SKRIPSI
DISUSUN OLEH:
ELFIRA AUGUSTIN
1110101000070
JAKARTA
1436 H / 2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber daya yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan
hatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, 30 Januari 2015
Elfira Augustin, NIM: 1110101000070
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN HIGIENE
SANITASI PEDAGANG MAKANAN JAJANAN DI SEKOLAH DASAR
CIPINANG BESAR UTARA KOTAMADYA JAKARTA TIMUR TAHUN
2014
( xxii + 111 halaman, 33 tabel, 3gambar, 6 lampiran)
ABSTRAK
Makanan adalah kebutuhan dasar yang sangat penting untuk kehidupan
sehari-hari tetapi sangat mungkin terkontaminasi sehingga menimbulkan
penyakit bawaan makanan. Seringkali kasus keracunan makanan jajanan yang
dijual di sekolah dasar dikarenakan higiene sanitasi makanan yang buruk. Jenis
penelitian ini merupakan kuantitatif deskriptif dengan desain penelitian cross
sectional yang dilakukan sejak bulan Oktober sampai dengan Nopember tahun
2014 di Sekolah Dasar Cipinang Besar Utara Kotamadya Jakarta Timur. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah
sampel 35 pedagang makanan dan menggunakan analisis univariat.
Hasil penelitian menunjukkan 60% responden berjenis kelamin laki-laki,
34,4% responden berumur 31-40 tahun, 68,6% respoden menggunakan gerobak,
60% responden berstatus pemilik sarana berdagang, 74,3% responden telah
bekerja selama 10 tahun, serta 40% responden berpendidikan SMA. Pada
pengetahuan responden, 60% responden berpengetahuan baik mengenai
kebersihan diri, 62,9% berpengetahuan baik mengenai peralatan, 68,6%
responden berpengetahuan baik mengenai penyajian dan sebesar 74,3%
berpengetahuan baik mengenai sarana. Dalam sikap responden, 80% responden
bersikap baik terhadap kebersihan diri, 65,7% responden bersikap baik terhadap
peralatan, 80% responden bersikap baik terhadap penyajian dan sebesar 97,1%
responden bersikap baik terhadap sarana. Untuk tindakan responden, 77,1%
responden bertindak baik terhadap kebersihan diri, 60% responden bertindak
baik terhadap peralatan, 60% responden bertindak baik terhadap penyajian tetapi
sebesar 54,3% responden masih bertindak buruk terhadap sarana.
Meskipun pengetahuan, sikap dan tindakan higiene sanitasi pedagang
makanan secara umum adalah baik, tindakan terhadap sarana masih termasuk
buruk. Oleh karena itu pengetahuan dan kesadaran pedagang makanan jajanan
perlu ditingkatkan dengan cara memberikan penyuluhan, pelatihan serta
pengawasan yang memenuhi persyaratan higiene sanitasi makanan jajanan.
ii
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ISLAMIC STATE UNIVERSITY
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
Undergraduate Thesis, 30th January 2015
Elfira Augustin, Reg 1110101000070
HYGIENE KBOWLEDGE, ATTITUDE, AND PRACTICE OF FOOD
SELLERS AT CIPINANG BESAR UTARA ELEMENTARY SCHOOLS,
EAST JAKARTA MUNICIPAL 2014
( xxii + 111 pages, 33 tables, 3 pictures, 6 attachments)
ABSTRACT
Food is an important primary need for daily life. In other hand, it can
easily contaminated so that foodbone disease occurs. There are often food
intoxication cases because of the food concumption which sold in elementary
schools. Food intoxicaton occurs because of terrible food higiene.
This research is a quantitative descriptive study using cross sectional
study design, conducted since October to November 2014 at Cipinang Besar
Utara elementary schools. The sampling method used was total sampling with a
sample of 35 food sellers and using univariate analysis.
Results of research based on the characteristics of the respondent
indicates there are 60% of respondents are male, 34,4% of respondents are in 31-
40 age range, 68,6% of respondents uses cart, 60% of respondents are owners,
74,3% of respondents have worked 10 years, and most of respondents (40%)
posses an high school. The Study found that respondentss level of knowledge
were mostly good, such as: knowledge of personal hygiene (60%), knowledge
about utensils (62,9%), knowledge about food serving (68,6%), and knowledge
about facility (74,3%). The level of respondentss attitude were almost good,
such as: attitude of personal hygiene (80%), attitude of utensils (65,7%), attitude
of food serving (80%), and attitude of facility (97,1%). This research also shows
that the level of practice was mostly good (personal higiene (77,1%), utensils
(60%), food serving (60%)), except the facility was poor (54,3%).
Although the level of knowledge, level of attitude and level of practice
were mostly good, the facility was not yet good enough. That is why knowledge
and awareness of food sellers have to be increased with some information about
food sanitation and supervision in order to fulfil the food hygiene sanitation
requierements.
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap : Elfira Augustin
Tempat , Tanggal : Jakarta, 20 Agustus 1992
Lahir
Alamat : Jl. Tebet Timur III-G No. 2, Jakarta 12820
Agama : Islam
Telp / HP : 08568938935
E-mail : elfira.augustin@gmail.com
Golongan Darah :O
Riwayat Pendidikan
1998 2004 : SD Negeri Klender 04 Pagi, Jakarta
2004 2007 : SMP Negeri 255, Jakarta
2007 2010 : SMA Negeri 61, Jakarta
2010 sekarang : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan
Kesehatan Lingkungan
Pengalaman Organisasi
2011 - 2013 : Paduan Suara Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(PASIFIK) UIN Jakarta
2012 - 2013 : Staf Departemen Penelitian, Pengembangan dan
Keilmuan (P2K), Pergerakan Anggota Muda IAKMI
(PAMI) Jakarta Raya
2012 - 2013 : Staf Departemen Slavia, Himpunan Pelajar Bahasa
Seluruh Indonesia (HIPESASI)
2013 : Ketua Redaksi majalah Jiwa Slavia
2013 - 2014 : Ketua Forum Kajian Edukasi (FoKaSi), Environmental
Health Student Association (ENVIHSA) UIN Jakarta
Pengalaman Praktik Kerja
2012 2013 : Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) Puskemas
Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan
2013 : Orientasi Kerja di bagian QHSE PT. Aerofood ACS,
Garuda Indonesia Group, Jakarta.
2014 : Kerja Praktik di departemen Supply Chain PT. Tira
Austenite, Cileungsi.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang,, yang telah memberi kekuatan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul Gambaran
Perilaku Higiene Sanitasi Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar
Cipinang Besar Utara Kotamadya Jakarta Timur Tahun 2014. Shalawat
dan salam kepada baginda Rasulullah SAW yang membawa Rahmat kepada
semesta alam.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberi motivasi serta kasih
sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
2. Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat
4. Ibu Dewi Utami Iriani, Ph. D selaku Dosen Pembimbing I, terima kasih
penulis ucapkan atas semua arahan dan masukan dalam bimbingannya
serta keikhlasan waktunya selama penyusunan skripsi.
5. Ibu Yuli Amran SKM, MKM selaku Dosen Pembimbing II, penulis
ucapkan terima kasih semua arahan dan masukan dalam bimbingannya
serta keikhlasan waktunya selama penyusunan skripsi.
6. Bapak Dr. Farid Hamzens, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik dan
Penguji Skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk mengarahkan
penulis.
vii
7. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS dan Bapak Anton Wibawa, M.KM selaku
penguji siding skripsi yang telah mengarahkan penulis pada skripsi ini.
8. Pihak Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Timur yang telah
mengizinkan, mendukung dan membantu penelitian ini.
9. Bapak Rindit Pambayun dan Ibu Febria Agustina selaku peneliti dari
UNSRI yang telah membantu selama studi pendahuluan.
10. Adik-adik peminatan Kesehatan Lingkungan 2012: Annisa, Isna, Ivan
dan Putri yang sudah membantu selama uji kuesioner.
11. Para Kepala Sekolah Dasar Cipinang Besar Utara yang telah
mengizinkan dan membantu penelitian ini.
12. Seluruh pedagang makanan jajanan di lingkungan sekolah dasar Cipinang
Besar Utara yang sukarela menjadi responden dalam penelitian ini.
13. Sahabat-sahabat karib Endah Purwanti, Maulana Yodha Permana,
Darizky Retno Setyorini dan Muhamad Syarif Hidayat yang telah
mendukung proses pembuatan skripsi ini.
14. Kawan-kawan peminatan Kesehatan Lingkungan 2010: Tri Astuti, Rizka,
Misyka, Fitri, Nida, Annis, Dillah, Alya, Reka, Ifa, Yuni, Ilham, Fuad,
Angger, Febri dan Akbar.
