Anda di halaman 1dari 41

PENGUJIAN TEGANGAN TINGGI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Tujuan Umum

Sehubungan dengan selesainya praktikum Pengujian Tegangan Tinggi yang


dilaksaakan pada Laboratorium Transmisi dan Tegangan Tinggi Jurusan Elektro Fakultas
Teknik Universitas Muslim indonesia. Maka salah satu kewajiaban dari mahasiswa yang
telah mengikuti praktikum tersebut untuk membuat laporan hasil praktikum dengan
tujuan sebagai berikut :

- Untuk mengetahui tingkat ketahanan udara sebagai isolasi melalui mengujian tegangan dengan
menggunakan berbagai elektroda.

1.2.Teori Umum

Yang dimaksud dengan tegangan tinggi dalam dunia teknik tenaga listrik (elektrik
power engineering) adalah semua tegangan yang dianggap cukup tinggi oleh kaum teknisi
listrik sehingga diperlukan pengujian dan pengukuran tegangan tinggi yang semuanya
bersifat khusus dan memerlukan teknik-teknik tertentu (sujektif), atau dmana gejala-
gejala tegangan tinggi mulai terjadi (objektif). Batas yang menyatakan kapan suatu
tegangan dapat dikatakan tinggi H.V (high Voltage), dan kapan sudah ahrus dsebut tinggi
sekali E.H.V (Extra High Voltage) serta Ultra tinggi U.H.V (Ultra High Voltage).
Tegangan ini berbeda-beda untuk setiap negara atau perusahaan tenaga listrik dinegara-
negara tersebut, dan biasanya tergantung kepada kemajuan tekniknya masing-masinng.
Salah satu faktor yang menentukan ialah tingginya tegangan transmisi yang dipakai.
Sebagi mana diketahui, ini tegantung kepada besarnya tenaga yang harus disalurkan dari
pusat-pusat listrik kepusat beban (load centres) dan jarak yang harus ditempuh untuk
memindahkan tenaga tersebut secara ekonomis. Dinegara negara yang sudah maju H.V.
dianggap mulai pada tegangan 20-30 kV, E.H.V pada tegangan 220 kV, sedangkan U.H.V
pada tegangan 765 kV. Tentu saja harga-harga tersebut dapat berubah menurut keadaan
setempat dan kemajuan kemajuan yang tercapai.

Besarnya tegangan pengujian yang harus diterapkan pada pengujian tegangan tinggi
tergantung pada tegangan nominal alat lisrik yang diuji pada standar yang berlaku.
Tegangan tinggi yang diterapkan atau yang dialami oleh sistem tenaga dapat berupa :

Tegangan biasa (nominal) yaitu tegangan yang seharusnya dapat ditahan oleh
sistem tersebut untuk waktu yang tak terhingga.

Tegagan lebih (Over Voltage) yang hanya dapat ditahan untuk waktu terbatas.
Pada pengujian tegangan tinggi tersebut terdapat pengujian yang bersifat merusak dan
tidak merusak alat yang diuji, pengujian ang sifatnya merusak pada umumnya terdiri
dari tahap yang tegantung pada tingkat tegangan.

PENGUJIAN TEGANGAN TINGGI

Dikelompokkan kedalam :

a. Pengujian sifat-sifat dielektrik temuan baru.

b. Pengujian untuk memeriksa kualitas isolasi peralatan listrik.

c. Mengetahui ketahanan isolasi peralatan dalam memikul tegangan lebih yang terjadi

JENIS-JENIS PENGUJIAN

Pengujian tidak merusak meliputi :

Pengukuran tahanan isolasi

Pengukuran faktor rugi-rugi dielektrik

Pengukuran korona

Pengukuran konduktivitas

Pemetaan medan elektrik, dsb

Pengujian bersifat merusak meliputi :


Pengujian ketahanan (Withstand Test)
Pengujian Peluahan (Discharge Test)
Pengujian Kegagalan (Breakdown Test)

- Pengujian ketahanan (Withstand Test) : tegangan diberikan pada benda uji bertahap sampai
suatu nilai diatas tegangan normalnya. Kemudian tegangan dipertahankan tetap dalam waktu
terbatas, jika isolasi peralatan tidak tahan memikul tegangan lebih tersebut,akan terjadi arus
bocor yang besar.

- Pengujian Peluahan (Discharge Test) : mengukur tegangan yang membuat terjadinya peluahan
pada benda uji. tegangan uji diberikan diatas tegangan pengujian ketahanan dan dinaikkan
secara bertahap sampai terjadi peluahan, hasil pengukuran dinyatakan dalam keadaan standar.

- Pengujian kegagalan (Breakdown Test) : mengukur tegangan tembus benda uji, tegangan ini
lebih tinggi dari tegangan peluahan dan dinaikkan secara bertahap sampai benda uji tembus
listrik.

- Pengujian Tembus listrik dielektrik padat :


- Tergantung durasi tegangan yang dipikul oleh dielektrik tersebut,sehingga tegangan tembusnya
tergantung waktu pengujian. Dikenal tiga metode pengujian berdasarkan ASTM D-149 yaitu :

- Pengujian waktu singkat (short time test) : kenaikan tegangan tertentu dilakukan untuk waktu 10
20s.

- Pengujian bertegangan (step by step test) : tegangan awal dipilih 50% nilai taksiran tegangan
tembus, dengan waktu tertentu secara bertahap tegangan dinaikkan sampai terjadi tembus.

- Pengujian dengan kenaikan tegangan perlahan (slow rate of rise test) : hasil uji awal diperoleh
dari uji singkat, lalu tegangan dinaikkan perlahan hingga terjadi tembus listrik dengan syarat
waktu tembus harus lebih dari 120s

Evaluasi hasil pengujian :

Setelah diadakan pengujian, beberapa prosedur yang dilakukan terkait hasil pengujian
adalah :

1. Catat temperatur, tekanan, kelembabam tempat pengujian.

2. Hitung faktor koreksi

3. Catat hasil pengukuran tegangan pengujian.

4. Hitung hasil pengujian dengan menggunakan faktor koreksi (Vs)

5. Lihat hasil yang diharapkan pada keadaan standar sesuai spesifikasi peralatan,
misal hasilnya Vss.

6. Bila Vs Vss maka peralatan dinyatakan lulus uji.

7. Bila Vs <>

1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Adapun tempat pelaksanaan praktikum pengujian tegangan tinggi adalah pada Laboratorium
Transmisi Dan Tegangan Tinggi Dengan Waktu Pelaksanaan 14 desember 2010.

BAB II

TEORI DASAR

Kegagalan - kegagalan alat-alat listrik pada waktu sedang dipakai disebabkan karena
kegagalan isolasinya dalam menjalankan fungsinya sebagai isolator tegangan
tinggi. Kegagalan isolasi (insulation break down, insulation failure) ini disebabkan karena
beberapa hal antara lain isolasi tersebut sudah dipakai untuk waktu yang lama, kerusakan
mekanis, berkurangnya kekuatan dielektrik, dan karena isolasi tersebut dikenakan tegangan
lebih.

Pengujian tegangan tinggi dimaksudkan untuk :

a. Menemukan bahan (di dalam atau yang menjadi komponen suatu alat tegangan tinggi)
yang kwalitasnya tidak baik atau yang cara membuatnya salah.
b. Memberikan jaminan bahwa alat-alat listrik dapat dipakai pada tegangan normalnya
untuk waktu yang tak terbatas.
c. Memberikan jaminan bahwa isolasi alat-alat listrik dapat tahan terhadap tegangan lebih
(yang didapati dalam praktek operasi sehari-hari) untuk waktu terbatas.

