Anda di halaman 1dari 21

TAHUKAH ANDA... MENGAPA LAMBUNG SAPI ADA 4 BAGIAN ??

Hewan mempunyai 4 aktivitas makanan, yaitu : prehensi (mengambil makanan), mastikasi


(mengunyah), salivasi (mensekresikan air ludah), dan deglutisi (menelan). Dalam hal ini
deglutisi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : peristaltik (peristaltik esophagus
mendorong bolus ke arah lambung), tekanan buccopharyngeal (mendorong bolus ke sofagus),
dan gravitasi (membantu memudahkan jalannya bolus).

Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut. Lambung mempunyai
peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali (ruminansi)
Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian. Lambung ruminansia
terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang
bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%,
omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot
sfinkter berkontraksi.

Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi
makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi
selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari
rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi
gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke
mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke
omasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur
dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di
tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.

Pencernaan pada ruminansia terjadi didalam mulut dengan proses mastikasi, kemudian makanan
ditelan kedalam lambung (rumen, reticulum, omasum, dan abomasum). Didalam rumen terjadi
fermentasi oleh mikroba secra intensif. Mikroba pada rumen terdapat bakteri (anaerob-patogen,
misalnya : streptofokus, laktobasilus, bukinvibrio, bakterioides ruminikola). Selain bakteri juga
terdapta protozoa (siliata entodinium, diplodinium, epidinium dan aphry colex dan flagelata).

Bahan makanan seperti amilum, rumput, gula, urea, dan lemak difermentasi oleh mikroba
menjadi VFA dan gas (CH4, CO2, NH3, H25) lalu diserap oleh tubuh. VFA (volatile fatty alid)
adalah asam lemak yang mudah menguap (asam asetat = 60-70%; asam butirat = 10-15%; asam
propionate = 15-20%). Pada rumput tinggi = asam asetat meningkat dan propionate menurun,
pada gula dan karbohidrat = asam asetat menurun dan propionate meningkat, pada tetes
(molasses) = asam asetat menurun dan butirat meningkat. Kecepatan fermentasi pada gula halus,
pada karbohidrat lobus dan muda pada selulosa tua.

HCl dari abomasum masuk ke rumen, mikroba yang masuk mati (protein sebagai sumber protein
hewan). Dirumen makanan sebagai sumber protein mikroba akan berubah menjadi vitamin B
komplek dengan bantuan Mo dan Co. Berbeda dengan protein, lemak makanan di dalam rumen
diubah menjadi asam-asam lemak atau gliserol dengan bantuan hidrolisis mikroba, kemudian
diubah menjadi asam propionat dengan difermentasi, lalu sisa lemaknya masuk kedalam usus.
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi
asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah,
akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi
hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial
seperti pada manusia.
Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti pada sapi
untuk fermentasi seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri
terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri.

Fisiologi Pencernaan Ruminansia (PART2)


Posted on 3 June 2011

Rumen sebagai Ruang Fermentasi

Rumen merupakan bagian terbesar dari total lambung yang dimiliki oleh ruminansia dewasa
yaitu sekitar 62%. Rumen merupakan komponen penting dalam proses pencernaan ruminansia,
mempunyai fungsi yang kompleks yaitu tempat berlangsungnya proses pemecahan dan
perombakan pakan dengan proses fermentasi dari mikroba dalam rumen.

Sistem fermentasi yang terjadi dalam rumen mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:

1. Bakteri dapat menggunakan senyawa Non Protein Nitrogen (NPN) menjadi protein
selnya yang pada akhirnya dapat tersedia untuk induk semangnya.

2. Bakteri dalam rumen dapat mensintesa vitamin sehingga ternak tidak tergantung pada
pemberian vitamin dari luar kecuali untuk vitamin A dan D.