15. Teman-teman program studi Kesehatan Masyarakat 2010.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
ix
1.6.3 Manfaat bagi Institansi ........................................................ 11
............................................................................................................. 21
x
2.7 Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi Higiene Sanitasi Pedagang
BAB V HASIL
xi
5.1.2 Gambaran Umum Sekolah Dasar di Kelurahan Cipinang Besar
Utara ............................................................................................. 44
xii
5.3.2 Aspek Pengetahuan Mengenai Peralatan pada Pedagang Makanan
....................................................................................................... 51
....................................................................................................... 53
....................................................................................................... 55
....................................................................................................... 57
xiii
5.5.1 Aspek Tindakan Kebersihan Diri pada Pedagang Makanan Jajanan
....................................................................................................... 66
BAB VI PEMBAHASAN
xiv
6.3.1 Pengetahuan Mengenai Kebersihan Diri pada Pedagang Makanan
....................................................................................................... 80
xv
6.5.2 Tindakan Terhadap Peralatan pada Pedagang Makanan Jajanan di
Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ..... 100
Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 ..... 103
xvi
DAFTAR TABEL
Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014
................................................................................................................... 51
xvii
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Tingkat
Tabel 5.17 Distribusi Sikap Terhadap Kebersihan Diri pada Pedagang Makanan
xviii
Tabel 5.19 Distribusi Sikap Terhadap Peralatan pada Pedagang Makanan Jajanan
Tabel 5.23 Distribusi Sikap Terhadap Sarana pada Pedagang Makanan Jajanan di
Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014
................................................................................................................... 65
................................................................................................................... 66
xix
Tabel 5.28 Distribusi Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan
................................................................................................................... 67
Tabel 5.29 Distribusi Tindakan Saat Penyajian pada Pedagang Makanan Jajanan
................................................................................................................... 70
xx
DAFTAR GAMBAR
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
xxii
BAB I
PENDAHULUAN
Makanan yang sehat dan bergizi serta seimbang adalah yang mengandung
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, air, dan mineral dalam jumlah yang
agar kesehatan tetap terjaga (Akase, 2012). Sebagai kebutuhan yang paling
(Agustina dkk, 2009). Makanan yang dijajakan di sekolah, terutama sekolah dasar
dan anak sekolah merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Terburu-buru
berangkat ke sekolah, orangtua yang sangat sibuk dan rasa jajanan yang enak
membuat anak sekolah dasar lebih memilih untuk jajan di lingkungan sekolah
(Suci, 2009).
yang salah, pengolahan makanan yang kurang baik serta penyajian yang tidak
higienis (WHO, 2005). Makanan dapat menjadi media perantara bagi suatu
penyakit bawaan makanan atau food-borne diseases (Susanna dan Hartono, 2003).
makanan (Arisman, 2009). Secara global, terdapat 1500 juta kejadian penyakit
1
bawaan makanan dengan jumlah penderita meninggal sebanyak 3 juta. Penyakit
bawaan makanan ini banyak menyerang kalangan bayi dan anak-anak. Sedangkan
diare merupakan penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia (WHO,
2005). Menurut laporan tahunan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
tahun 2012, terjadi kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan yang berasal
dari 23 provinsi dengan jumlah orang yang terpapar sebanyak 8.590 orang, 3.235
orang diantaranya sakit dan 19 orang meninggal dunia. Sedangkan menurut Profil
Kesehatan Indonesia tahun 2013, angka kematian (CFR) akibat diare di Indonesia
adalah 1,08%.
tertinggi, yaitu 10.643 kasus (Sudinkes Kotamadya Jakarta Timur, 2013). Salah
mengalami kenaikan secara terus-menerus sejak tahun 2009 sampai tahun 2012,
yaitu 412 kasus (2009), 569 kasus (2010), 740 kasus (2011) menjadi 861 kasus
(2012), tetapi di tahun 2013 hanya 6 kasus karena data surveilans tidak lengkap,
Cipinang Besar Selatan, Bidara Cina, Cipinang Cempedak dan Rawa Bunga) yang
Jenis makanan penyebab KLB keracunan makanan tahun 2012 yang paling
2
keracunan makanan. Pada umumnya KLB keracunan makanan di sekolah dasar
kaki lima yang memiliki standar higiene yang buruk dan mutu yang rendah
tidak higienis yang meliputi orang yang menangani makanan, tempat berjualan,
rendah. Menurut penelitian Agustina, dkk (2009), terdapat 47,8% responden yang
kebersihan dirinya tidak baik, 65,2% responden memiliki sanitasi yang tidak baik
keadaan sanitasi yang tidak baik, dan 47,8% responden yang memiliki sarana
kesehatan. Menurut penelitian Manalu dkk (2012), ada hubungan yang bermakna
antara kepadatan lalat, perilaku ibu mencuci tangan, perilaku ibu menutup
makanan, penggunaan sumber air bersih serta air minum terhadap kejadian diare
3
pada balita. Berdasarkan penelitian Rahayu (2007), proses pengolahan makanan,
dengan angka bakteri pada makanan. Makanan juga dapat terkontaminasi melalui
vektor, salah satunya lalat. Lalat mencemari makanan dan minuman oleh bakteri
serupa bahwa perilaku cuci tangan, higiene sanitasi makanan, faktor lingkungan
(jenis lantai, sumber air bersih, penanganan sampah dan pembuangan tinja) serta
makanan jajanan diperkuat oleh penelitian Aminah dan Hidayah (2006). Tingkat
yang tidak berlebihan dari pewarna makanan sebesar 64,7% sedangkan 52%
pedagang mengetahui bahaya formalin dan boraks. Di sisi lain, praktik higiene
sanitasi pedagang yang masuk kategori baik sebesar 58,82%. Pengetahuan tentang
higiene sanitasi juga tidak selalu sebanding dengan kondisi tempat berjualan yang
keadaan lokasi tempat berjualan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 100%,
kondisi pedagang sudah memenuhi syarat (67%), cara penyajian yang memenuhi
4
syarat (50%) serta pedagang dengan tingkat pengetahuan tentang higiene sanitasi
sebesar 8%. Banyak atau sedikitnya pedagang yang berperilaku tidak higienis
oleh mereka dapat tercemar kuman penyakit yang dapat mengakibatkan penyakit
kemungkinan para orangtua siswa tidak sempat menyiapkan bekal untuk anaknya,
sehingga lebih memilih memberikan uang jajan agar anaknya bisa membeli
makanan sendiri di sekolah. Hal seperti ini memungkinkan siswa sekolah dasar
mengenai jajanan yang sehat serta kurangnya pengawasan orangtua tehadap apa
utama di banyak negara. Penyakit ini dianggap bukan termasuk penyakit yang
5
serius, sehingga seringkali kurang diperhatikan (Judarwanto, 2012).
tubuhnya rentan seperti: bayi, anak-anak, lansia dan mereka mengalami penyakit
orang tua yang sibuk dan citarasa jajanan yang lebih enak (Suci, 2009). Sehingga
anak-anak adalah golongan yang sering menjadi korban penyakit akibat makanan
(Agustina, 2009).
pendatang dari luar kota untuk mencari nafkah di Jakarta serta banyaknya jumlah
berjualan di sekitar sekolah dasar. Sebagian besar dari pedagang makanan jajanan
adalah pendatang dari luar Jakarta atau penduduk musiman (Mokoginta, 1999).
DKI Jakarta (2009) berbanding dengan banyaknya jumlah sekolah dasar dan
jumlah siswanya. Berdasarkan informasi dari Bank Data DKI Jakarta tahun 2010,
jumlah sekolah dasar negeri di Jakarta sebesar 2.225 sekolah. Dengan rincian di
Utara sebanyak 269 sekolah, Jakarta Barat sebanyak 456 sekolah, Jakarta Selatan
sebanyak 527 sekolah, Jakarta Timur sebanyak 674 sekolah dan Kepulauan Seribu
6
sebesar 686.610 siswa, dengan jumlah siswa di masing-masing Kotamadya yaitu:
Jakarta Pusat sebanyak 69.921 siswa, Jakarta Utara sebanyak 93.641 siswa,
Jakarta Barat sebanyak 145.919 siswa, Jakarta Selatan sebanyak 155.314 siswa,
Jakarta Timur sebanyak 219.501 siswa dan Kepulauan Seribu sebanyak 2.314
siswa. Kotamadya Jakarta Timur dipilih karena memiliki jumlah sekolah dan
Melihat banyaknya jumlah sekolah dasar dan jumlah siswa yang ada, bisa
Kelurahan Cipinang Besar Utara terdapat 13 sekolah dasar yang sering disinggahi
pedagang makanan jajanan, baik sekolah yang letaknya di pinggir jalan raya
berjualan di sekolah dasar dikarenakan beberapa sekolah yang ada dalam satu
vektor penyakit, higiene sanitasi makanan, penyediaan air minum, pengolahan air
perumahan dan lingkungan permukiman (WHO, 1975). Oleh karena itu, penyakit
terdapat makanan atau pangan sebagai media transmisi penyakit (Achmadi ,2012).
pengetahuan, sikap dan tindakan higiene sanitasi dari aspek kebersihan diri,
7
peralatan penyajian dan sarana pada pedagang makanan jajanan di Kelurahan
kelurahannya, yaitu Kelurahan Cipinang Besar Utara, terdapat kasus diare yang
terus meningkat selama tahun 2009 sampai tahun 2012. Banyaknya sekolah dasar
KLB keracunan makanan dan makanan jajanan adalah jenis makanan yang paling
Perilaku pedagang yang tidak higienis seperti: tidak mencuci tangan saat
bawaan makanan pada konsumen, khususnya anak sekolah. Perilaku tersebut tidak
makanan jajanan. Hal tersebut merupakan ironi mengingat anak sekolah dasar
membutuhkan makanan dengan nutrisi yang baik serta terjaga kebersihannya agar
8
Berdasarkan latar belakang di atas, serta belum pernah diadakannya
9
1.4.2 Tujuan Khusus
Variabel yang diukur dalam penelitian ini yaitu pengetahuan, sikap dan
tindakan higiene sanitasi pada pedagang makanan jajanan, baik di dalam sekolah
10
1.6 Manfaat Penelitian
sekolah agar dapat dilakukan upaya tindakan higiene sanitasi oleh pedagang
kesehatan lingkungan.
selanjutnya.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi instansi
11
1.7 Ruang Lingkup
Besar Utara tahun 2014. Penelitian ini akan dilaksanakan bulan Oktober 2014.
Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif deskriptif dengan desain studi kasus.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Higiene sanitasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
disebabkan cara penanganan makanan yang salah. Hal ini terkait dengan
merupakan isu yang penting untuk dibahas. Gejala penyakit bawaan makanan
yang populer di masyarakat adalah diare. Saat ini banyak pedagang makanan yang
mencuci tangan, tidak mencuci peralatan makan di air yang mengalir, serta tidak
menjaga kebersihan diri. Semua hal tersebut merupakan faktor penyebab makanan
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,
2003). Perilaku yang diamati dapat diukur dengan berbagai skala, salah satunya
adalah skala Guttman. Skala ini memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban
13
atas pernyataan / pertanyaan: ya dan tidak, positif dan negatif, setuju-tidak setuju,
serta benar dan salah (Hidayat, 2007). Bloom (1956) dalam Notoatmodjo (2003)
membagi perilaku dalam tiga domain/ kawasan. Pembagian kawasan ini dilakukan
ingin tahu, lalu ia mencari, hasilnya ia tahu sesuatu. Sesuatu itulah dinamakan
untuk bertingkah laku atau merespon sesuatu baik terhadap rangsangan positif
bagi seseorang untuk berperilaku. Menurut Djaali dan Muljono (2007), sikap
14
Sikap dapat dikatakan sebagai respon evaluatif. Respon evaluatif artinya
adanya reaksi dari individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus juga
Sikap yang diwujudkan menjadi suatu perbuatan nyata oleh suatu individu
disebut tindakan (Budiman dan Riyanto, 2013). Menurut Allport dalam Tim
seseorang didasari oleh nilai, sehingga tindakan dan perbuatan dapat berupa
usaha bagi umum disebutkan, higiene adalah segala usaha untuk memelihara dan
(Tarwotjo, 1998).
yang baik (Jenie, 1996 dalam Purnawijayanti, 2006). Dengan kata lain, sanitasi
15
dapat disebut sebagai penciptaan atau pemeliharaan kondisi yang mampu
makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat
16
h. Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan yang dijajakan tanpa
2.2.2 Peralatan
pengolahan makanan seperti pisau, sendok, kuali dan lain-lain. Sehingga yang
bahan makanan, bahan tambahan serta cara penyajian makanan itu sendiri.
17
b. Bahan makanan yang akan diolah harus dalam keadaan baik
2.2.4 Sarana
Sarana penjaja adalah suatu tempat atau fasilitas yang digunakan untuk
Kebersihan sarana meliputi berbagai hal yang harus dipenuhi, antara lain:
18
2.3 Pengertian Pedagang Makanan Jajanan
menjadi:
kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari produsen atau
Statistik, 2012).
2006).
19
makanan jajanan, makanan jajanan adalah makanan yang dijajakan sebagai
makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga,
merupakan salah satu tempat jajan didalam sekolah memiliki peranan yang
minuman yang sehat, aman dan bergizi. Makanan yang disajikan harus terbebas
dari bahaya: mikrobiologis, kimia maupun fisik. Ada lima kunci penyediaan
a. Menjaga kebersihan;
Kantin sekolah terdapat dua jenis, yaitu jenis tertutup maupun terbuka
seperti di koridor atau halaman. Meskipun kantin berada di ruang terbuka, tempat
ruangan tertutup maupun terbuka harus memiliki sarana dan prasarana berupa:
sumber air bersih, tempat penyimpanan, tempat pengolahan, tempat penyajian dan
limbah.
20
Dalam mewujudkan kantin yang sehat di sekolah, terdapat langkah-
Puskesmas;
sekolah.
21
2.5.1 Pewarna, pemanis dan pengawet
tartrazine, erythrosine, fast green FCF dan sunset yellow. Meskipun pewarna
anak.
dan tiroid pada tikus, gangguan pada otak, hiperaktif dan gangguan
Suhanda, 2006).
dan terputusnya plasenta pada janin. Siklamat hanya boleh dikonsumsi oleh
22
Boraks dan formalin sering digunakan sebagai pegawet untuk mi, bakso,
saus tomat, ikan segar, ikan asin serta ayam potong. Formalin pada dasarnya
desinfektan dan pengawetan mayat. Kadar formalin yang tinggi dalam tubuh
manusia bereaksi dengan hampir semua sel sehingga fungsinya tertekan dan
terjadi kematian sel. Jika formalin masuk lewat mulut dalam dosis berlebih
menyebabkan sakit perut, kolaps, pingsan, mual, muntah dan kematian karena
2.5.2 Mikroba
sebab, yaitu terbawa dari bahan makanan saat proses produksi atau
Hidayati, 2006). Dalam kehidupan sehari-hari, ada tiga jenis bakteri yang
infeksi Salmonella antara lain sakit kepala, nyeri perut, diare, muntah,
23
b. E. coli: ditemukan pada keju, daging sapi, susu tanpa pasteurisasi, ikan
mentah, serta makanan yang tidak bersih. Gejala yang ditimbulkan saat
infeksi E. coli yaitu sakit perut akut, kram, muntah, demam, diare,
yang timbul karena infeksi Listeria antara lain pusing, sakit kepala,
Pb yang mencemari makanan dapat berasal dari lapisan keramik, porselen atau
tanah liat yang dapat larut dalam cairan asam serta kertas koran atau kertas
Pb yang berada dalam makanan juga diduga berasal dari sisa pembakaran
jalan serta makanan jajanan yang tidak ditutup. Timbal dapat menyebabkan
keracunan kronis dan akut. Gejala keracunan Pb kronis yaitu: depresi, sakit
gejala keracunan Pb akut antara lain: mual, muntah, sakit perut hebat, kelainan
fungsi otak, anemia berat, kerusakan ginjal hingga kematian dalam jangka
Merkuri atau air raksa (Hg) yang mencemari makanan dapat berasal dari
24
penyakit Minamata. Hg masuk ke dalam tubuh ikan-ikan yang hidup di sekitar
nelayan dan timbul penyakit tersebut dengan gejala seperti: sakit kepala, baal
tidak. Dalam praktiknya, foodbone disease dibagi menjadi tiga, antara lain:
25
c. Foodborne intoxications: terjadi akibat mengonsumsi makanan yang
(enterotoksin).
Makanan Jajanan
Menurut Lawrence Green dalam WHO (2005), ada beberapa faktor yang
26
a. Faktor predisposisi (predisposing factor) merupakan pemicu atau
sesudah suatu perilaku. Faktor ini dapat berupa imbalan atau insentif
umur, jenis kelamin, lama kerja, tingkat pendidikan dan status kepemilikan.
2008). Cahyaningsih, dkk (2009) menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat
27
2.8 Kerangka Teori
Cahyaningsih, dkk (2009), Green dalam WHO (2005), Budiyono (2008), Depkes
28
BAB III
KERANGKA KONSEP
serta pengetahuan, sikap dan tindakan higiene sanitasi pada pedagang makanan
jajanan di sekolah dasar dengan melihat beberapa aspek dari sisi karakteristik,
pengetahuan, sikap maupun tindakan oleh pedagang makanan jajanan yang sesuai
karena itu, foodborne disease tidak diteliti karena sampel penelitian ini adalah
yang melanda konsumen akibat memakan makanan dengan higiene sanitasi yang
buruk.
29
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
30
3.2 Definisi Operasional
31
Kuesioner Pengetahuan Pedagang Makanan Jajanan
32
Kuesioner Sikap Pedagang Makanan Jajanan
5. Sikap terhadap Pernyataan dari pedagang makanan jajanan mengenai Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Baik
kebersihan diri kesediaan untuk mentaati persyaratan tentang 2. Buruk
kebersihan diri
(Sarwono, 2003).
6. Sikap terhadap Pernyataan dari pedagang makanan jajanan mengenai Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Baik
peralatan kesediaan untuk mentaati persyaratantentang 2. Buruk
kebersihan peralatan
(Sarwono, 2003).
7. Sikap terhadap Pernyataan dari pedagang makanan jajanan mengenai Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Baik
penyajian kesediaan untuk mentaati persyaratanterhadap 2. Buruk
persyaratan tentang penyajian yang baik
(Sarwono, 2003).
8. Sikap Pernyataan dari pedagang makanan jajanan mengenai Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Baik
terhadapsarana kesediaan untuk mentaati persyaratanterhadap 2. Buruk
persyaratan tentang kebersihan sarana.
(Sarwono, 2003).
33
Form Observasi Pengamatan Tindakan Pedagang Makanan Jajanan
9. Tindakan Suatu sikap yang diwujudkan oleh pedagang makanan Observasi dan Form Ordinal 1. Baik
kebersihan diri jajanan mengenai kebersihan diri yang sesuai pedoman Wawancara Observasi 2. Buruk
higiene sanitasi makanan jajanan (Budiman dan
Riyanto, 2013).
10. Tindakan terhadap Suatu sikap yang diwujudkan oleh pedagang makanan Observasi dan Form Ordinal 1. Baik
peralatan jajanan mengenai bagaimana cara menjaga kebersihan Wawancara Observasi 2. Buruk
peralatan yang sesuai pedoman higiene sanitasi
makanan jajanan (Budiman dan Riyanto, 2013).
11. Tindakan saat Suatu sikap yang diwujudkan oleh pedagang makanan Observasi dan Form Ordinal 1. Baik
penyajian jajanan mengenai penyajian makanan yang sesuai Wawancara Observasi 2. Buruk
pedoman higiene sanitasi makanan jajanan (Budiman
dan Riyanto, 2013).
12. Tindakan terhadap Suatu sikap yang diwujudkan oleh pedagang makanan Observasi dan Form Ordinal 1. Baik
sarana jajanan mengenai higiene sanitasi pada kondisi sarana Wawancara Observasi 2. Buruk
yang digunakan untuk berjualan seperti gerobak atau
kios sesuai pedoman higiene sanitasi makanan jajanan
(Budiman dan Riyanto, 2013).
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
yang besarnya semua variabel digambarkan dalam bentuk numerik. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional di mana data variabel bebas
dan variabel terikat dibandingkan pada waktu yang sama. Penelitian ini dilakukan
observasi.
sikap serta check list untuk tindakan yang terdiri atas: kebersihan diri pedagang,
yang berjualan di sekitar sekolah dasar Cipinang Besar Utara, baik yang didalam
35
maupun diluar gedung sekolah. Populasi pedagang makanan jajanan di lokasi
penelitian ini terdiri atas dua jenis, yaitu pedagang yang mengolah dan
menjajakan makan serta pedagang yang hanya menjajakan makanan yang sudah
jadi.
subjek yang akan diteliti merupakan seluruh anggota populasi. Kriteria sampel
hidangan ke konsumen;
lebih 50 orang. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria kurang lebih 45 orang.
Besar sampel yang bersedia menjadi responden dari kriteria tersebut adalah 35
orang.