Pengujian tegangan tinggi meliputi :

pengujian dengan tegangan tinggi ac

pengujian dengan tegangan tinggi dc

pengujian dengan tegangan tinggi impuls

II.1 Persoalan-persoalan Tegangan Tinggi

Persoalan-persoalan dalam teknik tegangan tinggi merupakan persoalan yang


menyangkut segala hal yang ditimbulkan oleh adanya tegangan tinggi atau oleh adanya
perubahan dari tegangan yang relatif rendah ke tegangan tinggi dan persoalan-persoalan
teknis yang timbul karena adanya tegangan tinggi tersebut.Persoalannya cukup luas
sehingga kadang-kadang sukar diketahui batasnya dimana persoalan transmisi berhenti
dan persoalan teknik tegangan tinggi mulai atau sebaliknya. Karena luasnya persoalan
tegangan tinggi ini maka persoalan dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :

Medan Listrik dan kekuatan listrik, dengan semakin tingginya tegangan yang
dipakai, maka bahan isolasi semakin sulit untuk dibuat, isolasi dapat tembus dan
membuat peralatan rusak atau harus diperbaiki. Medan listrik E perlu diperhatikan
karena akibat medan listrik E ini partikel media isolasi mendapat energi ekstra (kinetic
energy) dan kalau energi ini cukup besar maka bahan isolasi menjadi rusak dan
menghantarkan arus listrik. Kekuatan listrik suatu bahan bisa dianggap sebagai batas
dimana bahan bila dikenai tegangan yang lebih dari itu akan rusak. Kelihatannya ini
tidak menimbulkan masalah tetapi kekuatan listrik ini untuk tegangan tinggi dipengaruhi
oleh tekanan, suhu, kuat medan, bentuk tegangan, adanya ketidak murnian dalam isolasi
(impuirities), gelembung udara dan lain-lain faktor, untuk mengetahui parameter atau
faktor-faktor inilah kita perlu mempelajari bagaimana proses breakdown atau tembus
suatu media isolasi.

Untuk mentest peralatan tegangan tinggi diperlukan peralatan-peralatan dan


teknik yang khusus.Perlu dipelajari bagaimana mensimulasikan keadaan yang
sebenarnya, misalnya akibat petir atau tegangan surja hubung (switching
surge).Pengujian tegangan tinggi meliputi tegangan AC, DC dan impulse yaitu untuk
surja hubung dan petir.

Masalah yang lain adalah koordinasi isolasi. Tegangan lebih tidak dapat
dihindarkan untuk ini perlu ada pengaman-pengaman dan juga koordinasi peralatan
(isolasi) sehingga peralatan yang ada tidak rusak akibat pulsa-pulsa tegangan lebih
(impuls).

Timbul juga gangguan-gangguan pada keadaan di sekitar transmisi tegangan


tinggi misalnya gangguan radio (radio interference) dan suara yang berisik.

Desain dari peralatan-peralatan tegangan tinggi harus diperhatikan agar tidak


terjadi medan listrik yang terlalu besar sehingga media isolasi tidak sanggup untuk
menahannya, Instrumentasi atau alat ukur. Ini juga dapat membuat masalah tersendiri
karena harus cukup aman dan cukup cermat.

II.2. Dasar-dasar Pengujian Tegangan Tinggi

Pengujian pada peralatan tegangan tinggi dapat bersifat merusak (destructive)


maupun tidak merusak (non destructive).Pengujian yang sifatnya merusak, misalnya,
pengukuran tahanan isolasi, pengukuran faktor daya dielektrik (dielectric power factor),
pengukuran korona, dan sebagainya. Pengujian yang sifatnya merusak umumnya terdiri
dari tiga tahap yang bergantung kepada tingkat tegangan, seperti gambar dibawah:
Gambar 1. Pengujian dengan Tegangan Tinggi pada Benda Uji

Keterangan: 1 = Pengujian Ketahanan pada tegangan VW selama t menit

2 = Pengujian Lompatan dengan tegangan lompatan VF

3 = Pengujian Kegagalan dengan tegangan gagal VB

Pengujian ketahanan (withstand test) : tegangan tertentu diterapkan selama waktu yang
ditentukan, bila tidak terjadi lompatan (spark over), maka pengujian memuaskan.

Pengujian pelepasan (discharge test) : tegangan dinaikkan sehingga terjadi pelepasan pada
benda yang diuji. Pengujian dilakukan dalam suasana kering dan suasana basah.

Pengujian kegagalan (breakdown test) : tegangan dinaikkan sampai terjadi kegagalan pada
benda uji.

II.3. Pengujian dengan Tegangan Tinggi Arus Bolak-Balik

Adapun pokok-pokok pengujian tegangan tinggi ac pada peralatan tegangan


tinggi meliputi :

Pengujian Ketahanan dalam udara

Pengujian Ketahanan dalam minyak atau air

Pengujian ketahanan untuk tiap isolator


Pengujian lompatan (bunga api) dalam suasana kering

Pengujian lompatan (bunga api) dalam suasana basah (humidity tinggi)

Pengujian tembus atau breakdown

II.4. Pengujian Ketahanan dalam Udara

Pengujian ketahanan dalam udara diterapkan selama dua menit, dan spesimen
diperiksa apakah terjadi kerusakan atau hal yang abnormal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengujian yang benar-benar perlu diperhatikan


adalah :

1. Tekanan udara.

2. Suhu (udara kering atau basah).

3. Kelembaban udara.

II.4.1 Faktor Koreksi Keadaan Udara

Berdasarkan standard IEC Recomendation, Publication 52 dinyatakan bahwa


untuk standard sela bola tertentu berlaku suatu tegangan lompatan api tertentu. Dan
berdasarkan Japanese Industrial Standard (JIS) C-3801 dan Japanese Electrotechnical
Committe, (JEC) standard 106, dinyatakan bahwa :

- Tekanan barometer ............................. 760 mm Hg / (1013 mbar)

- Suhu sekeliling ............................. 20 C

- Kelembaban mutlak ............................. 11 gram / m3

Mengingat pengujian dilakukan pada kondisi suhu, tekanan udara dan


kelembaban udara di ruangan yang berbeda-beda dengan standard tersebut di atas,
maka untuk dapat membandingkan hasil-hasil pengujian dengan tabel-tabel normalisasi
yang ada, diperlukan rumus-rumus yang dapat mengubah hasil-hasil tersebut dalam
keadaan standard. Hal ini diperlukan untuk dapat mengetahui apakah spesimen yang
akan diuji memenuhi syarat atau tidak.

II.4.2. Koreksi terhadap Tekanan Udara dan Suhu

Hasil pengujian tersebut harus dikoreksi terhadap keadaan standard, dengan rumus:

VS = VB / d (1)

di mana : VS = tegangan loncatan api pada keadaan standard

VB = tegangan loncatan api yang diukur pada keadaan setempat

d = kepadatan udara relatif (relative air density)

= (bB /760)[(270 + 20) / (273 + tB)]

= 0,386 bB/(273 + tB)

Sedangkan, bB adalah tekanan udara pada waktu pengujian (mmHg) dan t B adalah suhu
sekeliling pengujian (C)

II.4.3. Koreksi terhadap Kelembaban Udara Mutlak

Hasil pengujian dikoreksi dengan menggunakan rumus empiris sebagai berikut :

VS = VB kH (2)
di mana :

kH = faktor koreksi kelembaban dicari dari gambar 2.

Gambar 2. Grafik kh terhadap Kelembaban Mutlak

Lengkung A, B, C, D, E, dan F didasarkan pada pengalaman di Jepang, sedangkan


lengkung G dan H adalah lengkung faktor koreksi menurut International
Electrotechnical Commission.Kelembaban udara mutlak didapat sebagai fungsi dari
temperatur basah dan kering sebuah higrometer, seperti tertera pada gambar 3.
Gambar 3. Grafik Kelembaban Mutlak terhadap Suhu Kering

Apabila persamaan (1) dan (2) digabung, maka didapat rumus koreksi untuk
mendapatkan keadaan atmosfer standar.

VS = VB kH/d (3)

Oleh karena sifatnya yang empiris maka faktor koreksi k H tidak dapat dianggap tepat
dan tidak selalu dapat dipakai.Karena itu, biasanya hanya persamaan (B.1) yang
dipakai, dengan keterangan tambahan harga kelembaban udara pada waktu pengujian.
Dengan demikian hasil pengujian dapat diubah pada keadaan standar menjadi :

VS = VB kH hB=Xgram/m3 (4)

II.5. Pengujian Ketahanan dalam Minyak atau Air

Pengujian Ketahanan dalam Minyak

Untuk pengujian ketahanan dalam minyak harus dipastikan bahwa minyak yang
dipakai mempunyai ketahanan lebih dari 20 kV bila dipakai sela standar. tegangan
dinaikkan secara bebas sampai kira-kira 75 % dari tegangan yang ditentukan, lalu
dinaikkan sampai tegangan 100 % dari tegangan ketahanan tersebut dengan kecepatan
1 kV/detik bila tegangan tersebut besarnya 100 kV atau kurang, atau kira-kira 1
% dari tegangan ketahanan perdetik untuk tegangan lebih dari 100 kV. tegangan
tesebut diterapkan selama satu menit, dan spesimen diperiksa kembali.

