Anda di halaman 1dari 23

MODUL FIELD LAB TIM REVISI

EDISI REVISI Ketua tim revisi : Dr. Diffah Hanim, Dra., MSi
Anggota Revisi :
1. Prof. Dr. Santosa, MS. SpOk
2. Affandi
Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE)

KESEHATAN REPRODUKSI

Disusun Oleh :
Tim Revisi Field Lab Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret

Field Lab
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2013

1 2
KATA PENGANTAR BAB I . PENDAHULUAN

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


A. Latar Belakang
menganugerahkan segala nikmat dan karunia yang tak terhingga,
termasuk nikmat karunia ilmu pengetahuan sebagai bekal pengabdian Saat ini kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus
kepada-Nya. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya Manual Field Lab
secara global sejak dibahas dalam Konferensi Internasional tentang
Kesehatan Reproduksi ini dapat tersusun.
Salah satu masalah kesehatan komunitas yang sering dijumpai Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on
menurut daftar Standar Kompetensi Dokter adalah Keluaga
Population and Development, ICPD), di Kairo, Mesir, pada tahun 1994.
Berencana-Kesehatan Reproduksi. Untuk menunjang pendidikan
doker dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang ditunjang Hal penting dalam konferensi tersebut adalah disepakatinya
dengan Field Lab (praktik Lapangan), maka perlu disusun manual
perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan
Field Lab Komunikasi, Informasi, Edukasi Kesehatan Reproduksi.
Dokter dimasa yang akan datang diharapkan adalah seorang dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan
dokter yang mampu menangani masalah-masalah kesehatan pada
penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang terfokus pada
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) strata pertama yang dilandasi oleh dedikasi yang kesehatan reproduksi serta upaya pemenuhan hak-hak reproduksi.
tulus ikhlas, sehingga UKM dan UKP yang dikelolanya berkinerja
Definisi kesehatan reproduksi menurut ICPD Kairo (1994)
tinggi dan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu.
Sebagian besar dokter akan menempati posisi kunci sebagai yaitu suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh,
pemimpin di organisasi UKM dan UKP. Dokter sebagai pemimpin
tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua
dituntut memiliki pemahaman dan keterampilan dasar Pelayanan
Kesehatan Masyarakat (public health services) dan Pengelolaan hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan
Masalah Kesehatan teknik pemecahan masalah kesehatan.
prosesnya. Dengan adanya definisi tersebut maka setiap orang berhak
Akhirnya, harapan kami semoga manual ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu dalam mengatur jumlah keluarganya, termasuk memperoleh
pengetahuan khususnya Ilmu Kesehatan Masyarakat.
penjelasan yang lengkap tentang cara-cara kontrasepsi sehingga dapat
Tim Field Lab FKUNS memilih cara yang tepat dan disukai. Selain itu, hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya, seperti

3 4
pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan pelayanan bagi anak, dan BAB II. RUANG LINGKUP KESEHATAN
kesehatan remaja perlu dijamin. REPRODUKSI
Rendahnya pemenuhan hak-hak reproduksi dapat diketahui Kebijakan Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia
dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian menetapkan bahwa Kesehatan Reproduksi mencakup 5 (lima)
Bayi (AKB) dan Angka Kematian Bawah Lima Tahun (AKBalita). komponen/program terkait, yaitu Program Kesehatan Ibu dan Anak,
Masalah kesehatan reproduksi perempuan, termasuk perencanaan Program Keluarga Berencana, Program Kesehatan Reproduksi
kehamilan dan persalinan yang aman secara medis juga harus Remaja, Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
menjadi perhatian bersama, bukan hanya kaum perempuan saja Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, dan Program Kesehatan Reproduksi
karena hal ini akan berdampak luas dan menyangkut berbagai pada Usia Lanjut. Pelaksanaan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan dengan
aspek kehidupan yang menjadi tolok ukur dalam pelayanan menggunakan pendekatan siklus hidup (life-cycle approach) agar diperoleh
kesehatan. sasaran yang pasti dan pelayanan yang jelas berdasarkan kepentingan
sasaran/klien dengan memperhatikan hak reproduksi mereka.
B. Tujuan Pembelajaran Saat ini, kesehatan reproduksi di Indonesia yang diprioritaskan baru
Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan mencakup empat komponen/program, yaitu: Kesehatan Ibu dan Bayi Baru
diharapkan mahasiswa dapat memiliki kemampuan untuk: Lahir, Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi Remaja, serta
1. Melakukan penyuluhan KIE Kesehatan reproduksi di tingkat Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Seksual (PMS)
Puskesmas khususnya tentang ANC 5T termasuk HIV/AIDS. Pelayanan yang mencakup empat
2. Melakukan KIE Kesehatan Reproduksi di kalangan anak komponen/program tersebut disebut Pelayanan Kesehatan Reproduksi
remaja pada institusi sekolah (SMP SMA) Esensial (PKRE). Jika PKRE ditambah dengan pelayanan Kesehatan
3. Melakukan penyuluhan KB secara terpadu dengan Reproduksi untuk Usia Lanjut, maka pelayanan yang diberikan akan
pelaksanaan upaya kesehatan reproduksi di tingkat Puskesmas mencakup seluruh komponen Kesehatan Reproduksi, yang disebut
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK).

5 6
Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial pertimbangan: (1) Sejalan dengan Paradigma Sehat; yaitu cara
(PKRE) bertumpu pada pelayanan dari masing-masing program pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang melihat
terkait yang sudah ada di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Ini masalah kesehatan sebagai sesuatu yang saling terkait dan
berarti bahwa Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial bukan mempengaruhi, dengan banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan
suatu program pelayanan yang baru maupun berdiri sendiri, namun upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan atau
berupa keterpaduan berbagai pelayanan dari program yang terkait, perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau
dengan tujuan agar sasaran/klien memperoleh semua pelayanan secara pemulihan kesehatan; dan (2) Kegiatan KIE atau promosi kesehatan
terpadu dan berkualitas, termasuk dalam aspek komunikasi, informasi reproduksi yang sudah terselenggara di semua Puskesmas mitra
dan edukasi (KIE). Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK), salah satu kompetensi yang harus dimiliki adalah kedokteran A. KIE - KESEHATAN REPRODUKSI
komunitas. Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter, masalah Tujuh aspek penting yang perlu diperhatikan dalam
komunitas yang sering dijumpai adalah Keluarga Berencana- melaksanakan setiap kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi, yaitu:
Kesehatan Reproduksi. Oleh karena itu, Keluarga Berencana- 1. Keterpaduan
Kesehatan Reproduksi perlu dimasukkan dalam kurikulum Kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi dilaksanakan secara terpadu.
pendidikan dokter yang berbasis kompetensi berupa kegiatan Field Keterpaduan dapat berupa keterpaduan dalam aspek sasaran, lokasi,
Lab Keluarga Berencana-Kesehatan Reproduksi. petugas penyelenggara, dana, maupun sarana.
Kegiatan pembelajaran ini ditujukan untuk melatih 2. Mutu
keterampilan lapangan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Materi KIE Kesehatan Reproduksi haruslah bermutu, artinya
Sebeas Maret pada tatanan pelayanan kesehatan primer yang selalu didasarkan pada informasi ilmiah terbaru, kebenarannya
sesungguhnya. Kegiatan Field Lab Kesehatan Reproduksi yang dapat dipertanggung jawabkan, jujur serta seimbang (mencakup
dilakukan berupa Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), dengan dua keuntungan & kerugian bagi sasaran), sesuai dengan media dan

