Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kandungan senyawa kelompok fenol sangat beragam seperti: flavonoid, stilben, dan
santon. Flavonoid ini masih terbagi lagi atas turunan flavan, flavon, flavanon,
flavonol, dan lain-lain.
Terpenoid
Berdasarkan literatur, diketahui bahwa dari tumbuhan genus Artocarpus
diperoleh senyawa triterpen tetrasiklik dan pentasiklik. Kulit batang A.chaplasha
menghasilkan tiga senyawa yaitu: lupeol asetat 1, yang merupakan senyawa
pentasiklik, selanjutnya diperoleh senyawa triterpen tetrasiklik yaitu, sikloartenil
asetat, 2 dan isosikloartenol asetat, 3 (Shieh et al., 1992). Triterpen pentasiklik
lainnya adalah asam betulinat 4 yang berasal dari ekstrak heksana dan ekstrak
benzene kulit batang A. heterophyllus (Venkataraman, 1972).
1 2
3 4
9
Lupeol asetat ini diperoleh pula dari kulit akar segar A.communis (Shieh et
al., 1992). Triterpen sikloartenol 5, dan sikloartenon 6, diperoleh dari
A.heterophyllus, sedangkan dari A. elasticus reinw, dan A.communis diperoleh
triterpen pentasiklik lupeol 7, - amirin 8, dan -amirin 9 (Venkataraman, 1972).
5 6
7 8
10
Tabel 2.1. Distribusi senyawa triterpen yang telah ditemukan pada genus
Artocarpus
Nama senyawa Nama spesies
Steroid
Mahato (1971), melaporkan bahwa senyawa steroid yaitu -sitosterol, 10 telah
diisolasi dari tumbuhan A. chaplasha. -sitosterol ini diperoleh juga dari A.communis
(Shieh et al., 1992).
10
Betasitosterol
Nama IUPAC : 5-Kolesten-24p-etil-3p-ol
Rumus molekul : C29H50O
Nama lain : (24R)-etilkolest-5-en-3--ol, betasitosterin, 24 -
etilkolesterol, cinchol
Betasitosterol termasuk ke dalam kelompok steroid yang jalur
biosintesisnya searah dengan terpenoid. Terpenoid disebut juga isoprenoid
salah satu kelompok dari molekul hasil alam (natural product). Pembentukan
terpenoid secara kimia adalah dengan cara bergabungnya unit isopren dan
membentuk senyawa dengan berbagai cara yang berbeda. Hampir semua
struktur yang multi siklik bergabung satu dengan yang lain tidak hanya dengan
gugus fungsi, tapi juga dengan rangka dasar karbon. Terpenoid yang lebih besar
merupakan komponen yang penting untuk metabolisma makhluk hidup
termasuk hormon adrenal seperti testosterone dan estrogen, komponen membran
kolesterol, dan larutan lipid.
Produk metabolit sekunder ini tidak digunakan untuk kelangsungan hidup
12
dari tumbuhan, tetapi untuk hal-hal tertentu. Metabolit sekunder ini mempunyai
fungsi yang berbeda, termasuk memberi bau, rasa, mengatur pertumbuhan,
penarik serbuk sari, dan komponen rosin.
Bahan alam, termasuk terpenoid, dari dahulu telah dipakai di dalam bidang
farmasi, pertanian, dan pemakaian komersil lain, seperti pengobatan kanker.
Terpen dengan berat molekul kecil selalu digunakan untuk parfum dan pemberi rasa.
Steroid dianggap berasal dari terpenoid, karena pada jalur biosintesisnya,
steroid diturunkan dari squalene, yang juga merupakan senyawa pembentuk
triterpene. Secara garis besar jalur biosintesisnya sebagai berikut. Senyawa precursor
dimulai dari senyawa asetil ko enzim A, yang bergabung sebanyak 2 molekul,
dengan beberapa jalur reaksi selanjutnya membentuk asam mevalonat. Setelah
mengalami beberapa tahap reaksi akan membentuk DMAPP (dimetilallil piropospat)
dan isomernya IPP (isopentenilpiropospat). Kedua senyawa ini bergabung dan
membentuk monoterpen. Monoterpen selanjutnya bergabung lagi dengan unit isopren
baru membentuk sesquiterpen (farnesilpiropospat). Dua molekul farnesilpiropospat
membentuk skualen, selanjutnya teroksidasi menjadi 2,3-epoksiskualen, yang dalam
suasana asam membentuk lanosterol (terpenoid). Lanosterol kehilangan 3 gugus
metil, yaitu dua dari atom C-4 dan satu dari C-14 membentuk kolesterol (steroid).
Reaksi biosintesis steroid terdapat pada pada Gambar 2.1 berikut.
