PENDAHULUAN
Pelabuhan adalah salah satu bagian dari ilmu bangunan maritim/kepulauan dimana peranan
pelayaran ialah sangat penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan,
pertahanan/keamanan dan sebagainya. Dari kegiatan yang dilakukan dimungkinkan kapal-kapal
berlabuh atau bersandar yang meliputi angkutan penumpang, bongkar muat barang, dan lain
sebagainya (Bambang Triadmojo, 2010).
Ditinjau dari sub angkutan (transport), maka pelabuhan adalah salah satu simpul dari mata
rantai kelancaran angkutan muatan laut dan darat. Jadi secara umum pelabuhan adalah suatu
daerah perairan yang terlindung terhadap badai/ombak/arus. Sehingga kapal dapat berputar
(Turning Basin), bersandar/membuang sauh, demikian rupa hingga bongkar muat atas barang dan
perpindahan penumpang dapat dilaksanakan, guna mendukung fungsi-fungsi tersebut dibangun
dermaga (Piers or Wharves), jalan, gudang, fasilitas penerangan, telekomunikasi dan sebagainya,
sehingga fungsi perpindahan muatan dari kapal/ke kapal yang bersandar dipelabuhan menuju
tujuan selanjutnya dapat dilakukan.
b. Pelabuhan Minyak
Pelabuahn minyak biasanya tidak memerlukan dermaga atau pangkalan yang harus
dapat menahan muatan vertikal yang besar, melainkan cukup membuat jembatan perancah
atau tambahan yang dibuat menjorok kelaut untuk mendapatkan kedalaman air yang
cukup besar. Untuk keamanan pelabuahn minyak harus diletakkan agak jauh dari
keperluan umum.
Gambar 3. Pelabuhan Minyak
c. Pelabuhan Barang
Di pelabuhan ini terjadi perpindahan moda transportasi, yaitu dari angkutan laut ke
angkutan darat dan sebaliknya. Barang di bongkar dari kapal dan diturunkan di dermaga.
Selanjutnya barang tersebut diangkut langsung dengan menggunakan truk atau kereta api
ke tempat tujuan, atau disimpan di gudang atau lapangan penumpukan terbuka sebelum
dikirim ditempat tujuan. Demikian pula sebaliknya, barang-barang dari pengirim
ditempatkan di gudang atau lapangan penumpukan sebelum dimuat ke kapal dan diangkut
ke pelabuhan tujuan (Bambang Triadmojo, hal.12, 2010).
a. Dermaga dimana kapal akan bertambat dan melakukan kegiatan bongkar muat barang.
Panjang dermaga harus cukup untuk menampung seluruh panjang kapal atau setidak-
tidaknya 80 % dari panjang kapal. Hal ini disebabkan karena umum dibongkar muat
melalui bagian muka, balakang dan tengah kapal.
b. Mempunyai halaman dermaga yang cukup lebar untuk keperluan bongkar muat
barang. Barang yang akan dimuat disiapkan diatas dermaga dan kemudian diangkat
dengan kran masuk kapal. Demikian pula pembongkarannya dilakukan dengan kran
dan diletakkan diatas dermaga yang kemudian diangkut ke gudang.
c. Mempunyai gudang transito (gudang lini I) dan lapangan penumukan terbuka serta
gudang penyimpanan.
d. Tersedia jalan raya dan/atau jalan kereta api untuk pengangkutan barang dari
pelabuhan ke tempat tujuan dan sebaliknya.
e. Peralatan bongkar muat untuk membongkar muatan dari kapal ke dermaga dan
sebaliknya serta untuk mengangkut barang ke gudang dan lapangan penumpukan.
1. Barang umum (general cargo) yaitu barang barang yang dikirim dalam bentuk
satuan seperti mobil, truk, mesin, dan barang-barang yang dbungkus dalam peti,
karung, drum, dan sebagainya.
2. Muatan curah/lepas (bulk cargo) yang dapat dibedakan menjadi muatan curah kering
berupa butiran padat seperti teung, pasir, semen, batu bara, beras, jagung, gandum
dan sebagainya dan muaan curah cair seperti air, minyak bumi, minyak nabati, dsb.