7 8
jalur yang dipergunakan untuk menyampaikannya, jelas dan 5. Dilaksanakan Bertahap, Berulang dan Memperhatikan Kepuasan
terarah pada kelompok sasaran secara tajam (lokasi, tingkat sasaran
sosial-ekonomi, latar belakang budaya, umur), tepat guna dan tepat Penyampaian materi dan pesan-pesan harus diberikan secara
sasaran. bertahap, berulang-ulang dan bervariasi, sesuai dengan daya serap
3. Media dan Jalur dan kemampuan kelompok sasaran untuk melaksanakan perilaku
Kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi dapat dilaksanakan yang diharapkan. Oleh karena itu, materi perlu diolah
melalui berbagai media (tatap muka, penyuluhan massa/ sedemikian rupa agar akrab dengan kondisi dan lingkungan
kelompok, dan lain-lain) dan jalur (formal, informal, kelompok sasaran melalui pemilihan bahasa, media, jalur dan
institusional, dan lain-lain) sesuai dengan situasi dan kondisi metode yang sesuai.
yang ada. Pemilihan media dan jalur ini dilakukan dengan 6. Menyenangkan
memperhatikan kekuatan dan kelemahan masing-masing media Perkembangan terakhir dunia komunikasi menunjukkan bahwa
dan jalur sesuai dengan kondisi kelompok sasaran dan pesan yang kegiatan KIE paling berhasil jika dilaksanakan dengan cara
ingin disampaikan. penyampaian yang kreatif dan inovatif sehingga membuat
4. Efektif (berorientasi pada Penambahan Pengetahuan dan kelompok sasaran merasa senang atau terhibur. Penyampaian yang
Perubahan Perilaku Kelompok Sasaran) kreatif dan inovatif ini dilakukan melalui pendekatan "pendidikan
Kegiatan KIE yang efektif akan memberi dua hasil, yaitu: yang menghibur" (edu-tainment), yang merupakan kombinasi dari
a. penambahan pengetahuan, dan education (pendidikan) dan entertainment (hiburan). Metode ini
b. perubahan perilaku kelompok sasaran. bersifat mengajak kelompok sasaran berfikir melalui rangsangan
Pesan-pesan KIE Kesehatan Reproduksi harus berisi informasi rasional sehingga mendapat informasi yang bermanfaat
yang jelas tentang pengetahuan dan perilaku apa yang diharapkan (sebagai hasil kegiatan pendidikan) sekaligus diberi rangsangan
akan mampu dilakukan oleh kelompok sasaran. emosional berupa hiburan menarik yang membuat mereka merasa
senang (terhibur).

9 10
Bentuk-"edu-tainment" yang dapat dilakukan dalam
pelaksanaan KIE Kesehatan Reproduksi ini antara lain berupa 2. Koordinasi
dongeng, humor, lagu, drama, komik, lomba, kuis dan lain-lain. Koordinasi program antar sektor masih belum berjalan seperti
7. Berkesinambungan yang diharapkan. Untuk itu perlu dibentuk wadah koordinasi
Semua kegiatan KIE tidak berhenti pada penyampaian pesan-pesan program kesehatan reproduksi di semua tingkat administrasi
saja, namun harus diikuti dengan tindak lanjut yang pemerintah seperti pembentukan Komisi Kesehatan Reproduksi di
berkesinambungan. Artinya, setelah kegiatan KIE dilaksanakan, tingkat nasional.
perlu selalu diikuti penilaian atas proses (apakah telah 3. Kebijakan otonomi daerah
dilaksanakan sesuai rencana?) dan penilaian atas hasil (apakah Dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah, BKKBN
pengetahuan dan perilaku kelompok sasaran telah berubah?) kabupaten/kota digabungkan dengan dinas lain seperti dengan
untuk menyiapkan kegiatan berikutnya. dinas kependudukan dan catatan sipil, dinas pemberdayaan
masyarakat, dinas pemberdayaan perempuan, dan lain-lain. Hal ini
B. PELAKSAAN PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI mengakibatkan kewenangan, fungsi dan dukungan sumber daya
Beberapa masalah yang dialami dalam pelaksanaan program kesehatan akan semakin berkurang.
reproduksi adalah sebagai berikut : 4. Tingkat pelaksanaan
1. Tingkat pengambil keputusan Program dan kegiatan Kesehatan Reproduksi dengan
Program kesehatan reproduksi pada saat ini belum merupakan pendekatan komprehensif masih belum diketahui oleh para
prioritas program pemerintah. Anggaran pembangunan untuk pelaksana di fasilitas pelayanan kesehatan dasar, walaupun
kesehatan reproduksi belum bertambah. Hal ini sangat pelayanan konvensional yang dilaksanakan berbagai sektor sudah
berpengaruh terhadap anggaran yang tersedia untuk program dijalankan oleh pelaksana lapangan.
kesehatan reproduksi. Di masa depan, diharapkan fasilitas pelayanan dasar
mampu melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi secara

