Komentar (0)
Data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati
urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia (16,85
persen), disusul kanker serviks (11,78 persen). Sementara pasien kanker paru
mencapai 5,8 persen dari seluruh kanker yang ada.
Untuk menekan angka kejadian dua jenis kanker tersebut, Kementerian Kesehatan
akan menggalakkan program pencegahan atau skrining berbiaya murah di daerah-
daerah yang prevalensi penyakitnya tinggi sehingga luas cakupannya nasional.
http://nad.bkkbn.go.id/rubrik/264/
Hal ini sesuai dengan perkiraan dari Komite Penanggulangan Kanker Nasional yang
memperkirakan insiden atau angka kejadian kanker di Indonesia minimum seratus
kejadian per 100.000 penduduk per tahun. Sementara di Rumah Sakit Umum Pusat
Cipto Mangunkusumo tahun 1998, jumlah kasus baru kanker serviks menduduki
peringkat pertama, yaitu 26,2 persen. Banyak pasien datang pada stadium IIB yaitu
stadium dengan gangguan fungsi ginjal.
Kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker mulut
rahim) merupakan kanker yang menyerang kaum wanita dan jumlah penderitanya
meningkat beberapa tahun belakangan. Dari seluruh penderita kanker di Indonesia,
sepertiganya adalah penderita kanker serviks. Kanker ini memang merupakan
pembunuh wanita yang menakutkan. Memperoleh informasi tentang kanker ini
dapat membantu lebih banyak wanita terhindar dari salah satu penyakit paling
mematikan ini.
Kanker Serviks
Kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker mulut
rahim) merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi bagi
kaum wanita. Setiap satu jam, satu wanita meninggal di Indonesia karena kanker
serviks atau kanker leher rahim ini. Fakta menunjukkan bahwa jutaan wanita di
dunia terinfeksi HPV, yang dianggap penyakit lewat hubungan seks yang paling
umum di dunia.
Di Indonesia, setiap satu jam, satu wanita meninggal karena kanker serviks
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), infeksi ini merupakan faktor risiko
utama kanker leher rahim. Setiap tahun, ratusan ribu kasus HPV terdiagnosis di
dunia dan ribuan wanita meninggal karena kanker serviks, yang disebabkan oleh
infeksi itu. Mengingat fakta yang mengerikan ini, maka berbagai tindakan
pencegahan dan pengobatan telah dibuat untuk mengatasi kanker serviks atau
kanker leher rahim.
Kanker serviks atau kanker leher rahim terjadi di bagian organ reproduksi seorang
wanita. Leher rahim adalah bagian yang sempit di sebelah bawah antara vagina
dan rahim seorang wanita. Di bagian inilah tempat terjadi dan tumbuhnya kanker
serviks. Apa penyebab kanker serviks atau kanker leher rahim? Bagaimana cara
pencegahannya? Serta bagaimana cara mengatasinya jika sudah terinfeksi HPV?
HPV
Kanker serviks disebabkan infeksi virus HPV (human papillomavirus) atau virus
papiloma manusia. HPV menimbulkan kutil pada pria maupun wanita, termasuk kutil
pada kelamin, yang disebut kondiloma akuminatum. Hanya beberapa saja dari
ratusan varian HPV yang dapat menyebabkan kanker. Kanker serviks atau kanker
leher rahim bisa terjadi jika terjadi infeksi yang tidak sembuh-sembuh untuk waktu
lama. Sebaliknya, kebanyakan infeksi HPV akan hilang sendiri, teratasi oleh sistem
kekebalan tubuh.
Kanker serviks menyerang daerah leher rahim atau serviks yang disebabkan
infeksi virus HPV (human papillomavirus) yang tidak sembuh dalam waktu lama.
Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi HPV akan mengganas dan bisa
menyebabkan terjadinya kanker serviks. Gejalanya tidak terlalu kelihatan pada
stadium dini, itulah sebabnya kanker serviks yang dimulai dari infeksi HPV dianggap
sebagai "The Silent Killer".
Beberapa gejala bisa diamati meski tidak selalu menjadi petunjuk infeksi HPV.