13
Geseran kimia pada atom H tertentu pada -sitosterol asetat Gambar 2.3
terdapat pada Tabel 2.2 berikut ini.
Penyebaran -sitosterol
Beta-sitosterol adalah sterol yang ditemukan pada tanaman, yang merupakan
subkomponen utama kelompok sterol yang dikenal sebagai pitosterol. Senyawa ini
berwarna putih dan memiliki struktur kimia yang sangat mirip dengan kolesterol.
Beta-sitosterol banyak ditemukan dalam dedak padi, bibit gandum, minyak jagung,
dan kedelai.
Manfaat -sitosterol
a. Mengontrol Kolesterol
Selama tiga dekade terakhir -sitosterol telah diketahui dapat mengurangi
kadar kolesterol. Struktur -sitosterol mempunyai kemiripan dengan kolesterol,
sehingga dapat memblokir penyerapan kolesterol dengan cara penghambatan
kompetitif. Meskipun -sitosterol tidak diserap dengan baik oleh tubuh (5-10%), bila
dikonsumsi dengan kolesterol secara efektif memblokir penyerapan kolesterol, yang
mengakibatkan menurunkan kadar kolesterol serum. Beta-sitosterol juga dapat
meningkatkan profil lipoprotein (HDL, LDL).
b. Meningkatkan Kesehatan Prostat
Mencegah dan mengobati masalah prostat seperti benign prostatic
hyperplasia (BPH), dengan mengkonsumsi beberapa jenis herba seperti: ekstrak
palmetto, Pygeum africanum, jelatang menyengat, dan biji labu, yang mengandung
-sitosterol.
Mekanisma kerja -sitosterol dalam hal meningkatkan kesehatan prostate
belum diketahui, namun dalam suatu studi dikatakan bahwa -sitosterol dapat
mengaktivasi siklus sphingomyelin dan menginduksi apoptosis di LNCaP sel kanker
prostat manusia secara invitro. Ada juga laporan yang menunjukkan bahwa -
sitosterol memiliki beberapa aktivitas anti-inflamasi di prostat.
17
11 12
13 14
15 16
19
17
Shieh (1992), memperoleh senyawa flavonoid dengan rangka santon dari akar
tumbuhan A. communis yaitu artomunosanton 18, artomunosantentrion 19, dan
artomunosantentrion epoksida 20.
18 19
O
OMe
O O
O O
OH O
20
yaitu: artonol A 23, artonol B 24, artonol C 25, artonol D 26, dan artonol E 27 dari
tumbuhan A. communis.
21 22
23 24
25 26
21
27
Senyawa flavon terprenilasi, yaitu senyawa sikloartokarpin 28, artokarpin 29,
dan kaplasin 30, diisolasi dari ekstrak diklorometana dari akar dan batang
A.communis, sedangkan morusin 31, sikloartobilosanton 22, artonin E 32, and
artobilosantone 21 diisolasi dari akar yang mempunyai aktivitas antituberkulose
dengan konsentrasi daya hambat minimum (MIC) antara 3,12-100 g/mL (Jagtab
and Bapat, 2010).
28 29
30 31
22
32
Enam senyawa kimia yang diisolasi dari korteks akar Artocarpus, communis
(Weng et al., 2006) adalah empat flavonoid baru, yaitu: dihidroartomunosanton 33,
artomunoisosanton 34, siklokomunometanol 35, dan artomunoflavanon 36, bersama-
sama dengan dua senyawa yang telah dikenal, yaitu: artohamins B 37, dan
artokommunol 38. Dihidroartomunosantone 33, artohamins B 37, dan
artokommunol 38 yang diisolasi dari korteks akar A. communis menunjukkan efek
antiplatelet pada makhluk hidup. Senyawa ini menunjukkan daya hambat yang
signifikan pada agregasi sekunder yang diinduksi dengan adrenalin. Efek antiplatelet
senyawa ini yang utama disebabkan daya hambat pada pembentukan tromboksan.
(Weng et al., 2006.).
33 34
23
35 36
37 38
39 40
24
41 42
43 44
25
45
Tabel 2.3. Senyawa kimia dari bagian tumbuhan Artocarpus communis yang telah
diteliti, aktivitas biologinya dan penelitinya
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Tribe : Artocarpeae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus camansi Blanco
Inggris : Breadnut
Filipina Kolo,pakau
Malaya, Jawa : Kelur, kulor, kulur, kuror
dan memperoleh hasil bahwa biji tumbuhan ini mengandung protein 4,8%, lemak
3,48%, karbohidrat 26,11%, sedangkan debu dan seratnya adalah 3,43 dan 1,20%.
(a)
(b) (c)
Gambar 2.4. Beberapa bagian pohon Artocarpus camansi dan buahnya.
