Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan

Keluarga Ny. A Dengan Gastritis Di Perumahan Bukit Permai Blok L No. 201

Tahun 2017 prinsip pembahasan ini adalah memfokuskan keluarga sebagai klien.

Proses keperawatan adalah sekumpulan tindakan yang dipilih secara matang

dalam usaha memperbaiki status kesehatan keluarga atau pasien serta manambah

kemampuan mereka dalam mengatasi masalah kesehatannya.

Dalam proses keperawatan terdapat langkah-langkah yang harus dilalui

secara urut dari pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, rencana asuhan

keparawatan, implementasi dan evaluasi (Zaidin 2010).

4.1.1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan

informasi secara terus-menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian

merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Dalam

pengkajian keluarga mencakup, antara lain data umum meliputi kepala keluarga,

umur, alamat, pekerjaan, pendidikan dan komposisi keluarga (Harmoko, 2012).

Dari data umum yang penulis kumpulkan adalah Ny. A sebagai kepala

keluarga, berumur 42 tahun, tempat tinggal di Perumahan Bukit Permai Blok L

No. 201. Pekerjaan Ny. A adalah sebagai karyawan swasta dan pendidikan

terakhir Ny. A adalah SMA. Keluarga Ny. A beranggotakan Ny. A dan 3 orang

anaknya yaitu An. R, An. F dan An. H. Suaminya sudah meninggal 8 tahun yang

lalu karena kecelakaan. Tipe keluarga Ny. A adalah keluarga single parent. Hal ini
63
didukung oleh teori menurut Friedmen (1998) dalam Harmoko (2012), keluarga

yang terdiri dari satu orang tua dan anak (kandung atau angkat) dengan kondisi

yang disebabkan oleh perceraian atau kematian.

Pengkajian status sosial keluarga menurut (Harmoko, 2012). antara lain

meliputi penghasilan seluruh anggota keluarga, kebutuhan dan barang yang di

miliki oleh keluarga. Pengkajian status sosial ekonomi keluarga, Ny. A

mengatakan pendapatan seluruh keluarga kurang lebih Rp. 1.500.000 per bulan

dan pengeluaran hanya cukup untuk keperluan sekolah, bayar listrik dan makan.

Ny. A mengatakan bahwa tidak mempunyai tabungan khusus untuk kesehatan.

Pengkajian tahap perkembangan keluarga saat ini, didapatkan bahwa Ny. A

mengatakan mempunyai tiga orang anak yaitu An. R yang berumr 17 tahun, An. F

yang berumur 15 tahun dn An. H yang berumur 9 tahun. Maka tahap

perkembangan keluarga Ny. A adalah keluarga dengan anak remaja. Didukung

oleh teori keluarga menurut (Harmoko, 2012), bahwa dalam tahapan

perkembangan keluarga terdapat tugas perkembangan utama yang harus di penuhi

secara urut antara lain adalah memberikan kebebasan yang seimbang dan

bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda dan mulai

memiliki otonomi, mempertahankan hubungan intim dalam keluarga,

mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, serta

mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk

memenuhi tumbuh kembang anggota keluarga.

Menurut Harmoko (2012), pada riwayat kesehatan keluarga inti hal yang

dikaji adalah riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing

64
anggota keluarga, perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit, upaya dan

pengalaman keluarga terhadap pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan kesehatan. Dalam pengkajian yang penulis dapatkan pada keluarga, Ny.

A sering mengalami nyeri di ulu hati, nyeri seperti ditusuk-tusuk, Ny. A

mengatakan suka makan tidak teratur, pola makan tidak pasti. Ny. A mengatakan

bahwa kondisi seperti ini sangat mengganggu aktivitasnya sebagai ibu rumah

tangga dan sebagai kepala keluarga karena jika kambuh Ny. A tidak dapat bekerja

dengan nyaman. Ny. A mengatakan memiliki penyakit maag. Saat dikaji tentang

riwayat keluarga sebelumnya Ny. A menjawab, bahwa dalam keluarga Ny. A dan

keluarga suaminya yang sudah meninggal tidak ada yang mempunyai penyakit

keturunan seperti hipertensi, asma dan diabetes mellitus. Sesuai dengan teori hal

yang perlu dikaji riwayat generasi diatas orang tentang riwayat penyakit

keturunan, upaya generasi tersebut tentang upaya penanggulangan penyakit,

upaya kesehatan yang di pertahankan sampai saat ini (Harmoko, 2012).

