Anda di halaman 1dari 10

Pada proses Open-Hearth digunakan campuran besi mentah (pig iron) padat atau cair dengan

baja bekas (steel scrap) sebagai bahan isian (charge). Pada proses ini temperatur yang dihasilkan
oleh nyala api dapat mencapai 1800oC. Bahan bakar (fuel) dan udara sebelum dimasukkan ke
dalam dapur terlebih dahulu dipanaskan dalam Cheekerwork dari renegarator.

Proses pembuatan baja dengan cara Open-Hearth ini meliputi 3 periode yaitu :
a. Periode memasukkan dan mencairkan bahan isian.
b. Periode mendidihkan cairan logam isian.
c. Periode membersihkan/memurnikan (refining) dan deoksidasi
d. Bahan bakar yang dipakai adalah: campuran blast furnace gas dan cokes oven gas.
Bahan isian : besi mentah dan baja bekas beserta bahan tambah ditaruh dalam heart lewat puntu
pengisian.

Gambar Dapur Siemens Martin (klik gambar untuk memperbesar)

Proses pembuatan baja dengan cara Open-Hearth furnace ini dapat dalam keadaan basa atau
asam (basic or acid open-hearth). Pada basic open-hearth furnace, dinding bagaian dalam dapur
dilapisi dengan magnesite brick. Bagian bawah untuk tempat logam cair dan terak dari bahan
magnesite brick atau dolomite harus diganti setiap kali peleburan selesai. Terak basa yang
dihasilkan + 40 - 50 % CaO.

Pada acid open-hearth furnace, dinding bagian dalam dapur dilapisi dengan dinas-brick. Bagian
bawah dinding dapur harus diganti setiap kali peleburan selesai. Terak yang dihasilkan
mengandung silica yang cukup tinggi yaitu 50 - 55 % SiO2. Pada proses basic ataupun acid
dapat menggunakan bahan isian padat ataupun cair.

Proses yang menggunakan isian padat biasa disebut Scarp and pig process yaitu proses yang
isian padatnya terdiri dari besi mentah (pig iron), baja bekas (Scrap steel) dan sedikit bijih besi
(iron ore). Proses yang mengggunakan besi mentah cair terdiri dari besi mentah cari + 60 % dan
baja bekas kira-kira 40 % dan sedikit bijih besi dan bahan tambah. Cara ini biasa dikerjakan pada
perusahaan dapur tinggi (blast furnace) dimana besi mentah cair dari dapur tinggi tersebut
langsung diproses pada open-hearth furnace.

1. Proses Basic Open-Hearth

Pada proses basic open-hearth ini, mula-mula ke dalam dapur dimasukkan baja bekas (scarap
steel) yang ringan kemudian baja bekas yang berat. Setelah itu ditambahkan bahan tambah (batu
kapaur) dan bijih besi yang diperlukan untuk membentuk terak pertama.

Pada akhir proses peleburan, sebagian Phospor (P) yang terdapat dalam besi mentah akan
berubah menjadi terak

Untuk menjaga agar terak tidak masuk/berekasi kembali dengan logam cair, maka kira-kira 40%
- 50% terak tersebut lekas dikeluarkan dan juga perlu ditambahkan batu kapur untuk membentuk
terak yang baru. Sebagian Sulfur (S) dapat dikeluarkan dari logam dengan reaksi :

Reaksi ini diikuti dengan kenaikan temperatur yang tinggi dan terak CaS yang terjadi berupa
terak basa.

Macam-macam baja paduan dapat dihasilkan dalam open-hearth furncae, yaitu dengan
menambahkan bahan paduan yang dikehendaki seperti : tembaga, chrome, nikel dan sebagainya.
Untuk deoxidasi terakhir, biasanya dengan menambahkan Alumunium ke dalam kowi tempat
menampung/mengetap baja cair yang dihasilkan agar kadar silicon dapat dibatasi. Pertama-tama
baja bekas dan batu kapur dimasukkan ke dalam dapur. Kemudian dipanaskan sampai temperatur
yang cukup, lalu bahan isian cair dimasukkan lewat pintu pemasukan. Reaksi kimia terjadi
serupa dengan di atas.