3. Dapat mencerna pakan yang mengandung kadar serat kasar yang tinggi.

Proses fermentasi dalam rumen merupakan hasil aktivitas fisik dari mikroba yang akan
mengubah komponen pakan menjadi hasil akhir yang berguna (seperti VFA, protein mikrobial,
dan vitamin B kompleks) dan yang sedikit berguna (seperti CH4 dan CO2) untuk ternak. Jika
diadakan perbandingan maka ternak ruminansia mempunyai kapasitas yang lebih besar bila
dibandingkan dengan ternak non ruminansia. Hal ini penting untuk memberi kesempatan kepada
partikel serat berada dalam saluran pencernaan cukup lama dan mengalami fermentasi mikrobial.
Secara umum volume rumen akan meningkat sesuai dengan naiknya pertambahan berat badan.
Keadaan ekologis rumen sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba lebih
lanjut. Rumen mempunyai suhu berkisar 39-42oC, pH netral antara 6-7, kelembaban yang
konstan, kondisi anaerob serta dapat berkontraksi secara aktif. Derajat keasaman (pH) rumen
terutama ditentukan oleh sejumlah besar bicarbonat (HCO3) dan phosphat (HPO42-) yang berasal
dari aliran saliva yang masuk ke dalam rumen. Mekanisme pengaturan pH juga dikontrol oleh
adanya penyerapan asam lemak terbang dan N-amonia (N-NH3) dari ephitel rumen oleh
pembuluh darah. Serta dengan adanya keseimbangan ion rumen yang ada dalam aliran darah.

Pencernaan mikrobial pada ruminansia memegang peranan penting, diperkirakan sekitar 70-80%
Bahan Kering (BK) yang biasa dikonsumsi oleh ternak dapat dicerna dalam rumen, oleh karena
itu ruminansia mempunyai kemampuan dalam mencerna karbohidrat hijauan (selulosa dan
hemiselulosa). Ada tiga macam mikroba bermanfaat yang terdapat dalam rumen, yaitu bakteri,
protozoa, dan sejumlah kecil fungi. Menurut peranannya dalam rumen yang paling berperan
dominan berturut-turut adalah bakteri, protozoa, dan fungi. Fungsi mikroba tersebut adalah
untuk mencerna bahan pakan menjadi bahan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak ruminansia.

Adanya mikroba dalam rumen menyebabkan ternak ruminansia memiliki kemampuan untuk
mencerna Non Protein Nitrogen (NPN) dan karbohidrat struktural tanaman (selulosa dan
hemiselulosa). Melalui proses fermentasi karbohidrat dirombak menjadi asam lemak terbang,
sedangkan protein menjadi amonia.

Pencernaan mikrobial pada ternak ruminansia memegang peranan penting, mikroba rumen
memfermentasi dan mengubah sejumlah besar komponen karbohidrat menjadi asam lemak
terbang terutama asam asetat, asam propionate, dan asam butirat. Amonia dihasilkan dari
metabolisme protein, peptida, asam amino, urea, nitrat, dan senyawa Nitrogen Bukan Protein
(NBP) lain, yang sebagian dimanfaatkan oleh mikroba untuk mensintesis protein mikroba.

PENCERNAAN RUMINANSIA

Hewan memamah biak ( Ruminantia ) adalah sekumpulan hewan pemakan


tumbuhan yang mencerna makanannya dalam dua langkah

1. Dengan menelan bahan mentah

2. Mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dan mengunyahnya


lagi.

Lambung hewan-hewan ini tidak hanyamemiliki satu ruang ( monogastrik )


tetapi lebih dari satu ruang ( poligastrik ), atau secara umum bisa dikatakan
berperut banyak
Perbedaan antara hewan ruminansia dengan mamalia lainnya Terlihat pada susunan
dan fungsi gigi serta lambung.
Hal ini berkaitan dengan jenis makanannya.

1) Gigi geraham (premolare & molare) sangat besar,kuat, bergelombang seperti


papan pencuci. Serta berfungsi untuk menggiling dan menggilas dinding
seltumbuhan yg dimakan.

2) Gigi seri berbentuk seperti kapak, berfungsi untukmenjepit dan memotong


makanan.

3) Antara gigi seri dan geraham terdapat rongga yangdisebut diastema

Di dalam usus terdapat kumpulan bakteri simbiosisyang dapat melakukan peragian


selulosa.Cenderung memiliki usus yang lebih panjangdibanding mamalia lainnya,
karena makanan yang melalui usus dicerna perlahan-lahan.

