Oleh
Tim PKRS
IRNA: I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta dapat
memahami tentang konsep kegawatdaruratan psikiatri serta peran
keluarga dalam merawat pasien dengan kegawatdaruratan psikiatri.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah pemberian edukasi, diharapkan peserta dapat
menjelaskan kembali tentang:
a. Definisi kegawat daruratan psikiatri
b. Jenis kegawat daruratan psikiatri
c. Tanda-tanda kegawat daruratan psikiatri
d. Peran keluarga dalam merawat pasien dengan kegawatdaruratan
psikiatri
e. Dampak kurangnya peran keluarga pada pasien dengan
kegawatdaruratan psikiatri
f. Penatalaksanaan gangguan jiwa di rumah
1.3 Manfaat
Diharapkan penyuluhan ini bermanfaat bagi pasien dan keluarga dalam
menerapkan penatalaksaan kegawatdaruratan psikiatri, serta meningkatkan peran
keluarga dalam merawat pasien dengan kegawatdaruratan psikiatri.
BAB II
TINJUAN TEORI
2.1 Definisi kegawat daruratan psikiatri
Kegawatdaruratan psikiatri adalah kasus kedaruratan psikiatrik meliputi
gangguan pikiran, perasaan dan perilaku yang memerlukan intervensi terapeutik
segera, antara lain (Elvira,Sylvia D dan Gitayanti hadisukanto, 2010). Adapun
indikasi rawat inap antara lain adalah
a. Bila pasien membahayakan diri sendiri atau orang lain
b. Bila perawatan di rumah tidak memadai
c. Perlu observasi lebih lanjut
Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami
gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi
terapeutik segera yang disebabkan oleh berbagai keadaan seperti bertambahnya
tindak kekerasan, perubahan perilaku dan jiwa akibat penyakit organik, serta
epidemik dari gangguan penggunaan zat seperti alkoholisma.
Pada kedaruratan psikiatri, prioritas yang utama diberikan pengobatan
pada pasien agitasi yang dapat menimbulkan insiden pada pasien dan melukai
petugas yang menimbulkan ketidaknyamanan secara psikologis terhadap pasien.
Secara klinis agitasi dapat dijumpai berupa pembicaraan yang berlebihan dan
abnormal atau penyerangan fisik, perilaku motorik tertentu, kemarahan yang
memuncak daan gangguan fungsi pada pasien.
Pasien psikotik sering dirujuk ke bagian darurat oleh seseorang yang lain.
Tingkah laku yang tidak dapat ditoleransi pada masyarakat, seperti tindak
kekerasan, agresi, agitasi, dan tingkah laku yang kacau atau yang tidak sesuai,
biasanya akan melibatkan pihak penegak hukum ataupun layanan darurat medis.
Keluarga dari pasien psikotik membawa pasien ke layanan kedaruratan karena
tindakan agresif, atau mereka melaporkan bahwa pasien berhenti makan, tidak
tidur, berperilaku aneh, atau mereka tidak mampu lagi mengurus diri.
d. Penyalahgunaan NAPZA
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah
bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi
tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan
(adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Istilah NAPZA
umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang menitik beratkan
pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial.
NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada
otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.
Golongan NAPZA (DRUGS):
1. Anti Psikosis (major tranquilizer, neuroleptik)
2. Anti Anxietas (minor tranquilizer psycholeptic)
3. Anti depresan (thymoleptika, pshychic energizeer)
4. Anti Mania (mood modulary, mood stabilizer)
5. Psikotogenik
Yang paling sering digunakan adalah golongan Psikootogenik dengan
efek yang ditimbulkan : gangguan/kelainan tingkah laku, halusinasi, ilusi,
gangguan cara berfikir, perubahan alam perasaan, dan lama-kelamaan menjadi
psikosis (gila). Contoh obat yang sering digunakan antara lain: heroin (putaw),
morfin, ganja, shabu-shabu.
f. Gangguan kepribadian
Gangguan yang termanifestasi pada kelainan fungsi pada area kognisi,
afek, fungsi interpersonal dan impuls kontrol dapat digolongkan sebagai
gangguan kepribadian. Pasien yang menderita gangguan kepribadian pada
umumnya tidak akan mengeluh tentang gejala gangguan mereka. Pasien yang
menderita kegawatdaruratan dari gangguan kepribadian dapat menunjukkan
perilaku curiga, psikosis, atau delusi.
