Penyusun :
1. Fridianty Anggraeni 021411131060
2. Fadilatul Rohmah 021411131061
3. Nabila Anjani Yovanka 021411131062
4. Urfa Aprilia Aksyan 021411131063
5. Naztasya Claudia 021411131064
6. Danny Hadisaputra 021411131120
7. Arseto Tri Baskoro 021411131121
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum ilmu material kedokteran gigi ini.
Adapun laporan ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini.
Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki laporan praktikum ilmu material kedokteran gigi ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari laporan praktikum ilmu
material kedokteran gigi ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca.
(Kelompok B1)
1. Tujuan
a. Mengetahui perbedaan konsistensi semen seng fosfat sebagai basis dan luting.
1
b. Mengetahui setting time semen seng fosfat sebagai basis dan luting.
2
Gambar 2. Alat untuk praktikum semen seng fosfat.
(a) jarum Gillmore, (b) stopwatch, (c) kuas kecil, (d) plastic filling, (e) celluloid strip, (f)
cetakan sampel, (g) kaca tipis, (h) pisau malam, (i) spatula semen, (j) glass lab tebal, (k)
timbangan digital
3. Cara Kerja
3.1 Uji setting time semen seng fosfat sebagai luting.
a. Semua alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan. Cetakan sampel diolesi
dengan Vaseline pada bagian dalamnya atau cincinnya, kemudian diletakkan
pada kaca tipis yang sebelumnya diberi celluloid strip.
b. Botol bubuk semen seng fosfat ditimbang pada timbangan digital dan beratnya
dicatat. Botol diketuk beberapa kali pada telapak tangan kemudian bubuk
diambil dengan sendok takar pabrik (no 3). Permukaan sendok takar diratakan
dengan sekat yang terdapat pada botol bubuk semen, Kemudian diletakkan diatas
glass lab dan dibagi menjadi beberapa bagian. Botol bubuk semen seng fosfat
ditimbang lagi pada timbangan digital untuk mengetahui berat bubuk semen seng
fosfat yang sudah diambil.
c. Botol cairan semen seng fosfat ditimbang pada timbangan digital dan beratnya
dicatat. Kemudian botol diputar/ squeeze dan dipegang secara vertical terbalik
untuk meneteskan isi tanpa adanya penekanan sebanyak 3 tetes pada glass slab
disebelah bubuk semen. Saat meneteskan cairan sebaiknya jangan terlalu jauh
dengan bubuk semen agar tidak kesulitan saat melakukan pencampuran. Botol
3
cairan ditimbang lagi kemudian beratnya dicatat untuk mengetahui berat cairan
yang telah diteteskan.
e. Adonan semen seng fosfat dikumpulkan menjadi satu dengan bantuan spatula
semen yang dimiringkan 45. Adonan semen diambil dan ditarik keatas untuk
menguji konsistensinya, apabila adonan yang terangkat tidak putus (string) maka
konsistensi adonan tersebut merupakan konsistensi adonan untuk luting.
g. Cetakan sampel yang telah terisi penuh adonan semen seng fosfat ditutup
dengan celluloid strip kemudian ditutup dengan kaca tipis sambil ditekan.
h. Adonan semen ditunggu hingga mendekati setting time, apabila celluloid strip
sudah bisa dilepas dengan mudah maka adonan tersebut siap diuji dengan jarum
gillmore.
i. Mata jarum gillmore yang digunakan adalah mata jarum untuk uji final setting.
Permukaan adonan semen seng fosfat ditekan dengan jarum gillmore interval 5
detik dengan tempat tekan yang berbeda. Uji setting time dilakukan hingga
penekanan jarum gillmore pada adonan semen seng fosfat tidak meninggalkan
bekas.
4
j. Waktu yang ditunjukkan stopwatch dicatat, selisih berat bubuk serta cairan
semen yang digunakan dihitung kemudian dirata-rata.
a. Cara kerja yang dilakukan sama dengan pembuatan adonan luting, bubuk yang
digunakan sebanyak 1 sedok takar pabrik (no 3) namun pada adonan semen
seng fosfat untuk basis digunakan cairan sebanyak 2 tetes.
b. Adonan semen seng fosfat untuk basisi diuji konsistensinya dengan cara adonan
dikumpulkan menjadi satu, dan dapat dibentuk seperti bulatan/ putty (tidak
melekat pada glass lab).
c. Uji setting time untuk adonan semen seng fosfat sebagai basis sama dengan
adonan yang digunakan untuk luting.
a c d
b
5
e j h
f g
i p
n
k
ml
o
Gambar 3.
