Anda di halaman 1dari 2

Malaria disebabkan oleh infeksi sel darah merah dengan parasit protozoa dari genus

Plasmodium. Parasit masuk ke tubuh host melalui nyamuk anopheles betina. Ada 4 spesies dari
Plasmodium yang menginfeksi manusia, yaitu P. falciparum, P. vivax, P.ovale dan P. malariae.
Lebih lanjut, infeksi manusia dengan parasit malaria pada monyet, P.knowlesi telah dilaporkan
terjadi di daerah hutan di Asia Timur-Selatan.

Siklus hidup parasit malaria melibatkan 2 host. Selama menghisap darah, nyamuk
Anopheles betina yang terinfeksi malaria menyebabkan sporozoit masuk ke tubuh manusia.
Sporozoit menginfeksi sel-sel hati dan tumbuh dewasa menjadi schizont yang akhirnya pecah
dan mengeluarkan merozoit. (Di P. vivax dan P. ovale pada stadium dormant [hipnozoit] bisa
bertahan di hati dan menyebabkan kekambuhan dengan menginvasi aliran dara dalam beberapa
minggu atau tahun kemudian). Setelah replikasi awal di hati (skizogoni eksoeritrositik), parasit
kemudian melakukan multiplikasi aseksual di dalam eritrosit (skizogoni eritrositik). Merozoit
menginfeksi sel darah merah. Stadium cincin Trofozoit tumbuh dewasa menjadi schizont yang
pecah dan melepas merozoit. Beberapa parasit berdiferensiasi menjadi stadium eritrositik seksual
(gametosit). Parasit stadium dalam darah yang menyebabkan manifestasi klinis dari penyakit.

Pada gametosit, mikrogametosit (jantan) dan makrogametosit (betina) dihisap oleh


nyamuk Anopheles saat menggigit. Multiplikasi parasit dalam nyamuk disebut siklus sporogonik.
Dalam perut nyamuk, mikrogametosit menembus makrogametosit menghasilkan zigot. Zigot
menjadi motil dan memanjang (ookinet) yang menginvasi dinding dari nyamuk dimana mereka
berkembang menjadi oosit. Oosit tumbuh, pecah, dan melepaskan sporozoit yang akan menuju
kelenjar saliva nyamuk. Dan nyamuk akan menggigit manusia lagi dan siklus terulang lagi.

Gejala pertama dari malaria tidak spesifik dan mirip dengan gejala dari penyakit virus
sistemik yang minor. Gejalanya mencakup: sakit kepala, kelelahan, nyeri perut, nyeri otot dan
sendi, biasanya diikuti demam, menggigil, keringat, anoreksia, muntah dan malaise yang
memburuk. Malaria yang parah biasanya bermanifestasi pada koma (malaria cerebral), asidosis
metabolic, anemia parah, hipoglikemia, gagal ginjal akut atau oedem pulmonary akut.

Diagnosis dari malaria: jika dalam kondisi dimana faktor resiko malaria rendah, diagnosis
klinis dari malaria berdasarkan kemungkinan terhadap paparan malaria dan riwayat demam
dalam 3 hari sebelumnya tanpa gejala dari penyakit berat yang lain. Jika berada dalam kondisi
dimana factor resiko malaria tinggi, maka diagnosis klinisnya berdasarkan riwayat demam dalam
24 jam sebelumnya dan adanya anemia, yang biasanya terlihat pada telapak tangan untuk anak
kecil.

Dugaan klinis untuk malaria juga harus dipastikan dengan diagnosis parasitologis.
Diagnosis parasitologis mempunya beberapa keuntungan : meningkatkan perawatan pasien
positif parasit, mengidentifikasi kemungkinan diagnosis yang lain terhadap pasien negatif
parasit, menghindari penggunaan antimalaria yang tidak perlu dan mengurangi frekuensi dari
efek yang merugikan, meningkatkan deteksi kasus malaria dan mengkonfirmasi kegagalan
treatment. Ada 2 metode yang digunakan untuk diagnosis parasitologis yaitu mikroskopi cahaya
dan tes diagnostic cepat (RDTs/ Rapid Diagnostic Tests). Mikroskopi lebih tidak mahal
dibanding RDTs. Mikroskopi bisa digunakan untuk spesiasi, menghitung kuantitas parasit,
memperkirakan respon terhadap treatment antimalaria dan identifikasi terhadap penyebab
demam yang lain. Tetapi mikroskopi membutuhan staf yang terampil dan berpengalaman dan
juga sumber energi untuk menjalankannya. Resiko untuk negative palsu dalam mikroskopi lebih
besar jika pasien sebelumnya telah menerima dosis dari derivate artemisinin.

Walaupun RDTs lebih mahal tetapi lebih bisa dilakukan untuk pasien yang tidak dirawat
di tempat pelayanan kesehatan formal seperti rumah sakit. Sensitivitas dan spesifisitas dari RDTs
bervariasi. Kerawanan terhadap temperature tinggi dan kelembabab masih menjadi hambatan.
Untuk diagnosis kasus malaria yang parah, mikroskopi lebih disarankan.

Treatment anti kekambuhan dengan primaquin seharusnya diberikan dapa kasus yang
terdiagnosa malaria P. vivax atau P. ovale dan dalam tidak adanya kontraindikasi seperti
defisiensi G6PD (Glucose 6 phospate dehydrogenase)

Daftar Pustaka:

1. CDC. 2009. Malaria: Life Cycle. CDC's Division of Parasitic Diseases and Malaria.

2. Gollin D, Zimmermann C. 2007. Malaria: Disease Impacts and Long-Run Income


Differences . Institute for the Study of Labor.

3. WHO. 2010. Guidelines for the treatment of malaria 2nd edition. WHO Press.

Anda mungkin juga menyukai