Menurut Harmoko (2012), hal-hal yang perlu di kaji sejauh mana keluarga

melakukan pemenuhan tugas dan perawatan keluarga adalah mengetahui

kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Hal yang dikaji adalah

sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari masalah kesehatan, meliputi

pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan faktor yang mempengaruhi

serta persepsi keluarga terhadap masalah terutama yang dialami oleh salah satu

anggota keluarga. Dalam pengkajian didapatkan keluarga Ny. A mengatakan tidak

tahu apa itu gastritis, penyebab gastritis, tanda dan gejala gastritis dan faktor

pencetus gastritis. Ny. A mengatakan sering mengalami nyeri di ulu hati, nyeri

65
seperti ditusuk-tusuk, makan tidak teratur, pola makan tidak pasti. Keluarga Ny. A

juga mengatakan tidak mengetahui pengertian, penyebab, tanda gejala, pencetus

serta pengobatan asma yang baik dan benar.

Hasil pengkajian kemampuan keluarga pada keluarga Ny. A dalam

mengambil keputusan adalah, Ny. A mengatakan apabila ada anggota keluarga

yang sakit dibawa ke Puskesmas, Rumah sakit atau praktek dokter, bidan atau

perawat terdekat, sesuai dengan teori menurut Harmoko (2012), hal yang dikaji

antara lain kemampuan keluarga dalam memahami sifat dan luasnya masalah,

masalah dirasakan keluarga atau tidak, keluarga merasa pasrah terhadap masalah

yang dialami, keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah kesehatan yang

dialami anggota keluarga, keluarga tidak mendukung upaya kesehatan, keluarga

mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan, dan

kepercayaan terhadap tenaga kesehatan.

Pemeriksaan fisik pada Ny. A yang dilakukan penulis di fokuskan pada

keluhan sering mengalami nyeri perut atau kambuhnya penyakit maag Ny. A.

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini

dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel

mukosa superficial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran

pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada

lambung (Sukarmin 2012). Menurut Smelzer, dalam Ardiansyah (2012) gastritis

adalah inflamasi mukosa lambung, akibat diet yang sembarangan. Biasanya

individu ini akan makan terlalu banyak, terlalu cepat, atau makan makanan yang

terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. Hasil

66
dari pengkajian pada Ny. A dengan gastritis dikarenakan makan tidak teratur yang

dapat menyebabkan nyeri akut. Nyeri akan dirasakan terutama pada saat lambung

kosong (secara siklus selama kurang lebih 3 jam asam lambung akan mengalami

peningkatan) (Sukarmin 2012). Menurut Ardiansyah (2012), penyebab dari

gastritis adalah konsumsi obat yang mengandung kimia digitalis, konsumsi

alkohaol yang berlebihan, terapi radiasi, kondisi stress dan infeksi bakteri seperti

helicobater pilory, salmonella. Tanda dan gejala pada penyakit gastritis antara lain

anoreksia, mual dan muntah, perdarahan saluran cerna dan nyeri ulu hati.

Sehingga sesuai dengan teori Ardiansyah (2012), nyeri ulu hati yang dirasakan

oleh Ny. A adalah tanda dan gejala dari penyakit gastritis.

4.1.2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Harmoko (2012), diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis

mengenai individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses

pengumpulan data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk

menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab

melaksanakannya.

Pengkajian terhadap Ny. A yaitu Ny. A mengatakan memiliki penyakit

maag, Ny. A mengatakan bahwa dia mengetahui memiliki penyakit maag dari

petugas kesehatan yang ada dipuskesmas. Ny. A juga mengatakan hanya

beristirahat saja jika maagnya kambuh. Ny. A juga tidak bisa bekerja jika

penyakitnya kambuh. Keluarga hanya membeli obat warung jika merasa

penyakitnya tidak parah, kemudian dibawa ke puskesmas jika dirasakan parah.

67
Dari hasil pengkajian ini maka penulis mengangkat masalah ketidak efektifan

pemeliharaan kesehatan.

