Anda di halaman 1dari 4

TEORI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Teori dasar pengambilan keputusan berkisar pada pengambilan tujuh langkah


pemecahan apabila seseorang menghadapi suatu situasi problematik, yaitu :

1. Mengidentifikasi masalah dan membuat definisinya


2. Mengumpulkan dan mengolah data sehingga tersedia informasi yang
mutakhir, lengkap, dapat dipercaya, dan tersimpan dengan baik sehingga
mudah untuk ditelusuri kembali apabila diperlukan.
3. Mengidentifikasikan berbagai alternatif yang mungkin ditempuh.
4. Menganalisa dan mengkaji setiap alternatif yang telah diidentifikasi untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangannya.
5. Menjatuhkan pilihan pada satu alternatif yang tampaknya terbaik dalam
arti mendatangkan manfaat paling besar, sesuai dengan asas
maksimisasi, atau mengakibatkan kerugian yang paling kecil sesuai
dengan asas minimisasi.
6. Melaksanakan keputusan yang diambil
7. Menilai apakah hasil yang diperoleh sesuai dengan harapan dan rencana
atau tidak.

Salah satu teori yang telah dikembangkan ialah mengklasifikasikan keputusan


kepada dua jenis utama, yaitu keputusan terprogram, dan keputusan tidak
terprogram.

A. Keputusan Terprogram
Keputusan terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang
berlangsung berulang kali, dan diambil secara rutin dalam organisasi.
Keputusan terprogram biasanya menyangkut pemecahan masalah-
masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan pengarahan dari
tingkat manajemen yang lebih tinggi. Karena masalah yang hendak
dipecahkan bersifat teknis, biasanya prosedur dan langkah-langkah yang
perlu ditempuh telah dituangkan dalam buku pedoman, yang biasanya
terdapat dalam organisasi yang dikelola secara rapi. Meskipun sifatnya
repetitif dan rutin, tidak berarti bahwa pengambilan keputusan terprogram
dilakukan semata-mata berdasarkan metode-metode yang bersifat
tradisional.
Akan tetapi yang perlu diperhatikan, bahwa dengan daya tarik yang
sangat besar demikian pun, pengambilan keputusan terprogram hanya
akan berlangsung dengan efektif apabila empat kriteria dasar dipenuhi.
Yaitu :
1. Tersedia waktu dan dana yang memadai untuk pengumpulan dan
analisis data
2. Tersedia data yang bersifat kuantitatif
3. Kondisi lingkungan yang relatif stabil, yang di dalamnya tidak terdapat
tekanan kuat untuk secara cepat melakukan penyesuaian-penyesuaian
tertentu terhadap kondisi yang selalu berubah.
4. Tersedia tenaga terampil untuk merumuskan permasalahan secara
tepat, termasuk tuntutan operasional yang harus dipenuhi.

B. Keputusan Yang tidak Terprogram


Keputusan yang tidak terprogram biasanya diambil dalam usaha
memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dialami
sebelumnya, tidak bersifat repetitif, tidak terstruktur, dan sukar mengenali
bentuk, hakikat dan dampaknya. Sebagai akibat keadaan demikian, para
ahli belum mampu menyajikan teknik pemecahan masalah yang sudah
terbukti efektif di masa lalu, baik karena sifatnya yang baru itu, maupun
karena sukar untuk mendefinisikan hakikatnya secara tepat.
Keputusan yang tidak terprogram menuntut daya nalar yang tinggi
digabungkan dengan tindakan yang sifatnya daptif dan berorientasi pada
efektivitas pemecahan. Pengalaman dan pengamatan menunjukkan,
bahwa pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang tidak
terprogram biasanya tidak teknis sifatnya. Artinya tidak menyangkut hal-
hal yang bersifat operasional, akan tetapi menyangkut kebijaksanaan
organisasi dengan dampak yang strategis bagi eksistensi organisasi yang
bersangkutan. Berarti bahwa pengambilan keputusan yang tidak
terprogram pada umumnya dibebankan di atas pundak para manajer
puncak.

