Anda di halaman 1dari 24

Inilah Dua Kanker Tersering di Indonesia

Komentar (0)

Rabu, 20 Oktober 2010 @ 02:23:23

Dibaca 138 kali

Diposting oleh Nova Risnawaty, A.Md

JAKARTA, KOMPAS.com Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular


yang menjadi masalah kesehatan, baik di dunia maupun di Indonesia. Diperkirakan
tiap tahunnya 12 juta orang terkena kanker. Di Indonesia, kanker payudara dan
kanker leher rahim (serviks) merupakan kanker yang paling sering diderita.

Data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati
urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia (16,85
persen), disusul kanker serviks (11,78 persen). Sementara pasien kanker paru
mencapai 5,8 persen dari seluruh kanker yang ada.

"Daerah yang tinggi prevalensi kankernya memang kota-kota besar di Indonesia,


bukan karena di pedesaan tidak ada, namun untuk sementara ini baru rumah sakit
di kota besar yang mengumpulkan datanya," kata dr Yusharmen, Direktur
Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, dalam acara seminar
mengenai kanker di Jakarta, Senin (26/4/2010).

Kanker payudara memiliki tanda berupa benjolan atau penebalan di dalam


payudara. Kanker ini paling sering terjadi pada perempuan berusia di atas 50 tahun,
tidak pernah menyusui, dan kegemukan. Sementara itu, kanker leher rahim
biasanya dihubungkan dengan adanya herpes genital yang disebabkan oleh virus
human paliloma virus (HPV).

Untuk menekan angka kejadian dua jenis kanker tersebut, Kementerian Kesehatan
akan menggalakkan program pencegahan atau skrining berbiaya murah di daerah-
daerah yang prevalensi penyakitnya tinggi sehingga luas cakupannya nasional.

"Kegiatan pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) akan dikampanyekan lagi untuk


mencegah kanker payudara, sedangkan untuk kanker serviks, akan digiatkan
pemeriksaan IVA atau inspeksi visual dengan asam asetat yang punya akurasi
tinggi, namun biayanya lebih murah dari pap smear," jelas Yusharmen.

Dia menambahkan, jika RPP Tembakau disahkan menjadi peraturan pemerintah,


diharapkan akan mengurangi jumlah perokok dan berdampak pada kasus kanker
mengingat rokok merupakan faktor risiko kanker yang paling besar. "Risiko kanker
paru akibat rokok mencapai 90 persen, sedangkan 20 persen kanker serviks juga
diakibatkan rokok," katanya.

http://nad.bkkbn.go.id/rubrik/264/

Penderita Kanker Serviks Rentan Alami Gangguan Ginjal

Evy Rachmawati | Kamis, 17 Juli 2008 | 18:43 WIB


http://nasional.kompas.com/read/2008/07/17/18434615/Penderita.Kanker.Serviks.Re
ntan.Alami.Gangguan.Ginjal.

JAKARTA, KAMIS - Penderita kanker serviks ternyata berisiko tinggi mengalami


gangguan pada organ ginjal. Setiap tahun, diperkirakan terdapat 460.000 kasus
baru kanker invasif (kanker yang telah mengalami penyebaran) yang terdiagnosis
dan menjadi penyebab lebih dari 250.000 kematian pada tahun 2005. Menurut
Badan Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 80 persen kematian itu terjadi di negara
berkembang.

"Tanpa penatalaksanaan yang adekuat, diperkirakan kematian akibat kanker serviks


atau leher rahim akan meningkat 25 persen dalam 10 tahun mendatang," kata dr
Imam Rasjidi saat mempertahankan disertasinya untuk memperoleh gelar doktor
dalam ilmu epidemiologi Universitas Indonesia, Kamis (17/7), di Jakarta. Imam lulus
dengan predikat cumlaude atau sangat memuaskan.

Data kanker yang berbasis patologi pada 13 pusat laboratorium patologi


menyatakan, kanker serviks merupakan kanker dengan prevalensi (persentase
orang sakit pada sekelompok penduduk) lebih kurang 36 persen. Jadi, dengan
populasi penduduk Indonesia saat ini yang berjumlah sekitar 220 juta, terdapat
sekitar 52 juta perempuan yang terancam kanker serviks.

Hal ini sesuai dengan perkiraan dari Komite Penanggulangan Kanker Nasional yang
memperkirakan insiden atau angka kejadian kanker di Indonesia minimum seratus
kejadian per 100.000 penduduk per tahun. Sementara di Rumah Sakit Umum Pusat
Cipto Mangunkusumo tahun 1998, jumlah kasus baru kanker serviks menduduki
peringkat pertama, yaitu 26,2 persen. Banyak pasien datang pada stadium IIB yaitu
stadium dengan gangguan fungsi ginjal.

Saat ini masyarakat Indonesia mengalami kesulitan dalam pembiayaan kesehatan


padahal pasien kanker serviks stadium lanjut dengan gangguan fungsi ginjal juga
mengalami gangguan multipatologi pada sistem urogenitalnya (sistem berkemih
dan kelaim) sehingga membutuhkan waktu rawat lebih lama dan butuh
pemeriksaan penunjang yang canggih. Karena itu, perlu diupayakan program
penatalaksanaan pasien kanker serviks stadium lanjut dengan gangguan fungsi
ginjal yang efektif sekaligus murah, ujarnya.
Kanker Serviks Pembunuh Banyak Wanita

Di Indonesia, setiap jam satu wanita meninggal karena kanker serviks

Senin, 09 November 2009

Topik: Kesehatan http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-


kesehatan/237-kanker-serviks-leher-rahim-pembunuh-wanita.html

Kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker mulut
rahim) merupakan kanker yang menyerang kaum wanita dan jumlah penderitanya
meningkat beberapa tahun belakangan. Dari seluruh penderita kanker di Indonesia,
sepertiganya adalah penderita kanker serviks. Kanker ini memang merupakan
pembunuh wanita yang menakutkan. Memperoleh informasi tentang kanker ini
dapat membantu lebih banyak wanita terhindar dari salah satu penyakit paling
mematikan ini.

Kanker Serviks

Kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker mulut
rahim) merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi bagi
kaum wanita. Setiap satu jam, satu wanita meninggal di Indonesia karena kanker
serviks atau kanker leher rahim ini. Fakta menunjukkan bahwa jutaan wanita di
dunia terinfeksi HPV, yang dianggap penyakit lewat hubungan seks yang paling
umum di dunia.