Keputihan atau mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan intim
adalah sedikit tanda gejala dari kanker ini. Selain itu, adanya cairan kekuningan
yang berbau di area genital juga bisa menjadi petunjuk infeksi HPV. Virus ini dapat
menular dari seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut.
Penularannya dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks.
Ketika terdapat virus ini pada tangan seseorang, lalu menyentuh daerah genital,
virus ini akan berpindah dan dapat menginfeksi daerah serviks atau leher rahim
Anda. Cara penularan lain adalah di closet pada WC umum yang sudah
terkontaminasi virus ini. Seorang penderita kanker ini mungkin menggunakan
closet, virus HPV yang terdapat pada penderita berpindah ke closet. Bila Anda
menggunakannya tanpa membersihkannya, bisa saja virus kemudian berpindah ke
daerah genital Anda.
Risiko menderita kanker serviks adalah wanita yang aktif berhubungan seks sejak
usia sangat dini, yang sering berganti pasangan seks, atau yang berhubungan seks
dengan pria yang suka berganti pasangan. Faktor penyebab lainnya adalah
menggunakan pil KB dalam jangka waktu lama atau berasal dari keluarga yang
memiliki riwayat penyakit kanker.
Sering kali, pria yang tidak menunjukkan gejala terinfeksi HPV itulah yang
menularkannya kepada pasangannya. Seorang pria yang melakukan hubungan seks
dengan seorang wanita yang menderita kanker serviks, akan menjadi media
pembawa virus ini. Selanjutnya, saat pria ini melakukan hubungan seks dengan
istrinya, virus tadi dapat berpindah kepada istrinya dan menginfeksinya.
IVA
IVA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat. Metode pemeriksaan
dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati
apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna,
maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di
Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi
dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang
lebih lanjut harus dilakukan.
Pap smear
Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat
untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel
tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada
infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara
teratur melakukan tes Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker
serviks.
Thin prep
Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya
mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan
memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih
akurat dan tepat.
Kolposkopi
Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau
kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang
dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya
untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks
atau leher rahim. Jika ada yang tidak normal, biopsi pengambilan sejumlah kecil
jaringan dari tubuh dilakukan dan pengobatan untuk kanker serviks segera
dimulai.
Jika terinfeksi HPV, jangan cemas, karena saat ini tersedia berbagai cara
pengobatan yang dapat mengendalikan infeksi HPV. Beberapa pengobatan
bertujuan mematikan sel-sel yang mengandung virus HPV. Cara lainnya adalah
dengan menyingkirkan bagian yang rusak atau terinfeksi dengan pembedahan
listrik, pembedahan laser, atau cryosurgery (membuang jaringan abnormal dengan
pembekuan).
Jika kanker serviks sudah sampai ke stadium lanjut, maka akan dilakukan terapi
kemoterapi. Pada beberapa kasus yang parah mungkin juga dilakukan
histerektomi yaitu operasi pengangkatan rahim atau kandungan secara total.
Tujuannya untuk membuang sel-sel kanker serviks yang sudah berkembang pada
tubuh.
Namun, mencegah lebih baik daripada mengobati. Karena itu, bagaimana cara
mencegah terinfeksi HPV dan kanker serviks? Berikut ini beberapa cara yang dapat
Anda lakukan untuk mencegah kanker serviks.
Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai
karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko
terkena kanker leher rahim.
Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah
dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear
bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari
Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
Kanker serviks bisa dicegah dan bisa diobati. Deteksi sejak dini dan rutin melakukan
Pap smear akan memperkecil risiko terkena kanker serviks. Ubah gaya hidup Anda
dan juga pola makan Anda agar terhindar dari penyakit yang membunuh banyak
wanita di dunia ini. Dengan demikian, maka kesehatan serviks atau leher rahim
lebih terjamin. Dengan penanganan yang tepat, kanker serviks bukanlah sesuatu
yang menakutkan.