11 12
komprehensif, terintegrasi dan terkoordinasi sehingga f. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penanganan
masyarakat dapat merasakan manfaatnya. kesehatan reproduksi, dan
5. Pencapaian indikator g. Human Development Index (HDI).
Jumlah indikator yang ingin ditangani oleh setiap sektor cukup Keadaan kesehatan reproduksi di Indonesia dewasa ini
banyak dan tingkat pencapaiannya berbeda-beda. Keadaan ini masih belum seperti yang diharapkan. Bila dibandingkan dengan
kurang menguntungkan untuk pencapaian program keadaan di negara ASEAN lainnya, Indonesia masih tertinggal
Kesehatan Reproduksi secara nasional. dalam banyak aspek kesehatan reproduksi. Berikut ini merupakan
Nilai indikator yang dapat digunakan oleh setiap sektor adalah beberapa masalah yang terjadi pada komponen kesehatan reproduksi
dengan "strong indicators" yang digunakan WHO ditambahkan yang dapat memberikan gambaran umum keadaan kesehatan
dengan indikator lain yang sesuai dengan kebutuhan komponen. reproduksi:
Kondisi yang diharapkan adalah disepakatinya indikator minimal a. Angka Kematian Ibu yang masih tinggi
yang harus dicapai oleh program Kesehatan Reproduksi dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat
disesuaikan dengan Milenium Development Goals. Indikator tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN
tersebut adalah : lainnya. Pada tahun 1994 (SDKI) AKI di Indonesia adalah
a. Maternal Mortality Ratio, 390 per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan AKI tersebut
b. Child Mortality Rate, sangat lambat, yaitu menjadi 334 per 100.000 pada tahun
c. Total Fertility Rate, 1997 (SDKI) dan 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI
d. Prevalensi infeksi HIV pada umur 15-24 tahun menurun 2002-2003), 262 (2005), 255 (2006) dan 248 (2007),
sebesar 20%, sementara pada tahun 2010 ditargetkan menjadi 125 per
e. Setiap orang mampu melindungi dirinya dari penularan PMS 100.000 kelahiran hidup. Besarnya AKI menggambarkan
dan HIV/AIDS, masih rendahnya tingkat kesadaran perilaku hidup bersih dan
sehat, status gizi dan status kesehatan ibu, cakupan dan

13 14
kualitas pelayanan untuk ibu hamil, ibu melahirkan, dan ibu tahun (terlalu tua), 5,2% persalinan terjadi dalam interval
nifas, serta kondisi kesehatan lingkungan. waktu kurang dari 2 tahun (terlalu sering) dan 9,3% ibu
Penyebab kematian maternal dapat dikategorikan hamil mempunyai paritas lebih dari 3 (terlalu banyak).
sebagai berikut: Penyebab mendasar kematian maternal dipengaruhi
1) Penyebab langsung oleh kondisi geografis, penyebaran penduduk, kondisi
Penyebab langsung kematian ibu terjadi pada umumnya sosial ekonomi, budaya, kondisi bias gender dalam
sekitar persalinan dan 90 % terjadi oleh karena masyarakat dan keluarga dan tingkat pendidikan
komplikasi. Penyebab langsung kematian ibu menurut masyarakat pada umumnya. Hasil Audit Maternal Perinatal
SKRT 2001 adalah : perdarahan (28%), eklamsia (24%), (AMP) menunjukkan bahwa kematian maternal lebih
infeksi (11%), komplikasi puerperium (11%), abortus (5%), banyak terjadi pada ibu dengan karakteristik pendidikan di
trauma obstetrik (5%), emboli obstetrik (5%), partus bawah Sekolah Lanjutan Pertama (SLP), kemampuan
lama/macet (5%) serta lainnya (11%). membayar biaya pelayanan persalinan rendah, terlambat
2) Penyebab tidak langsung memeriksakan kehamilannya, serta melakukan persalinan
Penyebab tidak langsung kematian maternal adalah di rumah. Keadaan ini menyebabkan keterlambatan-
rendahnya status gizi, rendahnya status kesehatan serta keterlambatan sebagai berikut:
adanya faktor risiko kehamilan pada ibu. SKRT 2001 a) Terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil
menunjukkan bahwa 34% ibu hamil mengalami kurang keputusan untuk segera mencari pertolongan;
energi kronis (KEK), sedangkan 40% menderita anemia b) Terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan yang
gizi besi (AGB). SDKI 2002-2003 menunjukkan bahwa mampu memberikan pertolongan persalinan;
22,4% ibu masih dalam keadaan "4 terlalu" yaitu 4,1% c) Terlambat memperoleh pertolongan yang memadai di
kehamilan terjadi pada ibu berumur kurang dari 18 tahun fasilitas pelayanan kesehatan.
(terlalu muda), 3,8% terjadi pada ibu berumur lebih dari 34

15 16
b. Angka Kematian Bayi Penyebab kematian bayi terbanyak di Indonesia menurut
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 35 SKRT tahun 2001 adalah karena gangguan perinatal (36%),
per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2002-2003) masih di atas gangguan pada saluran nafas (28%), diare (9%), gangguan
negara-negara seperti Malaysia (10), Thailand (20), saluran cerna (4%), penyakit syaraf (3%), tetanus (3%) dan
Vietnam(18), Brunei (8) dan Singapura (3). Walaupun gangguan lainnya (17%). Sedangkan penyebab kematian
demikian AKB tersebut sudah menurun sebesar 41% selama balita menurut SKRT 2001 adalah sebagai berikut : gangguan
15 tahun ini yaitu dari 59 per 1000 kelahiran hidup pada tahun saluran nafas (23%), diare (13%), penyakit syaraf (12%), tifus
1989-1992, menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup pada tahun (11%), gangguan saluran cerna (6%) serta gangguan lainnnya
1998-2002 (SDKI). Sekitar 40% kematian bayi tersebut terjadi (35%).
pada bulan pertama kehidupannya. Penyebab kematian c. Angka Kesuburan Total
pada masa perinatal/neonatal pada umumnya berkaitan Angka Kesuburan Total (Total Fertility Rate/TFR)
dengan kesehatan ibu selama hamil, kesehatan janin menurut pada kurun waktu 1967-1970 adalah 5,6. Angka
selama di dalam kandungan dan proses pertolongan kesuburan total ini dalam waktu dua puluh lima tahun telah
persalinan yang diterima ibu/bayi, yaitu asfiksia, turun menjadi hampir setengahnya, yaitu 2,8 pada periode
hipotermia karena prematuritas/ BBLR, trauma persalinan 1995-1997 (SDKI, 1997). Berdasarkan SDKI 2002-2003,
dan tetanus neonatorum. TFR saat ini sebesar 2,6 per perempuan. Data SDKI ini
Proporsi kematian bayi di Indonesia menurut SKRT 2001, menunjukkan penurunan tingkat fertilitas.
kematian antara 0-7 hari (32%), 8-28 hari (8%) dan 28 hari-11 d. Pelayanan KB
bulan (60%), sedangkan penyebab kematian neonatal di Cakupan pelayanan KB (Contraceptive Prevalence Rate,
Indonesia adalah : BBLR (29%), asfiksia (27%), tetanus CPR) pada tahun 1987 adalah 48%, yang meningkat menjadi
(10%), masalah pemberian minum (10%), infeksi (5%), 57% pada tahun 1997 dan 60,3% pada tahun 2002. Partisipasi
gangguan hematologik (6%), dan lain-lain (13%). pria baik dalam ber-KB maupun dalam pemeliharaan