Di Indonesia, setiap satu jam, satu wanita meninggal karena kanker serviks

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), infeksi ini merupakan faktor risiko
utama kanker leher rahim. Setiap tahun, ratusan ribu kasus HPV terdiagnosis di
dunia dan ribuan wanita meninggal karena kanker serviks, yang disebabkan oleh
infeksi itu. Mengingat fakta yang mengerikan ini, maka berbagai tindakan
pencegahan dan pengobatan telah dibuat untuk mengatasi kanker serviks atau
kanker leher rahim.

Kanker serviks atau kanker leher rahim terjadi di bagian organ reproduksi seorang
wanita. Leher rahim adalah bagian yang sempit di sebelah bawah antara vagina
dan rahim seorang wanita. Di bagian inilah tempat terjadi dan tumbuhnya kanker
serviks. Apa penyebab kanker serviks atau kanker leher rahim? Bagaimana cara
pencegahannya? Serta bagaimana cara mengatasinya jika sudah terinfeksi HPV?

HPV

Kanker serviks disebabkan infeksi virus HPV (human papillomavirus) atau virus
papiloma manusia. HPV menimbulkan kutil pada pria maupun wanita, termasuk kutil
pada kelamin, yang disebut kondiloma akuminatum. Hanya beberapa saja dari
ratusan varian HPV yang dapat menyebabkan kanker. Kanker serviks atau kanker
leher rahim bisa terjadi jika terjadi infeksi yang tidak sembuh-sembuh untuk waktu
lama. Sebaliknya, kebanyakan infeksi HPV akan hilang sendiri, teratasi oleh sistem
kekebalan tubuh.

Penyebab dan Gejala Kanker Serviks

Kanker serviks menyerang daerah leher rahim atau serviks yang disebabkan
infeksi virus HPV (human papillomavirus) yang tidak sembuh dalam waktu lama.
Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi HPV akan mengganas dan bisa
menyebabkan terjadinya kanker serviks. Gejalanya tidak terlalu kelihatan pada
stadium dini, itulah sebabnya kanker serviks yang dimulai dari infeksi HPV dianggap
sebagai "The Silent Killer".

Beberapa gejala bisa diamati meski tidak selalu menjadi petunjuk infeksi HPV.
Keputihan atau mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan intim
adalah sedikit tanda gejala dari kanker ini. Selain itu, adanya cairan kekuningan
yang berbau di area genital juga bisa menjadi petunjuk infeksi HPV. Virus ini dapat
menular dari seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut.
Penularannya dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks.

Ketika terdapat virus ini pada tangan seseorang, lalu menyentuh daerah genital,
virus ini akan berpindah dan dapat menginfeksi daerah serviks atau leher rahim
Anda. Cara penularan lain adalah di closet pada WC umum yang sudah
terkontaminasi virus ini. Seorang penderita kanker ini mungkin menggunakan
closet, virus HPV yang terdapat pada penderita berpindah ke closet. Bila Anda
menggunakannya tanpa membersihkannya, bisa saja virus kemudian berpindah ke
daerah genital Anda.

Buruknya gaya hidup seseorang dapat menjadi penunjang meningkatnya jumlah


penderita kanker ini. Kebiasaan merokok, kurang mengkonsumsi vitamin C, vitamin
E dan asam folat dapat menjadi penyebabnya. Jika mengkonsumsi makanan bergizi
akan membuat daya tahan tubuh meningkat dan dapat mengusir virus HPV.

Risiko menderita kanker serviks adalah wanita yang aktif berhubungan seks sejak
usia sangat dini, yang sering berganti pasangan seks, atau yang berhubungan seks
dengan pria yang suka berganti pasangan. Faktor penyebab lainnya adalah
menggunakan pil KB dalam jangka waktu lama atau berasal dari keluarga yang
memiliki riwayat penyakit kanker.

Sering kali, pria yang tidak menunjukkan gejala terinfeksi HPV itulah yang
menularkannya kepada pasangannya. Seorang pria yang melakukan hubungan seks
dengan seorang wanita yang menderita kanker serviks, akan menjadi media
pembawa virus ini. Selanjutnya, saat pria ini melakukan hubungan seks dengan
istrinya, virus tadi dapat berpindah kepada istrinya dan menginfeksinya.

Deteksi Kanker Serviks

Bagaimana cara mendeteksi bahwa seorang wanita terinfeksi HPV yang


menyebabkan kanker serviks? Gejala seseorang terinfeksi HPV memang tidak
terlihat dan tidak mudah diamati. Cara paling mudah untuk mengetahuinya dengan
melakukan pemeriksaan sitologis leher rahim. Pemeriksaan ini saat ini populer
dengan nama Pap smear atau Papanicolaou smear yang diambil dari nama
dokter Yunani yang menemukan metode ini yaitu George N. Papanicolaou. Namun,
ada juga berbagai metode lainnya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV dan
kanker serviks seperti berikut:

IVA

IVA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat. Metode pemeriksaan
dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati
apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna,
maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di
Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi
dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang
lebih lanjut harus dilakukan.

Pap smear

Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat
untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel
tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada
infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara
teratur melakukan tes Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker
serviks.

Thin prep

Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya
mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan
memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih
akurat dan tepat.

Kolposkopi

Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau
kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang
dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya
untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks
atau leher rahim. Jika ada yang tidak normal, biopsi pengambilan sejumlah kecil
jaringan dari tubuh dilakukan dan pengobatan untuk kanker serviks segera
dimulai.

Mengobati Kanker Serviks

Jika terinfeksi HPV, jangan cemas, karena saat ini tersedia berbagai cara
pengobatan yang dapat mengendalikan infeksi HPV. Beberapa pengobatan
bertujuan mematikan sel-sel yang mengandung virus HPV. Cara lainnya adalah
dengan menyingkirkan bagian yang rusak atau terinfeksi dengan pembedahan
listrik, pembedahan laser, atau cryosurgery (membuang jaringan abnormal dengan
pembekuan).

Jika kanker serviks sudah sampai ke stadium lanjut, maka akan dilakukan terapi
kemoterapi. Pada beberapa kasus yang parah mungkin juga dilakukan
histerektomi yaitu operasi pengangkatan rahim atau kandungan secara total.
Tujuannya untuk membuang sel-sel kanker serviks yang sudah berkembang pada
tubuh.