Kota - Jumat, 13 Apr 2012 01:56 WIB
http://www.analisadaily.com/news/read/2012/04/13/45432/kankar_leher_rahim_pem
bunuh_perempuan_di_indonesia/#.T5eVQRfZSZQ
Medan, (Analisa). Kanker leher rahim menempati urutan kelima dari seluruh kanker
yang ditemukan pada perempuan di seluruh dunia. Setiap tahun ada 471.000 kasus
baru penderita kanker leher rahim dan diperkirakan setiap 2 menit di seluruh
belahan dunia perempuan meninggal akibat kanker leher rahim.
Virus
Penyebab kanker leher rahim lanjutnya yang juga Ketua Yayasan Dr. Rizali Harris
Nasution adalah virus yang disebab Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini memiliki
bermacam-macam tipe, 20 diantaranya tersering dan beresiko tinggi menyebabkan
kanker leher rahim. Tipe HPV tipe 16 dan 18 penyumbang 80 persen terjadi kanker
leher rahim.
Semua perempuan yang telah aktif secara seksual memiliki resiko mengidap kanker
leher rahim. Secara spesifik perempuan yang lebih rentan mengidap kanker leher
rahim bila memulai aktivitas seksual pada usia dibawah 20 tahun, memiliki
beberapa pasangan seksual. Mengidap infeksi menular seksual (IMS) atau dengan
riwayat pernah mengidap IMS.
Pasangan seksual pria yang mengidap IMS atau dengan sejarah IMS dan pasangan
tersebut memiliki beberapa pasangan seksual lainnya, sering berganti-ganti
pasangan seksual. Pasangan seksual pria dengan riwayat pasangan seksual
sebelum mengidap kanker leher leher rahim juga dianggap sebagai faktor resiko
yang potensi serta merokok. (rin)
Apakah Anda pernah mendengar penyakit Kanker Serviks atau kanker mulut
rahim? Mungkin pernah! Tapi apakah Anda sudah mengenal lebih mendalam soal
penyakit yang menduduki peringkat no. 2 setelah kanker payudara pembunuh
wanita di muka bumi ini? Apa itu Kanker Serviks?
Kanker Serviks adalah kanker yang menyerang area serviks atau leher rahim,
yaitu area bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina. Kanker ini
disebabkan oleh virus bernama Human Papilloma Virus atau yang lebih dikenal
virus HPV ini.
Biasanya kanker serviks baru akan menujukkan gejala serius, setelah 10-20 tahun
kedepan pada wanita yang menikah atau aktif secara seksual. Karena pada fase
prakanker dan stadium awal, memang tidak menujukkan gejala apapun. Dan juga
karena banyak dari pasien kanker serviks baru menyadari dan melakukan
pengobatan ketika stadium kankernya sudah akut.
Baik wanita maupun pria yang sudah aktif secara seksual, baik wanita maupun pria,
sangat berpotensi terjangkit virus HPV. Karena virus ini mudah sekali menjakiti para
pasangan yang aktif berhubungan intim.
Bagi pria yang terkena kutil kelamin, keluhan yang akan dirasakan yaitu rasa gata
dan panas, pendarahan dan rasa sakit pada penis, strotum dan daerah anal. Pada
wanita, keluhan yang akan dirasakan hampir sama dengan pria, yakni rasa gatal
dan panas. Terutama pada wanita yang sedang mengandung, kutil kelamin yang
diderita bisa menjangkiti janin dalam kandungannya pada saat lahir.
Kutil kelamin bisa menembus dan bertransmisi pada bayi, sehingga akan
menyebabkan timbulnya kutil pada leher bayi dan membuat bayi kesulitan
bernafas, yang mengarah pada pertumbuhan kanker leher.
Di seluruh dunia, kasus penyakit kanker serviks ini sudah dialami oleh 1,4 juta
wanita. Dan menurut data Globocan 2002 yang didapat dari Yayasan Kanker
Indonesia terdapat lebih dari 40.000 kasus baru kanker serviks dengan kisaran
angka kematian yang menembus angka 22.000 pada wanita di Asia Tenggara.
Dalam hal ini, Indonesia merupakan negara di ASEAN yang menduduki peringkat
teratas untuk total kematian kanker serviks pada wanita dan ditambah dengan
angka kasus baru sekitar 20 kasus per hari.