C. Proses Pengambilan Keputusan


Kegiatan pengambilan keputusan adalah kegiatan yang kompleks.
Pengalaman banyak manajer yang berkecimpung dalam memecahkan
masalah sehari-hari, dan hasil-hasil penelitian menunjukkan, bahwa
kegiatan pengambilan keputusan akan menjadi lebih efektif bila didekati
dengan :
1. Pendekatan yang interdisipliner
2. Proses yang sistematis
3. Proses berdasarklan informasi
4. Memperhitungkan faktor-faktor ketidakpastian
5. Diarahkan pada tindakan nyata

Tahap- tahap Proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Penetapan goal khusus dan objective dan pengukuran hasil


Penetapan goal dan objective akan mengarahkan pada hasil
mana yang sudah dicapai dan pengukuran mana yang
menunjukkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan.
Penetapan goal dan objective ini membutuhkan komunikasi
antar manajer dengan bawahan.
Pengidentifikasian masalah
Kebutuhan akan keputusan sering berupa suatu masalah dalam
berbagai bentuk. Untuk mempermudah mengidentifikasi
masalah, maka manajer memerlukan beberapa cara salah
satunya adalah dengan mengji hubungan sebab akibat.
Pengembangan alternatif
Setelah masalah ditentukan dan dirumuskan, langkah
selanjutnya adalah pengumpulan dan analisa data yang relevan.
Atas dasar tesebut, alternatif dikembangkan sebelum keputusan
dibuat. Pengembangan alternatif merupakan tahap yang paling
sulit dan memerlukan pemikiran-pemikiran yang kreatif.
Pengevaluasian alternatif
Evaluasi alternatif tergantung pada pemilihan kriteria keputusan
yang tepat. Kriteria sangat penting karena evaluasi alternatif ini
melibatkan kriteria yang bertentangan.
Pemilihan alternatif
Meskipun kualitas analisis yang dilakukan untuk mengevaluasi
alternatif cukup tinggi, pemilihannya jarang menjadi mudah dan
jelas. Hal tersebut karena masalah keputusan yang sulit
disajikan secara lengkap. Hal ini juga merupakan kompromi
diantara berbagai faktor yang dipertimbangkan.
Penerapan keputusan
Suatu keputusan belum selesai sebelum diterapkan dalam
praktek. Penerapan memerlukan perubahan cara orang-orang
berperilaku, sehingga pembuat keputusan dapat dipandang
sebagai pengantar perubahan.
Pengendalian dan pengevaluasian
Setelah keputusan diterapkan, maka yang selanjutnya dilakukan
adalah mengevaluasi apakah alternatif-alternatif tadi sudah
dilakukan dengan tepat dan apakah keputusan telah
memberikan hasil-hasil yang diharapkan.

D. Model Pengambilan Keputusan


1. Model Optimasi
Sasaran yang ingin dicapai dengan model optimasi ialah, bahwa
dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada, organisasi
berusaha memperoleh hasil terbaik yang paling mungkin dicapai. Hasil
terbaik itu dapat beraneka ragam bentuknya seperti keuntungan bagi
suatu organisasi niaga, peningkatan penjualan, meningkatnya
semangat kerja karyawan, meningkatnya pengguanaan waktu, dsb.
Sebagai suatu model pengambilan keputusan, optimasi didasarkan
pada berbagai kriteria dan yang menonjol di antaranya ialah:
a) Maximin
b) Maximax
c) Melewatkan kesempatan tertentu
d) Probabilitas
e) Nilai materi yang diharapkan
f) Manfaat

2. Model Satisficing
Model Satisficing adalah model yang didasarkan pada pendapat bahwa
para pengambil keputusan bolehlah cukup puas dan bangga apabila
keputusan yang diambilnya membuahkan hasil yang memadai, asal
saja persyaratan minimal tetap terpenuhi. Ide pokok dari model
satisficing ialah bahwa usaha ditujukan pada apa yang mungkin
dilakukan sekarang dan di sini dan bukan pada sesuatu yang
mungkin optimal tetapi tidak realistis dan oleh karenanya tidak
mungkin dicapai.

3. Model Mixed Scanning


Model mixed scanning berarti, bahwa setiap kali seorang pengambil
keputusan menghadapi dilema dalam memilih suatu langkah tertentu,
satu keputusan pendahuluan harus dibuat tentang sampai sejauh
mana berbagai sarana dan prasarana organisasi akan digunakan untuk
mencari dan menilai berbagai fungsi dan kegiatan yang akan
dilaksanakan.
Model mixed scanning menarik bagi para manajer karena
penerapannya yang luwes dalam proses pengambilan keputusan. Juga
karena para pengambil keputusan menarik manfaat dari berbagai
kekuatan yang terdapat pada model-model yang rasional dan model-
model yang pragmatis.

4. Model Heuristic
Model yang heuristic pada dasarnya merupakan salah satu model yang
didasarkan pada rasionalitas. Pada hakikatnya model ini berarti, bahwa
faktor-faktor internal yang terdapat dalam diri seseorang pengambil
keputusan lebih berpengaruh daripada faktor-faktor eksternal.

Anda mungkin juga menyukai