17 18
kesehatan ibu dan anak termasuk pencegahan kematian 3. DIY 72,9 75,6 63,7 63,2
maternal hingga saat ini masih rendah. Indikatornya antara 4. NTB 56,5 53,5 54,3 52,5
5. NTT 39,3 34,8 35,2 27,5
lain masih sangat rendahnya kesertaan KB pria, yaitu hanya 6. Kalimantan 60,2 57,6 58,5 56,2
lebih kurang 4,4 %. Secara rinci angka ini meliputi 7. Sulawesi 51,7 54,6 50,2 49,8
8. Sulawesi 53,1 48,6 46,7 40,9
penggunaan kondom 0,9%, vasektomi 0,4%, sanggama
Tenggara
terputus 1,5% dan pantang berkala 1,6% (SDKI 2002-2003).
Sedangkan persentase pemakai kontrasepsi terdapat 3 (tiga)
Sampai saat ini keadaan pencapaian peserta KB pria 1,74%,
provinsi konsisten turun sejak tahun 1994 - 2002/2003, dapat
masih jauh jika dibandingkan dengan harapan pencapaian
ditunjukkan pada Tabel 2
sebesar 5,34% untuk tahun 2003 dan sekitar 8% tahun 2004
Tabel 2. Persentase Pemakai Kontrasepsi di 3 Provinsi di
(PROPENAS). Masih rendahnya kesertaan KB pria, selain
Indonesia sejak tahun 1994 - 2002/2003
disebabkan karena terbatasnya jenis kontrasepsi yang tersedia,
No Provinsi % Pemakai Kontrasepsi % Pemakai Kontrasepsi
juga dipengaruhi beberapa hal. Sosialisasi kondom sebagai
Modern
alat pencegah PMS, HIV/AIDS lebih gencar daripada 1994 1997 2002-03 1994 1997 2002-03
1. Bali 68,4 68,1 61,2 66,5 66,2 58,5
sosialisasi kondom sebagai kontrasepsi. Di lain pihak
2. Kalimantan 60,5 59,3 56,2 54,7 54,5 52,3
kampanye kondom untuk double protection masih perlu
3. Timur 72,2 71,2 70,1 69,1 63,5 66,4
ditingkatkan. Sulawesi Utara
Tabel 1. Persentase Pemakai Kontrasepsi Ada 8 (Delapan)
Provinsi Terjadi Penurunan Dari Tahun 1997-2002/2003 Dalam SDKI 2002-2003 ternyata bahwa 6 dari 10 perempuan
% Pemakai % Pemakai kawin umur 15-19 tahun di Indonesia memakai kontrasepsi, di mana
Kontrasepsi Kontrasepsi
No Provinsi hampir seluruhnya memakai kontrasepsi modern (57%) sementara
Modern
1997 2002-2003 1997 2002 3,6% memakai kontrasepsi tradisional. Kontrasepsi yang paling
1. Jambi 61,8 59,0 60,3 57,9
2. Lampung 66,5 61,4 64,7 58,9 populer adalah suntik (28%), pil (13%) dan lUD (6%).

19 20
Proporsi drop-out peserta KB (discontinuation rate) menurut terlalu" didapatkan pada 22,4% dari seluruh persalinan. Hal ini
SDKI 1997 adalah 24%. Alasan penghentian antara lain adalah menunjukkan bahwa masih jauh lebih banyak terjadi kehamilan
10% karena efek samping/alasan kesehatan, 6% karena ingin walaupun angka unmet need hanya 8,6% yang juga sekaligus
hamil dan 3% karena kegagalan. Pada tahun 2003 (SDKI), menunjukkan bahwa kesadaran ber-KB pada pasangan yang
angka putus pemakaian turun menjadi 20,7% dengan alasan paling membutuhkan pelayanan KB (karena umur isteri terlalu
kegagalan 2,1%, ingin hamil 4,8%, ganti cara lain 9% dan alasan muda/tua, masih mempunyai anak kurang dari 2 tahun, atau
lain 4,8%. mempunyai anak lebih dari tiga belum mantap.
Unmet need (yaitu kelompok wanita yang tidak terpenuhi e. Kehamilan di luar nikah dan aborsi
kebutuhan KB-nya) menurut SDKI tahun 1997 adalah 9,2% Survei Depkes tahun 1995/1996 pada remaja 13-19 tahun di
dan menurun menurut SDKI 2002 turun menjadi 8,6%. Dari Jawa Barat dan Bali didapatkan angka 7% dan 5%
segi pemenuhan terhadap kebutuhan masyarakat terhadap kehamilan pada remaja. Data tentang kehamilan tidak
pelayanan KB, tingkat unmeet need masih cukup tinggi. dikehendaki (KTD) dari beberapa sumber adalah : 61% pada usia
Menurut hasil SDKI 1997 tercatat sebanyak 9,7%, sedangkan 15-19 tahun (N = 1310, SDKI oleh Pradono 1997), diantaranya
berdasarkan hasil pencapaian program tahun 2001 tercatat sebesar 12,2% (N=98 orang) melakukan pengguguran di mana
sebanyak 14,6% yang kebutuhan KB-nya tidak terpenuhi. 7,2% ditolong oleh dokter dan bidan, 10,2% oleh dukun dan
Keadaan ini menunjukkan bahwa upaya menurunkan tingkat 70,4% tanpa pertolongan.
unmeet need memerlukan upaya yang jauh lebih besar lagi. Menurut perundangan yang berlaku saat ini, tindakan
Harapan tahun 2001 turun menjadi 8 % dan tahun 2004 turun aborsi di luar tindakan medis adalah illegal. Diperkirakan
menjadi 6,5%. aborsi terkomplikasi yang menjadi penyebab kematian ibu
Namun, seperti dikemukakan di atas, sekitar 65% ibu hamil adalah sebesar 15%. Masih tingginya angka kejadian aborsi
mempunyai satu atau lebih keadaan "4 terlalu" (terlalu muda, tua, merupakan refleksi banyaknya kasus kehamilan yang tidak
sering dan banyak). Menurut SDKI 2002-2003 keadaan "4 dikehendaki. Berdasarkan hasil survei tentang kejadian aborsi di