3. Peti kemas (container) adalah salah satu kotak besar berbentuk empat [ersegi panjang
yang digunakann sebagai tempta untuk mengangkut sejumlah barang. Peti kemas
mempunyai ukuran yang telah distandarisasi. Ukuran peti kemas dibedakan dalam 2
macam yaitu:
d. Pelabuhan Penumpang
e. Pelabuhan Campuran
Pada umumnya pencampuran pemakaian ini terbatas untuk penumpang dan barang,
sedangkan untuk keperluan minyak dan ikan biasanya tetap berpisah (Bambang
Triadmojo, hal.20, 2010).
f. Pelabuhan Militer
Pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas untuk memungkinkan
gerakan cepat kapal-kapal perang dan agar letak bangunan cukup terpisah. Konstruksi
tambatan maupun dermaga hampir sama dengan pelabuhan barang, hanya saja situasi dan
perlengkapannya agak lain. Pada pelabuhan barang letak/keguanan bangunan harus
seifisien mungkin, sedangkan pada pelabuhan militer bagunan-bangunan pelabuhan harus
dipisah-pisah yang letaknya agak berjauhan (Bambang Triadmojo, hal.21, 2010).
a. Pelabuhan Alam
Pelabuhan alam merupakan daerah perairan yang terlindungi dari badai dan
gelombang secara alami, misalnya oleh suatu pulau, jazirah atau terletak di teluk, estuari
atau muara sungai. Di daerah ini pengaruh gelombang sangat kecil. Pelabuhan cilacap
merupakan contoh pelabuhan alam yang daerah perairannya terlindung dari pengaruh
gelombang, yaitu oleh pulau Nusakambangan. Contoh dari pelabuhan alam lainnya adalah
pelabuhan Palembang, Belawan, Pontianak, New York, San Fransisco, London, dsb., yang
terletak di estuari dan muara sungai. Estuari adalah bagian dari sungai yang dipengaruhi
oleh pasang surut air laut.
Gambar 11. Pelabuhan Alam dimuara sungai
(Sumber:Bambang Triadmojo 2010, hal. 22)
b. Pelabuhan Buatan
Pelabuhan buatan adalah suatu daerah perairan yang dilindungi dari pengaruh
gelombang dengan membuat bangunan pemecah gelombang (breakwater). Pemecah
gelombang ini membuat daerah perairan tertutup dari laut dan hanya dihubungkan
oleh suatu celah (mulut pelabuhan) untuk keluar masuknya kapal. Di dalam daerah
tersebut di lengkapi dengan alat penambat. Contoh dari pelabuhan ini adalah
pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Mas, dsb.
Pelabuhan ini merupakan campuran dari kedua tipe di atas. Misalnya suatu
pelabuhan yang terlindungi oleh lidah pasir dan perlindungan buatan hanya pada
alur masuk. Pelabuhan Bengkulu adalah contoh dari pelabuhan ini. Contoh lainnya
adalah muara sungai yang kedua sisinya dilindungi oleh jetty. Jetty tersebut
berfungsi untuk menahan masuknya transpor pasir sepanjang pantai ke muara
sungai, yang dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan.
Untuk merealisir suatu pembangunan pelabuhan, maka minimal ada 7 (tujuh) data -data
pokok yang dibutuhkan yaitu :
1. Asal dan tujuan muatan (orogin and desmution), dan jenis muatan.
4. Rencana pembiayaan, ukuran-ukuran keberhasilan, secara ekonomis dilihat dari segi investasi.
6. Kaitan pelabuhan dengan jenis kapal yang menyinggahinya dan sarana/prasarana angkutan lain
yang mendukung kegiatan pelabuhan dengan daerah pendukungnya secara keseluruhan
(komprehensif).
7. Kaitan pelabuhan dengan pelabuhan lain dalam rangka lalu lintas dan sistem jaringan guna
mendukung perdagangan.
8.
Port and Harbour Bureau of Minitry of Transport, Japan (Thomresen, CA., 2003)
memberikan persamaan untuk menghitung beberapa karakterisitik kapal seperti diberikan pada tabel
1.1. tabel tersebut menunjukkan hubungan antara berat kapal total (Displacement Tonnage, DT),
luas bidang kapal lateral, luas bidang muka kapal, luas permukaan di bawah muka air, berat kapal
kosong dengan pemberat (displacement ballast loaded), draft kapal kosong dengan pemberat (draft
ballast loaded) untuk kapal barang umum, kapal tanker dan kapal barang curah padat.
Dengan :
d : draft kapal
G : gerak vertikal kapal karena gelombang dan squat
R : ruang kebebasan bersih
P : ketelitian pengukuran
S : pengendapan sedimen antara dua pengerukan
K : toleransi pengerukan
1.4.1 Squat
Squat adalah pertambahan draft kapal terhadap muka air yang disebabkan oleh
kecepatan kapal. Squat ini diperhitungkan berdasarkan demensi dan kecepatan kapal dan
kedalaman air.