Namun, mencegah lebih baik daripada mengobati. Karena itu, bagaimana cara
mencegah terinfeksi HPV dan kanker serviks? Berikut ini beberapa cara yang dapat
Anda lakukan untuk mencegah kanker serviks.

Mencegah Kanker Serviks


Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya. Anda
dapat melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan
akhirnya menderita kanker serviks. Beberapa cara praktis yang dapat Anda
lakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:

Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai
karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko
terkena kanker leher rahim.

Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat


meningkatkan risiko terkena kanker serviks.

Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.

Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah
dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.

Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.

Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear
bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.

Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari
Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.

Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.

Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina


toilet. Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter
ahli. Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan
penyakit.

Hidup Sehat Tanpa Kanker Serviks

Kanker serviks bisa dicegah dan bisa diobati. Deteksi sejak dini dan rutin melakukan
Pap smear akan memperkecil risiko terkena kanker serviks. Ubah gaya hidup Anda
dan juga pola makan Anda agar terhindar dari penyakit yang membunuh banyak
wanita di dunia ini. Dengan demikian, maka kesehatan serviks atau leher rahim
lebih terjamin. Dengan penanganan yang tepat, kanker serviks bukanlah sesuatu
yang menakutkan.
Kota - Jumat, 13 Apr 2012 01:56 WIB
http://www.analisadaily.com/news/read/2012/04/13/45432/kankar_leher_rahim_pem
bunuh_perempuan_di_indonesia/#.T5eVQRfZSZQ

Kankar Leher Rahim Pembunuh Perempuan di Indonesia

Medan, (Analisa). Kanker leher rahim menempati urutan kelima dari seluruh kanker
yang ditemukan pada perempuan di seluruh dunia. Setiap tahun ada 471.000 kasus
baru penderita kanker leher rahim dan diperkirakan setiap 2 menit di seluruh
belahan dunia perempuan meninggal akibat kanker leher rahim.

Berdasarkan data Histopatologik Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI tahun 1998


mencatat kanker leher rahim menempati posisi 34,4 persen dari seluruh kanker
pada perempuan di Indonesia. Data yang dihimpun dari berbagai rumah sakit di
Indonesia tahun 2007 sebanyak 7.042 perempuan menderita kanker leher rahim,
3.661 atau 52% diantaranya meninggal dunia. Berdasarkan data tersebut 10
perempuan penderita kanker leher rahim setiap hari meninggal dunia. Tahun 2008
Departemen Kesehatan RI mengungkapkan di Indonesia ada 52 juta perempuan
beresiko tinggi mengidap kanker leher rahim. Setiap tahun ada 15.000 kasus baru
yang ditemui dan 7.500 perempuan setiap tahun meninggal dunia akibat kanker
leher rahim.

"Secara angka penderita kanker leher rahim mengalami peningkatan cukup


signifikan. Diperlukan upaya untuk menekan angka penderita kanker leher rahim.
Secara medis kanker leher rahim dapat dicegah. Hanya saja informasi yang kurang
dan masih banyak perempuan yang malu melakukan pemeriksaan menyebabkan
jumlah penderita kanker leher rahim mengalami peningkatan. Kalau melakukan
pemeriksaan sudah stadium lanjut," ungkap Dr. Riza Hendrawan Nasution, SpOG
pada dialog Forum Jurnalis di Jalan Senayan Nomor 4 Medan belum lama ini.

Virus

Penyebab kanker leher rahim lanjutnya yang juga Ketua Yayasan Dr. Rizali Harris
Nasution adalah virus yang disebab Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini memiliki
bermacam-macam tipe, 20 diantaranya tersering dan beresiko tinggi menyebabkan
kanker leher rahim. Tipe HPV tipe 16 dan 18 penyumbang 80 persen terjadi kanker
leher rahim.

Semua perempuan yang telah aktif secara seksual memiliki resiko mengidap kanker
leher rahim. Secara spesifik perempuan yang lebih rentan mengidap kanker leher
rahim bila memulai aktivitas seksual pada usia dibawah 20 tahun, memiliki
beberapa pasangan seksual. Mengidap infeksi menular seksual (IMS) atau dengan
riwayat pernah mengidap IMS.
Pasangan seksual pria yang mengidap IMS atau dengan sejarah IMS dan pasangan
tersebut memiliki beberapa pasangan seksual lainnya, sering berganti-ganti
pasangan seksual. Pasangan seksual pria dengan riwayat pasangan seksual
sebelum mengidap kanker leher leher rahim juga dianggap sebagai faktor resiko
yang potensi serta merokok. (rin)

ANDA-TANDA KANKER SERVIKS | GEJALA KANKER MULUT RAHIM


http://www.isdaryanto.com/cara-mencegah-kanker-serviks

Apakah Anda pernah mendengar penyakit Kanker Serviks atau kanker mulut
rahim? Mungkin pernah! Tapi apakah Anda sudah mengenal lebih mendalam soal
penyakit yang menduduki peringkat no. 2 setelah kanker payudara pembunuh
wanita di muka bumi ini? Apa itu Kanker Serviks?

Pengertian Kanker Serviks

Kanker Serviks adalah kanker yang menyerang area serviks atau leher rahim,
yaitu area bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina. Kanker ini
disebabkan oleh virus bernama Human Papilloma Virus atau yang lebih dikenal
virus HPV ini.

Biasanya kanker serviks baru akan menujukkan gejala serius, setelah 10-20 tahun
kedepan pada wanita yang menikah atau aktif secara seksual. Karena pada fase
prakanker dan stadium awal, memang tidak menujukkan gejala apapun. Dan juga
karena banyak dari pasien kanker serviks baru menyadari dan melakukan
pengobatan ketika stadium kankernya sudah akut.

Siapa yang berpotensi terinfeksi virus HPV?

Baik wanita maupun pria yang sudah aktif secara seksual, baik wanita maupun pria,
sangat berpotensi terjangkit virus HPV. Karena virus ini mudah sekali menjakiti para
pasangan yang aktif berhubungan intim.

Meruntun dari penyebab timbulnya penyakit kanker serviks, keberadaan penyakit


kutil kelamin juga salah satu faktor pendukung menyebarnya virus HPV. Penyakit
kutil kelamin juga disebabkan oleh virus HPV. Namun bedanya, kalau kanker serviks
disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18, kutil kelamin disebabkan oleh HPV tipe 6 dan
11.
Kutil kelamin adalah benjolan-benjoilan yang tumbuh pada alat kelamin manusia
dalam berbagai variasi bentuk. Pada wanita, kutil kelamin tumbuh pada vulva dan
serviks. Sedangkan padapria, kutil kelamin akan cenderung muncul pada penis atau
skrotum dan pada beberapa kasus tertentu kutil kelamin tumbuh pada area
selangkangan.