Cara kerja praktikum semen seng fosfat
a. Semua alat dan bahan yang akan digunakan b. Cetakan sampel diolesi vaseline
c. Cetakan diletakkan pada kaca tipis yang sebelumnya diberi celluloid strip d. Botol
bubuk semen seng fosfat ditimbang pada timbangan digital e. Bubuk diambil dengan
sendok takar pabrik (no 3) f. Bubuk diletakkan diatas glass lab g. Bubuk dibagi
menjadi beberapa bagian h. Botol cairan semen seng fosfat ditimbang pada
timbangan digital i. Botol cairan dipegang secara vertical terbalik untuk meneteskan
isi j. Bubuk semen seng fosfat bagian pertama dimasukkan kedalam cairan k. diaduk
menggunakan spatula semen secara memutar, menekan dan spreading selama 10
detik l. adonan dimasukkan ke cetakan m. Mengambil beberapa bagian semen
menggunakan ujung plastic filler n. Cetakan sampel yang telah terisi penuh adonan
semen seng fosfat ditutup dengan celluloid strip o. Adonan ditutup dengan kaca tipis
sambil ditekan p. adonan tersebut siap diuji dengan jarum gillmore.
4. Hasil Praktikum
Tabel 4.1. Setting time semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai basis.
6
3. 0,38 gr 0,15 gr 7 menit 23 detik
Tabel 4.2. Setting time semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai luting.
Keterangan:
Nama pengamat setting time semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai luting:
1. Titien Hary Agustantina, drg.,M.Kes
2. Fridianty Anggraeni
3. Fadilatul Rohmah
4. Nabila Anjani Yovanka
Nama pengamat setting time semen seng fosfat \yang dimanipulasi sebagai basis:
1. Titien Hary Agustantina, drg.,M.Kes
2. Urfa Aprilia
3. Naztasya Claudia
4. Danny Hadisaputra
5. Arseto Tri Baskoro
5. Pembahasan
5.1 Landasan Teori
Semen Seng Fosfat
7
Semen seng fosfat adalah semen yang digunakan untuk restorasi alloy,
semen seng fosfat tersedia dalam bubuk dan cairan, yang keduanya dicampur
untuk bereaksi satu sama lain selama proses pencampuran (Craigs 2002,
p.595).
Komposisi
Komposisi utama dalam bubuk semen seng fosfat adalah zinc oxide
(90%) dan magnesium oxide (10%). Komposisi dari bubuk dicampur pada
suhu 1000-1400oC hingga seperti adonan kue lalu dihaluskan menjadi bubuk.
Ukuran partikel bubuk dapat mempengaruhi setting semen seng fosfat, makin
kecil partikel yang terdapat pada bubuk maka makin cepat setting semen seng
fosfat. Bahan cairnya mengandung phosphoric acid, air, aluminum phosphate,
dalam beberapa kasus terdapat juga zinc phosphate. Kandungan asam dari
cairan adalah 5 % berat. Air yang ada di dalam cairan berguna untuk
mengontrol ionisasi asam yang terkandung. Yang nantinya akan
mempengaruhi laju reaksi powder-liquid (acid-base).
Ketika bubuk dicampur dengan cairan, phosphoric acid menyerang
permukaan partikel dan melepas ion zinc ke dalam cairan. Aluminum, yang
sudah membentuk complex dengan phosphoric acid bereaksi dengan zinc dan
menghasilkan zinc aluminophosphate gel pada permukaan dari bagian yang
tersisa dari partikel. Sehingga semen yang set adalah struktur yang berinti,
yang terutama terdiri dari partikel zinc oxide yang tidak bereaksi yang
tertanam dalam matriks amorf kohesif zinc aluminophosphate.
Reaksi
Ketika bubuk dan cairan semen dilakukan pencampuran maka akan
terjadi suatu reaksi dan terbentuklah semen seng fosfat yang relatif tidak larut.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
3ZnO + 2H3PO4 + H20 Zn3(PO4)2 . 4H2O
Reaksi ini berjalan dengan cepat dan bersifat eksotermis sekalipun laju
reaksi juga dapat disesuaikan oleh adanya buffer yang terdapat dalam asam
8
dan proses khusus penonaktifan dari bubuk oksida seng yang melibatkan
pemanasan dan sintering dengan less reactive oxide yang lainnya (McCabe
and Walls 2008, p.273)
Manipulasi
Perbandingan bubuk dan cairan tergantung pada aplikasi. Untuk cavity
lining mempunyai konsistensi putty-like dengan perbandingan bubuk dan
cairan 3.5 : 1. Sedangkan untuk luting memiliki campuran yang lebih encer
dengan perbandingan bubuk dan cairan yang lebih rendah agar mempunyai
kemampuan untuk mengalir pada saat pemasangan suatu restorasi (McCabe
and Walls 2008, p.273).
Reaksi kimia dimulai saat bubuk dicampur cairan. Permukaan bubuk
yang bersifat alkali larut dalam cairan yang bersifat asam menghasilkan reaksi
eksotermis. Oleh karena itu, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mengatasi reaksi eksotermis, yaitu:
1. Pengadukan dengan area yang luas
2. Penggunaan glass slab yang tebal
Penggunaan glass slab yang tebal dimaksudkan agar
temperatur panas yang dihasilkan dari reaksi eksotermis saat
pengadukan semen dapat diserap dengan baik sehingga temperatur
panas bisa segera teratasi (Craigs 2002, p.596).