Tidak hanya sakit secara fisik, namun terjangkit virus HPV yang menyebabkan
kanker serviks dan juga kutil kelamin, bisa menggangu penderita secara psikis,
yang menyebabkan turunnya tingkat kepercayaan diri dalam kehidupan sosial dan
juga kehidupan rumah tangganya, terutama aktivitas seksual bagi pasanganyang
sudah menikah atau aktif secara seksual.
* Bila mungkin, hindari faktor resiko yaitu bergati pasangan seksual lebih dari satu
dan berhubungan seks dibawah usia 20 karena secara fisik seluruh organ intim dan
yang terkait pada wanita baru matang pada usia 21 tahun.
* Bagi wanita yang aktif secara seksual, atau sudah pernah berhubungan seksual,
dianjurkan untuk melakukan tes HPV, Pap Smear, atau tes IVA, untuk mendeteksi
keberadaanHuman Papilloma Virus (HPV), yang merupakan biang keladi dari
tercetusnya penyakit kanker serviks.
* Bagi wanita yang belum pernah berhubungan seks, atau anak-anak perempuan
dan laki-laki yang ingin terbentengi dari serangan virus HPV, bisa menjalani
vaksinasi HPV. Vaksin HPV dapat mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18. Dan dapat
diberikan mulaidari usia 9-26 tahun, dalam bentuk suntikan sebanyak 3 kali (0-2-6
bulan). Dan biayanya pun terbilang murah.
* Menjaga pola makan seimbang dan bergizi, serta menjalani gaya hidup sehat
(berolahraga).
Kanker serviks dapat dicegah dan diobati apabila setiap orang menyadari bahwa
keberadaan virus HPV ini tidak boleh dipandang sebelah mata dan dapat
menyerang siapa saja, tanpa pandang bulu.
**Sumber : hanyawanita.com
Warta
INDRA WIDYASTUTI
Reporter-in-training
WASPADA ONLINE
MEDAN Penyakit kanker serviks terus menjadi perhatian. Pasalnya, penyakit yang
diderita kaum wanita ini cukup berbahaya dan bisa membawa kematian.
Dokter bagian obstetri dan ginekologi (obgin) dari RSUP H Adam Malik Medan, Letta
Sari Lintang, mengatakan tren penyakit itu cukup meningkat, karena minimnya
pengetahuan wanita untuk memeriksakan diri mencegah timbulnya penyakit itu.
"Minimnya masyarakat Kota Medan untuk memeriksakan diri mencegah timbulnya
kanker serviks, karena mahalnya biaya vaksin, katanya, siang ini.
Letta menjelaskan, vaksinisasi merupakan salah salah satu upaya mencegah kanker
serviks, namun karena biayanya yang cenderung mahal maka masyarakat enggan
memeriksakan diri sehingga menyulitkan untuk mendeteksi penyebaran penyakit
tersebut.
"Untuk sekali vaksin saja biayanya bisa mencapai Rp750.000, dan biasanya vaksin
harus dilakukan sebanyak tiga kali," jelasnya.
Harga tersebut, kata Letta, sudah mengalami penurunan lebih kurang dari
sebelumnya, dan dengan biaya itu, maka masyarakat banyak yang tidak
memeriksakan diri ke rumah sakit.
Pemeriksaan kanker serviks bisa dilakukan mulai dari umur 13 tahun, terlebih lagi
bagi wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual.
"Ketersediaan vaksin di tumah sakit tergantung dengan pasien, jika pasien ingin
melakukan pemeriksaan baru ada obatnya," ujarnya.
Letta mengakui, mahalnya biaya vaksinasi itu, maka penyakit paling ganas pada
wanita tersebut susah dicegah apalagi di Indonesia maupun di negara-negara
berkembang lainnya.
Hingga kini sulit mengetahui jumlah pasien kanker serviks di Sumut karena belum
ada data yang konkrit. Sementara di Indonesia, penderita yang terdata hanya di
Bandung, Jawa Barat.
