a. Corporate governance
b. Public governance
c. University/Higher Education Governance
d. Political Party Governance
Jawab :
1. Kepemilikan manajerial
2. Kepemilikan Institusional
3. Komposisi dewan komisaris
4. Komposisi dewan direksi
2. Menurut saya Corporate Governance karena ada beberapa keuntungan yang bisa
dipetik oleh perusahaan dengan diterapkannya Good Corporate Governance, yaitu :
5. Teori keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan
yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori
keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan
adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang yaitu investor
dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer. Pemisahan pemilik
dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori
keagenan). Teori ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan
riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi
keuangan dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi.
Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham/pemilik dan
manajemen/manajer. Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan manajer pada
hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan.
Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang
atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu
jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada
agent tersebut. Hubungan antara principal dan agent dapat mengarah pada kondisi
ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agent berada pada
posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan
dengan principal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk
memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang
dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang
tidak diketahui principal. Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agent dapat
mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan
dengan cara melakukan manajemen laba. Salah satu cara yang di gunakan untuk
memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen
adalah corporate governance. Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang
perlu diperhatikan untuk terselenggaranya praktik good corporate governance
adalah transparansi , akuntabilitas , keadilan, dan responsibilitas. Corporate
governance diarahkan untuk mengurangi asimetri informasi antara principal dan
agent yang pada akhirnya diharapkan dapat meminimalkan tindakan manajemen
laba.
6. Masalah keagenan yang timbul ketika, Keinginan/tujuan dari prinsipal dan agen
berlawanan, hal yang sulit/mahal bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi tentang
yang telah benar-benar dilakukan dan masalah pembagian resiko yang timbul pada
saat memiliki sikap yang berbeda terhadap resiko. Lalu masalah Keagenan
Pemegang saham dan Manajer yaitu adanya asimetri informasi antara pemilik dan
manajer dan konflik kepentingan antar agen dengan principal. masalah keagenan
juga akan timbul jika pihak manajemen atau agen perusahaan tidak atau kurang
memiliki saham biasa perusahaan tersebut. Karena dengan keadaan ini menjadikan
pihak manajemen tidak lagi berupaya untuk memaksimumkan keuntungan
perusahaan dan mereka berusaha untuk mengambil keuntungan dari beban yang
ditanggung oleh pemegang saham. Cara yang dilakukan pihak manajemen adalah
dalam bentuk peningkatan kekayaan dan juga dalam bentuk kesenangan dan
fasilitas perusahaan.
BAB I
PENDAHULUAN
2. Untuk dapat memperbaiki etika dan moral setiap karyawan perusahaan dalam
berbisnis.
BAB II
PEMBAHASAN
Etika bisnis merupakan salah satu bagian dari prinsip etika yang diterapkan dalam
dunia bisnis (Lozano, 1996). Istilah etika bisnis mengan-dung pengertian bahwa etika bisnis
merupakan sebuah rentang aplikasi etika yang khusus mempelajari tindakan yang diambil
oleh bisnis dan pelaku bisnis. Epstein (1989) menyatakan etika bisnis sebagai sebuah
perspektif analisis etika di dalam bisnis yang menghasilkan sebuah proses dan sebuah
kerangka kerja untuk membatasi dan mengevaluasi tindakan-tindakan individu,
organisasi, dan terkadang seluruh masyarakat sosial. Menurut David (1998), etika bisnis
adalah aturan main prinsip dalam organisasi yang menjadi pedoman membuat keputusan dan
tingkah laku. Etika bisnis adalah etika pelaku bisnis. Pelaku bisnis tersebut bisa saja manajer,
karyawan, konsumen, dan masyarakat.