Bagi pria yang terkena kutil kelamin, keluhan yang akan dirasakan yaitu rasa gata
dan panas, pendarahan dan rasa sakit pada penis, strotum dan daerah anal. Pada
wanita, keluhan yang akan dirasakan hampir sama dengan pria, yakni rasa gatal
dan panas. Terutama pada wanita yang sedang mengandung, kutil kelamin yang
diderita bisa menjangkiti janin dalam kandungannya pada saat lahir.

Kutil kelamin bisa menembus dan bertransmisi pada bayi, sehingga akan
menyebabkan timbulnya kutil pada leher bayi dan membuat bayi kesulitan
bernafas, yang mengarah pada pertumbuhan kanker leher.

Prosentase penyebaran Kanker Serviks

Di seluruh dunia, kasus penyakit kanker serviks ini sudah dialami oleh 1,4 juta
wanita. Dan menurut data Globocan 2002 yang didapat dari Yayasan Kanker
Indonesia terdapat lebih dari 40.000 kasus baru kanker serviks dengan kisaran
angka kematian yang menembus angka 22.000 pada wanita di Asia Tenggara.
Dalam hal ini, Indonesia merupakan negara di ASEAN yang menduduki peringkat
teratas untuk total kematian kanker serviks pada wanita dan ditambah dengan
angka kasus baru sekitar 20 kasus per hari.

Dampak Kanker Serviks bagi penderita

Tidak hanya sakit secara fisik, namun terjangkit virus HPV yang menyebabkan
kanker serviks dan juga kutil kelamin, bisa menggangu penderita secara psikis,
yang menyebabkan turunnya tingkat kepercayaan diri dalam kehidupan sosial dan
juga kehidupan rumah tangganya, terutama aktivitas seksual bagi pasanganyang
sudah menikah atau aktif secara seksual.

Pencegahan Kanker Serviks

* Bila mungkin, hindari faktor resiko yaitu bergati pasangan seksual lebih dari satu
dan berhubungan seks dibawah usia 20 karena secara fisik seluruh organ intim dan
yang terkait pada wanita baru matang pada usia 21 tahun.

* Bagi wanita yang aktif secara seksual, atau sudah pernah berhubungan seksual,
dianjurkan untuk melakukan tes HPV, Pap Smear, atau tes IVA, untuk mendeteksi
keberadaanHuman Papilloma Virus (HPV), yang merupakan biang keladi dari
tercetusnya penyakit kanker serviks.

* Bagi wanita yang belum pernah berhubungan seks, atau anak-anak perempuan
dan laki-laki yang ingin terbentengi dari serangan virus HPV, bisa menjalani
vaksinasi HPV. Vaksin HPV dapat mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18. Dan dapat
diberikan mulaidari usia 9-26 tahun, dalam bentuk suntikan sebanyak 3 kali (0-2-6
bulan). Dan biayanya pun terbilang murah.

* Menjaga pola makan seimbang dan bergizi, serta menjalani gaya hidup sehat
(berolahraga).

Pengobatan Kanker Seviks

Pengobatan Kanker Seviks dapat dilakukan dengan pembedahan (pengangkatan


leher rahim, indung telur dan seluruh jaringan di sekitarnya), Radioterapi dan
Kemoterapi. Tingkat keberhasilan pengobatan ini tentunya tergantung dari
tingkatan kanker serviks yang dialami oleh si penderita. Dari segi biaya,
pengobatan kanker serviks ini tergolong mahal.

Kanker serviks dapat dicegah dan diobati apabila setiap orang menyadari bahwa
keberadaan virus HPV ini tidak boleh dipandang sebelah mata dan dapat
menyerang siapa saja, tanpa pandang bulu.

**Sumber : hanyawanita.com

unday, 27 February 2011 13:22

89% wanita menderita kanker serviks http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&

Warta

INDRA WIDYASTUTI
Reporter-in-training
WASPADA ONLINE

MEDAN Penyakit kanker serviks terus menjadi perhatian. Pasalnya, penyakit yang
diderita kaum wanita ini cukup berbahaya dan bisa membawa kematian.

Berdasarkan sosiodemografi dari data kanker serviks yang dirawat di RS Pirngadi


Medan (RSPM), sekitar 89 persen wanita telah menikah menderita penyakit itu,
dengan penderita tertinggi terjadi pada umur 40-49 tahun.

Dokter bagian obstetri dan ginekologi (obgin) dari RSUP H Adam Malik Medan, Letta
Sari Lintang, mengatakan tren penyakit itu cukup meningkat, karena minimnya
pengetahuan wanita untuk memeriksakan diri mencegah timbulnya penyakit itu.
"Minimnya masyarakat Kota Medan untuk memeriksakan diri mencegah timbulnya
kanker serviks, karena mahalnya biaya vaksin, katanya, siang ini.

Letta menjelaskan, vaksinisasi merupakan salah salah satu upaya mencegah kanker
serviks, namun karena biayanya yang cenderung mahal maka masyarakat enggan
memeriksakan diri sehingga menyulitkan untuk mendeteksi penyebaran penyakit
tersebut.

"Untuk sekali vaksin saja biayanya bisa mencapai Rp750.000, dan biasanya vaksin
harus dilakukan sebanyak tiga kali," jelasnya.

Harga tersebut, kata Letta, sudah mengalami penurunan lebih kurang dari
sebelumnya, dan dengan biaya itu, maka masyarakat banyak yang tidak
memeriksakan diri ke rumah sakit.

Pemeriksaan kanker serviks bisa dilakukan mulai dari umur 13 tahun, terlebih lagi
bagi wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual.

"Ketersediaan vaksin di tumah sakit tergantung dengan pasien, jika pasien ingin
melakukan pemeriksaan baru ada obatnya," ujarnya.

Letta mengakui, mahalnya biaya vaksinasi itu, maka penyakit paling ganas pada
wanita tersebut susah dicegah apalagi di Indonesia maupun di negara-negara
berkembang lainnya.

Hingga kini sulit mengetahui jumlah pasien kanker serviks di Sumut karena belum
ada data yang konkrit. Sementara di Indonesia, penderita yang terdata hanya di
Bandung, Jawa Barat.