36
4.4 Pengumpulan Data
dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Validitas adalah suatu ukuran tingkat
menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya (Budiman dan Riyanto,
2013).
dibuat oleh Budiman dan Riyanto (2013). Kumpulan kuesioner tersebut sudah
digunakan oleh tiga penelitian lain. Kuesioner ini sudah dilakukan uji validitas
sampel (n) 20 responden dan nilai alpha 0,05, didapatkan r tabel sebesar
dan nilai alpha 0,05, didapatkan r tabel sebesar 0,576. Jumlah pertanyaan
37
untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut tepat untuk mengukur variabel
a. Uji Validitas
b. Uji Reliabilitas
untuk menilai pengetahuan dan sikap serta check list dan wawancara untuk
38
Data sekunder yang diperoleh antara lain dari instansi terkait dalam penelitian
ini, yaitu Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Timur serta situs resmi
computer tertentu
39
4.5.2 Analisis Data
Analisis data yang telah terkumpul dilakukan secara deskriptif baik pada
pengetahuan dan sikap yang dijawab dengan benar atau positif diberikan nilai 1
dan salah atau negatif diberikan nilai 0. Sedangkan observasi tindakan yang
4.6.1 Pengetahuan
40
d. Pengetahuan menngenai sarana yang digunakan diukur melalui 3
4.6.2 Sikap
4.6.3 Tindakan
41
d. Tindakan terhadap sarana yang digunakan diukur melalui
diintepretasikan menjadi dua, yaitu baik dan buruk dan digunakan untuk
2008).
42
BAB V
HASIL
43
5.1.2 Gambaran Umum Sekolah Dasar di Kelurahan Cipinang
Besar Utara
44
5.2 Gambaran Umum Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar
diperoleh dari hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 5.2 sebagai berikut:
45
5.2.2 Gambaran Umur Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah
No. Umur n %
1. 20 2 5,7
2. 21 - 30 8 22,9
3. 31 - 40 12 34,3
4. 41 - 50 8 22,9
5. 51 5 14,3
Total 35 100
berdasarkan jenis sarana berdagang yang digunakan dalam tabel 5.4 sebagai
berikut:
46
Tabel 5.4 Distribusi Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar
Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014 berdasarkan Jenis Sarana
Berdagang
sarana berdagang.
sebagai berikut:
47
Berdasarkan tabel 5.5, sebanyak 60% pedagang makanan jajanan merupakan
diminta untuk berdagang makanan jajanan oleh pihak sekolah atau yayasan untuk
lama bekerja sebagai pedagang makanan jajanan dapat dilihat dalam tabel
Berdasarkan tabel 5.6, sebagian besar pedagang makanan jajanan telah bekerja
selama 10 tahun (74,3%) dan hanya 2,9% pedagang makanan jajanan yang telah
48
5.2.6 Gambaran Tingkat Pendidikan Pedagang Makanan Jajanan di
orang (2,9%).
makanan jajanan di sekolah dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara tahun 2014.
49
5.3.1 Aspek Pengetahuan Mengenai Kebersihan Diri pada Pedagang
Tahun 2014
(54,3%) dan pengetahuan yang baik mengenai sikap yang bukan termasuk
menjaga kebersihan sebesar 65,7%. Hasil skoring pada jawaban yang benar
50
sebesar 1 dan tertinggi sebesar 5 dengan mean sebesar 3,86. Data yang
diperoleh dikelompokkan menjadi buruk jika skor 3 dan baik jika skor > 3.
(60%).
Tahun 2014
51
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan
Tingkat Pengetahuan Pedagang Makanan Jajanan mengenai
Peralatan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun
2014
No. Pertanyaan
Benar % Salah %
Peralatan
B6 Tahapan mencuci peralatan untuk 28 80 7 20
makanan jajanan yang benar
B7 Syarat tempat penyimpanan 22 62,9 13 37,1
makanan yang baik
B8 Tindakan yang menyebabkan 16 45,7 19 54,3
pencemaran makanan
B9 Kondisi peralatan yang digunakan 31 88,6 4 11,4
untuk menyiapkan makanan
mean sebesar 2,77 . Kemudian data dikelompokkan menjadi buruk jika skor
2,5 dan baik jika skor > 2,5. Hasil perhitungan pada variabel pengetahuan
mengenai peralatan pada pedagang makanan jajanan disajikan pada tabel 5.11
sebagai berikut:
52
Tabel 5.11 Distribusi Pengetahuan Mengenai Peralatan pada Pedagang
Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun
2014
No Kategori n %
1. Baik 22 62,9
2. Buruk 13 37,1
Total 35 100
Tahun 2014
53
No. Pertanyaan
Benar % Salah %
Penyajian
B13 Penyebab menurunnya kualitas 13 37,1 22 62,9
makanan
B14 Contoh makanan yang baik 16 45,7 19 54,3
untuk kesehatan
menjawab dengan baik mengenai bahan kimia yang boleh terkandung didalam
makanan.
(62,9%) serta pengetahuan yang buruk mengenai contoh makanan yang baik
tertinggi sebesar 5 dengan mean sebesar 3,17. Kemudian data dibagi menjadi
buruk jika skor 2,5 dan baik jika skor > 2,5. Dari variabel pengetahuan
54
Tabel 5.13 Distribusi Pengetahuan Mengenai Penyajian pada Pedagang
Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun
2014
No Kategori n %
1. Baik 24 68,6
2. Buruk 11 31,4
Total 35 100
Tahun 2014
55
Dari tabel 5.14 diketahui sebesar 60% responden memiliki pengetahuan
yang baik mengenai persyaratan fasilitas sarana pedagang kaki lima yang
jajanan, diperoleh mean sebesar 2,17 dengan skor terendah sebesar 0 dan skor
1,5 dan baik jika skor > 1,5. Hasil pengolahan data pengetahuan mengenai
sarana pada pedagang makanan jajanan menunjukan presentasi pada tabel 5.15
sebagai berikut:
makanan jajanan di sekolah dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara tahun 2014
56
mengenai kesediaan untuk menuruti berbagai persyaratan mengenai higiene
Tahun 2014
57
Berdasarkan tabel 5.16, diketahui bahwa masih ada sebagian pedagang
makanan jajanan yang sikap yang buruk terhadap tidak bolehnya bersih atau
batuk saat mengolah makanan (51,4%). Hasil penelitian dari aspek sikap
Besar Utara tahun 2014, dapat disimpulkan bahwa mean sebesar 5,51 dengan
kebersihan diri buruk jika skor 4 dan baik jika skor lebih dari 4.
No Kategori n %
1. Baik 28 80
2. Buruk 7 20
Total 35 100
sebagian besar memiliki sikap yang baik terhadap standar kebersihan diri
(80%).
58
5.4.2 Aspek Sikap Terhadap Peralatan pada Pedagang Makanan
2014
59
Berdasarkan tabel 5.18, keseluruhan pertanyaan mengenai sikap mengenai
peralatan dapat dijawab oleh sebagian besar responden. Hal ini terlihat dari
jajanan, diketahui skor terendah sebesar 4 dan tertinggi sebesar 6 dengan mean
jika skor 5 dan baik jika skor > 5. Berdasarkan hasil penelitian yang
Berdasarkan Tabel 5.19, terdapat sebesar 65,7% pedagang makanan jajanan yang
memiliki sikap yang baik untuk terhadap standar kebersihan pada peralatan.
2014
60
Tabel 5.20 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan
Sikap Pedagang Makanan Jajanan Terhadap Penyajian di Sekolah
Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014
No. Pernyataan mengenai Positif % Negatif %
Penyajian
C14 Pengolah makanan harus 35 100 - -
memilih bahan makanan
yang baik dan bersih
C15 Memisahkan bahan makanan 33 94,3 2 5,7
mentah dengan
makanan matang harus
dilakukan pengolah makanan
C16 Penjamah makanan menutup 33 94,3 2 5,7
makanan jadi dengan
penutup yang bersih dan
melindungi (tudung
saji/tutup panci dll)
C17 Penjamah memanaskan 5 14,3 30 85,7
secara berulang-ulang olahan
sayuran hijau (bayam,
kangkung dll).
penyajian dapat dijawab dengan baik, hal ini dapat dilihat dari jumlah
sebesar 4 dan mean sebesar 3,74. Data dibagi menjadi buruk jika skor 3 dan
baik jika skor > 3. Tabel 5.21 berikut ini merupakan hasil penelitian mengenai
61
Tabel 5.21 Distribusi Sikap Terhadap Penyajian pada Pedagang Makanan
Jajanan di Sekolah Dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014
No Kategori n %
1. Baik 28 80
2. Buruk 7 20
Total 35 100
2014
62
Dari tabel 5.22 diketahui bahwa kedua pertanyaan sikap terhadap
penyajian dapat dijawab oleh hampir seluruh pedagang makanan jajanan yang
jajanan, diperoleh mean sebesar 1,97 dengan skor terendah sebesar 1 dan skor
tertinggi sebesar 2. Aspek sikap terhadap sarana dikatakan buruk jika skor
Dibawah ini pada tabel 5.23 merupakan hasil perhitungan variabel sikap
63
Besar Utara tahun 2014 yang sesuai pedoman higiene sanitasi makanan
jajanan.
2014
makanan jajanan mengeai kebrsihan diri diperoleh hasil pada tabel 5.24
berikut.