2. Proses Acid Open-Hearth

Proses acid open-hearth membutuhkan bahan isian berkualitas lebih baik dengan kadar Phospor
P < 0,03% dan kadar Sulphur S < 0,03%. Proses ini biasanya memakai bahan isian padat dengan
30 - 50 % berat baja bekas. Kandungan Silicon dipertahankan < 0,6%, kandungan Silicon ini
perlu dipertahankan dalam kadar yang rendah sebab pada akhir periode pemanasan, kandungan
Silicon akan naik.
Pada proses ini, biji besi tidak boleh ditambahkan pada bahan isian, dimana hal itu dapat
menimbulkan reaksi dengan Silica pada bagian tungku berupa 2FeO.SiO2. Setelah pengisian dan
pemanasan, besi, Silicon dan Mn dioksidasi dan bersatu dengan bahan tambah dan membentuk
terak pertama (+ 40% SiO2).

3. Efisiensi Ekonomis Operasi Open-Hearth Furnace

Faktor-faktor ekonomis yang utama pada operasi Open-hearth furnace adalah :

Pemakaian bahan bakar setiap ton berat baja yang dihasilkan. Produksi baja dalam ton berat,
setiap m2 luas tungku dalam tiap 24 jam. Pemakaian bahan bakar setiap berat baja cair
tergantung pada banyak faktor, antara lain :

a. Komposisi bahan isian (charge)


b. Thermal capacity dari dapur.

Pada prakteknya diperlukan panas 700 - 1400 Kcal untuk setiap kg baja. Untuk keperluan ini
biasa digunakan bahan bakar + 10 -25 % dari berat baja yang dihasilkan. Untuk bahan isian cair
akan memerlukan bahan bakar yang sedikit dibandingkan dengan bila bahan isian padat.
Produksi baja dalam ton tiap m2 luasan tungku dihitung berdasarkan produksi out put dapur
dalam ton berat dibagi luasan tungku Q/m2.

Cara untuk menaikkan efisiensi ekonomis adalah dengan cara menggunakan udara yang banyak
mengandung Oksigen untuk membakar bahan bakar. Dengan cara ini, temperatur nyala api
(flame) dapat naik sehingga radiasi dari nyala api dapat bertambah dan pembakaran dapat lebih
sempurna.

Dengan penambah Oksigen ini akan dapat pula mengurangi kadar Carbon ( C ) dalam baja.
Dengan cara ini produksi dapat naik + 25 - 30 %. Dengan memakai Auotmatic control, akan
menaikan efisiensi bb (5%); output (8%); umur lapisan dalam (9%

Besi dan tembaga termasuk logam transisi yang sangat luas penggunaannya di industri.
Keberadaannya di alam dalam bentuk senyawanya sehingga untuk memperoleh kedua logam
tersebut, diperlukan proses ekstraksi. Simak penjelasannya berikut ini:
Proses Ekstraksi Besi

Besi diekstraksi dari bijih besi yang mengandung senyawa besi seperti hematit

(Fe2O3), limonit (2Fe2O3 3H2O), magnetit (Fe3O4), dan siderit (FeCO3). Proses ekstraksi dilakukan
dalam tungku yang disebut tanur tiup (blast furnace) dengan menggunakan metode reduksi.
Simak proses ekstraksinya berikut ini. Berikut tahapan ekstraksi Fe dari bijih besi:

Bijih besi, batu kapur (CaCO3), dan kokas (C) dimasukkan dari bagian atas tanur.

Kemudian, udara panas ditiupkan ke bagian bawah tungku agar C bereaksi dengan OZ
membentuk

CO2.