Gambar 4. Grafik Tegangan Gagal dalam Minyak sebagai Fungsi Waktu

II.6. Pengujian Ketahanan dalam Suasana Basah

Pengujian suasana basah dimaksudkan untuk menirukan keadaan udara pada


waktu hujan, salju dan sebagainya.Oleh karena air hujan menghantarkan listrik maka
tegangan pelepasan dari alat-alat listrik yang dipasang di luar menjadi berkurang pada
waktu alat-alat tersebut basah karena hujan.Alat pengujian basah mempunyai kontruksi
khusus dengan pipa-pipa mendatar yang diberi lubang-lubang (nozzles) guna
memancarkan air yang digerakkan oleh sebuah pompa. Lubang-lubang itu dapat diatur
besarnya sehingga kwantitas air yang disiramkan pada benda yang akan diuji tertentu.
Rangkaian pipa mendatar dapat digerakkan menurut sebuah busur sehingga sudut
penyiramannya () dapat diatur pula. Tegangan lompatan api basah dipengaruhi oleh
sejumlah penyiraman permenit, resistivitas air dan sudut penyiraman. Menurut standar
jepang kwantitas air penyiraman standar adalah 3 mm/menit, resistivitas standar 10000
ohm.cm dan sudut penyiraman standar 450terhadap garis tegak, dengan ketentuan
bahwa penyiramannya merata. Harga-harga standar tersebut ditentukan menurut
keadaan udara, terutama keadaan hujan setempat. Oleh karena letaknya di daerah
tropis, kwalitas penyiraman standar untuk indonesia seharusnya lebih besar, tetapi
karena data yang representatif belum ada, maka untuk sementara standar dari Jepang
akan dipakai sebagai pegangan.

Sudut penyiramannya dapat diperiksa dengan 2 buah tabung gelas yang terkena
siraman. Bila kedua tabung itu setiap saat berisi air dalam jumlah yang sama, maka
sudutnya benar 450. Berdasarkan standar Jepang tersebut, untuk air yang mempunyai
resistivitas lain dipakai faktor koreksi.

(5)

Dimana adalah resistivitas dalam ohm.cm

II.7. Ketahanan Lapisan

Tujuan untuk mengetahui ketahanan isolasi yang mempunyai dua atau lebih
lapisan. Cara pengujian tiap lapisan adalah, pada tiap lapisan diterapkan 90% tegangan
lompatan api yang berupa tegangan AC selama dua menit. Hasil Pengujian adalah bila
tegangan yang diterapkan melampaui ketahanan isolasi maka akanterjadi kerusakan
pada isolasi.
Gambar 5. Pengujian tiap Lapisan Isolator

II.8. Pengujian Lompatan Api Kering

Tegangan lompatan api dari sebuah isolator sangat dipengaruhi oleh bentuk
elektroda dan benda yang ada disekelilingnya. Oleh sebab itu pada waktu pengujian
elektroda dan benda yang mengelilinginya harus diatur sedemikian rupa sehingga
keadaan yang sebenarnya ditirukan.

Tegangan pengujian dinaikkan secara bebas sampai harga 75 % dari tegangan


lompatan api yang diharapkan, sesudah itu tegangan dinaikkan sampai lompatan api
terjadi dengan kecepatan 1000 volt perdetik Tegangan lompatan didefinisikan sebagai
harga rata-rata dari lima harga lompatan yang diukur dengan batas antara 15detik
sampai 5 menit. Rumus koreksi harus digunakan.
II.9. Pengujian Lompatan Api Basah

Cara pengujian sama dengan pengujian kering. penyiraman air dilakukan


dengan cara standar, seperti telah diterangkan di atas.

Tujuan dari pengujian lompatan api basah adalah untuk mengetahui tegangan
tembus isolator dalam keadaan hujan. Sedangkan cara pengujian adalah isolator diberi
tegangan uji yang berupa tegangan AC. Tegangan pengujian dapat dinaikkan secara
bebas sampai mencapai harga 75% dari tegangan lompatan api yang
diharapkan;sesudah itu tegangan dinaikkan sampai lompatan api terjadi dengan
kecepatan 1000 volt per detik. Pada waktu dilakukan pengujian dilakukan penyiraman
pada isolator secara standar sehingga mewakili kondisi hujan.Hasil Pengujian adalah
terjadinya lompatan listrik pada saat tegangan tertentu.

II.10. Pengujian Tembus


Tegan

gan dinaikkan sampai tegangan lompatan standar dalam keadaan kering secara bebas,
lalu dinaikkan sampai terjadi penembusan (puncture) dengan kecepatan 4 kV/detik.
Tegangan tembus sangat dipengaruhi oleh kecepatan menaikkan tegangan.

Gambar 6. Grafik Tegangan Gagal sebagai Fungsi Kecepatan

II.11. Pengujian dengan Tegangan Tinggi Arus Searah

Pengujiaan dengan menggunakan tegangan tinggi arus searah adalah untuk


mengetahui perbandingan antara penggunaan tegangan tinggi ac dan dc akibat adanya
efek mengulit pada tegangan arus bolak-balik.Karena itu, pengujian dengan
menggunakan tegangan tinggi dc harus menghasilkan tegangan ketahanan, tegangan
pelepasan dan tegangan kegagalan yang lebih tinggi dibanding tegangan tinggi ac.

II.12. Pengujian dengan Tegangan Tinggi Impuls

Untuk mensimulasi tegangan lebih akibat pengaruh luar, maka digunakan


tegangan impuls. Tegangan akibat pelepasan muatan oleh petir atau akibat surja hubung
ini mempunyai bentuk gelombang aperiodik yang diredam (damped aperiodic) seperti
pada waktu pelepasan muatan sebuah kapasitor melalui sebuah tahanan induktif. pada
tempat yang terkena petir, gelombang berekor pendek dan bermuka curam. Selama
gelombang ini berjalan melewati transmisi, bentuknya berubah (muka menjadi kurang
curam, ekor bertambah panjang dan amplitudo berkurang), oleh karena pengaruh
penghantaran dalam tanah dan efek kulit dari kawat.

Besarnya tegangan impuls yang harus diterapkan pada peralatan uji untuk uji
ketahanan terhadap petir ditetapkan standar. Hal ini tergantung pada tempatnya dalam
sirkuit, makin dekat ke sumber petir, maka makin besar kemungkinan kena petir,
maka makin tinggi tegangan yang diterapkan.

Adapun bentuk tegangan impuls yang digunakan untuk pengetesan mempunyai


ukuran standar, yang melambangkan ukuran waktu muka gelombang dan waktu ekor
gelombang, seperti 1,2 x 50 s, 1 x 50 s, 1,5 x 40 s. standar ukuran ini tergantung
dari negara ataupun komisi yang melakukan pengujian.

Sebagai contoh, untuk rekomendasi IEC, tegangan impuls yang digunakan adalah 1,2 x
50 s, sedangkan negara jerman dan Inggris adalah 1 x 50 s, negara Amerika
menstandarkan 1,5 x 40 s, serta Jepang 1 x 40s.

II.13. Gejala Korona Pada Sistem Tegangan Tinggi

Artikel kali ini akan menjelaskan mengenai gejala-gejala pada sistem tegangan
tinggi, diantaranya teori yang akan dibahas adalah gejala korona, pengaruh udara pada
korona, dan tegangan kritis korona.

II.13.1 Gejala Umum


Dengan semakin besarnya energi listrik yang disalurkan melalui kawat
transmisi, maka makin tinggi pula kerugiannya, Namun hal ini dapat diminimalkan
dengan menaikkan tegangan dari kawat tersebut, seperti telah dijelaskan pada artikel
tegangan transmisi dan rugi-rugi daya di sini. Akan tetapi dengan menaikkan tegangan
kerja transmisi, akan timbul pula faktor-faktor lain yang dahulunya belum kelihatan dan
masih diabaikan.

