Oleh:
Inriyatni Sri Pertiwi Ginting
14/375666/PGE/01156
Latar Belakang
PEMBAHASAN
Landasan Teori
1. Produktifitas
3. Kesinambungan
Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya
untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia,
dan lingkungan selalu diperbaharui.
4. Pemberdayaan
Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan
menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka serta untuk berpartisipasi dan
mengambil keputusan dalam proses pembangunan.
Access to resource, dapat diukur secara makro melalui PDB rill perkapita
dengan terminologi purchasing power parity dalam dolar AS dan dapat dilengkapi
dengan tingkatan angkatan kerja.
. Derajat kesehatan dan panjangnya umur yang terbaca dari angka harapan
hidup (life expecntacy rate), parameter kesehatan dengan indikator angka harapan
hidup, mengukur keadaan sehat dan berumur panjang.
2. Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf rata-rata lamanya sekolah,
parameter pendidikan dengan angka melek huruf dan lamanya sekolah, mengukur
manusia yang cerdas, kreatif, terampil, dan bertaqwa.
Kondisi
Faktor Komponen
Ideal Terburuk
Kelangsungan
Angka Harapan Hidup (thn) 85,5 25,0
hidup
Angka Melek Huruf (%) 100,0 0,0
Pengetahuan
Rata-rata lama sekolah (thn) 15 0
Daya Beli Konsumsi rill perkapita (Rp) 732.720 300.000
Sumber: UNDP,Human Development Report 1993
Dapat disimpulkan bahwa negara dengan nilai HDI dibawah 0,51 hingga
0,79 dapat dikatakan bahwa negara tersebut mulai memperhatikan pembangunan
manusianya, sedangkan negara dengan nilai HDI 0,8 berarti negara tersebut
sangat memperhatikan pembangunan manusianya.
- Umur panjang dan kehidupan yang sehat, dengan indikator angka harapan hidup.
- Pengetahuan, yang diukur dengan angka melek huruf dan kombinasi dari angka
partisipasi sekolah untuk tingkat dasar, menengah dan tinggi.
- Standar hidup yang layak, dengan indikator PDRB per kapita dalam bentuk
Purchasing Power Parity (PPP).
5. Konsumsi Perkapita
Salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan sosial yang
merata adalah dengan melihat tinggi rendahnya persentase penduduk yang melek
huruf. Tingkat melek huruf dapat dijadikan ukuran kemajuan suatu bangsa. Angka
Melek Huruf (AMH) adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia 15 tahun
ke atas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15 tahun
ke atas. Batas maksimum untuk angka melek huruf, adalah 100 sedangkan batas
minimum 0 (standar UNDP). Hal ini menggambarkan kondisi 100 persen atau
semua masyarakat mampu membaca dan menulis, dan nilai nol mencerminkan
kondisi sebaliknya.
Negara Jepang
Jepang adalah Negara kepulauan yang terdiri dari 6.852 pulau dan secara
administratif terdiri atas 47 perfektur. Populasi penduduk Jepang saat ini telah
mencapai lebih dari 126 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 98 juta diantaranya (78%)
tinggal di wilayah kota dan sisanya tinggal di pedesaan. Pembangunan di Jepang
masih menitikberatkan pada perencanaan dan pengendalian fisik. Perencanaan
pembangunan di Jepang pada umumnya diorientasikan pada pengendalian fisik di
kawasan urban. Pengembangan daerah pedesaan berada dalam cakupan
perencanaan statuter (statutory planning) dan dipengaruhi oleh berbagai hukum
dan kebijakan menyangkut proteksi terhadap agrikultur.
badan-badan legislatif yang terdiri dari dua dewan. Golongan-golongan lama pada
masa feodal yang membuat masyarakat terbagi-bagi di hapuskan. Pemerintahan
Meiji membawa pencerahan dan imajinatif membantu membimbing bangsanya
melalui peralihan yang penuh dinamika puluhan tahunnya. Setelah zaman Meiji
industrialisasi berarti pembentukan kota-kota industri baru dan ini juga ikut
menyebabkan terjadinya konsentrasi penduduk di kota-kota. Di sisi lain banyak
kota di Jepang yang pada mulanya merupakan kota puri milik pangeran-pangeran
feudal, tetap mempertahankan ciri feodalistiknya dengan penyesuaian modern.
penulis dapat melihat aspek nilai-nilai budaya yang berkembang dan sejauh mana
pandangan pemerintah terhadap peran pendidikan dalam pembangunan.
Kesadaran status tradisional bangsa Jepang yang telah bertahan cukup lama
memiliki kelebihan untuk merangsang rakyat dan berusaha mengembangkan
perekonomian, bersamaan dengan nilai tradisional yang dimiliki bangsa Jepang.