C(s) +O2(S) CO2(S)


Gas CO2 yang terbentuk selanjutnya akan bergerak ke atas dar lebih lanjut dengan C untuk
membentuk CO. Reaksi ini bersifi endotermik, sehingga terjadi sedikit penurunan suhu proses.

CO2(g) + C(s) 2CO(S)

Produk reaksi yakni gas CO kemudian bergerak naik dan mulai mereduksi senyawa-senyawa
besi pada bijih besi.

3Fe2O3(5) + CO(g) 4 2Fe3O4(s) + CO2(g)

Fe3O4(s) + CO(g) 3FeO(6) + CO2(g)

FeO(s) + CO(g) Fe(s) + CO2(g)

Reaksi keseluruhannya dapat ditulis sebagai berikut:

Fe2O3(s) + 3CO(s) 2Fe(l) + 3CO2(g)

Fe yang terbentuk akan mengalir dan berkumpul di bawah. Karena suhu di bawah tinggi sekitar 2
000C, Fe akan berada dalam bentuk lelehannya.

Sementara itu, CaCO3 dalam tanur akan terurai menjadi CaO.

CaCO3(s)> CaO(s) + CO2(g)

CaO yang terbentuk akan bereaksi dengan pengotor yang bersifat asam yang ada dalam
bijih besi, seperti pasir silika. Reaksi ini menghasilkan senyawa dengan titik didih rendah
yang disebut terak (slag).

CaO(S) + SiO2(s) CaSiO3(l)

Lelehan terak kemudian akan mengalir ke bagian bawah tanur. Karena kerapatan lelehan
terak yang lebih rendah dibandingkan lelehan besi, maka lelehan terak berada di atas
lelehan besi sehingga keduanya dapat dikeluarkan secara terpisah. (Secara tidak
langsung, lelehan terak ini melindungi lelehan besi dari teroksidasi kembali)

Besi yang terbentuk di dalam tanur tiup masih mengandung pengotor dan bersifat cukup rapuh.
Besi ini disebut juga besi gubal (pig iron). Besi gubal mengandung sekitar 3 4% C, 2% Si, dan
sejumlah pengotor lain seperti P dan S. Besi gubal dapat dicetak langsung menjadi besi tuang
(cast iron) atau diproses lebih lanjut menjadi baja, tergantung dari aplikasinya
Pembuatan Baja

Pembuatan Tahapan proses adalah sebagai berikut.

-Sekitar 70% lelehan besi gubal dari tanur tiup dan 30% besi/baja bekas dimasukkan ke dalam
tungku, bersama dengan batu kapur (CaCO3).

Selanjutnya, O2 murni dilewatkan melalui campuran lelehan logam. O2 akan bereaksi dengan
karbon (C) di dalam besi dan juga zat pengotor lainnya seperti Si dan P, dan membentuk
senyawa-senyawa oksida. Senyawa-senyawa oksida ini kemudian direaksikan dengan CaO, yang
berasal dari peruraian batu kapur (CaCO3), membentuk terak, seperti CaSiO3 dan Ca3(PO4)2.
Kandungan C pada baja yang dihasilkan bervariasi dari ~0,2% sampai 1,5%. Berdasarkan kadar
C ini, kita mengenal tiga macam baja seperti yang ditunjukkan tabel berikut.
Proses duplex adalah proses yang menggunakan kombiansi dari dua macam cara/metode
pembuatan baja yang dapat berupa :

Proses Open-Hearth furnace secara asam dan basa.

Proses Open-Hearth secara basa dan electric furnace secara basa.

Proses Bessemer converter dan Open-Herath furnace secara basa.

Dengan proses duplex ini, kejelekan-kejelekan dari masing-masing proses dapat dikurangi,
misalnya : baja hasil proses Bessemer dapat dikurangi unsur-unsur yang kurang baik terhadap
sifat-sifat baja yaitu S dan P dan berlebihan N sehingga hasil dari proses duplex akan didapatkan
kualitas yang baik.