Adapun faktor-faktor itu diantaranya:

Adanya gejala korona yang semakin menonjol, yang berakibat adanya kerugian
energi dan gangguan RI (radio interference) yang sifatnya merugikan.

Dengan semakin tingginya tegangan maka timbul persoalan mengenai isolasi kawat, bentuk
tower dan mungkin prosedur pengoperasiannya yang berbeda.

Timbulnya masalah isolasi pada alat-alat yang menyebabkan perubahan konstruksi sehingga
perlu menyelidiki lebih lanjut mengenai bahan-bahan isolasi.

Semua hal tersebut diatas, mengakibatkan kenaikan investasi yang lebih tinggi
sehingga diperlukan penyelidikan, penyesuaian konstruksi, operasi dan lain-lain.
Sedangkan persoalan yang akan dibahas disini hanyalah masalah yang pertama, yaitu
timbulnya gejala korona.

II.13.2 Gejala Korona

Elektron yang bebas bergerak diudara umumnya berasal dari radiasi radio-aktif
yang terdapat di alam bebas dan juga dengan adanya sinar kosmik. Elektron-elektron
yang posisinya dekat dengan kawat trasnmisi dipengaruhi oleh adanya medan listrik
yang menuju atau menjauhi kawat tersebut.

Selama gerakannya ini, elektron yang melewati gradient medan listrik akan
bertubrukkan dengan molekul dari udara, yang kemudian terjadi ionisasi pada molekul
tersebut. Karena adanya ionisasi tersebut, maka akan terdapat ion positif dan elektron
yang bebas, yang akan akan mendorong terjadinya ionisasi lanjutan. Proses ini
berkelanjutan yang kemudian membentuk banjiran elektron (avalance).
Bilamana banjiran elektron ini melintasi dua kawat yang sejajar, maka ia akan
menyebabkan terjadinya perubahan pembagian gradient tegangan-tegangan dari udara
diantara kedua kawat tersebut dan penataan kembali dari gradient ini dapat menyebabkan
harga tegangannya melampaui kekuatan (tegangan breakdown) dari udara. Ini akan
menyebabkan terjadinya kegagalan dari sifat isolasi yang dimiliki oleh udara yang
terletak disekitarnya.

Bilamana penataan kembali ini hanya menyebabkan sebagian perubahan


potensial gradient dari udara, misalnya hanya daerah sekitar kawat saja yang mengalami
perubahan, maka perubahannya terbatas hanya pada satu kawat saja.
Oleh karena itu korona disifatkan sebagai:

Terjadinya suatu pelepasan muatan yang bermula pada permukaan dari suatu
kawat bila nilai medan listrik pada permukaan kawat itu melampaui nilai tertentu

Sedangkan nilai tertentu tersebut adalah harga medan listrik dimana pada saat itu
mulai terjadinya pelepasan muatan ke udara sekitarnya. Gejala ini dapat terjadi pada
segala macam kawat, tidak peduli seberapa besar diameter kawat tersebut, asalkan diberi
tegangan yang cukup tinggi. Didalam prakteknya, hal ini akan terjadi bila tegangan
antara kawat fasa melebihi 100 kV. Namun bisa saja pada tegangan dibawah itu dapat
terjadi,korona asalkan syarat-syarat untuk terjadinya korona sudah terpenuhi.

II.13.3. Pengaruh Udara Pada korona dan Tegangan Kritis Korona

Seperti telah dijelaskan di artikel sebelumnya di sini, bahwa proses ionisasi yang
terus-menerus dan berkelanjutan akan membentuk banjiran elektron. Maka pembentukan
banjiran elektron ini tergantung pada kecepatan mula dari elektron dan percepatannya
selama ia bergerak disepanjang jarak bebas antara dua tubrukkan. Ada gradient
permukaan yang terbentuk dimana korona ini akan terjadi. Tegangan yang dimiliki pada
gradient ini dinamakan permukaan tegangan korona atau secara tepat juga dinamakan
permulaan tegangan korona mulai kelihatan.

Nilai dari tegangan ini tergantung pada:

Keadaan atmosfer disekitarnya.


Keadaan dari permukaan kawat.

Bentuk susunan kawat.

II.13.4. Tegangan Kritis Bilamana Korona Mulai Kelihatan

Bilamana tegangan mencapai tegangan kritis maka korona ini belum kelihatan,
sebab untuk menjadi kelihatan, maka muatan yang terdapat diudara haruslah menerima
suatu energi tertentu, sebelum udara ini meneruskan ionisasinya yang disebabkan oleh
adanya tubrukan elektron dengan atom yang lain.
Dari persamaan itu terlihat bahwa tegangan kritis ini (tegangan kritis bilamana korona
mulai kelihatan) dari kawat transmisi nilainya dapat dinaikkan dengan cara:

Menaikkan jarak kedua kawat (D)

Memperbesar diameter kawat (r)

Dari kedua alternatif diatas, lebih baik dipilih memperbesar diameter (r), karena
dengan menaikkan nilai r, maka biaya untuk pembuatan tiang listrik dapat ditekan rendah
dan juga reaktansi dari sistem transmisi dapat dibuat rendah.

Oleh karena itu, supaya r besar maka dapat dipakai kawat yang stranded atau
bundle conductor. Didalam prakteknya penggunaan bundle conductor mungkin tidak
menguntungkan pada sistem dengan tegangan lebih rendah dari 220 kV. Tetapi dengan
sistem Tegangan Ekstra Tinggi, pengguna bundle conductor lebih menguntungkan.

Pada sistem tiga fasa, gradient tegangan dari setiap kawat tergantung dari susunan
kawat tersebut. Sebagai contoh untuk menghitung gradient tegangan dari system tiga fasa
adalah seperti berikut: misal setiap fasa terdiri dari satu kawat dan kawat disusun secara
mendatar.
Gambar 7. Gradient tegangan pada susunan kawat secara mendatar

II.14. Konduktor dan Kawat Tanah Pada Saluran Transmisi Udara

Konduktor adalah media untuk tempat mengalirkan arus listrik dari Pembangkit listrik

ke Gardu induk atau dari GI ke GI lainnya, yang terentang lewat tower-tower. Konduktor

pada tower tension dipegang oleh tension clamp, sedangkan pada tower suspension
dipegang oleh suspension clamp. Dibelakang clamp tersebut dipasang rencengan isolator

yang terhubung ke tower.

Sedangkan Kawat Tanah atau Earth wire (kawat petir / kawat tanah) adalah media

untuk melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini dipasang di atas kawat fasa

dengan sudut perlindungan yang sekecil mungkin, karena dianggap petir menyambar dari

atas kawat.

a. Bahan konduktor

Bahan konduktor yang dipergunakan untuk saluran energi listrik perlu memiliki

sifat sifat sebagai berikut :

1) konduktivitastinggi.

2) kekuatan tarik mekanikal tinggi

3) titik berat

4) biaya rendah

5) tidak mudah patah

Konduktor jenis Tembaga (BC : Bare copper) merupakan penghantar yang baik

karena memiliki konduktivitas tinggi dan kekuatan mekanikalnya cukup baik. Namun
karena harganya mahal maka konduktor jenis tembaga rawan pencurian.Aluminium

harganya lebih rendah dan lebih ringan namun konduktivitas dan kekuatan mekanikalnya

lebih rendah dibanding tembaga.

Pada umumnya SUTT maupun SUTET menggunakan ACSR (Almunium

Conductorn Steel Reinforced). Bagian dalam kawat berupa steel yang mempunyai kuat

mekanik tinggi, sedangkan bagian luarnya mempunyai konduktifitas tinggi. Karena sifat

electron lebih menyukai bagian luar kawat daripada bagian sebelah dalam kawat maka

ACSR cocok dipakai pada SUTT/SUTETI. Untuk daerah yang udaranya mengandung

kadar belerang tinggi dipakai jenis ACSR/AS, yaitu kawat steelnya dilapisi dengan

almunium.