64
No. Pesyaratan Tidak
Memenuhi % %
Kebersihan Diri memenuhi
D7 Tidak sambil merokok, 32 91,4 3 8,6
menggaruk anggota badan
(telinga, hidung, mulut atau
bagian lainnya
D8 Tidak batuk atau bersin di 33 94,3 2 5,7
hadapan makanan jajanan
yang disajikan dan atau tanpa
menutup mulut atau hidung
Dari tabel 5.24, diketahui bahwa sebagian besar pedagang tidak menjaga
kebersihan tangan, rambut kuku dan pakaian (62,9%), tidak memakai celemek
dan tutup kepala (97,1%) serta tidak mencuci tangan setiap kali menangani
makanan (97,1%).
tahun 2014, didapatkan skor terendah sebesar 2 dan tertinggi sebesar 7 dengan
mean sebesar 4,94. Data yang diperoleh dikelompokkan menjadi buruk jika
skor 4,5 dan baik jika skor lebih dari 4,5. Hasil penelitian pada tindakan
kebersihan diri pada pedagang makanan jajanan dapat dilihat pada tabel 5.25
berikut:
65
Berdasarkan Tabel 5.27, dapat diketahui bahwa sebagian besar pedagang
Tahun 2014
Dari tabel 5.26, diketahui bahwa masih ada pedagang makanan jajanan
yaitu tidak mengeringkan peralatan dengan alat / lap yang bersih (37,1%) dan
jajanan, disimpulkan bahwa mean sebesar 3,02 dengan skor terendah sebesar 1
66
dan tertinggi sebesar 4. Data dikelompokkan menjadi buruk jika skor 2,5
dan baik jika skor > 2,5. Hasil uji statistik pada variabel tindakan terhadap
peralatan pada pedagang makanan jajanan ditunjukkan pada tabel 5.27 berikut
ini:
2014
67
No. Pesyaratan Tidak
Memenuhi % %
Penyajian memenuhi
D14 Semua bahan olahan dalam 24 68,6 11 31,4
kemasan yang diolah menjadi
makanan jajanan harus bahan
olahan yang terdaftar di
Departemen Kesehatan, tidak
kadaluarsa, tidak cacat atau tidak
rusak
D15 Bahan makanan serta bahan 35 100 - -
tambahan makanan dan bahan
penolong makanan jajanan siap
saji harus disimpan secara terpisah
D16 Bahan makanan yang cepat rusak 35 100 - -
atau cepat membusuk harus
disimpan dalam wadah terpisah
D17 Makanan jajanan yang disajikan 31 88,6 4 11,4
harus dengan tempat/alat
perlengkapan yang bersih, dan
aman bagi kesehatan
D18 Makanan jajanan yang disajikan 20 57,1 15 42,9
harus dalam keadaan terbungkus
atau tertutup
D19 Pembungkus yang digunakan dan 28 80 7 20
atau tutup makanan harus dalam
keadaan bersih dan tidak
mencemari makanan
D20 Pembungkus sebagaimana 35 100 - -
dimaksud dalam poin sebelumnya
tidak ditiup
D21 Makanan jajanan yang diangkut 24 68,6 11 31,4
dalam keadaan tertutup atau
terbungkus dalam wadah yang
bersih
D22 Makanan jajanan yang diangkut 35 100 - -
dalam wadah yang terpisah
dengan bahan mentah sehingga
terlindung dari pencemaran
68
Pada tabel 5.28 diketahui bahwa meskipun sebagian besar tindakan
terhadap penyajian pada responden baik, sebagian kecil responden masih ada
(31,4%), tidak menyajikan makanan dalam keadaan tertutup (42,9%) dan tidak
dan mean sebesar 8,57. Kemudian data dibagi menjadi buruk jika skor 8 dan
baik jika skor > 8. Berdasarkan hasil penelitian pada variabel tindakan saat
No Kategori n %
1. Baik 21 60
2. Buruk 14 40
Total 35 100
69
5.5.4 Aspek Tindakan Terhadap Sarana pada Pedagang Makanan
2014
tindakan terhadap sarana pada pedagang makanan jajanan yang dapat dilihat
sarana berjualan yang buruk terlihat dari tidak tersedianya tempat air bersih
(62,9%) dan tidak tersedia tempat cuci (57,1). Di sisi lain, meskipun sebagian
70
ditemukan adanya konstruksi sarana yang sulit dibersihkan (28,6%), tidak
tersedia tempat sampah (37,1%) dan tidak makanan yang tidak dapat
makanan jajanan diketahui skor terendah sebesar 3 dan skor tertinggi sebesar 8
dengan mean sebesar 5,45. Tindakan terhadap sarana dikatakan buruk jika
skor 5,5 dan baik jika skor > 5,5. Dari aspek tindakan terhadap sarana
No Kategori n %
1. Baik 16 45,7
2. Buruk 19 54,3
Total 35 100
71
BAB VI
PEMBAHASAN
lain:
72
informasi karena tidak semua pedagang mencuci peralatan dan
Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian Agustina (2009), dimana
kelamin perempuan.
sebagai pedagang makanan jajanan dikarenakan daya tahan tubuh yang lebih
73
diobservasi secara langsung, pada umumnya perempuan lebih sering mencuci
terdapat kemungkinan higiene sanitasi yang lebih rendah pada responden yang
6.2.2 Umur
kelompok umur 31-40 tahun (34,3%) dan paling sedikit yaitu umur 20 (18)
(2008), dimana umur responden terendah (17 tahun) sebesar 2,8% dengan
Banyaknya kelompok usia 31-40 tahun yang bekerja sejalan dengan data
dari Portal Data Indonesia (2012), dimana jumlah penduduk yang bekerja
menurut umur yang jumlahnya paling besar adalah kelompok umur 31-40
yang dewasa dan dapat mengerti segala sesuatu. Setidaknya dengan keadaan
ini, responden dapat berpikir dan menanggapi secara positif bagaimana cara
74
sewaktu-waktu diberikan penyuluhan. Hal ini diperkuat oleh penelitian
pedagang makanan jajanan, dimana semakin tua usianya semakin baik tingkat
kios. Di sisi lain dalam alasan pemilihan jenis sarana berdagang, berdasarkan
kios. Gerobak memiliki tempat penyimpanan yang lebih kecil dan gelap pada
dibandingkan sisi kanan dan kirinya. Karena bidang pada sisi tersebut lebih
sempit, cahaya yang masuk lebih sedikit sehingga lebih sulit untuk
75
Peralatan yang disimpan tersebut berisiko terkontaminasi oleh permukaan
tempat penyimpanan. Hal ini diperkuat oleh penelitian Susanna dan Hartono
tempat penyimpanan terletak pada bidang yang lebih besar. Letak penutup
pada bidang yang lebih besar diharapkan terdapat lebih banyak cahaya yang
sarana berupa peminjam, yaitu orang yang diminta untuk berjualan makanan
jajanan oleh pihak sekolah atau yayasan tanpa dipungut biaya sewa. Peminjam
sarana berjualan pada umumnya adalah keluarga atau kerabat dari penjaga
sekolah.
bahwa membersihkan peralatan dan gerobak yang digunakan cukup di lap dan
76
dibilas dengan air saja. Kalaupun di cuci tidak perlu menggunakan sabun
selama masih terlihat bersih. Hal ini dikarenakan kurangnya rasa memiliki
gerobak yang disewanya. Di sisi lain, hal tersebut jarang terlihat pada
penyewa.
kurang dari 11 tahun (74,3%), sedangkan hanya 2,9% responden yang bekerja
lebih dari 20 tahun. Hasil penelitian ini hampir serupa dengan penelitian
selama kurang dari 11 tahun menempati presentase terbesar yaitu 47,8% dan
77
Responden yang bekerja sebagai pedagang makanan jajanan dikarenakan
sebagai pedagang makanan jajanan setelah mencapai 1 tahun atau lebih maka
beberapa pedagang yang baru bekerja selama kurang dari 1 tahun. Mengingat
kesehatan setempat.
terbanyak yang pernah ditempuh oleh pedagang makanan jajanan adalah SMA
/ sederajat (40%) dari 35 responden dan jenjang pendidikan paling sedikit dan
paling rendah yang pernah ditempuh responden adalah tidak sekolah yaitu
2,9%. Presentase dari penelitian ini hampir serupa dengan penelitian Agustina
serta ada 1 orang responden yang pernah menempuh jenjang perguruan tinggi
tetapi tidak ada responden yang tidak tamat SD atau tidak sekolah.
78
Responden yang sebagian besar tingkat pendidikannya SMA / sederajat
melanjutkan pendidikan yang mahal serta harus membantu keluarga. Hal ini
terlihat dari tidak adanya satupun responden yang berasal dari tingkat
yang cukup tinggi. Hal ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi
baik lagi.
tingkat pendidikan tidak selalu diiringi dengan tingkat pengetahuan yang lebih
baik dikarenakan presentase tingkat pengetahuan yang paling baik ada pada
dilaksanakan agar dapat tercipta suatu kebiasaan yang positif terhadap higiene
sanitasi makanan.
79
6.3 Pengetahuan Higiene Sanitasi Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah
(68,6%) memiliki tingkat pengetahuan higiene sanitasi yang baik. Berikut ini
aspek higiene sanitasi makanan di sekolah dasar Kelurahan Cipinang Besar Utara.
Tahun 2014
pedagang makanan jajanan mengenai kebersihan diri sudah baik (60%). Dari
buruk terhadap tubuh serta bagaimana cara menjaga kebersihan diri sudah
dikatakan baik.
jajanan pengetahuan yang buruk mengenai akibat kebiasaan hidup yang tidak
80
bersih (45,7%) karena tidak mengetahui bahwa hal tersebut menimbulkan
sikap terhadap kebersihan yang buruk karena mereka tidak mengetahui dengan
meskipun ada sebagian poin yang termasuk buruk tidak terlepas dari
mengenai akibat kebiasaan hidup tidak bersih serta pencemaran makanan yang
lumrah.
baik di atas 50%, namun tingkat pengetahuan pada poin apakah penyebaran
penyakit melalui makanan dari pedagang yang sakit diare masih rendah
81
responden yang memiliki pengetahuan buruk menunjukkan bahwa tingkat
penurunan jumlah pada tingkat pendidikan SMP ke SMA. Hal ini semakin
(60,47%) pengetahuan kebersihan diri pada penjajanya kurang (skor <4 dari
10).
penelitian Wahyuni (2005) dengan penelitian ini dalam hal tingkat pendidikan
informasi lain seperti penyuluhan atau media masa yang didapat sehingga
82
dilakukan agar pengetahuan dan kesadaran mengenai kebersihan diri dapat
ditingkatkan.