Memiliki 4 ruangan lambung, yaitu :

1) Rumen atauperut besar (berisi bakteri dalam cairan alkali)

2) Retikulum (perut jala)

3) Omasum (perut masam)

4) Abomasum atau perut kitab (merupakan lambungyang sesungguhnya).

ontoh hewan ruminansia

Sapi

Kambing

Kuda

Domba

Jerapah

Bison

Rusa

Kancil

dll
Struktur khusus sistem pencernaan hewan ruminansia :

1. Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa


tetumbuhan seperli rumput.

2. Geraham belakang (Molare) memiliki bentuk datar dan lebar.

3. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.

4. Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen (fermentor),


Retikulum, Omasum dan Abomasum ( Lambung yang sebenarnya sehingga
terjadi pencernaan enzimatis).

Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri
atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat
pencernaan kadangkadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang
lain.

Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi sebagai berikut:


3 3 0 0 0 0 0 0 Rahang atas
M P C I I C P M Jenis gigi
3 3 0 4 4 0 3 3 Rahang bawah
I = insisivus = gigi seri
C = kaninus = gigi taring
P = premolar = geraham depan
M = molar = geraham belakang

Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah


biak) tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki
gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia
banyaknya gigi geraham ini sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah
makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas
50% selulosa.

Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek.

Esofagus (kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih
mampu berdilatasi (mernbesar).

Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5


cm.

Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dart isi rongga perut.

Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan


sementara yang akan dimamah kembali (kedua kali).

Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian.

Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu

1. rumen

2. retikulum

3. omasum

4. abomasum

Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya.

Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%.

Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter
berkontraksi.
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai
gudang sementara bagi makanan yang tertelan.

Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa


oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu.

Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini


makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar
(disebut bolus).

Bolus akan Dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali.

Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke omasum.

Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan


bercampur dengan bolus.

Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya


dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh
enzim.

Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak
selulosa menjadi asam lemak.

Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat
rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk
menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak.

Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti
pada manusia.

Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti
pada sapi untuk fermentasi seluIosa.

Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi


pada sekum yang banyak mengandung bakteri.

Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi di


lambung.

Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses
pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum.
Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada
lambung dan sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa
tertentu.

Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan
kembali.

Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan,
yang akan dicernakan lagi oleh kelinci.

Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan


sekum karnivora.

Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan proses
pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan
pencernaan berlangsung dengan cepat.

Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu
dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).

Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk
mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio
gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi
alternatif.

Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar dari
tubuh organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan yang
mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4
(gas bio)

Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut, dimana bahan makanan bercampur


dengan ptialin, yaitu enzim yang dihasilkan oleh kelenjar saliva (saliva hewan
ruminansia sama sekali tidak mengandung ptyalin).

Ptialin mencerna pati menjadi maltosa dan dekstrin.

Pencernaan tersebut sebagian besar terjadi di mulut dan lambung.

Mucin dalam saliva tidak mencerna pati, tetapi melumasi bahan makanan
sehingga dengan demikian bahan makanan mudah untuk ditelan.

Mikroorganisme dalam rumen merombak selulosa untuk membentuk asam-


asam lemak terbang.

Mikroorganisme tersebut mencerna pula pati, gula, lemak, protein dan


nitrogen bukan protein untuk membentuk protein mikrobial dan vitamin B.
Tidak ada enzim dari sekresi lambung ruminansia tersangkut dalam sintesis
mikrobial.

Amilase dari pankreas dikeluarkan ke dalam bagian pertama usus halus


(duodenum) yang kemudian terus mencerna pati dan dekstrin menjadi
dekstrin sederhana dan maltosa.

Enzim-enzim lain dalam usus halus yang berasal dari getah usus mencerna
pula karbohidrat.

Enzim-enzim tersebut adalah


1. Sukrase (invertase) yang merombak sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.

2. Maltase yang merombak maltosa menjadi glukosa

3. Laktase yang merombak laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.

Dari data diatas dapat dirangkum bahwa

Pada hewan memamah biak, lambungnya terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:

1. Rumen: bagian lambung tempat penghancuran makanan secara mekanis

2. Retikulum: bagian lambung tempat pencernaan selulosa oleh bakteri

3. Omasum: bagian lambung tempat pencernaan secara mekanik

4. Abomasum: bagian lambung tempat terjadinya pencernaan secara kimiawi


dengan bantuan enzim dan HCl yang dihasilkan oleh dinding abomasum

Jadi makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai
gudang sementara bagi makanan yang tertelan.
Di rumen terjadi pencernaan protein,polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh
enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu.

Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan
dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus).

Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut
makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke omasum.

Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur
dengan bolus.

Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di
tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim
Dengan demikian, bagian lambung hewan memamah biak yang serupa dengan
lambung manusia adalah abomasum OK

By Eka Fitriani6:13 PM3 comments

PENGERTIAN DAN SISTEM PENCERNAAN HEWAN RUMINANSIA DAN NON


RUMINANSIA

Hewan Ruminansia

Hewan ruminansia adalah kelompok hewan mamalia yang bisa memah


(memakan) dua kali sehingga kelompok hewan tersebut dikenal uga sebagai hewan
memamah biak. Dalam sistem klasifikasi, manusia dan hewan ruminansia pada
umumnya mempunyai kesamaan siri dari sistem pencernaan hewan ruminansia dan
manusia. Contoh hewan ruminansia ialah kerbau, domba, kambing, sapi, kuda,
jerapah, kancil, rusa dan lain lain.

Ditinjau dari cara makan dan sistem pencernaannya, hewan ruminansia atau
hewan memamah biak termasuk hewan yang unik. Mereka dapat mengunyah atau
memamah makanannya yang berupa rerumputan melalui 2 fase. Fase pertama
terjadi saat awal kali mereka makan, makanannya itu hanya dikunyah sebentar dan
masih kasar. Mereka kemudian menyimpan makanannya itu dalam rumen
lambung . Selang beberapa waktu saat lambung sudah penuh, mereka kemudian
mengeluarkan makanan yang dikunyahnya tadi untuk dikunyah kembali hingga
teksturnya lebih halus. Baru kemudian setelah halus, makanan tersebut masuk ke
dalam rumen lambung lagi.
Proses dan Saluran Sistem Pencernaan Hewan Ruminansia

Menyadari bahwa jenis makanannya tersusun atas selulosa yang sulit


dicerna, hewan ruminansia memiliki saluran sistem pencernaan khusus. Adapun
organ-organ pada saluran sistem pencernaan hewan ruminansia berikut ini telah
beradaptasi jenis makanan alaminya.

1. Rongga Mulut(Cavum Oris)


Dalam rongga mulut hewan ruminansia, terdapat 2 organ sistem pencernaan
yang memiliki fungsi penting, yaitu gigi dan lidah. Gigi ruminansia berbeda dengan
susunan gigi mamalia lain. Gigi seri (insisivus) memiliki bentuk yang sesuai untuk
menjepit makanan berupa rumput, gigi taring (caninus) tidak berkembang sama
sekali, sedangkan gigi geraham belakang (molare) memiliki bentuk datar dan lebar.

2. Esofagus

Esofagus atau kerongkongan adalah saluran organ penghubung antara


rongga mulut dan lambung. Di saluran ini, makanan tidak mengalami proses
pencernaan. Mereka hanya sekedar lewat sebelum kemudian digerus di dalam
lambung. Esofagus pada hewan ruminansia umumnya berukuran sangat pendek
yaitu sekitar 5 cm, namun lebarnya mampu membesar (berdilatasi) untuk
menyesuaikan ukuran dan tekstur makanannya.

3. Lambung
Setelah melalui esofagus, makanan akan masuk ke dalam lambung. Lambung
pada hewan ruminansia selain berperan dalam proses pembusukan dan peragian,
juga berguna sebagai tempat penyimpanan sementara makanan yang akan
dikunyah kembali. Ukuran ruang dalam lambung hewan ruminansia bervariasi
tergantung pada umur dan makanannya. Yang jelas ruangan lambung tersebut
terbagi menjadi 4 bagian yaitu rumen (80%), retikulum (5%), omasum (78%), dan
abomasum (78%).

a. Rumen (Perut Besar)

Mula-mula makanan yang melalui kerongkongan akan masuk ke dalam


rumen. Makanan ini secara alami telah bercampur dengan air ludah yang sifatnya
alkali dengan pH 8,5. Rumen berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
bagi makanan yang telah ditelan. Setelah rumen terisi cukup makanan, sapi akan
beristirahat sembari mengunyah kembali makanan yang dikeluarkan dari rumen
ini.Di dalam rumen, populasi bakteri dan Protozoa menghasilkan enzim
oligosakharase, hidrolase, glikosidase, amilase, dan enzim selulase. Enzim-enzim ini
berfungsi untuk menguraikan polisakarida termasuk selulosa yang terdapat dalam
makanan alami mereka. enzim pengurai protein seperti enzim proteolitik dan
beberapa enzim pencerna lemak juga terdapat di sana.