Pada saluran transmisi yang perlu dinaikkan kapasitas penyalurannya namun

SUTT tersebut berada didaerah yang rawan longsor, maka dipasang konduktor jenis

TACSR (Thermal Almunium Conductor Steel Reinforced) yang mempunyai kapasitas

besar tetapi berat kawat tidak mengalami perubahan yang banyak. Konduktor pada

SUTT/SUTET merupakan kawat berkas (stranded) atau serabut yang dipilin, agar

mempunyai kapasitas yang lebih besar dibanding kawat pejal.

b. Urutan fasa

Pada sistem arus putar, keluaran dari generator berupa tiga fasa, setiap fasa

mempunyai sudut pergerseran fasa 120.Pada SUTT dikenal fasa R; S dan T yang

urutan fasanya selalu R diatas, S ditengah dan T dibawah.Namun pada SUTET urutan

fasa tidak selalu berurutan karena selain panjang, karakter SUTET banyak dipengaruhi

oleh faktor kapasitansi dari bumi maupun konfigurasi yang tidak selalu vertikal.Guna

keseimbangan impendansi penyaluran maka setiap 100 km dilakukan transposisi letak

kawat fasa.

c. Penampang dan jumlah konduktor

Penampang dan jumlah konduktor disesuaikan dengan kapasitas daya yang akan

disalurkan, sedangkan jarak antar kawat fasa maupun kawat berkas disesuaikan dengan

tegangan operasinya. Jika kawat terlalu kecil maka kawat akan panas dan rugi transmisi

akan besar. Pada tegangan yang tinggi (SUTET) penampang kawat , jumlah kawat
maupun jarak antara kawat berkas mempengaruhi besarnya corona yang ditengarai

dengan bunyi desis atau berisik.

d. Jarak antar kawat fasa

Jarak kawat antar fasa SUTT 70kV idealnya adalah 3 meter, SUTT= 6 meter dan

SUTET=12 meter. Hal ini karena menghindari terjadinya efek ayunan yang dapat

menimbulkan flash over antar fasa.

e. Perlengkapan kawat penghantar

Perlengkapan atau fitting kawat penghantar adalah: Spacer, vibration damper.

Untuk keperluan perbaikan dipasang repair sleeve maupun armor rod.Sambungan kawat

disebut mid span joint.

Repair Sleeve, Repair sleeve adalah selongsong almunium yang terbelah menjadi dua

bagian dan dapat ditangkapkan pada kawat penghantar, berfungsi untuk memperbaiki

konduktifitas kawat yang rantas, Cara pemasangannya dipress dengan hydraulic tekanan

tinggi

Bola Pengaman, adalah rambu peringatan terhadap lalu lintas udara, berfungsi untuk

memberi tanda kepada pilot pesawat terbang bahwa terdapat kawat transmisi. Bola

pengaman dipasang pada ground wire pada setiap jarak 50m hingga 75 meter sekitar

lapangan/Bandarudara.

Lampu Aviasi, adalah rambu peringatan berupa lampu terhadap lalu lintas udara,

berfungsi untuk memberi tanda kepada pilot pesawat terbang bahwa terdapat kawat

transmisi.

Jenis lampu aviasi adalah sebagai berikut.

Lampu aviasi yang terpasang pada tower dengan supply dari Jaringan tegangan

rendah

Lampu aviasi yang terpasang pada kawat penghantar dengan sistem induksi dari

kawat penghantar
Arching Horn, adalah peralatan yang dipasang pada sisi Cold (tower) dari rencengan

isolator. Fungsi arching horn:

Media pelepasan busur api dari tegangan lebih antara sisi Cold dan Hot (kawat

penghantar)

Pada jarak yang diinginkan berguna untuk memotong tegangan lebih bila terjadi:

sambaran petir; switching; gangguan, sehingga dapat mengamankan peralatan

yang lebih mahal di Gardu Induk (Trafo) Media semacam arcing horn yang

terpasang pada sisi Hot (kawat penghantar) adalah:

Guarding ring : berbentuk oval, mempunyai peran ganda yaitu sebagai arcing

horn maupun pendistribusi tegangan pada beberapa isolator sisi hot.

Umumnya dipasang di setiap tower tension maupun suspension sepanjang

transmisi.

Arcing ring : berbentuk lingkaran, mempunyai peran ganda yaitu sebagai arcing

horn maupun pendistribusi tegangan pada beberapa isolator sisi hot.

Umumnya hanya terpasang di tower dead end dan gantry GI.

II.14.1. Kawat Tanah

Kawat Tanah atau Earth wire (kawat petir / kawat tanah) adalah media untuk

melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini dipasang di atas kawat fasa dengan

sudut perlindungan yang sekecil mungkin, karena dianggap petir menyambar dari atas

kawat.Namun jika petir menyambar dari samping maka dapat mengakibatkan kawat fasa

tersambar dan dapat mengakibatkan terjadinya gangguan. Kawat pada tower tension

dipegang oleh tension clamp, sedangkan pada tower suspension dipegang oleh suspension

clamp. Pada tension clamp dipasang kawat jumper yang menghubungkannya pada tower

agar arus petir dapat dibuang ke tanah lewat tower. Untuk keperluan perbaikan mutu

pentanahan maka dari kawat jumper ini ditambahkan kawat lagi menuju ketanah yang

kemudian dihubungkan dengan kawat pentanahan.

a. Bahan Kawat Tanah


Bahan ground wire terbuat dari steel yang sudah digalvanis, maupun sudah

dilapisi dengan almunium. Pada SUTET yang dibangun mulai tahun 1990an, didalam

ground wire difungsikan fibre optic untuk keperluan telemetri, tele proteksi maupun

telekomunikasi yang dikenal dengan OPGW (Optic Ground Wire), sehingga mempunyai

beberapa fungsi.

b. Jumlah dan posisi Kawat Tanah

Jumlah Kawat Tanah paling tidak ada satu buah diatas kawat fasa, namun

umumnya di setiap tower dipasang dua buah. Pemasangan yang hanya satu buah untuk

dua penghantar akan membuat sudut perlindungan menjadi besar sehingga kawat fasa

mudah tersambar petir. Jarak antara ground wire dengan kawat fasa di tower

adalahsebesar jarak antar kawat fasa, namun pada daerah tengah gawangan dapat

mencapai 120% dari jarak tersebut.

II.15. Tegangan Transmisi dan Rugi-Rugi Daya

seperti telah kita ketahui bahwa suatu sistem tenaga listrik terdiri dari: pusat

pembangkit listrik, saluran transmisi, saluran distribusi dan beban. pada saat sistem tersebut

beroperasi, maka pada sub-sistem transmisi akan terjadi rugi-rugi daya. Jika tegangan

transmisi adalah arus bolak-balik (alternating current, AC) 3 fase, maka besarnya rugi-rugi

daya tersebut adalah:

Pt = 3I^2R (watt).(1)

dimana:

I = arus jala-jala transmisi (ampere)

R = Tahanan kawat transmisi perfasa (ohm)

arus pada jala-jala suatu transmisi arus bolak-balik tiga fase adalah:

I = P/V3.Vr.Cos (2)

dimana:

P = Daya beban pada ujung penerima transmisi (watt)


Vr = Tegangan fasa ke fasa pada ujung penerima transmisi (volt)

Cos = Faktor daya beban

V3 disini adalah akar 3

jika persamaan (1) disubstitusi ke persamaan (2), maka rugi-rugi daya transmisi dapat ditulis

sebagai berikut:

Pt = P^2.R/Vr^2.cos^2

Terlihat bahwa rugi-rugi daya transmisi dapat dikurangi dengan beberapa cara, antara lain:

1. meninggikan tegangan transmisi

2. memperkecil tahanan konduktor

3. memperbesar faktor daya beban

Sehingga untuk mengurangi rugi-rugi daya dilakukan dengan pertimbangan:

1. Jika ingin memperkecil tahanan konduktor, maka luas penampang konduktor harus

diperbesar. sedangkan luas penampang konduktor ada batasnya.

2. Jika ingin memperbaiki faktor daya beban, maka perlu dipasang kapasitor kompensasi

(shunt capacitor). perbaikan faktor daya yang diperoleh dengan pemasangan

kapasitor pun ada batasnya.

