesuai dengan masa remaja awal yang merupakan
hasil penelitian yang dilakukan oleh masa-masa tingkat sekolah menengah
Adilla (2009) di sekolah menengah pertama yaitu kelas 7, 8, 9 dimana
pertama yang menunjukkan bahwa agresifitas fisik pada masa ini
berdasarkan bentuknya, direct meningkat (Wiyani, 2012). Perilaku
bullying atau bullying fisik lebih bullying sangat rentan terjadi pada
banyak terjadi yaitu (92,4%) remaja laki-laki dan remaja
dibandingkan indirect bullying atau perempuan. Pada tabel 3, terlihat
bullying non-fisik yaitu (82%). Hal bahwa sebagian besar dari siswa laki-
ini bisa saja terjadi karena anak usia laki melakukan bullying fisik yaitu 57
sekolah menegah pertama yang orang (55,3%) sedangkan hampir
termasuk pada masa remaja setengah dari siswa perempuan
cenderung kurang bisa mengontrol melakukan bullying verbal yaitu 34
emosi ketika menghadapi sesuatu orang (33,0%). Menurut Scheithauer,
yang tidak menyenangkan untuk diri dkk (2006) dalam penelitiannya
mereka, sehingga mereka bahwa di Jerman, remaja laki-laki
melampiaskan emosinya dalam lebih banyak melakukan tindakan
bentuk kekerasan fisik. Selain itu, agresif dibandingkan remaja
peran media seperti tayangan televisi perempuan, tetapi remaja perempuan
yang sering mempertontonkan terlibat dalam bullying tidak
kekerasan dalam sinetron atau film langsung. Penelitian ini juga sejalan
serta dalam acara-acara berita dengan penelitian Olweus (2003)
membuat anak meniru perilaku yang menyatakan bahwa laki-laki
tersebut kepada teman-temannya lebih banyak melakukan bullying fisik
(Ehan, 2011). dan perempuan lebih banyak
Hasil penelitian ini melakukan bullying verbal serta
menunjukkan bahwa kejadian nonverbal. Hal ini dikarenakan bahwa
bullying melibatkan anak pada semua anak laki-laki memiliki lebih banyak
tingkatan usia pada masa remaja awal kebebasan untuk mengekspresikan
14

perilaku agresif mereka, sedangkan (2,7%). Dalam kasus ini, siswa


anak perempuan diharapkan tidak tersebut melakukan perilaku bullying
agresif agar sesuai dengan stereotip sebagai bentuk balas dendam. Siswa
mereka bahwa perempuan cenderung sebelumnya merupakan korban
ramah dan lembut (Turkel, 2007). bullying yang dilakukan oleh
Perilaku bullying dapat terjadi temannya. Disini terjadi perubahan
akibat dipengaruhi oleh beberapa peranan, dari yang asalnya merupakan
faktor. Menurut Hover, dkk (dalam korban bullying menjadi pelaku
Simbolon, 2012), faktor penyebab bullying. Beberapa penelitian
terjadinya bullying adalah faktor menunjukkan bahwa pelaku bullying
internal dan eksternal. Berdasarkan mungkin berasal dari korban yang
tabel 4, hampir setengah dari siswa pernah melakukan perlakuan negatif
membully temannya karena hanya atau kekerasan (Verlinden, Herson, &
iseng (25,8%). Jika dilihat dari faktor Thomas, 2000). Hal ini merupakan
internal, mereka melakukan bullying bentuk pembenaran dan dukungan
untuk merasakan kepuasan tersendiri. terhadap tingkah laku agresif yang
Hal ini sesuai dengan pernyataan telah dilakukan oleh temannya
Olweus (dalam Moutappa dkk., 2004) tersebut.
yang mengatakan bahwa perilaku Pada tabel 4, dapat dilihat
bullying baik itu dengan alasan alasan lain siswa membully temannya,
tertentu maupun tidak, sama-sama yaitu karena bertubuh gendut (2,3%),
bertujuan mendominasi korbannya pendiam (4,2%), serta kelakuannya
agar mendapatkan kesenangan atau yang aneh (3,1%). Hal ini juga
kepuasan dari tindakan yang termasuk kedalam faktor internal
dilakukan terhadap korbannya. Faktor individu dimana adanya keinginan
internal lain yang mempengaruhi siswa untuk melakukan perilaku
siswa untuk melakukan perilaku bullying terhadap temannya yang
bullying yaitu kekerasan yang memiliki kelakuan atau penampilan
dialaminya sebagai pengalaman masa fisik yang berbeda dari yang lain.
lalu. Subjek dalam penelitian ini Selain faktor internal, juga
mengakui membully karena ingin terdapat faktor eksternal yang
membalas orang yang membully memungkinkan anak untuk
15