Berkaitan dengan nilai-nilai tradisional dalam pembangunan, nilai-nilai tradisional
di pandang tidak sebagai penghambat pembangunan lagi, namun nilai-nilai
tradisional positif mampu menumbuhkan sikap mentalitas masyarakat dalam
pembangunan tersebut. Tradisi zaman Meiji menekankan tujuan untuk memiliki
pengetahuan teknik barat sambil sementara itu tetap memelihara semangat Jepang
(wakonyosai), sekaligus menitikberatkan pentingnya kesalehan-kesalehan
timur,serta ilmu pengetahuan dan teknologi barat mengacaukan modernisasi,
sehingga orang lebih mementingkan perkembangan ekonomi dan perluasan
kekuatan militer. Pada zaman Meiji seperti yang telah dibahas sebelumnya terjadi
urbanisasi kedaerah perkotaan, uniknya penduduk yang mengalir kedalam kota-
kota besar itu tidaklah berubah menjadi warga negara modern, tetapi
mempertahankan ikatan-ikatan mereka dengan daerah-daerah pedesaan asal usul
mereka.
Namun, bangsa Jepang dapat bangkit dengan cepat. Di perang dunia II,
Jepang menyerang Pearl Harbour pada 7 Desember 1941 yang akhirya membawa
Amerika pada perang dunia II. Pearl Harbor adalah pangkalan Angkatan Laut
Amerika Serikat di pulau Oahu, Hawaii, barat Honolulu. Banyak dari pelabuhan
dan daerah sekeliling merupakan pangkalan Angkatan Laut bawah laut Amerika
Serikat: Mabes Armada Pasifik Amerika Serikat. Penyerangan itu membawa luka
yang cukup dalam untuk Amerika.
Jepang menyerang pangkalan tersebut pada pagi buta saat pasukan
Amerika sedang tidak siaga untuk berperang. Untuk kerugian dan korban secara
keseluruhan, 21 kapal armada Pasifik tenggelam atau rusak, 188 pesawat terbang
musnah dan 159 rusak, orang-orang Amerika yang tewas berjumlah 2.403. Jumlah
itu termasuk 68 orang sipil, dan ada 1.178 anggota militan dan orang-orang sipil
terluka. Kemarahan Amerika direalisasikan pada tanggal 6 Agustus 1945 dan 9
agustus 1945. Pada kedua tanggal tersebut, secara berurutan, Amerika menyerang
Hiroshima dan Nagasaki dengan bom atom. Kerusakan yang ditimbulkan oleh
pengeboman tersebut sangat di luar dugaan. Jepang segera lumpuh seketika,
menyerah tanpa syarat pada sekutu tanggal 14 Agustus 1945.
Bangsa Jepang merupakan bangsa yang tidak mudah menyerah. Dari segi
budaya, mereka menerapkan sistem kerja kolektif dan bukan merupakan bangsa
yang senang meniru. Mereka selalu berusaha belajar dari kemajuan dan kesalahan
bangsa lain tanpa harus mencontoh seutuhnya. Seorang ilmuan di Jepang benar
benar memiliki andil yang sangat besar dalam proses pembangunan bangsa.
Ketika para ilmuan Jepang belajar teknologi maupun perekonomian di Amerika
maupun negara Eropa, saat studi tersebut selesai, mereka akan dengan bangga
kembali ke tanah airnya dan menerapkan apa yang didapat dengan beberapa
modifikasi keunikan sistem sosial dan sistem budaya yang mereka miliki.
Bangsa Jepang memiliki rakyat yang cukup nasionalis. Ekonomi modern
berkembang secara simultan dengan identitas budaya nasionalnya. Banyak
pengamat Barat menyebut bahwa identitas kebudayaan dan institusi sosial adalah
embrio kapitalisme Jepang. Ilmuwan barat menjuluki kebangkitan perekonomian
Jepang sebagai sebuah pengecualian menyimpang (anomaly) dan paradoksal. Bagi
ilmuwan Jepang teori ekonomi barat hanya dianggap sebagai bahan baku dan
bukan alat yang langsung bisa dipakai.
a. Investor asing tidak tertarik berinvestasi karena Jepang bukan Negara yang kaya
sumberdaya alam sehingga capital-inflow dalam bentuk Foreign Direct
Investment (FDI) tidak terjadi.
b. Pemerintah Jepang pada saat itu benar-benar belajar dari pengalaman Negara-
negara lain yang mengalami kesalahan dalam mengelola foreign capital seperti
yang terjadi di Negara Mesir dan Turki yang menyebabkan kekacauan ekonomi
di kedua negara tersebut. Belajar dari kegagalan Negara lain, pemerintah Jepang
giat mengkonsolidasikan sumberdaya domestik dan mendorong perusahaan-
perusahaan lokal untuk menjadi mitra pemerintah dalam membangun dan
memajukan perekonomian nasional serta membantu dan memfasilitasi
masyarakatnya menjadi pengusaha-pengusaha baru. Dengan mengefektifkan
sumberdaya-sumberdaya baru tersebut, Jepang memulai revolusi industrinya
sebagai kekuatan utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam sejarah
Jepang, sebelum tahun 900, pinjaman luar negeri yang terbesar tercatat 5 juta yen
yang dipinjam pada tahun 1870 ketika membangun ruas jalan kereta api antara
Tokyo dan Yokohama. Prosentase pinjaman tersebut masih sangat kecil
dibandingkan dengan total dana yang dipakai untuk membangun ruas jalan kereta
api pada saat itu.
Kesimpulan
REFERENSI
http://www.antaranews.com/berita/1281882466/zenso-otonomi-daerah-
jepang-sebagai-referensi diakses pada 01 April 2015