2014
peralatan pada sebagian besar pedagang makanan jajanan adalah baik (62,9%).
dengan baik oleh responden kecuali poin pertanyaan tentang tindakan yang
matang karena efeknya dapat terjadi beberapa jam setelah makanan tersebut
dikonsumsi.
83
Sebagian berpendapat bahwa debu, bau tak sedap dan asap tidak harus selalu
dihindarkan dari tempat penyimpanan makanan karena hal seperti itu sangat
lumrah terjadi saat berjualan. Makanan yang tercemar oleh debu dan asap
peralatan yang baik dan benar serta penyimpanan peralatan) dapat dijawab
dengan baik oleh sebagian besar responden ( > 50%). Adanya kesamaan
tidak mengetahui jika peralatan yang digunakan harus dalam keadaan utuh
(tidak patah, gompel dan retak), kedap air dan tidak terdapat ukiran.
84
dibersihkan terlebih dahulu tanpa melihat kualitasnya secara fisik. Oleh karena
jenis bahan tambahan makanan yang aman dan aturan penggunaannya serta
2014
lain karena makanan yang dijajakan langsung habis terjual, responden tidak
saja yang baik untuk kesehatan karena mereka menganggap makanan yang
85
siap saji seperti makanan kalengan dan mie instan tidak menimbulkan dampak
2013).
presentasenya tidak terlalu besar tetapi patut mendapat perhatian antara lain:
bahan kimia yang boleh terkandung dalam makanan. Hal tersebut dikarenakan
saja yang boleh atau dilarang dipergunakan untuk makanan serta pengakuan
makanan.
86
Berbeda dengan penelitian Wahyuni (2005) yang menyatakan seluruh
bersih dan pembungkus atau wadah yang bersih dapat dijawab dengan baik
pembungkus dapat tercemar jika ditiup serta makanan dijajakan dengan cara
2014
memahami bahwa makanan yang tidak dibiarkan terbuka tidak akan tercemar.
87
persyaratan sarana berjualan makanan jajanan yang baik dan persyaratan
tersebut tidak disosialisasikan secara luas oleh instansi terkait seperti dinas
kesehatan setempat.
higiene sanitasi makanan jajanan. Oleh karena itu, saat pelatihan dan
sarana serta bagaimana bentuk sarana yang dapat melindungi makanan yang
responden (SMA / sederajat) serta informasi yang mungkin tidak dengan sengaja
diketahui oleh responden, seperti dari percakapan harian, pengalaman hidup serta
informasi dari media masa.. Pentingnya pendidikan dan pelatihan higiene sanitasi
88
makanan diungkapkan oleh Mortimore dan Wallace (2001), bahwa kebersihan diri
serta pendidikan dan pelatihan tentang higiene sangat penting karena derajat
kebersihan suatu usaha tergantung pada perilaku higiene yang ditunjukkan oleh
higiene sanitasi makanan dari segi kebersihan diri, peralatan, penyajian dan sarana
atau merespon sesuatu, baik rangsangan positif maupun rangsangan negatif dari
suatu objek. Meskipun sikap belum merupakan wujud tindakan, sikap merupakan
sanitasi makanan. Berikut ini uraian mengenai sikap higiene sanitasi pada
2014
89
sebagian besar responden (80%) memiliki sikap yang baik terhadap standar
diri, ada seorang responden yang mengatakan bahwa boleh saja memiliki
kuku yang panjang saat berjualan asalkan kukunya bersih meskipun saat
responden yang bersikap positif terhadap boleh saja bersin atau batuk saat
mengolah bahan makanan karena hal tersebut dianggap tidak dapat mencemari
dijawab dengan baik oleh sebagian besar responden. Di sisi lain, terdapat 50%
sedang (skor 4-7,5 dari 10). Dalam hal kebersihan kuku, sebagian besar
90
responden tidak setuju jika memiliki kuku panjang. Mereka menganggap kuku
diketahui sebesar 65,7% memiliki sikap yang baik terhadap standar kebersihan
dikarenakan alat masak dan alat makan yang kotor tidak enak dilihat dan tidak
positif dalam penggunaan kertas bekas untuk alas makanan. Meskipun jumlah
makanan karena terdapat logam berat berupa timbal (Pb) pada tinta yang
masih melekat pada kertas (Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2009). Timbal
sangat berbahaya jika termakan terutama oleh ibu hamil karena dapat
91
Sejalan dengan penelitian Muthmainnah (2012) pada sebaran pernyataan
baik oleh responden. Pernyataan penggunaan kertas bekas untuk alas makanan
higiene sanitasi peralatan (skor 1,6-3 dari 4). Sikap tersebut terlihat dari
harus dicuci terlebih dahulu karena mereka menganggap hal itu penting untuk
responden yang memiliku sikap yang baik terhadap penyajian sebesar 80%.
Hal ini terlihat dari sebaran pernyataan sikap terhadap penyajian sebanyak
empat soal menunjukkan semua soal dapat dijawab dengan baik oleh
92
responden. Semua responden menanggapi secara positif jika pengolah bahan
makanan harus memilih bahan makanan yang baik dan bersih. Makanan yang
menutup makanan dengan penutup yang bersih juga ditanggapi secara positif
pemanasan sayuran berulang kali tidak baik, hal ini dimungkinkan responden
setuju dengan penggunaan bahan makanan yang baik dan bersih, baik sebelum
harus menutup makanan jadi dengan penutup yang bersih, baik sebelum
100% responden yang setuju pada pemanasan sayuran hijau tidak boleh
93
responden yang cenderung baik dikarenakan responden adalah kader yang
menunjukkan sikap positif jika kebersihan tempat berjualan harus dijaga. Hal
ini dikarenakan tempat sampah sangat diperlukan untuk membuang sisa dan
menampung sisa olahan makanan serta berbagai kemasan bekas pakai agar
94
Sehubungan mengenai teori tentang sikap yang digunakan, sikap pedagang
berjualan yang ada di sekolah dasar Kecamatan Cipinang besar Utara masih
ditemukan hal yang tidak konsisten dalam menyikapi higiene sanitasi makanan.
Ketidakkonsistenan itu terlihat dari banyaknya responden yang berpikir boleh saja
Sikap yang diwujudkan menjadi suatu perbuatan nyata oleh suatu individu
Berikut ini penjabaran analisis hasil penelitian pada aspek tindakan higiene
tindakan kebersihan diri pedagang makanan yang diperoleh dari observasi dan
95
wawancara, ditemukan jumlah responden yang sebagian besar tidak
(tangan, kuku dan rambut) sebanyak 62,9%, tidak memakai celemek dan tutup
kepala (97,1%) serta tidak mencuci tangan setiap kali hendak menangani
makanan (97,1%).
memiliki kuku yang panjang dan kehitaman serta mengenakan pakaian yang
terlihat kotor. Kebersihan diri yang buruk tersebut dikarenakan para pedagang
makanan yang terlihat tidak peduli pada kebersihan kuku serta pakaiannya.
Padahal pakaian, tangan dan kuku yang kotor dapat memindahkan agen
kepala hanya ditemukan pada satu orang responden, namun pemakaian tutup
kepala berupa kerudung atau topi dilakukan karena alasan kebiasaan, bukan
tutup kepala sangat penting untuk mencegah rambut terjatuh dan masuk
dengan bakeri yang melekat, keberadaan sehelai rambut pada makanan dapat
dikarenakan mereka sudah terbiasa tidak mencuci tangan serta sarana air
tempat air bersih juga ditemukan pedagang makanan jajanan yang tidak
96
menangani makanan, terlebih saat pembeli yang hampir seluruhnya anak-anak
datang dalam jumlah banyak ketika waktu istirahat dan pulang sekolah. Saat
menyediakan sabun dan tempat air yang terpisah antara air untuk mencuci
tangan dengan mencuci peralatan serta membiasakan cuci tangan dengan cara
pemilik kios hendaknya menyediakan tempat cuci tangan yang memadai. Jika
menggunakan wadah air khusus untuk mencuci tangan yang diletakkan tidak
terlalu jauh atau mengusulkan kepada pemilik kios untuk menyediakan tempat
97
menunjukkan presentase yang rendah meskipun sudah diberi pelatihan dan
yang baik pada respondennya sebesar 52,2%. Pada penelitian tersebut tidak
ditemukan responden yang menderita penyakit menular dan tidak ada yang
terdapat luka atau bisul. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden
(34,8%) tamat SMA / sederajat. Di sisi lain, seluruh responden tidak ada yang
mengganggu kenyamanan.
98
6.5.2 Tindakan Terhadap Peralatan pada Pedagang Makanan
2014
peralatannya dengan lap yang bersih (37,1%). Hal ini dikarenakan mereka
beranggapan bahwa peralatan yang sudah dicuci cukup ditiriskan saja sampai
kering sehingga tidak perlu dilap kembali. Selain itu, meskipun peralatan yang
terlihat sudah lusuh. Penggunaan lap yang sudah kotor untuk mengelap
adalah rak piring yang terbuka serta ada yang menggunakan tempat yang
penyimpanan yang bersih, tertutup serta terlindungi merupaka hal yang tidak
99
terlalu penting selama peralatan yang disimpan masih terlihat bersih secara
kasat mata. Media informasi yang lebih memadai seperti media massa
sebelum digunakan meningkat dari 35,7% menjadi 50%. Penggunaan lap yang
sama untuk tangan dan peralatan berkurang dari 100% menjadi 92,9%.
Pencucian peralatan dengan sabun dan air mengalir meningkat dari 42,9%
menjadi 50% serta penggunaan kertas bekas untuk alas makanan berkurang
dari 92,9% menjadi 57,1%. Hal tersebut dikarenakan materi pelatihan dan
Kebersihan peralatan yang dipakai seperti sendok, mangkok, gelas, piring dan
jajanan memiliki cara penyajian yang baik. Pada distribusi frekuensi tindakan
100
terhadap penyajian, semua persyaratan mengenai higiene sanitasi saat
yang tidak terdaftar adalah selai curah dan saos sambal. Selai dan saos sambal
ditemukan juga produk saos yang terdaftar di BPOM, produk makanan yang
dengan makanan yang dijajakan secara tertutup (57,1%). Selain itu, sebesar
atau terbungkus dalam wadah yang bersih. Pada umumnya hal ini ditemukan
pada makanan jajanan yang digoreng. Setelah bahan mentah digoreng lalu
bertiup dan debu yang beterbangan dapat mengenai makanan karena pedagang
jalan tersebut merupakan jalan yang sepi dan tidak banyak kendaraan
kontaminasi.
