Anda di halaman 1dari 14

A.

Pendahuluan
Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri. Meskipun bunuh
diri (suicide) adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada depresi,
penyalahgunaan NAPZA , skizofrenia, gangguan kepribadian( paranoid, borderline, antisocial),
bunuh diri tidak bisa disamakan dengan penyakit mental.
Banyak factor yang memicu terjadinya bunuh diri, antara lain stress. Stress menjadi
pemicu utama terjadinya tindakan bunuh diri, oleh sebab itu di butuhkan perhatian lebih dari
masyarakat khususnya tenaga kesehatan untuk meminamalisir tingkat stress. Stress dapat di picu
oleh terlalu banyaknya masalah yang di alami oleh seseorang, sehinggga mereka mengasumsikan
bunuh diri adalah cara yang mudah dalam menyalesaikan masalah.

Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim kesehatan
diantaranya adalah :
1. bunuh diri merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam setiap rawat inap di rumah sakit
jiwa,
2.factor factor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang adekuatnya pengkajian
pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah, kurangnya orientasi dan
training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien.
3. pengkajian bunuh diri seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah sakit
baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen lainnya.
4. hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri perawat terhadap
setiap perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko bunuh diri adalah hal yang penting
dalam menurunkan angka bunuh diri di rumah sakit.
Oleh karena itu bunuh diri pada pasien rawat inap merupakan masalah yang perlu
penanganan yang cepat dan akurat. Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai faktor resiko
terjadinya bunuh diri, instrument pengkajian dan managemen keperawatannya dengan
pendekatan proses keperawatanya.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Bersama masyarakat dan tenaga kesehatan mengurangi tindakan percobaan
bunuh diri.
Menurunkan angka kematian akibat tindakan bunuh diri
2. Tujuan Khusus
Perawat dapat melakukan pengkajian pasien yang berisiko bunuh diri.
Perawat dapat menetapkan diagnosa keperawatan pasien resiko bunuh diri.
Perawat dapat melakukan tindakan keperawatan pada pasien risiko bunuh diri.
Perawat dapat melakukan tindakan keperawatan pada keluarga pasien risiko
bunuh diri.
Perawat dapat mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga pasien risiko
bunuh diri.
Perawat dapat mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada pasien
risiko bunuh diri.
C. Metode Penulisan
Metode yang di gunakan dalam menyusun makalah ini mengunakan metode deskriptif,
yaitu mengumpulkan data dari berbagai macam sumber baik buku maupun internet yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko bunuh diri.

D. Ruang Lingkup Penulisan


Pada penulisan makalah ini kami membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan risiko bunuh diri. Di mana kami mengumpulkan data mengenai factor-faktor
penyebab seseorang melakukan tindakan bunuh diri, cara pencegahan, dan pendidikan
yang di berikan pada pasien dan keluarga pasien dengan risiko bunuh diri.

E. Sistematika Penulisan
Dalam Penulisan makalah ini di tulis dalam 2 bab antara lain :
BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Ruang Lingkup
E. Sistematika penulisan
BAB II : Landasan Teori
Pengertian
Proses Terjadinya Masalah
Mekanisme Koping
Pohon Masalah
Masalah Keperawatan dan Pengkajian

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian bunuh diri
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri
kehidupannya.
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Gail w.
Stuart, Keperawatan Jiwa,2007).
Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Ann Isaacs, Keperawatan Jiwa &
Psikiatri, 2004).
Bunuh diri adalah ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai gangguan depresif dan
sering terjadi pada remaja ( Harold Kaplan, Sinopsis Psikiatri,1997).

Rentang respon perlindungan diri ( self protective) adalah :

Adatif<...........................................................................>Maladaptif
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan budaya setempat.
Respon adaptif Respon maladaptif
Harapan Ketidakberdayaan,keputusasaan,
apatis
Yakin
Kehilangan, ragu-ragu
Percaya Bunuh diri
Depresi
Inspirasi

Tetap hati

Putus harapan

Tidak berdaya

Putus asa

Apatis

Gagal dan kehilangan

Ragu-ragu

Sedih

Depresi
Bunuh diri

Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress
Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya :
Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari bunuh diri,
atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/ tindakan, bahkan
klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan.
Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini
memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati
Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan
perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri,

Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan
hasrat yan dalam , bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya .

Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang
diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya
tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang
dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan, misalnya meminum
beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada lengannya. Hal ini terjadi
karena individu memahami ambivalen antara mati dan hidup dan tidak berencana
untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin di
selamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering
di namakan Crying for help sebab individu ini sedang berjuang dengan stress
yang tidak mampu di selesaikan.

Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai
indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat
yang mematikan . walaupun demikian banyak individu masih mengalami
ambivalen akan kehidupannya.

Suicide. Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini telah didahului
oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang yang berhasil
melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri
sebelumnya. Suicide ini yakini merupakan hasil dari individu yang tidak punya
pilihan untuk mengatasi kesedihan yang mendalam.

A. Etiologi

Penyebab bunuh diri :


1. Faktor genetik dan teori biologi

Faktor genetik mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya. Disamping itu
adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko
bunuh diri.
2. Teori sosiologi

Emile Durkheim membagi bunuh diri dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang tidak
terintegrasi pada kelompok social) , atruistik (Melakukan bunuh diri untuk kebaikan masyarakat)
dan anomic ( bunuh diri karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi
dengan stressor).
3. Teori psikologi

Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari marah
yang diarahkan pada diri sendiri.
4. Penyebab lain

Adanya harapan untuk reuni dan fantasy.


Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidakberdayaan
Tangisan untuk minta bantuan
Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari kehidupan yang lebih baik
1. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart dan Sundeen (1997), faktor predisposisi bunuh diri antara lain :

Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, mempunyai
hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko
untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa
bermusuhan, implisif dan depresi.

Lingkungan psikososial

Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini


dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan
bunuh diri.

Riwayat keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko penting untuk
prilaku destruktif.

Faktor biokimia

Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik menjadi media
proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.

2. Faktor Presipitasi

Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :

1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal


melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

C. Patopsikologi

Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh diri
adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana
spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3
kategori :

1. Ancaman bunuh diri

Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri.


Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian, kurangnya respon positif dapat
ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

2. Upaya bunuh diri


Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah
pada kematian jika tidak dicegah.

3. Bunuh diri

Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan
percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda
tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.

Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat
suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya

D. Pengkajian resiko bunuh diri

Perawat harus mampu mengkaji pasien untuk adanya tanda-tanda perilaku bunuh diri dan atau
kekerasan. Karena pasien sering tidak mampu mengkomunikasikan persepsi mereka tentang
bahaya , maka perawat harus mengkaji dan mendokumentasikan petunjuk-petunjuk akan
ancaman perilaku bunuh diri atau kekerasan. Indicator tersebut antara lain:

Agitasi
Efek emosional yang kuat
Delusi
Halusinasi yang mengancam
Adanya riwayat perilaku bunuh diri atau kekerasan

Sebagai perawat ,kita perlu mempertimbangkan pasien memiliki resiko apabila menunjukkan
perilaku sebagai berikut :

Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri


Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh diri.
.Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri.
Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa.
Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental
Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alcohol
Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik
Menunjukkan impulsivitas dan agressif
Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau kehilangan yang bertubi-tubi dan
secara bersamaan
Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri misal pistol, obat, racun.
Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif dengan pengobatan
Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial.
Banyak instrument yang bisa dipakai untuk menentukan resiko klien melakukan bunuh diri
diantaranya dengan SAD PERSONS
NO SAD PERSONS Keterangan
1 Sex (jenis kelamin) Laki laki lebih komit melakukan bunuh diri 3 kali lebih
tinggi dibanding wanita, meskipun wanita lebih sering 3
kali dibanding laki laki melakukan percobaan bunuh diri
2 Age ( umur) Kelompok resiko tinggi : umur 19 tahun atau lebih muda,
45 tahun atau lebih tua dan khususnya umur 65 tahun
lebih.
3 Depression 35 79% orang yang melakukan bunuh diri mengalami
sindrome depresi.
4 Previous attempts65- 70% orang yang melakukan bunuh diri sudah pernah
(Percobaan sebelumnya) melakukan percobaan sebelumnya
5 ETOH ( alkohol) 65 % orang yang bunuh diri adalah orang
menyalahgunakan alkohol
6 Rational thinking LossOrang skizofrenia dan dementia lebih sering
( Kehilangan berpikirmelakukan bunuh diri dibanding general populasi
rasional)
7 Sosial support lackingOrang yang melakukan bunuh diri biasanya kurang
( Kurang dukungandukungan dari teman dan saudara, pekerjaan yang
social) bermakna serta dukungan spiritual keagaamaan
8 Organized planAdanya perencanaan yang spesifik terhadap bunuh diri
( perencanaan yangmerupakan resiko tinggi
teroranisasi)
9 No spouse ( TidakOrang duda, janda, single adalah lebih rentang dibanding
memiliki pasangan) menikah
10 Sickness Orang berpenyakit kronik dan terminal beresiko tinggi
melakukan bunuh diri.
Dalam melakukan pengkajian klien resiko bunuh diri, perawat perlu memahami petunjuk dalam
melakukan wawancara dengan pasien dan keluarga untuk mendapatkan data yang akurat. Hal
hal yang harus diperhatikan dalam melakukan wawancara adalah :