Letta menambahkan, mengenai gejala kanker serviks tidak ada yang spesifik,
hanya saja wanita dapat mengetahuinya ketika terjadi keputihan dan harus
waspada apabila jumlahnya banyak dan terjadi perubahan warna yang kemudian
gatal dan bau.

"Meski bukan gejala utama, namun keputihan yang seperti itu merupakan penyakit
yang harus segera diperiksakan ke rumah sakit," tambahnya.

Untuk upaya penanggulangan kanker serviks, pihaknya selalu memberikan


sosialisasi berupa seminar bagi kaum perempuan, mulai dari gejala yang
ditimbulkan, pencegahan, serta bahaya penyakit yang bisa mengakibatkan
kematian itu.

Editor: SATRIADI TANJUNG


(dat05/wol/antara)

WARTA KARTUN HARI INI

Pencegahan Dini Kanker Serviks


http://journeysliza.blogspot.com/2011/12/kampanye-sosial.html

Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia, terjadi 490.000 kasus kanker serviks
yang mengakibatkan 240.000 kematian tiap tahunnya, dan 80% dari angka tersebut
terjadi di Asia. Menurut Center for Disease Control (CDC) di Amerika Serikat, jumlah
penderita kanker serviks di negara-negara berkembang jauh lebih tinggi bila
dibandingkan dengan di negara maju. Di Amerika, hanya sekitar 2,5% dari
penderita kanker yang meninggal karena kanker serviks. Sebaliknya di Haiti, angka
kematiannya mencapai 49%. Sumber lain menyatakan seperti yang ditulis dalam
Healthnews.com, kanker serviks sangat banyak diderita kaum perempuan India dan
China. Negara-negara lain dengan angka kematian tertinggi akibat kanker serviks
meliputi Bolivia, Paraguay, Belize, Peru, Guyana, Nikaragua, El Salvador, Kolombia,
dan Venezuela.

Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks, dan
sebanyak 8000 kasus diperkirakan berakhir dengan kematian. Sementara itu, data
dari Sistem Informasi rumah sakit tahun 2008 menunjukkan kanker payudara
(18,4%) menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit
di Indonesia, disusul kanker serviks (10,3%).

Di Banda Aceh, saat ini penderita kanker serviks sebanyak 0.5% dari jumlah
penduduk wanita. Berarti ada sekitar 520 kasus kanker serviks. Dengan penderita
paling banyak adalah wanita berusia 30-55 tahun. Dan diperkirakan sekitar 20%
wanita beresiko terinfeksi kanker serviks.

Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah kanker yang tumbuh di daerah leher
rahim yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang terletak diantara
rahim (uterus) dan liang senggama (vagina). Penyakit ini disebabkan oleh virus
yang dikenal dengan sebutan Human Papilloma Virus (HPV). Penyebab terinfeksi
kanker serviks diantaranya karena bergonta ganti pasangan seksual, menikah muda
(sebelum usia 20 tahun), kehamilan yang sering, pembalut wanita, seringnya
mengkonsumsi makanan fastfood/junkfood, dan sistem kekebalan tubuh yang
lemah. Cara paling mudah untuk mendeteksi penyakit ini dengan melakukan
pemeriksaan sitologi leher rahim yang biasa disebut dengan nama Paps smear atau
papanicolaou smear. Metode tes Paps smear yang umum yaitu dokter
menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks
atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan di analisa di laboratorium. Tes itu
dapat menyingkap apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Tingginya
angka penderita kanker serviks disebabkan karena kurangnya pengetahuan
masyarakat akan bahaya kanker serviks, sehingga membuat banyak penderita baru
menyadari dan melakukan pengobatan ketika sel kankernya sudah menyebar dan
mencapai stadium akut. Karena biasanya kanker serviks baru akan menunjukkan
gejala serius setelah 10-20 tahun kedepan. Beberapa gejala yang umumnnya
dialami oleh penderita kanker serviks yaitu keputihan lama dan berbau, perdarahan
setelah berhubungan, dan tumbuh kutil di bagian leher rahim (biasanya akan terasa
perih). Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan membiasakan diri
memelihara kesehatan dan kebersihan reproduksi, mengurangi mengkonsumsi
makanan fastfood/junkfood, menghindari berganti pasangan seksual, mengganti
celana dalam sehari sekali (agar tidak lembab), melakukan tes paps smear setiap
dua tahun sekali bagi yang sudah aktif secara seksual dan melakukan vaksinasi
HPV.

Di Banda Aceh, penderita kanker serviks umumnya adalah perempuan berusia


produktif. Oleh sebab itulah, kami melakukan kampanye ini yang memfokuskan
pada remaja agar mereka dapat melakukan pencegahan sejak dini. Dengan adanya
kampanye ini diharapkan dapat menambah pengetahuan sehingga bisa membentuk
perilaku yang positif.

Manfaat dari tindakan pencegahan dini kanker serviks yang dilakukan oleh remaja
antara lain:

Menumbuhkan kesadaran akan kebersihan dan kesehatan organ reproduksi.

Mengurangi angka penderita kanker serviks dan resiko kematian.

Menghindari resiko pengangkatan rahim yang akan menyebabkan para


wanita tidak bisa mempunyai keturunan.

Kanker Serviks, Ancaman Bagi Perempuan

Tribun Jogja - Rabu, 18 April 2012 17:26 WIB

internet

Ayo cegah kanker serviks dengan deteksi dini


Berita Terkait http://jogja.tribunnews.com/2012/04/18/kanker-serviks-
ancaman-bagi-perempuan

TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Kanker serviks menjadi ancaman besar bagi


perempuan. Kanker di leher rahim ini paling banyak diderita perempuan. Deteksi
dini terhadap kanker rahim pun masih minim dilakukan perempuan.

Prihatin dengan tingginya kejadian kanker rahim di kalangan perempuan itu


mendorong Yayasan Kanker Indonesia (YKI) mencanangkan Gerakan Nasional Peduli
dan Cegah Kanker Serviks berte patan dengan peringatan Hari Ulang Tahun YKI ke-
35 yang jatuh pada 17 April 2012.

Fokus kegiatan tersebut adalah menggerakkan dan memotivasi masyarakat di


seluruh Indonesia terutama di daerah tempat YKI Cabang telah terbentuk untuk
sadar akan ancaman kanker leher rahim. Kegiatan antara lain penyuluhan kepada
masyarakat dan deteksi dini melaui pemeriksaan Papsmear dan IVA di 68 cabang
YKI.