21 22
10 kota besar dan 6 kabupaten tahun 2000 ditemukan bahwa 19 tahun dengan melakukan solusi 12% dari mereka melakukan
alasan melakukan aborsi untuk klien di kota karena cukup jumlah aborsi yang dilakukan : (a) dilakukan sendiri 70%, (b) dilakukan
anak (43,7%) disusul karena belum siap menikah (24,3%). dukun 10%, dan (c) tenaga medis 7%, (11) hanya 45,1% remaja
Sedangkan di kabupaten persentase tertinggi alasan aborsi adalah mempunyai pengetahuan yang baik tentang organ reproduksi,
karena masih sekolah (46,5%), disusul dengan jumlah anak yang pubertas, menstruasi dan kebersihan diri (FKMUI, 2001), (12)
sudah cukup. hanya 16% remaja yang mengetahui tentang masa subur
f. Kurangnya pengetahuan tentang PMS (SDKI, 1997).
Berdasarkan hasil base-line survey yang dilakukan oleh g. Kesehatan reproduksi remaja
Lembaga Demografi Universitas Indonesia (LDUI) di empat Masalah reproduksi remaja selain berdampak secara fisik,
provinsi (Jatim, Jateng, Jabar dan Lampung) pada tahun juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosi,
1999, menunjukkan bahwa: (1) hanya 42% remaja mengatakan keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam jangka panjang.
HIV tidak ditularkan oleh orang yang tampak sehat, (2) hanya Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya berpengaruh
24% remaja mengetahui tentang PMS %, (3) hanya 55% terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap keluarga,
mengetahui tentang proses kehamilan, (4) 53% remaja tidak masyarakat dan bangsa pada akhirnya. Permasalahan
mengetahui bahwa sekali saja berhubungan dapat mengakibatkan kesehatan reproduksi pada remaja dapat dikelompokkan sebagai
kehamilan, (5) 46% remaja beranggapan bahwa HIV/AIDS bisa berikut: (1) perilaku berisiko, (2) kurangnya akses pelayanan
disembuhkan, dan (6) 26% remaja mengatakan kondom tidak kesehatan, (3) kurangnya informasi yang benar dan dapat
dapat mencegah HIV/AIDS, (7) 57,1% remaja puteri dipertanggungjawabkan, (4) banyaknya akses pada informasi
mengidap anemia (SKRT, 1995), (8) 23% remaja yang salah tanpa tapisan, (5) masalah PMS termasuk infeksi
kekurangan energi kalori (survei Bali, Jabar, 1995), (9) 74% HIV/AIDS, (6) tindak kekerasan seksual, seperti pemerkosaan,
kebiasaan makan tidak teratur (Survei SMU Surabaya, 1998), pelecehan seksual dan transaksi seks komersial, (6) kehamilan
(10) 61 % kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja usia 15- dan persalinan usia muda yang berisiko kematian ibu dan bayi,

23 24
dan (7) kehamilan yang tak dikehendaki, yang sering kali
BAB III
menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan komplikasinya.
STRATEGI DAN PESAN UTAMA KIE KESEHATAN
Menurut Biran (1980) kehamilan remaja kurang dari 20 tahun
REPRODUKSI
berisiko kematian ibu dan bayi 2-4 kali lebih tinggi
dibanding ibu berusia 20-35 tahun. Penyebab mendasar dari
A. Strategi KIE Kesehatan Reproduksi
keadaan tersebut adalah : (a) rendahnya pendidikan remaja, (b)
Upaya Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
kurangnya keterampilan petugas kesehatan, (c) kurangnya
Kesehatan Reproduksi memiliki 2 (dua) tujuan yaitu : (a)
kesadaran semua pihak akan pentingnya penanganan kesehatan
peningkatan pengetahuan, (b) perubahan perilaku kelompok
remaja.
sasaran/klien tentang semua aspek Kesehatan Reproduksi.
Dengan tercapainya dua tujuan ini, diharapkan dapat
membantu tercapainya tujuan akhir kegiatan pelayanan kesehatan
reproduksi, yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Ada 3 (tiga) strategi yang biasa digunakan sebagai
dasar melaksanakan kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi,
yaitu :
1. Advokasi: Mencari dukungan dari para pengambil
keputusan untuk melakukan perubahan tata nilai atau
peraturan yang ada untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan reproduksi, sehingga tujuan KIE Kesehatan
Reproduksi (peningkatan pengetahuan yang diikuti
perubahan perilaku) dapat tercapai. Kelompok sasaran
untuk strategi advokasi ini biasa dikenal dengan istilah

25 26
"kelompok sasaran tersier". Bentuk operasional dari Masyarakat ini umumnya merupakan kelompok sasaran
strategi advokasi ini biasanya berupa pendekatan kepada utama dan dikenal dengan istilah "kelompok sasaran
pimpinan/ institusi tertinggi setempat. primer", yaitu mereka yang pengetahuan dan
2. Bina Suasana : Membuat lingkungan sekitar bersikap positif perilakunya hendak diubah. Bentuk operasional dari strategi
terhadap tujuan KIE Kesehatan Reproduksi yang ingin ini biasanya berupa tatap muka langsung atau penyuluhan
dicapai yaitu peningkatan pengetahuan yang diikuti kelompok, dan lebih sering memanfaatkan metode
perubahan perilaku. Strategi ini biasanya digunakan komunikasi yang lebih sederhana dan informal, misalnya
untuk kelompok sasaran para pimpinan masyarakat melakukan latihan bagi kader-kader PKK dan kader
dan/atau orang-orang yang mempunyai pengaruh besar Posyandu sehingga mereka menjadi tahu tentang Kesehatan
terhadap pengetahuan dan perilaku kelompok sasaran Reproduksi atau pelayanan Kesehatan Reproduksi yang
utama. Kelompok sasaran untuk strategi bina suasana ini tersedia sehingga dapat memberi tahu masyarakat di
biasa dikenal dengan istilah "kelompok sasaran lingkungannya untuk memanfaatkan pelayanan tersebut.
sekunder". Bentuk operasional dari strategi ini biasanya Untuk melaksanakan strategi Gerakan Masyarakat dan
berupa pelatihan, sosialisasi program, pertemuan- Bina Suasana, perlu memperhatikan 5 (lima) aspek berikut :
pertemuan, yang dapat memanfaatkan metode a. Pesan inti yang ingin disampaikan (APA);
komunikasi modern dan formal maupun metode b. Kelompok yang akan menjadi sasaran penyampaian pesan
sederhana (tatap muka) dan informal. tersebut (SIAPA);
3. Gerakan Masyarakat : Membuat pengetahuan kelompok c. Pengetahuan yang diharapkan diketahui oleh kelompok
sasaran utama (yaitu mereka yang memiliki masalah) sasaran;
meningkat yang diikuti dengan perubahan perilaku d. Perilaku yang diharapkan mau/bisa diterima dan
mereka sehingga dapat mengatasi masalah yang dilakukan kelompok sasaran;
dihadapi. Kelompok sasaran untuk strategi Gerakan e. Cara apa yang paling tepat untuk mencapai kelompok