melakukan perilaku bullying, yaitu memperhatikan apa yang anak tonton


faktor keluarga, media dan sekolah. dan apa yang anak lakukan diluar
Faktor keluarga misalnya seperti latar lingkungan rumah. Hal-hal seperti ini
belakang keluarga yang buruk, korban juga seharusnya menjadi perhatian
perceraian, kurangnya kasih sayang dari pihak sekolah. Guru-guru
orang tua, atau ketidaklengkapannya seharusnya lebih memperingatkan
keluarga yang mengharuskan untuk anaknya mana hal yang boleh
terus bekerja dan akhirnya dilakukan dan mana hal yang tidak
menyebabkan kurangnya perhatian. boleh di lakukan (Coloroso, 2007).
Selain itu, ketidakharmonisan Faktor eksternal lainnya
keluarga seperti pertengkaran antara adalah sekolah. Sekolah memiliki
suami istri yang dilakukan didepan peranan yang penting dalam
anak-anaknya juga dapat memberikan mempengaruhi perilaku yang
dampak yang buruk pada anak. Anak dimunculkan oleh siswa (Sarwono,
secara psikologis akan merekam 2006). Kurangnya perhatian sekolah
bahwa perilaku kekerasan itu hal terhadap perilaku bullying yang
yang wajar untuk dilakukan sehingga mungkin disebabkan oleh melekatnya
memicu anak untuk melakukan hal pemikiran bahwa perilaku bullying
yang serupa kepada orang merupakan hal biasa yang tidak
disekitarnya (Ehan, 2011). memiliki dampak serius dapat
Faktor media baik media berpengaruh terhadap meningkatnya
elektronik maupun media sosial juga perilaku bullying yang terjadi
berpengaruh terhadap perilaku disekolah. Pihak sekolah perlu
kekerasan pada anak. Media memperhatikan cara-cara atau upaya
elektronik contohnya tayangan yang baik dalam mengatasi atau
televisi yang memperlihatkan adegan- bahkan menghentikan perilaku
adegan kekerasan dan media sosial bullying yang terjadi pada siswa.
terutama internet dengan berbagai Pengawasan dari pihak sekolah
macam situs dan game online yang terhadap siswa sangat penting
penuh dengan perkelahian dapat dilakukan. Pihak sekolah juga dapat
dicontoh atau ditiru oleh anak memberikan pendidikan dan
sehingga orang tua harus lebih penyuluhan kepada guru, staf, orang
16

tua, siswa dan anggota masyarakat dan respon serta tersedianya sumber
mengenai perilaku bullying, strategi daya (Olweus, 2002).

SIMPULAN bullying fisik, jenis yang paling sering


Berdasarkan hasil penelitian, dilakukan adalah mencubit dan
maka dapat disimpulkan bahwa melempar dengan barang. Untuk
hampir setengah dari siswa SMP perilaku bullying verbal, paling sering
Negeri 1 Jatinangor melakukan dengan cara memanggil dengan nama
perilaku bullying. Perilaku bullying julukan dan membuat/menyebarkan
yang paling banyak terjadi yaitu gosip sedangkan untuk perilaku
perilaku bullying fisik diikuti dengan bullying psikologis paling sering
perilaku bullying verbal dan perilaku dengan cara mengabaikan dan
bullying psikologis. Dari perilaku mengucilkan.