Ketua Umum YKI Nina Moeloek mengatakan, kanker leher rahim, bersama dengan
kanker payudara, menduduki peringkat teratas jenis kanker yang diderita
perempuan.

YKI bekerja sama dengan Ikatan Ahli Patologi Anatomi Indonesia mengembangkan
registrasi kanker berbasis data patologi anatomi yang didapat dari 13 RS di
Indonesia dengan unit kanker. Berdasarkan pendataan tersebut tahun 2006, kanker
leher rahim menduduki peringkat pertama yakni sebesar 16 persen dan kanker
payudara sekitar 15 persen.

Sedangkan, menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2007, kan ker payudara
menduduki peringkat pertama dengan 18 persen, diikuti kanker leher rahim sebesar
9 persen. YKI sendiri sedang mendata kembali mulai tahun 2007 hingga 2010, ujar
Nila dalam jumpa pers terkait pencanangan gerakan itu.

Hal memprihatinkan ialah masih rendahnya kesadaran deteksi dini, sehingga pasien
datang dalam kondisi lanjut. Deteksi dini kanker leher rahim dapat dengan metode
papsmear atau IVA. Kedua metode itu mendeteksi keabnormalan di dalam leher
rahim.

Cakupan nasional skirining dengan papsmear dan Inspeksi Visual dengan Asam
Asetat (IVA) baru sekitar 5 persen. Padahal, biaya IVA, misalnya, sangat murah.
"Tanpa menghitung biaya tenaga kesehatan, biaya IVA itu hanya Rp 5.000," ujar
Nina.

Sedangkan dengan metode papsmear yang menggunakan pemeriksaan


mikroskopik biaya lebih besar sekitar Rp 400.000-Rp 700.000. Penanganan kanker
lama, menimbulkan penderitaan yang besar, dan membutuhkan biaya sangat besar.
Dengan deteksi dini, biaya dan penderitaan itu bisa jauh berkurang.

"Penyakit juga lebih mudah ditangani dengan peluang keberhasilan lebih besar,"
ujar Nina.

Ke depan, Nina menyakini akan lebih banyak penderita kanker, termasuk kanker
leher rahim, seiring dengan pertambahan penduduk. Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia, diperkirakan penderita kanker mencapai 75 juta dengan kematian sebanyak
17 juta orang pada tahun 2030. "Sekitar 70 persen penderita kanker itu hidup di
negara berkembang," ujar Nina. (*)

Editor : Hanan Wiyoko || Sumber : Kompas.com

Akses Tribunjogja.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat


m.tribunjogja.com

http://jogja.tribunnews.com/2012/04/18/kanker-serviks-ancaman-bagi-perempuan

http://skilas.info/kesehatan/info-kesehatan/wanita/1792-tipe-baru-virus-kanker-
serviks artikel

Karakteristik Penderita Kanker Serviks Rawat Inap Di Rumah Sakit Santa


Elisabeth Medan Tahun 2005-2008

15th January 2012 Cat: Skripsi with Comments Off

Karakteristik Penderita Kanker Serviks Rawat Inap Di Rumah Sakit Santa


Elisabeth Medan Tahun 2005-2008 adalah salah satu contoh Karakteristik
Penderita Kanker Serviks Rawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2005-2008 kumpulan tugas akhir skripsi tesis tugas kuliah secara online
Karakteristik Penderita Kanker Serviks Rawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2005-2008 untuk SMU SLTA SMK MA S1 S2 S3 artikel paper karya
ilmiah makalah tugas akhir skripsi tesis. Anda bisa mendownload Karakteristik
Penderita Kanker Serviks Rawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2005-2008 full content lengkap atau artikel yang berkaitan dengan
Karakteristik Penderita Kanker Serviks Rawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2005-2008 dalam bentuk PDF secara gratis.

ABSTRAK

Kanker serviks merupakan salah sa tu masalah kesehatan pada perempuan


terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Pada tahun 2005
terdapat 12,3 % penderita kanker servik s yang dirawat inap di Rumah Sakit di
Indonesia dan lebih dari 70% penderita datang dalam stadium lanjut. Untuk
mengetahui karakteristik penderita kanker serviks yang dirawat inap di RS. Santa
Elisabeth Medan, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi
penelitian ini adalah seluruh penderita kanker serviks dengan besar sampel yaitu 69
data diambil secara total sampling. Proporsi sosiodemografi tertinggi : umur 45-55
tahun 58,0%; suku Batak 66,7%; agama Kristen Protestan 53,6%; ib u rumah tangga
61,0%; status kawin 97,2%; dan daerah tempat tinggal Kota Medan 53,6%. Umur
rata-rata 49,58 tahun.Proporsi riwayat dan keadaan penderita tertinggi : Keluhan
perdarahan pervaginam (sensitivitas) 84,1%; stadium klinik l anjut (IIB-IVB) 65,2%;
penatalaksanaan medis Radioterapi 47,8%; lama rawatan rata -rata 7,87 hari dan
pulang berobat jalan 63,8%. CFR tertinggi tahun 2008 20,0%. C FR berdasarkan
penatalaksanaan medis tertinggi operasi+radioterapi 50,0%. Penderita meninggal
dunia stadium awal 14,3% dengan penatalaksanaan operasi+radi oterapi dan
adanya komplikasi dengan penyakit lain. Tidak ada perbedaan umur penderita k
anker serviks berdasarkan stadium klinik (p=0,250); Tidak ada perbedaan lama
rawatan rata-rata penderita kanker serviks berdasarkan stadium klinik (p=0,568)
Perlunya dilakukan pemeriksaan tes Pap pada umur 45 tahun dan pemeriksaan
sesegera mungkin pada keluhan perdarahan pervaginam atau perdarahan
postkoital, pelayanan R S. lebih baik sehingga tidak ada pasien meninggal dunia
pada stadium awal serta perlu anamnesa variabel pendidikan dan paritas penderita
kanker serviks secara lengkap pada rekam medis.

File Selengkapnya.....

