Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

KINETIKA REAKSI SAPONIFIKASI ETIL ASETAT

Oleh:

Yohana Elizabeth (140332601119)

Yuniar Avia Mulyadewi (140332601010)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

April 2016
I. Dasar Teori
Kinetika kimia merupakan bagian dari ilmu Kimia Fisika yang
mempelajari tentang kecepatan reaksi-reaksi kimia dan
mekanisme reaksi-reaksi yang bersangkutan. Tidak semua reaksi
kimia dapat dipelajari secara kinetik. Reaksi-reaksi yang berjalan
sangat cepat seperti reaksi-reaksi ion atau pembakaran dan
reaksi-reaksi yang sangat lambat seperti pengkaratan, tidak
dapat dipelajari secara kinetik. Diantara kedua jenis ini, banyak
reaksi-reaksi yang kecepatannya dapat diukur.
Saponifikasi merupakan proses hidrolisis basa terhadap
lemak dan minyak, dan reaksi saponifikasi bukan merupakan
reaksi kesetimbangan. Hasil mula-mula dari penyabunan adalah
karboksilat karena campurannya bersifat basa. Setelah campuran
diasamkan, karboksilat berubah menjadi asam karboksilat.

Produknya, sabun yang terdiri dari garam asam-asam lemak.


Fungsi sabun dalam keanekaragaman cara adalah sebagai
bahan pembersih. Sabun menurunkan tegangan permukaan air,
sehingga memungkinkan air untuk membasahi bahan yang
dicuci dengan lebih efektif. Sabun bertindak sebagai suatu zat
pengemulsi untuk mendispersikan minyak dan sabun teradsorpsi
pada butiran kotoran.

Reaksi yang terjadi pada penyabunan etil asetat merupakan


salah satu reaksi berorde dua, meskipun reaksi yang terjadi pada
penyabunan etil asetat bukan reaksi sederhana. Sehingga hukum
hukum laju reaksi untuk penyabunan etil asetat dapat dinyatakan
sebagai:
dimana:
a : konsentrasi awal ester dalam mol/liter
b : konsentrasi awal ion OH dalam mol/liter
x : jumlah mol/liter ester atau basa yang telah bereaksi pada
waktu t
k : tetapan laju reaksi
Apabila dialurkan terhadap waktu (t) akan diperoleh garis
lurus dengan arah lereng, sehingga dari arah lereng ini
memungkinkan perhitungan dari tetapan reaksi . Hubungan
tersebut dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Plot terhadap t

Dalam praktikum ini akan menyelesaikan apa bukti bahwa


penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida adalah reaksi orde
dua dan berapa tetapan laju reaksi pada penyabunan etil asetat.
Tujuan dari praktikum ini adalah membuktikan bahwa reaksi
penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida adalah reaksi yang
berorde dua dan menentukan tetapan laju reaksi yang terjadi
pada saponifikasi etil asetat.

II. Alat dan Bahan


Alat:
Kaca arloji
Labu ukur
Erlenmeyer
Buret
Statif dan klem
Corong
Beaker glass
Stopwatch
Pipet gondok dan pipet tetes
Botol semprot
Termometer

Bahan:

Etil asetat
NaOH
HCl
Indikator pp
Aquades
Asam Oksalat
III. Prosedur Percobaan

No Langkah Kerja Gambar Pengamatan


1 Standarisasi Larutan NaOH
dengan HCl
Standarisasi Larutan etil asetan
dengan NaOH

2 Disiapkan masing-masing
Erlenmeyer dengan 20 mL HCl
3 Diambil larutan NaOH 0,02 N
sebanyak 100 Ml dan etil asetat
sebanyak 100 mL, di campur dan
di masukan dalam termostrat
4 Pengambilan 10 mL campuran
larutan etil asetat dengan NaOH
pada menit ke-8 yang kemudian
ditambahkan ke dalam larutan
HCl, lalu dititrasi dengan NaOH
menggunakan indikator PP.
5 Pengambilan 10 mL campuran
larutan etil asetat dengan NaOH
pada menit ke-15 yang kemudian
ditambahkan ke dalam larutan
HCl, lalu dititrasi dengan NaOH
menggunakan indikator PP.
6 Pengambilan 10 mL campuran
larutan etil asetat dengan NaOH
pada menit ke-25 yang kemudian
ditambahkan ke dalam larutan
HCl, lalu dititrasi dengan NaOH
menggunakan indikator PP.
7 Pengambilan 10 mL campuran
larutan etil asetat dengan NaOH
pada menit ke-40 yang kemudian
ditambahkan ke dalam larutan
HCl, lalu dititrasi dengan NaOH
menggunakan indikator PP
8 Pengambilan 10 mL campuran
larutan etil asetat dengan NaOH
pada menit ke-65 yang kemudian
ditambahkan ke dalam larutan
HCl, lalu dititrasi dengan NaOH
menggunakan indikator PP.