Ketika dikaji apakah Ny. A mengerti tentang penyakit gastritis meliputi

pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta faktor pencetus dari gastritis, Ny. A

menjawab tidak mengetahui tentang penyakit tersebut dan ingin dijelaskan. Dari

data tersebut penulis menuliskan etiologi ketidakmampuan keluarga Ny. A dalam

mengenal masalah kesehatan tentang penyakit gastritis.

Menurut teori, kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan

dapat ditentukan dari sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari masalah

kesehatan, meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, dan faktor yang

mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan terutama yang

dialami anggota keluarga (Harmoko, 2012). Dari problem dan etiologi di atas

penulis merumuskan masalah kesehatan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

pada keluarga Ny. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Ny. A dalam

mengenal masalah kesehatan tentang penyakit gastritis.

Pada Ny. A gejala yang dirasakan adalah sering merasakan nyeri di ulu

hatinyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri karena makan tidak teratur dan pola makan

tidak pasti. Dari hasil pengkajian maka penulis menuliskan problem resiko

kekambuhan penyakit gastritis yang berulang.

Ny. A mengatakan memang selama ini pola makannya tidak teratur dan

seadanya. Hal ini disebabkan karena kesibukannya dan keadaan ekonomi

keluarga. Ny. A yang bekerja dari pagi sampai sore, Ny. A sangat jarang sarapan

pagi karena harus berangkat kerja pagi-pagi sekali. Dari hasil pengkajian ini maka

68
penulis merumuskan etiologi kebiasaan pola makan keluarga Ny. A yang tidak

teratur. Hal ini sesuai dengan (Sukarmin 2012).Nyeri akan dirasakan terutama

pada saat lambung kosong (secara siklus selama kurang lebih 3 jam asam

lambung akan mengalami peningkatan).

Dari masalah dan etiologi tersebut maka penulis merumuskan diagnosa

keperawatan resiko kekambuhan penyakit gastritis yang berulang berhubungan

dengan kebiasaan pola makan keluarga Ny. A yang tidak teratur.

4.1.3. Intervensi Atau Rencana Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan merupakan kesimpulan tindakan yang

ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah

kesehatan dan masalah atau diagnosis keperawatan yang ditetapkan (Zaidin 2010).

Dengan ditegakkannya diagnosa keperawatan ketidakefektifan pemeliharaan

kesehatan pada keluarga Ny. A berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga

Ny. A dalam mengenal masalah kesehatan tentang penyakit gastritis, maka penulis

merencanakan tindakan keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan 1 kali

kunjungan rumah, pemeliharaan kesehatan keluarga menjadi efektif dengan

kriteria keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit dengan gastritis

ditandai dengan keluarga mampu menjelaskan kembali tentang penyakit gastritis

meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta faktor pencetusnya. Dan

juga keluarga mampu menjelaskan cara merawat angggota keluarga yang sakit.

Dengan intervensi pertama yaitu kaji pengetahan keluarga tentang penyakit

gastritis dan perawatannya dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan keluarga tentang gastritis. Intervensi kedua tingkatkan pengetahuan

69
keluarga tentang gastritis dengan meningkatkan pengetahuan diharapkan keluarga

pengetahuan keluarga tentang penyakit gastritis menjadi meningkat. Intervensi

ketiga yaitu berikan penkes tantang gastritis ini dimaksudkan sebagai upaya

meningkatkan pengetahuan dan memberikan pembelajaran bagaimana merawat

anggota keluarga dengan gastritis. Intervensi keempat mendiskusikan dengan

keluarga strategi-strategi yang tepat untuk menangani gastritis ini dimaksudkan

dengan kondisi keluarga saat ini keluarga dapat memilih perawatan gastritis yang

tepat dan mudah dilakukan. Intervensi kelima yaitu berikan dukungan dan

dorongan agar keluarga mampu mencapai keberhasilan ini dimaksudkan agar

keluarga mempunyai motivasi untuk bisa merawat anggota keluarga yang sakit.