101
Hampir serupa dengan penelitian Muthmainnah (2012), dalam
penutup berupa kertas atau plastik. Penutup yang berupa plastik atau kertas
tidak memadai karena memiliki struktur yang ringan dan mudah tertiup angin
sanitasi yang buruk dalam penyajian. Higiene sanitasi penyajian yang buruk
yang tertutup dapat terhindar dari berbagai kontaminasi serta vektor seperti
lalat, kecoa dan tikus (Ide, 2007). Oleh karena itu, pelatihan dan
102
6.5.4 Tindakan Terhadap Sarana pada Pedagang Makanan Jajanan
sarana berjualan yang tidak terpenuhi, yaitu tidak adanya tempat air bersih
(62,9%) serta tidak tersedianya tempat cuci (alat, tangan dan bahan makanan)
sebanyak 57,1%.
makanan. Meskipun ada sarana air bersih yang tersedia pada sarana berjualan
tempat penyimpanan air berupa ember. Air yang dibawa pada mulanya bersih
salah, yaitu sekedar menceburkan tangan ke wadah air. Kotoran yang melekat
Dasar di Kabupaten Tangerang tidak memenuhi syarat air bersih (75,5%) dan
103
kuantitasnya belum mencukupi. Kurangnya air bersih secara kuantitas
tersedianya sumber air bersih. Air yang terlalu sedikit dan sumber air yang
keterbatasan ekonomi.
Saat tahap persiapan pegolahan makanan, air digunakan untuk merendam dan
mencuci bahan mentah, serta untuk mencuci tangan pengolah makanan. Tahap
yang mengolah makanan. Oleh karena itu air yang digunakan harus memenuhi
Selain itu, sebesar 28,6% memiliki konstuksi sarana penjaja makanan yang
sulit dibersihkan. Pada kios, ada beberapa hal yang menyebabkan kios tersebut
sulit dibersihkan, antara lain: luas kios yang sempit dijejali berbagai macam
makanan ringan yang masih dikemas didalam kardus serta ditumpuk di bawah
104
meja, penggunaan meja kayu yang permukaannya tidak rata serta
penyajian makanan di bawah meja tersebut, seperti tumpukan kayu dan alas
kaki yang berdebu. Kardus berisi makanan ringan yang ditumpuk dibawah
alas kaki yang berdebu dapat mencemari makanan yang sedang dimasak diatas
meja tersebut.
dan kayu serta permukaan kayu yang terlihat berpori besar menyebabkan
peralatan yang berada di sisi bawah bagian dalam gerobak seringkali menjadi
lebih fokus pada pembersihan peralatannya saja. Dari penelitian Susanna dan
Hartono (2003), Kebersihan pada gerobak dinilai kurang daripada kios. Semua
gerobak yang diteliti lebih banyak mengandung angka kuman yang tinggi ( >
tempat sampah pada sarana tempat berjualan. Pada umunya pedagang yang
105
mentah yang siap dimasak tanpa perlu membuka kulit luar atau kemasannya.
jika isinya akan dimasak. Namun ada juga pedagang makanan jajanan yang
yang dapat dibuang begitu saja saat gerobak sedang dilap sehingga tempat
dalam kedaan terlindung dari pencemaran. Hal ini berkaitan dengan poin
yang digunakan serta sarana berjualan yang mampu menutup makanan yang
disajikan.
adalah buruk. Tindakan terhadap: kebersihan diri, peralatan dan penyajian masih
bisa dinilai baik, kecuali tindakan terhadap sarana yang digunakan. Hal ini
dimungkinkan karena pengetahuan dan sikap yang secara umum adalah baik. Di
sisi lain, gambaran sikap yang secara umum baik, dan gambaran sikap yang
106
adanya pengetahuan yang baik dan sikap positif yang bertentangan dengan
instansi setempat.
107
BAB VII
7.1 Simpulan
sebagai berikut:
108
2. Pengetahuan responden sebagian besar sudah baik, yaitu pengetahuan
3. Gambaran sikap responden adalah baik pada seluruh aspek, antara lain::
7.2 Saran
109
3. Melakukan pengawasan dan pembinaan mengenai penerapan
digunakan.
110
7.2.3 Saran bagi Instansi
sebagai percontohan.
111
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Febria. dkk. 2009. Hygiene Sanitasi pada Pedagang Makanan Jajanan
Tradisional di Lingkungan Sekolah Dasar di Kelurahan Demang Lebar
Daun Palembang Tahun 2009. Jurnal Publikasi Ilmiah Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya.
Aminah, Siti dan Nur Hidayah. 2006. Pengetahuan Keamanan Pangan Penjual
Makanan Jajanan Di Lingkungan Sekolah Kelurahan Wonodri Kecamatan
Semarang Selatan Kota Semarang. Jurnal Litbang Universitas
Muhammadiyah Semarang, Vol 4, No 3 (2006). h 19-24.
Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi: Keracunan Makanan. Jakarta: EGC.
Avis, James dkk. 2010. Teaching in Lifelong Learning: A Guide to Theory and
Practice. Berkshire: McGraw-Hill.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 2012. Laporan Tahunan Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 2012. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Dairi
Tahun 2007-2011. Dairi: Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi.
Bank Data DKI Jakarta. 2009. Kondisi Demografi. Diakses tanggal 29 Maret 2013
dari
(http://www.jakarta.go.id/web/bankdata/download/246/Kondisi%20Demo
grafi.pdf).
112
_________. 2010. JumlahSiswa Sekolah Dasar (SD) Berdasarkan Status Sekolah.
Diakses tanggal 29 Maret 2013 dari (http://www.jakarta.go.id).
Budiman dan Agus Riyanto. 2013. Kapita selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Cahanar, P dan Iwan Suhanda. 2006. Makan Sehat Hidup Sehat. Jakarta: PT.
Kompas Media Nusantara.
Dahlan, M. Sopiyudin. 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Edisi -3.
Jakarta: Salemba Medika.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Ditjen PPM dan PLP Depkes RI.
1999. Tentang Prinsip-Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan.
113
Hanafiah, M. Jusuf dan Amri Amir. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum
Kesehatan. Jakarta: EGC.
Hidayat, Alimul Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Judarwanto, Widodo. 2012. Perilaku Makan Anak Sekolah. Diakses pada tanggal
20 Maret 2013 dari
(http://gizi.depkes.go.id/makalah/download/perilaku%20makan%20anak%
20sekolah.pdf).
Lindawati. dkk. 2006. Isolasi dan Analisis Keragaman Genetik Escherichia Coli
pada Makanan Jajanan Berdasarkan Sekuen Eric PCR. Jurnal. Atma
nan Jaya: majalah ilmiah Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya,
Volume 21, Issue 1 (2006). Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma
Jaya. h 25.
Lingga, Lanny. 2012. Bebas Diabetes Tipe-2 Tanpa Obat. Jakarta: AgroMedia.
114
Mokoginta, Lukman. 1999. Jakarta Untuk Rakyat. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Portal Data Indonesia. 2012. Penduduk yang Bekerja Menurut Umur 2012.
Diakses tanggal 14 Desember 2014 pukul 7.22 dari
(http://data.id/dataset/penduduk-yang-bekerja-menurut-kelompok-umur-
dan-jenis-kelamin-2011/resource/2bf75928-9e0e-4786-8113-
6d59ca4f72af).
115
Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 1, No 1 (2012). Fakultas
Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. h 1.
Sinsin, Iis. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak: Masa Kehamilan dan Persalinan.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Suci, Eunike Sri Tyas.2009. Gambaran Perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar di
Jakarta. Jurnal. Psikobuana tahun 2009, Vol. 1, No. 1. Departemen
Psikologi, Universitas Atma Jaya. h 29-38.
Sunardi, Tuti. 1996. Makanan untuk Tumbuh Kembang Bayi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Sunardi, Tuti dan Susirah Soetardjo. 2001. Hidangan Sehat Untuk Mencegah
Kanker. Jakarta: Gramedia.
Surveilans Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Data tabular dari STP tahun 2009
2012. Diakses tanggal 24 Agustus 2014 pukul 0:00 dari (http://surveilans-
dinkesdki.net/tab_stp.php).
Susianto. dkk. 2008. Diet Enak Ala Vegetarian. Jakarta: Penebar Plus.
116
Tarwotjo, C. Soejoeti. 1998. Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Jakarta.: Grasindo.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan
Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu. Bandung: PT. Imtima.
Utami, Prapti. 2013. Diet Aman dan Sehat Dengan Herbal. Jakarta: FMedia.
Zendrato, Ruth Nove Cahayani. 2012. Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Kaki
Lima yang Beroperasi di Jalan Prof. Dr. M. Yamin. Jurnal Mahasiswa
Ilmu Sosiatri, Volume 1 No. 1, Desember 2012. Program Studi Ilmu
Sosiatri Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura.