IV. Data Pengamatan


Standarisasi larutan NaOH 0,02 N menggunakan asam oksalat 0,05 N

Titrasi V Asam Oksalat(mL) V NaOH(mL)


I 10 26,5
II 10 26,7
Standarisasi NaOH
V Asam Oksalat x N Asam Oksalat = V NaOH x N NaOH
10 mL x 0,05 N = 26,6 mL x N NaOH
0,5 N
N NaOH =
26,6 = 0,0187 N

Standarisasi larutan HCl 0,02 N menggunakan NaOH 0,02 N

Titrasi V HCl(mL) V NaOH(mL)


I 10 10,8
II 10 10,5

Standarisasi HCl
V HCl x N HCl = V NaOH x N NaOH
10 mL x N NHCl = 10,65 mL x 0,02 N
0,213 N
N HCl=
10 = 0,0213 N

Titrasi kelebihan HCl dengan larutan standar NaOH 0,02 N

Meni Volume NaOH titrasi Volume NaOH


t ke- I(mL) titrasi II(mL)
8 18,1 19,2
15 18,8 18,8
25 19,3 18,4
40 19,7 19,1
65 19,1 19,3

V. Analisa Data

Meni Volume NaOH titrasi Volume NaOH Volume NaOH


t ke- I(mL) titrasi II(mL) rata-rata
8 18,1 19,2 18,65
15 18,8 18,8 18,8
25 19,3 18,4 18,85
40 19,7 19,1 19,4
65 19,1 19,3 19,2

Suhu awal larutan NaOH = 26,00 C


Suhu awal larutan etil asetat = 26,00 C
Suhu campuran (larutan NaOH + etil asetat) = 80,00 C

1. Penentuan konsentrasi awal dari larutan etil asetat


apabila diketahui:
- Konsentrasi NaOH = 0,0187 N
- Konsetrasi HCl = 0,0213 N
- Volume HCl = 20,00 mL
- Volume NaOH = 100 mL
- Volume NaOH titrasi = 18,98 mL
- Volume campuran (NaoH dan etil asetat) = 200 mL
mol NaOH titrasi = [NaOH] x v NaOH titrasi
= 0,0187 M x 18,98 mL
= 0,355 mmol
mol HCl sisa = mol NaOH titrasi
= 0,355 mmol
mol HCl total = [HCl] x v HCl
= 0,0213 M x 20 mL
= 0,426 mmol
mol HCl yang bereaksi = mol HCl total mol HCl sisa
= 0,426 mmol 0,355 mmol
= 0,071 mmol
Reaksi penghentian dari etil asetat + NaOH
OH- sisa + HCl Cl- + H2O
mol OH- sisa = mol HCl bereaksi
= 0,071 mmol
mol NaOH total = [NaOH] x v NaOH
= 0,0187 M x 100 mL
= 1,87 mmol
mol NaOH bereaksi = mol NaOH total mol OH- sisa
= 1,87 mmol 0,071 mmol
= 1,799 mmol
mol etil asetat mula-mula = mol NaOH bereaksi
= 1,799 mmol
mol
konsentrasi etil asetat mula-mula = v campuran

1,799 mmol
= 200 mL

= 0,009 M (sebagai a)
-
2. Harga k dari konsentrasi OH yang bereaksi pada waktu (t)
a. untuk t = 8 menit = 480 s
v NaOH titrasi = 18,65 mL
mol OH- titrasi = v NaOH titrasi x [NaOH]
= 18,65 mL x 0,0187 M
= 0,348 mmol
mol HCl sisa = mol OH- titrasi
= 0,348 mmol

mol HCl bereaksi = mol HCl total mol HCl sisa


= 0,426 mmol 0,348 mmol
= 0,078 mmol
mol OH sisa = mol OH- bereaksi
-

= 0,078 mmol
mol OH bereaksi = mol NaOH total mol OH- sisa
-

= 1,87 mmol 0,078 mmol


= 1,792 mmol
mol OH bereaksi
konsentrasi OH- bereaksi = v campuran
1,792 mmol
= 200 mL

= 0,00896 M
x
K1 = ta (ax )
0,0 089 6
= 480 x 0,0 09( 0,0090,00896)

= 51,85 mol-1Ls-1

b. untuk t = 15 menit = 900 s


v NaOH titrasi = 18,8 mL
mol OH- titrasi = v NaOH titrasi x [NaOH]
= 18,8 mL x 0,0187 M
= 0,351 mmol
mol HCl sisa = mol OH- titrasi
= 0,351 mmol
mol HCl bereaksi = mol HCl total mol HCl sisa
= 0,426 mmol 0,351 mmol
= 0,075 mmol
mol OH- sisa = mol OH- bereaksi
= 0,075 mmol
mol OH- bereaksi = mol NaOH total mol OH- sisa
= 1,87 mmol 0,075 mmol
= 1,795 mmol
mol OH bereaksi
konsentrasi OH- bereaksi = v campuran
1,795 mmol
= 200 mL

= 0,008975 M
x
K2 = ta (ax )
0,008975
= 900 x 0,009(0,0090,008975)