Letta menambahkan, mengenai gejala kanker serviks tidak ada yang spesifik,
hanya saja wanita dapat mengetahuinya ketika terjadi keputihan dan harus
waspada apabila jumlahnya banyak dan terjadi perubahan warna yang kemudian
gatal dan bau.
"Meski bukan gejala utama, namun keputihan yang seperti itu merupakan penyakit
yang harus segera diperiksakan ke rumah sakit," tambahnya.
Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia, terjadi 490.000 kasus kanker serviks
yang mengakibatkan 240.000 kematian tiap tahunnya, dan 80% dari angka tersebut
terjadi di Asia. Menurut Center for Disease Control (CDC) di Amerika Serikat, jumlah
penderita kanker serviks di negara-negara berkembang jauh lebih tinggi bila
dibandingkan dengan di negara maju. Di Amerika, hanya sekitar 2,5% dari
penderita kanker yang meninggal karena kanker serviks. Sebaliknya di Haiti, angka
kematiannya mencapai 49%. Sumber lain menyatakan seperti yang ditulis dalam
Healthnews.com, kanker serviks sangat banyak diderita kaum perempuan India dan
China. Negara-negara lain dengan angka kematian tertinggi akibat kanker serviks
meliputi Bolivia, Paraguay, Belize, Peru, Guyana, Nikaragua, El Salvador, Kolombia,
dan Venezuela.
Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks, dan
sebanyak 8000 kasus diperkirakan berakhir dengan kematian. Sementara itu, data
dari Sistem Informasi rumah sakit tahun 2008 menunjukkan kanker payudara
(18,4%) menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit
di Indonesia, disusul kanker serviks (10,3%).
Di Banda Aceh, saat ini penderita kanker serviks sebanyak 0.5% dari jumlah
penduduk wanita. Berarti ada sekitar 520 kasus kanker serviks. Dengan penderita
paling banyak adalah wanita berusia 30-55 tahun. Dan diperkirakan sekitar 20%
wanita beresiko terinfeksi kanker serviks.
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah kanker yang tumbuh di daerah leher
rahim yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang terletak diantara
rahim (uterus) dan liang senggama (vagina). Penyakit ini disebabkan oleh virus
yang dikenal dengan sebutan Human Papilloma Virus (HPV). Penyebab terinfeksi
kanker serviks diantaranya karena bergonta ganti pasangan seksual, menikah muda
(sebelum usia 20 tahun), kehamilan yang sering, pembalut wanita, seringnya
mengkonsumsi makanan fastfood/junkfood, dan sistem kekebalan tubuh yang
lemah. Cara paling mudah untuk mendeteksi penyakit ini dengan melakukan
pemeriksaan sitologi leher rahim yang biasa disebut dengan nama Paps smear atau
papanicolaou smear. Metode tes Paps smear yang umum yaitu dokter
menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks
atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan di analisa di laboratorium. Tes itu
dapat menyingkap apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Tingginya
angka penderita kanker serviks disebabkan karena kurangnya pengetahuan
masyarakat akan bahaya kanker serviks, sehingga membuat banyak penderita baru
menyadari dan melakukan pengobatan ketika sel kankernya sudah menyebar dan
mencapai stadium akut. Karena biasanya kanker serviks baru akan menunjukkan
gejala serius setelah 10-20 tahun kedepan. Beberapa gejala yang umumnnya
dialami oleh penderita kanker serviks yaitu keputihan lama dan berbau, perdarahan
setelah berhubungan, dan tumbuh kutil di bagian leher rahim (biasanya akan terasa
perih). Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan membiasakan diri
memelihara kesehatan dan kebersihan reproduksi, mengurangi mengkonsumsi
makanan fastfood/junkfood, menghindari berganti pasangan seksual, mengganti
celana dalam sehari sekali (agar tidak lembab), melakukan tes paps smear setiap
dua tahun sekali bagi yang sudah aktif secara seksual dan melakukan vaksinasi
HPV.
Manfaat dari tindakan pencegahan dini kanker serviks yang dilakukan oleh remaja
antara lain:
internet
Ketua Umum YKI Nina Moeloek mengatakan, kanker leher rahim, bersama dengan
kanker payudara, menduduki peringkat teratas jenis kanker yang diderita
perempuan.