Karakteristik Penderita Kanker Serviks Rawat Inap Di Rumah Sakit Santa


Elisabeth Medan Tahun 2005-2008 adalah salah satu contoh Karakteristik
Penderita Kanker Serviks Rawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2005-2008 kumpulan tugas akhir skripsi tesis tugas kuliah secara online
Karakteristik Penderita Kanker Serviks Rawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2005-2008 untuk SMU SLTA SMK MA S1 S2 S3 artikel paper karya
ilmiah makalah tugas akhir skripsi tesis. Anda bisa mendownload Karakteristik
Penderita Kanker Serviks Rawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2005-2008 full content lengkap atau artikel yang berkaitan dengan
Karakteristik Penderita Kanker Serviks Rawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2005-2008 dalam bentuk PDF secara gratis.
makalah radioterapi pada kanker, pdf skripsi hubungan kemoterapi dengan konsep
diri pada pasien kanker serviks, pdf skripsi pengaruh kemoterapi terhadap konsep
diri pada kanker serviks, pelayanan rekam medis di rs bethesda, pengertian
iodimetri

KANKER RAHIM: Momok utama kaum hawa

Oleh Newswire

Selasa, 03 April 2012 | 03:19 WIB http://www.bisnis.com/articles/kanker-rahim-


momok-utama-kaum-hawa

BANDA ACEH: Ahli onkologi kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia (FKUI) Laila Nuranna PhD SpOG (K) mengatakan, kanker leher rahim
masih menjadi penyebab kematian utama bagi wanita usia reproduksi saat ini di
Indonesia.

"Kanker rahim yang mencapai 34% keganasan pada wanita dan menjadi penyebab
kematian bagi wanita usia reproduksi," katanya saat memberikan kuliah tamu di
bagian/obgyn Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA di Banda Aceh, Senin.

Menjadi masalah sekarang, ia menyebutkan sekitar 70% dari kasus tersebut datang
ke dokter saat stadium lanjut sehingga angka keberhasilan kesembuhan menjadi
kurang.

Laila seperti dikutip Wakil direktur Rumah Sakit Umum dokter Zainoel Abidin
(RSUZA) Banda Aceh HM Andalas, menyebutkan berkisar 40 hingga 45 kasus baru
kanker leher rahim/hari, dan setiap harinya antara 20 sampai 25 kasus atau satu
penderita diantaranya meninggal dunia/hari.

"Yang menjadi masalah sekarang adalah cakupan skrining masih sangat rendah
yakni 5%, semestinya untuk menekan kasus itu tingkat cakupan harus mencapai
80%," kata dia menjelaskan.

Untuk itu, Laila mengatakan hal tersebut harus menjadi konsen para ahli kebidanan
dan kandungan ke depan guna menekan jumlah kasus yang terus meningkat
selama ini melalui peningkatan cakupan skrining. (Antara/arh)

1. Umur wanita yang menderita kanker serviks sebagian besar berumur >35 tahun yaitu

sebanyak 132 orang (94,3%), paritas wanita dengan multipara yaitu sebanyak 75 orang (53,6%).

Dan alat kontrasepsi yang digunakan oleh wanita dengan kanker serviks sebagian besar adalah

menggunakan alat kontrasepsi hormonal yaitu sebanyak 117 orang (83,6%). Penelitian ini

dilakukan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dengan mengambil data-data sesuai

dengan judul penelitian yang ada di ruang rekam medik RS tersebut. Penelitian ini hanya

melakukan analisis univariat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker serviks

dilihat dari segi umur, paritas, dan alat kontrasepsi yang digunakan. Intan,2011

http://intanstupitt.blogspot.com/
2. kanker s http://etd.eprints.ums.ac.id/3942/2/J410040010.pdf
3. kanker s 1 http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11104146.pdf
4. ABSTRAK
Judul: BEBERAPA FAKTOR RISIKO KANKER SERVIKS UTERI (Studi Pada Penderita

Kanker Serviks Uteri Di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang Pada Bulan Agustus-September

2004) SEVERAL RISK FACTORS OF CERVICAL CANCER (Studi On Cervical Cancer

Patients In ?Dokter Kariadi? Hospital Semarang August-September 2004) (2004 - Skripsi)


Oleh: KHASBIYAH -- E2A000043
Kata Kunci: Faktor risiko, Kanker serviks uteri. Risk factor, Cervical cancer.

Kanker seviks uteri adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Sebelum

terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi prakanker atau neoplasia
intraepitel serviks (NIS). Sebagian besar penderita kanker serviks uteri datang berobat pada

stadium lanjut, karena pada stadium awal penyakit ini tidak menimbulkan gejala. Kanker ini

merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita di negara-negara berkembang

termasuk indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa faktor risiko

kejadian kanker serviks uteri . Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain kasus kontrol,

pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner kemudian diolah dengan menggunakan

komputer. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Dokter Kariadi (RSDK) Semarang dengan

jumlah sampel sebanyak 100 yang terbagi menjadi sampel kelompok kasus dan sampel

kelompok kontrol. Data analisis dilakukan dengan uji Chi Square pada ?=0,05 dan odds rasio.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar penderita kanker serviks uteri berpendidikan tamat

SD (28%), dengan paritas ? 3 (52%). Kebanyakan penderita melakukan hubungan seksual yang

pertama kali pada umur dibawah 20 tahun (74%) dengan satu pasangan seksual (82%). Setelah

mengendalikan faktor perancu yakni umur dan tingkat pendidikan didapatkan hasil statistik

bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas (p= 0,000018, OR=8,11) dan umur pertama

kali melakukan hubungan seksual (p=0,00858, OR=5,85) dengan kejadian kanker serviks uteri.

Sedangkan pada variabel jumlah pasangan seksual , penggunaan alat kontrasepsi oral, dan

sirkumsisi pasangan seksual gagal memperlihatkan hubungan karena didapatkan nilai p>0,05.
Mempunyai paritas tidak lebih dari 3 dan melakukan hubungan seksual yang pertama kali

pada umur di atas 20 tahun adalah salah satu upaya untuk mengurangi risiko kejadian kaner

serviks uteri

Cervical cancer is primary cancer comes from squamosa epitel cell. Before it occurs,

Neoplasia Epitel Cervix (NEC)or Precancer Lesion would come first. Indonesia, most of its

sufferers come for treatment at prolonged stadium. Because its simptoms don't show at early

stadium.
The aim of this research was to know several risk factors of cervical cancer. This was an

analytic research with case control design. Data collected from secondary data of medical record

by quesionair then processed by epi info program version 6. The research was done at ?Dokter

Kariadi? Hospital (RSDK) with 100 samples which were devided into sample of case and sample

of control. Data was analyzed by Chi Square test at ?=0,05 and odds ratio.
The result showed that most of cervical cancer patients were elementary shcool graduated

(28%) with parity ? 3 (52%). Most of the patients had their first intercouse under 20 years (74%)

with one sexual partner (82%).