g. Kecemasan
Pasien yang menderita kasus kecemasan yang ekstrim boleh mencari
perawatan ketika semua sistem pendukung telah dikerahkan dan mereka tidak
mampu untuk menghilangkan kecemasan itu. Rasa cemas bisa hadir lewat jalan
yang berbeda dari suatu dasar penyakit medis atau gangguan psikiatrik, suatu
gangguan fungsional sekunder dari gangguan psikiatrik yang lain, dari suatu
gangguan psikiatrik utama seperti gangguan panik atau gangguan cemas umum,
atau sebagai hasil stress dari kondisi seperti gangguan penyesuaian atau gangguan
stress pasca trauma.
h. Pelecehan seksual
Peristiwa fisik, perkosaan atau pelecehan seksual dapat mengakibatkan
hasil yang berbahaya kepada korban dari tindakan kriminal. Korban dapat
menderita kecemasan yang ekstrim, ketakutan, ketidakberdayaan, kebingungan,
gangguan makan atau tidur, permusuhan, rasa bersalah dan malu. Penanganan
pada umumnya meliputi pertimbangan psikologis, medis, dan undang-undang
yang sah. Bergantung pada ketentuan hukum di daerah, para tenaga kesehatan
diperlukan untuk melaporkan aktivitas kriminal kepada suatu kepolisian. Tenaga
kesehatan pada umumnya mengumpulkan dan mengidentifikasi data sepanjang
penilaian awal dan menunjuk pasien yang jika perlu akan menerima perawatan
medis.
2.3 Penatalaksanaan
Berdasarkan prinsip tindakan intensif segera, maka penanganan
kedaruratan dibagi dalam fase intensif I (24 jam pertama), fase intensif II (24-72
jam pertama), dan fase intensif III (72 jam-10 hari).
1. Fase intensif I
Fase intensif I adalah fase 24 jam pertama pasien dirawat dengan
observasi, diagnosa, tritmen dan evaluasi yang ketat. Berdasarkan hasil
evaluasi pasien maka pasien memiliki tiga kemungkinan yaitu dipulangkan,
dilanjutkan ke fase intensif II, atau dirujuk ke rumah sakit jiwa.
2. Fase intensif II
Fase intensif II perawatan pasien dengan observasi kurang ketat sampai
dengan 72 jam. Berdasarkan hasil evaluasi maka pasien pada fase ini
memiliki empat kemungkinan yaitu dipulangkan, dipindahkan ke ruang fase
intensif III, atau kembali ke ruang fase intensif I.
3. Fase intensif III
Fase intensif III pasien di kondisikan sudah mulai stabil, sehingga
observasi menjadi lebih berkurang dan tindakan-tindakan keperawatan lebih
diarahkan kepada tindakan rehabilitasi. Fase ini berlangsung sampai dengan
maksimal 10 hari. Merujuk kepada hasil evaluasi maka pasien pada fase ini
dapat dipulangkan, dirujuk ke rumah sakit jiwa atau unit psikiatri di rumah
sakit umum, ataupun kembali ke ruang fase intensif I atau II.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kegawatdaruratan psikiatri adalah setiap gangguan dalam pikiran,
perasaan, atau tindakan yang membahayakan diri dan hidup individu
bersangkutan yang memerlukan intervensi teraputik segera. Kondisi
kegawatdaruratan meliputi: gaduh gelisah, tindak kekerasan (violence), bunuh
diri (suicide)/ tentamen suicidum, penyalahgunaan NAPZA, reaksi dan
interaksi obat, gangguan kepribadian, kecemasan dan pelecehan seksual.
Tindakan yang harus dilakukan saat terjadi kegawatdaruratan psikiatri
diantaranya adalah membawa ke pelayanan kesehatan tanpa meninggalkan pasien
sendirian dan petugas harus memiliki kewaspadaan.
4.2 Saran
1. Pemberi pelayanan primer harus mengerti dan memahami tatalaksana pada
kegawatdaruratan psikiatri.
2. Keluarga dengan anggota keluarga yang memiliki kecenderungan gangguan
psikis harus hati-hati dan tanggap terhadap tanda-tanda kegawatdaruratan
medis.