YKI bekerja sama dengan Ikatan Ahli Patologi Anatomi Indonesia mengembangkan
registrasi kanker berbasis data patologi anatomi yang didapat dari 13 RS di
Indonesia dengan unit kanker. Berdasarkan pendataan tersebut tahun 2006, kanker
leher rahim menduduki peringkat pertama yakni sebesar 16 persen dan kanker
payudara sekitar 15 persen.
Sedangkan, menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2007, kan ker payudara
menduduki peringkat pertama dengan 18 persen, diikuti kanker leher rahim sebesar
9 persen. YKI sendiri sedang mendata kembali mulai tahun 2007 hingga 2010, ujar
Nila dalam jumpa pers terkait pencanangan gerakan itu.
Hal memprihatinkan ialah masih rendahnya kesadaran deteksi dini, sehingga pasien
datang dalam kondisi lanjut. Deteksi dini kanker leher rahim dapat dengan metode
papsmear atau IVA. Kedua metode itu mendeteksi keabnormalan di dalam leher
rahim.
Cakupan nasional skirining dengan papsmear dan Inspeksi Visual dengan Asam
Asetat (IVA) baru sekitar 5 persen. Padahal, biaya IVA, misalnya, sangat murah.
"Tanpa menghitung biaya tenaga kesehatan, biaya IVA itu hanya Rp 5.000," ujar
Nina.
"Penyakit juga lebih mudah ditangani dengan peluang keberhasilan lebih besar,"
ujar Nina.
Ke depan, Nina menyakini akan lebih banyak penderita kanker, termasuk kanker
leher rahim, seiring dengan pertambahan penduduk. Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia, diperkirakan penderita kanker mencapai 75 juta dengan kematian sebanyak
17 juta orang pada tahun 2030. "Sekitar 70 persen penderita kanker itu hidup di
negara berkembang," ujar Nina. (*)
http://jogja.tribunnews.com/2012/04/18/kanker-serviks-ancaman-bagi-perempuan
http://skilas.info/kesehatan/info-kesehatan/wanita/1792-tipe-baru-virus-kanker-
serviks artikel
ABSTRAK
File Selengkapnya.....
Oleh Newswire
"Kanker rahim yang mencapai 34% keganasan pada wanita dan menjadi penyebab
kematian bagi wanita usia reproduksi," katanya saat memberikan kuliah tamu di
bagian/obgyn Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA di Banda Aceh, Senin.
Menjadi masalah sekarang, ia menyebutkan sekitar 70% dari kasus tersebut datang
ke dokter saat stadium lanjut sehingga angka keberhasilan kesembuhan menjadi
kurang.
Laila seperti dikutip Wakil direktur Rumah Sakit Umum dokter Zainoel Abidin
(RSUZA) Banda Aceh HM Andalas, menyebutkan berkisar 40 hingga 45 kasus baru
kanker leher rahim/hari, dan setiap harinya antara 20 sampai 25 kasus atau satu
penderita diantaranya meninggal dunia/hari.
"Yang menjadi masalah sekarang adalah cakupan skrining masih sangat rendah
yakni 5%, semestinya untuk menekan kasus itu tingkat cakupan harus mencapai
80%," kata dia menjelaskan.
Untuk itu, Laila mengatakan hal tersebut harus menjadi konsen para ahli kebidanan
dan kandungan ke depan guna menekan jumlah kasus yang terus meningkat
selama ini melalui peningkatan cakupan skrining. (Antara/arh)
1. Umur wanita yang menderita kanker serviks sebagian besar berumur >35 tahun yaitu
sebanyak 132 orang (94,3%), paritas wanita dengan multipara yaitu sebanyak 75 orang (53,6%).