27 28
sasaran tersebut (jalur dan media) 1. Kegiatan KIE di dalam gedung Puskesmas
Dengan memperhatikan empat aspek yang pertama, dapat Bentuk kegiatan di dalam gedung Puskesmas dapat
menentukan APA pesan inti yang akan disampaikan, SIAPA berupa:
kelompok sasaran yang akan dituju, pengeTAHUan yang a. Penyampaian pesan secara langsung (Tatap Muka).
diharapkan diketahui oleh kelompok sasaran, dan perilaku Tatap muka langsung untuk perorangan dapat
yang diharapkan MAU diterima dan dapat dilakukan oleh berlangsung saat memeriksa pasien baik di klinik
kelompok sasaran. Setelah empat aspek pertama dipenuhi, KIA/KB Puskesmas maupun saat kunjungan pasien di
Mahasiswa kemudian dapat menentukan aspek yang ke lima ruangan Puskesmas Rawat Inap. Tatap muka langsung
yaitu cara apa yang paling sesuai untuk melaksanakan untuk kelompok dapat dilakukan kepada pasien
kegiatan dengan memilih JALUR dan MEDIA dan/atau keluarganya yang sedang berada di ruang
penyampaian yang paling tepat. tunggu Puskesmas. Kegiatan tatap muka langsung
Semua kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi di Indonesia ini memiliki peluang besar sekali untuk berhasil
selalu mengacu kepada 5 (lima) pelayanan yang terkait jika dilakukan dengan benar karena pesan dapat
dalam Kesehatan Reproduksi, yaitu Pelayanan Kesehatan disampaikan dengan diikuti penjelasannya.
Ibu dan Bayi Baru Lahir, Keluarga Berencana, Kesehatan Cara tersebut juga dapat menyampaikan
Reproduksi Remaja, Pencegahan dan Penanggulangan PMS keterampilan (bukan hanya pengetahuan) dalam bentuk
termasuk HIV/AIDS. peragaan atau demonstrasi cara melakukan sesuatu
(misalnya cara memasang kondom, cara sederhana
B. KEGIATAN KIE KESEHATAN REPRODUKSI untuk menilai ada/tidaknya anemia dengan melihat
Pada tingkat pelayanan dasar maka kegiatan operasional KIE kelopak mata dan lidah, dsbnya). Dalam
Kesehatan Reproduksi terbagi 2 (dua), yaitu: Kegiatan di melaksanakan kegiatan ini perlu diupayakan
dalam gedung Puskesmas dan di luar gedung Puskesmas adanya komunikasi dua arah, yaitu dengan memberi

29 30
kesempatan pada sasaran untuk bertanya, atau dilakukan penilaian apakah pesan telah benar-benar
menanyakan kembali kepada sasaran, untuk menilai dipahami oleh sasaran.
apakah pesan telah benar-benar dipahami dan sasaran 2. Kegiatan KIE di luar gedung Puskesmas
benar-benar mengetahui isi pesan. Bentuk kegiatan dapat berupa :
b. Penyampaian pesan secara tidak langsung. a. Penyampaian pesan untuk kelompok kecil
Bentuk kegiatan ini biasanya berupa pemutaran kaset Proses kegiatan tatap muka untuk kelompok di luar
lagu-lagu atau video hiburan yang diselingi pesan- gedung Puskesmas tidak banyak berbeda dengan di
pesan singkat, atau pemasangan poster/media cetak dalam gedung Puskesmas, hanya saja kelompok
lain, dalam lingkungan fasilitas pelayanan sasaran yang ditemui biasanya adalah kelompok yang
Puskesmas. Bentuk kegiatan ini dapat pula kecil dan khusus. Kelompok khusus ini seringkali
ditujukan kepada sasaran perorangan berupa merupakan kelompok sasaran sekunder atau yang
pembagian selebaran atau leaflet kepada setiap memiliki pengaruh terhadap sasaran utama, misalnya
pengunjung. Kegiatan ini juga memungkinkan kelompok ibu-ibu PKK, kelompok pengajian,
terjadinya komunikasi dua arah, yaitu dengan persatuan orang tua murid dan guru dan lain-lain.
menghadirkan petugas untuk memulai pembicaraan Kelompok khusus ini dapat juga merupakan
dengan kelompok sasaran, misalnya dengan kelompok sasaran utama, misalnya pertemuan
menanyakan atau membahas isi pesandalam kelompok remaja, paguyuban KB, kelompok ibu-
kaset/video yang diputar, poster yang dipasang atau ibu pengunjung Posyandu, keluarga yang dikunjungi
leaflet yang dibagikan. Dengan adanya pembicaraan di rumah dan lain-lain. Kegiatan tatap muka dengan
antara mahasiswa dengan sasaran tersebut, kelompok kecil ini juga memiliki peluang besar
sekaligus terjadi komunikasi dua arah berupa saling sekali untuk berhasil karena jika pesan
bertanya antara petugas dan sasaran, sehingga dapat tersampaikan dengan benar maka akan dapat

31 32
mendorong kelompok sasaran sekunder untuk BAB IV. STRATEGI PEMBELAJARAN
meneruskan pesan-pesan itu kepada kelompok sasaran
utama. Dalam melaksanakan kegiatan ini perlu KIE Kesehatan Reproduksi bertujuan untuk membantu
komunikasi dua arah yaitu dengan memberi individu atau kelompok melaksanakan perilaku hidup sehat
kesempatan pada sasaran untuk bertanya. dalam kesehatan reproduksi. Agar hal ini dapat berjalan dengan
Mahasiswa juga dapat mencoba meminta peserta baik, kita perlu memahami benar tentang masalah kesehatan
untuk mengulang kembali pesan yang disampaikan reproduksi, perilaku, kaitan antara keduanya dan juga tentang
(parafrasing) untuk menilai pemahaman sasaran berbagai hal berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Hal ini
tehadap pesan dan menilai kemampuan sasaran dapat diketahui dengan melakukan analisis masalah kesehatan
untuk meneruskan pesan dengan tepat. reproduksi dan perilaku melalui langkah-langkah berikut :
b. Penyampaian pesan untuk kelompok besar. I. Analisis Masalah Kesehatan Reproduksi di tingkat Puskesmas
Proses ini mencakup penyampaian pesan kepada II. Menetapkan sasaran :
orang dalam jumlah sangat banyak dan 1. Menetapkan sasaran primer (anak remaja, PUS)
biasanya tidak memungkinkan terjadi komunikasi 2. Menetapkan sasaran sekunder
dua arah. Karena tidak mungkin melakukan III. Menetapkan Strategi
komunikasi dua arah untuk menilai apakah sasaran 1. Advokasi
benar-benar memahami isi pesan, maka kegiatan KIE 2. Gerakan Masyarakat
kesehatan reproduksi untuk kelompok besar ini 3. Dukungan sosial
memerlukan persiapan khusus terutama dalam IV. Menetapkan Pesan Pokok
penciptaan pesannya, pesan yang disampaikan harus
singkat, menarik, mudah diingat dan mudah dilakukan. Analisis Masalah Kesehatan Reproduksi dan Perilaku
Adapun langkah-langkah analisis masalah kesehatan reproduksi