Gambar Squat :
Dengan :
Z : Squat
: Volume air yang dipindahkan (m3)
Lpp : Panjang garis air (m)
Fr : Angka froud = g.h (tak berdimensi)
V : Kecepatan (m/d)
g : Percepatan gravitasi (m/d2)
h : Kedalaman air (m)
1.5 Dermaga
Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan
menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menarik/menurunkan penumpang.
Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan bertambat pada
dermaga tersebut. Di belakang dermaga terdapat apron, gudang transit, tempat bongkar muat
barang dan penumpang. Dimana apron adalah daerah yang terletak antara sisi dermaga dan sisi
depan gudang yang terdapat pengalihan kegiatan angkutan laut (kapal) ke kegiatan angkutan darat.
Dermaga yang dibangun untuk melayani kebutuhan tertentu, pemilihan tipe dermaga sangat
dipengaruhi oleh kebutuhan yang akan dilayani, ukuran kapal arah gelombang dan angin kondisi
topografi dan tanah besar laut, dan yang paling penting adalah tinjauan ekonomi untuk
mendapatkan bangunan yang paling ekonomis. Pemilihan tipe dermaga didasarkan pada :
1.5.1 Tinjauan topografi daerah pantai.
Dalam tinjauan tersebut dikenal 2 (dua) macam type bangunan dermaga yaitu:
a. Wharf (Paralel)
Wharf adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan dapat dibuat berimpit dengan
garis pantai atau agak menjorok ke laut. Wharf dibangun apabila garis ke dalam laut
hampir merata dan sejajar dengan garis pantai dan kemiringan dasar cukup curam.
Menurut strukturnya wharf dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu :
2) Dermaga konstruksi tertutup atau dolid, seperti dinding massa, kaison, turap dan
dinding penahan tanah.
c. Jetty
Jetty adalah dermaga yang menjorok ke laut sedemikian sehingga sisi depannya
berada pada kedalaman yang cukup untuk merapat kapal. Jetty digunakan untuk merapat
kapal tanker atau kapal pengangkut gas alam yang mempunyai ukuran sangat besar. Sisi
muka jetty ini biasanya sejajar dengan pantai yang dihubungkan dengan daratan oleh
jembatan yang membentuk sudut tegak lurus dengan jetty.
a. Gaya tekanan tanah maksimal, yaitu tekanan tanah aktif dan tekanan tanah pasif. Dalam
keadaan asli pada setiap lapisan tanah, akan didapatkan tegangan lateral (horizontal).
Biasanya tegangan lateral ini lebih kecil dari pada tegangan vertikal. Keadaan distribusi
tekanan ini adalah fungsi daripada pergeseran (displacement) dan regangan (strain) dan
biasanya adalah masalah statis tak tertentu (indeterminarel. Untuk mempermudah
perhitungan maka penelitian dilakukan pada tanah dalam keadaan seimbang plastis
(plastic equilibrium) (Soedjono Kramadibrata, 2002).
b. Penurunan bangunan yang direncanakan.
c. Gaya-gaya lateral/horisontal dan vertikal dalam tanah.
Menurut Soedjono Kramadibrata, gaya-gaya horizontal meliputi :
1. Akibat angina dan arus, besarnya gaya yang bekerja pada tambatan diukur sesuai skala
Beaufort, arah angina yang menetukan, dan arus yang bekerja pada tambatan tersebut.
2. Akibat benturan kapal
3. Akibat gempa, bangunan pelabuhan ermasuk dalam kategori bangunan khusus, maka
besaran koefisien gempa harus dihitung 2x koefisien gempa dasar. Arah kerja gempa
harus diperkirakan pada segala arah.
4. Akibat muatan hidup horizontal, besar mautan hidup horizontal diambil secara
prosentuil (5-10)% dari muatan hidup yang bekerja pada bangunan pelabuhan.
Sedangkan gaya-gaya vertikal terdiri dari muatan mati (dead load) dan muatan hidup
(gerak, live load). Muatan mati terjadi akibat berat konstruksi-konstruksi yang terdapat
pada bangunan tersebut, sedangkan muatan hidup biasanya terdiri atas muatan merata,
muatan terpusat akibat roda-roda truk, mobil, keran mobil, dan peralatan lain yang bekerja
untuk melakukan bongkar muat dalam pelabuhan.
Lebar Dermaga
Lebar dermaga = Lebar apron + lebar gudang + lebar jalan + lebar
parkir + lebar areal bebas
c. Perhitungan beban muatan yang dipikul dermaga, baik beban merata maupun beban
terpusat.
d. Perhitungan gaya-gaya yang bekerja.