b. Retikulum (Perut Jala)

Di retikulum, makanan diaduk-aduk dan dicampur dengan enzim-enzim


tersebut hingga menjadi gumpalan-gumpalan kasar (bolus). Pengadukan ini
dilakukan dengan bantuan kontraksi otot dinding retikulum. Gumpalan makanan ini
kemudian didorong kembali ke rongga mulut untuk dimamah kedua kalinya dan
dikunyah hingga lebih sempurna saat sapi tengah beristirahat.

c. Omasum (Perut Buku)

Setelah gumpalan makanan yang dikunyah lagi itu ditelan kembali, mereka
akan masuk ke omasum melewati rumen dan retikulum. Di dalam omasum, kelenjar
enzim akan membantu penghalusan makanan secara kimiawi. Kadar air dari
gumpalan makanan juga dikurangi melalui proses absorpsi air yang dilakukan oleh
dinding omasum.

d. Abomasum (Perut Masam)

Abomasum adalah perut yang sebenarnya karena di organ inilah sistem


pencernaan hewan ruminansia secara kimiawi bekerja dengan bantuan enzim-
enzim pencernaan. Di dalam abomasum, gumpalan makanan dicerna melalui
bantuan enzim dan asam klorida. Enzim yang dikeluarkan oleh dinding abomasum
sama dengan yang terdapat pada lambung mamalia lain, sedangkan asam klorida
(HCl) selain membantu dalam pengaktifan enzim pepsinogen yang dikeluarkan
dinding abomasum, juga berperan sebagai desinfektan bagi bakteri jahat yang
masuk bersama dengan makanan. Seperti diketahui bahwa bakteri akan mati pada
Ph yang sangat rendah.

4. Usus Halus dan Anus


Setelah makanan telah halus, dari ruang abomasum makanan tersebut
kemudian didorong masuk ke usus halus. Di organ inilah sari-sari makanan diserap
dan diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Selanjutnya ampas atau sisa makanan
keluar melalui anus.

Hewan Non Ruminansia


a. Pengertian

Hewan non ruminansia (unggas) memiliki pencernaan monogastrik (perut


tunggal) yang berkapasitas kecil. Makanan ditampung di dalam crop
kemudianempedal/gizzard terjadi penggilingan sempurna hingga halus. Makanan
yang tidak tercerna akan keluar bersama ekskreta, oleh karena itu sisa pencernaan
pada unggas berbentuk cair.

Zat kimia dari hasilhasil sekresi kelenjar pencernaan memiliki peranan


penting dalam sistem pencernaan manusia dan hewan monogastrik lainnya.
Pencernaan makanan berupa serat tidak terlalu berarti dalam spesies ini. Unggas
tidak memerlukan peranan mikroorganisme secara maksimal, karena makanan
berupa serat sedikit dikonsumsi. Saluran pencernaan unggas sangat berbeda
dengan pencernaan pada mamalia. Perbedaan itu terletak didaerah mulut dan
perut, unggas tidak memiliki gigi untuk mengunyah, namun memiliki lidah yang
kaku untuk menelan makanannya. Perut unggas memiliki keistimewaan yaitu terjadi
pencernaan mekanik dengan batu-batu kecil yang dimakan oleh unggas digizzard.

Saluran pencernaan ruminansia terdiri dari rongga mulut (oral),


kerongkongan (oesophagus), proventrikulus (pars glandularis), yang terdiri
darirumen, retikulum, dan omasum; ventrikulus (pars muscularis) yakni abomasum,
usus halus (intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum), sekum (coecum),
kolon, dan anus. Lambung sapi sangat besar, yakni dari isi rongga perut.
Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang
akan dikunyah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi
pembusukan dan peragian.