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Audience
- Peserta penyuluhan berada pada kelompok umur 20-70 tahun
- Peserta penyuluhan rata-rata memiliki tingkat pendidikan terakhir SMP
2. Diagnosa Keperawatan
Kegawatdaruratan psikiatrik
3. Tujuan Keperawatan
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan dapat mengerti
terkait kegawatdaruratan psikiatrik dan peran keluarga
4. Implementasi Keperawatan
- Bina Hubungan Saling Percaya dengan peserta penyuluhan
- Melakukan pretest
- Menjelaskan tentang pengertian kegawatdaruratan psikiatrik , macam-macam
kegawat daruratan gangguan jiwa, peran keluarga dalam perawatan gangguan
jiwa, dan manfaat dari terapi keluarga
- Melakukan Post-test
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum bapak-bapak ibu-ibu. Perkenalkan kami dari
kelompok 19 profesi NERS Universitas Brawijaya akan mengadakan
penyuluhan terkait kegawatdaruratan psikiatrik dan peran keluarga
b. Evaluasi Validasi
Bagaimana hari ini keadaan bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian?
c. Kontrak
- Topik : Tadi saya sudah sebut diawal, hari ini kita akan belajar
bersama terkait kegawatdaruratan psikiatrik dan peran keluarga
bagaimana apakah semua setuju?
- Waktu : Untuk waktunya bapak-bapak ibu-ibu bisa sampai berapa
lama? 30 menit bisa?
- Tempat : ya, tempatnya disini ya bapak-bapak dan ibu-ibu
2. Fase Kerja
jadi Kedaruratan psikiatri merupakan cabang dari Ilmu Kedokteran Jiwa
dan Kedokteran Kedaruratan, yang dibuat untuk menghadapi kasus
kedaruratan yang memerlukan intervensi psikiatrik. Kasus kedaruratan
psikiatrik meliputi gangguan pikiran, perasaan dan perilaku yang
memerlukan intervensi terapeutik segera, antara lain: Keadaan Gaduh
Gelisah, Tindak kekerasan (violence), Bunuh diri (suicide)/ Tentamen
Suicidum, Penyalahgunaan NAPZA, Reaksi dan Interaksi Obat,
Gangguan kepribadian, Kecemasan, Pelecehan. Peran keluarga saat
ditemukan pasien dengan kondisi kegawatdaruratan psikiatri adalah
langsung dibawa ke rumah sakit umum terdekat sehingga pasien dapat
ditangani secara langsung dan tidak menimbulkan keparahan yang lebih
lanjut.Manfaat dari peran serta keluarga disini adalah Mempercepat
proses penyembuhan, Memperbaiki hubungan interpersonal, dan
Menurunkan angka kekambuhan
ada yang kurang jelas atau mau ditanyakan lebih lanjut?
3. Fase Terminasi
- Evaluasi Subjektif
bagaimana sekarang bapak-bapak dan ibu-ibu perasaannya setelah
mengikuti penyuluhan ini?
- Evaluasi Objektif
jadi tadi apa itu kegawatdaruratan psikiatrik dan peran keluarga?
- Rencana Tindak Lanjut
setelah menegtahui kegawatdaruratan psikiatrik dan peran keluarga,
harapannya bapak-bapak dan ibu-ibu dapat ikut membantu proses
penyembuhan pasien dan jika ada tanda tanda kegawatdaruratan bisa
langsung dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat
- Kontrak yang akan datang
1. Topik
nanti ada penyuluhan selanjutnya dengan topik menyusul
2. Waktu
untuk waktunya setiap hari rabu, apa bapak-bapak dan ibu-ibu
bisa?
3. Tempat
nanti tempatnya seperti biasa disini, bagaimana apa bersedia?
DAFTAR PUSTAKA
Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI
Maramis, W.F. dan Maramis, A.A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2.
Surabaya: Airlangga University Press.
Sadock, B.J., Sadock, V.A., et al. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott Williams &
Wilkins.
1. Suatu kondisi dimana pasien memiliki gangguan pikiran, perasaan dan perilaku
yang memerlukan intervensi terapeutik segera disebut :
a. Keadaan mendesak
b. Keadaan biasa saja
c. Keadaan kegawatdaruratan psikiatrik
2. Berikut ini yang merupakan indikasi pasien rawat inap adalah :
a. Membahayakan diri sendiri atau orang lain
b. Tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
c. Perawatan di rumah memadai.
3. Salah satu pasien yang berpotensi bunuh diri adalah :
a. Pasien yang suka menyapa pasien lain
b. Adanya perasaan sedih atau cemas
c. Pasien yang ikut serta membersihkan kamar inap
4. Alasan keluarga merupakan faktor penting dalam perawatan pasien dengan
gangguan jiwa adalah:
a. Keluarga merupakan lingkup yang paling banyak berhubungan dengan
pasien
b. Keluarga tidak mengetahui kondisi pasien
c. Gangguan jiwa yang timbul pada pasien tidak akan pernah disebabkan
adanya cara asuh yang kurang sesuai bagi pasien