3. Rugi-rugi transmisi berbanding lurus dengan besar tahanan konduktor dan berbanding

terbalik dengan kuadrat tegangan transmisi, sehingga pengurangan rugi-rugi daya

yang diperoleh karena peninggian tegangan transmisi jauh lebih efektif daripada

pengurangan rugi-rugi daya dengan mengurangi nilai tahanan konduktornya.

Pertimbangan yang ketiga, yaitu dengan menaikkan tegangan transmisi adalah yang

cenderung dilakukan untuk mengurangi rugi-rugi daya pada saluran

transmisi.Kecenderungan itupun dapat terlihat dengan semakin meningkatnya tegangan

transmisi di eropa dan amerika.

II.15.1. Masalah Penerapan Tegangan Tinggi Pada Transmisi


Pada penerapannya, peninggian tegangan transmisi harus dibatasi karena dapat

menimbulkan beberapa masalah, antara lain:

1. Tegangan tinggi dapat menimbulkan korona pada kawat transmisi. korona ini pun

akan menimbulkan rugi-rugi daya dan dapat menyebabkan gangguan terhadap

komunikasi radio.

2. Jika tegangan semakin tinggi, maka peralatan transmisi dan gardu induk akan

membutuhkan isolasi yang volumenya semakin banyak agar peralatan-peralatan

tersebut mampu memikul tegangan tinggi yang mengalir. Hal ini akan

mengakibatkan kenaikan biaya investasi.

3. Saat terjadi pemutusan dan penutupan rangkaian transmisi (switching operation),

akan timbul tegangan lebih surja hubung sehingga peralatan sistem tenaga listrik

harus dirancang untuk mampu memikul tegangan lebih tersebut. Hal ini juga

mengakibatkan kenaikan biaya investasi.

4. Jika tegangan transmisi ditinggikan, maka menara transmisi harus semakin tinggi

untuk menjamin keselamatan makhluk hidup disekitar trasnmisi. Peninggian

menara transmisi akan mengakibatkan trasnmisi mudah disambar petir. Seperti

telah kita ketahui, bahwa sambaran petir pada transmisi akan menimbulkan

tegangan lebih surja petir pada sistem tenaga listrik, sehingga peralatan-

peralatan sistem tenaga listrik harus dirancang untuk mampu memikul tegangan

lebih surja petir tersebut.

5. Peralatan sistem perlu dilengkapi dengan peralatan proteksi untuk menghindarkan

kerusakan akibat adanya tegangan lebih surja hubung dan surja petir.

Penambahan peralatan proteksi ini akan menambah biaya investasi dan

perawatan.

kelima hal diatas memberi kesimpulan, bahwa peninggian tegangan transmisi akan

menambah biaya investasi dan perawatan, namun dapat megurangi kerugian daya. Namun

jika ditotal biaya keseluruhan, maka peninggian tegangan transmisi lebih ekonomis karena

member biaya total minimum, dan tegangan ini disebut tegangan optimum.

II.16. Faktor-Faktor Dalam Pembangkitan


1. Faktor Beban

Faktor beban adalah perbandingan antara besarnya beban rata-rata untuk selang waktu

tertentu terhadap beban puncak tertinggi dalam selang waktu yang sama (misalnya satu

hari atau satu bulan). Sedangkan beban rata-rata untuk suatu selang waktu tertentu

adalah jumlah produksi kWh dalam selang waktu tersebut dibagi dengan jumlah jam dari

selang waktu tersebut.

Dari uraian diatas didapat:

faktor beban = beban rata-rata/beban puncak

bagi penyedia listrik, faktor beban sistem diinginkan setinggi mungkin karena faktor

beban yang makin tinggi berarti makin rata beban sistemnya, sehingga tingkay

pemanfaatan alat-alat yang ada dalam sistem tersebut dapat diusahakan setinggi

mungkin.Dalam praktiknya, faktor beban tahunan sistem berkisar antara 60%-80%.

2. Faktor Kapasitas

Faktor kapasitas sebuah unit pembangkit menggambarkan seberapa besar sebuah unit

pembangkit itu dimanfaatkan. Faktor kapasitas tahunan (8760 jam) didefinisikan sebagai:

faktor kapasitas = Produksi kWh setahun/(daya terpasang MW x 8760 jam)

Dalam praktiknya, faktor kapasitas tahunan untuk unit PLTU hanya dapat mencapai
angka antara 60% - 80% karena adanya masa pemeliharaan dan jika adanya gangguan

atau kerusakan yang dialami oleh unit pembangkit tersebut. Untuk PLTA, faktor kapasitas

tahunannya berkisar antara 30% - 50%, hal ini berkaitan dengan ketersediaan air.

3. Faktor Penggunaan (Utilitas)

faktor ini sesungguhnya serupa dengan faktor kapasitas, tetapi disini menyangkut daya.

Faktor Utilitas sebuah alat dapat didefinisikan sebagai berikut:

Faktor Utilitas = Beban alat yang tertinggi/kemampuan alat

beban dinyatakan dalam ampere atau megawatt (MW)tergantung alat yang diukur faktor

utilitasnya. Untuk saluran, umumnya dalam ampere, tetapi untuk unit pembangkit dalam
MW.Faktor utilitas ini perlu diamati darikeperluan pemanfaatan alat dan juga untuk

mencegah pembebanan yang berlebihan pada suatu alat.

4. Forced Outage Rate (FOR)

FOR adalah sebuah faktor yang menggambarkan sering-tidaknya suatu unit

pembangkit mengalami gangguan, biasanya diukur untuk masa satu tahun dan

didefinisikan sebagai:

FOR = jumlah jam gangguan unit pembangkit/(jumlah jam operasi+Jumlah jam

gangguan Unit pembangkit)

FOR tahunan untuk PLTA berkisar 0,01 dan FOR tahunan untuk pembangkit

thermis berkisar 0,1 - 0,5. makin andal suatu unit pembangkit, maka makin kecil nilai

FOR-nya dan berarti makin jarang terjadi gangguan pada unit pembangkit tersebut.

Begitu pula sebaliknya, jika nilai FOR tinggi, berarti unit pembangkit tersebut sering

terjadi gangguan dan tidak andal.

Besarnya nilai FOR atau turunnya keandalan suatu unit pembangkit umumnya

disebabkan oleh kurang baiknya pemeliharaan peralatan pada unit pembangkit tersebut.

II.17. Circuit Breaker - Sakelar Pemutus Tenaga/PMT

Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan rangkaian pada saat berbeban


(pada kondisi arus beban normal atau pada saat terjadi arus gangguan). Pada waktu
menghubungkan atau memutus beban, akan terjadi tegangan recovery yaitu suatu
fenomena tegangan lebih dan busur api, oleh karena itu sakelar pemutus dilengkapi
dengan media peredam busur api tersebut, seperti media udara dan gas SF6.

a. Klasifikasi Circuit Breaker

Jenis-jenis PMT berdasarkan media insulator dan material dielektriknya,


adalah terbagi menjadi empat jenis, yaitu: sakelar PMT minyak, sakelar PMT udara
hembus, sakelar PMT vakum dan sakelar dengan gas SF6.

1. Sakelar PMT Minyak


Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 10 kA dan
pada rangkaian bertegangan sampai 500 kV. Pada saat kontak dipisahkan, busur api
akan terjadi didalam minyak, sehingga minyak menguap dan menimbulkan
gelembung gas yang menyelubungi busur api, karena panas yang ditimbulkan
busur api, minyak mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas hydrogen yang
bersifat menghambat produksi pasangan ion. Oleh karena itu, pemadaman busur
api tergantung pada pemanjangan dan pendinginan busur api dan juga tergantung
pada jenis gas hasil dekomposisi minyak.

Gambar 8. Sakelar PMT minyak

Gas yang timbul karena dekomposisi minyak menimbulkan tekanan


terhadap minyak, sehingga minyak terdorong ke bawah melalui leher bilik. Di
leher bilik, minyakini melakukan kontak yang intim dengan busur api. Hal ini akan
menimbulkan pendinginan busur api, mendorong proses rekombinasi dan
menjauhkan partikel bermuatan dari lintasan busur api.

Minyak yang berada diantara kontak sangat efektif memutuskan


arus.Kelemahannya adalah minyak mudah terbakar dan kekentalan minyak
memperlambat pemisahan kontak, sehingga tidak cocok untuk sistem yang
membutuhkan pemutusan arus yang cepat.