(a). Pohon A.camansi
(b). Bahagian dalam buah A.camansi
(c). Bahagian luar buah A.camansi
Biji tumbuhan ini mengandung posfor, kalium, dan natrium yang tinggi, dan
mengandung asam amino yang penting (essensial) dengan kadar tinggi seperti:
31
leusine, isoleusine, lisine. Minyaknya kaya akan asam palmitat, oleat, linoleat, laktat,
dan sitrat, sedangkan asam malat, asetat, dan butirat ada dalam jumlah kecil. Biji
A.camansi dapat digunakan sebagai tepung, dan minyaknya sebagai sumber minyak
yang baik untuk dimakan.
Pemakaian sehari-hari buah A. camansi adalah untuk bahan makanan yang
dapat direbus sebagai sayuran dan sebagai bahan untuk sop. Buahnya mengandung
protein yang tinggi (13-20%), dan rendah lemak (6-29%). (Ragone, 1997).
anabolik insulin ini mencakup transpor glukosa, sintesis glikogen, lipid dan protein.
Transpor glukosa ke dalam sel otot rangka dan adiposa diperantarai oleh GLUT4.
Insulin juga meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel hati, tetapi bukan
melalui peningkatan jumlah GLUT4 di membran sel, melainkan dengan memicu
glukokinase. Hal ini meningkatkan fosforilasi glukosa sehingga kadar glukosa bebas
intrasel tetap rendah, mempermudah masuknya glukosa ke dalam sel (Ganong, 2005).
Glukosa dalam sel selanjutnya dapat dimetabolisme dengan banyak cara. Glukosa
dapat dioksidasi melalui jalur Embden-Meyerhof dan daur Kreb untuk menghasilkan
energi. Selain itu glukosa juga digunakan untuk memperoleh kofaktor tereduksi yang
perlu untuk reaksi biosintetik.
Dalam otot rangka dan hati, glukosa disimpan dalam bentuk glikogen
(glikogenesis) untuk dapat dipakai kembali (glikogenolisis). Di dalam sel lemak,
glukosa dimetabolisme menjadi asetil koA yang kemudian digunakan untuk
mensintesis asam lemak. Pengesteran asam lemak dengan gliserol menghasilkan
trigliserida yang merupakan bentuk penyimpanan energi (Foye, 1996).
Katabolisme lemak meningkat, dan sistem dibanjiri oleh trigliserida dan asam
lemak bebas. Sintesis lemak terhambat, dan jalur katabolik yang kelebihan beban
tidak dapat mengatasi kelebihan asetil koA yang terbentuk. Di hati, asetil koA diubah
menjadi benda keton. Dua dari benda keton ini adalah asam organik, dan jika keton
menumpuk dapat menimbulkan asidosis metabolik. Deplesi Na+ dan K+ terjadi pula
pada asidosis karena kation plasma ini diekskresikan dengan anion organik yang
tidak diganti oleh H+ dan NH4+ yang disekresi oleh ginjal. Akhirnya pasien atau
hewan yang mengalami asidosis, hipovolemia, dan hipotensi menjadi komatosa
karena efek toksik asidosis, dehidrasi, dan hiperosmolaritas pada sistem saraf dan
dapat meninggal bila tidak diobati (Ganong, 2005).
golongan B adalah diabetes yang berhubungan dengan kondisi patologis lainnya atau
suatu penyakit. Sub golongan A diakibatkan oleh abnormalitas genetika fungsi sel -
pankreas dan abnormalitas genetika aktifitas insulin. Sub golongan B diakibatkan
oleh penyakit pankreas eksokrin, penyakit endokrin, akibat induksi obat-obatan atau
bahan kimia, infeksi, penyakit hati, diabetes karena faktor imun yang tidak umum,
serta beberapa sindroma genetika lainnya yang sering berhubungan dengan diabetes.
Diabetes gestasional didefinisikan terjadinya intoleransi glukosa selama
kehamilan atau terdeteksi pertama sekali pada saat kehamilan. Terjadi pada sekitar
7% dari seluruh kehamilan (The Expert Committee on the Diagnosis and
Classification of Diabetes Mellitus, 1997; World Health Organization, 1999; The
Committee of the Japan Diabetes Society on the diagnostic criteria of diabetes
mellitus, 2002; Triplitt, et al., 2005).
2008). Pengamatan terhadap histologi pankreas juga dapat dilakukan dengan cara
mengambil pankreas dari hewan uji yang telah didekapitasi, kemudian diletakkan
dalam larutan formalin 10% dan segera diproses menggunakan parafin. Selanjutnya
pankreas dipotong setebal 5 m serta dilakukan pewarnaan dengan hematoksilin dan
eosin untuk pengamatan histopatologi dan diletakkan pada slide mikroskop untuk
difoto (de Las Heras-Castano, et al., 2005).