117
Lampiran 1
Dasar
A. Identitas Umum
1. Nomor :
2. Nama :
3. Jenis Kelamin :
4. Umur
5. Jenis tempat berjualan:
6. Statur kepemilikan tempat berjualan (pegawai/ pemilik) :
7. Lama Bekerja :
8. Pendidikan :
9. Makanan yang dijajakan:
10. Tanggal dan waktu pengamatan:
Kebersihan Diri
118
B4 4. Apa akibat dari kebiasaan hidup yang tidak bersih? [ ]
a. Mengembangkan kebiasaan pola hidup bersih.
b. Mencegah terjadinya penyebaran penyakit yang menular
melaluimakanan yang mengandung mikroba atau kuman penyebab
infeksi.
c. Meningkatkan kesehatan
d. Meningkatnya angka kesakitan
B5 5. Apa contoh sikap terhadap kebersihan yang buruk? [ ]
a. Selalu mencuci tangan setiap akan mengangani makanan
b. Setelah memegang uang, langsung menjamah makanan
c. Mengambil makanan dengan alat bantu
d. Menutupi makanan dengan alat penutup makanan
Peralatan
119
Penyajian
Sarana
B15 15. Apa contoh fasilitas sarana pedagang kaki lima yang tidak [ ]
memenuhi kriteria kesehatan?
a. Tersedia tempat untuk air bersih
b. Tersedia tempat untuk penyimpanan bahan makanan
c. Tidak adanya tempat sampah
d. Tersedia tempat penyimpanan peralatan
120
B16 16. Dampak apa yang ditimbulkan jika tidak menjaga kebersihan [ ]
lingkungan?
a. Penyebaran penyakit cepat menyebar
b. Suasana berjualan nyaman dan terkendali
c. Pelanggan semakin banyak
d. Keuntungan menjadi melimpah
B17 17. Apa yang tidak termasuk dalam penyebab kontaminasi makanan [ ]
ketika dijajakan?
a. Pencemaran mikroba seperti bakteri pada makanan
b. Pencemaran fi sik seperti rambut, debu, tanah, dan kotoran
lainnya
c. Pencemaran kimia seperti pupuk, merkuri, zat pewarna
padamakanan
d. Makanan tidak dibiarkan terbuka.
121
Formulir Sikap Higiene Sanitasi pada Pedagang Makanan di Sekolah Dasar
Kebersihan diri
No. Pernyataan Responden Setuju Tidak
Setuju
C1 Mencuci tangan menggunakan sabun harus dilakukan
oleh pengolah makanan sebelum memasak
C2 Pengolah makanan harus menggunakan pakaian bersih
dan menyerap keringat
C3 Pengolah makanan boleh memiliki kuku yang panjang
C4 Mengobati dan menutup luka terbuka adalah hal yang
tidak penting dilakukan pengolah saat memasak
C5 Pengolah makanan diperkenankan merokok saat
memasak
C6 Penjamah makanan tidak diperkenankan bersin atau
batuk saat mengolah bahan makanan
C7 Penjamah makanan menggunakan tangan tanpa alat
penjepit/sendok/garpu bersih untuk mengambil makanan
matang
Peralatan
No. Pernyataan Responden Setuju Tidak
Setuju
C8 Pengolah harus menggunakan air bersih yang
Memenuhi syarat air minum untuk memasak
C9 Penjamah makanan perlu menggunakan peralatan yang
bersih saat mengolah makanan
C10 Sebelum digunakan peralatan harus dibersihkan dahulu
oleh pengolah makanan
C11 Penjamah mengelap piring atau gelas dengan lap meja
C12 Penjamah mencuci piring dengan sabun dan air yang
mengalir
C13 Penjamah makanan menggunakan kertas bekas untuk
alas makanan (seperti gorengan)
Penyajian
No. Pernyataan Responden Setuju Tidak
Setuju
C14 Pengolah makanan harus memilih bahan makanan yang
baik dan bersih
122
No. Pernyataan Responden Setuju Tidak
Setuju
C17 Penjamah memanaskan secara berulang-ulang olahan
sayuran hijau (bayam, kangkungdll).
Sarana
No. Pernyataan Responden Setuju Tidak
Setuju
C18 Penjamah makanan harus menyediakan tempat
Pembuangan sampah yang memadai
C19 Kebersihan tempat berjualan harus dijaga oleh penjamah
makanan
123
Formulir Tindakan Higiene Sanitasi pada Pedagang Makanan di Sekolah
Dasar
Kebersihan Diri
Peralatan
D9 9.
Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun; [ ]
1. Ya 2. Tidak
D10 10. Peralatan dikeringkan dengan alat pengering/ lap yang bersih; [ ]
1. Ya 2. Tidak
D11 11. Peralatan disimpan di tempat yang bebas pencemaran; [ ]
124
1. Ya 2. Tidak
D12 12. Tidak menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya untuk sekali [ ]
pakai;
1. Ya 2. Tidak
Penyajian
D13 13. Semua bahan yang diolah harus dalam keadaan baik mutunya, segar dan [ ]
tidak busuk;
1. Ya 2. Tidak
D14 14. Semua bahan olahan dalam kemasan yang diolah menjadi makanan jajanan [ ]
harus bahan olahan yang terdaftar di Departemen Kesehatan, tidak
kadaluarsa, tidak cacat atau tidak rusak;
1. Ya 2. Tidak
D15 15. Bahan makanan serta bahan tambahan makanan dan bahan penolong [ ]
makanan jajanan siap saji harus disimpan secara terpisah;
1. Ya 2. Tidak
D16 16. Bahan makanan yang cepat rusak atau cepat membusuk harus disimpan [ ]
dalam wadah terpisah;
1. Ya 2. Tidak
D17 17. Makanan jajanan yang disajikan harus dengan tempat/alat perlengkapan [ ]
yang bersih, dan aman bagi kesehatan.
1. Ya 2. Tidak
D18 18. Makanan jajanan yang disajikan harus dalam keadaan terbungkus atau [ ]
tertutup;
1. Ya 2. Tidak
D19 19. Pembungkus yang digunakan dan atau tutup makanan harus dalam keadaan [ ]
bersih dan tidak mencemari makanan;
1. Ya 2. Tidak
D20 20. Pembungkus sebagaimana dimaksud dalam poin sebelumnya tidak ditiup; [ ]
1. Ya 2. Tidak
D21 21. Makanan jajanan yang diangkut dalam keadaan tertutup atau terbungkus [ ]
dalam wadah yang bersih;
1. Ya 2. Tidak
D22 22. Makanan jajanan yang diangkut dalam wadah yang terpisah dengan bahan [ ]
mentah sehingga terlindung dari pencemaran;
1. Ya 2. Tidak
125
Sarana Pedagang
126
OUTPUT SPSS
Item-Total Statistics
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.947 .958 17
127
2. Sikap Higiene Sanitasi
Item-Total Statistics
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.968 .967 19
128
Tindakan Higiene Sanitasi
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item-
Item Deleted Item Deleted Total Correlation
D1 38.3000 115.168 .628
D2 38.4000 114.568 .796
D3 38.4000 114.568 .796
D4 38.4000 114.568 .796
D5 38.4000 114.568 .796
D6 38.1000 111.884 .883
D7 38.4000 114.568 .796
D8 38.4000 114.568 .796
D9 38.1000 111.884 .883
D10 38.3000 115.168 .628
D11 38.3000 115.168 .628
D12 38.4000 114.568 .796
D13 38.1000 111.884 .883
D14 38.3000 115.168 .628
D15 38.4000 114.568 .796
D16 38.4000 114.568 .796
D17 38.1000 111.884 .883
D18 38.1000 111.884 .883
D19 38.4000 114.568 .796
D20 38.1000 111.884 .883
D21 38.3000 116.011 .543
D22 38.4000 114.568 .796
D23 38.1000 111.884 .883
D24 38.4000 114.568 .796
D25 38.1000 111.884 .883
D26 38.3000 115.168 .628
D27 38.4000 114.568 .796
D28 38.4000 114.568 .796
D29 38.1000 111.884 .883
D30 38.1000 111.884 .883
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.981 .981 30
129
Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin
Statistics
Jenis Kelamin
N Valid 35
Missing 0
Mean 1.4000
Median 1.0000
Jenis Kelamin
130
Status Kepemilikan Tempat
4. Pendidikan Terakhir
Statistics
Pendidikan Terakhir
N Valid 35
Missing 0
Mean 3.00
Median 3.00
Pendidikan Terakhir
5. Umur
Statistics
Umur1
N Valid 35
Missing 0
Mean 3.1714
Median 3.0000
Umur1
131
6. Lama Kerja
Statistics
LamaKerjaKlp
N Valid 35
Missing 0
Mean 1.2857
Median 1.0000
LamaKerjaKlp
Descriptives
132
Pengetahuan Kebesihan Diri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Buruk 14 40.0 40.0 40.0
Baik 21 60.0 60.0 100.0
Total 35 100.0 100.0
Descriptives
Pengetahuan Peralatan
133
3. Pengetahuan Mengenai Penyajian
Descriptives
Pengetahuan Penyajian
134
4. Pengetahuan Mengenai Sarana
Descriptives
Pengetahuan Sarana
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Buruk 9 25.7 25.7 25.7
Baik 26 74.3 74.3 100.0
Total 35 100.0 100.0
135
Sikap Higiene Sanitasi
Descriptives
136
2. Sikap Terhadap Peralatan
Descriptives
Sikap Peralatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Buruk 12 34.3 34.3 34.3
Baik 23 65.7 65.7 100.0
Total 35 100.0 100.0
137
3. Sikap Terhadap Penyajian
Descriptives
Sikap Penyajian
138
4. Sikap Terhadap Sarana
Descriptives
Sikap Sarana
139
Tindakan Higiene Sanitasi
1. Kebersihan Diri
Descriptives
Kebersihan Diri
140
2. Peralatan
Descriptives
Peralatan
141
3. Penyajian
Descriptives
Penyajian
142
4. Sarana
Descriptives
Sarana
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Buruk 19 54.3 54.3 54.3
Baik 16 45.7 45.7 100.0
Total 35 100.0 100.0
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
DOKUMENTASI PENELITIAN
Sarana berjualan yang tidak terlindung dari Lokasi berjualan di pinggir jalan
pencemaran raya
Peletakan kain lap ditempat yang tidak Menyentuh bahan matang dengan
semestinya tangan
153
Memegang uang saat menangani makanan Merokok saat berjualan
Tumpukan barang penyebab kios sulit Wadah tempat peralatan yang kotor
untuk dibersihkan
154
Sudut dan lantai kios yang kotor Sampah berserakan dan meja yang
sulit dibersihkan
155