DAFTAR PUSTAKA Astuti, P. R. (2008). Meredam


Bullying : 3 cara efektif
Adilla, N. (2009). Pengaruh Kontrol
menanggulangi kekerasan pada
Sosial terhadap Perilaku
anak. Jakarta: PT Grasindo.
Bullying Pelajar di Sekolah
Menengah Pertama . Jurnal Coloroso, B. (2007). Stop Bullying.
Kriminologi Indonesia , Jakarta: Serambi Ilmu Pustaka.
Universitas Indonesia Vol 5
No.1, 56-66. Dishington, L. (2006). Overview of
Bullying.
Agoes, S. (2005). Psikologi
Perkembangan. Jakarta: PT. Effendy, N. (1998). Dasar-dasar
Rineka Cipta. kesehatan masyarakat. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran
Albar, Z. (2009). Pengaruh Tingkat EGC.
Pendidikan, Pendidikan
Berkelanjutan, Komitmen Ehan. (2011). Bullying dalam
Organisasi, Sistem Reward, pendidikan. Dipetik Juli 26,
Pengalaman dan Motivasi 2016, dari
Auditor terhadap Kinerja http://www.academia.edu/56473
Auditor Inspektorat Provinsi 33/BULLYING_DALAM_PEN
Sumatera Utara. Tesis Program DIDIKAN
Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, Medan . Hurlock, E. (2012). Psikologi
Perkembangan. Jakarta:
Arikunto, S. (2006). Prosedur Erlangga.
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: PT. Rineka Hurlock, E. (2008). Psikologi
Cipta. Perkembangan: Suatu
17

Pendekatan Sepanjang Rentang Pace, B., Lynm, C., & Glass, R. M.


Kehidupan. Jakarta: Erlangga. (2001). Bullying. Journal of
american medial association ,
Kardiana, I. G., & Westa, I. W. 285(16) 2156.
(2015). Gambaran Tingkat
Depresi Terhadap Perilaku Plan International dan International
Bullying pada Siswa di SMP Center Research on Women.
PGRI 2 Denpasar. e-jurnal (2015, February). Summary
medika udayana . Report : Are Schools Safe And
Equal Places For Girls And
MacKenzie, A., & Ross, F. (2013). Boys In Asia? Dipetik February
Nursing in Primary Health 01, 2016, dari https://plan-
Care: Policy Into Practice. international.org/file/6577/dow
London: Routledge. nload?token=qb_gwnMR.
Monks. (2009). Tahap perkembangan Prasetyo, A. B. (2011). Bullying di
masa remaja. Jakarta: Penerbit Sekolah dan Dampaknya bagi
Grafindo Jakarta. Masa Depan Anak. Jurnal
Pendidikan Islam , 1 (IV).
Moutappa, M., Valente, T., Gallaher,
P., Rohrbach, L. N., & Unger, J. Priyatna, A. (2010). Let's End
B. (2004). Social Network Bullying: Memahami,
Predictors of Bullying and Mencegah, Mengatasi Bullying.
Victimization. Adolescence Jakarta : PT Elex Media
Journal , Vol. 39, No. 154, p. Komputindo.
315-336.
Purwanto, E. (2011). Metode
Murphy, A. G. (2009). Dealing with Penelitian Kuantitatif.
bullying. New York: Infobase Semarang: Jurusan Psikologi
Publishing. FIP UNNES.
Nansel, T., Overpeck, M., Pilla, R., Sarwono, S. (2006). Psikologi
Ruan, W., Simon, M., & Remaja. Jakarta: Raja Grafindo
Scheidt, P. (2001). Bullying Persana.
behavior among US Youth.
JAMA , 285:2094-2100. Sarwono, S. (2011). Psikologi
Remaja edisi revisi. Jakarta:
Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Rajawali Press.
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta. SEJIWA. (2008). Bullying: mengatasi
kekerasan di sekolah dan
Olweus, D. (2003). Bullying at lingkungan sekitar anak.
School. Australia: Blackweell Jakarta: Gramedia Widiasarana
Publishing. Indonesia (Grasindo).
Olweus, D. (2002). Bullying at Simbolon, M. (2012). Perilaku
school: what we know and what Bullying pada Mahasiswa
we can do. Britain: MPG Books Berasrama. Jurnal Psikologi
Ltd, Bodmin, Cornwall. Volume 39, No. 2 , hal 233-243.
18

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian shootings. Clinical Psychology


Bisnis. Bandung: Alfabeta. Review , 20:3-56.
Turkel, A. R. (2007). Sugar and Spice Winkler, K. (2005). Bullying: how to
and Puppy Dog's Tails: The deal with taunting, teasing, and
Psychodynamics of Bullying. tormenting. Barkeley Heights,
Journal of the American NJ: Enslow.
Academy of Psychoanalysts and
Dynamics Psychiatry , 35(2): Wiyani, N. (2012). Save Our
243-258. Children form School
Bullying. Jogjakarta: Ar-ruzz
Verlinden, S., Herson, M., & Thomas, Media.
J. (2000). Risk factors in school

Anda mungkin juga menyukai