Cara kerjanya :

(a) Proses open-hearth furnace secara basa dan asam.

Mula-mula bahan isian diproses pada open-hearth secara basa, kemudian baja cair dari proses
open-hearth secara basa diproses lagi pada open-hearth furnace secara asam sampai selesai,
barulah baja yang dihasilkan dituang.

(b) Proses open-hearth furnace secara basa dan electric furnace secara basa.

Mula-mula bahan isian diproses dahulu dalam open-hearth secara basa kemudian baja cair hasil
proses open-hearth secara basa diproses lagi dalam electric furnace basa sampai selesai.

(c) Proses Bessemer Converter dan Open-Hearth furnace secara basa.

Mula-mula bahan isian diproses dalam Bessemer Converter dan hasil Bessemer Converter ini
diproses lagi dalam Open-Hearth furnace secara basa sampai selesai.
PROSES PEMBUATAN BAJA DENGAN OPEN HEATH FURNACE
Pada proses Open-Hearth digunakan campuran besi mentah (pig iron) padat atau cair dengan
baja bekas (steel scrap) sebagai bahan isian (charge). Pada proses ini temperatur yang dihasilkan
oleh nyala api dapat mencapai 1800oC. Bahan bakar (fuel) dan udara sebelum dimasukkan ke
dalam dapur terlebih dahulu dipanaskan dalam Cheekerwork dari renegarator.

Proses pembuatan baja dengan cara Open-Hearth ini meliputi 3 periode yaitu :
a. Periode memasukkan dan mencairkan bahan isian.
b. Periode mendidihkan cairan logam isian.
c. Periode membersihkan/memurnikan (refining) dan deoksidasi
d. Bahan bakar yang dipakai adalah: campuran blast furnace gas dan cokes oven gas.
Bahan isian : besi mentah dan baja bekas beserta bahan tambah ditaruh dalam heart lewat puntu
pengisian.
- See more at:

Proses pembuatan baja dengan cara Open-Hearth furnace ini dapat dalam keadaan basa atau
asam (basic or acid open-hearth). Pada basic open-hearth furnace, dinding bagaian dalam dapur
dilapisi dengan magnesite brick. Bagian bawah untuk tempat logam cair dan terak dari bahan
magnesite brick atau dolomite harus diganti setiap kali peleburan selesai. Terak basa yang
dihasilkan + 40 - 50 % CaO.

Pada acid open-hearth furnace, dinding bagian dalam dapur dilapisi dengan dinas-brick. Bagian
bawah dinding dapur harus diganti setiap kali peleburan selesai. Terak yang dihasilkan
mengandung silica yang cukup tinggi yaitu 50 - 55 % SiO2. Pada proses basic ataupun acid
dapat menggunakan bahan isian padat ataupun cair.

Proses yang menggunakan isian padat biasa disebut Scarp and pig process yaitu proses yang
isian padatnya terdiri dari besi mentah (pig iron), baja bekas (Scrap steel) dan sedikit bijih besi
(iron ore). Proses yang mengggunakan besi mentah cair terdiri dari besi mentah cari + 60 % dan
baja bekas kira-kira 40 % dan sedikit bijih besi dan bahan tambah. Cara ini biasa dikerjakan pada
perusahaan dapur tinggi (blast furnace) dimana besi mentah cair dari dapur tinggi tersebut
langsung diproses pada open-hearth furnace.

Proses Basic Open-Hearth

Pada proses basic open-hearth ini, mula-mula ke dalam dapur dimasukkan baja bekas (scarap
steel) yang ringan kemudian baja bekas yang berat. Setelah itu ditambahkan bahan tambah (batu
kapaur) dan bijih besi yang diperlukan untuk membentuk terak pertama.