After controling the counfonding factor were age education stage, the statistic result that there

is sygnificancy correlation between parity (p=0,000018, OR=8,11) and age of first intercouse

(p=0,00858, OR=5,85) with cervical cancer insidence. Whereas the variable of amount of sexual

partner , oral contraception usage and sexual partner circumcision of this research were fail to

show correlation because p value ? 0,05.


Having less than 3 parity and do first intercouse above 20 years are way to reduce cervical

cancer risk.

http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=2363

4. http://jurnalpdf.info/pdf/artikel-penelitian-kanker-serviks.html

Definisi Umur

Umur

2.1.1 Pengertian
Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah

usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60

tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock, 2004).

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.

Jika dilihat dari sisi biologis, usia 18-25 tahun merupakan saat terbaik untuk hamil dan bersalin.

Karena pada usia ini biasanya organ-organ tubuh sudah berfungsi dengan baik dan belum ada

penyakit-penyakit degenerative sepertyi darah tinggi, diabetes, dan lainnya serta daya tahan

tubuh masih kuat (Dini Kasdu, dkk, 2001).

Umur sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi, khususnya usia 20-25 tahun merupakan

usia yang paling baik untuk hamil dan bersalin. Kehamilan dan persalinan membawa resiko

kesakitan dan kematian lebih besar pada remaja dibandingkan pada perempuan yang telah

berusia 20 tahunan, terutama di wilayah yang pelayanan medisnya langka atau tidak tersedia

(Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan, 2006).

Umur Yang dimaksud dengan umur disini adalah kelompok umur pasien yang mengalami

kejadian partus lama di Rumah Sakit Pelabuhan ratu.

Diposkan oleh iLfa sSi midwifE di 23:21

F. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan peneliti bahwa penelitian menenai kejadian kanker serviks sudah ada

yang meneliti yaitu :

1. Intan 2011, faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker serviks di RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto . Penelitian ini hanya melakukan analisis univariat tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker serviks dilihat dari segi umur, paritas, dan alat

kontrasepsi yang digunakan. Dengan hasil penelitian yaitu umur wanita yang menderita kanker

serviks sebagian besar berumur >35 tahun yaitu sebanyak 132 orang (94,3%), paritas wanita

dengan multipara yaitu sebanyak 75 orang (53,6%). Dan alat kontrasepsi yang digunakan oleh

wanita dengan kanker serviks sebagian besar adalah menggunakan alat kontrasepsi hormonal

yaitu sebanyak 117 orang (83,6%).


2. Suhatini 2010, Hubungan Antara Usia Menikah dan Paritas Dengan Kejadian Kanker Serviks

di RSUD dr. Soeroto Ngawi. Dengan Variabel bebas adalah usia menikah dan paritas, variabel

terikat adalah kejadian kanker serviks. Dengan hasil penelitian dengan uji Chi square

menunjukkan kemaknaan P = 0,000 disimpulkan ada hubungan usia menikah dan paritas dengan

kejadian kanker serviks. Sedang besar resiko paparan usia menikah 16 tahun beresiko 0,155

dan paritas lebih dari dua anak berisiko 0,18, sehingga dapat disimpulkan bahwa usia menikah

16 tahun dan paritas lebih dari 2 anak bukan faktor resiko.


3. Khasbiyah 2004, Beberapa Faktor Risiko Kanker Serviks Uteri (Studi Pada Penderita Kanker

Serviks Uteri Di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang Pada Bulan Agustus-September 2004).

Dimana variabel yang diambil adalah pendidikan, paritas, umur pertama kali melakukan

hubungan seksual, penggunaan alat kontrasepsi oral dan sirkumsisi pasangan seksual. Hasil

penelitian menunjukkan sebagian besar penderita kanker serviks uteri berpendidikan tamat SD

(28%), dengan paritas 3 (52%). Kebanyakan penderita melakukan hubungan seksual yang

pertama kali pada umur dibawah 20 tahun (74%) dengan satu pasangan seksual (82%). Ada

hubungan yang bermakna antara paritas (p= 0,000018, OR=8,11) dan umur pertama kali

melakukan hubungan seksual (p=0,00858, OR=5,85) dengan kejadian kanker serviks uteri.

Sedangkan pada variabel jumlah pasangan seksual , penggunaan alat kontrasepsi oral, dan

sirkumsisi pasangan seksual gagal memperlihatkan hubungan karena didapatkan nilai p>0,05.
Mempunyai paritas tidak lebih dari 3 dan melakukan hubungan seksual yang pertama kali pada

umur di atas 20 tahun adalah salah satu upaya untuk mengurangi risiko kejadian kaner serviks

uteri
4. AA 2008, Karakteristik Penderita Kanker Serviks Rawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan Tahun 2005-2008 , dengan variabel, umur, suku, agama, pekerjaan, keadaan penderita,

lama rawatan dan stadium klinik. Dengan besar sampel yaitu 69 data diambil secara total

sampling. Proporsi sosiodemografi tertinggi : umur 45-55 tahun 58,0%; suku Batak 66,7%;

agama Kristen Protestan 53,6%; ibu rumah tangga 61,0%; status kawin 97,2%; dan daerah

tempat tinggal Kota Medan 53,6%. Umur rata-rata 49,58 tahun. Proporsi riwayat dan keadaan

penderita tertinggi : Keluhan perdarahan pervaginam (sensitivitas) 84,1%; stadium klinik l anjut

(IIB-IVB) 65,2%; penatalaksanaan medis Radioterapi 47,8%; lama rawatan rata -rata 7,87 hari

dan pulang berobat jalan 63,8%. CFR tertinggi tahun 2008 20,0%. CFR berdasarkan

penatalaksanaan medis tertinggi operasi+radioterapi 50,0%. Penderita meninggal dunia stadium

awal 14,3% dengan penatalaksanaan operasi+radioterapi dan adanya komplikasi dengan penyakit

lain. Dengan hasil penelitian, tidak ada perbedaan umur penderita kanker serviks berdasarkan

stadium klinik (p=0,250); Tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata penderita kanker serviks

berdasarkan stadium klinik (p=0,568).

Anda mungkin juga menyukai