33 34
adalah sebagai berikut : Memilih target behavior merupakan suatu proses eliminasi.
1. Mengenal masalah kesehatan reproduksi : Artinya, mahasiswa menghilangkan perilaku yang tidak jelas
Tentukan masalah kesehatan reproduksi, masalah dampaknya terhadap masalah yang sedang ditangani atau tidak
determinan/faktor-faktor kesehatan kesehatan reproduksi, feasible dilaksanakan oleh target sasaran. Memilih target
dan masalah program kesehatan kesehatan reproduksi behavior juga merupakan proses negosiasi. Artinya, untuk
yang akan dipecahkan; memilih target behavior, mahasiswa harus mengadakan negosiasi
Kalau ada lebih dari satu masalah, tetapkan mana yang dan pembahasan dengan target sasaran dan pemuka masyarakat
prioritas. lainnya yang terkait. Semua perilaku harus digambarkan secara
2. Mengenal penyebab masalah Kesehatan Reproduksi jelas, sederhana dan spesifik. Semua kegiatan pokok dalam
Penyebab masalah yang dimaksud dekelompokkan ke dalam berperilaku tersebut harus disebutkan.
penyebab masalah kesehatan reproduksi, penyebab
faktor/determinan kesehatan reproduksi dan masalah program Menetapkan Sasaran KIE Kesehatan Reproduksi
kesehatan reproduksi. Setelah melakukan analisis masalah kesehatan reproduksi dan
3. Mengenal sifatnya masalah kesehatan reproduksi perilaku, langkah berikutnya ialah menetapkan sasaran. Di dalam
4. Mengenal epidemiologi masalah KIE Kesehatan Reproduksi, yang dimaksud dengan sasaran ialah
individu atau kelompok yang dituju oleh program KIE Kesehatan
Program KIE Kesehatan Reproduksi yang berhasil ialah yang Reproduksi. Sasaran ditetapkan berdasarkan hasil analisis
memfokuskan pada perilaku sasaran (target sasaran) yang masalah kesehatan dan perilaku.
terbatas jumlahnya.. Dalam berusaha merubah perilaku, Agar lebih efektif, KIE Kesehatan Reproduksi haruslah
mahasiswa harus memperkecil jumlah perilaku ideal dan memilih ditujukan kepada sasaran yang spesifik yaitu sasaran yang
target perilaku yang merupakan inti program Kesehatan mempunyai ciri yang serupa dan berkaitan dengan masalah yang
Reproduksi. akan dipecahkan melalui KIE. Sasaran yang spesifik disebut

35 36
segmen sasaran dan tindakan kita membagi-bagi sasaran menjadi 3. Sasaran Tersier
segmen-segmen sasaran disebut segmentasi sasaran. Segmentasi Ini mencakup para pengambil keputusan, para penyandang
sasaran yang banyak dipakai dewasa ini adalah sebagai berikut : dana, dan lain-lain pihak yang berpengaruh. Sasaran tersier
1. Sasaran Primer juga masih bisa dibagi lagi dalam segmen-segmen yang lebih
Yaitu individu atau kelompok yang : (a) Terkena masalah, (b) kecil, misalnya berdasarkan :
Diharapkan akan berperilaku seperti yang diharapkan, (c) Tingkatannya : kecamatan, desa, keluarga, dsb.
Akan memperoleh manfaat paling besar dari hasil perubahan Bidang pengaruhnya : agama, politif, profesi, dsb.
perilaku. Seringkali sasaran primer masih dibagi-bagi lagi
dalam beberapa segmen, sesuai keperluan. Segmentasi ini Menetapkan Strategi KIE Kesehatan Reproduksi
bisa berdasarkan : Ada beberapa definisi yang dipergunakan untuk istilah
Umur : remaja, wanita usia subur, usia lanjut, dsb; strategi. Tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa strategi
Jenis kelamin (seks) : pria dan wanita; adalah cara yang tepat yang dipilih untuk mencapai tujuan.
Pendidikan : buta huruf, tingkat SD, SLTP, SLTA, 1. Pendekatan kepada pimpinan atau pengambil keputusan
Akademi, Perguruan Tinggi; (Advocacy) Ini merupakan pendekatan ditujukan kepada :
Status sosial ekonomi : orang miskin, orang kaya; a. Para pengambil keputusan (Misal Bupati, Camat, Kepala
Tahap perkembangan reproduksi : ibu hamil, ibu nifas, desa, dsb);
ibu menyusui; b. Orang-orang yang berpengaruh dalam proses
2. Sasaran Sekunder pengambilan keputusan (anggota DPRD, anggota Badan
Sasaran sekunder adalah individu atau kelompok individu Perwakilan Desa, dsb).
yang berpengaruh atau disegani oleh sasaran primer. Sasaran c. Para penyandang dana di berbagai tingkatan.
sekunder diharapkan mampu mendukung pesan-pesan yang Yang diharapkan dari pendekatan ini antara lain :
disampaikan kepada sasaran primer. a. Kebijakan yang mendukung;