Pada akhir proses peleburan, sebagian Phospor (P) yang terdapat dalam besi mentah akan
berubah menjadi terak

Untuk menjaga agar terak tidak masuk/berekasi kembali dengan logam cair, maka kira-kira 40%
- 50% terak tersebut lekas dikeluarkan dan juga perlu ditambahkan batu kapur untuk membentuk
terak yang baru. Sebagian Sulfur (S) dapat dikeluarkan dari logam dengan reaksi :

Reaksi ini diikuti dengan kenaikan temperatur yang tinggi dan terak CaS yang terjadi berupa
terak basa.

Macam-macam baja paduan dapat dihasilkan dalam open-hearth furncae, yaitu dengan
menambahkan bahan paduan yang dikehendaki seperti : tembaga, chrome, nikel dan sebagainya.
Untuk deoxidasi terakhir, biasanya dengan menambahkan Alumunium ke dalam kowi tempat
menampung/mengetap baja cair yang dihasilkan agar kadar silicon dapat dibatasi. Pertama-tama
baja bekas dan batu kapur dimasukkan ke dalam dapur. Kemudian dipanaskan sampai temperatur
yang cukup, lalu bahan isian cair dimasukkan lewat pintu pemasukan. Reaksi kimia terjadi
serupa dengan di atas.

Proses Acid Open-Hearth

Proses acid open-hearth membutuhkan bahan isian berkualitas lebih baik dengan kadar Phospor
P < 0,03% dan kadar Sulphur S < 0,03%. Proses ini biasanya memakai bahan isian padat dengan
30 - 50 % berat baja bekas. Kandungan Silicon dipertahankan < 0,6%, kandungan Silicon ini
perlu dipertahankan dalam kadar yang rendah sebab pada akhir periode pemanasan, kandungan
Silicon akan naik.
Pada proses ini, biji besi tidak boleh ditambahkan pada bahan isian, dimana hal itu dapat
menimbulkan reaksi dengan Silica pada bagian tungku berupa 2FeO.SiO2. Setelah pengisian dan
pemanasan, besi, Silicon dan Mn dioksidasi dan bersatu dengan bahan tambah dan membentuk
terak pertama (+ 40% SiO2).

Efisiensi Ekonomis Operasi Open-Hearth Furnace

Faktor-faktor ekonomis yang utama pada operasi Open-hearth furnace adalah :

Pemakaian bahan bakar setiap ton berat baja yang dihasilkan. Produksi baja dalam ton berat,
setiap m2 luas tungku dalam tiap 24 jam. Pemakaian bahan bakar setiap berat baja cair
tergantung pada banyak faktor, antara lain :

a. Komposisi bahan isian (charge)


b. Thermal capacity dari dapur.

Pada prakteknya diperlukan panas 700 - 1400 Kcal untuk setiap kg baja. Untuk keperluan ini
biasa digunakan bahan bakar + 10 -25 % dari berat baja yang dihasilkan. Untuk bahan isian cair
akan memerlukan bahan bakar yang sedikit dibandingkan dengan bila bahan isian padat.
Produksi baja dalam ton tiap m2 luasan tungku dihitung berdasarkan produksi out put dapur
dalam ton berat dibagi luasan tungku Q/m2.

Cara untuk menaikkan efisiensi ekonomis adalah dengan cara menggunakan udara yang banyak
mengandung Oksigen untuk membakar bahan bakar. Dengan cara ini, temperatur nyala api
(flame) dapat naik sehingga radiasi dari nyala api dapat bertambah dan pembakaran dapat lebih
sempurna.

Dengan penambah Oksigen ini akan dapat pula mengurangi kadar Carbon ( C ) dalam baja.
Dengan cara ini produksi dapat naik + 25 - 30 %. Dengan memakai Auotmatic control, akan
menaikan efisiensi bb (5%); output (8%); umur lapisan dalam (9%). - See more at:

Anda mungkin juga menyukai