Etika bisnis merupakan produk pendidikan etika masa kecil, namun tetap dipengaruhi
oleh lingkungan sekitarnya. Sebagian besar pakar psikologi berkeyakinan bahwa penanaman
awal nilai-nilai kedisiplinan, moral, etika yang dilakukan pada masa balita akan sangat
berpengaruh terhadap pembentukan persepsi hati nurani seseorang tatkala ia mulai
beranjak dewasa (Faisal Afiff, 2003). Lingkungan bisnis dapat merontokkan etika individu
dan sebaliknya etika individu dapat mempengaruhi lingkungan bisnis tergantung mana
yang kuat. Terjadinya krisis multi dimensional beberapa tahun terakhir menjadikan etika
bisnis sebagai sorotan dan perhatian dari masyarakat dan para pengamat. Tuntutan
masyarakat akan etika dan tolok ukur etika meningkat, hal ini disebabkan pula oleh peng-
ungkapan dan publikasi, kepedulian publik, regulasi pemerintah, kesadaran CEO akan etika
dan profesionalisme bisnis meningkat (Hoesada, 1997). Etika bisnis adalah bisnis setiap
orang di setiap hari, sehingga etika bisnis termasuk semua manajer dan hubungan bisnis
mereka serta tindakan-tindakan mereka. Etika bisnis adalah tuntutan harkat etis manusia dan
tidak bisa ditunda sementara untuk membenarkan tindakan dan sikap tidak adil, tidak jujur
dan tidak bermoral.
Sebagai cabang dari filsafat etika, maka etika dalam aktivitas bisnis tidak lain
merupakan penerapan prinsip-prinsip etika dengan pendekatan filsafat dalam kegiatan dan
program bisnis. Karenanya semua teori tentang etika dapat dimanfaatkan untuk membahas
tentang etika dalam aktivitas bisnis. Aspek yang dominan dari semua kata etika dalam
aktivitas bisnis bermuara pada perilaku bermoral.
Etika dalam arti sebenarnya dianggap sebagai acuan yang menyatakan apakah tindakan,
aktivitas atau perilaku individu bisa dianggap baik atau tidak. Karenanya etika bisnis sudah
tentu mengacu dan akan berbicara mengenai masalah baik atau tidak baiknya suatu aktivitas
bisnis. Dalam etika bisnis akan diuji peranperan dan prinsip etika dalam konteks
komersial/bisnis. Moral selalu berkaitan dengan tindakan manusia yang baik dan yang buruk
sesuai dengan ukuran-ukuran yang diterima umum dalam suatu lingkungan sosial tertentu.
Dalam hal ini ukuran baik dan buruk manusia adalah manusia bukan sebagai pelaku peran
tertentu, dengan menggunakan norma moral, bukan sopan santun atau norma hukum.
Moral (Moralitas) adalah khas manusia dan karenanya moralitas merupakan dimensi
nyata dalam hidup manusia, baik perorangan maupun sosial (masyarakat).Tanpa moralitas
dalam menjalan usaha bisnis maka kehidupan bisnis menjadi chaos, tiada keteraturan dan
ketenteraman dan pada gilirannya dunia bisnis menjadi sadis dan saling mematikan.
Mengacu kepada batasan etika dari berbagai pandangan ahli yang telah dikemukakan,
maka peran etika adalah membahas dan menunjuk alternatif pemecahan masalah bisnis yang
berlandaskan nilai-nilai moralitas dalam suatu kegiatan bisnis. Landasan yang digunakan
dalam hal ini adalah prinsip-prinsip, nilai dan norma-moral yang terwujud dalam sikap dan
perangai (akhlak) para pelaku bisnis dalam penyelenggaraan usaha bisnisnya dengan
menjunjung tinggi partisipan bisnisnya.
Pada dasarnya etika bisnis menyoroti moral perilaku manusia yang mempunyai profesi
di bidang bisnis dan dimiliki secara global oleh perusahaan secara umum, sedangkan
perwujudan dari etika bisnis yang ada pada masing-masing perusahaan akan terbentuk dan
terwujud sesuai dengan kebudayaan perusahaan yang bersangkutan. Etika bisnis ini akan
muncul ketika masing-masing perusahaan berhubungan dan berinteraksi satu sama lain
sebagai sebuah satuan stakeholder. Tujuan etika bisnis disini adalah menggugah kesadaran
moral para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis dengan "baik dan bersih".
2.5 Peranan Etika Bisnis dalam Penerapan Good Corporate Governance (GCG)
1. Code of Corporate and Business Conduct
Kode Etik dalam tingkah laku berbisnis di perusahaan (Code of Corporate and
Business Conduct) merupakan implementasi salah satu prinsip Good Corporate Governance
(GCG). Kode etik tersebut menuntut karyawan & pimpinan perusahaan untuk melakukan
praktek-praktek etik bisnis yang terbaik di dalam semua hal yang dilaksanakan atas nama
perusahaan. Apabila prinsip tersebut telah mengakar di dalam budaya perusahaan (corporate
culture), maka seluruh karyawan & pimpinan perusahaan akan berusaha memahami dan
berusaha mematuhi mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan dalam
aktivitas bisnis perusahaan. Pelanggaran atas Kode Etik merupakan hal yang serius, bahkan
dapat termasuk kategori pelanggaran hukum.