Diagnosa selanjutnya yaitu resiko terjadi kekambuhan penyakit gastritis

yang berulang berhubungan dengan pola makan keluarga yang tidak teratur,

dengan diagnosa ini penulis merencanakan tindakan keperawatan dengan tujuan

setelah dilakukan 1 kali kunjungan kerumah resiko kekambuhan penyakit gastritis

yang berulang tidak terjadi dengan kriteria hasil keluarga merubah pola makan

menjadi teratur ditandai dengan pengetahuan keluarga tentang pola makan yang

sehat menjadi meningkat, keluarga mampu menjelaskan pentingnya mengatur

waktu makan, keluarga mampu menyebutkan makanan yang dianjurkan dan tidak

dianjurkan untuk penderita gastritis dan keluarga menyatakan akan merubah pola

makannya menjadi tepat waktu. Dengan intervensi pertama yaitu mengkaji

pengetahuan keluarga tentang pola makan yang sehat dimaksudkan untuk

mengtaui sejauh mana pengetahuan keluarga tentang pola makan yang sehat agar

dapat dilanjutkan intervensi kedua yaitu berikan penkes tentang diet (pola makan)

70
untuk penderita gastritis. Intervensi ketiga yaitu diskusikan dengan keluarga

bagaimana mengatur pola makan dimaksudkan agar keluarga bisa mengatur waktu

makannya walaupun dengan kesibukan kerja. Kemudian intervensi yang terakhir

adalaha ajak dan anjurkan keluarga untuk merubah pola makannya yang

dimaksudkan agar keluarga mau merubah pola makannya yang nantinya resiko

kekambuhan penyakit gastritis tidak terjadi.

4.1.4. Implementasi

Penulis melakukan implementasi sesuai dengan rencana tindakan yang

penulis buat. Tindakan keperawatan dilakukan dalam 1 kali kunjungan rumah.

Pada kegiatan implementasi perawat perlu melakukan kontrak sebelumnya (saat

mensosialisasikan diagnosis keperawatan) untuk pelaksanaan yang meliputi kapan

dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi atau topik yang

didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapat

informasi (sasaran langsung implementasi), dan (mungkin) peralatan yang perlu

disiapkan keluarga (Harmoko, 2012). Implementasi yang penulis berikan kepada

keluarga Ny. A sesuai dengan perencanaan keperawatan yang telah penulis buat.

4.1.5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah sebagai langkah akhir dari proses keperawatan, yaitu

suatuupaya untuk menentukan apakah seluruh proses keperawatan sudah berjalan

dengan baik dan apakah tindakan berhasil dengan baik (Zaidin 2010).

Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat, yaitu

evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap

sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi

71
sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis

keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan dengan

perubahan intervensi atau dihentikan (Harmoko, 2012).

Evaluasi pada kunjungan terakhir tanggal 2 Februari 2017 di rumah Ny. A

pukul 19.00 WIB dengan prioritas diagnosa utama tentang gastritis didapatkan

data subyektif keluarga mengatakan sudah paham dengan penjelasan tentang

gastritis keluarga mengatakan sudah mengetahui cara merawat anggota keluarga

yang sakit maag dan keluarga mengatakan akan melakukan cara-cara yang sudah

dijelaskan jika memang sakit terjadi. Data obyektif keluarga mampu menjawab

pertanyaan seputar gastritis keluarga sudah mampu menjelaskan cara merawat

anggota keluarga yang sakit. Sehingga dapat dianalisa bahwa

Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Ny. A berhubungan

dengan ketidak mampuan keluarga Ny. A dalam mengenal masalah kesehatan

tentang penyakit gastritis teratasi dan intervensi dapat dihentikan.

Selain itu didapatkan juga data subyektif dari keluarga yaitu keluarga

mengatakan sudah mengerti tentang pola makan yang sehat untuk penderita

gastritis, keluarga megatakan akan merubah pola makannya, keluarga mengatakan

sekarang sudah mengetahui makanan-makanan yang baik untuk dikonsumsi dan

juga keluarga mengatakan akan mengurangi konsumsi mi instan dan mencoba

untuk mengkonsumsi sayur. Data obyektif keluarga mampu menjawab pertanyaan

mahasiswa tentang pola makan yang sehat. Sehingga dapat dianalisa bahwa

Resiko kekambuhan penyakit maag yang berulang pada Ny. A berhubungan

72
dengan pola makan keluarga yang tidak teratur sudah teratasi dan intervensi

keperawatan dapat dihentikan.

73

Anda mungkin juga menyukai