Dan alat kontrasepsi yang digunakan oleh wanita dengan kanker serviks sebagian besar adalah
menggunakan alat kontrasepsi hormonal yaitu sebanyak 117 orang (83,6%). Penelitian ini
dilakukan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dengan mengambil data-data sesuai
dengan judul penelitian yang ada di ruang rekam medik RS tersebut. Penelitian ini hanya
melakukan analisis univariat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker serviks
dilihat dari segi umur, paritas, dan alat kontrasepsi yang digunakan. Intan,2011
http://intanstupitt.blogspot.com/
2. kanker s http://etd.eprints.ums.ac.id/3942/2/J410040010.pdf
3. kanker s 1 http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11104146.pdf
4. ABSTRAK
Judul: BEBERAPA FAKTOR RISIKO KANKER SERVIKS UTERI (Studi Pada Penderita
Kanker Serviks Uteri Di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang Pada Bulan Agustus-September
Kanker seviks uteri adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Sebelum
terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi prakanker atau neoplasia
intraepitel serviks (NIS). Sebagian besar penderita kanker serviks uteri datang berobat pada
stadium lanjut, karena pada stadium awal penyakit ini tidak menimbulkan gejala. Kanker ini
termasuk indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa faktor risiko
kejadian kanker serviks uteri . Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain kasus kontrol,
komputer. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Dokter Kariadi (RSDK) Semarang dengan
jumlah sampel sebanyak 100 yang terbagi menjadi sampel kelompok kasus dan sampel
kelompok kontrol. Data analisis dilakukan dengan uji Chi Square pada ?=0,05 dan odds rasio.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar penderita kanker serviks uteri berpendidikan tamat
SD (28%), dengan paritas ? 3 (52%). Kebanyakan penderita melakukan hubungan seksual yang
pertama kali pada umur dibawah 20 tahun (74%) dengan satu pasangan seksual (82%). Setelah
mengendalikan faktor perancu yakni umur dan tingkat pendidikan didapatkan hasil statistik
bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas (p= 0,000018, OR=8,11) dan umur pertama
kali melakukan hubungan seksual (p=0,00858, OR=5,85) dengan kejadian kanker serviks uteri.
Sedangkan pada variabel jumlah pasangan seksual , penggunaan alat kontrasepsi oral, dan
sirkumsisi pasangan seksual gagal memperlihatkan hubungan karena didapatkan nilai p>0,05.
Mempunyai paritas tidak lebih dari 3 dan melakukan hubungan seksual yang pertama kali
pada umur di atas 20 tahun adalah salah satu upaya untuk mengurangi risiko kejadian kaner
serviks uteri
Cervical cancer is primary cancer comes from squamosa epitel cell. Before it occurs,
Neoplasia Epitel Cervix (NEC)or Precancer Lesion would come first. Indonesia, most of its
sufferers come for treatment at prolonged stadium. Because its simptoms don't show at early
stadium.
The aim of this research was to know several risk factors of cervical cancer. This was an
analytic research with case control design. Data collected from secondary data of medical record
by quesionair then processed by epi info program version 6. The research was done at ?Dokter
Kariadi? Hospital (RSDK) with 100 samples which were devided into sample of case and sample
of control. Data was analyzed by Chi Square test at ?=0,05 and odds ratio.
The result showed that most of cervical cancer patients were elementary shcool graduated
(28%) with parity ? 3 (52%). Most of the patients had their first intercouse under 20 years (74%)
is sygnificancy correlation between parity (p=0,000018, OR=8,11) and age of first intercouse
(p=0,00858, OR=5,85) with cervical cancer insidence. Whereas the variable of amount of sexual
partner , oral contraception usage and sexual partner circumcision of this research were fail to
cancer risk.
http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=2363
4. http://jurnalpdf.info/pdf/artikel-penelitian-kanker-serviks.html
Definisi Umur
Umur
2.1.1 Pengertian
Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah
usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60
tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock, 2004).
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Jika dilihat dari sisi biologis, usia 18-25 tahun merupakan saat terbaik untuk hamil dan bersalin.