Sakelar PMT minyak terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Sakelar PMT dengan banyak menggunakan minyak (Bulk Oil Circuit


Breaker), pada tipe ini minyak berfungsi sebagai peredam loncatan bunga api
listrik selama terjadi pemutusan kontak dan sebagai isolator antara bagian-
bagian yang bertegangan dengan badan, jenis PMT ini juga ada yang
dilengkapi dengan alat pembatas busur api listrik.

2. Sakelar PMT dengan sedikit

menggunakan minyak (Low oil Content Circuit Breaker), pada tipe ini minyak
hanya dipergunakn sebagai peredam loncatan bunga api listrik, sedangkan
sebagai bahan isolator dari bagian-bagian yang bertegangan digunakan
porselen atau material isolasi dari jenis organic.

Tabel 1. Batas-batas pengusahaan minyak pemutus tenaga

2. Sakelar PMT Udara Hembus (Air Blast Circuit Breaker)

Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan
pada rangkaian bertegangan sampai 765 kV.PMT udara hembus dirancang untuk
mengatasi kelemahan pada PMT minyak, yaitu dengan membuat media isolator
kontak dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak menghalangi pemisahan
kontak, sehingga pemisahan kontak dapat dilaksanakan dalam waktu yang sangat
cepat. Saat busur api timbul, udara tekanan tinggi dihembuskan ke busur api
melalui nozzle pada kontak pemisah dan ionisasi media diantara kontak
dipadamkan oleh hembusan udara tekanan tinggi itu dan juga menyingkirkan
partikel-partikel bermuatan dari sela kontak, udara ini juga berfungsi untuk
mencegah restriking voltage (tegangan pukul ulang). Kontak pemutus ditempatkan
didalam isolator, dan juga katup hembusan udara.Pada sakelar PMT kapasitas
kecil, isolator ini merupakan satu kesatuan dengan PMT, tetapi untuk kapasitas
besar tidak demikian halnya.

3. Sakelar PMT vakum (Vacuum Circuit Breaker)

Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus rangkaian bertegangan


sampai 38 kV.Pada PMT vakum, kontak ditempatkan pada suatu bilik
vakum.Untuk mencegah udara masuk kedalam bilik, maka bilik ini harus ditutup
rapat dan kontak bergeraknya diikat ketat dengan perapat logam.

Jika kontak dibuka, maka pada katoda kontak terjadi emisi thermis dan
medan tegangan yang tinggi yang memproduksi elektron-elektron bebas. Elektron
hasil emisi ini bergerak menuju anoda, elektron-elektron bebas ini tidak bertemu
dengan molekul udara sehingga tidak terjadi proses ionisasi. Akibatnya, tidak ada
penambahan elektron bebas yang mengawali pembentukan busur api. Dengan kata
lain, busur api dapat dipadamkan.

4. Sakelar PMT Gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)

Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan
pada rangkaian bertegangan sampai 765 kV. Media gas yang digunakan pada tipe
ini adalah gas SF6 (Sulphur hexafluoride). Sifat gas SF6 murni adalah tidak
berwarna, tidak berbau, tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Pada suhu diatas
150 C, gas SF6 mempunyai sifat tidak merusak metal, plastic dan bermacam
bahan yangumumnyadigunakandalampemutustenagategangantinggi.

Sebagai isolasi listrik, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi
(2,35 kali udara) dan kekuatan dielektrik ini bertambah dengan pertambahan
tekanan. Sifat lain dari gas SF6 ialah mampu mengembalikan kekuatan dielektrik
dengan cepat, tidak terjadi karbon selama terjadi busur api dan tidak menimbulkan
bunyi pada saat pemutus tenaga menutup atau membuka.

Selama pengisian, gas SF6 akan menjadi dingin jika keluar dari tangki
penyimpanan dan akan panas kembali jika dipompakan untuk pengisian kedalam
bagian/ruang pemutus tenaga. Oleh karena itu gas SF6 perlu diadakan pengaturan
tekanannya beberapa jam setelah pengisian, pada saat gas SF6 pada suhu
lingkungan.

Sakelar PMT SF6 ada 2 tipe, yaitu:

1. PMT Tipe Tekanan Tunggal (Single Pressure Type), PMT SF6 tipe ini diisi
dengan gas SF6 dengan tekanan kira-kira 5 Kg/cm2 .selama pemisahan
kontak-kontak, gas SF6 ditekan kedalam suatu tabung yang menempel pada
kontak bergerak. Pada waktu pemutusan kontak terjadi, gas SF6 ditekan
melalui nozzle dan tiupan ini yang mematikan busur api.

2. PMT Tipe Tekanan Ganda (Double Pressure Type), dimana pada saat ini sudah
tidak diproduksi lagi. Pada tipe ini, gas dari sistem tekanan tinggi dialirkan
melalui nozzle ke gas sistem tekanan rendah selama pemutusan busur api.
Pada sistem gas tekanan tinggi, tekanan gas SF6 kurang lebih 12 Kg/cm2 dan
pada sistem gas tekanan rendah, tekanan gas SF6 kurang lebih 2 kg/cm2. Gas
pada sistem tekanan rendah kemudian dipompakan kembali ke sistem tekanan
tinggi.

II.17.1 Proses Terjadinya Busur Api Pada Circuit Breaker

Pada waktu pemutusan atau penghubungan suatu rangkaian sistem tenaga listrik

maka pada PMT (Circuit Breaker) akan terjadi busur api, hal tersebut terjadikarena pada

saat kontak PMT dipisahkan , beda potensial diantara kontak akan menimbulkan medan

elektrik diantara kontak tersebut.

Arus yang sebelumnya mengalir pada kontak akan memanaskan kontak dan

menghasilkan emisi thermis pada permukaan kontak. Sedangkan medan elektrik

menimbulkan emisi medan tinggi pada kontak katoda (K). Kedua emisi ini menghasilkan

elektron bebas yang sangat banyak dan bergerak menuju kontak anoda (A). Elektron-

elektron ini membentur molekul netral media isolasi dikawasan positif, benturan-benturan ini

akan menimbulkan proses ionisasi. Dengan demikian, jumlah elektron bebas yang menuju

anoda akan semakin bertambah dan muncul ion positif hasil ionisasi yang bergerak menuju
katoda, perpindahan elektron bebas ke anoda menimbulkan arus dan memanaskan kontak

anoda.

Ion positif yang tiba di kontak katoda akan menimbulkan dua efek yang berbeda.
Jika kontak terbuat dari bahan yang titik leburnya tinggi, misalnya tungsten atau karbon,
maka ion positif akan akan menimbulkan pemanasan di katoda. Akibatnya, emisi thermis
semakin meningkat. Jika kontak terbuat dari bahan yang titik leburnya rendah, misal
tembaga, ion positif akan menimbulkan emisi medan tinggi. Hasil emisi thermis ini dan
emisi medan tinggi akan melanggengkan proses ionisasi, sehingga perpindahan muatan
antar kontak terus berlangsung dan inilah yang disebut busur api.

Untuk memadamkan busur api tersebut perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat
menimbulkan proses deionisasi, antara lain dengan cara sebagai berikut:

1. Meniupkan udara ke sela kontak, sehingga partikel-partikel hasil ionisai


dijauhkan dari sela kontak.

2. Menyemburkan minyak isolasi kebusur api untuk memberi peluang yang lebih
besar bagi proses rekombinasi.

3. Memotong busur api dengan tabir isolasi atau tabir logam, sehingga memberi
peluang yang lebih besar bagi proses rekombinasi.

4. Membuat medium pemisah kontak dari gas elektronegatif, sehingga elektron-


elektron bebas tertangkap oleh molekul netral gas tersebut.

Jika pengurangan partikel bermuatan karena proses deionisasi lebih banyak


daripada penambahan muatan karena proses ionisasi, maka busur api akan padam. Ketika
busur api padam, di sela kontak akan tetap ada terpaan medan elektrik. Jika suatu saat
terjadi terpaan medan elektrik yang lebih besar daripada kekuatan dielektrik media
isolasi kontak, maka busur api akan terjadi lagi.