Pada hewan lambung tunggal (kelinci) organ saluran pencernaanya terdiri


dari mulut, faring, kerongkongan, lambung (gastrum), usus halus (intestineum
tenue), yang terdiri dari doedenum, jejenum, ileum, usus besar (intestinum
crasum), yang terdiri dari kolon, sekum, dan rektum kemudian berakhir pada anus.

b. Saluran Pencernaan Nonruminansia

Saluran pencernaan non ruminansia. Pada ternak non ruminansia atau


hewan yang mempunyai labung tunggal alat pencernaanya terdiri dari :
a. Mulut ( cawar oris )

b. Tekak ( pharing )

c. Kerongkongan ( esophagus )

d. Gastrium ( lambung )

e. Intestinum tenue ( usus halus: duodenum, ileum ,jejunum ) usus kasar


( caecum dan rektum)

f. Anus

Saluran pencernaan ini dinamakan dengan monogastrik, pada jenis unggas


saluran pencernaanya mempunyai beberapa perbedaan dalam bentuk anatominya
dengan hewan monogastrik lainnya, tetapi fungsinya secara umum dapat di
katakana hamper sama, sedangkan pada hewan ruminansia lebih komleks.

Perbedaan kebutuhan zat makanan ternak ruminansia dan non ruminansia


Standar kebutuhan pakan atau sering juga diberi istilah dengan standar kebutuhan
zat-zat makanan pada hewan ruminansia sering menggunakan satuan yang
beragam, misalnya untuk kebutuhan energi dipakai Total Digestible Nutrient (TDN),
Metabolizable Energy (ME) atau Net Energy (NEl) sedangkan untuk kebutuhan
protein dipakai nilai Protein Kasar (PK), PK tercerna atau kombinasi dari nilai
degradasi protein di rumen atau protein yang tak terdegradasi di rumen. Istilah
STANDAR didefinisikan sebagai dasar kebutuhan yang dihubungkan dengan fungsi
aktif (status faali) dari hewan tersebut.

Misalnya pada sapi perah, pemberian pakan didasarkan atas kebutuhan


untuk hidup pokok dan produksi susu, sedangkan untuk sapi potong lebih ditujukan
untuk kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan. Namun tidak mudah pula untuk
menentukan kebutuhan hanya untuk hidup pokok saja atau produksi saja, terutama
untuk kebutuhan zat makanan yang kecil seperti vitamin dan mineral.

Dalam prakteknya dapat diambil contoh sebagai berikut :

Seekor sapi dengan bobot 500 kg memerlukan energi hidup pokok sebesar 33
MJ NE. Nilai kebutuhan energi ini dapat bervariasi karena dilapangan akan
didapatkan data untuk sapi dengan kelebihan atau kekurangan pakan. Oleh sebab
itu dalam pemberian harus ditetapkan batas minimal sejumlah kebutuhan nutrient
yang direkomendasikan NRC, jangan sampai kurang dari kebutahan.

Variasi kebutuhan ditentukan oleh macam hewan dan kualitas pakan.


Sesungguhnya standar pakan ini dibuat untuk dapat mengantisipasi situasi yang
lebih beragam, termasuk pengaruh perubahan cuaca. Standar ini juga masihbisa
dipakai untuk kepentingan taraf nasional (dari Negara yang menyusun) ataubahkan
dapat untuk keperluan dunia internasional yang mempunyai kondisi iklim yang
hampir sama.

Sejak tahun 1960-1965 di Inggris, melalui Dewan Agricultural Research


Council (ARC) telah membuat tabel standar kebutuhan nutrient dari beberapa jenis
ternak. Pada tahun 1970 semua publikasi mengenai table kebutuhan nutrient
tersebut diperbaharui (direvisi) dan keluarlah edisi terbaru untuk ruminansia pada
tahun 1980. Perubahan tersebut meliputi seluruh zat makanan terutama tentang
standar untuk penggunaan vitamin dan mineral. Saat ini telah banyak negara maju
dan berkembang yang mempunyai standar kebutuan zat makanan untuk ternak
lokalnya. Namun sampai sekarang Indonesia belum mempunyai tabel tersebut.
Standar kebutuhan yang dipakai di Indonesia adalah hasil dari banyak penelitian
yang ada saja.