Karena pada usia ini biasanya organ-organ tubuh sudah berfungsi dengan baik dan belum ada
penyakit-penyakit degenerative sepertyi darah tinggi, diabetes, dan lainnya serta daya tahan
Umur sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi, khususnya usia 20-25 tahun merupakan
usia yang paling baik untuk hamil dan bersalin. Kehamilan dan persalinan membawa resiko
kesakitan dan kematian lebih besar pada remaja dibandingkan pada perempuan yang telah
berusia 20 tahunan, terutama di wilayah yang pelayanan medisnya langka atau tidak tersedia
Umur Yang dimaksud dengan umur disini adalah kelompok umur pasien yang mengalami
F. Keaslian Penelitian
Sepengetahuan peneliti bahwa penelitian menenai kejadian kanker serviks sudah ada
1. Intan 2011, faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker serviks di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto . Penelitian ini hanya melakukan analisis univariat tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker serviks dilihat dari segi umur, paritas, dan alat
kontrasepsi yang digunakan. Dengan hasil penelitian yaitu umur wanita yang menderita kanker
serviks sebagian besar berumur >35 tahun yaitu sebanyak 132 orang (94,3%), paritas wanita
dengan multipara yaitu sebanyak 75 orang (53,6%). Dan alat kontrasepsi yang digunakan oleh
wanita dengan kanker serviks sebagian besar adalah menggunakan alat kontrasepsi hormonal
di RSUD dr. Soeroto Ngawi. Dengan Variabel bebas adalah usia menikah dan paritas, variabel
terikat adalah kejadian kanker serviks. Dengan hasil penelitian dengan uji Chi square
menunjukkan kemaknaan P = 0,000 disimpulkan ada hubungan usia menikah dan paritas dengan
kejadian kanker serviks. Sedang besar resiko paparan usia menikah 16 tahun beresiko 0,155
dan paritas lebih dari dua anak berisiko 0,18, sehingga dapat disimpulkan bahwa usia menikah
Serviks Uteri Di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang Pada Bulan Agustus-September 2004).
Dimana variabel yang diambil adalah pendidikan, paritas, umur pertama kali melakukan
hubungan seksual, penggunaan alat kontrasepsi oral dan sirkumsisi pasangan seksual. Hasil
penelitian menunjukkan sebagian besar penderita kanker serviks uteri berpendidikan tamat SD
(28%), dengan paritas 3 (52%). Kebanyakan penderita melakukan hubungan seksual yang
pertama kali pada umur dibawah 20 tahun (74%) dengan satu pasangan seksual (82%). Ada
hubungan yang bermakna antara paritas (p= 0,000018, OR=8,11) dan umur pertama kali
melakukan hubungan seksual (p=0,00858, OR=5,85) dengan kejadian kanker serviks uteri.
Sedangkan pada variabel jumlah pasangan seksual , penggunaan alat kontrasepsi oral, dan
sirkumsisi pasangan seksual gagal memperlihatkan hubungan karena didapatkan nilai p>0,05.
Mempunyai paritas tidak lebih dari 3 dan melakukan hubungan seksual yang pertama kali pada
umur di atas 20 tahun adalah salah satu upaya untuk mengurangi risiko kejadian kaner serviks
uteri
4. AA 2008, Karakteristik Penderita Kanker Serviks Rawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2005-2008 , dengan variabel, umur, suku, agama, pekerjaan, keadaan penderita,
lama rawatan dan stadium klinik. Dengan besar sampel yaitu 69 data diambil secara total
sampling. Proporsi sosiodemografi tertinggi : umur 45-55 tahun 58,0%; suku Batak 66,7%;
agama Kristen Protestan 53,6%; ibu rumah tangga 61,0%; status kawin 97,2%; dan daerah
tempat tinggal Kota Medan 53,6%. Umur rata-rata 49,58 tahun. Proporsi riwayat dan keadaan
penderita tertinggi : Keluhan perdarahan pervaginam (sensitivitas) 84,1%; stadium klinik l anjut
(IIB-IVB) 65,2%; penatalaksanaan medis Radioterapi 47,8%; lama rawatan rata -rata 7,87 hari
dan pulang berobat jalan 63,8%. CFR tertinggi tahun 2008 20,0%. CFR berdasarkan
awal 14,3% dengan penatalaksanaan operasi+radioterapi dan adanya komplikasi dengan penyakit
lain. Dengan hasil penelitian, tidak ada perbedaan umur penderita kanker serviks berdasarkan
stadium klinik (p=0,250); Tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata penderita kanker serviks