II.18. Pembangkit Tegangan Tinggi Searah


Tegangan tinggi searah dibangkitkan dengan menyearahkan tegangan tinggi
bolak-balik.
Gambar 9. Rangkaian penyearah setengah gelombang

Gambar 10. Tegangan keluaran penyearah setengah gelombang


Jika dibutuhkan tegangan keluaran yang lebih rata maka diterminal keluaran
dipasang kapasitor perata.

II.19. Pembangkit Tegangan Tinggi Impuls


Ada tiga bentuk tegangan impuls yang mungkin dialami sistem tenaga listrik
yaitu : tegangan impuls petir, tegangan impuls surja hubung, dan tegangan impuls
terpotong.

Gambar 11. Jenis tegangan impuls


Alat pembangkit tegangan tinggi impuls antara lain adalah generator impuls
RLC, generator impuls RC, dan generator marx. Untuk rangkaian generator impuls RC
dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 12. Rangkaian generator impuls RC

II.20. Kumparan Tesla


Kumparan tesla dapat dibuat dengan komponen dasar.Terdiri dari trafo yang
membangkitkan tegangan tinggi sekitar 5 30 kV. Trafo tegangan tinggi ini akan
memuati kapasitor primer melalui kumparan primer LP. LP terdiri dari 5 20 lilitan
kawat tebal yang mempunyai hambatan rendah.

Gambar 13. Skema dasar kumparan tesla


Ketika C telah termuati maka beda potensial diantara elektroda-elektroda celah
udara (spark gap) cukup tinggi sehingga terjadilah aliran arus dan mengakibatkan
terjadinya breakdown udara. Saat spark gap terhubung, C akan terhubung parallel
dengan LP dan akan membentuk rangkaian resonansi dengan frekuensi resonansi yang
besarnya ditentukan oleh nilai CP dan LP.
Medan elektromagnet yang dihasilkan oleh LP sebagaian akan terinduksikan ke
kumparan sekunder LS. Ujung atas dari LS akan dihubungkan dengan toroid yang
mempunyai kapasitansi sekitar 15 30 pF sedangkan ujung bawah akan terhubung
dengan ground. LS dan toroid akan membentuk rangkaian resonansi. Jika frekuensi
resonansi LS dan toroid cukup dekat dengan frekuensi rangkaian primer maka pada
toroid akan terbangkitkan tegangan ekstra tinggi. Dan ketika terjadi discharge pada
CP, spark gap akan terbuka dan proses yang sama akan terulang lagi.

II.21. Cara Kerja Kumparan Tesla


Kumparan tesla dapat dipandang sebagai dua buah rangkaian resonansi yang
tergandeng secara induksi magnetik seperti terlihat pada Gambar 14

Gambar 14. Kumparan Tesla


Sesuai dengan hukum Kirchoff yang menyatakan bahwa jumlah tegangan pada
rangkaian tertutup adalah nol maka

Untuk mendapatkan persamaan tegangan keluaran maka kedua persamaan diatas


harus diselesaikan dengan operator D. Hasilnya adalah

Berdasarkan persamaan (2.3), maka bentuk tegangan keluaran kumparan tesla


dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar.15 Bentuk tegangan keluaran kumparan tesla
Hubungan V1 (masukan kumparan tesla) dan V2 (keluaran kumparan tesla)
diturunkan dengan konsep bahwa energi yang tersimpan dikapasitor C1 dipindahkan ke
kapasitor C2 . Karena adanya rugi-rugi i2rditahanan kumparan, maka energi yang
dipindahkan itu tidak seluruhnya diterima kapasitor C, tetapi lebih kecil daripada energi
yang tersimpan di . Jika efisiensi pemindahan energi adalah ,
makapersamaanenergidapatdituliskansebagaiberikut:

Sehingga tegangan keluaran kumparan tesla dapat ditulis

Karena nilai efisiensi tetap, maka besarnya dapat diganti

dengan sebuah konstanta K.


Sehingga persamaan 2.5 dapat ditulis ulang sebagai berikut
V2 = KV1 (2.6)
Dari persamaan 2.15 terlihat bahwa antara tegangan keluaran dan tegangan masukan
kumparan tesla berlaku hubungan linier.

II.22. Kumparan Tesla dengan Aplikasi Piranti Pensaklaran Semikonduktor


Diagram kumparan tesla dengan mengaplikasikan piranti pensaklaran
semikonduktor.
Gambar 16. Kumparan tesla dengan aplikasi piranti pensaklaran
Jika dibandingkan dengan kumparan tesla yang menggunakan spark gap, maka
pada kumparan tesla yang mengaplikasikan piranti pensaklaran, fungsi spark
gap digantikan oleh inverter mode saklar dan suplai yang digunakan untuk inverter mode
saklar adalah suplai jala-jala.
Rangkaian primer terdiri atas kapasitor primer dan lilitan primer (LP), rangkaian
sekunder terdiri atas toroid yang berfungsi sebagai kapasitor sekunder dan lilitan
sekunder (LS). Besarnya frekuensi resonansi yang dibentuk antara kapasitor dan induktor
adalah

II.22.1 Kapasitor Primer


Kapasitor primer (CP) yang digunakan adalah kapasitor jenis milar dengan nilai
antara 0.05 uF sampai 0.2 uF. Pemilihan nilai kapasitansi akan menetukan frekunesi
resonansi kumparan tesla.
Lilitan Primer

Nilai induktansi lilitan primer dihitung menggunakan rumus berikut

dimana :

L adalah induktansi sekunder (mH)

R adalah jari-jari kumparan sekunder (cm)

H adalah tinggi kumparan sekunder (cm)

N adalah jumlah lilitan

II.22.2. Toroid
Toroid terbuat dari bahan konduktor yang dibentuk menyerupai kue donat. Toroid
pada kumparan tesla berfungsi sebagai kapasitor dengan sisi positif adalah toroid itu
sendiri dan sisi negatifnya adalah tanah (ground), sedangkan yang berfungsi sebagai
dielektrik adalah udara. Nilai kapasitansi toroid ditentukan dengan rumus 2.18.[3]

Gambar 17. Toroid yang berfungsi sebagai kapasitor

dimana :
adalah kapasitansi toroid (pF)

adalah diameter toroid (cm)

adalah diameter selubung (cm)

Lilitan Sekunder
Nilai induktansi lilitan sekunder, sama halnya dengan lilitan primer, dihitung
dengan rumus 2.8.

II.22.3. Inverter
Fungsi inverter adalah mengubah tegangan input DC menjadi tegangan output
AC. Inverter dapat dibuat dengan mengikuti blok diagram pada Gambar 2.12. Sumber
DC yang diperlukan inverter berasal dari tegangan AC yang disearahkan. Untuk
mendapatkan output yang dikehendaki digunakan rangkaian kontrol. Rangkaian kontrol
ini berfungsi untuk mengatur frekuensi dan amplitudo gelombang output.
Gambar 18. Blok diagram inverter
Inverter mode saklar ( switch mode inverter ) merupakan rangkaian utama dari
sistem, berfungsi membalikkan tegangan searah dari penyearah ke tegangan AC. Disebut
mode saklar karena kerjanya menggunakan teknik pensaklaran (switching).
Sedangkan rangkaian kontrol berfungsi untuk mengendalikan proses switching yang
terjadi pada inverter mode saklar. Pengendalian ini akan menentukan antara lain bentuk,
amplitudo dan frekensi gelombang tegangan output secara keseluruhan.

II.22.4. Penyearah
Penyearah yang dipakai pada alat ini adalah penyearah gelombang penuh dengan
menggunakan transformator jenis centre tap (CT).
Cara kerja dari rangkaian penyearah gelombang penuh adalah pada saat VA
positip dan VB negatip, maka arus akan mengalir melalui A-D1-RL dan berakhir di CT,
sedangkan dioda D2 tidak menghantar. Pada saat VA negatip dan VB positip, maka arus
akan mengalir melalui B-D2-RL dan berakhir di CT, sedangkan dioda D1 tidak
menghantar. VPCTVBVRLD1D2RLVAAB

Gambar 19. Rangkaian Penyearah gelombang penuh


Arus yang mengalir pada RL adalah arus satu arah.Berikut persamaan tegangan
dan arus pada penyearah gelombang penuh.

Anda mungkin juga menyukai