Sortasi buah
Penyimpanan buah
Pengupasan buah
Fermentasi
Pengeringan
Pengering mekanis
Sortasi
Penggudangan
PENGOLAHAN KAKAO 1
Salah satu falsafah manajemen mutu adalah mutu
suatu produk sangat ditentukan oleh setiap tahapan proses
produksi. Untuk itu, tahapan (aliran) proses produksi yang
menjamin kepastian mutu harus didefinisikan secara jelas
berikut dengan tolok ukurnya. Pengawasan dan pemantauan
setiap tahapan proses dilakukan secara rutin agar saat
terjadi penyimpangan mutu suatu tindakan koreksi dan
pembenahan yang tepat sasaran dapat segera dilakukan.
Umpan-balik jika terjadi penyimpangan mutu dari masing-
masing tahapan produksi sangat.
SORTASI BUAH
PENGOLAHAN KAKAO 2
terlebih dahulu selama beberapa hari sebelum dikupas
kulitnya.
PENGOLAHAN KAKAO 4
pengeluaran. Getaran ayakan menyebabkan biji kakao
terlepas dari kulit buah atau plasenta pengikatnya dan lolos
lewat lubang ayakan pertama, namun tertahan di atas
ayakan yang kedua. Kumpulan biji-biji kakao yang tertahan
diayakan kedua meluncur dan terkumpul lewat corong
ayakan yang kedua. Pecahan-pecahan kulit yang kecil (<
ukuran biji) akan lolos lewat lubang ayakan kedua dan ter-
kumpul di dalam bak paling bawah.
FERMENTASI
PENGOLAHAN KAKAO 5
dimanfaatkan oleh bakteri aseto-bakteri untuk mengubah
alkohol menjadi asam asetat dengan mengeluarkan bau
khas yang menyengat. Proses oksidasi juga menghasilkan
panas (eksotermis) yang menyebabkan suhu tumpukan biji
berangsur naik dan mencapai maksimum mendekati 45 -
48C setelah hari ke tiga. Pada hari berikutnya, suhu biji
cenderung stabil dan bahkan sedikit menurun sampai hari ke
lima.
Gambar.
Peti fermentasi
kapasitas 625 kg (atas)
dan kapasitas 40 kg
(samping)
PENGOLAHAN KAKAO 6
PENGERINGAN
PENGOLAHAN KAKAO 7
pengeringan tersebut, resiko kerusakan biji kakao karena
serangan jamur dapat diminimalkan, dan biaya pengeringan
dapat ditekan. Ada beberapa pilihan sumber energi untuk
pengeringan, minyak tanah, oli bekas, minyak jarak dan
sejenisnya dan kayu bakar. Pemilihan sumber energi sesuai
dengan ketersediaan yang ada. Selain itu telah
dikembangkan pula pengering dengan sumber panas
kolektor surya yang dipasang pada atap gedung pengolahan
biji kakao, di mana peti fermentasi dan bak pengering
mekanis dipasang secara berurutan.
PENGOLAHAN KAKAO 8
PENGUKURAN KADAR AIR
PENGOLAHAN KAKAO 9
SORTASI BIJI
PENGOLAHAN KAKAO 10
Mesin sortasi mempunyai tiga saringan dengan
memisahkan biji dengan golongan mutu A, B dan C. Secara
kuantitatif definisi mutu A adalah golongan biji dengan
ukuran besar dan mempunyai jumlah biji antara 85 - 90
untuk setiap 100 g. Mutu B adalah golongan biji dengan
ukuran medium dan mempunyai jumlah biji antara 95 - 110.
Sedangkan mutu C adalah golongan biji dengan ukuran kecil
dan mempunyai jumlah biji di atas 120. Biji pecah keluar
dari ayakan paling bawah untuk mesin tipe getar. Untuk biji
dengan ukuran sangat besar masuk golongan mutu AA
dengan jumlah biji kurang dari 85. Biji dengan mutu AA
keluar lewat corong paling atas. Biji hasil sortasi atas dasar
ukuran kemudian dikemas di dalam karung goni. Setiap
karung mempunyai berat bersih 60 kg dan diberi label yang
menunjukkan jenis mutu dan identitas produsen dengan
menggunakan pelarut non minyak.
PENGGUDANGAN
PENGOLAHAN KAKAO 11
kesehatan termasuk beberapa jenis jamur penghasil
okhratoksin. Udara yang humid pada gudang di daerah
tropis merupakan pemicu utama pertumbuhan jamur pada
biji, sedangkan sanitasi atau kebersihan yang kurang baik
menyebabkan hama gudang seperti serangga atau tikus
akan cepat berkembang dan pada akhirnya akan merusak
biji kakao sebagai makanan.
PENGOLAHAN KAKAO 12
Tumpukan karung-karung biji kakao harus disangga
dengan papan kayu (palet) agar tidak langsung
bersinggungan dengan permukaan lantai dan diberi jarak
10-20 cm dari dinding, karena sifatnya yang rapuh karung
biji kakao ditumpuk rapi di dalam ruangan dengan jumlah
tumpukan maksimal 6 karung.
PENGOLAHAN KAKAO 13