Gaya sandar
Menghitung nilai energi benturan
E=
2 g Cm . Ce . Cs . Cc (Pers 3)
Keterangan :
E : Energi Benturan t.m
V : Konpenen tegak lurus sisi dermaga dari kecepatan kapal
pada saat membentur dermaga
W : Displacement (Berat) Kapal
g : Percepatan Grafitasi
Cm : Koefisien Massa
Ce : Koefisien Eksentrisitas
Cs : Koefisien Kekerasan ( diambil 1 )
Cc : Koefisien Bentuk dari tambatan (diambil 1)
(Sumber : Bambang Triadmojo, 2010 hal. 218)
Koefisien Eksentrisitas
1
C e=
l (Pers 5)
1+( )
r
Dimana:
l : Jarak sepanjang permukaan air dermaga dari pusat
berat kapal sampai titik sandar kapal
r : Jari-jari putaran disekililing pusat berat kapal pada
permukaan air
(Sumber : Bambang Triadmojo, 2010 hal. 220)
Gaya Akibat Arus
Ra=C c x w x A c Vc
( )
2g (Pers 6)
Dimana:
R : Gaya Akibat Arus (kg.f)
Ac : Luas Tampang Kapal yang Terendan Air (m)
w : Rapat Massa Air Laut (1025 kg/m)
Vc : Kecepatan Arus (m/dtk)
Cc : Koefisien Tekanan Arus
(Sumber : Bambang Triadmojo, 2010 hal. 223)
d
Cm=1+
2 Cb B
Dimana:
W
Cb =
L PP Bd O
1.6.2 Fender
Fender berfungsi sebagai bantalan yang ditempelkan didepan dermaga yang akan
menyerap energi benturan antara kapal dan dermaga. Gaya yang harus ditahan oleh dermaga
tergantung pada tipe konstruksi fender dan defleksi dermaga yang di izinkan. Fender harus
dipasang disepanjang dermaga dan letaknya harus sedemikian rupa dapat mengenai kapal. Oleh
karena kapal mempunyai ukuran yang berlainan maka fender harus dibuat agak tinggi pada sisi
dermaga (Bambang Triadmojo, 2010).
Menurut Bambang Triadmojo, 2010 ada beberapa tipe fender yaitu fender kayu, fender
karet dan fender gravitasi.
d. Fender kayu
Fender kayu bias berupa barang-barang kayu yang dipasang horizontal atau sejumlah
batang kayu vertical. Fender kayu dapat berupa fender dari kayu yang digantung pada sisi
dermaga. Fender tiang panjang kayu yang ditempatkan didepan dermaga dengan
kemiringan 1:24 fender kayu yang dipasang pada tiang panjang dan besi profil. Fender
kayu mempunyai sifat untuk menyerap energy dan penyerapan energy diperoleh dari
defleksi tiang kayu/besi karet dan balok kayu/besi.
e. Fender Karet
Karet banyak digunakan sebagai fender. Bentuk paling sederhana dari fender ini
berupa ban-ban war mobil yang dipasang pada sisi depan disepanjang dermaga. Fender
ban mobil ini digunakan untuk kapal-kapal kecil. Fender karet mempunyai bentuk berbeda
seprti fender tabung silinder dan segi empat, balok karet berbentuk segi empat. Fender
karet dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu :
a. Fender yang dipasang pada struktur dermaga, yang masih dapat dibedakan menjadi
fender tekuk (buckling fender) yaitu fender yang mengalami tekuk jika menerima
gaya tekan, seperti Fender Tipe V, Fender Tipe A, Fender Sell, dan fender tak tertekuk
( non-bukling fender ) seperti fender dari ban mobil bekas dan fender silinder.
b. Fender terapung yang ditempatkan antara kapal dan struktur dermaga, seperti fender
pneumatic
Gambar 21. Fender tipe A (PT. Kemenangan Jakarta)
(Sumber : Bambang Triadmojo, 2010 hal. 264 )
OCDI (1991) memberikan jarak interval antara fender sebagai fungsi kedalaman air seperti
diberikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 2. Jarak Antara Fender
Jarak Antara
Kedalaman Air
Fender
(m)
(m)
4~6 4~7
6~8 7 ~ 10
8 ~ 10 10 ~ 15
Data perencanaan
p
Rencana Layout
Dimensi Dermaga
Elevasi Dermaga
Dimensi Turning Dimensi Elevasi Turning
Alur
Perencanaan Fender
dan Bollard
Gambar Perencanaan
Selesai