3. Tentukan tujuan secara jelas.

Dalam melakukan wawancara, perawat tidak melakukan diskusi secara acak, tapi perawat perlu
melakukan wawancara yang fokus pada investigasi depresi dan pikiran yang berhubungan
dengan bunuh diri.
2. Perhatikan signal / tanda yang tidak disampaikan namun mampu diobservasi dari
komunikasi non verbal.

Dalam hal ini perawat tetap memperhatikan indikasi terhadap kecemasan dan distress yang berat
serta topik dan ekspresi dari diri klien yang di hindari atau diabaikan.
3. Kenali diri sendiri.

Monitor dan kenali reaksi diri dalam merespon klien, karena hal ini akan mempengaruhi
penilaian profesional.
4. Jangan terlalu tergesa gesa dalam melakukan wawancara. Perawat perlu membangun
hubungan terapeutik yang saling percaya antara perawat dan klien terlebih dahulu.
5. Jangan membuat asumsi

Jangan membuat asumsi tentang pengalaman masa lalu individu yang dapat mempengaruhi
emosional klien.
6. Jangan menghakimi, karena apabila membiarkan penilaian pribadi akan membuat kabur
penilaian profesional.

Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian :


1. Riwayat masa lalu :

Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri


Riwayat keluarga terhadap bunuh diri
Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia
Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline, paranoid, antisosial
Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka
2. Symptom yang menyertainya

a. Apakah klien mengalami :


Ide bunuh diri
Ancaman bunuh diri
Percobaan bunuh diri
Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja
b. Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan anhedonia dimana hal ini
merupakan faktor krusial terkait dengan resiko bunuh diri.
Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh diri mereka sendiri.
Perlu dilakukan penkajian lebih mendalam lagi diantaranya :
Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan
Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau perencanaan untuk melakukan
aksinya yang sesuai dengan rencananya.
Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk merencanakan dan mengagas
akan bunuh diri
Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu diakses oleh klien.

Hal hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian tentang riwayat kesehatan
mental klien yang mengalami resiko bunuh diri :
Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik
Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien
Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan mendorong komunikasi terbuka.
Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata kata yang dimengerti klien
Mendiskusikan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya
Mendapatkan data tentang demografi dan sosial ekonomi
Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
Peroleh riwayat penyakit fisik klien

E. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh diri
Pengertian : Resiko untuk mencederai diri yang mengancam kehidupan
Tujuan
Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Indikator
Menyatakan harapannya untuk hidup
Menyatakan perasaan marah, kesepian dan keputusasaan secara asertif.

Mengidentifikasi orang lain sebagai sumber dukungan bila pikiran bunuh diri muncul.