37 38
b. Peraturan-peraturan yang mendukung dan kesehatan baik pemerintah maupun swasta,bila
mempermudah terciptanya perilaku hidup bersih dan masyarakat memerlukan pelayanan Kesehatan
sehat dalam program Kesehatan Reproduksi. Reproduksi.
c. Adanya dukungan dana atau sumber dana lainnya. Kegiatan yang dilakukan antara lain :
a. Pertemuan baik individu maupun kelompok;
2. Dukungan lingkungan (Social support) b. Mengembangkan kemitraan dengan sektor terkait,
Perilaku hidup sehat dalam Kesehatan Reproduksi dapat LSM dan swasta terkait, agar selanjutnya terbentuk
tercipta dan berkembang jika lingkungan mendukung hal jaringan kerja;
ini. Lingkungan di sini mencakup lingkungan fisik, sosial, c. Mengadakan pelatihan dan pembinaan terhadap
budaya, ekonomi dan politik. Dukungan lingkungan dapat organisasi/institusi kesehatan baik pemerintah
muncul dalam bentuk: maupun swasta;
a. Perilaku hidup sehat dalam Kesehatan Reproduksi d. Mengadakan pertemuan kelompok media massa.
dianggap sebagai bagian dari norma masyarakat; Kegiatan operasional perlu ditetapkan secara jelas agar bisa
b. Adanya anjuran dan contoh positif dari pemuka dan musah dilaksanakan, dipantau serta dievaluasi. Aspek-aspek
masyarakat; yang perlu diuraikan adalah :
c. Adanya anjuran dan contoh positif dari petugas Tabel 3 Jadwal Kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi
kesehatan; Mahasiswa Filed Lab di Puskesmas ...................
d. Opini masyarakat dan anjuran media massa agar Jenis
Penanggung
No Kegiatan Tempat Sasaran Tujuan Waktu Keterangan
jawab
melaksanakan perilaku hidup sehat dalam Kesehatan KIE
1 2 3 4 5 6 7 8
Reproduksi sebagai hal yang terpuji;
e. Kesiapan pelayanan Kesehatan Reproduksi yang
bermutu dan simpatik dari sarana-sarana pelayanan

39 40
Pemantauan KIE Kesehatan Reproduksi
Pemantauan (monitoring) program KIE Kesehatan
Reproduksi merupakan upaya yang dilaksanakan secara
sistematis oleh pengelola program untuk melihat apakah rpogram BAB V. SKALA PENILAIAN
yang sedang dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. Nama :
Pemantauan seringkali disebut juga evaluasi proses. Pemantauan NIM :
Kelompok :
menjawab pertanyaan apakah program KIE Kesehatan Puskesmas :
Reproduksi sudah dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan ?. No Keterangan 0 1 2 3 4
Pemantauan merupakan upaya untuk mengamati pelayanan dan .
1. Persiapan
cakupan kegiatan program KIE Kesehatan Reproduksi. Membuat rencana kerja sesuai topik
Mengamati cakupan program berarti, seberapa banyak target 2. Sikap dan tingkah laku
Menunjukkan kedisplinan (datang
sasaran KIE Kesehatan Reproduksi yang direncanakan sudah tepat waktu)
Menunjukkan kesiapan mengikuti
terjangkau. Sedangkan mengamati pelayanan program KIE kegiatan
Menunjukkan penampilan rapi dan
Kesehatan Reproduksi ialah menentukan apakah program sikap sopan kepada staf Puskesmas
dan masyarakat
Kesehatan Reproduksi sudah dilaksanakan.
Menunjukkan sikap bersungguh-
sungguh dalam mengikuti semua
kegiatan
Nilai Akhir Mahasiswa : 3. Pelaksanaan
Menghitung jumlah sasaran
= 1xPretes + 3xLapangan + 1xPostes Menentukan target dan pesan pokok
5 KIE Kespro
Menentukan model penyampaian KIE
Kespro sesuai budaya
Puskesmas/lingkungan setempat
Melakukan penyuluhan KIE Kespro
Mengikuti Pengelolaan dan
pemberdayaan petugas untuk KIE

41 42
Kespro DAFTAR PUSTAKA

Memperhatikan permasalahan KIE


Kespro di masing-masing Puskesmas 1. United Nations Population Fund, 2005, Kebijakan dan
Menentukan jenis/bentuk KIE Kespro Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia, Jakarta
: UNFA.
3. Laporan
Isi laporan sesuai kegiatan
2. United Nations Population Fund, 2002, Buku Sumber Untuk
Format laporan sesuai panduan
Advokasi Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi.
JUMLAH NILAI
Gender, dan Pembangunan Kependudukan, Jakarta : UNFA.
Keterangan :
0: tidak melakukan 3. Departemen Kesehatan RI Bekerjasama dengan United
1: melakukan kurang dari 40 % Nations Population Fund, 2002, Pedoman Pelaksanaan
2: melakukan 40-60% Kegiatan Komunikasi, Infoemasi, Edukasi (KIE) Kesehatan
3: melakukan 60-80 % Reproduksi untuk Petugas Kesehatan di Tingkat Pelayanana
4: melakukan 80-100 % Dasar, Jakarta : UNFA.

4. Departemen Kesehatan RI Bekerjasama dengan United


Jumlah Nilai Nations Population Fund, Satuan Pelaksana PPK-IPM
NILAI : -------------------- X 100 % = ........................% Pelaksana Kegiatan Bidang Ke2003, Pedoman Operasional
52 Pelayanandi Puskesmas, Jakarta : UNFA.

5. Departemen Kesehatan RI, 2001, Modul Kesehatan


Reproduksi, Jakarta.

6. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, 2002,


Mengembangkan Program Komunikasi Yang Efektif, Jakarta.

7. Departemen Kesehatan RI, Pusat Penyuluhan Kesehatan,


1997, Strategi Penyuluhan, Jakarta.

8. Departemen Kesehatan, 1995, Strategi Komunikasi, Informasi


dan Edukasi Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta.

43 44
Foto Kegiatan
9. Departemen Kesehatan, 1999, Buku Pedoman Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit (PKM-RS), Jakarta.

10. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2004,


Panduan Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi
Berwawasan Gender di tempat Kerja (Klinik KIAS), Jakarta.

11. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Provinsi


Jawa Barat, 2003, Penanggulangan Masalah Kesehatan
Reproduksi, Bandung. Penyuluhan kesehatan
Sambutan oleh Kapuskes
reproduksi siswa SMP
Eromoko
12. Pemerintah Kabupaten Kunngan, Satuan Pelaksana PPK-IPM
Pelaksana Kegiatan Bidang Kesehatan Sub Bidang PUP &
KRR, 2008, Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) danb
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), Materi Penyuluhan
PUP-KRR bagi Siswa dan Guru BP (SLTP/SLTA dan
Pontren) Program PPK-IPM Bidang Kesehatan Kabupaten
Kuningan. Kuningan.

13. Konsil Kedokteran Indonesia (Indonesian Medical Council),


Wawancara dengan guru
2006, Standar Kompetensi Dokter, Jakarta. Tim penyuluh

45 46

Anda mungkin juga menyukai