Standar Kebutuhan Nutrien untuk Hidup Pokok Seekor hewan dikatakan


dalam keadaan kondisi hidup pokok apabila komposisi tubuhnya tetap, tidak
tambah dan tidak kurang, tidak ada produk susuatau tidak ada tambahn ekstra
energi untuk kerja. Nilai kebutuhan hidup pokok ini hanya dibutuhkan secara
akademis saja, sedangkan dunia praktisi tidak membutuhkan informasi tersebut,
yang dibutuhkan oleh praktisiwan adalah total kebutuhan hidup pokok dan produksi
yang optimal. Jadi pendapat mengenai kebutuhan hidup pokok untuk hewan secara
teori berbeda dengan prakteknya.

Pada hewan yang puasa akan terjadi oksidasi cadangan nutrient untuk
memenuhi kebutuhan energi hidup pokoknya, seperti untuk bernafas dan
mengalirkan darah ke organ sasaran. Tujuan sesungguhnya dari pembuatan ransum
untuk hidup pokok adalah supaya tidak terjadi perombakan cadangan tubuh yang
digunakan untuk aktivitas pokok.
Sistem Pencernaan Pada Hewan Ruminansia

PintarBiologi.com | Sistem Pencernaan Pada Hewan Ruminansia - Hewan-


hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau disebut sebagai
hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan makanan pada hewan ini
lebih panjang dan kompleks. Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa yang
sulit dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda
dengan sistem pencernaan hewan lain.

Perbedaan sistem pencernaan makanan pada hewan mammalia, tampak pada


struktur gigi, yaitu terdapat geraham belakang (molar) yang besar, berfungsi untuk
mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Sapi, misalnya, mempunyai susunan
gigi sebagai berikut:

3 3 0 0 0 0 0 0 Rahang atas
M P C I I C P M Jenis gigi
3 3 0 4 4 0 3 3 Rahang bawah

Keterangan:
I = insisivus = gigi seri
C = kaninus = gigi taring
P = premolar = gerahamdepan
M = molar = geraham belakang

Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak
mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih
banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah
makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50%
selulosa.
Gambar: Susunan gigi ruminansia

Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus
(kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi
(mernbesar). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan
sekitar 5 cm.

Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dart isi rongga perut. Lambung
mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan
dimamah kembali (kedua kah). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses
pembusukan dan peragian.

Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan
abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan
alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-
8%.

Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi.
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang
sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein,
polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh
bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke
retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan
yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk
dimamah kedua kali.

Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada
omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan
bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya
dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.

Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti
pada sapi untuk fermentasi seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang
dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri.
Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung.
Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses pencernaan
selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan pada sapi proses
pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang kedua-duanya
dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.
Gambar: Sistem pencernaan pada ruminansia

Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan
kembali. Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat
makanan, yang akan dicernakan lagi oleh kelinci. Usus pada sapi sangat panjang,
usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang
sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).

Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk
mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas
yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.

Di samping itu, pada hewan mamalia terdapat modifikasi lambung yang dibedakan
menjadi 4 bagian, yaitu: rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum (perut
kitab), dan abomasum (perut masam).

Pencernaan Karbohidrat

Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut, dimana bahan makanan bercampur


dengan ptialin, yaitu enzim yang dihasilkan oleh kelenjar saliva (saliva hewan
ruminansia sama sekali tidak mengandung ptyalin). Ptialin mencerna pati menjadi
maltosa dan dekstrin.

Pencernaan tersebut sebagian besar terjadi di mulut dan lambung. Mucin dalam
saliva tidak mencerna pati, tetapi melumasi bahan makanan sehingga dengan
demikian bahan makanan mudah untuk ditelan.

Mikroorganisme dalam rumen merombak selulosa untuk membentuk asam-asam


lemak terbang. Mikroorganisme tersebut mencerna pula pati, gula, lemak, protein
dan nitrogen bukan protein untuk membentuk protein mikrobial dan vitamin B.
Tidak ada enzim dari sekresi lambung ruminansia tersangkut dalam sintesis
mikrobial.

Amilase dari pankreas dikeluarkan ke dalam bagian pertama usus halus


(duodenum) yang kemudian terus mencerna pati dan dekstrin menjadi dekstrin
sederhana dan maltosa. Enzim-enzim lain dalam usus halus yang berasal dari getah
usus mencerna pula karbohidrat. Enzim-enzim tersebut adalah:
1. Sukrase (invertase) yang merombak sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
2. Maltase yang merombak maltosa menjadi glukosa
3. Laktase yang merombak laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.

Anda mungkin juga menyukai