= 44,32 mol-1Ls-1

c. untuk t = 25 menit = 1500 s


v NaOH titrasi = 18,85 mL
mol OH- titrasi = v NaOH titrasi x [NaOH]
= 18,85 mL x 0,0187 M
= 0,352 mmol
mol HCl sisa = mol OH- titrasi
= 0,352 mmol
mol HCl bereaksi = mol HCl total mol HCl sisa
= 0,426 mmol 0,352 mmol
= 0,074 mmol
mol OH- sisa = mol OH- bereaksi
= 0,074 mmol
mol OH- bereaksi = mol NaOH total mol OH- sisa
= 1,87 mmol 0,074 mmol
= 1,796 mmol
mol OH bereaksi
konsentrasi OH- bereaksi = v campuran
1,796 mmol
= 200 mL

= 0,00898 M
x
K3 = ta (ax )
0,00898
= 1500 x 0,009(0,0090,00898)

= 33,26 mol-1Ls-1

d. untuk t = 40 menit = 2400 s


v NaOH titrasi = 19,4 mL
mol OH- titrasi = v NaOH titrasi x [NaOH]
= 19,4 mL x 0,0187 M
= 0,362 mmol
mol HCl sisa = mol OH- titrasi
= 0,362 mmol
mol HCl bereaksi = mol HCl total mol HCl sisa
= 0,426 mmol 0,362 mmol
= 0,064 mmol
mol OH- sisa = mol OH- bereaksi
= 0,064 mmol
mol OH- bereaksi = mol NaOH total mol OH- sisa
= 1,87 mmol 0,064 mmol
= 1,806 mmol
mol OH bereaksi
konsentrasi OH- bereaksi = v campuran
1,806 mmol
= 200 mL

= 0,00903 M
x
K4 = ta (ax )
0,0090 3
= 2400 x 0,009(0,0090,00903)
= -14,35 mol-1Ls-1

e. untuk t =65 menit = 3900 s


v NaOH titrasi = 19,2 mL
mol OH- titrasi = v NaOH titrasi x [NaOH]
= 19,2 mL x 0,0187 M
= 0,359 mmol
mol HCl sisa = mol OH- titrasi
= 0,359 mmol
mol HCl bereaksi = mol HCl total mol HCl sisa
= 0,426 mmol 0,359 mmol
= 0,067 mmol
mol OH sisa = mol OH- bereaksi
-

= 0,067 mmol
mol OH bereaksi = mol NaOH total mol OH- sisa
-

= 1,87 mmol 0,067 mmol


= 1,803 mmol
mol OH bereaksi
konsentrasi OH- bereaksi = v campuran
1,803 mmoll
= 200 mL

= 0,009015 M
x
K5 = ta (ax )
0,009015
= 3900 x 0,009(0,0090,009015)

= -17,122 mol-1Ls-1

VI. Kesimpulan
Berdasarkan analisa data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
reaksi saponifikasi etil asetat merupakan orde 2 dengan konstanta rata-rata sebesar
19,59 mol-1Ls-1
VII. Daftar Pustaka
Daniel et, al.1970. Experimental Physical Chemistry 7th Ed. New york: Mc Graw Hill.
Shoemaker et, al. Experimental Physical Chemistry 3th Ed. New york: Mc Graw Hill.
Tony Bird. 1987. Penuntun Praktikum untuk Universitas. Jakarta. PT Gramedia.
VIII. Jawaban Pertanyaan
1. Kenyataan apakah yang membuktikan bahwa reaksi penyabunan
etil asetat ini adalah reaksi orde 2?
Dapat diketahui dari harga k yang konstan, sehingga menunjukkan
bahwa reaksi penyabunan etil asetat merupakan reaksi orde dua.

2. Apakah Perbedaan orde reaksi dengan kemolekulan reaksi?


- Orde reaksi adalah banyaknya faktor kensentrasi zat reaktan
yang mempengaruhi kecepatan reaksi.
- Kemolekulan reaksi adalah jumlah spesi tahap penentu laju
rekasi yang merupakan suatu konsep teoritis yang dapat
digunakan jika sudah diketahui mekanisme reaksi
a. Faktor yang mempengaruhi reaksi?
- Luas permukaan sentuh
Semakin besar luas permukaan bidang sentuh, maka semakin
kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi
makin besar.
- Suhu
Apabila suhu pada suatu reaksi yang berlangsung dinaikkan,
maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga
tumbukan yang terjadi semakin sering menyebabkan laju reaksi
makin besar.
- Katalis
Adanya katalis dapat menyebabkan suatu reaksi berlangsung
cepat.
- Molaritas
Semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin cepat reaksi
berlangsung.
- Konsentrasi
Semakin tinggi konsentrasi reaktan maka semakin banyak
molekul reaktan yang tersedia dengandemikian kemungkinan
bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan
reaksi meningkat.
b. Konstanta kecepatan reaksi?
Konstanta kecepata reaksi adalah perbandingan antara laju
reaksi dengan konsentrasi reaktan.

Anda mungkin juga menyukai