Mengidentifikasi alaternatif mekanisme koping

Aktivitas keperawatan secara umum :


1. Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri,
dengan cara :
Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah.
Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup, dukungan social yang tersedia,
rencana tindakan yang bisa mengancam kehidupannya, koping mekanisme yang biasa
digunakan.
2. Berikan lingkungan yang aman ( safety) berdasarkan tingkatan resiko , managemen untuk
klien yang memiliki resiko tinggi;
Orang yang ingin bunuh diri dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan didekat ruang perawatan
yang mudah di monitor oleh perawat.
Mengidentifikasi dan mengamankan benda benda yang dapat membahayakan klien misalnya :
pisau, gunting, tas plastic, kabel listrik, sabuk, hanger dan barang berbahaya lainnya.
Membuat kontrak baik lisan maupun tertulis dengan perawat untuk tidak melakukan tindakan
yang mencederai diri Misalnya : Saya tidak akan mencederai diri saya selama di RS dan apabila
muncul ide untuk mencederai diri akan bercerita terhadap perawat.
Makanan seharusnya diberikan pada area yang mampu disupervisi dengan catatan :
o Yakinkan intake makanan dan cairan adekuat
o Gunakan piring plastik atau kardus bila memungkinkan.

o Cek dan yakinkan kalau semua barang yang digunakan pasien kembali pada
tempatnya.

Ketika memberikan obat oral, cek dan yakinkan bahwa semua obat diminum.
Rancang anggota tim perawat untuk memonitor secara kontinyu.
Batasi orang dalam ruangan klien dan perlu adanya penurunan stimuli.
Instruksikan pengunjung untuk membantasi barang bawaan ( yakinkan untuk tidak memberikan
makanan dalam tas plastic)
Pasien yang masih akut diharuskan untuk selalu memakai pakaian rumah sakit.
Melakukan seklusi dan restrain bagi pasien bila sangat diperlukan
Ketika pasien sedang diobservasi, seharusnya tidak menggunakan pakaian yang menutup seluruh
tubuhnya.
Individu yang memiliki resiko tinggi mencederai diri bahkan bunuh diri perlu adanya komunikasi
verbal dan tertulis pada semua staf.
3. Membantu meningkatkan harga diri klien
Tidak menghakimi dan empati
Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya
Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain
Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control impuls yang rendah
Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila diindikasikan.
4. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social
Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien membutuhkan dukungan
social yang adekuat
Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring sosial
yang bisa di akses.

Dorong klien untuk melakukan aktivitas sosial

5. Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positif.


Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif
Lakukan pembatasan pada perenungan tentang percobaan bunuh diri.

Bantu klien untuk mengetahui faktor predisposisi apa yang terjadi sebelum anda
memiliki pikiran bunuh diri

Memfasilitasi uji stress kehidupan dan mekanisme koping

Explorasi perilaku alternative

Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai

Bantu klien untuk mengidentifikasi pola pikir yang negative dan mengarahkan secara
langsung untuk merubahnya yang rasional.

7. Initiate Health Teaching dan rujukan, jika diindikasikan


Memberikan pembelajaran yan menyiapkan orang mengatasi stress (relaxation, problem-solving
skills).
Mengajari keluarga technique limit setting
Mengajari keluarga ekspresi perasaan yang konstruktif
Intruksikan keluarga dan orang lain untuk mengetahui peningkatan resiko : perubahan perilaku,
komunikasi verbal dan nonverbal, menarik diri, tanda depresi.
Tindakan keperawatan untuk keluarga
a.Tujuan : Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam atau mencoba
bunuh diri
b.Tindakan:
1. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah meninggalkan pasien
sendirian
2.Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang berbahaya disekitar
pasien
3.Mendiskusikan dengan keluarga orang yang dapat membawa pasien ke rumah sakit sesegera
mungkin
4.Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur
Daftar Pustaka
CAPTAIN, C, ( 2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume
6(3), May/June 2008, p 4653
Varcarolis, E M (2000). Psychiatric Nursing Clinical Guide, WB Saunder Company,
Philadelphia.
Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed.
Elsevier Mosby, Philadelphia
Shives, R (2008). Basic concept of psychiatric and Mental Health Nursing, Mosby, St
Louis.
Kaplan and Saddock (2005). Comprehensive textbook of Psychiatry, Mosby, St Louis.
Carpenito, LJ (2008). Nursing diagnosis : Aplication to clinical practice, Mosby St Louis.

Sumber:Modul BASIC COURSE COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING(CMHN)


Kerjasama:
Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa FIK-UI
Forum Komunikasi Keperawatan Jiwa Jakarta
Direktorat KesWaMas DepKes RI
Direktorat Keperawatan DepKes RI
WHO

Anda mungkin juga menyukai