3. Glass slab yang didinginkan
4. Bubuk dibagi menjadi beberapa bagian
Pada saat sebelum melakukan pencampuran semen, bubuk
semen dibagi menjadi beberapa porsi kecil terhadap cairan, cara ini
dilakukan agar panas dapat dilepaskan dan mudah diserap oleh
permukaan glass slab tebal sehingga adanya reaksi eksotermis dari
pencampuran bubuk dan cairan semen bisa ditekan
5. Penggunaan cairan semen
6. Aplikasi semen seng fosfat
9
Campuran bubuk dan cairan semen seng fosfat harus segera
diaplikasikan sebelum terjadi pembentukan matriks. Setelah itu,
adonan semen seng fosfat harus ditekan sampai semen seng fosfat
mengeras untuk mengurangi rongga udara. Selama prosedur, daerah
kerja harus tetap kering
Kelebihan semen seng fosfat dapat dibuang setelah mengeras.
Dianjurkan untuk mengulaskan selapis vernis pada daerah tepi yang
bertujuan untuk memberi lebih banyak waktu bagi semen seng fosfat
untuk setting (Anusavice 2013, p.466)
10
dihasilkan tidak terlalu banyak. Keuntungan lain dari membagi bubuk menjadi
bagian-bagian kecil adalah mendapatkan konsistensi yang diinginkan. Saat
semua bubuk telah bercampur dengan liquid, pencampuran harus segera
dihentikan karena apabila dilanjutkan akan menyebabkan semen rapuh (Mc
Cabe dan Walls, 2008, p.273). Penggunaan glass slab yang dingin dengan
permukaan yang luas atau tebal juga dapat meminimalkan panas yang
dihasilkan dari reaksi eksotermis. Hal ini dikarenakan panas yang dihasilkan
dari reaksi eksotermis saat pengadukan semen dapat diserap dengan baik
sehingga temperatur panas bisa segera teratasi dan mempepanjang working
time. Selain itu, panas dari reaksi eksotermis juga dapat diminimalisir dengan
cara memperluas area pengadukan semen seng fosfat.
Semen seng fosfat memiliki tiga tahap pengadukan yaitu memutar,
menekan, dan meluaskan permukaan adonan atau biasa disebut spreading.
Bubuk dan cairan diaduk pada glass slab dengan cara memutar bertujuan
untuk membasahi semua permukaan bubuk oleh cairan lalu ditekan agar
semua cairan terserap bubuk sehingga cepat homogen sedangkan meluaskan
permukaan bertujuan untuk mengurangi adanya panas akibat reaksi
eksotermik yang muncul karena panas diserap oleh glass slab. Apabila
pengadukan semen seng fosfat terlalu lama maka akan menghancurkan
struktur matriks yang sedang terbentuk. Pecahnya matriks berarti dibutuhkan
tambahan waktu untuk membentuk matriks ini kembali.
Semen seng fosfat memiliki beberapa kegunaan. Pada
praktikum kali ini basis dan luting adalah beberapa kegunaan yang
dipraktikkan. Berdasarkan hasil praktikum di atas, rata-rata setting time semen
seng fosfat yang digunakan sebagai base lebih cepat dibandingkan semen
seng fosfat yang digunakan sebagai luting. Rata-rata setting time semen seng
fosfat sebagai basis adalah 7 menit 10 detik dan rata-rata setting time sebagai
luting adalah 13menit 57 detik dengan perbandingan bubuk dan liquid untuk
basis 1:2 dan untuk luting 1:3. Komposisi cairan pada luting dan basis
berbeda karena luting membutuhkan konsistensi yang lebih cair karena pada
11
prosesnya harus memiliki flow agar mampu menjangkau daerah marginal
(tepi). Sedangkan pada basis membutuhkan konsistensi yang lebih padat dan
kental agar lebih kuat untuk melindungi pulpa terhadap kerusakan. Bahan
yang digunakan untuk basis juga harus mempunyai kekuatan yang cukup
untuk menahan gaya kondensasi selama penempatan restorasi dan untuk
menahan adanya tekanan selama pengunyahan.
6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
didapatkan kesimpulan bahwa semen seng fosfat yang diaplikasikan sebagai basis
memiliki konsistensi yang lebih kental daripada semenseng fosfat yang diaplikasikan
sebagai luting, sedangkan semen seng fosfat yang diaplikasikan sebagai basis
memiliki setting time yang lebih cepat daripada semen seng fosfat yang diaplikasikan
sebagai luting.
7. DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, K.J. 2013 Phillips Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier
Saunders, Missouri. p. 466.
12
Craig RG, Powers JM. 2002. Restorative Dental Material, 11th ed. Mosby. p. 595,
596.
McCabe dan Walls. 2008. Applied Dental Materials, 9th ed. Victoria : Blackwell,
Inc. p. 273.
13