1) Informasi rahasia
Dalam informasi rahasia, seluruh karyawan harus dapat menjaga informasi rahasia
mengenai perusahaan dan dilarang untuk menyebarkan informasi rahasia kepada pihak lain
yang tidak berhak. Informasi rahasia dapat dilindungi oleh hukum apabila informasi tersebut
berharga untuk pihak lain dan pemiliknya melakukan tindakan yang diperlukan untuk
melindunginya. Beberapa kode etik yang perlu dilakukan oleh karyawan yaitu harus selalu
melindungi informasi rahasia perusahaan dan termasuk Hak Atas Kekayaan Intelektual
(HAKI) serta harus memberi respek terhadap hak yang sama dari pihak lain. Selain itu
karyawan juga harus melakukan perlindungan dengan seksama atas kerahasiaan informasi
rahasia yang diterima dari pihak lain. Adanya kode etik tersebut diharapkan dapat terjaga
hubungan yang baik dengan pemegang saham (share holder), atas dasar integritas (kejujuran)
dan transparansi (keterbukaan), dan menjauhkan diri dari memaparkan informasi rahasia.
Selain itu dapat terjaga keseimbangan dari kepentingan perusahaan dan pemegang sahamnya
dengan kepentingan yang layak dari karyawan, pelanggan, pemasok maupun pemerintah dan
masyarakat pada umumnya.
a. Segala konsultasi atau hubungan lain yang signifikan dengan, atau berkeinginan
mengambil andil di dalam aktivitas pemasok, pelanggan atau pesaing (competitor).
c. Segala hubungan bisnis atas nama perusahaan dengan personal yang masih ada
hubungan keluarga (family), atau dengan perusahaan yang dikontrol oleh personal tersebut.
d. Segala posisi dimana karyawan & pimpinan perusahaan mempunyai pengaruh atau
kontrol terhadap evaluasi hasil pekerjaan atau kompensasi dari personal yang masih ada
hubungan keluarga .
e. Segala penggunaan pribadi maupun berbagi atas informasi rahasia perusahaan demi
suatu keuntungan pribadi, seperti anjuran untuk membeli atau menjual barang milik
perusahaan atau produk, yang didasarkan atas informasi rahasia tersebut.
f. Segala penjualan pada atau pembelian dari perusahaan yang menguntungkan pribadi.
g. Segala penerimaan dari keuntungan, dari seseorang / organisasi / pihak ketiga yang
berhubungan dengan perusahaan.
h. Segala aktivitas yang terkait dengan insider trading atas perusahaan yang telah go
public, yang merugikan pihak lain.
3) Sanksi
Setiap karyawan & pimpinan perusahaan yang melanggar ketentuan dalam Kode Etik
tersebut perlu dikenakan sanksi yang tegas sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku di
perusahaan, misalnya tindakan disipliner termasuk sanksi pemecatan (Pemutusan Hubungan
Kerja). Beberapa tindakan karyawan & pimpinan perusahaan yang termasuk kategori
pelanggaran terhadap kode etik, antara lain mendapatkan, memakai atau menyalahgunakan
aset milik perusahaan untuk kepentingan / keuntungan pribadi, secara fisik mengubah atau
merusak asset milik perusahaan tanpa izin yang sesuai dan menghilangkan asset milik
perusahaan. Untuk melakukan pengujian atas Kepatuhan terhadap Kode Etik tersebut perlu
dilakukan semacam audit kepatuhan (compliance audit) oleh pihak yang independent,
misalnya Internal Auditor, sehingga dapat diketahui adanya pelanggaran berikut sanksi yang
akan dikenakan terhadap karyawan & pimpinan perusahaan yang melanggar kode etik.
Akhirnya diharpkan para karyawan maupun pimpinan perusahaan mematuhi Code of
Corporate & Business Conduct yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebagai penerapan
GCG.